PENANGANAN KREDIT MACET AKAD MURABAHAH UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO DI BMT FOSILATAMA SEMARANG
TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syari’ah
Disusun Oleh : ADHITA SONA MEI LINAWATI
092503002
PROGRAM D3 PERBANKAN SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARI’AH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH Jalan Prof. Dr. Hamka Km. 02 Semarang Telp./Fax. (024) 601291 PENGESAHAN
Nama
: Adhita Sona Mei Linawati
NIM
: 092503002
Fakultas
: Syari’ah
Jurusan
: D3 Perbankan Syari’ah
Judul
: PENANGANAN KREDIT MACET AKAD MURABAHAH UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO DI BMT FOSILATAMA SEMARANG
Telah diujikan oleh Dewan Penguji Program Diploma III Perbankan Syari’ah Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude/Baik/Cukup, pada tanggal 21 Mei 2012. Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya tahun akademik 2011/2012. Semarang, 21 Mei 2012 Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Muhammad Shoim, S.Ag. M.H NIP. 19711101 200604 1 003
H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag NIP. 19690709 199703 1 001
Penguji
Pembimbing
Dr. Ali Murtadho, M.Ag NIP. 19710830 199803 1 003
H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag. NIP. 19690709 199703 1 001
ii
DR. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag. Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang PERSETUJUAN PEMBIMBING Lampiran
: 3 Eksemplar
Hal
: Naskah Tugas Akhir A.n. Sdri. Adhita Sona Mei Linawati
Kepada Yth. Ketua Program Studi D3 Perbankan Syari’ah di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah Tugas Akhir saudari: Nama
: Adhita Sona Mei Linawati
NIM
: 092503002
Jurusan
: D3 Perbankan Syari’ah
Judul
:PENANGANAN KREDIT MACET AKAD MURABAHAH UNTUK MEMINIMALISIR RESIKO DI BMT FOSILATAMA
Dengan ini saya mohon kiranya Tugas Akhir saudari tersebut dapat segera diujikan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
DR. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag. NIP.19690709 199703 1 001
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak berisi materi yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Demikian juga Tugas Akhir ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang,
Mei 2012
Deklarator
Adhita Sona Mei Linawati NIM.092503002
iv
MOTTO
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (kebaikan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah : 2)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu.” (QS. An-Nisa’ : 29)
Jauhilah puji diri, karena seorang ahli ibadah yang terus mengagumi diri sendiri, pada akhirnya akan dikatakan oleh Allah Yang Maha Suci, catatlah hambaku (itu) diantara orang-orang yang sombong.” (Muhammad SAW)
v
KATA PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk : 1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya. 2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a, motivasi, kasih sayang, serta pengorbanan yang tidak ternilai dan tidak akan pernah terbalaskan. 3. Kakakku Vika tersayang yang selalu memberikan support dan bantuan disetiap aku kesulitan dalam menyelesaikan tugas kuliah dan juga tugas kerja, serta yang paling penting dalam pembuatan Tugas Akhir ini sampai selesai. Makasih atas bantuannya mbak. 4. Sahabat-sahabat terbaikku SMA, yang selalu tegak berdiri bersama-sama dalam suka maupun duka, meskipun terkadang ada perselisihan diantara kita tapi itu takkan membuat persahabatan kita bubar. 5. Seseorang yang ada dihatiku setelah Tuhanku dan keluargaku, yaitu Lukman. Aku menyayangimu bukan melihat siapa dirimu, tapi aku menyayangimu karena Tuhanku. Semoga kita bisa mendapatkan ridho Tuhan. Terimakasih selalu ada dan bantu disaat aku kesulitan. 6. Temen-temen baikku dan seperjuangan D3 Perbankan Syari’ah, semoga pertemanan kita tetap terjalin meskipun nantinya jarak kita berjauhan. 7. Semua temen-temen KoPer’S (Komunitas Perbankan Syari’ah) angkatan 2009. 8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
vi
KATA PENGANTAR Robbishrlohlii shodri wayassirli amri wahlul uq datammillisaani yafqohu qouli… Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam, Maha dari segala Maha, Sang Pengampun dan Pemberi Taufik bagi kita makhluk-Nya yang tak pernah lelah dan bosan untuk memberikan rahmat sehingga sampai saat ini kita masih mendapat ketapan iman dan islam. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa rahmat bagi sekalian umat, kepada sanak keluarga, sahabat dan para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman. Dan dengan izin-Nya, Alhamdulillah penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah di BMT Fosilatama Semarang”. Tidak ada gading yang tak retak, karena disana Maha Sempurna Allah SWT yang mengemban dari segala kesempurnaan. Saya sebagai hamba-Nya tak luput dari kekurangan khususnya dalam penyusunan Tugas Akhir yang saya ajukan untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya dalam ilmu Perbankan Syari’ah. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Drs. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. 3. Bapak Drs. H. Wahab Zaenuri, MM selaku Ketua Program Studi Perbankan Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
vii
4. Bapak DR. H. Mohamad Arja Imroni, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 5. Manajer KJKS BMT FOSILATAMA Semarang beserta staf karyawan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan PKL dan menimba ilmu. 6. Bapak dan Ibu tercinta yang mengasuh, mendidik, melindungi, serta memberikan do’a dan dukungan moril maupun materiil. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa, isi, maupun analisisnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi sempurnanya Tugas Akhir ini. Akhirnya, semoga Tugas Akhir ini memberikan manfaat untuk semua pembaca.
Semarang, Mei 2012 Penulis
Adhita Sona Mei Linawati NIM. 092503002
viii
ABSTRAK
Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit macet. Berbagai unsur seperti safety, soundness,
without
substantial
risk
–
pun
dalam
perundang-
undangan/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet. Dan kriteria sebagai kredit macet apabila terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari, atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Penyelesaian pembiayaan macet melalui cara damai dapat dilakukan antara lain dengan keringanan pembayaran tunggakan pokok, penjualan agunan, pengambilalihan aset debitur oleh Lembaga Keuangan, novasi pembiayaan bermasalah kepada pihak ketiga dengan kompensasi asset perusahaan debitur kepada pihak ketiga.
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu Lembaga Keuangan. Di lain pihak, penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam Lembaga Keuangan. Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap Lembaga Keuangan.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PENGESAHAN ..………………………………………...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ….……………………..
iii
HALAMAN DEKLARASI ..………………………………………….
iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………..
v
KATA PERSEMBAHAN……………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………..
viii
ABSTRAK ....……………………………………………………………
x
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
xi
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………….….
1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………….…
4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………..….…..
4
1.3.1. Tujuan Penelitian ………………………………….….. 4 1.3.2. Manfaat Penelitian ……………………………….…… 5 1.4. Tinjauan Pustaka ………………………..…………….…
5
1.4.1. Definisi Operasional Penelitian……………………….
5
1.4.2. Definisi Kredit ………………………………………..
6
1.4.3. Definisi Kredit Macet …………………………….…..
6
1.4.4. Definisi Pembiayaan ……………………………….…
6
1.4.5. Definisi Murabahah ………………………………..… 7 1.4.6. Definisi Resiko ……………………………………….
x
7
1.5. Metode Penelitian ……………….…………………….….. 1.5.1. Jenis Data ……………………………………………..
8 8
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data …………………………… 9 1.5.3. Teknik Analisis Data ……………………………….…. 10 1.6. Kerangka Tertulis …………………..………………….…
10
BAB II : GAMBARAN UMUM BMT FOSILATAMA 2.1. Sejarah Pendirian BMT Fosilatama ……..………………
12
2.1.1. Latar Belakang Pendirian ………………………….…. 12 2.1.2. Gambaran Singkat BMT Fosilatama …………………. 13 2.2. Visi dan Misi BMT Fosilatama …………..……………....
15
2.2.1. Visi BMT Fosilatama ………………………………… 15 2.2.2. Misi BMT Fosilatama ………………………………… 15 2.3. Susunan Manajemen BMT Fosilatama …..…………...…..
16
2.4. Struktur Organisasi ………………………..…………..….
17
2.5. Produk-produk BMT Fosilatama …………...…………….
18
2.5.1. Funding/Penghimpunan ………………………….…… 18 2.5.2. Lending/Pembiayaan …………………………………. 24 BAB III : PEMBAHASAN 3.1. Teknis Murabahah ………………………………………….. 26 3.1.1. Definisi Murabahah ……………………………...…..
