Pengaruh Proses Chemical Milling Terhadap Sifat Flsls dan Mekanls AI 2024-T3 (Jamasrl)
PEN GARUH PROSES CHEMICAL MILLING TERHADAP SIFAT FISIS DAN ME KANIS A12024-T3 JamasriI, Suparjol IJurnsan Teknik Mesin Fakultas Teknik UGM, JI. Grafika 2 Yogyakarta 55281. 2Karyasiswa S2 Program Studi Teknik Mesin UGM, JI Teknika Utara Yogyakarta 55281
ABSTRAK PENGARUH PROSES CHEMICAL MILLING TERHADAP SIF AT-SIF AT FISIS DAN MEKANIS AI 2024-T3. Riset ini meneliti pengaruh proses chemical milling (CHM) terhadap sifat fisis dan mekanis paduan aluminium AL 2024- T3. Bahan etsa yang digunakan dalam riset ini adalah larutan NaOH + Na2S+ HzOdan HCI + HNO). Larutan pertama dibuat satu macam konsentrasi, sedangkan larutan kedua dibuat 4 macam konsentrasi, yaitu 1:2,2:3, I: 1daD3:2. lumlah spesimen yang dietsa masing-masing 4 buah, 2 buah untuk untuk etsa satu sisi daD2 buah untuk etsa 2 sisi. Proses CHM dilakukan pads sebuah bale etsa untuk waktu tertentu tergantung dari jenis solusinya, sehingga ketebalan spesimen berkurang dari 1,6mm menjadi 1mID.Hasil pengukuran menunjukkan bahwa solusi pertama mempunyai kekasaran yang paling rendah dibanding dengan solusi kedua. Khusus pads solusi ke 2,konsentrasi 1:2 mempunyai kehalusan paling baik dibanding konsentrasi yang lain. Kekerasan, tegangan tarik daDlaju perambatan retak dari produk CHM kemudian diukur. Uji kekerasan dilakukan pads Skala BRockwell (HRB) dengan beban 980 N. Hasil uji menunjukkan bahwa proses CHM menurunkan kekerasan bahan sekitar 3,7% daD7,2% masing-masing untuk etsa satu sisi daDduBsisi.. Uji tarik dilakukan pads mesin uji servo hidraulik. Proses CHM mengakibatkan tegangan tarik maksimum daDtegangan luluh turnn sekitar 2, 1% daD3,8% masing-masing untuk etsa satu sisi daDduBsisi. Spesimen beretak juga diuji pada mesin uji servo hidraulik denga level tegangan 20% daDrasio tegangan (R) 0,3. Pertambahan retak dimonitor dengan dua bush travelling microscope yang digunakan untuk setiap ujung retak. Rerata dari data pertambahan retak kemudian diplot terhadap besamya siklus pada skala log penuh. Dari kurva-kurva tersebut menunjukkan bahwa laju perambatan retak spesimen CHM naik yang ditunjukkan oleh kenaikan harga eksponensial (n) dari Hukum Paris masing-masing 1,6% daD5,2% untuk etsa satu sisi daDdua sisi.
ABSTRACT THE EFFECT OF CHEMICAL MILLING PROCESSES TO THE PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF AL 2024-T3. This research investigated the effect of chemical milling (CHM) processes to the physical and mechanical properties of aluminum alloys AI 2024-n. The etchants used in this research were NaOH + NRzS+ HzO and HCI + HNO] solutions. The first solution was made for one concentration, and the second solution was 4 concentrations, namely 1:2, 2:3, t: I, and 3:2. The number of specimens to be etched for each concentartions was 4 pieces, 2 pieces for one side etching and 2 pieces for two side etching. The CHM process was performed in an etchant reservoir for certain time depending on the type of solution, so that the thickness of specimen decreased from 1.6 mm to 1 mID.The measurement results showed that the first solution has lower roughness compared to the second one, and the 1 : 2 concentration was the finest one among the other concentration in the second solution. Hardness, tensile stress, and crack growth rate ofthe CHM products were then measured. The hardness testing was performed in a Rockwell