SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 --153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
PENANGANAN KEKERASAN ANAK BERBASIS MASYARAKAT Oleh: Uswatun Hasanah1 , Santoso Tri Raharjo2
1. Mahasiswa Magister Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran 2. Staf Pengajar pada Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Padjadjaran Email :
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Anak merupakan aset bangsa yang kelak akan memelihara, mempertahankan, serta mengembangkan kekayaan hasil perjuangan bangsa. Kekerasan terhadap anak menjadi fenomena yang tidak ada habisnya. Kasus dan korbannya selalu meningkat setiap tahunnya. Kekerasan dapat terjadi di lingkungan dalam maupun luar keluarga. Anak yang menjadi korban kekerasan tentu akan mengalami trauma baik fisik maupun psikisnya. Anak yang mengalami kekerasan di masa lalunya akan berpotensi untuk melakukan tindak kekerasan (pelaku) ketika mereka dewasa. Anak yang menjadi korban kekerasan perlu mendapatkan perhatian khusus dan penanganan secara khusus yang melibatkan orang tua, keluarga, pemerintah, dan peran serta masyarakat. Dibutuhkan strategi dalam penanganan kekerasan terhadap anak. Strategi yang dilakukan harus mampu mencegah dan menangani tindak kekerasan. Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar strategi yang dilakukan berjalan secara holistik dan komprehensif. Kata Kunci : Kekerasan Anak, Strategi Penanganan Kekerasan
ABSTRACT Chidren are an asset of the nation who would maintain, retain, and develop the wealth and national struggle. Violence against children became a phenomenon that is endless. Cases and victims is increasing every year. Violence can occur in the environment inside and outside the family. Children who are victims of violence will certainly experience both physical and psychological trauma. Children who have experienced violence in the past would have the potential for violent action (actors) when they are adults. Children who are victims of violence need special attention and special handling involving parents, family, government, and community participation. Strategy is needed in the handling of child abuse. Strategies that do need to be able to prevent and deal with violence. In this case it takes the cooperation of various parties in order to run the strategy undertaken holistically and comprehensively. Keyword : Child Abuse, Violence Treatment Strategies
80
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
Pernyataan
PENDAHULUAN Anak sekaligus
merupakan
amanah
memelihara,
asset
yang
kelak
mempertahankan,
bangsa
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
tersebut
memiliki
arti
bahwa anak sudah seharusnya mendapatkan
akan
perlindungan
serta
memberikan
dari
para
pihak
yang
pengasuhan.
Namun
pada
mengembangkan kekayaan dan perjuangan
kenyataannya, saat ini orang tua sering
bangsa. Oleh karena itu anak harus sehat, baik
melupakan
secara jasmani maupun rohani agar terjamin
sehingga seringkali para orang tua tidak
tumbuh kembang mereka sesuai dengan hak-
menyadari mereka telah melakukan perilaku
haknya.
hakikatnya
kekerasan pada anaknya. Bahkan ada orang tua
perlindungan,
yang tidak tahu bahwa anaknya sebenarnya
pengajaran, dan kasih sayang oleh orang-orang
sedang mendapatkan perilaku kekerasan dari
dewasa (orang tua terutama), agar menjamin
pihak luar atau lingkungannya. Fenomena
kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual
kekerasan terhadap anak saat ini selalu
mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang
menjadi topik utama dalam pemberitaan
tua memperoleh tangung jawab pertama dan
(nasional.kompas.com)
Setiap
membutuhkan
anak
pada
perawatan,
fungsi
dan
peranan
mereka
utama yang berkewajiban memenuhi hak dan Kekerasan terhadap anak menjadi
kebutuhan anak mereka.
fenomena yang tidak ada habisnya. Kasus dan
Semua anak memiliki hak untuk
korbannya selalu meningkat setiap tahunnya.
dilindungi dari kekerasan, eksploitasi dan
Seperti data yang didapatkan dari Komisi
pelecehan. Oleh karena itu orang tua dan orang
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) , sebagai
dewasa (termasuk pemerintah) berkewajiban
berikut :
melindungi mereka. Hal ini sesuai dengan yang tercantum di dalam Undang-Undang
Tabel 1.1 Data Kasus Kekerasan Terhadap Anak Tahun 2010-2015
tentang Perlindungan Anak yaitu UU Nomor
KEKERASAN PADA ANAK
23 Tahun 2002 pada Bab III Pasal 13, yang berbunyi :
2010
2011
2012
2013
2014
2015
171
2179
3512
4311
5066
6006
Sumber : Laporan Bulanan KPAI Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak
“Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan.”
