PENANGANAN KRISIS PUBLIC RELATIONS MELALUI MEDIA RELATIONS PT. PLN (PERSERO) APJ BANTEN UTARA (Studi Deskriptif Pemadaman Listrik Bergilir pada bulan September–Oktober 2009) Assiddah Fil-Haq Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
[email protected]
ABSTRACT A crisis is often considered by one company as a virus or epidemic which gnaws it. The reason why crisis can be happened is because the limitedness of human’s ability to answer correctly every demand of environments and the failure of technology which is used. On the other hand, the crisis that occurs in one company sometimes is also regarded as a turning point to reach the better condition. PT. PLN (Persero) ever experienced a crisis that caused the general blackout in entire Indonesia. In the handing of this crisis, there are several things that have to be paid attention, one of those is media. Here, media has a role as an element which delivers information from the company to public, and this role is very important. The objective of this research is to know how the process of Media Relations that is implemented by PT. PLN (Persero) APJ North Banten Public Relations, in the term of handling the crisis, especially, when the blackout happen. This research is made to describe how PT. PLN (Persero) APJ North Banten solve the electrical crisis. This research is made by using descriptive qualitative method. The main informant in this research is the liable holder of public relations department in PT. PLN (Persero) APJ North Banten, besides that researcher also make some information that are gotten from mass media as supporting informant and for testing the validity of data. The method of collecting data which is used is interview and documentation. The result of this research describe that in handling the crisis through media relations, critical paces that are used by Public Relation of PT. PLN (Persero) APJ North Banten is by creating a good relationship with media both printed and electronic medias, local and national. The activities of media relations which are used are also various in form and technique, from having lunch together until press conference, technique of communication which is done in informal way, and personal approach and advertisement contract with those media. The last conclusion of this research, the public relations of PT. PLN (Persero) APJ North Banten in handling the crisis PT. PLN (Persero) APJ North Banten with personal approach and informal communication, in addition, the different objective concept of media relations of PT. PLN (Persero) APJ North Banten Public Relations increase people awareness about the crisis which is going on. Keywords: crisis management, media relations.
PENDAHULUAN Krisis oleh perusahaan kerap kali diidentikkan sebagai virus atau wabah penyakit yang menggerogoti perusahaan. Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia mengatasi berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Beberapa contoh telah memperlihatkan hal tersebut kepada kita. Musibah lainnya yang dapat menyebabkan krisis adalah mogok masal, kebakaran, kecelakaan, ancaman pengambilalihan perusahaan, peraturan baru yang merugikan, skandal, resesi ekonomi, dan sebagainya (Kasali, 2003:217). Keputusan penting dari bidang Humas dengan sigap dan dukungan penuh dari manajemen perusahaan, adalah dengan bekerjasama dengan media secara baik. Selama krisis berlangsung, setiap keputusan Humas didasarkan pada prinsip tanggung jawab bisnis sosial, yang membuat peran Humas menjadi sangat efektif. Dalam kasus tersebut, satu hal yang menyebabkan krisis di anggap kritis karena terbukanya akses ke media massa (Iriantara, 2008:175). Pada keadaan normal, di mana segalanya berjalan sesuai rencana, hal tersebut kadang di angggap menarik bagi media massa. Wajar apabila kemudian sekarang timbul kesadaran dari pimpinan organisasi bahwa mereka memerlukan kesiapan tersendiri untuk menghadapi krisis, terutama yang berkaitan dengan Media Relations atau hubungan dengan pers. Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik bagi para praktisi humas di organisasi-organisasi. Kasus tersebut menegaskan bahwa peranan media penting untuk perusahaan. Fungsi Media Relations dapat meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan, membantu perusahaan keluar dari krisis dan meningkatkan relasi perusahaan. PT. PLN (Persero) yang merupakan salah satu perusahaan kelistrikan terbesar di Indonesia pun tidak luput dari krisis. Krisis yang dialami PT. PLN (Persero) merupakan krisis energi yang mengakibatkan banyak kerugian baik untuk perusahaan maupun konsumen. Sebagai perusahaan, PLN harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memperbaiki kerusakan trafo, dengan membeli baru trafo-trafo yang telah rusak. Krisis energi juga menyebabkan krisis listrik yaitu terjadinya pemadaman di beberapa daerah di Indonesia termasuk wilayah Banten Utara. Krisis energi di PLN disebabkan melonjaknya harga minyak dunia yang ketersediannya kian menipis sehingga mempengaruhi aktivitas perekonomian banyak negara. Di Indonesia
