PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
email:
[email protected] ABSTRAK Reklame ruang luar merupakan media dengan berbagai macam bentuk dan corak yang banyak digunakan untuk tujuan komersial. Keberadaan reklame ruang luar di Kota Mataram muncul sebagai dampak aktivitas perekonomian yang menuntut kemudahan penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Identifikasi terhadap keberadaan reklame ruang luar di koridor jalan utama kota bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi eksisting reklame terpasang dengan karakteristik koridor jalan (streetscape) yang meliputi, penempatan reklame, ukuran, pencahayaan dan bentuk konstruksi reklame. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif-evaluatif dengan menggambarkan kondisi eksisting reklame terpasang dan menilai apakah kondisi eksisting reklame terpasang telah sesuai dengan kebijakan dan standar penataan reklame. Hasil evaluasi diperkuat dengan analisis penilaian pihak-pihak terkait penyelenggaraan reklame dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) meliputi aspek keefektifan dalam penyampaian informasi, keindahan dan keamanan pemasangan. Hasil menunjukkan bahwa penyelenggaraan reklame belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip dasar penataan reklame terutama terkait penempatan dan konstruksi pemasangan. Hal ini juga terlihat dari tidak adanya keserasian pemasangan reklame dengan elemen fisik koridor jalan (penggunaan lahan, sirkulasi, kondisi bangunan, ruang terbuka dan jalur pedestrian). Dengan demikian, penataan reklame kemudian dikelompokkan menjadi beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter elemen–elemen pendukung koridor jalan, yaitu boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor, dan residenway corridor. Kata kunci: Reklama ruang luas, Koridor jalan utama, Penataan reklame ABSTRACT Outdoor advertising is a media with a variety of shapes and patterns that are widely used for commercial purposes. The presence of outdoor advertising in the city of Mataram emerged as the impact of economic activities that demand the ease of delivery of information to the public. Identification of the existence of outdoor advertising in the main street corridor aims to determine suitability of the existing conditions attached to the streetscape characteristics that includes, advertising placement, size, lighting and construction of billboards. The method used was descriptive-evaluative analysis by describing the conditions attached to the existing billboard and assess whether conditions have been attached to the existing billboard in accordance with standard policies and publicity arrangements. Evaluation results reinforced the assessment analysis related parties by Importance Performance Analysis (IPA) covers aspects of effectiveness in the delivery of information, beauty and security installation. Results showed that the implementation of publicity is not fully in accordance with the basic principles of advertising, especially related to the arrangement and construction installation placement. It is also evident from the lack of harmony with the installation of billboards and physical elements of the road corridor (land use, circulation, condition of buildings, open spaces and pedestrian path). Thus, the arrangement billboard then grouped into several themes in accordance with the common character of the elements supporting the road corridor, the boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor and residenway corridor. Keyword: Outdoor advertising, The main road corridors, Advertising arrangement
PENDAHULUAN Perkembangan kota modern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi sosial kota tersebut yang ditandai dengan banyaknya iklan baik komersial maupun nonkomersial di segala sudut kota. Tanda-tanda advertansi komersial kini telah menjadi elemen-elemen visual dan perkembangannya telah menimbulkan
banyak kontroversi dan perbedaan kepentingan. Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
83
PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM
visual, kualitas estetika, dan karakter spasial. Konsep perancangan kota haruslah mengenali dan menunjang elemen-elemen visual utama kota dengan meningkatkan kualitas estetika (Branch 1996). Pada kenyataannya saat ini, perkembangan reklame muncul sebagai salah satu dampak negatif yang berdampak buruk terhadap tampilan visual kota. Saat sedang gencarnya isu pelestarian lingkungan pada konteks pembangunan berkelanjutan, kota-kota kita di tanah air justru seolah-olah tidak peduli dan terus sibuk dengan eksploitasi pada ruang-ruang kota. Ruang-ruang terbuka dianggap tidak ekonomis atau suatu bentuk penyiaan lahan. Menjamurnya reklame dengan berbagai bentuk dan corak pada mengindikasikan tingginya aktivitas pemanfaatan ruang untuk tujuan komersial. Sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat pelayanan skala propinsi, sudah hampir dapat dipastikan bahwa Kota Mataram akan menjadi daerah potensial pemasangan reklame. Berdasarkan kebijakan Rencana Tata Ruang Koridor Jalan Utama Kota Mataram Tahun 2005, diperkirakan bahwa koridor utama kota akan menjadi kawasan strategis yang mengalami percepatan perkembangan fisik cukup pesat. Koridor merupakan ruang yang terbentuk antara jalan dan bangunan merupakan bagian dari urban space, karena ruang yang terbentuk dapat memacu terjadinya suatu aktivitas. Koridor pada umumnya merupakan jalur utama yang dilalui kendaraan serta pejalan kaki, sehingga koridor tersebut menjadi pilihan utama dalam hal keefektifan penyampaian informasi. Pendekatan yang dilakukan untuk menempatkan media reklame selama ini lebih kepada pendekatan ekonomi, yaitu bagaimana caranya agar mendapatkan pemasukan bagi PAD sebanyak mungkin. Dengan demikian, kecenderungannya adalah pemasangan dengan penempatan yang asal-asalan walaupun secara ekonomi mungkin menarik dan mudah dilihat sasaran pembaca, namun dengan mengabaikan estetika ruang kota akhirnya justru akan menimbulkan kesemrawutan pada penampilan visual ruang kota. Penyelenggaraan reklame di Kota Mataram sejauh ini belum memiliki aturan khusus terkait pedoman teknis pemasangan reklame terutama terkait aspek keindahan dan keamanan. Peraturan Walikota Mataram Nomor 6 Tahun 2008 yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu dijadikan pedoman dalam penataan reklame. Substansi peraturan tidak menjelaskan secara detail mengenai teknis pemasangan reklame di lapangan dan penekanan di dalamnya hanya pada petunjuk pelaksanaan
84
perhitungan pajak reklame. Kondisi seperti ini diperburuk oleh prosedur peijinan reklame oleh birokrasi yang kurang terkoordinasi antar satuan perangkat kerjanya. Pengeluaran ijin pemasangan reklame kurang memperhatikan kesesuaian lokasi dan jenis reklame yang akan dipasang. Seringkali terjadi pemasangan unit reklame baru pada lokasi yang sama padahal dari segi kuantitas sudah tidak layak dilakukan pemasangan karena hanya mengakibatkan penumpukan. Penumpukan reklame dan cenderung tidak teratur ditemukan pada beberapa lokasi, seperti Jalan Pejanggik, Jalan Sandubaya, Jalan Airlangga, Jalan Panca Usaha, dan Jalan Caturwarga. METODE PENELITIAN Studi ini merupakan penelitian evaluatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan reklame ruang luar di koridor jalan utama kota dan mengevaluasi kesesuaian kondisi eksisting reklame terpasang yang meliputi, penempatan reklame, ukuran, pencahayaan dan bentuk konstruksi reklame terhadap karakteristik koridor jalan (streetscape). Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey primer berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan kuisioner. Survey sekunder dilakukan untuk mencari data-data pendukung terkait penyelenggaraan reklame. Objek yang diteliti adalah media reklame ruang luar yang terdapat di 18 koridor jalan utama Kota Mataram dengan jumlah 261 unit. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi eksisting reklame terpasang dan karakteristik fisik setiap koridor jalan. Analisis evaluatif digunakan untuk menilai apakah kondisi eksisting reklame terpasang telah sesuai dengan kebijakan dan standar penataan reklame. Analisis penilaian juga dilakukan dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) terhadap pihak-pihak terkait penyelenggaraan reklame yang meliputi aspek keefektifan dalam penyampaian informasi, keindahan dan keamanan pemasangan. Dari hasil penilaian pihak-pihak tersebut didapatkan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dan menjadi prioritas utama dalam penataan reklame. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik koridor jalan utama Kota Mataram Karakteristik masing-masing koridor jalan meliputi beberapa elemen perancangan kota, yaitu penggunaan lahan, sirkulasi, kondisi bangunan, ruang terbuka (vegetasi), dan jalur
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010
Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman
pedestrian. Koridor dikelompokkan berdasarkan kesamaan dominasi penggunaan lahan. 1. Koridor Komersial Terdiri dari Jalan Pejanggik, Jalan Selaparang, Jalan Sandubaya, Jalan Yos Sudarso, Jalan Airlangga, Jalan Gadjah Mada, Jalan TGH Faisal, Jalan AA Gede Ngurah, Jalan Panca Usaha, dan Jalan Caturwarga.