Tabel 1.2 Data Korban Kekerasan Anak Tahun 2012-2015 KORBAN KEKERASAN ANAK
2012
2013
2014
2015
422
750
866
1256
Sumber : Laporan KPAI
81
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
Dari data kasus yang di dapatkan dari
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
masyarakat,
tidak
adanya
akses
tempat
laporan KPAI, data tersebut menjelaskan
pengaduan tindak kekerasan di sekitar tempat
bahwa
anak
tinggal, dan kurangnya pemahaman mengenai
peningkatan setiap tahunnya.
cara mendidik anak. (Cynthia Crosson-Tower,
kasus
mengalami
kekerasan
terhadap
Begitupun dengan jumlah korban, dari data
Child Abuse And Neglect, 65 : 2002)
kasus Anak Berhadapan Dengan Hukum yang
Anak yang menjadi korban kekerasan
menjadi korban jumlahnya tertera pada tabel di
tentu akan mengalami trauma baik fisik
atas yang setiap tahun pun mengalami
maupun psikisnya. Anak yang mengalami
peningkatan jumlah korban. Dari laporan data
kekerasan di masa lalunya akan berpotensi
korban diatas, sisanya yang termasuk dalam
untuk melakukan tindak kekerasan (pelaku)
laporan data kasus adalah pelaku kekerasan
ketika mereka dewasa. Oleh karena itu anak
anak.
yang Data
korban
di
atas
mendapatkan
jelas
perlu
khusus
dan
perhatian
serta masyarakat. Sesuai yang tercantum pada
lingkungan dekat (orang tua, saudara kandung,
pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
keluarga) maupun lingkungan luar (sekolah, tetangga,
kekerasan
orang tua, keluarga, pemerintah, dan peran
mendapatkan perilaku kekerasan baik dari
sebaya,
korban
penanganan secara khusus yang melibatkan
menggambarkan bahwa banyaknya anak yang
teman
menjadi
2002 tentang Perlindungan Anak adalah :
masyarakat).
“Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga
Kekerasan dapat terjadi di lingkungan dalam
dan
maupun luar keluarga. Kekerasan yang terjadi
orang
tua
berkewajiban
dan
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan
di dalam lingkungan keluarga seringkali
perlindungan anak.”
terjadi karena ketidakharmonisan keluarga
Dari pasal diatas, terlihat mengenai
seperti tingkat stress yang tinggi, kurangnya
bahwa setiap warga Negara wajib ikut sera
komunikasi, kurangnya pengetahuan tentang
berperan dalam penyelenggaraan perlindungan
pengasuhan yang baik, tidak mendengarkan
anak. Jadi ketika ada kasus kekerasan terhadap
keinginan anak sehingga memposisikan anak
anak, maka sudah menjadi perhatian dan
harus “nurut” dengan orang tua sehingga orang
tanggungjawab
tua seringkali mengatasnamakan “kekerasan”
setiap
warga
Negara.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat
sebagai usaha untuk “mendidik”. Kekerasan
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “
yang terjadi di luar terjadi karena keterbatasan
Bagaimana Upaya Penanganan Kekerasan
yang dimiliki anak, kurangnya kontrol orang
Anak Berbasis Masyarakat?”
tua, sekolah, tetangga dan aparat setempat, hilangnya nilai dan norma yang ada di
PEMBAHASAN 82
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
Anak yang menjadi korban kekerasan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
atau
dapat
mencegah
potensi
perilaku
sudah seharusnya mendapatkan perlindungan
kekerasan terhadap anak.
dan
2. Helping children and adolescents manage
penanganan
Dibutuhkan
dari
strategi
berbagai
dalam
pihak.