diperparah dengan maraknya penyelundupan minyak yang ditenggarai merugikan negara hingga Rp. 8,8 Triliun per tahun. Dari segi APBN, subsidi BBM yang mencapai 25% dinilai tidak wajar dan memberatkan. Krisis BBM disinyalir juga memperlemah nilai tukar rupiah terhadap dolar selain itu krisis terjadi akibat trafo yang berada di wilayah Tangerang – Jakarta (Kembangan) meledak pada bulan September 2009. (Sethia Budi, Manajer PT. PLN (persero) APJ Banten Utara). Krisis tersebut mengakibatkan pemadaman bergilir di wilayah Jawa-Bali yang merupakan kesatuan sistem sehingga ketika di salah satu wilayah terjadi kekurangan energi maka wilayah lainnya harus mengurangi pemakaian energi untuk menutupi kekurangan energi di wilayah lain ( Muharman Sismanto, Penanggung Jawab Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara). Penyebab krisis yang dialami PT. PLN (persero) selain diakibatkan meledaknya trafo di wilayah Kembangan dan Cawang ada juga penyebab lain yang memang dianggap mengganggu seperti tunggakan listrik PLN yang membengkak, pencurian listrik semakin tinggi, penggunaan listrik yang boros dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Dari sebab-sebab tersebut membawa PT. PLN (persero) dalam kondisi krisis (Penanggung Jawab Humas PT. PLN (persero) APJ Banten Utara, Muharman Sismanto). Dalam menghadapi krisis perusahaan melakukan proses manajemen krisis yaitu mengidentifikasi krisis, menganalisis krisis, mengisolasi krisis, menetapkan pilihan strategi menghadapi krisis dan menjalankan program pengendalian (Kasali, 2003:231). Dalam penanganan krisis perusahaan seperti yang dialami PT. PLN (Persero) dalam hal ini wilayah APJ Banten Utara ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu proses manajemen krisis yang baik, penyusunan rencana komunikasi dalam keadaan krisis sehingga dari rencana komunikasi tersebut akan dibutuhkan Media Relations (Iriantara, 2008:176-177). Berdasarkan hasil pra penelitian diketahui dalam keadaan krisis (pemadaman listrik) di PT. PLN (persero) munculnya berita di surat kabar baik tingkatan lokal maupun nasional dapat dikatakan sering, dengan judul berita yang terkadang menjustifikasi PLN sebagai pihak yang bersalah, sebagai contoh judul-berita yang peneliti anggap negatif mengenai krisis yang terjadi di PLN adalah sebagai berikut : 1. Judul Berita Oktober 2009)
: “Cilegon Mati Listrik Sepuluh Jam” (Banten Raya Pos, 16
2. Judul Berita
: “Perbaikan Trafo Cawang Harus Dipercepat” (Fajar Banten, 01
Oktober 2009) 3. Judul Berita
: “Listrik Sering Byar-Pet UKM Terancam Bangkrut” (Radar
Banten, 13 Oktober 2009) 4. Judul Berita
: “APINDO Protes PLN” (Media Indonesia, 10 Oktober 2009)
5. Krisis merupakan turning point for better or worse (titik balik untuk makin baik atau makin buruk). Dapat juga dikatakan bahwa krisis adalah suatu yang krusial juga moment yang menentukan akan kemana arah perusahaan karena suatu turning point yang baik akan membawa kemenangan dan bila gagal akan menimbulkan korban (Kasali, 2003:222). 6. Dalam kondisi krisis fungsi Humas sangat penting untuk penyusunan manajemen krisis yang nantinya akan dilaksanakan oleh seluruh jajaran direksi dan karyawan PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Media Relations pada masa krisis adalah bagian dari rencana besar dalam bidang komunikasi khususnya di bidang hubungan masyarakat, rencana komunikasi pada dasarnya merupakan bagian dari keseluruhan rencana yang dikembangkan tim manajemen krisis dalam menangani krisis (Iriantara, 2008:176). Media Relations tidak hanya terkait dengan kalangan pers saja melainkan juga mediamedia elektronik seperti radio, televisi dan sebagainya. Karena pada kepustakaan lama pers dibagi menjadi dua, pertama pers dalam arti sempit yakni media cetak dan kedua dalam arti luas itu meliputi semua jenis media perkabaran (Iriantara, 2008:6). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses dan teknik komunikasi dalam media relations yang dijalankan oleh pihak humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam penanganan krisis khususnya pada saat pemadaman listrik .
TINJAUAN PUSTAKA Hubungan masyarakat dalam pengertian sebagai metode komunikasi mengandung arti bahwa kegiatan hubungan masyarakat dilakukan sendiri oleh pemimpin. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003:28).
Dalam pelaksanaannya komunikasi mempunyai beberapa teknik yang diantaranya: Komunikasi Informatif, Komunikasi Persuasif, Komunikasi Pervasif, Komunikasi Koersif, Komunikasi
Instruktif, Hubungan Manusiawi (Effendy, 2003:55). Kaitannya dengan
pembahasan penelitian ini adalah teknik komunikasi apa yang digunakan pihak PLN dengan pihak Media baik secara formal maupun informal dalam penanganan krisis. “Public Relations activity is management of communications between an organization and its publics”(Aktivitas Public Relations adalah mengelola antara organisasi dan publiknya). “Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to establish and maintain mutual understanding between an organization and its public” (Praktek Public Relations adalah memikirkan, merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga saling pengertian antara organisasi dan publiknya) (Ruslan, 2006:16). Bagian terpenting dari pekerjaan humas yaitu membuat kesan atau citra (image), pengetahuan dan pengertian publik terhadap organisasi, menciptakan ketertarikan, penerimaan dengan menjelaskan sebuah kejadian dengan sejelas-jelasnya sehingga apabila ada hal negatif terjadi dapat diputar menjadi pengertian dan penerimaan, menarik simpati. Public Relations Society of America (PRSA), sebuah Organisasi Public Relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika, pada tahun 2002 merumuskan aktivitas-aktivitas Public Relations : Community Relations, Counseling, Development/Fundraising, Employee/Member Relations, Financial Relations, Government Affairs, Industry Relations, Issues Management, Media Relations, Marketing Communication, Minority Relations/Multicultural Affairs., Public Affairs, Special Events and Public Participant (Chatra&Nasrullah, 2008:78). Saat krisis Humas menjalankan Media Relations untuk menjaga citra perusahaan agar tetap baik, pasca krisis pun Media Relations diharapkan dapat memperbaiki citra perusahaan yang menurun (Yulianita, 1999:43). Media Relations merupakan salah satu kegiatan humas eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi (Iriantara, 2005:32). Definisi hubungan media (Media Relations) adalah usaha untuk perkembangan mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi PR