B scale (HRB) under 980 N load. The experimental result shows that the CHM process decreases the hardness number, approximately 3.7% and 7.2% for one side and two side etching, respectively. The tensile test was conducted in a servo hydraulics testing machine. Due to the CHM process, the ultimate and yield stresses also decrease 2.1% and 3.8% for one side and two side etching, respectively. The cracked specimens were also tested in a servo hydraulics testing machine under 20% stress level and stress ratio (R) of 0.3. The crack extension was monitored using two travelling microscopes which were used for each crack tip. The average of each extension data was then plotted against the respective cycle in full log scale. From the curves, it shows that the crack growth rate is reasonably increased, which is indicated by the increase ofthe exponential value (n) of Paris law, namely 1.6% and 5.2% for one side and. two side etching, respectively. Kata kuncl: Proses chemical milling, sifat fisis daD mekanis, etsa, l!\iu perambatan retak
PENDAHULUAN Pads umumnya, komponen-komponen pesawat terbang dikerjakan dengan menggunakan proses permesinan biasa alan mesin tradisional (traditional machining), misalnya milling, turning, shaping, dan
sebagainya. Tetapi untuk komponen-komponen tertentu, misalnya badan pesawat(fuselage) stan sayap pesawat (wing skin), pengerjaan dengan mesin tradisional tidak memungkinkan, karena bentuknya yang tipis clan lebar. Seisin mesin hams mempunyai meja (bed) yang lebar, ~.-
11-7-.-
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dun Teknologi Bahan '99 Serpong, 19 -10 Oktober 1999
kemungkinanjuga komponen akan mengalami pelengkungan (distorsi). Oleh karena itu untuk kompo-nen seperti ini, pengerjaan yang paling tepat adalah menggunakan mesin non-tradisional (non-traditional machining), misalnya saja proses chemical milling (CHM). Chemical milling (CHM) adalah proses pemotongan/pengikisan logam dengan eara meneelupkan logamtersebut ke dalam tarutao kimiatertentu (yang disebut tarutao etsa). Emi Sulistyanti, dkk. [l,2] teJah melakukan penelitiantentangsifatfatikmaterialAI-2024T3 Cladding akibat proses CHM. Variabel yang digunakan adalah kedalaman daD banyaknya pengikisan. Kedalaman pengikisan yang dilakukan adalah 0,2 mm, 0,3 mm, 0,4 mm, 0,6 mm, daD0,8 mm, serta banyaknya pengikisan adalah I, 2 daD 3 tingkat. Dari pengukuran diperoleh bahwa permukaan paling halus terjadi pada kedalaman pengikisan antara 0,3 mm daD0,4 mm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa umur fatik tidak dipengaruhi oleh kekasaran, tetapi oleh banyaknya tingkat pengikisan. Semakin banyak tingkat pengikisan untuk kedalaman yang sarna temyata memberikan umur fatik yang lebih panjang.
ISSN 1411-1113
Gamba, 1. Tahapan-tahapan proses
(chemical attack) pada permukaan butiran itu sendiri, atau pada batas butiran, dengan keeepatan reaksi yang berbeda [3]. Selain mengakibatkan kekasaran, proses CHM juga dapat mengakibatkan terserapnya atom hidrogen dalam permukaan logam tersebut. Terserapnya atom hidrogen akan menyebabkan penggetasan hidrogen (hydrogen embrittlement) yang akhimya permukaan menjadi keras/getas, sehingga akan mengurangi umur fatiknya.
Gamba, 2. Mekanisme pengikisan pads proses CHM
METODE PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses CHM terhadap sifat fisis daDmekanis, yang meliputi kekasaran, kekuatan tarik daD laju perambatan retak.