penanganan
kekerasan terhadap anak. Strategi
risk and challenges
yang
Pendekatan ini memberikan keterampilan
dilakukan harus mampu mencegah dan
terhadap
menangani tindak kekerasan. Dalam hal ini
mengatasi dan mengelola risiko kekerasan
dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak agar
sehingga
strategi yang dilakukan berjalan secara holistik
mengurangi terjadinya kekerasan di sekolah
dan komprehensif. Seperti yang telah disusun
dan masyarakat. Mengajarkan anak berpikir
oleh UNICEF yaitu strategi penanganan dan
kritis, bertindak asertif, berani menolak dan
pencegahan kekerasan terhadap anak dan
mengeluarkan
perlidungan anak :
masalah secara kooperatif sehingga mereka
1. Supporting
parents,
caregivers
and
anak-anak
dapat
dan
membantu
pendapat,
remaja
anak
untuk
untuk
memecahkan
dapat melindungi dirinya sendiri dari tindak
families
kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
Pendekatan ini berusaha untuk mencegah
3. Changing attitudes and social norms that
kekerasan terjadi, mengurangi faktor-faktor
encourage violence and discrimination
yang membuat keluarga rentan terhadap
Pendekatan ini memberikan pengetahuan
perilaku
kekerasan
memperkuat
mengenai cara merespon ketika melihat dan
keterampilan pengasuhan anak. Menyediakan
mengalami tindak kekerasan. Memahami
layanan
seperti
ketika ada perbedaan yang terjadi pada norma
mempersiapkan penyalur pengasuh anak yang
dan nilai yang berlaku di masyarakat sehingga
terlatih. Home visit yang dilakukan oleh
ketika kita melihat ada perilaku salah, itu dapat
pekerja
untuk
dikatakan sebagai tindakan yang wajar atau
meningkatkan dan memberikan pengetahuan
tidak, dapat di toleransi atau tidak. Mengubah
kepada orang tua dan pengasuh tentang
pola pikir masyarakat yang menganggap
interaksi orang tua dan anak yang positif
kekerasan adalah bentuk dari disiplin sehingga
termasuk penerapan disiplin anti kekerasan
dapat membedakan antara norma yang sesuai
dalam pengasuhan anak. Strategi ini berupaya
dan norma sosial yang membahayakan bagi
penuh dalam mendukung orang tua, pengasuh,
anak. Disini terlihat peran dari masyarakat
dan keluarga dalam penyediaan informasi,
yang turut menjadi agen perubahan.
pendidikan
4. Promoting and providing support services
dukungan
sosial
dan
dan
dengan
lembaga
ahli
lainnya
pengetahuan
mengenai
“parenting skill”. Dengan tujuan mengurangi
for children
83
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 -- 153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
Pendekatan ini berupaya menyediakan
kemampuan pengasuhan dan menjaga agar
layanan bagi anak, seperti layanan pengaduan
perlakuan salah atau abuse tidak terjadi,
ketika
kekerasan.
meliputi perawatan anak dan layanan yang
Memberikan informasi dan bantuan agar anak
memadai, kebijakan tempat bekerja yang
mendapatkan pemulihan dan tindakan yang
medukung, serta pelatihan life skill bagi anak.
tepat. Pemerintah dan masyarakat harus sadar
Yang dimaksud dengan pelatihan life skill
akan pentingnya ketersediaan layanan di
meliputi penyelesaian konflik tanpa kekerasan,
lingkungan tempat tinggal.
ketrampilan menangani stress, manajemen
5. Implementing laws and policies that
sumber daya, membuat keputusan efektif,
mengalami
tindak
protect children
komunikasi
Pembuat kebijakan memainkan peran
tuntunan atau guidance dan perkembangan
penting untuk melindungi anak-anak. Mereka
anak, termasuk penyalahgunaan narkoba;
dapat memastikan bahwa Negara memiliki
Pencegahan
proses
kelompok masyarakat dengan risiko tinggi
nasional
menanggapi Pemerintah
untuk
kekerasan harus
mencegah terhadap
membangun
dan anak.
dalam
interpersonal
upaya
sekunder
secara
ditujukan
meningkatkan
efektif,
bagi
ketrampilan
kerangka
pengasuhan, termasuk pelatihan dan layanan
hukum yang kuat bahwa implementasi dan
korban untuk menjaga agar perlakuan salah
monitoring perlu dilakukan.
tidak terjadi pada generasi berikut. Kegiatan
6. Carrying out data collection and research
yang dilakukan di sini di antaranya dengan
Peningkatan pengumpulan data nasional
melalukan kunjungan rumah bagi orang tua
dan sistem informasi untuk mengidentifikasi
yang baru mempunyai anak untuk melakukan
kelompok rentan. Hal ini dilakukan untuk
self assessment apakah mereka berisiko
memantau kekerasan yang terjadi pada anak.
melakukan kekerasan pada anak di kemudian
Mengoptimalkan ketersediaan data tentang
hari; Pencegahan tersier dimaksudkan untuk
isu-isu kekerasan anak (Ending Violence
meningkatkan kemampuan pengasuhan yang
Against Children : Six Strategies for Action,
menjaga agar perlakuan salah tidak terulang
UNICEF : 2014).
lagi, di sini yang dilakukan adalah layanan
Bagi masyarakat, keluarga, atau orang tua
terpadu untuk anak yang mengalami korban
diperlukan kebijakan, layanan, sumberdaya,
kekerasan, konseling, pelatihan tatalaksana
dan pelatihan pencegahan kekerasan pada anak
stres.