dalam rangka menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan (Jefkins&Yadin, 2005:113). Humas mempunyai tugas utama yaitu memberikan pelayanan media, menegakkan suatu reputasi agar dapat dipercaya, memasok naskah informasi yang baik, kerjasama yang baik dalam menyediakan bahan informasi, penyediaan fasilitas yang memadai dan membangun hubungan secara personal dengan media. Media Relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun organisasi/perusahaan (Iriantara, 2008:29). Kegiatan Media Relations merupakan salah satu bagian dari program Hubungan Masyarakat, ada kriteria agar kegiatan Media Relations berjalan baik. Kriteria itu meliputi : a. Komitmen, yang berkenaan dengan kesungguhan dari setiap pihak yang terlibat dalam program untuk memberikan hasil terbaik. b. Kejelasan, yang berkenaan dengan pesan yang hendak disampaikan itu jelas dan sederhana. c. Konsistensi, yang berkaitan dengan konsistensi dalam maksud dan tujuan. Serta konsistensi dalam citra yang hendak dikembangkan. d. Kreativitas, yang berkaitan dengan cara-cara yang kita kembangkan untuk menjalin hubungan dengan media, penyusunan pesan, kegiatan yang dijalankan dalam program tersebut dan seterusnya (Iriantara, 2008:46) Sebagai saluran komunikasi, media massa memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan media lainnya. Ada lima karakteristik media massa: Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu juga, bergerak secara luas dan simultan di mana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan bahkan tingkat pendidikan. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa memakai peralatan teknis dan mekanis (Cangara, 2003:134-135).
Karena ancaman yang timbul pada saat krisis, hendaknya Humas memperhatikan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan humas terhadap media. Hal-hal yang dapat dilakukan Humas antara lain: a. Membuat hubungan yang mesra dengan media b. Mendidik pimpinan agar berkenan menjadi public figure, pihak media akan lebih senang membuat berita ketika di perusahaan terdapat public figure. c. Mengatur pertemuan dengan pers, Humas dapat mengatur siapa sumber yang layak ditemui oleh wartawan di perusahaannya. d. Memberitahukan hak-hak sumber berita, agar sumber berita lebih siap praktisi humas perlu memberi tahu hak-hak seorang sumber berita e. Menyusun stategi wawancara, praktisis humas tidak hanya menyiapkan bahan tertulis untuk diberikan sumber berita terhadap pers, tetapi juga merancang strateginya (Kasali, 2000:188-189) Dalam berhubungan dengan instansi atau perusahaan pada saat krisis, media massa memiliki harapan-harapan yang harus diketahui oleh perusahaan, khususnya oleh praktisi humas dalam membangun saling ketergantungan harapan yang terpenting adalah untuk mendapatkan informasi yang terbaru dari pihak humas dan eksekutif perusahaan sehingga pada saat keadaan krisis media akan lebih membutuhkan pimpinan perusahaan untuk menyampaikan informasi dibanding pihak humas. Selain itu reporter juga mengharapkan tidak ada informasi yang disembunyikan, surat kabar bersungguh-sungguh untuk memasukan muatan berita sebanyak mungkin dengan ruang yang terbatas, media juga mengharapkan lembaga memberikan pemikiran yang sungguhsungguh dan jelas. Tahapan dalam krisis menurut Steven Fink yaitu: Tahap Prodromal, tahapan krisis ini merupakan tahapan krisis turning point. Pada tahapan ini sudah muncul tanda-tanda bahaya krisis apabila tidak segera diatasi akan segera bergeser ke tahap akut. Tahap Akut, pada tahap ini krisis dapat dikatakan the point of no return. Tahapan ini signal yang muncul sudah terlihat jelas. Tahap Kronik, tahapan ketika krisis sudah mengalami puncak tetapi juga akan segera masuk ke tahapan penyembuhan (resolusi). Tahapan ini juga bisaa disebut dengan the clean up phase.
Tahap Resolusi, tahapan ini disebut tahap penyembuhan dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis (Kasali, 2003:225-230). Dalam mengelola krisis, langkah-langkah yang harus dilakukan: Identifikasi Krisis, Analisisis Krisis, Isolasi Krisis, Pilihan Strategy, a). Strategi Defensif (Mengulur Waktu, Tidak Melakukan apa-apa, Membentengi diri dengan kuat), b). Strategi Adaptif (Mengubah Kebijakan, Modifikasi Operasional, Kompromi, Meluruskan Citra), Program Pengendalian (Kasali, 2003:231-232) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang berkaitan dengan pers/media pada saat penanganan krisis, Public Relations melakukan beberapa kegiatan antara lain : a. Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara bersamaan oleh pihak instansi atau perusahaan swasta b. Press Breafing yaitu dilaksanakan secara regular oleh seorang pejabat humas/PR. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi yang lebih rinci dibanding kegiatan lainnya. c. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan melibatkan banyak orang di dalamnya d. Press Lunched yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil dari media, sehingga dalam kesempatan ini dapat melakukan komunikasi antar personal yang lebih efektif e. Kunjugan media yaitu wartawan acapkali diundang guna mengunjungi sebuah pabrik, menghadiri acara pembukaan kantor baru yang disusul dengan peninjauan bersama, atau acara demonstrasi produk baru. f. Wawancara Pers yaitu sifatnya lebih pribadi karena hanya melibatkan dua orang yaitu pihak media dengan pihak perusahaan. (Ardianto&Soemirat, 2004:128-129). Bentuk hubungan media (wartawan/pers) menurut Frank Jefkins adalah sebagai berikut : a. Kontak pribadi Pada dasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan dengan media tergantung ”apa dan bagaimana” kontak pribadi antara kedua belah pihak yang dijalin melalui informal seperti adanya kejujuran, saling pengertian dan menghormati serta kerja sama yang baik demi tercapainya tujuan atau publikasi yang positif.
