PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang ABSTRAK Penentuan range plafond diperlukan untuk menentukan pemilihan dan memberikan masukan dalam bentuk analisis yang komprehensif terhadap calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan untuk memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan dapat memberikan nilai tambah yang positif, baik bagi nasbah maupun bagi lembaga yang memberikan pembiayaan. AHP sebagai salah satu metode dalam sistem pendukung keputusan dipandang perlu diterapkan pada salah satu proses di BMT, yakni penentuan pemilihan range plafond, yang nantinya bisa diharapkan dapat membantu dalam memberikan masukan untuk pengambilan keputusan, khususnya dalam penentuan range plafond. Kata kunci : Range Plafond, AHP, SPK PENDAHULUAN Penentuan dalam memilih plafond merupakan proses pengambilan keputusan yang komplek, dimana keputusan diambil berdasarkan perbandingan preferensi dari beberapa kriteria yang ada. Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam sistem pengambilan keputusan, dan umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif atau pilihan yang ada yang bersifat kompleks. Dengan menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, dan partisipatif. Atas permaslahan diatas perlu dibangun sebuah model pengambilan keputusan dengan metode Analytic Hierarchy Proses (AHP) pada proses penentuan range plafond pembiayaan terbaik di Baitul Mal Wa tamwil (BMT).
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
111
Rumusan Variabel Penelitian Berdasarkan Studi terhadap mekanisme yang digunakan oleh manajer pembiayaan dapat disimpulkan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi keputusan manager dalam menentukan range plafond yaitu : karakter nasabah, kemampuan nasabah, modal nasabah, kondisi ekonomi, dan jaminan nasabah. Dimana dalam setiap faktor terdapat tiga kondisi yang salah satunya akan terpenuhi yaitu kondisi baik, kondisi cukup, dan kondisi kurang. Sementara itu terdapat tiga alternatif plafond yang disediakan bagi nasabah yaitu : range plafond 1 – 5 juta, range plafond 5 – 10 juta, dan 10 – 20 juta. Kelima faktor tersebut kemudian dimasukan kedalam level kriteria pada skema AHP. Kemudian setiap kondisi dimasukan kedalam level sub kriteria. Didapatkan rumusan variabel yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan model AHP pada permasalahan ini, variabel-variabel tersebut adalah : 1. Nilai perbandingan berpasangan untuk setiap level kriteria 2. Nilai perbandingan berpasangan untuk setiap level sub kriteria Dimana nilai – nilai tersebut didapatkan dari pembobotan yang dilakukan oleh manager dengan berdasarkan pada tabel skala prioritas sebagai berikut : Tabel 1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8
Keterangan Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang berdekatan
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
112
Data Hasil Penelitian 1. Perbandingan berpasangan Level kriteria Tabel 2 Pemisalan level kriteria PEMISALAN KRITERIA
KODE
karakter kemampuan modal kondisi ekonomi jaminan
A B C D E
Tabel 3 Hasil perbandingan level kriteria PERBANDINGAN BERPASANGAN LEVEL KRITERIA KRITERIA 1 2 A B A C A D A E B C B D B E C D C E D E
LEBIH PENTING 3 A A A A B B B C C D
INTENSITAS 4 5 7 9 9 7 3 3 5 5 5
2. Perbandingan berpasangan level sub kriteria karakter Tabel 4 Pemisalan sub kriteria karakter PEMISALAN KARAKTER Baik Cukup Kurang
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
KODE A B C
113
Tabel 5 Hasil perbandingan berpasangan sub karakter PERBANDINGAN SUB KRITERIA KARAKTER KRITERIA LEBIH PENTING A B A A C A B C B
INTENSITAS 9 9 9