yang konsisten dan terus menerus. Dalam hal
Pada saat kasus kekerasan pada anak
ini strategi pencegahan kekerasan terhadap
ditemukan, sebenarnya ada masalah dalam
anak meliputi : Pencegahan primer untuk
pengasuhan anak (parenting disorder). Maka
semua orang tua dalam upaya meningkatkan
dari itu, strategi pencegahan kekerasan pada 84
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
anak
yang
VOLUME: 6
mendasar
NOMOR: 1
adalah
dengan
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
Berbagai
sistem
sumber
yang
dapat
memberikan informasi pengasuhan bagi para
dayagunakan dalam upaya prevensi kekerasan
orang tua khususnya. Di sisi lain, para orang
terhadap anak, yaitu:
tua harus diyakinkan bahwa mereka adalah
a. Keluarga
orang yang paling bertanggung jawab atas
Keluarga yang dimaksud di sini bukan
semua pemenuhan hak anak. Maka semua
hanya keluarga dalam pengertian keluarga inti
usaha yang dilakukan dalam rangka mengubah
(nucleur family), tetapi juga keluarga dalam
perilaku orang tua agar melek informasi
pengertian keluarga luas (extended family).
pengasuhan dan hak anak membutuhkan upaya
Keluarga sebagai lingkungan pertama bagi
edukasi
setiap orang, akan memberikan berbagai jenis
yang
demikian,
terus
pendidikan
orangtua
sebagai
menerus.
Dengan
pengasuhan
bagian
dari
bagi
kebutuhan bagi seseorang, baik ú sikorganis
strategi
maupun
psiko-sosial
seperti
dukungan
pencegahan kekerasan pada anak menjadi
emosional, kasih sayang, nasehat, informasi
sangat penting.
dan perhatian. Selain pemenuhan kebutuhan
Intervesi sosial merupakan sebuah konsep
yang
digunakan
bersifat
dometik,
kelurga
perlu
atau
memilihkan teman bagi anak, dan atau
dikembangkan di dalam praktik pekerjaan
memantau pertemanan anak. Prinsipnya anak
sosial, baik pada pendekatan mikro, masso
mendapatkan teman yang aman, nyaman dan
maupun makro. Intervensi sosial adalah
mendukung
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
kekerabatan perlu aktualisasikan kembali
sistematis dan terencana oleh pekerja sosial
untuk
dalam pemecahan masalah sosial, peningkatan
kekeluargaan dan kepedulian sosial.
keberfungsian
b. Institusi Pendidikan
sosial
orang,
dan
yang
perluasan
tumbuh
dilembagakan
kembang.
nilai
dan
Ikatan
norma
aksesibilitas sosial dan pengembangan potensi
Institusi pendidikan yang dimaksud
dan sumber-sumber kesejahteraan (Adi, 2008).
mencakup sekolah negeri, swasta dan pondok
Berdasarkan pembahasan di atas, intervensi
pesantren. Institusi-institusi ini sesuai dengan
sosial dalam penanganan kekerasan anak,
peranannya telah menyelenggarakan proses
deskripsikan sebagai berikut:
pendidikan, baik dalam kaitannya dengan
1. Prevensi
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik
Prevensi merupakan serangkaian kegiatan
anak didik. Namun masih diperlukan materi
yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
pelayanan atau mata kuliah yang bermuatan
kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan
moral dan kepribadian. Anak didik perlu
keluarga maupun di lingkungan luar keluarga,
diberikan ruang untuk mendiskusikan hal-hal
seperti di lingkungan sosial dan bermain anak.
yang berkaitan dengan kondisi, permasalahan 85
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 -- 153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
dan seluk beluk yang berkaitan dengan
hukuman pidana yang dikenakan terhadap
kesejahteraan sosial anak.
pelaku
c. Lembaga Kesejahteraan Sosial
menggunakan referensi KUHP dan belum
Upaya
prevensi
kekerasan
terhadap
anak
oleh
sepenuhnya menggunakan Undang-Undang
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) lokal,
Perlindungan Anak. Sistem sumber tersebut
baik yang tumbuh secara alamiah di tingkat
ada
lokal (kelompok agama, rukun lingkungan,
Persoalannya,
paguyuban dan lainlain), maupun yang tumbuh
tersebut dapat didekatkan dengan dunia anak,
dari inisiasi pemerintah (Posyandu, PAUD,
sehingga mampu menjadi sistem sumber bagi
Dasa Wisma, Family Care Unit dan lain-lain).