b. Pelayanan informasi atau media (news service) Pelayanan yang sebaik-baiknya diberikan oleh pihak humas perusahaan kepada pihak media dalam bentuk pemberian informasi, publikasi dan berita baik tertulis, tercetak (press release, news letter, photo press), maupun terekam (video release, cassets recorded, slide film). c. Mengantisipasi kemungkinan hal darurat (contingencyplan) Untuk mengantisipasi kemungkinan permintaan bersifat mendadak dari pihak wartawan atau media mengenai wawancara, konfirmasi, dan sebagainya. Pihak pejabat humas harus siap melayaninya, demi menjaga hubungan baik yang selama ini telah terbina, dan nama baik bagi narasumbernya (Ruslan, 2005:163). Adapun untuk mejalankan kegiatan-kegiatan tersebut ada proses Media Relations, Kegiatan Media Relations sebagai salah satu kegiatan Humas, yang dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses kerja humas. Jadi agar kegiatan Media Relations ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan-tujuan. Oleh karena itu menurut Yosal iriantara dalam bukunya Media Relations (2005:46) mencakup tahapan-tahapan penelitian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi. a. Perencanaan, perencanaan merupakan usaha untuk mewujudkan suatu agar terjadi atau tidak pada masa depan. Dalam perencanaan dikenal dengan istilah perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Dengan perencanaan kita dapat menganalisis kebutuhan, program, kebijakan serta praktik Media Relations organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan Media Relations organisasi. Analisis tersebut dapat dilakukan dengan model analisis SWOT, yaitu dengan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan atau ancaman Organisasi yang berkaitan dengan hubungan organisasi dengan media. b. Implementasi, merupakan penjabaran dari perencanaan yang telah di tetapkan. Dengan melaksanakan program–program yang berusaha untuk mencapai tujuan– tujuan organiasi. Melalui program Program program yang berhubungan tentang pencapaian hubungan media dengan organisasi. Dalam proses implementasi, monitoring merupakan hal yang penting. Untuk mengetahui program tersebut berjalan baik atau tidak. Karena kendala–kendala program yang tidak diperhitungkan bisa saja
muncul dan dipaksa untuk melakukan penyesuaian program. Seperti Program Media Relations, pertumbuhan dan perkembangan media sangat cepat sehingga perlu adanya penyesuaian organisasi terhadap hal tersebut. Selain itu menjadi penyokong jalannya program adalah kebijakan. Kebijakan yang menguntungkan dan dapat memenuhi keinginan objeknya akan berpengaruh terhadap lancarnya program yang dijalankan. Seperti kebiajakan sebuah organisasi agar terbuka terhadap semua media massa menjadi penopang keberhasilam program yang di implementasikan. c. Evaluasi, pada dasarnya tahap evaluasi adalah tahap pengukuran, sejauh mana keberhasilan program humas mempengaruhi keberhasilan dari tujuan organisasi. Efektifitas dari program tersebut diukur dengan variable–variable hasil yang diinginkan oleh organisasi secara jelas. (Iriantara, 2005:46). Secara umum penggunaan media dalam kegiatan penanganan krisis mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Meningkatkan kesadaran, misalnya kesadaran bahwa krisis yang terjadi di perusahaan merupakan kecelakaan/gejala alam. Mengubah sikap, misalnya mengubah sikap dari anti menjadi netral dan dari nertal menjadi pro (mendukung) sehingga media secara tidak langsung dapat menjadi Humas perusahaan. Mendorong tindakan, misalnya mendorong untuk mendukung kebijakan dan membuat berita yang sesuai dengan kenyataan. (Iriantara, 2005:90). Untuk mendukung tujuan tersebut, dalam hal ini dikenal berbagai macam media yang dapat digunakan dalam kegiatan PR. Secara garis besar, media tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: Media cetak, termasuk di dalamnya adalah house journal, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Broadcasting media, termasuk di dalamnya adalah radio, televisi. Special event atau kegiatan-kegiatan khusus. Media luar ruang, termasuk di dalamnya spanduk, reklame, poster, dan lain-lain (Rumanti, 2004:118). Oleh karena itu strategi Media Relations dirasa penting untuk penanganan krisis perusahaan, strategi Media Relations terdiri dari : a. Mengelola Relasi : 1). Mengelola relasi dengan media massa sebagai perusahaan dan wartawan sebagai media massa, 2). Melakukan komunikasi yang intens diantara kedua belah pihak yang berkenaan dengan tugas-tugas pokok masing-masing, 3). Membentuk tim media, 4). Seluruh anggota menjalankan tugas menjalin hubungan
baik dengan pihak media, 5). Menjalin relasi yang dibangun bedasarkan antar manusia. b. Mengembangkan strategi : 1). Terus mengembangkan materi PR untuk media massa, 2). Menggunakan berbagai media yang ada untuk menyampaikan pesan kepada public, 3). Membangun dan memelihara kontak dengan media massa, 4). Memposisikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media massa, 5). Memposisikan pimpinan organisasi sebagai juru bicara, 6). Selalu berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga selalu mendapatkan informasi terakhir. c. Mengembangkan jaringan : 1). Merekrut tenaga wartawan untuk menjadi Public Relations Officer (PRO) di organisasi, 2). Berhubungan baik dengan organisasi kewartawanan, 3). Berhubungan baik dengan orang dari profesi yang berasal dari luar organisasi yang berkenaan memperluas jaringan dengan dunia media massa (Iriantara, 2005:77) Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Pertukaran Sosial memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibaut dan Kelley, pemuka utama dari teori ini menyimpulkan teori ini sebagai berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”. Peneliti menggunakan model komunikasi yaitu Model ABX newcombb. Model Komunikasi tersebut dikenal juga dengan model komunikasi keseimbangan. Menurut Newcombb, pola komunikasi yang terjadi antara dua individu mempunyai dua bentuk atau situasi “seimbang” dan “tidak seimbang”. Situasi komunikasi seimbang akan terjadi apabila dua orang yang berkomunikasi tentang suatu hal/objek sama-sama mempunyai sikap menyukai atau selera yang sama terhadap hal/objek yang dibicarakan. Keadaan tidak seimbang terjadi apabila terdapat perbedaan sikap diantara kedua orang tersebut. Namun, apabila keadaan tidak seimbang ini terjadi, umumnya masing-masing pihak akan berupaya untuk mengurangi perbedaan sehingga keadaan “relatif seimbang” bisa tercapai. Sementara kalau keadaan seimbang terjadi masing-
masing pihak berusaha untuk terus mempertahankannya. Menjaga keseimbangan inilah yang menurut Newcombb merupakan hakekat utama dari komunikasi antar pribadi McQual dan Windahl (Effendy, 2003:262).