26
3.1.2.Landasan Syari’ah …………………………………….. 28 3.1.3.Rukun dan Syarat Murabahah ………………………… 29 3.1.4.Karakteristik Murabahah ……………………………… 30
xi
3.1.5.Tujuan Pembiayaan Murabahah …………………...….. 32 3.2. Praktik Pembiayaan Murabahah di BMT Fosilatama ……… 33 3.2.1.Skema Teknis Pembiayaan Murabahah ……………..... 33 3.2.2.Persyaratan Pembiayaan ………………………………. 33 3.2.3.Pengajuan Permohonan Pembiayaan ………………….. 34 3.2.4.Persetujuan Akad Murabahah ………………………… 34 3.2.5.Contoh Perhitungan Praktis Pembiayaan Murabahah … 37 3.2.6.Pembayaran atau Pelunasan Murabahah ……………… 38 3.2.7.Analisa terhadap Pembiayaan Murabahah ……………. 39 3.3. Pokok Permasalahan ………………………………………… 40 3.3.1.Faktor Penyebab Munculnya Kredit Macet …………… 40 3.3.2.Resiko dalam Pembiayaan Murabahah ……………….. 42 3.3.3.Cara Pencegahan Terjadinya Kredit Macet …………… 44 3.3.4.Strategi Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah dan Dalil Tentang Kredit Macet dalam Fatwa DSN…...
47
3.4. Analisis ……………………………………………………… 53 BAB IV : PENUTUP 4.1. Kesimpulan ………………………………..……………...
61
4.2. Saran ………………………………………………………
62
4.3. Penutup ……………………………………………………
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat pembangunan (an obstacle to economic growth). Pandangan ini berasal dari para pemikir barat. Bahkan tidak sedikit intelektual muslim yang juga ikut meyakininya. Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini hampir dapat dipastikan timbul karena kesalahpahaman terhadap islam. Seolah-olah islam merupakan agama yang hanya berkaitan dengan masalah ritual, bukan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk pembangunan ekonomi serta industri perbankan sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian. Telah terjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi islam identik dengan perkembanganya lembaga keuangan syari’ah. Bank syari’ah sebagai penggerak utama lembaga keuangan yang islami menjadi pemacu bagi perkembangan teori dan praktik ekonomi islam secara mendalam. Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As- Sunnah. Kemunculan
perbankan
syari’ah
disebabkan
oleh
keinginan
masyarakat untuk melaksanakan transaksi perbankan atau kegiatan ekonomi
1
secara umum yang sejalan dengan nilai dan prinsip syari’ah, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktek riba. Disamping itu, perbankan syari’ah ditujukan untuk meningkatkan mobilitas dan transaksi masyarakat yang selama ini belum terlayani oleh jasa perbankan konvensional. Selain perbankan syari'ah, adapula lembaga keuangan syari'ah non bank yang beroperasi dan mempunyai tujuan sama dengan perbankan syari'ah dalam perekonomian umat islam. Sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengangkat harkat dan derajat pengusaha kecil baik dalam skala makro maupun mikro sangatlah dibutuhkan keikutsertaan berbagai pihak dalam kerangka konsep ukhuwah dan kepedulian. Dari sisi makro, bahwa sebagian besar masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang berada pada posisi terpinggir, padahal mereka sebenarnya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur, bila mereka berada pada lingkungan yang kondusif dan memiliki peluang dan kesempatan. Dari sisi mikro, bahwa keterbatasan masyarakat pengusaha kecil adalah sebagian besar dari aspek permodalan, sumber daya manusia, maupun manajemen. Dari sinilah mereka membutuhkan adanya institusi yang secara langsung menaungi keberadaannya.1 Untuk mewujudkan pembangunan tersebut, maka BMT Fosilatama Semarang
sebagai
Koperasi
Jasa
Keuangan
Syari'ah
(KJKS)
ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan pengembangan usaha-usaha kecil mikro. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penerapan murabahah di BMT
1
Abstraksi, Profil BMT, BMT Fosilatama Semarang, 2011, hlm.1
2
Fosilatama Semarang. Pembiayaan murabahah merupakan suatu pembiayaan dengan prinsip jual beli, baik untuk tujuan konsumtif maupun produktif. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya keinginan masyarakat untuk membiayai segala kebutuhannya. Pembiayaan
murabahah
sangat
tepat
diterapkan
untuk
mengakomodasi nasabah terhadap kebutuhan barang. Pihak BMT Fosilatama Semarang dapat membantu memenuhi kebutuhan ini dengan membiayai pembelian barang tersebut dengan harga beli (pokok) ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati. 2 Sebagai lembaga keuangan non bank, BMT Fosilatama Semarang berperan dalam memperbaiki dan mengembangkan perekonomian umat, yang ditujukan dalam kegiatan utamanya yaitu penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada masyarakat. Namun seringkali dalam kaitannya dengan pembiayaan selalu ada permasalahan didalamnya. Permasalahan yang sering terjadi terutama di BMT Fosilatama Semarang salah satunya ialah kredit macet. Kredit macet sangat erat kaitannya dalam pembiayaan dan hampir tidak lepas diantara keduanya. Oleh karenanya, dibutuhkan penanganan dalam pembiayaan bermasalah tersebut untuk meminimalisirkan tingkat kredit macet. Karena pentingnya pembahasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembiayaan murabahah yang merupakan penyaluran dana yang dilaksanakan di BMT Fosilatama Semarang. Oleh karena itu penulis
2
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: Rajawali Perss, 2004, hlm 105
3
mengambil judul "Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah untuk Meminimalisir Resiko di BMT Fosilatama Semarang".
1.2. Rumusan Masalah Pada dasarnya penanganan kredit macet sangat penting untuk meminimalisir resiko dalam pembiayaan bermasalah bagi BMT Fosilatama Semarang. Karena pentingnya penanganan kredit macet, maka penulis berminat untuk melakukan analisis. 1. Apa saja yang dilakukan oleh BMT Fosilatama Semarang untuk menganalisa pembiayaan? 2. Bagaimana cara penanganan kredit macet pada BMT Fosilatama Semarang ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Dalam melaksanakan suatu kegiatan pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Demikian pula dengan penyusunan Tugas Akhir ini penulis mempunyai tujuan : 1. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh BMT Fosilatama Semarang untuk menganalisa pembiayaan. 2. Untuk mengetahui cara penanganan kredit macet pada BMT Fosilatama Semarang.
4
1.3.2. Manfaat Penelitian Dengan
dilakukannya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan manfaat bagi: a. Penulis Dapat menambah pengetahuan serta wawasan penulis tentang BMT Fosilatama Semarang. b. Civitas Akademik 1. Dapat menambah masukan serta bacaan yang mungkin bisa bermanfaat bagi semua mahasiswa serta dapat menambah pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya dan diharapkan dapat berguna sebagai literatur bagi penulis yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan. 2. Dapat memberikan informasi pada pihak praktisi dan akademis di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
1.4. Tinjauan Pustaka 1.4.1. Definisi Operasional Penelitian Definisi Operasional Penelitian adalah menjelaskan secara singkat tentang penelitian di dalam penulisan Laporan Akhir ini. Dari judul yang dibahas penulis, ada beberapa istilah penting yang bersifat konseptual dan mempunyai cakupan yang luas. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengertian dari permasalahan yang dimaksud maka penulis perlu memberikan definisi operasional.
5
1.4.2. Definisi Kredit Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
1.4.3. Definisi Kredit Macet Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.
1.4.4. Definisi Pembiayaan Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Menurut M. Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa “pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit”.
6
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa “Pembiayaan berdasarkan prinsip syari'ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”3
1.4.5. Definisi Murabahah Pembiayaan
Murabahah
adalah
perjanjian
pembiayaan
berdasarkan akad jual beli antara pihak bank dan nasabah. Bank membeli barang yang diinginkan oleh nasabah dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati bersama.