upaya mencegah tindak kekerasan terhadap
Berbagai LKS tersebut memerlukan sebuah
anak. Menurut hemat penulis, Kementerian
media agar potensi dan sumber daya yang
Sosial cq Direktorat Kesejahteraan Sosial
dimiliki
sehingga
Anak perlu mengambil peranan sebagai pihak
memberikan hasil yang lebih optimal. LKS
yang menginisiasi terbentuknya jaringan kerja
yang ada di akar rumput perlu diberikan
antara sistem sumber tersebut. Unit kerja ini
kesempatan
media
dapat menawarkan model-model atau skema
pertolongan bagi anak, remaja dan orang
pencegahan tindak kekerasan terhadap anak
dewasa yang berpotensi menjadi korban,
kepada jaringan kerja tersebut. Mencegah
pelaku
berarti segala upaya yang dilakukan agar suatu
dapat
disinergikan,
yang
atau
dilakukan
tindak
luas
pemicu
sebagai
terjadinya
tindak
di
tengahtengah bagaimana
masyarakat. sistem
sumber
kekerasan.
tindakan terentu atau risiko dari suatu tindakan
d. Institusi Peradilan
tidak
Institusi
terjadi.
Sehubungan
dengan
sesungguhnya
bahasan dalam tulisan ini, mencegah berarti
merupakan aras ketiga yang diperlukan dalam
mengoptimalkan fungsi dan peranan sistem
mewujudkan kesejahteraan anak, serelah
sumber yang ada di masyarakat maupun di
keluarga dan masyarakat. Ketiga keluarga dan
instansi
masyarakat sudah tidak berdungsi dalam
kekerasan terhadap anak tidak terjadi. Selain
mengendalikan perilaku masyarakat, maka
setiap sitem sumber melaksanakan program-
diperlukan pendekatan secara hukum melalui
program secara parsial sesuai dengan tugas
instir-tusi peradilan. Permasalahnnya, bahwa
pokok
hukuman terhadap pelaku tindak kekerasan
dikembangkan jaringan kerja antara sistem
terhdaap
belum
sumber tersebut, misalnya digunakan nama:
memberikan efek jera kepada pelaku maupun
kelompok kerja atau forum komunikasi atau
orang-orang yang potensial menjadi pelaku.
komunitas peduli anak dan sebagainya.
Hal ini disebabkan, ada kecenderungan
Apapun nama jaringan kerja itu, yang paling
anak,
hukum
akan
saat
ini
dinilai
86
pemerintah,
dan
sehingga
fungsinya,
maka
tindak
perlu
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
penting adalah adanya aksi bersama pada
memiliki
sistem sumber tersebut secara terencana dan
kabupaten/ kota, sementara itu FCU dan
berkesinambungan.
WKSBM memiliki wilayah kerja pada tingkat
Berdasarkan
wilayah
kerja
pada
tingkat
kelembagaan
yang
desa/kelurahan. Pada tahun 2013 ini Direktorat
menjadi sistem sumber prevensi
tindak
Pemberdayaan Keluarga dan Kelembagaan
kekerasan terhadap anak, maka strategi yang
Sosial
mengembangkan
kebijakan
yang
perlu dikembangkan adalah:
diarahkan untuk mengoptimalkan peranan
a. Optimalisasi Penyuluhan Sosial
PSKS tersebut melalui penataan manajemen
Penyuluhan sosial untuk mencegah
program. Pada beberapa kali FGD yang
tejadinya tindak kekerasan terhadap anak
dilakukan (yang diikuti penulis), tindak
dijadikan
Sehubungan
kekerasan terhadap anak ini belum menjadi isu
dengan itu, semua orang secara individu,
penting. Padahal, posisi PSKS tersebut sangat
kelompok dan komunitas memiliki tugas untuk
tersebut, terutama FCU dan WKSBM yang
melakukan penyuluhan sosial tersebut. Khusus
berada di akar rumput, karena mudah
di lingkungan Kementerian Sosial, terdapat
dijangkau, murah dan tidak birokratis sebagai
satuan kerja yang memiliki kegiatan yang
penyedia pelayanan sosial bagi masyarakat.
berkaitan dengan penyuluhan sosial untuk
Oleh karena itu, ke depan perlu optimalisasi
kegiatan prevensi ini, yaitu Pusat Penyuluhan
peranan PSKS tersebut.
Sosial, Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak,
2. Rehabilitasi
Sub Direktorat Ketahanan Sosial Keluarga dan
a. Sistem Dasar Perubahan
gerakan
nasional.
Sub Direktorat Pemberdayaan Keluaraga.