KERANGKA PEMIKIRAN Krisis Pemberitaan di Media
TOP MANAJEMEN
Bidang Hubungan Masyarakat
PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara Pemerintah, Masyarakat
Publik Eksternal
Publik Internal
Penanganan Krisis melalui Media Relations
A. Langkah-langkah penanganan krisis B. Bentuk Kegiatan C. Teknik Komunikasi D. Strategi Media Relations E.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriftif kualitatif, dimana penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak mencari atau menjalaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling.
Dalam penelitian ini yang menjadi Key Informan adalah orang yang menjabat dalam struktur bidang Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara yaitu Penanggung Jawab Bidang Humas Bapak Muharman Sismanto beliau selain sebagai Penanggung Jawab Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara tetapi beliau juga konseptor dan pelaksana teknis Media Relations . Selain dari bidang humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara, peneliti pun menjadikan Manajer APJ Banten Utara (Setia Budi), Manajer UPJ Serang (Rustanto SH), Rini (Staf Humas) sebagai informan pendukung sesuai dengan perintah atau yang ditunjuk dari key informan hal tersebut karena penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, pihak media yang menjadi informan tambahan (triangulasi sumber/data) adalah Dadi Bahari (Serang FM), Melan (Megaswara FM), Nina (Reporter Radio Serang FM), Hilman Fikri (Wartawan Banten Raya Pos), Aas Arbi (Wartawan Radar Banten) sebagai sumber perbandingan informasi yang telah didapatkan dari pihak Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara apabila informasi yang peneliti dapatkan dirasa kurang memadai penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik uji keabsahan data agar data yang diperoleh lebih jelas dan memiliki kekuatan validitas dan reliabilitas. Sedangkan teknik yang peneliti lakukan untuk keabsahan data pada penelitian ini adalah teknik triangulasi. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif menurut patton dalam Moloeng (2004:331). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif deskriptif. Adapun langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data sesuai dengan pendapat yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman: pengumpulan data, reduksi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
PEMBAHASAN Berdasarkan data-data yang telah didapatkan oleh peneliti, Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam melaksanakan penanganan krisis dengan Media Relations sangat berguna
untuk pemulihan krisis perusahaan melalui bentuk kegiatan, teknik komunikasi dan strategi Media Relations yang dijalankan oleh pihak Humas dengan media terkait. Pada saat krisis Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara sangat membutuhkan keberadaan media untuk publikasi kepada masyarakat mengenai krisis yang terjadi di PT. PLN (Persero). Krisis di PT. PLN (Persero) puncaknya terjadi pada bulan September-Oktober 2009, krisis tersebut dapat dikategorikan sebagai krisis kronik menuju tahapan resolusi. Krisis yang berlangsung selama dua bulan tersebut merupakan puncak dari krisis yang terjadi di PT. PLN (Persero) dan akan segera masuk ke tahapan penyembuhan (resolusi). Krisis tersebut merupakan fenomena karena dalam kurun waktu 70 tahun PT. PLN (Persero) berdiri krisis tersebut merupakan yang pertama. Pada awal tahun 1990an PT. PLN (Persero) sudah mengalami gejala-gejala krisis akan tetapi bisa di atasi dengan beberapa kegiatan diantaranya: Diskusi langsung dengan Opinion Leader, dibentuknya klinik hemat listrik di beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten, pelaksanaan kegiatan Energi Goes To School, diluncurkannya Listrik Pra Bayar sebagai solusi penunggakan pembayaran listrik, sosialisasi melalui below the line ataupun above the line. Dalam manajemen krisis listrik, beberapa tahapan dilakukan oleh Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Tahapan perencanaan, implementasi, evaluasi. Pada tahapan perencanaan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara melakukan rapat kerja dengan pihakpihak terkait dengan membentuk tim manajemen krisis untuk menangani krisis yang terjadi, pembagian tugas pun dilakukan pada tahapan ini kemudian untuk implementasinya pihak Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara bertindak sebagai juru bicara organisasi, fasilitator kegiatan yang melibatkan Top Manjemen, pelaksana teknis Media Relations.