Elemen ▪ ▪
Kondisi bangunan
▪
Tabel 1. Karakteristik Koridor Komersial Elemen Sirkulasi
Kondisi bangunan
Ruang terbuka
Trotoar (pedestrian ways)
Karakteristik ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki arteri primer dan arteri sekunder dengan laju kendaraan rata-rata 60 km/jam. ▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dengan lebar 9 – 14 m. ▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu lintas, telepon umum, bis surat, pos polisi,reklame komersial dan tempat pembuangan sampah. ▪ Lokasi pemasangan media reklame ditempatkan pada persil, halaman luar persil bangunan maupun pada jalur pedestrian dengan jarak pasang tidak teratur bahkan menumpuk di persimpangan jalan. ▪ Ketinggian bangunan yang berada di sekitar koridor jalan antara 1 – 4 lantai. ▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB) berkisar 1 – 4 m. ▪ Berupa pulau jalan dan median jalan. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat vegetasi berupa pohon angsana dan sejenisnya, namun jumlahnya relatif sedikit akibat penggunaan lahan sebagai perdagangan/jasa. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat jalur pedestrian dengan lebar masingmasing 1,5 m. ▪ Perkerasan berupa paving dengan peninggian 30 cm dari permukaan aspal.
▪
Ruang terbuka
▪
Trotoar (pedestrian ways)
▪ ▪
Karakteristik rata-rata 30 km/jam. Mempunyai Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dengan lebar 8 – 14 m. Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu lintas dan tempat pembuangan sampah. Ketinggian bangunan yang berada di sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai. Garis sempadan muka bangunan (GSMB) berkisar 2 – 10 m. Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat vegetasi berupa pohon angsana dan sejenisnya, yang berfungsi sebagai peneduh bagi pejalan kaki dan juga sebagai perlindungan dari angin. Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat jalur pedestrian dengan lebar masingmasing 1,5 m. Perkerasan berupa paving dengan peninggian 30 cm dari permukaan aspal.
Gambar 3. Koridor Perumahan
3. Koridor perkantoran Hanya terdiri dari satu jalan yaitu Jalan Dr Sujono. Kawasan disekitar koridor jalan merupakan daerah yang belum banyak mengalami perkembangan. Tabel 3. Karakteristik Koridor Perkantoran Elemen Sirkulasi
Kondisi bangunan
Gambar 2. Koridor Komersial
2. Koridor Perumahan Terdiri dari Jalan Praburangkasari, Jalan Jend A. Yani, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Koperasi, dan Jalan Adi Sucipto. Tabel 2. Karakteristik Koridor Perumahan Elemen Sirkulasi
Karakteristik ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki arteri sekunder dengan laju kendaraan
Ruang terbuka
Trotoar (pedestrian ways)
Karakteristik ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki arteri sekunder dengan laju kendaraan rata-rata 40 km/jam. ▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dengan lebar 17 m. ▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu lintas, reklame komersial dan tempat pembuangan sampah. ▪ Ketinggian bangunan yang berada di sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai. ▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB) berkisar 2 – 10 m. ▪ Ruang terbuka berupa median jalan dengan lebar 1m. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga terdapat vegetasi berupa pohon angsana dan sejenisnya. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat jalur pedestrian dengan lebar masingmasing 1,5 m. ▪ Perkerasan berupa paving dengan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
85
PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM
Elemen
Karakteristik peninggian 30 cm dari permukaan aspal.