1.4.6. Definisi Resiko Menurut Karim (2004: 63) secara bahasa risiko berarti suatu kejadian negatif, uncertainty (ketidak pastian) dan the future is unknown (waktu yang akan datang tidak dapat diketahui). Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dari hasil yang diharapkan (Karim, 2004: 64). Menurut Hasbullah (2004: 29), risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan kegiatan bank. 3
http://id.shvoomg.com/writing-and-speaking/pengertian-pembiayaan, diakses pada tgl 23 april 2012
7
Menurut Idroes (2008: 4), risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Rivai, et, al (2007: 792), risiko merupakan kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan maupun tidak dapat diperkirakan yang bedampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Dari uraian diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli ekonomi tentang definisi risiko, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti yang dapat menimbulkan kerugian, keadaan yang memburuk karena terjadinya suatu peristiwa.
1.5. Metode Penelitian 1.5.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan di dalam laporan penelitian ini adalah menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data Kualitatif Dalam penelitian penulis mendapatkan data kualitatif yang berupa pengertian serta makna dari pembiayaan musyarakah yang diperoleh dari BMT Fosilatama Semarang.
8
2. Data kuantitatif Penulis juga mendapatkan data kuantitatif yang berupa uraian dan penjelasan yang berkaitan dengan segala sesuatu mengenai permasalahan yang dibahas.
1.5.2. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh melalui : 1. Data sekunder Data sekunder adalah pengumpulan data dengan mempelajari masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti melalui bukubuku pedoman yang berhubungan dengan masalah yang dibahas berupa Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah. 2. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian berupa wawancara kepada pimpinan, karyawan dan karyawati BMT Fosilatama Semarang mengenai permasalahan yang sedang penulis teliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : a. Observasi Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian.
9
b. Wawancara Yaitu mengadakan tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.4 c.
Dokumentasi Yaitu pengumpulan data dengan cara melihat catatan-catatan serta buku yang berhubungan dengan penelitian ini, dan kemudian diolah menjadi penunjang dalam pembahasan.
1.5.3. Teknik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan akan dilakukan klarifikasi yang sesuai dengan pokok-pokok bahasan kemudian, dituliskan dalam tulisan yang utuh dan sistematik. Selanjutnya menganalisa data tersebut dengan menggunakan metode analisis data dan deskriptif.
1.6. Kerangka Tertulis Penulis dalam menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah untuk Meminimalisir Resiko di BMT Fosilatama Semarang” terdiri dari 4 ( empat bab ), yaitu :
4
Husen Umar, Research Method’s In Finance and Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2000, hlm. 116
10
Bab I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Tinjauan Pustaka, Kerangka Tertulis, Hipotesis, dan Metode Penelitian.
Bab II
: GAMBARAN UMUM Bab ini berisi tentang gambaran secara umum mengenai perusahaan yang diteliti.
Bab III : PENYAJIAN TEMUAN PENELITIAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian secara rinci mengenai objek yang menjadi bahan laporan. Bab IV : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran Daftar Pustaka Lampiran
11
BAB II GAMBARAN UMUM BMT FOSILATAMA
2.1 Sejarah Pendirian BMT Fosilatama5 2.1.1
Latar Belakang Pendirian Dari rasa keprihatinan beberapa tokoh masyarakat Banyumanik akan keadaan ekonomi yang terjadi secara nasional , maka dibentuklah suatu Lembaga Keuangan Syari’ah. Lembaga Keuangan ini dibentuk dengan harapan bisa bersentuhan langsung dengan masyarakat kelas bawah yang merasakan dampak krisis moneter secara nasional ini. Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga perbankan untuk menciptakan usaha yang lebih adil untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Bunga Bank menjadi dasar operasional perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Menyadari akan hal tersebut, timbul kesadaran untuk mencoba memikirkan bentuk alternatif sebagai wujud peran serta dalam pembangunan masyarakat. Akhirnya disepakati untuk merintis berdirinya BAITUL MAAL WAT- TAMWIL (BMT) berkantor di Masjid Al Muhajirin, Banyumanik , Semarang. Tujuan yang utama adalah pengenalan Program BMT dengan merekrut anggota masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap
5
Abstrak, Profil BMT, BMT Fosilatama Semarang, 2011, hlm. 1
12
BMT, dengan modal awal dari pendiri sebesar Rp. 15.250.000,00. BMT FOSILATAMA mulai beroperasi yaitu pada tanggal 5 Pebruari 1997. Sejak tanggal 10 Oktober 2002 BMT berbadan Hukum Koperasi Simpan Pinjam yang kemudian lebih dikenal dengan nama “BMT FOSILATAMA”. Tahun ini menjadi awal titik balik dari perkembangan BMT FOSILATAMA, dibawah pengurus baru ini BMT FOSILATAMA dapat berkembang dengan baik, karena pengurus dan anggota Koperasi saling bahu membahu untuk memajukan BMT yang mereka cintai. anggota Koperasi yang merupakan cikal bakal bangkitnya BMT FOSILATAMA selanjutnya disebut sebagai Dewan Pendiri dari Koperasi BMT Fosilatama.
2.1.2. Gambaran Singkat BMT Fosilatama6 Setelah adanya surat edaran dari ICMI Pusat Jakarta yaitu untuk memfasilitasi pembentukan BMT (Baitut Tamwil) di wilayah masing - masing, maka ICMI ORSAT Banyumanik pun mengambil inisiatif membentuk BMT di wilayah Banyumanik dan sekitarnya, bahkan ICMI ORSAT Banyumanik sudah mengirim peserta untuk pelatihan awal yang diadakan oleh PINBUK JATENG. Tapi pada pelaksanaannya menghadapi beberapa kendala yang akhirnya diputuskan untuk melibatkan beberapa unsur yang ada dalam
6
Ibid, hlm.12
13
masyarakat di wilayah Banyumanik dan sekitarnya. Dengan adanya kesepakatan semua unsur ini maka pada hari Jum’at Tanggal 8 November 1996, di rumah Bapak H. Hasan Toha Putra, MBA Jalan Durian Raya 27 c Banyumanik Semarang, diadakan rapat pertama kali membahas pembentukan BMT. Dan dilanjutkan rapat kedua pada hari Jum’at Tanggal 15 November 1996 di Jalan Meranti Barat IV / 225 Semarang di rumah Bapak Slamet Nur Sangaji. Dilihat dari urutan kejadian ini, maka dapat dilihat bahwa ide awal pendirian BMT sebenarnya datang dari
ICMI ORSAT
Banyumanik, karena adanya surat edaran dari ICMI Pusat Jakarta untuk memfasilitasi pembentukan BMT di wilayah masing – masing. Maka dalam dukungannya pada pendirian BMT, ICMI ORSAT Banyumanik mengeluarkan surat dengan Nomor 003 / P3B / ICMI / IX / 1996 Tanggal 18 November 1996 tentang dukungan berdirinya BMT. Setelah beberapa kali diadakan pertemuan / Rapat maka pada hari Jum’at Tanggal 22 Nopember 1996 ditetapkan dan disahkan berdirinya Kelompok Swadaya Masyarakat BMT FOSILATAMA bertempat di Masjid Al Muhajirin serta diputuskan untuk berkantor di Masjid Al Muhajirin Jl. Cemara Raya NO. 1 Banyumanik Semarang.
14
2.2 Visi dan Misi BMT Fosilatama7 2.2.1. Visi 1. Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah yang mengedepankan pada
keunggulan
personal,
keunggulan
manajemen
dan
keunggulan tekhnologi sehingga menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah yang professional. 2. Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah yang mengedepankan pada
keunggulan
personal,
keunggulan
manajemen
dan
keunggulan tekhnologi sehingga menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah kepercayaan ummat. 3. Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah untuk membangun ekonomi ummat secara professional. 2.2.2. Misi 1. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya. 2. Menumbuh kembangkan usaha produktif bagi anggota dan masyarakat. 3. Bekerja secara professional, amanah, ihlas dan sesuai dengan kaidah syari’ah.