Langkah-langkah Penanganan Krisis Dalam penanganan krisis ada langkah-langkah yang dilaksanakan PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara : a. Sosialisasi penghematan listrik di internal PLN seperti pengurangan pemakaian energi listrik, penggunaan lampu hemat listrik untuk seluruh karyawan baik di kantor maupun rumah pribadi karyawan.
b. Himbauan secara terus menerus kepada seluruh karyawan juga direksi PLN agar mengurangi pemakaian listrik minimalnya 50 KWH per bulan. c. Himbauan hemat listrik untuk rumah tangga dengan menyampaikannya lewat media cetak dan elektronik berupa iklan dan pemberitahuan dengan tujuan agar masyarakat mengerti tentang keadaan PLN yang sebenarnya dan ikut aktif efisiensi energi listrik. d. Himbauan pengurangan energi kepada pihak industry besar seperti (KS, Indah Kiat, Shandra Asri), program 1 x 24 jam dalam seminggu tanpa listrik PLN. Sehingga dalam waktu 1 hari dalam seminggu industry besar menggunakan diesel sebagai sumber llistrik. e. Kerja sama dalam menggunakan pembangkit listrik dengan Krakatau Stell untuk membantu menutupi kekurangan energi yang terjadi, karena Krakatau stell kan memang mempunyai sumber listrik sendiri. f. Sosialisasi penggunaan lampu hemat energi untuk rumah tangga karena dengan menggunakan lampu hemat energi akan mengurangi beban pemakaian listrik. g. Kegiatan “Tusbung Online dan Mobile” yang dilaksanakan 1 minggu 2x, dengan datang ke rumah-rumah warga yang menunggak pembayaran. h. Komunikasi dengan wartawan baik secara informal maupun formal, baik dengan terus menjadi narasumber yang baik bagi wartawan kemudian terus menerus berkomunikasi via telpon dan menkonfirmasi berita yang PLN anggap kurang tepat, rajin mengirimkan konsep iklan untuk hemat listrik. i. Sosialisasi penggunaan listrik pra bayar untuk mengurangi tunggakan. Dengan menggunakan listrik pra bayar, masyarakat diharapkan sadar bahwa penggunaan listrik harus sesuai kebutuhan dan tidak boros karena dengan listrik pra bayar masyarakat akan merasakan langsung boros/tidaknya penggunaan listrik dengan konsep pulsa seperti telepon genggam.
Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan Media Relations Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam penanganan krisis (pemadaman listrik) yaitu : a. Press Conference
b. Wawancara dengan wartawan c. Press Lunch d. Press Release e. Kunjungan Jurnalistik f. Talkshow g. Iklan h. Buka puasa bersama i. Minum teh bersama j. Shalat jum’at k. Mancing bareng Press Conference di PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dilaksanakan tiga kali selama krisis terjadi. Adapun waktunya pada awal bulan September ketika terjadi ledakan di wilayah Kembangan, kemudian pada saat terjadi ledakan Cawang dan yang terakhir ketika menuju masa penyembuhan krisis yaitu di pertengahan bulan Oktober. Dalam press conference melibatkan beberapa media baik cetak ataupun elektronik tingkat lokal maupun nasional dengan tujuan mutual understanding & awareness tidak semata-mata untuk pencitraan. Wawancara dengan wartawan secara terbuka, jelas dan kooperatif salah satu usaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan wartawan sehingga akan menciptakan komunikasi dua arah yang efektif. Dengan wawancara terbuka akan terjalin hubungan saling menguntungkan, karena wartawan membutuhkan sumber berita dan Humas membutuhkan publikasi. Humas mempunyai tugas untuk menerima wartawan local baik cetak maupun elektronik, sedangkan untuk wartawan dari media nasional Manajer APJ Banten Utara yang langsung menerima wartawan tersebut. Press Lunch dengan beberapa wartawan guna terjalinnya komunikasi antar personal yang mendalam, buka puasa bersama untuk menjalin kekerabatan antara Humas PLN, pejabat PLN dan wartawan media local ataupun nasional. Press Release informasi pemadaman untuk memberikan keterangan yang formal dan akurat yang disampaikan melalui fax, email dan surat terkirim. Release dikirim maksimal sehari sebelum pemadaman.
Kunjungan Jurnalistik ke lokasi utama penyebab krisis agar media mangetahui secara langsung mengenai penyebab krisis yang terjadi di PLN dengan harapan liputan dari kunjungan tersebut dapat secara langsung di publikasikan ke masyarakat luas. Talkshow di media elektronik pun dilaksanakan empat kali selama krisis terjadi di radio Serang FM, Megaswara FM, Hot FM. Yang menjadi pembicara dalam talkshow tersebut adalah manajer UPJ Serang bapak Rustanto, Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara Bapak Muharman Sismanto dan ASMAN Distribusi Bapak Agus Suherman. Selain di radio talkshow pun pernah dilaksanakan di Banten TV yang menjadi pembicara Manajer APJ Banten Utara bapak Setiabudhi pelaksanaannya hanya satu kali selama krisis berlangsung. Iklan himbauan melalui media cetak ataupun elektronik, iklan media cetak tersebut berupa sosialisasi hemat listrik, sosialisasi pemadaman listrik, sosialisasi Listrik Para Bayar, sosialisasi lampu hemat listrik, sosilaisasi mengurangi tunggakan pembayaran listrik. Selain iklan di media cetak disampaikan pula iklan melalui media elektronik yaitu di radio berupa iklan putar mengenai sosialisasi listrik dan untuk pemadaman listrik akan disampaikan langsung oleh penyiar radio tersebut. Buka puasa bersama dilaksanakan karena bertepatan dengan bulan ramadhan, buka puasa dengan wartawan di fasilitasi PLN yang melibatkan seluruh karyawan PLN APJ Banten Utara serta mengundang rekan-rekan wartawan media cetak. Kegiatan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan ramadhan, tanggal 02 September 2010. Minum teh bersama pun kerap dilakukan oleh pihak Humas PLN APJ Banten Utara dengan pihak wartawan, minum teh dilakukan setiap kali wartawan berkunjung dan berbincangbincang santai di ruangan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Shalat Jum’at beberapa kali dilaksanakan selama krisis berlangsung, shalat jum’at dilaksanakan di kantor PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Selain itu Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara pun pernah berlibur dengan mancing bersama beberapa wartawan media cetak.