Ada beberapa pihak yang tidak dapat
Berkaitan dengan itu diperlukan sinergitas
dilepaskan dalam intervensi sosial dalam
pada satuan-satuan kerja tersebut dalam upaya
penanganan kekerasan anak, yang merupakan
optimalisasi prevensi terjadinya kekerasan
system dasar perubahan. Pihak-pihak tersebut,
terhadap anak.
yaitu anak, keluarga, teman dekat, masyarakat
b. Optimalisasi peranan Lembaga
dan negara/pemerintah serta pekerja sosial,
Konsultasi Kesejahteraan Keluarag
psikolog dan lembaga pelayanan sosial. Pihak-
(LK3), Family Care Unit (FCU) dan Lembaga
pihak tersebut sekaligus menjadi unsur dalam
Kesejahteraan
sistem dasar perubahan pada praktik pekerjaan
diorganisasikan
Sosial
lokal
melalaui
yang Wahana
sosial (Suradi, 2005), yaitu:
Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat
1) Sistem penerima manfaat (client system),
(WKSBM). Potensi dan sumber kesejahteraan
yaitu anak korban kekerasan 2) Sistem
sosial (PSKS) merupakan program yang
sasaran/target (target system), yaitu orang
diinisiasi oleh Kementerian Sosial RI. LK3
tua/keluarga, teman dekat dan orang-orang 87
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
yang
secara
memberikan
VOLUME: 6
sosial-psikologis dukungan
dalam
NOMOR: 1
mampu
melakukan
proses
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
rehabilitasi
medis
maupun
psikososial pada anak. Berkaitan dengan itu,
rehabilitasi sosial. 3) Sistem kegiatan (action
maka
system), yaitu masyarakat, instansi pemerintah
memanfaatkan
sektoral, lembaga pelayanan sosial 4) Sistem
tradisional maupun modern, upaya yang dapat
pelaksana kegiatan (change agen system),
dipetempuh dalam rangka penanggulangan
yaitu pekerja sosial profesional, psikolog, dan
kekerasan terhadap anak adalah:
psikiater. Sistem dasar perubahan tersebut
a. Memasukkan “Perlindungan Anak dari
harus dapat diidentiô kasi dengan benar dan
Kekerasan” ke dalam kurikulum yang dimulai
tepat. Hal ini dikarenakan keberadaan dan
dari tingkat sekolah dasar. Diharapkan, anak-
keterlibatan mereka dalam proses rehabilitasi
anak, orang tua dan guru sudah memahami
sosial, sangat menentukan tujuan pemulihan
berbagai aspek (sosial, kesehatan, hukum,
pada korban. Dalam hal ini, pekerja sosial
mental) yang berkaitan dengan kekerasan pada
profesional merupakan pihak yang memiliki
anak.
peran utama untuk menentukan sistem dasar
b. Sebagaimana diuraikan terdahulu, bahwa
tersebut. Pekerja sosial dengan kompetensinya
terjadinya kekerasan pada anak didorong oleh
memetakan unsur-unsur yang masuk ke dalam
berbagai alasan. Dari berbagai alasan tersebut,
sistem dasar tersebut. Ketidakcermatan dalam
faktor kemiskinan merupakan salah satu faktor
menentukan unsur-unsur dalam sistem dasar,
yang menyumbang pada terjadinya kekerasan
maka sangat berpotensi
terhadap anak. Sehubungan dengan itu, maka
c. Pengembangan Kebijakan
upaya penanggulangan kemiskinan hendaknya
Pengembangan
kebijakan
selain
melalui
sosialisasi
berbagai
dengan
media,
baik
yang
dipahami dalam kerangka peniadaan tindak
dimaksud di sini adalah upaya memasukkan
kekerasan terhadap anak. Program-program
problema kekerasan pada anak sebagai bagian
kemiskinan tidak semata-mata meningkatkan
tidak terpisahkan dari pembangunan nasional.
pendapatan
Pada saat ini elemen masyarakat patut
meningkatkan harmonisasi sosial di dalam
memberikan apresiasi kepada pemerintah
keluarga. Sehubungan dengan itu, di dalam
karena telah memasukkan tindakan kekerasan
skema penanggulangan kemiskinan diperlukan
anak pada RPJM 2010 – 2014. Hal ini
satu kegiatan bimbingan sosial yang dikaitkan
menuntut komitmen dan sikap semua pihak
dengan isu-isu kekerasan anak.
dan seluruh elemen bangsa untuk melakukan
c. Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia
penanggulangan terjadinya kekerasan pada
merupakan pihak yang memiliki tugas dan
anak di mana pun dan kapan pun, serta juga
kewenangan untuk melakukan pengendalian
menyediakan pusat-pusat pelayanan untuk
terhadap tayangan di media massa. Namun 88
rumah
tangga,
tetapi
juga
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
HALAMAN: 1 -- 153
demikian, sampai saat ini masih seringkali
lapisan-lapisan
terjadi penayangan acara atau game yang
mempengaruhi perkembangan anak. Belsky
mempertontonkan tindak kekerasan. Sebagai
(1980) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
upaya optimalisasi tugas dan kewenangan KPI,
mempengaruhi kekerasan pada anak disusun
maka perlu ditempuh langkah-langkah, yaitu
menurut
(1) penataan kelembagaan KPI sebagai
lapisanlapisan tersebut saling mempengaruhi
organisasi
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
independen,
(3)
penataan
sistem
lapisan
ekologi
tertentu.