LANDASAN TEORI Proses CHM dapat dilakukan dengan langkahlangkah seperti pada Gambar I. Lapisanlmaskan yang digunakan dalam proses masking adalah bahan elastomer yang mudah melekatdaDtahanterhadapreaksi kimia sertapanas, misalnya sajaneoprene,polyvinilehloride, atau polimer lainnya. Sedangkan dalam proses etching, tarutao etsa yang digunakan dapat berbentuk asam ataubasa(alkali).Dalampenelitianinimenggunakan eampuranNaOH + Na2S+ HP (basa)dan eampuranHCI + ANO)(asam). ProsesCHM dilakukandengan earnmeneelupkan spesimen ke dalam tarutao etsa selama waktu tertentu tergantung dari jenis tarutao, sehingga meneapai tebal yang diinginkan. Pada saat proses pengikisan (etching) akan timbul panas akibat adanya reaksi antara tarutao etsa dengan bahan spesimen, namun suhu yang timbul tidak terlalu tinggi sehingga tidak merusak bahan. Kemudian setelah waktu tertentu, spesimen langsung dicelupkan ke dalam air untuk dibersihkan (proses rinsing). Pemotonganlpengikisan yang terjadi pada proses CHM diakibatkan oleh karena adanya serangan kimia
118
Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah paduan aluminium AI-2024 T3 (bare) dengan ketebalan 1,6mm. Paduantersebutmempunyaikomposisi kimia: AI- 4,5% Cu, 1,5% Mg, daD0,6%Mn, dengan tegangan tarik maksimum (ultimate stress) 485 MPa, tegangan luluh (yield stress) 345 MPa, daD modulus elastisitas77 GPa.Jalannyapenelitianctapatdilihatseperti pactaGambar3. I
H
ChemicalMIlling Proses
Gambar
aching raJe ~kuran
1-1 Pelenglamgan Pengukuron
3. Diagramjalannya
H
KeIw.... ~kuron
~
penelitian
Proses CHM daD pengukuran etching rate Larutan etsa yang digunakan dalam proses CHM adalah eampuran NaOH + Na2S+ HP (Iarutao I) daD eampuranHCI+ ANO)(larutanII).Larutanpertamadibuat satu variasi konsentrasi/perbandingan, yaitu dalam 100 liter terdapat 15 kg NaOH daD 1,5kg Na2S,.Sedangkan larutan kedua dibuat4 variasikonsentrasi/perbandingan, yaitu 1:2(larutanIIA),2:3 (larutan lIB), I: I (larutao lIe), daD 3:2 (larutan lID). Dalam setiap proses etching (pengikisan),jumlah spesimenyang digunakan 4 keping, yaitu 2 keping untuk pengikisan I sisi daD2 keping untuk pengikisan 2 sisi, yang masing-masing berukuran 125x 320 mm. Proses pengikisan dilakukan dengan cara mencelupkan spesimen ke dalam tarutao selama waktu tertentu tergantung darijenis larutannya, sehingga tebal
Pengaruh Proses Chemical Milling Terhadap Sifat Fisis don Mekanis AI2024-TJ (Jamasri)
spesimen menjadi :I: 1 mm (tebal awal :1:1,6mm). Pengukuran etching rate (laju pengikisan) dapat dilakukan dengan cara mengukur tebal akhir spesimen. Etching rate adalah kedalaman pengikisan setiap satuan waktu.Kedalamanpengikisanadalahtebalawaldikurangi tebal akhir spesimen.
Tabell 'ems
Konsentrasi HNO) yang tersisa pada larutan etsa HCL:~
Pengukuran kekasaran daD kekerasan Pengukurankekasarandilakukandenganmenggunakan Surface Roughness Tester merek SURFCOME 120A. Pengukuran dilakukan dengan panjang lintasan (tracing length) 4 mm, perbesaran vertikal (V-Magnification) 1000 X, clan perbesaran horisontal (HMagnification) lOX. Kemudian pengu-kuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan Universal Hardness Tester merek KARL FRANK GmbH. Pengukuran dilakukan dengan skala Rockwell B (HRB) clanbeban 980N. Pengukuran pelengkungan (distorsi) dilakukan dengan menggunakan surface plate (platlmeja perala), jangka sarong, clan high gage, yaitu dengan cara meletakkan spesimen yang telah diproses CHM di alas surface plate, clan mengukur tinggi pelengkungannya dengan menggunakan high gage. Pengujian tatik statis daD perambatan retak Pengujian tarik statis dilakukan dengan mengguDakaR mesin servopulser hidrolik merek SHIMADZU, dengan berdasarkan standar ASTM B557M-91. Dari penguj ian tersebut akan didapat grafik yang menyatakan hubungan antara beban clan pertambahan panjang. Pengujian perambatan retak juga dilakukan dengan menggunakan mesin yang sarna, dengan berdasarkan standar ASTM E 647-91.Spesimen yang digunakan berbentuk retak ditengah (through-thickness centre crack), dengan ukuran 100 x 300 mm clanukuran retak 0,3 x 10 mm. Pengujian dilakukan pada stress level 20% (terhadap tegangan luluh) clan stress ratio (R) 0,3. Dari pengujian akan didapat data panjang retak danjumlah siklus pada tiap-tiap panjang retak tersebut. Pembuatan kurva dilakukan dengan metode polinomial pertambahan (incremental polynomial methode) sesuai Appendix ASTME-647.