Teknik komunikasi Media Relations
Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dalam penanganan krisis (pemadaman listrik) yang dilakukan pihak humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara lebih fokus pada komunikasi informal, adapun beberapa teknik yang dilakukan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara : a. Kontak pribadi b. Menjadikan media sebagai kawan bercerita c. Menggunakan bahasa daerah d. Kekeluargaan e. Tidak adanya press room Kontak pribadi yang dilakukan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara mempunyai tujuan meningkatkan kesadaran dan mengubah sikap dari pihak media, dari wartawan yang sebelumnya anti menjadi netral dan dari netral menjadi pro (mendukung). Teknik komunikasi terbuka dilakukan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara, tidak menjadikan media sebagai partner tetapi sebagi kawan bercerita sehingga media pun akan selalu menkonfirmasi pemberitaan apapun yang beredar di publik. Kontak pribadi yang Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara laksanakan tidak hanya terfokus pada pihak wartawan akan tetapi kepada bagian redaktur media tersebut dilaksanakan. Kontak pribadi berupa komunikasi via telpon diluar pekerjaan, ngobrol-ngobrol santai, mancing bersama seperti yang telah peneliti paparkan di bentuk kegiatan Media Relations. Dalam menjalankan Media Relations humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara berusaha untuk menjadikan pihak media sebagai kawan bercerita di samping sebagai partner kerja, sehingga dalam kesehariannya Humas dan media dapat berbincang dengan santai tidak formal seperti rekan kerja biasanya. Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara selalu berusaha mengenali karakter masingmasing wartawan agar terjalin komuniksi yang efektif, dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing wartawan ketika berbincang-bincang, misalnya saja kepada Aas Arbi seorang wartawan dari Radar Banten pihak Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sunda. Berbeda dengan berbincang dengan Melan dari Megaswara FM dengan menggunakan logat Medan. Penerimaan sikap humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara yang sangat kekeluargaan dan santai pun menyebabkan wartawan merasa nyaman untuk berkomunikasi dengan humas PT.
PLN (Persero) APJ Banten Utara sehingga pada keadaan krisis dapat dikatakan cukup memudahkan pihak humas dalam menjalankan Media Relations. Dengan adanya kebisaaan yang tidak umum yang dilaksanakan Humas PT. PLN (Pers€ero) APJ Banten Utara membawa keuntungan dalam prosedur dan birokrasi yang lebih mudah, hal tersebut terlihat pada saat PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara akan mengadakan kegiatan atau pemberitahuan yang membutuhkan media sebagai fasilitator akan lebih mudah karena prosedur dan birokrasi yang dilalui tidak seperti pada umumnya karena melalui via telepon, sms atau email. Tidak adanya press room di PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara pun menciptakan kedekatan yang berbeda dibanding instansi sejenis, sehingga secara personal humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara akan lebih dekat dengan pihak wartawan yang berkunjung ke PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Karena ruangan antara wartawan yang berkunjung sama dengan ruangan kerja humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Dengan tidak adanya press room tersebut pun mendukung argumentasi mengenai komunikasi informal yang terjalin antara Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dengan pihak media.
Strategi Media Relations Dalam menjalankan penanganan krisis di PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dilaksanakan dalam beberapa bagian, yaitu : a. Tidak terikat pada pembentukan tim media b. Kontrak c. Penanggung Jawab Humas sebagai pelaksana tunggal Media Relations d. Akses Media Relations Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara tidak terikat pada pembentukan tim media akan tetapi lebih bertitik berat pada komunikasi antar personal yang dilakukan antara humas PT. PLN (Persero) dengan media baik nasional maupun lokal. Sehingga komunikasi antar individu tidak luput dari strategi Media Relations yang dilakukan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara sehingga komunikasi antar personal berjalan dengan baik dan konsep human relations akan maksimal.
Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara mempunyai kontrak dengan beberapa media lokal diantaranya Radar Banten, Banten Raya Pos, Serang FM, Megaswara FM yang berjalan dari sebelum krisis terjadi. Bentuk kontrak yang dilakukan pihak Humas PT. PLN (Persero) dengan media itu berupa kolom iklan/himbauan di media tersebut untuk cetak dan untuk elektronik berupa iklan putar. Kontrak dengan Radar Banten berupa kolom iklan/himbauan terbit setiap hari dengan ukuran kolom 4x8 cm, untuk konten iklan disesuaikan dengan kebutuhan pihak PLN. Kontrak dengan Fadar Banten berupa kolom iklan/himbauan terbit seminggu satu kali dengan ukuran kolom 3x6 cm, kolom halaman depan surat kabar untuk konten iklan disesuaikan dengan kebutuhan pihak PLN. Kontrak dengan Banten Raya Pos seminggu dua kali dengan dua kolom iklan ukuran 8x15 cm dan 4x8 cm. Sedangkan untuk radio, kontrak yang dilakukan lebih fleksibel karena disesuaikan dengan kebutuhan PT. PLN (APJ) Banten Utara. Untuk proses pembayaran dilaksanakan 1-3 bulan sekali. dalam menyampaikan informasi ke masyarakat pihak media selalu berusaha sesuai dengan fakta dan data di lapangan dengan tidak melepaskan kepentingan media yaitu komersilitas dan kontrol sosial. Dalam melaksanakan fungsi Media Relations tidak semua staf humas PT. PLN (Persero) terlibat hanya penanggung jawab. Bidang Humas yang menjalankan fungsi tersebut, tujuannya agar terjalin komunikasi yang intensif dan meminimalisir salah pengertian dalam proses komunikasi yang terjadi antara wartawan dengan Humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara. Komunikasi intensif dilakukan antara humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dengan pihak media baik secara tatap muka maupun menggunakan alat (telpon, email dan sms). Keterlibatan pihak terkait dalam wawancara, talkshow, press conference dalam kegiatan Media Relations sangat terbuka. Ketika wawancara berlangsung kemudian membutuhkan informasi tambahan dari pihak lain, Humas PLN akan sangat terbuka dengan mengundang pihak tersebut untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan wartawan. Pada saat press conference yang menjadi pembicara adalah pimpinan tertinggi perusahaan didampingi Humas dan bagian terkait.
KESIMPULAN DAN SARAN Langkah-langkah penanganan krisis humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara dibagi ke dalam tiga kategori :
a. Sosialisasi baik di internal PLN maupun eksternal PLN, diantaranya sebagai berikut : 1) Sosialisasi hemat listrik dan penggunaan lampu hemat energi terhadap karyawan yang disampaikan pada saat hari kerja yaitu pada saat pengajian rutin, shalat jum’at bersama, olahraga pagi. 2) Sosialisasi dengan menggunakan posko hemat listrik di wilayah UPJ Cilegon, Merak – Banten pada bulan September 2009. 3) Sosialisasi dengan menggunakan media baik cetak, elektronik maupun luar ruang seperti baliho, spanduk, pamflet. b. Perbaikan gardu penyebab utama terjadinya krisis yang dilaksanakan oleh PLN Pusat dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti kontraktor dan pemerintah daerah. c. Komunikasi yang efektif dengan wartawan baik secara formal maupun informal, contoh : 1)
Kontrak iklan
2)
Makan siang bersama
d. Komunikasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur, Bupati dan Walikota di Wilayah Banten Utara, kemudian dengan pimpinan masyarakat seperti Kiai atau sesepuh yang dianggap panutan, organisasi masyarakat dan organisasi kemahasiswaan dan yang terpenting dengan karyawan PLN. Bentuk kegiatan Media Relations dapat dibagi dalam beberapa bagian: a.
Kegiatan yang bersifat formal seperti konferensi pers, talkshow di radio, wawancara dengan wartawan, kontrak iklan di media massa cetak maupun elektronik.
b.
Kegiatan yang bersifat informal/kontak pribadi dengan ngobrol santai, makan siang bersama, mancing, buka puasa bersama, shalat jum’at bersama.
Teknik komunikasi yang digunakan dalam menjalankan Media Relations humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara yaitu komunikasi antar pribadi yang lebih mengedepankan hubungan yang intensif dengan tujuan menciptakan kesepahaman dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya penanganan krisis : pemadaman listrik. Kedekatan Personal merupakan stategi yang digunakan humas PT. PLN (Persero) APJ Banten Utara, sehingga terciptanya komunikasi yang efektif dalam hubungan tersebut karena
komunikasi antar pribadi yang maksimal akan menciptakan hubungan antar pribadi yang efektif sehingga kemungkinan tujuan perusahaan tercapai akan lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Aulia, Risan Syachda. 2009. Skripsi. Kegiatan Media Relations humas Polda Banten. Serang: Ilmu Komunikasi Untirta Cangara, Hafield. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Chatra, Emeraldy&Rulli Nasrullah. 2008. Public Relations Strategi Kehumasan dalam menghadapi crisis. Bandung: Maksimalis. Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. .2005. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Iriantara, Yosal, 2005. Media Relations; Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. _____________. 2008. Media Relations; Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Jefkins, Frank & Daniel Yadin. 2003. Public Relations. Jakarta: Erlangga. . 2005. Public Relations. Jakarta: Erlangga Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti. . 2000. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:Pustaka Utama Grafiti. Moleong, Lexy.J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2003. Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Bandung: Tarsito Rakhmat, Jalaludin. 2007. Metode penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rumanti, Maria Assumpta. 2004. Dasar-dasar Public Relations: Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Ruslan, Rosadi. 2005. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. _____________. 2006. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Soemirat, Soleh. & Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar-Dasar Public Relations Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: CV. ALFABETA. _______. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: CV. ALFABETA. Wasesa, Silih Agung. 2006. Strategi Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yulianita, Neni. 1999. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: FIKOM UNISBA.
Sumber Lain : Forumkuliah.wordpress.com. “Urgensi PR.Manajemen Krisis”. 09 April 2010.15.08 WIB www.tekmira.esdm.go.id. “currentissue”. 06 April 2010.13.00 WIB Wawancara dengan Muharman Sismanto. 19 April 2010.14.30 WIB