5. Koridor Ruang Terbuka Hanya terdiri dari satu jalan yaitu Jalan Udayana. Penggunaan lahan di sekitar koridor ini didominasi oleh ruang terbuka hijau, yaitu taman kota yang juga merupakan land mark kota. Selain itu, koridor jalan ini juga berperan sebagai akses menuju Bandar Udara Selaparang Kota Mataram. Tabel 5. Karakteristik Koridor Pendidikan Elemen Sirkulasi
Gambar 4. Koridor Perkantoran
4. Koridor Pendidikan Hanya terdiri dari satu jalan, yaitu jalan Pendidikan. Kawasan disekitar koridor jalan merupakan daerah yang telah mengalami pertumbuhan pesat, diindikasikan dengan perkembangan perumahan dan fasilitas pendidikan. Tabel 4. Karakteristik Koridor Pendidikan Elemen Sirkulasi
Kondisi bangunan
Ruang terbuka Trotoar (pedestrian ways)
Karakteristik ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki arteri sekunder dengan laju kendaraan rata-rata 30 km/jam. ▪ Terdiri dari satu jalur dan satu arah. ▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dengan lebar 9 m. ▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu lintas dan telepon umum. ▪ Ketinggian bangunan yang berada di sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai. ▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB) berkisar 1 – 4 m. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga terdapat vegetasi berupa pohon angsana dan sejenisnya. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat jalur pedestrian dengan lebar masingmasing 1,5 m. ▪ Perkerasan berupa paving rata dengan permukaan aspal.
Gambar 5. Koridor Pendidikan 86
Kondisi bangunan
Ruang terbuka
Trotoar (pedestrian ways)
Karakteristik ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki arteri primer dengan laju kendaraan ratarata 40 km/jam. ▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dengan lebar 17 m. ▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu lintas, telepon umum, bis surat, pos polisi dan tempat pembuangan sampah. ▪ Ketinggian bangunan yang berada di sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai. ▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB) berkisar 1 – 4 m. ▪ Ruang terbuka berupa median jalan dengan lebar 1m. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga terdapat vegetasi berupa pohon angsana dan sejenisnya. ▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat jalur pedestrian dengan lebar masingmasing 1,5 m. ▪ Perkerasan berupa paving dengan peninggian 30 cm dari permukaan aspal.
Gambar 6. Koridor Ruang Terbuka Hijau
B. Karaktersistik Penyelenggaraan Reklame Instansi terkait penyelenggaraan reklame merupakan tanggung jawab Dinas Pertamanan. Dalam kegiatan teknis di lapangan, bidang ini dibantu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). UPTD selain memberikan pengawasan terhadap keseuaian ijin penyelenggaraan reklame. Selama kurun waktu lima tahun terakhir tepatnya pada tahun 2004 – 2008 dapat dilihat bahwa hampir setiap tahun terjadi peningkatan jumlah target dan pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan reklame. Perolehan tertinggi dari pajak reklame permanen terjadi pada tahun 2008 dengan nilai Rp.624.181.662,00. Demikian
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010
Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman
halnya dengan pajak reklame insidentil, perolehan tertinggi diperoleh pada tahun yang sama sebesar Rp.68.292.115,00. Tingginya perolehan tersebut mengindikasikan bahwa penyelenggaraan reklame merupakan sektor yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pemasok PAD.
sepenuhnya melingkupi elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam penataan reklame (Tabel 6). Tabel 6. Kelengkapan Kebijakan Penataan Reklame No. 1.
Elemen Jumlah
C. Karaktersistik Reklame Terpasang Lokasi pemasangan reklame umumnya diletakkan pada jalan-jalan dengan volume lalu lintas cukup tinggi. Pada akhirnya terjadi penumpukan di persimpangan jalan (Gambar 8 dan Gambar 9). Sebanyak 98,06% reklame pada jalan arteri primer dan 83,54% reklame pada jalan arteri sekunder penempatannya tidak sesuai dengan standar ketinggian pemasangan reklame. Jarak pasang reklame dengan sasaran pembaca pengendara kendaraan dan pejalan kaki juga belum sesuai standar jarak pasang, sehingga kurang menjamin keefektifan sampainya informasi kepada pembaca. Dari segi ukuran, sebanyak 58,25% reklame pada jalan arteri primer dan 48,73% reklame pada jalan arteri sekunder memiliki ukuran yang tidak sesuai dengan standar pemasangan reklame. Setidaknya ditemukan 4,21% reklame yang memiliki ukuran kurang sesuai dengan bentuk konstruksi penyangganya. Ukuran yang tidak serasi dapat membahayakan keselamatan pembaca. Pencahayaan diberikan agar pada saat malam hari reklame masih dapat terlihat oleh pengendara kendaraan maupun pejalan kaki. Sebanyak 61,00% reklame yang menggunakan penerangan yaitu jenis reklame permanen. Jenis pencahayaan yang digunakan adalah lampu gas merkuri tekanan tinggi (MBF/U). Terkait konstruksi reklame terpasang, sebanyak 89,74% konstruksi reklame berumur 15 tahun dan sebanyak 10,26% berumur diatas lima tahun. Jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan konstruksi relatif tidak tahan terhadap korosi akibat cuaca panas dan dingin. Hanya 23,58% dari seluruh reklame permanen yang berpondasi dua tiang penyangga, sisanya 76,42% berpondasi satu tiang penyangga. Pondasi yang buruk tentunya juga dapat membahayakan keselamatan pembaca.