BASIL DAN PEMBABASAN Etching rate daD Kekasaran Dari Gambar4 dapatdiketahuibahwa etchingrate paling besar terjadi pada larutan etsa jenis lID, yaitu campuran HCI + HNO] dengan konsentrasi 3 : 2. Hal ini tetjadi oleh karena larutan tersebut mempunyai konsentragi aquaregia yang paling besar, alan konsentrasi HNO] paling kecil. Sedang etching rate terkecil terjadi pada larutan etsa jenis IIA, karena mempunyai konsentragiHNO] paling besar (lihat tabell).
,...,,60 c Q) 50 E E40 ::J ';;30
-
III CI
20
.5 10 :§ w 0 IIA
liB
IIC
liD
Jenis larutan Gambar 4. Grafik etching rate vs. jenis larutan
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa permukaan paling halos terjadi pada larutan etsa jenis I. Hal ini diakibatkan oleh karena reaksi yang terjadi bersifat basa, clanjuga karena adanya zat buffer (NazS)yang menjaga reaksi tetap konstan. Sedang untuk larutan II, permukaan paling halos terjadi pada larutan etsa jenis IIA, karena larutan tersebut mempunyai etching rate paling rendah. 3
E
2. c
2.5 2
~ 1.5 I/)
J11
~
1
0.5 0 0
IIA
liB
IIC
liD
Jenis larutan
Gambar 5. Grafik kekasaran (Ra) vs. jenis
Kekerasan Oari Gambar6a dapat diketahui bahwa proses CHM juga dapat menurunkan angka kekerasan permukaan. Hal ini diperkuat dengan pengujian kekerasan mikro (micro hardness) yang dilakukan pada permukaan spesimen (Gambar 6b). Pengukuran kekerasan dilakukan setiap kedalaman 0, 1mm, sampai dengan kedalaman 0,8 mm (bagian tengah spesimen). Semakin dalam permukaan maka semakin rendah angka kekerasannya. Penurunan tersebut menunjukkan tidak terjadinya hydrogen embritlement clan pengaruh pencucian
Pros/ding Pertemaan llmiah lima Pengetahuan Serpong, 19-100ktober 1999
dan Teknolog/ Bahan '99
ISSN 14/1-1113
80
m 0::'
70
:I: ~60
81 sisi
51
t! 50
82 sisi
~
~
40
oleh karena adanya pengikisan pada bagian loaf spesimen. Dengan terkikisnya lapisan loaf maka tegangan sisa tekan akan berkurang, atau bahkan hilang. Pada pengikisan 1 sisi, tegangan sisa yang berkurang hanya pada 1 sisi. Sedangkan pada pengikisan 2 sisi maka tegangan sisa yang berkurang juga pada 2 sisi, sehingga tegangan tariknya lebih rendah.
30 IIA
0
lIB
DC
Tabe. 1. Data basil pengujian tarik statis spesimen AI-2024
liD
Janis larutan
Gamba, 6. (a) Grafik kekerasan (HRB) Ys.jenis larutan
N 150
...
E E 140
;;::
~
130
ffi
120
f1)
.:.:. CD
2sisi
. .....
.
I
DA 1m DC DD
1,15 1,03 0,96 1,01
12,52 12,5 12,52 12,5
14.40 12.88 12.02 12.63
16,77 16,11 17.12 16,07
478 484 491 491
352 350 351 356
b. Pengaruh ienis tarutao
~ 110 CD
~
..
lsisi
.