7
Ibid, hlm. 12
15
2.3 Susunan Manajemen BMT Fosilatama
a. Pengurus Ketua
: Drs. H. Zainal Hidayat, MA
Sekretaris
: Djoko Tjahjono
Bendahara
: Drs. M. Cholil
b. Pengawas Ketua
: Klimi Hadiwijaya,SE
Anggota
: Drs. Amir Syarif, BS
Anggota
: Suyatno, Spd
c. Dewan Syariah Ketua
: Drs. H.M. Zawawi
Anggota
: M. Rais AS, BA
Anggota
: Drs. Abdul Wahab, SY
d. Pengelola Manajer Pusat
: Budi Harjo, SH
Accounting/Kabag. Operasional
: Dewi Haryanti
Marketing Lending
: Sungkono
Marketing Funding
: Sukino
Administrasi Pembiayaan
: Tri Rahayu
Teller Pusat
: Nurmalia Handayani, SE
Manajer Cabang
: Purwanto, Sos
Administrasi Pembiayaan
: Nirwanah, Sag
16
Teller
: Nanik Lestari
Marketing Funding
: Eko Rudiyono
2.4 Struktur Organisasi8
DEWAN SYARI’AH
BADAN PENGURUS KETUA SEKRETARIS WK. SEK. BENDAHARA
1. Drs. HM. ZAWAWI 2. Drs. ABDUL WAHAB 3. ZAINAL MUHTAROM
: M. RAIS AS BA : Drs. ZAINAL HIDAYAT .MA : DJOKO TJAHYONO : H. AUNUR ROFIQ
BADAN PENGAWAS 1. KLIMI HADI WIJAYA SE 2. MAHFUDZ ALI SH..Msi 3. H CHUSNU YAZID
BUDI HARJO, SH MANAGER
DEWI HARYANTI
NIRWAMAH S.Ag
DIDIK PRIYATMOKO
PEMBUKUAN
KASIR/TELLER
MARKETING
SUNGKONO MARKETING 8
Ibid, hlm. 12
17
2.5 Produk-Produk BMT Fosilatama9 Sistem yang digunakan oleh BMT FOSILATAMA produk
baik
dalam
Funding (Penghimpunan) maupun Lending (Pembiayaan) adalah
sistem Syari’ah (Bagi Hasil). Produk – produk
BMT FOSILATAMA terbagi atas produk
penghimpunan dana dan produk penyaluran dana kepada para anggota.
2.5.1
Funding/Penghimpunan Produk penghimpunan dana, yang dirancang khusus
atas
dasar Syari’ah ( dengan sistem bagi hasil ) terdiri dari beberapa jenis simpanan, antara lain : Si RELA (Simpanan Sukarela) Yaitu Simpanan Mudharabah yang
penarikan
dan
penyetorannya dapat dilakukan setiap saat. Bagi hasil diberikan setiap bulan atas saldo rata – rata harian dan langsung menambah simpanan tersebut. 1. Keistimewaan Si RELA a). Bagi hasil menarik b). Dapat dengan leluasa dalam melakukan transaksi c). Bebas biaya administrasi
9
Brosur BMT Fosilatama
18
2. Manfaat a). Pemanfaatan saldo yang tersimpan dipergunakan untuk pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal dan bermanfaat. b). Investasi jangka panjang dengan bagi hasil bersaing dengan sektor usaha riil. 3. Persyaratan a). Menyerahkan fotocopy b). Menyetorkan simpanan minimal Rp. 10.000,- yang sekaligus sebagai saldo minimal c). Setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000
Si SUQUR 1.
Keistimewaan Si SUQUR a). Bagi hasil kompetitif b). Bebas biaya administrasi c). Mendapat souvenir cantik
2.
Manfaat a). Dapat melaksanakan ibadah qurban dengan rencana, mudah dan murah (hanya dengan Rp. 100.000,-/ bln. 7 anggota dapat berqurban seekor sapi setiap bulan). b). Saldo yang tersimpan dipergunakan untuk pemberdayaan ekonomi ummat.
19
c). Menjaga niat suci ibadah qurban karena simpanan hanya dapat diambil apabila akan dipergunakan. 3. Persyaratan a). Menyerahkan fotocopy identitas diri. b). Menyetor simpanan minimal Rp. 100.000,- yang sekaligus sebagai saldo minimal.
Si SUKA Yaitu produk simpanan yang berguna
untuk
investasi
jangka panjang, dengan jangka waktu yang beragam, yaitu 6 bulan dan 12 bulan. 1. Keistimewaan Si SUKA a). Bagi hasil kompetitif b). Bebas biaya administrasi c). Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan d). Mendapat souvenir cantik 2. Manfaat a). Ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal karena jaminan pemanfaatan atas saldo simpanan. b). Sarana investasi jangka pendek sebelum digunakan untuk pengembangan usaha.
20
c). Pilihan Jangka Waktu Jangka Waktu Si SUKA
Nisbah (%)
6 Bulan
45: 55
12 Bulan
50: 50
Si MAPAN (Simpanan Masa Depan) Adalah Simpanan Masa Depan dengan akad Wadi’ah Yad amanah yang bertujuan untuk membantu anggota mewujudkan cita-citanya, sekolah anak, persiapan pernikahan, pensiun, umroh, kepemilikan rumah, dll. 1. Keistimewaan Si MAPAN a). Jangka waktu dan penggunaan simpanan sesuai keinginan anggota b). Besarnya setoran simpanan sesuai kemampuan anggota c). Mendapatkan bagi hasil setiap bulan d). Bebas biaya administrasi e). Konsultasi perencanaan f). Mendapat souvenir cantik 2. Manfaat a). Ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal karena jaminan pemanfaatan atas saldo simpanan.
21
b). Sarana investasi jangka panjang sebelum digunakan untuk mewujudkan cita-cita.
Si ZAWA Adalah Simpanan Ziarah dan Wisata yang dipersiapkan untuk sarana wisata keluarga dan ziarah Auliya’ secara bersama (jama’ah) maupun keluarga. 1. Keistimewaan Si ZAWA a). Jangka waktu dan penggunan simpanan sesuai keinginan anggota b). Besarnya setoran simpanan tergantung tujuan c). Bagi hasil yang digunakan untuk ziarah dan wisata d). Bebas biaya administrasi e). Mendapat souvenir cantik f). 2 tahun simpanan kembali tanpa potongan apapun 2. Manfaat a). Ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal karena jaminan pemanfaatan saldo simpanan. b). Sarana investasi jangka panjang sebelum digunakan untuk mewujudkan cita-cita berwisata hati.
22
Sertifikat Simpanan Sukarela Yaitu sertifikat tanda kepemilikan
Penyertaan
Modal
bernominal antara Rp 250.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,yang akan mendapat bagi
hasil atas laba tahunan BMT
FOSILATAMA.
Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib Merupakan Koperasi.
dana
Penempatan
atas
keanggotaan di tingkat
ini memiliki akad Musyarakah ( akad
Penyertaan ) yang berlaku atasnya segala ketentuan dan resiko penempatan modal pada Koperasi.
Modal Penyertaan Adalah simpanan khusus anggota yang bertujuan untuk penguatan modal BMT dan berhak atas bagian SHU sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1. Keistimewaan Modal Penyertaan a). SHU menarik Maksudnya adalah SHU (Sisa Hasil Usaha) diperoleh setiap tahun selama modal penyertaan belum diambil. b). Investasi Jangka Panjang Maksudnya adalah simpanan ini bisa menjadi investasi untuk masa depan.
23
c). Dapat dipindah tangankan Maksudnya adalah simpanan ini bisa dipindah tangankan atau diwariskan kepada ahli warisnya jika pemilik meninggal. d). Dapat dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan Maksudnya adalah nasabah yang mengajukan pembiayaan tidak memberikan jaminan baik berupa BKBP maupun sertifikat tetapi nasabah mempunyai modal penyertaan maka bisa dipergunakan untuk jaminan. e). Mendapat souvenir cantik 2.
Manfaat a). Ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal karena jaminan pemanfaatan atas saldo simpanan. b). Sarana investasi jangka panjang yang dapat diwariskan sekaligus sebagai bagian pemilik BMT FOSILATAMA.
2.5.2. Lending/Pembiayaan a. Pembiayaan Murabahah (MBA) Yaitu pembiayaan yang diberikan untuk pembelian suatau barang yang diperlukan anggota. Anggota membayar secara tangguh/angsur sesuai waktu yang disepakati, dengan terlebih
24
dahulu anggota sepakat akan margin/keuntungan terhadap koperasi. b. Pembiayaan Mudharabah (MDA) Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota, dengan semua modal yang berasal dari pihak BMT dan pembagian keuntungan yang diperoleh anggota disepakati diawal. c. Pembiayaan Musyarakah (MSA) Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk kerja sama saling memupuk modal. d. Pembiayaan Al-Ijarah (AI) Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota dalam hal pembiayaaan sewa beli rumah, toko, mobil, rehab rumah, dll. e. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota dengan cara jual beli yang dibayar secara mengangsur. f. Paras Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembiayaan anggota Rumah Sehat. g. Qordhul Hasan Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk kebajikan.