2.
Penempatan
3.
Ukuran
4.
Pencahayaan
D. Kelengkapan Kebijakan Penataan Reklame Satu-satunya kebijakan penataan masih digunakan sampai dengan saat ini Peraturan Walikota Mataram Nomor 6 2008 Tentang Pajak Reklame. menunjukkan bahwa kebijakan saat ini
yang adalah Tahun Hasil belum
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
Aspek penataan Keefektifan dalam penyampaian informasi: Batasan jumlah reklame terpasang dalam satu koridor jalan Keindahan: a. Batasan jumlah reklame terpasang dalam satu koridor jalan b. Keserasian jenis reklame dengan kondisi bangunan Keefektifan dalam penyampaian informasi: a. Pengaturan sudut pandang dengan ketinggian tertentu b. Lokasi pemasangan untuk media reklame dengan sasaran pembaca pengendara kendaraan c. Pengaturan jarak pasang Keindahan: a. Batasan jumlah reklame terpasang dalam satu koridor jalan b. Keserasian jenis reklame dengan kondisi bangunan dan prasarana pelengkap jalan c. Pengaturan jarak pasang Keamanan: Pengaturan ketinggian pemasangan reklame agar tidak mengganggu pandangan pengendara dan ruang pejalan kaki. Keefektifan dalam penyampaian informasi: a. Pengaturan ukuran tulisan yang digunakan b. Banyak/sedikitnya materi pesan Keindahan: a. Batasan ukuran reklame, baik yang menempel pada persil maupun reklame yang berdiri sendiri b. Keserasian ukuran reklame dengan kondisi bangunan dan prasarana pelengkap jalan Keamanan: Keserasian ukuran reklame dengan konstruksi agar tidak mengganggu pandangan dan membahayakan pengendara dan pejalan kaki. Keefektifan dalam penyampaian informasi: a. Jenis pencahayaan yang digunakan b. Kuat pencahayaan (iluminasi) c. Arah pencahayaan Keindahan: Jenis pencahayaan Keamanan: a. Kesesuaian kuat pencahayaan penerangan b. Ketepatan arah pencahayaan untuk menghindari pandangan silau (glare) yang dapat
87
PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM
No.
5.
Elemen
Konstruksi
Aspek penataan membahayakan keselamatan pengendara kendaraan. Keindahan: a. Jenis konstruksi b. Bentuk konstruksi Keamanan: a. Jenis konstruksi b. Umur konstruksi c. Bentuk konstruksi, baik yang menempel pada persil maupun reklame yang berdiri sendiri d. Pondasi (jumlah tiang penyangga)
E. Dampak Visual Reklame Dampak visual negatif akibat reklame umumnya disebabkan tidak adanya kesesuaian teknis pemasangan dengan kondisi lingkungan sekitar. Kesesuaian yang dimaksud terutama terkait dengan penempatan dan ukuran media reklame terpasang. Pemilihan lokasi penempatan umumnya hanya sekedar menempatkan reklame begitu saja (asal pasang), sehingga pada akhirnya menimbulkan kesan semrawut. Ruang penempatan reklame pada koridor jalan tidak
memiliki batasan yang jelas sehingga cenderung membahayakan keselamatan pengendara maupun pejalan kaki yang melintas. Selain itu, jarak pasang reklame yang telalu rapat (kurang dari 20 m) mengakibatkan penumpukan pada persimpangan/sisi jalan terutama pada koridor dengan dominasi penggunaan lahan komersial. Selain penempatan, ketidaksesuaian ukuran media reklame juga menyebabkan dampak visual negatif dari penyelenggaraan reklame. Untuk reklame yang ditempatkan pada bagian luar persil bangunan, dampak visual yang terlihat berupa terbatasnya zona pandang pengendara dan ruang gerak pejalan kaki yang disebabkan oleh ketidaksesuaian ukuran media reklame. Untuk reklame dengan penempatan menempel pada persil bangunan, dampak visual negatif yang ditimbulkan adalah tertutupnya fasade bangunan akibat ketidaksesuaian ukuran reklame terpasang. Kondisi seperti ini umumnya dijumpai pada koridor dengan dominasi penggunaan lahan komersial seperti seperti Jalan Pejanggik, Jalan Sandubaya, Jalan Airlangga, Jalan Panca Usaha, dan Jalan Caturwarga.