100 0
0.2 Kedalaman
. 0,4
0,6
0.8
1
permukaan (mm)
Gamba, 6. (b) Grafik kekerasan YS.kedalaman
Proses CHM dengan tarutao etsa jenis I menghasilkan tegangan tarik luluh rata-rata adalah 350 MPa, dan 354 MPa untuk larutaoetsajenis II. Jika dibandingkan dengan tegangan tarik spesimen raw material maka tegangan tarik di atas masing-masing mengalami penurunan sekitar 3,5% daft 2,5%. Penurunan yang terjadi pada tarutao etsajenis I lebih besar dari pads tarutao etsajenis II karena pengikisan yang terjadi pada tarutao jenis Ilebih besar daTipads
yang miripdengan prosesquench, karenakeduanyaakan menyebabkan bertambahnya kekerasan permukaan spesimen. Penurunan ini sangat mungkin disebabkan oleh turunnya tegangan sisa pada spesimen. PerIn diketahui bahwa bahan yang digunakan merupakan basil proses pengerolan dingin. Setiap pengerolan dingin akan menghasilkan tegangan sisa yang berupa tegangan tekan pada bagian luar daDtarik pada bagian dalam bahan. Adanya tegangan tekan pada bagian luar menyebabkan kekerasannya lebih tinggi dibanding dengan bagian dalamnya.Dengan terkikisnya bagian loaf spesimen tegangan tekan akan turun, sehingga kekerasannya juga akan turun. Tegangan tarik
lac.Jtanjenis II. Jika pengikisannya lebih besar maka tegangan sisa pada lapisan loaf spesimen semakin berkurang, sehingga kekuatan tariknyajuga semakin rendah. Perambatan retak Hasil uji perambatao retak dari semua spesimen dibuatgrafik antara lajuperambataoretak (da/dN) dengan perubahan faktor intensitas tegangan (DK). Dari grafik ini kemudian ditentukan besarnya konstanta C daDn dari persamaan Paris [4]. Gambar 7 menunjukkan salah satu kurva yang dimaksud untukjenis larutao liB, sedangkan tabel 3 menunjukkan harga C daDn untuk semua jenis spesimen. a. Pengaruh oroses CHM
a. Pengaruh OTosesCHM Hasil pengujian tarik terhadap raw material maupun bahan yang telah diproses CHM dapat dilihatpadatabel2. Daritabelterlihatbahwategangan tarik luluh spesimen raw material adalah 363 MPa, sedang tegangan tarik rata-rata spesimen yang diproses CHM pengikisan 1 sisi adalah 355 Mpa (terjadi penurunan 2,1%), dan pengikisan 2 sisi 349 Mpa (terjadi penurunan 3,8%). Hal ini dapat terjadi
Dari tabel3 terlihat bahwa harga n untuk raw material adalah 2,91, sedangkan harga n rata-rata untuk spesimen yang diproses CHM pengikisan 1 sisi adalah 3,02, dan 3,06 untuk pengikisan 2 sisi. Ini menunjukkan adanya kenaikan laju perambatao retak sebesar 3,7% untuk pengikisan satu sisi daD 5,2% un .uk duBsisi. Hal ini disebabkan oleh karena proses CHM mengakibatkan permukaan spesimen terkikis, sehingga tegangan sisa tekan pads permukaan
.
Pengaruh Proses Chemical Milling Terhadap Sifat Fisis don Mekanis Ai 2024-T3 (Jamasri) ,.....
t 0
3.5
c: rJJ 3.0 .~ co a. 2.5 .!
It.....
I
It
-i
,
... .
. .
2.0
rJJ
c: 1.5
t.....
t. .,.......
,
tOO
~ 1.0 1
0
Gamba, 7. Kurva da/dN-DK spesimen yang diproses CHM dengan tarutao etsa jenis lIB
.....
1-
2-
1Iris lion! u9m:n Kdcasr- AIjq Ia1mt Tdd Ld1r 8I(Ra) nWt ( ( ( (111ft) Raw 1,s6 100,73 0,2 8Z I 1,0 99,11> o,a 71,4 DA 83 1,36 99,91 1,9 lIB 83 1,28 100,24 2,1 oc 1.31 99,91 81,2 JD> 8Z I,2B 99,98 I 0,88 loo,8J 0,8 67,5 DA 83 I,a; 99,99 1,9 lIB 1,01 100,30 2,1 79,4 OC 81 1,05 100,II> 2,3 84 JD> I,a; 28 99,98
.bttIit IiIcIus
C
(a)
Ims n
2221'JO 1,8SQB.IO
2,91 1,8IIIB-IO 2,91 CQJB-IO 2,98 23II8SS 1,2J2B.tO 3,05 Z1Z1«J 1,199B-IO 3,!1J )0110 Uarn.10 30m 9'.001 1,1mB-IO 2,'» n>J9S 1,199B-IO 3,01 217KO 1,252&10 3,10 2413«J 1,1I9B-10 3,(11 2fXjII) (),95IIB-IO3,12 I :m1l0
3
Kekasaran Ra (urn)
Tabel J. Data basil pengujian perambatan retak spesimen AI-2024 T3 Jq-
2
3.5 c: rJJ 3.0 .~ CO
... .
.