yang
Bagaimana
manajemen dan (3) adanya kontrol dari masyarakat atas tugastugas KPI tersebut. ontogenics
Prinsip yang perlu dipegang, bahwa informasi apapun yang ditayangkan melalui media massa
mikrosystem
haraus berorientasi dan berpihak pada “yang
exosystem
terbaik bagi “.
makrosystem
Terdapat beberapa pilihan strategi yang dapat dilakukan dalam pencegahan dan penanganan masalah kekerasan terhadap anak seperti yang disebutkan di atas. Dalam
Pada lapisan ontogenics menjelaskan
implementasinya sangat membutuhkan peran
tentang bagaimana faktor individu berkaitan
aktif dari semua pihak. Selain orang tua,
dengan kekerasan pada anak. Faktor-faktor
keluarga, pemerintah, masyarakat pun menjadi
tersebut antara lain masa lalu orangtua, tahap
komponen penting yang turut dilibatkan dalam
perkembangan orangtua, perasaan terhadap
gerakan pencegahan dan penanganan masalah
anak, pemahaman terhadap perkembangan
kekerasan anak. Peran aktif masyarakat
anak, dan kesehatan mental orangtua( Zigler
setempat
pentingnya
dan Hall, 1989). Salah satu isu yang cukup
kekerasan
berkembang adalah mengenai sejarah masa
terhadap anak akan memudahkan perancangan
kecil orangtua. Orangtua yang mengalami pola
strategi apa yang akan dilakukan karena
asuh dengan kekerasan apakah ketika dewasa
masyarakat turut mengidentifikasi kekuatan
akan menjadi pelaku kekerasan. Cicchetti dan
dan kelemahan apa saja yang ada di
Barnett
lingkungan mereka.
ConnellCarrick, 2005) menyatakan salah satu
pencegahan
yang
sadar
dan
Adapun
akan
penanganan
terhadap
Scannapieco
dan
anak
konstruk yang dapat menjelaskan adalah
dilihat dari perspektif ekologi. Bronfenbrenner
kelekatan (attachment). Anak yang mengalami
(1979)
mengenai
kekerasan mengalami kelekatan yang tidak
perkembangan anak, menjelaskan adanya
aman atau tipe D (disorganized-disoriented).
dalam
kekerasan
(dalam
studinya
89
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
Bowlby
(1982)
VOLUME: 6
NOMOR: 1
menjelaskan
bahwa
HALAMAN: 1 -- 153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
status social ekonomi, komunitas, dan system
representasi mental dari bagaimana seseorang
pendukung
menjalin hubungan interpersonal berakar dari
menjadi sumber stress bagi orangtua yang
kelekatan dengan primary caregiver di masa
dapat mempengaruhi pola asuh orang tua(
kecil.Representasi mental meliputi sistem
Zigler dan Hall, 1989). Hubungan dengan
afek,
tetangga juga dapat mempengaruhi perilaku
kognitif,
bagaimana
dan
interaksi
harapan social
mengenai
yang
ingin
Sistem
pendukung
kekerasan terhadap anak.
dibentuk. Pada
lainnya.
Lapisan macrosystem adalah lapisan lapisan
microsystem
adalah
terluar yang terus-menerus saling berinteraksi
mengenai faktor yang berpengaruh secara
dengan lapisan ontogenics, microsystem, dan
langsung terhadap anak. Contohnya adalah
exosystem. Faktor-faktor yang masuk kategori
kondisi keluarga, banyaknya anggota keluarga,
ini
hubungan suami-istri, kondisi kesehatan anak(
kekerasan,harapan masyarakat terhadap pola
Zigler dan Hall, 1989). Anak-anak dengan
pendisiplinan di rumah dan sekolah, dan
karakteristik tertentu seperti lahir dengan
kekerasan yang terjadi di masyarakat(Zigler
kondisi premature, berpenampilan kurang
dan Hall, 1989).
menarik, atau memiliki kekurangan fisik atau
adalah
sikap
Lapisan-lapisan
masyarakat
dalam
terhadap
pendekatan
mental lebih beresiko untuk menjadi korban
ekologi tersebut saling berkaitan satu sama
kekerasan orangtua. Anak yang mengalami
lainnya. Sehingga dalam penanganan masalah
kekerasan adalah anak yang lebih sering
kekerasan terhadap kekerasan perlu dilakukan
menampilkan perilaku negatif dibandingkan
secara holistik dan keterlibatan semua pihak
kelompok kontrol, anak yang tidak mengalami
yang ada di lingkungan sekitar.
kekerasan orantua (Burgess dan Conger dalam Scannapieco dan Connell-Carrick, 2005).