25
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Teknis Murabahah 3.1.1. Definisi Murabahah Secara istilah, terdapat definisi yang diberikan ulama. Diantaranya, Ibnu Rusyd Al Maliki mengatakan Murabahah adalah jual beli komoditas dimana penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang harga pokok pembelian barang dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Menurut Imam Al Kasani, Murabahah merupakan bentuk jual beli dengan diketahuinya harga awal ( harga beli ) dengan adanya tambahan keuntungan tertentu.10 Sedangkan dalam profil BMT Fosilatama diterangkan bahwa murabahah adalah menjual dengan harga awal ditambah dengan keuntungan yang disepakati dan dibayar pada saat jatuh tempo.11 Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa Murabahah adalah jual beli dengan dasar adanya informasi dari pihak penjual terkait dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah ( atas dasar kepercayaan ), sehingga harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas. Murabahah adalah jual beli dengan harga jual sama dengan harga pokok pembelian 10 11
Syafi’I Antonio, Bank Syariah dan Teori Kepraktian, Jakarta : Gema Insani, 2001, hlm. 101 Abstraksi, Profil BMT, BMT Fosilatama Semarang, 2011, hlm. 1
26
ditambah dengan tingkat keuntungan tertentu yang disepakati kedua pihak. Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan nasabah dan adanya proses penjualan kepada nasabah dengan harga jual yang merupakan akumulasi dari biaya beli dan tambahan profit yang diinginkan. Dengan demikian, pihak BMT diwajibkan men-disclose (menerangkan) tentang harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah. Dalam konteks ini, BMT tidak meminjamkan uang kepada nasabah untuk membeli komoditas tertentu, akan tetapi seharusnya pihak BMT-lah yang berkewajiban untuk membelikan pesanan nasabah dari pihak ketiga, dan baru kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang disepakati kedua pihak. Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (Musawamah) dimana dalam jual beli Musawamah terdapat proses tawar-menawar antar penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, dimana penjual juga tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan.12 Berbeda dengan Murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada pembeli. Menurut pandangan ulama fiqh, Murabahah merupakan bentuk jual beli yang diperbolehkan. Murabahah mencerminkan transaksi jual beli dimana harga jual merupakan akumulasi dari biaya-
12
Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah, Jakarta : Paramadina, 2004, hlm. 119
27
biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi (harga pokok pembelian) dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual (margin), dimana harga beli dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli. Dalam arti pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan.
3.1.2. Landasan Syari’ah a. Al-Qur’an13
ﺎﺮﺑ ﻡ ﺍﻟ ﺮ ﺣ ﻭ ﻊ ﻴﺒﻪ ﺍﹾﻟ ﺣ ﱠﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﻭﹶﺃ Artinya: … Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …. (Q.S Al-Baqarah:275) b. Al-Hadist14
]_ اZ ]`ل اaل رPQ .لPQ RST أVW XSYZ VT [\PZ VW fgرPhi\_ واj اk\ اlSm\ اfآom\ اVYSp ثrs .cda وRSdW .lSmd\ t uSmd\ oSvw\PT om\ط اryوا (RjPz VT)روا{ ا
13 14
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, hlm.122 A. Hasan, Bulughul Maraam, Bangil : CV. Pustaka Tamaam, 1991, hlm. 496
28
Dari Suhaib Ar-Rumi r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual” (H.R. Ibnu Madjah). c. Ijma’ Umat islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh oranglain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara sah.15
3.1.3. Rukun dan Syarat Murabahah Murabahah (jual beli) dianggap sah setelah memenuhi rukun dan syarat jual beli: a. Rukun Murabahah 1. Ba’i
: Bank/Penjual
2. Musytari
: Nasabah/Pembeli
3. Mabi’
: Barang
4. Tsaman
: Harga jual (dan margin)
5. Ijab Qabul
: Dituangkan dalam bentuk pembiayaan
b. Syarat Murabahah16 1. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah 15 16
Muhammad, Sistem dan Prosedur Bank sayari’ah, Yogyakarta : UII Press, 2000, hlm. 20 Syafi’i Antonio, Lock, cit, hlm. 102
29
2. Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang diterapkan 3. Kontrak harus bebas dari riba 4. Penjual harus menyampaikan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip, jika syarat (1), (4), atau (5) tidak terpenuhi, pembeli memiliki pilihan: a). Melanjutkan pembelian seperti apa adanya b). Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c). Membatalkan kontrak
3.1.4. Karakteristik Murabahah Karakteristik murabahah dalam ekonomi islam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:17 1. Akad yang digunakan dalam pembiayaan murabahah adalah akad jual beli. Implikasi dari penggunaan akad jual beli mengharuskan adanya penjual dan pembeli. Penjual dalam hal ini adalah BMT, sedangkan pembeli adalah anggota yang membutuhkan barang. Adapun kewajiban BMT selaku penjual, menyerahkan barang yang
17
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah, Yogyakarta : UII Press, 2009, hlm. 148
30
diperjualbelikan kepada anggota. Sedangkan anggota berkewajiban membayar harga barang tersebut. 2. Harga yang ditetapkan oleh pihak penjual (BMT) tidak dipengaruhi oleh frekuensi waktu pembayaran. 3. Keuntungan dalam pembiayaan murabahah berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. 4. Pembayaran harga barang dilakukan secara tidak tunai. 5. Dalam pembiayaan murabahah memungkinkan adanya jaminan, karena sifat dari pembiayaan murabahah merupakan jual beli yang pembayarannya tidak dilakukan secara tunai. Dalam konteks Lembaga Keuangan Syari’ah, beberapa argumen diajukan untuk mendukung keabsahan dari harga yang lebih tinggi untuk pembayaran tunda, antara lain: a. Dalam perspektif syari’ah tidak ada yang melarangnya b. Bahwa masa yang akan datang menurut Ali Kafi’i fuqoha kontemporer “kebiasaan urf yakni tunai yang diberikan segera lebih tinggi daripada yang diberikan pada masa yang akan dating”. c. Peningkatan ini tidak menentang waktu yang diizinkan untuk pembayaran, dank arena itu tidak menyamakan riba islam yang dilarang dalam Al-Qur’an. d. Peningkatan dibayar pada waktu penjualan, bukan setelah penjualan terjadi.
31
e. Peningkatan karena faktor-faktor yang mempengaruhi pasar seperti permintaan dan persediaan, dan peningkatan atau jatuhnya nilai beli dari uang sebagai akibat inflasi atau deflasi. f. Penjual melakukan aktivitas komersial yang produktif dan dikenal.
3.1.5. Tujuan Pembiayaan Murabahah Murabahah juga mempunyai tujuan, diantaranya adalah:18 a. Bagi BMT untuk mencari pembiayaan. Maksudnya adalah dalam operasi Lembaga Keuangan Syari’ah, motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank, pada gilirannya pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan. b. BMT mendapat keuntungan dari margin murabahah c. BMT memiliki pengalaman untuk produk tertentu dengan transaksi murabahah. Yang artinya, satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. d. Memberikan pendanaan untuk nasabah yang membutuhkan e. Menjadi alternatif jual beli yang bebas riba
18
Muhammad, op., cit, hlm. 148
32
3.2. Praktik Pembiayaan Murabahah di BMT Fosilatama 3.2.1. Skema Teknis Pembiayaan Murabahah19 1. Negosiasi dan persyaratan
2. Akad Jual Beli
Bank
Nasabah
6. Bayar 5. Terima barang dan dokumen
3. Beli barang
4. Kirim
Suppiler Penjual
3.2.2. Persyaratan Pembiayaan Untuk menjadi calon nasabah pembiayaan murabahah, BMT Fosilatama menerapkan prosedur-prosedur tertentu yang harus dipenuhi bagi calon nasabah yaitu dengan membuat persyaratan yang telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Diantaranya,
nasabah
mengisi
formulir
pembiayaan
dengan
melampirkan:20 a. Fotokopi KTP suami istri b. Fotokopi Kartu Keluarga c. Fotokopi rekening listrik/PAM/telepon d. Fotokopi Agunan/Jaminan (BPKB + STNK, sertifikat rumah/ bangunan, Surat Ijin Pasar) 19 20
Syafi’i Antonio, op., cit, hlm. 100 Formulir Pembiayaan BMT Fosilatama
33
e. Surat persetujuan suami istri 3.2.3. Pengajuan Permohonan Pembiayaan Setelah syarat administrasi dipenuhi, selanjutnya nasabah pembiayaan mengajukan permohonan menjadi calon anggota dengan mengisi formulir yang sudah dipersiapkan BMT Fosilatama. Diharapkan calon nasabah mematuhi segala peraturan yang tertera dalam AD/ART. Dalam pengisian formulir pembiayaan diterangkan bahwa BMT Fosilatama berhak melakukan penilaian kelayakan usaha termasuk menolak permohonan tanpa menyebutkan alasan.