.
a. 2.5
- 2.0 CO ffi rJJ
g 1.5
~
1.0 berkurang atau hUang. Dengan berkurangnya tegangan sisa tekan maka kekuatan spesimen terhadap beban dinamis juga berkurang. Pada pengikisan I sisi, tegangan sisa yang berkurang hanya pada I sisi, sehingga laju perambatanretaknya lebih lambat dari pada pengikisan 2 sisi. b.Pengaruhienislarutan Dari tabel3 juga dapat diketahuibahwa harga n rata-ratasebesar2,96 dan 3,06masing-masinguntuk larutao etsa jenis I dan II. Ini berarti bahwa tarutao etsa jenis II mengakibatkan laju perambatan retak yang lebih cepat (5,1%) bila dibandingkan larutao etsajenis I (1,6%). Perbedaan peningkatao ini terjadi oleh karena larutan etsa jenis I menghasHkan permukaan yang lebih halus dari pada larutao jenis II. Semakin halus permukaan maka semakin lambat laju perambatan retaknya. c. Pen~aruh kekasaran Dari grafik pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa angka kekasaran (Ra) tidak terlalu berpengarnh terhadap konstaota Paris (n), untuk pengikisan I sisi maupun 2 sisi. Dari perhitungan didapat bahwa akibat proses CHM, peningkatao rata-rata konstaota Paris (n) adalah 3,7% untuk pengikisan I sisi daD 5,2% untuk pengikisan 2 sisi. Hasil ini juga sesuai dengan basil yang diperoleh peneliti sebelumnya [5,6]
0
1
2
3
KekasaranRa (urn) (b) Gamba, B. Grafik konstanta Paris (n) Ys. kekasaran (a) pengikisan 1 sisi daD (b) pengikisan 2 sisi
(Ra),
KESIMPULAN Dari basil penelitian dan pembahasan makadapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses CHM meningkatkan kekasaran permukaan pada paduan aluminium Al-2024 T3. Larutao etsa jenis I menghasilkan permukaan yang lebih halus dari pada larutao etsa jenis II. Untuk larutao etsa jenis II, permukaan paling halus terjadi padajenis II A, yaitu campuran HCI + HNO, dengan konsentrasi 1:2. 2 Proses CHM dapat menurunkan tingkat kekerasan permukaan pada paduan aluminium. Penurunan tersebut diakibatkan oleh karena adanya pengikisan pada lapisan permukaan luar, sehingga semakin dalam pengikisanmaka semakinrendah angleakekerasannya. Penurunan anglea kekerasan tersebut adalah 3,9%untuk pengikisan I sisi,dan 7,2%untuk pengikisan 2 sisi. 3. Proses CHMjuga menurunkan tegangan tarik luluh (yield stress) paduan aluminium Al-2024 n. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa penurunan
Proslding Pertemuan IlmJah llmu Pengetahuan dan Teknologl Bahan'99 Serpong, 19 20 Oktober1999
-
tersebut adalah sebesar 2,1% untuk pengikisan I sisi daD3,8% untuk pengikisan 2 sisi. 4. Dari pengujian perambatan retak diperoleh bahwa proses CHM dapat meningkatkan laju perambatan retak, yang ditandai adanya peningkatan harga konstanta Paris (n). Besamya peningkatao tersebut adalah 3,7% untuk pengikisan 1sisi daD5,2% untuk pengikisan2 sisi.Jenis larutaoetsajuga berpengaruh terhadap lajuperambatanretak. Jika didasarkanpada harga n raw material, maka peningkatan harga n untuk tarutao jenis I adalah 1,6 % daD 5,1 untuk larutanjenis II.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan membantunya, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Khususnya pemerintah Indonesia yang telah mendanai sepenuhnya melaIuiRUTVt
ISSN 1411-2213
DAFT AR PUST AKA [1]. E. SULISTY ANTI DAN P. T ARIGAN, "Sifat Fatigue
Produk Chemical Milling Material AI-2024 T3 Cladding",PMTPPT.IPTN, Bandung(1995). [2]. E. SULISTYANTI, M. LUTFI, "Analisa Produk Chemical Milling material AI-2024 T3 Cladding", PMTPPT. IPTN,Bandung(1996). [3].E.M.LANGWORlHY,"ChemicalMilling"Aerochem, Inc.,USA(1986). [4]. D. BROEK, Elementary Engineering Fracture Mechanics, Martinus Nijhoff Publisher, Dodrecht (Netherland),(1986). [5]. S GUNGORANDL. EDWARDS,"Effectof surface textureon fatiguelife in squeezecast 6082 aluminum alloy", Fatigue & Fracture of Engineering Materials & Structure, 16 (1993) 391. [6].A. INCHEKELANDJ.E.TALIA,"Effectof scratches on the fatigue behaviour of an AI-Li alloy", Fatigue & Fracture of Engineering Materials & Structures, 17(1994)501.
Ke Daftar Isi