PENUTUP
Kemudian, dalam sistem keluarga, faktor anak
Kekerasan terhadap anak menjadi
dan keluarga saling berinteraksi.Anak dapat
fenomena yang tidak habisnya. Masih banyak
menjadi penyebab utama orangtua melakukan
kasus kekerasan anak yang masih belum
kekerasan, namun faktor ini tidak berdiri
ditangani secara optimal karena masih adanya
sendiri.Anak dapat mempengaruhi orangtua
keengganan dari pihak keluarga korban untuk
tetapi
melaporkan tindak kekerasan tersebut. Mata
kondisi
orangtua
juga
dapat
berpengaruh.
rantai tindak kekerasan terhadap anak perlu
Lapisan exosystem mengaitkan anak
diputus mata rantainya karena anak dengan
dan keluarga pada sistem yang lebih luas.
masa lalu mengalami kekerasan akan ada
Faktor-faktornya antara lain keluarga besar,
kencenderungan menimbulkan trauma untuk 90
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
HALAMAN: 1 -- 153
Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers
melakukan kekerasan pula ketika mereka dewasa nanti.
Buku Panduan Pelatihan tentang Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Child Abuse and Neglect untuk para Profesional Kesehatan.
Anak yang menjadi korban kekerasan perlu ditangani secara khusus karena korban kekerasan akan mengalami trauma baik fisik maupun
mental.
Penanganan
Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta: FKUI
kekerasan
terhadap anak memerlukan kerjasama dari orang
tua,
keluarga,
masyarakat
Cicchetti, Dc& Carlson, V. Child Maltreatment: Theory and Research on The Causes and Consequence of Child Abuse and Neglect. Cambrige University Press: Cambridge.
dan
pemerintah. Oleh karena itu upaya penanganan kekerasan anak berbasis masyarakat perlu
Huraerah, Abu. 2012. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendekia Departemen
dilakukan untuk memutus mata rantai tindak kekerasan. Selain itu upaya pencegahan menjadi
Nelson, S. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
bagian penting dari upaya memutus mata
Soeroso, Moerti Hadiati. 2010. Kekerasan dalam rumah tangga. Jakarta: Sinar Grafika
rantai tindak kekerasan tersebut. Upaya tersebut
dapat
dilakukan
melalui
dari
lingkungan sosial yang paling awal dan paling
Suhendi, Hendi dan Wahyu Ramdani 2001. Pengantar studi Sosiologi Keluarga. Bandung: Pustaka Setia
dekat yaitu keluarga, kerabat, dan hingga seterusnya
meluas
ke
masyarakat
serta
Susana,
pengendalian media sosial dan media massa oleh pemerintah. Perlu kesadaran bersama,
kejahatan yang sangat luar biasa yang dapat
Supeno, H. 2010. Kriminalisasi Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
mengganggu tumbuh kembang anak di masa
Tower,Cynthia Crosson .2002. Child Abuse and Neglect : Fifth Edition. Unites States of America.
yang akan datang, serta akan berimbas pada proses
pendidikan
T. 2007. Mempertimbangkan Hukuman Pada Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Swoden, L.A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
bahwa tindak kekerasan sudah merupakan
terganggungnya
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
dan
pengasuhan anak dalam institusi-institusi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak.
sosial yang ada.
Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. DAFTAR PUSTAKA
Laporan Bulanan KPAI Kasus Pengaduan Anak Berdasarkan Klaster Perlindungan Anak : Kasus dan Korban Kekerasan Terhadap Anak.
Buku- buku Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
91
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 1
Zigler, E & Hall, N. W. 1989. Physical child abuse in America: past, present, and future. In
HALAMAN: 1 -- 153
ISSN:2339 -0042 (cetak) ISSN: 2528-1577 (elektronik)
tanggal 25 Mei 2016, pukul 20.00 WIB) http://health.liputan6.com/read/2460844/kakseto-kasus-kekerasan-anak-terusmeningkat (diunduh pada tanggal 25 Mei 2016, pukul 20.20 WIB)
E-book Ending Violence Against Children : Six Strategies for Action, UNICEF : 2014
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/655 240-kpai--kekerasan-terhadap-anakmeningkat-tajam (diunduh pada tanggal 25 Mei 2016, pukul 21.00 WIB)
For Every Child, A Fair Chance, UNICEF : 2015 Website http://nasional.kompas.com/read/2016/02/14/ 14175531/Menteri.Yohana.Terus.Me ningkat.Kekerasan.pada.Anak.bak.Fe nomena.Gunung.Es (diunduh pada
92