3.2.4. Persetujuan Akad Murabahah Sebelum
menyetujui
permohonan
pembiayaan
yang
diajukan oleh nasabah, BMT Fosilatama perlu melakukan penelitian secara mendalam terhadap calon nasabah sehingga dikatakan layak mendapatkan pembiayaan. Sehingga jaminan hanya berfungsi untuk berjaga-jaga atau melindungi pembiayaan apabila macet. Dalam proses persetujuan pembiayaan dilakukan beberapa tahap, diantaranya: a. Tahap survei/kunjungan Tahap ini berfungsi untuk menilai kelayakan calon nasabah serta meneliti dan mencocokan kebenaran dokumen dan data-data yang diserahkan nasabah. Dalam tahap ini dilakukan on the spot atau kegiatan pemeriksaan lapangan dan wawancara untuk meninjau kebenaran usaha dan jaminan. Apabila sesuai, maka
34
marketing officer membuat rangkuman hasil pelaksanaan survei dan kesimpulan hasil pengecekan. b. Tahap Analisis Tahap ini mengacu pada prinsip The C’s of Credit, yaitu: 1.
Character,
keadaan
atau
watak
calon
nasabah
baik
dalamkehidupan pribadi maupun bermasyarakat. 2. Capacity, kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginnya. 3. Capital, jumlah modal dana sendiri yang dimiliki calon nasabah. 4. Collateral, barang yang diserahkan oleh nasabah sebagai agunan terhadap pembayaran yang diterimanya. 5. Condition, kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hukum. c. Rapat Komisi Rapat komisi dihadiri oleh manajer, kabag marketing, pembantu lapangan (PL), serta kabag operasional yang mengetahui kondisi keuangan BMT. Dalam rapat ini akan dibahas mengenai pengajuan pembiayaan yang diajukan nasabah dengan pertimbangandata survei dan analisis. Kemungkinankemungkinan keputusan yang diterapkan diantaranya:
1. Diterima permohonan pembiayaan 2. Diterima sebagian permohonan pembiayaan
35
3. Ditolak permohonan pembiayaan d. Administrasi Pembiayaan Untuk tahap selanjutnya setelah permohonan pembiayaan diterima, maka antara nasabah dan BMT Fosilatama melakukan kesepakatan mengenai administrasi pembiayaan. Beberapa hal yang akan ditetapkan diantaranya adalah: 1.
Jumlah pembiayaan yang akan dicairkan beserta tanggal pencairannya.
2.
Besarnya margin pembiayaan murabahah.
3.
Tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman pokok beserta marginnya. Untuk BMT Fosilatama, maksimal pembiayaan muarabahah adalah 3 bulan.
4.
Biaya administrasi pembiayaan, biaya materai, dan biaya tagih bila nasabah tidak membayar angsuran pada saat jatuh tempo.
5.
Setiap nasabah pembiayaan harus punya rekening simpanan di BMT Fosilatama, meskipun tidak dibatasi besar kecilnya dan dapat dilakukan secara fleksibel. Rekening simpanan ini dimaksudkan untuk memudahkan nasabah bila tidak dapat mengangsur sesuai dengan tanggal jatuh tempo maka dapat dipotongkan saldo simpanan dan harus dengan persetujuan nasabah.
36
e. Tahap Pencairan Proses pencairan pembiayaan ini melibatkan manajer, kabag marketing, kabag operasional, dan teller. Akad pembiayaan akan sah apabila telah memenuhi syarat dan rukun pembiayaan. Pada saat akad juga terjadi pengikatan jaminan. f. Tahap Monitoring Yang dimaksud pada tahap ini adalah BMT Fosilatama ikut memonitor aktifitas nasabah, serta memantau data angsuran jatuh tempo selama masa pembiayaan berlangsung.
3.2.5. Contoh Perhitungan Praktis Pembiayaan Murabahah BMT Fosilatama sebagai salah satu koperasi jasa keuangan syari’ah berpartisipasi dalam mewujudkan pengembangan usaha-usaha mikro. Maka dalam melayani pembiayaan murabahah masih seputar pembiayaan konsumtif dan modal kerja, sehingga tidak memerlukan dana yang cukup besar. Untuk itu, perhitungannya pun masih sederhana.21 Contoh: Seorang nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk usaha catering sebesar Rp. 3.000.000,- kepada BMT Fosilatama. Kemudian antara BMT Fosilatama dan nasabah sepakat margin
21
Hasil Wawancara dengan Bagian Adm. Pembiayaan (Tri Rahayu) BMT Fosilatama, tgl 13 April 2012
37
murabahah adalah Rp. 90.000.000,- dan masa jatuh tempo 3 bulan. Maka perhitungannya adalah: Harga beli Rp. 3.000.000,Margin Rp. 90.000.000,Jangka waktu 3 bulan Untuk bulan pertama dan bulan kedua angsuran marginnya sebesar Rp. 30.000.000,- dan untuk bulan ketiga angsuran margin + pokoknya adalah Rp. 3.030.000.000,-
3.2.6. Pembayaran atau Pelunasan Murabahah Dalam melakukan pembayaran atau pelunasan pembiayaan murabahah, nasabah dapat datang sendiri ke kantor BMT Fosilatama atau menggunakan jasa Pembantu Lapangan (PL) yang selalu memantau data angsuran jatuh tempo. Bila nasabah mengalami keterlambatan pembayaran maka dikenai biaya tagih sesuai dengan kesepakatan pada saat akad. Kemudian jika pembiayaan murabahah sudah lunas, barang jaminan akan dikembalikan lagi kepada nasabah. Untuk nasabah yang bermasalah dalam pembiayaan murabahah sebagian hanya mengalami kemunduran pada saat pembayaran jatuh tempo, dikarenakan dari pihak nasabah sendiri yang mengalami problem. Untuk mengatasi tersebut, BMT Fosilatama
38
melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada nasabah dan mencari penyelesaian sebaik mungkin.22
3.2.7. Analisa terhadap Pembiayaan Murabahah Baik bank syari’ah maupun bank konvensional dalam memberikan pembiayaan atau kredit kepada nasabah berupaya menjaga agar investasinya aman dan menguntungkan. Untuk itu, Lembaga Keuangan Syari’ah menerapkan prinsip-prinsip dalam menilai calon debiturnya untuk menganalisa pembiayaan, yaitu dengan menggunakan The C’s of Credit, berupa:23 1. Character Penilaian watak debitur terutama mengenai i’tikad baik, kejujuran, sifat dan kepribadian. Hal ini dapat dilihat dari perilaku nasabah selama menjadi partner atau menanyakan kepada orang-orang terdekat nasabah, saudara dan tempat bekerja. 2. Capacity Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginnya.
22
Hasil Wawancara dengan Kabag. Operasional (Dewi Haryanti) BMT Fosilatama, tgl 13 Apil 2012 23 Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hlm.135
39
3. Capital Tingkat financial atau modal yang dimiliki oleh debitur sendiri, biasanya bisa dilihat dari pendapatan nasabah per bulan dikurangi pengeluarannya. 4. Collateral Nilai barang jaminan yang digunakan oleh debitur sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT. Nilai jaminan diharapkan lebih besar dari jumlah pembiayaan, dimungkinkan jika nilai jaminan mengalami penurunan, pihak BMT tidak dirugikan. 5. Condition Kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hokum. Bertujuan untuk melihat dan memprediksi resiko yang akan terjadi.