Gambar 7. Karakteristik Penggunaan Lahan Koridor Jalan
88
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010
Gambar 8. Lokasi Penumpukan Pemasangan Reklame
Gambar 9. Ketidaksesuaian Teknik Pemasangan Reklame
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
89
F. Penilaian Penataan Reklame
G. Arahan Penataan Reklame
Penilaian yang dilakukan oleh pemerintah kota, biro reklame, pengendara kendaraan dan pejalan kaki terhadap penyelenggaraan reklame menghasilkan beberapa prioritas penataan reklame yang meliputi aspek keefektifan penyampaian informasi, keindahan, dan keamanan (Tabel 8).
1. Arahan Teknis Pemasangan a. Penempatan 1) Peletakan reklame pada ruang koridor jalan mengikuti batasan ruang standar saluran visual penempatan reklame (Gambar 10). 2) Untuk koridor jalan satu arah, pemasangan membentuk sudut 45˚ - 60˚, koridor jalan dengan dua arah pemasangannya sejajar ataupun tegak lurus (90˚) dengan arah pergerakan pengendara kendaraan. 3) Pemasangan reklame pada persil bangunan tidak boleh menutupi fasade bangunan dan hanya boleh memuat satu unit reklame untuk setiap persil. Untuk pemasangan pada halaman persil tidak diperbolehkan mengganggu vegetasi yang ada disekitarnya. 4) Penempatan reklame diperbolehkan menyatu dengan prasarana pelengkap jalan seperti tiang lampu penerang jalan/taman, halte, pos polisi, bis surat ataupun perkerasan jalur pedestrian sehingga lebih efisien dalam pemanfaatan ruang. 5) Tidak diperbolehkan pemasangan reklame pada Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan jalur pedestrian (kecuali jenis reklame lukis). 6) Berdasarkan standar ketinggian pemasangan reklame (Schwab 1998), pemasangan pada luar persil bangunan disesuaikan dengan kebutuhan ruang gerak pejalan kaki, yaitu pada ketinggian 2,72 – 4 m di atas permukaan tanah. Untuk reklame melintas badan jalan pemasangannya pada ketinggian 6,5 – 8 m di atas permukaan aspal. 7) Ketinggian pemasangan reklame pada persil (bangunan bertingkat) diletakkan pada lantai 1 – 2. 8) Jarak pasang disesuaikan dengan kecepatan rata-rata koridor jalan, yaitu antara 21 – 43 m. b. Ukuran 1) Berdasarkan standar ukuran pemasangan reklame (Schwab 1998), ukuran reklame pada luar persil bangunan disesuaikan dengan kecepatan rata-rata tiap koridor jalan sehingga masih dapat terlihat jelas baik oleh pengendara ataupun pejalan kaki, yaitu 2,0 – 24 m2. 2) Pemasangan reklame pada persil bangunan tidak diperbolehkan menutupi
Tabel 8. Prioritas Utama dalam Penataan Reklame Menurut Pemerintah Kota dan Biro Reklame Aspek Keefektifan dalam penyampaian informasi
Penilai Pemerintah kota Biro reklame ▪ Penempatan ▪ Besar/ kecilnya reklame dalam ukuran reklame ruang koridor jalan ▪ Jumlah reklame yang terdapat dalam satu koridor jalan
Keindahan
▪ Penempatan reklame dalam ruang koridor jalan ▪ Jumlah reklame yang terdapat dalam satu koridor jalan
▪ Jumlah reklame yang terdapat dalam satu koridor jalan ▪ Besar/ kecilnya ukuran reklame ▪ Desain konstruksi
Keamanan
▪ Desain konstruksi ▪ Besar/ kecilnya ukuran reklame ▪ Penempatan reklame dalam ruang koridor jalan
▪ Desain konstruksi
Tabel 9. Prioritas Utama dalam Penataan Reklame Menurut Pengendara dan Pejalan Kaki Aspek Keefektifan dalam penyampaian informasi
Penilai Pengendara Pejalan kaki kendaraan ▪ Besar/ kecilnya ▪ Penempatan ukuran reklame reklame dalam ruang koridor jalan
Keindahan
▪ Penempatan reklame dalam ruang koridor jalan
-
Keamanan
▪ Penempatan reklame dalam ruang koridor jalan ▪ Desain konstruksi ▪ Besar/ kecilnya ukuran reklame
▪ Desain konstruksi ▪ Besar/ kecilnya ukuran reklame ▪ Penempatan reklame dalam ruang koridor jalan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