3.3. Pokok Permasalahan 3.3.1. Faktor Penyebab Munculnya Kredit Macet Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (BMT) maupun debitur (nasabah). • Faktor-faktor penyebab yang merupakan kesalahan pihak kreditur (BMT) adalah:
40
1. Keteledoran BMT mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan. 2. Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan. 3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi. 4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman. 5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf bagian kredit. 6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan BMT. 7. Lemahnya timbulnya
kemampuan kredit
BMT
bermasalah,
mendeteksi termasuk
kemungkinan
mendeteksi
arah
perkembangan arus kas (cash flow) debitur lama. • Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang diakibatkan karena kesalahan pihak debitur (nasabah) antara lain: 1. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum dan/atau bidang usaha dimana mereka beroperasi.
41
2. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani. 3. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitur. 4. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain. 5. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius. 6. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana alam. 7. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan tidak akan mengembalikan kredit).
3.3.2. Resiko dalam Pembiayaan Murabahah Resiko yang harus diantisipasi dalam pembiayaan murabahah antara lain:24 1. Default atau Kelalaian Artinya nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
24
Syafi’I Antonio, op., cit, hlm. 107
42
2. Fluktuasi Harga Komparatif Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah BMT membelikannya untuk nasabah. BMT tidak mengubah harga jual beli tersebut. 3. Penolakan Nasabah Barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerima. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila BMT telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik BMT. Dengan demikian BMT mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain. 4. Dijual Karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut. Karena termasuk untuk menjualnya, resiko untuk default akan besar.
43
3.3.3. Cara Pencegahan Terjadinya Kredit Macet Setiap penyaluran kredit oleh BMT tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi ‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh BMT dalam menekan atau mengurangi seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya, adalah: 1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Kredit Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat BMT. Terlebih lagi untuk pemberian kredit jangka panjang, seperti kredit investasi misalnya. Mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi BMT. Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5 C + 1C, yang meliputi:25
25
Edi Wibowo, DKK, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005, hlm. 79
44
a. . Character Penilaian watak debitur terutama mengenai i’tikad baik, kejujuran, sifat dan kepribadian. Hal ini dapat dilihat dari perilaku nasabah selama menjadi partner atau menanyakan kepada orangorang terdekat nasabah, saudara dan tempat bekerja. b. Capacity Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginnya. c. Capital Tingkat financial atau modal yang dimiliki oleh debitur sendiri, biasanya bisa dilihat dari pendapatan nasabah per bulan dikurangi pengeluarannya. d. Collateral Nilai barang jaminan yang digunakan oleh debitur sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT. Nilai jaminan diharapkan lebih besar dari jumlah pembiayaan, dimungkinkan jika nilai jaminan mengalami penurunan, pihak BMT tidak dirugikan. e. Condition Kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan kepastian hukum. Bertujuan untuk melihat dan memprediksi resiko yang akan terjadi.
45
f. Constraint Dalam pemberian kredit, BMT perlu juga mengetahui dan mempertimbangkan hambatan (constraint) yang mungkin muncul di lapangan. BMT perlu mengetahui tanggapan masyarakat setempat terhadap rencana investasi yang akan dilakukan oleh calon debiturnya, karena bisa saja masyarakat setempat menolak rencana investasi tersebut. Sebagai contoh seorang debitur mengajukan kredit untuk membangun sebuah peternakan babi misalnya. Nah, pihak BMT perlu mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat setempat, apakah menerima atau menolak kehadiran peternakan tersebut. 2. Pemantauan Penggunaan Kredit Setelah BMT memutuskan untuk memberikan kredit kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas BMT sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula tugas BMT yang sesungguhnya dalam penyaluran kredit. BMT senantiasa harus memantau kredit yang telah disalurkannya. Apakah debitur benar-benar menggunakan kreditnya sesuai dengan permohonan semula,
atau
digunakan
untuk
keperluan
lain?
Bagaimana
perkembangan dan prospek usaha debitur? Bagaimana keadaan perekonomian nasional secara keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur? Dan pertanyaan-pertanyaan lain
46
berkaitan dengan prospek kredit yang telah disalurkan oleh BMT. Pertanyaan-pertanyaan
ini
penting
dijawab,
dalam
rangka
mengantisipasi kemungkinan tersendat atau macetnya kredit yang telah disalurkan BMT. 3. Jaminan Kredit Jaminan kredit (collateral) atau agunan sebenarnya tidaklah mutlak sifatnya, tetapi perlu, guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang disalurkan bank. Di samping status dan kondisi jaminan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh bank adalah dalam cara pengikatannya. Pengikatan jaminan kredit ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan eksekusi jaminan, apabila kelak debitur ingkar janji (wan prestasi) atau tidak mampu melunasi kreditnya.
3.3.4. Strategi Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah dan Dalil Tentang Kredit Macet dalam Fatwa DSN Untuk menyelamatkan dan menyelesaikan kredit yang dikategorikan macet, BMT Fosilatama melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1.
Penyelamatan Kredit Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali
47
antara BMT sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Mengenai penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah dengan melalui alternatif penanganan secara berikut:26 a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh pihak
BMT,
melainkan
hanya
kepada
debitur
yang
menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. 1). Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur
mempunyai
waktu
yang
lebih
lama
untuk
mengembalikannya. 26
Hasil Wawancara dengan Kabag. Operasional (Dewi Haryanti) BMT Fosilatama, tgl 18 April 2012
48
2). Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas. Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: 1). Kapitalisasi bunga Yaitu bunga dijadikan hutang pokok. 2). Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pnjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. 3). Penurunan suku bunga
49
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi 18 %. Hal ini tergantung dari pertimbangan
yang bersangkutan.
Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang
semakin
mengecil,
sehingga
diharapkan
dapat
membantu meringankan nasabah. 4). Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut: 1). Penambahan dana bank 2). Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru 3). Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan modal sementara
50
d. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
2.
Write-Off Berdasarkan pasal 1 angka 24 Peraturan Menteri Keuangan No. 28/PMK.05/2010 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman, yang dimaksud Write-Off adalah proses penghapusan hak tagih atau upaya tagih secara perdata atas suatu piutang.27 Sedangkan menurut BMT Fosilatama, Write-Off adalah tindakan
administratif
Lembaga
Keuangan
untuk
menghapusbukukan kredit macet di neraca sebesar kewajiban debitur, bersifat sangat rahasia dan secara yuridis tidak menghapus tagih BMT kepada debitur.
a. Syarat Kondisi Write-Off 1). Penghapusan hanya boleh dilakukan kepada nasabah yang pembiayaannya
sudah
27
tergolong
macet,
akan
tetapi
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007, hlm. 64
51
berdasarkan analisis BMT, secara material masih ada sumber meskipun sangat terbatas jumlah untuk membayar. 2). Penghapusan tagihan hanya dilakukan kepada nasabah yang pembiayaannya sudah macet dan berdasarkan analisis ekonomi pihak BMT, nasabah yang bersangkutan nyatanyata tidak mempunyai sumber dan kemampuan untuk membayar. b. Klasifikasi Write-Off 1). Hapus buku, yaitu penghapusbukuan seluruh pembiayaan nasabah yang tergolong macet, akan tetapi masih akan tetap ditagih. 2). Hapus tagih, yaitu penghapusbukuan dan penghapus tagihan seluruh pembiayaan nasabah yang sudah nyata-nyata macet.
3.
Dalil Tentang Kredit Macet dalam Fatwa DSN 1.
Firman Allah Q.S. Al-Baqarah (2):280
βÎ) ( óΟà6©9 ×öyz (#θè%£‰|Ás? βr&uρ 4 ;οuy£÷tΒ 4’n<Î) îοtÏàoΨsù ;οuô£ãã ρèŒ šχ%x. βÎ)uρ ∩⊄∇⊃∪ šχθßϑn=÷ès? óΟçFΖä.
52
“dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” 2.
Hadis Nabi riwayat jama’ah
..... cd~ \_ اz “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…”
3.4. Analisis Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit macet. Berbagai unsur seperti safety, soundness,
without
undangan/peraturan
substantial perlu
risk
mendapatkan
–
pun
dalam
perhatian,
perundang-
karena
dalam
kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet. Dan kriteria sebagai kredit macet apabila terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari, atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
53
Penyelesaian pembiayaan macet melalui cara damai dapat dilakukan antara lain dengan keringanan pembayaran tunggakan pokok, penjualan agunan, pengambilalihan aset debitur oleh Lembaga Keuangan, novasi pembiayaan bermasalah kepada pihak ketiga dengan kompensasi asset perusahaan debitur kepada pihak ketiga. Penyelesaian pembiayaan macet melalui saluran hukum tidak dilakukan oleh semua BMT, karena penyelesaian pembiayaan macet melalui hukum tergantung kebijakan dari pihak BMT. Namun jika ada BMT yang memakai jalur hukum dalam penyelesaan kreditnya, maka antara lain dengan penyelesaian pembiayaan melalui pengadilan negeri, yang mencakup somasi/peringatan dan gugatan, penyerahan pengurusan kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara,
permohonan
pernyataan
kepailitan
melalui
pengadilan
niaga,
penyelesaian pembiayaan macet melalui kejaksaaan, penyelesaian pembiayaan dengan mengajukan klaim. Apabila seluruh upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah tersebut telah dilakukan dan ternyata pembiayaan belum lunas, maka pihak BMT dapat melakukan penghapusbukuan pembiayaan macet. Kebijakan penghapusbukuan ini harus dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Walaupun pembiayaan macet telah dihapuskan, namun pihak BMT tetap mempunyai kewajiban untuk menagih, karena penghapusbukuan pembiayaan macet hanya merupakan tindakan akuntansi dalam pengelolaan aset Lembaga Keuangan yang berpengaruh terhadap perhitungan laba rugi dan struktur permodalan bank.
54
Penghapusan pembiayaan macet ini bersifat sangat rahasia dan bukan merupakan penghapusan/pembebasan hutang debitur, tetapi semata-mata hanya merupakan tindakan intern Lembaga Keuangan yang bersifat administrasi yaitu pemindahbukuan dari rekening intrakompatibel ke ekstrakompatibel. Oleh karena itu, secara yuridis kreditur masih mempunyai kewajiban untuk menagih serta pembiayaan macet yang dihapuskan masih merupakan aset Lembaga Keuangan yang tetap dikelola.
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu Lembaga Keuangan. Di lain pihak, penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam Lembaga Keuangan. Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap Lembaga Keuangan. Untuk meminimalisir resiko bagi Lembaga Keuangan, maka perlu dilakukan upaya penanganan kredit macet dengan cara sebagai berikut:
1. Penyelamatan Kredit Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara BMT sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Mengenai penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah dengan melalui alternatif penanganan secara berikut:
55
a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh pihak BMT, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. Perubahan syarat kredit terdiri dari : 1).Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. 2). Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.
Dalam
hal
ini
jangka
waktu
angsuran
kreditnya
diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.
56
b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas. Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: 1). Kapitalisasi bunga Yaitu bunga dijadikan hutang pokok. 2). Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pnjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. 3). Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi 18 %. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.
57
4). Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut: 1). Penambahan dana bank 2). Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru 3). Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan modal sementara d. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
58
2.
Write-Off Berdasarkan pasal 1 angka 24 Peraturan Menteri Keuangan No. 28/PMK.05/2010 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman, yang dimaksud Write-Off adalah proses penghapusan hak tagih atau upaya tagih secara perdata atas suatu piutang. Sedangkan menurut BMT Fosilatama, Write-Off adalah tindakan administratif Lembaga Keuangan untuk menghapusbukukan kredit macet di neraca sebesar kewajiban debitur, bersifat sangat rahasia dan secara yuridis tidak menghapus tagih BMT kepada debitur. a. Syarat Kondisi Write-Off 1). Penghapusan hanya boleh dilakukan kepada nasabah yang pembiayaannya sudah tergolong macet, akan tetapi berdasarkan analisis BMT, secara material masih ada sumber meskipun sangat terbatas jumlah untuk membayar. 2). Penghapusan tagihan hanya dilakukan kepada nasabah yang pembiayaannya sudah macet dan berdasarkan analisis ekonomi pihak BMT, nasabah yang bersangkutan nyata-nyata tidak mempunyai sumber dan kemampuan untuk membayar.
59
b. Klasifikasi Write-Off 1). Hapus buku, yaitu penghapusbukuan seluruh pembiayaan nasabah yang tergolong macet, akan tetapi masih akan tetap ditagih. 2). Hapus tagih, yaitu penghapusbukuan dan penghapus tagihan seluruh pembiayaan nasabah yang sudah nyata-nyata macet.
60
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas mengenai Penanganan Kredit Macet Akad Murabahah di BMT Fosilatama, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat BMT. Terlebih lagi untuk pemberian kredit jangka panjang, seperti kredit investasi misalnya. Mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi BMT. Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5 C + 1C, yang meliputi: character, capacity, capital, collateral, condition, constrain. 2. Pengelolaan kredit macet di BMT FOSILATAMA telah sesuai dengan arahan, pedoman, dan kebijakan. Adapun penanganan kredit macet menggunakan cara sebagai berikut: a. Penyelamatan kredit, yaitu suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara BMT sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Adapun macam penyelamatan
61
kredit, berupa: rescheduling (penjadwalan ulang), reconditioning (persyaratan ulang), restructuring (penataan ulang), liquidation (likuidasi), penyitaan jaminan. b. Write-Off, yaitu tindakan administratif Lembaga Keuangan untuk menghapusbukukan kredit macet di neraca sebesar kewajiban debitur, bersifat sangat rahasia dan secara yuridis tidak menghapus tagih BMT kepada debitur.
4.2. Saran Dengan semakin berkembangnya masyarakat dan tuntutan pelayanan yang semakin tinggi, maka Lembaga Keuangan baik bank maupun non bank sangat dibutuhkan bagi masyarakat untuk menunjang kebutuhannya. Untuk itu dari penulisan ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat bermanfaat. Maka dari itu penulis menyarankan: 1. Sumber Daya Manusia (SDM) BMT FOSILATAMA supaya lebih menguasai konteks fiqih bermuamalah yang telah diaplikasikan kedalam produk-produk kesalahpahaman
Lembaga persepsi
Keuangan mengenai
Syari’ah. definisi
Karena
murabahah,
terdapat dimana
pembiayaan bai’ bitsaman ajil yang diterapkan di BMT FOSILATAMA sebenarnya adalah pembiayaan murabahah yang sistem pembayarannya bai’ bitsaman ajil (angsuran).
62
2. Dengan dikeluarkannya Fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, diharapkan masyarakat yang mayoritas muslim lebih memilih Lembaga Keuangan Syari’ah sebagai partner usahanya. 3. Dari hasil praktik di BMT FOSILATAMA, masih banyak yang perlu dibenahi antara lain: a. Faktor internal manajemen BMT FOSILATAMA yang meliputi: 1). Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) secara berkualitas dan kuantitas, misalnya: pembinaan terhadap SDM yang ada secara berkelanjutan, baik secara teori maupun secara implikasi di lapangan. 2). Peningkatan infrastruktur (sarana dan prasarana) yang mendukung. 3). Lebih meningkatkan kebersamaan tim dalam bekerja agar tetap dibanggakan dan lebih dipercaya oleh nasabah. b. Faktor eksternal BMT FOSILATAMA yang meliputi: 1). Perluasan jaringan disekitar Banyumanik melalui tokoh-tokoh masyarakat. 2).
Penyuluhan
pada
masyarakat
sekitar
tentang
pentingnya
penggunaan produk-produk Lembaga Keuangan Syari’ah yang dikelola dengan sistem Syari’ah.
63
3). Peningkatan jaringan kemitraan dengan kelembagaan syari’ah lainnya. 4). Lebih mensosialisasikan organisasi agar mudah diakses oleh kalangan masyarat luas. 5). Mengkampanyekan kepada masyarakat untuk produktif
bukan
konsumtif dengan membantu memberi pembiayaan produktif. Dengan banyaknya masyarakat yang memiliki sikap produktif akan
mempengaruhi
daerah
tertentu
untuk
memperoleh
pendapatan lebih sehingga daerah tersebut lebih sejahtera.
4.3. Penutup Alhamdulillahirabbil alamiin… Penulis panjatkan kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berstudi kasus di BMT Fosilatama. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kemajuan intelektual insan akademik pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abstraksi, Profil BMT, BMT Fosilatama Semarang, 2011 Antonio, Syafi’i, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 1996 Karim, Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2001 Muhammad, DR. M.Ag., Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah, Yogyakarta: UII Press, 2009 Puspopranoto, Suwardjo, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan, Jakarta: LP3ES Indonesia, 2004 Remy, Sjahdeini Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007 Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Umar, Husein, Research Method’s in finance and Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2000 Wibowo, Edi, dkk, Mengapa Memilih Bank Syari’ah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005
65