83
PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM
fasade bangunan dan melebihi pagar pembatas persil bangunan. Ukuran maksimum yang diperbolehkan adalah 25% dari luas fasade keseluruhan. 3) Berdasarkan standar pemasangan reklame (Claus 2001), ukuran minimum tulisan reklame disesuaikan dengan kecepatan rata-rata tiap koridor jalan, yaitu 0,14 – 0,28 m. c. Pencahayaan Arahan yang diberikan berupa penggunaan pencahayaan eksternal pada setiap pemasangan reklame dan variasi pencahayaan melalui penggunaan reklame bercahaya. d. Konstruksi 1) Pemilihan jenis bahan konstruksi yang kuat seperti baja tahan karat agar konstruksi lebih kokoh, tahan lama dan aman bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki yang melintas. 2) Bentuk reklame, baik yang menempel pada persil maupun reklame yang berdiri sendiri harus disesuaikan dengan kondisi bangunan dan prasarana pelengkap jalan yang ada. 3) Untuk reklame yang berada di luar persil dengan ukuran 2 – 12 m2 menggunakan dua tiang penyangga, reklame dengan ukuran > 12 m2 menggunakan tiga atau lebih tiang penyangga. 2. Arahan Perancangan Koridor Jalan (Streetscape) Terhadap Reklame Koridor jalan dikelompokkan menjadi beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter elemen–elemen pendukungnya (penggunaan lahan, sirkulasi, kondisi bangunan, ruang terbuka dan jalur pedestrian). a. Boulevard corridor, dengan ciri: 1) Aktivitas kegiatan cukup tinggi dengan penggunaan lahan sebagai pemerintahan dan pendidikan 2) Kondisi jalan lebar dengan rumija 20 m dan terdiri dari dua jalur dua arah. 3) Merupakan jalan utama kota dengan kecepatan rata-rata kendaraan tidak terlalu tinggi sekitar 40 km/jam, sehingga kesannya cenderung tenang 4) Bagian kanan dan kiri jalan memungkinkan untuk parkir on street 5) Ketinggian bangunan hanya satu lantai dengan GSMB 2 – 10 m. 6) Memiliki tata hijau pada median dan bagian kanan-kiri jalan 7) Memiliki jalur pedestrian 1,5 – 2 m b. Gateway commercial corridor, dengan ciri:
84
1) Aktivitas kegiatan tinggi dengan penggunaan lahan komersial 2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija 17 m dan merupakan jalan dengan fungsi sebagai jalur keluar/masuk kota 3) Kecepatan rata-rata kendaraan tinggi sekitar 60 km/jam, sehingga kesannya cenderung gaduh/ramai 4) Ketinggian bangunan 1 – 3 lantai dengan GSMB 4 – 6 m. 5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m. c. Highway coomercial corridor, dengan ciri: 1) Aktivitas kegiatan tinggi dengan penggunaan lahan komersial 2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija 12 – 17 m dan merupakan jalan utama kota 3) Kecepatan rata-rata kendaraan tinggi sekitar 60 km/jam , sehingga kesannya cenderung gaduh/ramai 4) Ketinggian bangunan 1 – 4 lantai dengan GSMB 3 – 6 m. 5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m. d. Parkway corridor, dengan ciri: 1) Aktivitas kegiatan rekreasi (contoh: bermain, berjalan kaki, jogging dan bersepeda) 2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija 20 m 3) Terdapat public park dengan tata hijau mendominasi dengan vegetasi berupa pohon berkanopi lebar, sehingga menimbulkan kesan tenang, nyaman dan rindang 4) Bukan untuk jalur kendaraan berat (contoh: truk, trailer dan sejenisnya) , kecepatan rata-rata tidak terlalu tinggi, 40 km/jam 5) Pembatasan jumlah reklame terpasang 6) Terdapat jalur pedestrian dengan lebar 1,5 m. e. Residenway corridor, dengan ciri: 1) Aktivitas kegiatan terbatas karena merupakan kawasan hunian (perumahan) 2) Kecepatan rata-rata rendah, sehingga menimbulkan kesan tenang 3) Memiliki tata hijau namun tidak mendominasi 4) Ketinggian bangunanhanya satu lantai dengan GSMB 2-10 m. 5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m. Teknis pemasangan setiap tema mengikuti arahan teknis pemasangan yang telah ditetapkan. Untuk jenis reklame yang direkomendasikan untuk masing-masing karakter dapat dillihat pada Tabel 10.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010
Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman
Tabel 10. Jenis Reklame yang Direkomendasikan Tema koridor jalan (streetscape) Boulevard corridor: Jalan Dr. Sujono (O1)
Gateway commercial corridor: Jalan Sandubaya (C3) dan Jalan TGH Faisal (C7)
Highway commercial corridor: Jalan Pejanggik (C1), Jalan Selaparang (C2), Jalan Yos Sudarso (C4), Jalan Airlangga (C5), Jalan Gadjah Mada (C6), Jalan AA Gede Ngurah (C8), Jalan Panca Usaha (C9), dan Jalan Caturwarga (C10)
Jenis reklame 1) Reklame permanen: billboard sederhana, reklame bersinar (neon box) 2) Tidak diperbolehkan reklame yang dilukis pada dinding dan perkerasan jalur pedestrian 3) Reklame kain: banner/baliho, spanduk, bendera 1) Reklame permanen: billboard, megatron, Large Electronics Display (LED), reklame bersinar (neon box) 2) Reklame yang dilukis pada dinding dan perkerasan jalur pedestrian 3) Tidak diperbolehkan reklame kain 1) Reklame permanen: billboard, megatron, Large Electronics Display (LED), reklame bersinar (neon box) 2) Reklame yang dilukis pada dinding dan perkerasan jalur pedestrian 3) Tidak diperbolehkan reklame kain
menjadi lebih baik . Koridor jalan dikelompokkan menjadi beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter elemen– elemen pendukungnya, yaitu boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor dan residenway corridor. SARAN Studi ini bukan merupakan analisis faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap penataan reklame karena didasarkan atas evaluasi kondisi eksisting dan penilaian beberapa pihak terkait penyelenggaraan reklame. Selain itu, studi ini tidak membahas terkait visual koridor jalan secara mendetail, sehingga apabila studi ini dilanjutkan dapat menambahkan analisis tersebut, sehingga akan memperkuat identifikasi karakteristik koridor jalan utama serta upaya penataannya. DAFTAR PUSTAKA Branch, Mellvile C. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Claus, R. J & Claus S. L. 2001. Marketing Aid MT-12, Sign; Showcasing Your Business on the Street. Washington D. C: U. S Small Business Administration Marketing Series. Dinas Tata Kota. 2005. Rencana Teknik Tata Ruang Kawasan Sekitar Koridor Jalan Utama Kota Mataram. Mataram: Dinas Tata Kota dan Pengawasan Bangunan. Peraturan Walikota Mataram Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pajak Reklame.
Gambar 10. Arahan ruang standar saluran visual penempatan reklame
Schwab, R. N. 1998. Safety and Human Factors; Design Considetations for On-Premise Commercial Signs. Washington D. C: International Sign Association.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat dirangkum dari penelitian ini: 1. Pendekatan yang dilakukan untuk menempatkan media reklame selama ini lebih kepada pendekatan ekonomi. Kondisi eksisting pemasangan reklame ruang luar menunjukkan bawa tidak adanya kesesuaian antara elemen penataan reklame dengan koridor jalan (streetscape). 2. Arahan yang diberikan mempertimbangkan elemen fisik koridor jalan (streetscape) sebagai ruang penempatan reklame sehingga dapat meningkatkan kualitas ruang kota Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010
85
PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM
86
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010