3. Perbandingan berpasangan sub kriteria modal Tabel 6 Pemisalan sub kriteria modal PEMISALAN MODAL BAIK CUKUP KURANG
KODE A B C
Tabel 7 Hasil perbandingan berpasangan sub kriteria modal PERBANDINGAN SUB KRITERIA MODAL KRITERIA LEBIH PENTING A B A A C A B C B
INTENSITAS 9 9 9
4. Perbandingan berpasangan sub kriteria jaminan Tabel 8 Pemisalan sub kriteria jaminan PEMISALAN JAMINAN BAIK CUKUP KURANG
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
KODE A B C
114
Tabel 9 Hasil perbandingan berpasangan jaminan PERBANDINGAN SUB KRITERIA JAMINAN KRITERIA LEBIH PENTING A B A A C A B C B
INTENSITAS 9 9 9
5. Perbandingan berpasangan sub kriteria kondisi ekonomi Tabel 10 Pemisalan sub kondisi ekonomi PEMISALAN KONDISI EKONOMI BAIK CUKUP KURANG
KODE A B C
Tabel 11 Hasil perbandingan sub kondisi ekonomi PERBANDINGAN SUB KRITERIA KONDISI EKONOMI KRITERIA LEBIH PENTING A B A A C A B C B
INTENSITAS 9 9 9
6. Perbandingan berpasangan sub kriteria kemampuan Tabel 12 Pemisalan sub kemampuan PEMISALAN KEMAMPUAN BAIK CUKUP KURANG
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
KODE A B C
115
Tabel 13 Hasil perbandingan sub kemampuan KRITERIA A B A C B C
LEBIH PENTING
INTENSITAS
A A B
9 9 9
Implementasi Metode Analytic Hierarchy Process Setelah variabel – variabel yang dibutuhkan teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan metode AHP berdasarkan pada variabel – variabel tesebut. Berikut ini urutan langkah implementasi metode Analytic Hierarchy Process pada masalah penentuan plafond pembiayaan terbaik bagi nasabah. Penyusunan Hirarki Penyusunan hirarki bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara tujuan yang ingin dicapai (Goal), Kriteria pencapaian tujuan (Kriteria), sub kriteria, dan alternatif – alternatif untuk mencapai tujuan (Altenatives). Dibawah ini adalah hirarki Analytic Hierarchy Process untuk mencapai tujuan plafond pembiayaan terbaik. Penentuan range plafond u? nasabah X
KARAKTER
BAIK
CUKUP
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
KEMAMPUAN
KURANG
BAIK
CUKUP
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
SITUASI PEREKONOMIAN
MODAL
KURANG
BAIK
CUKUP
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
KURANG
BAIK
CUKUP
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
JAMINAN
KURANG
BAIK
CUKUP
KURANG
Plafond 1 – 5 jt Plafond 5 – 10 jt Plafond 10 – 20 jt
Gambar 2 Skema AHP Pengambilan Keputusan pemilihan plafond Penentuan Prioritas Elemen Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif yang didapat dari hasil penelitian kemudian diolah dengan memanipulasi matrik, ukuran matriks disesuaikan dengan jumlah elemen yang akan diolah. Pada permasalahan ini untuk matriks perbandingan nilai kriteria berukuran 5, ini didasarkan pada jumlah elemen kriteria, sedangkan pada level subkriteria diolah pada matriks beukuran 3 sesuai dengan jumlah elemen level sub kriteria. Hasil dari langkah ini adalah didapatkannya prioritas masing – masing elemen baik pada level kriteria dan elemen subkriteria 1. Penentuan prioritas elemen kriteria a. Matriks Perbandingan Berpasangan level kriteria Matriks ini di isi oleh nilai-nilai perbandingan yang telah didapatkan dari hasil perbandingan nilai kriteria. Nilai – nilai tersebut dimasukan pada elemen matriks diagonal atas, sedangkan nilai – nilai diisi dengan nilai 1/nilai elemen diagonal atas.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
116
Tabel 14 Pemisalan level kriteria PEMISALAN KRITERIA karakter kemampuan modal kondisi ekonomi jaminan
KODE A B C D E
Tabel 15 Matriks perbandingan nilai kriteria UKURAN 5 KRITERIA A B C D E JUMLAH
NILAI IR 1.12 A 1.00 0.20 0.14 0.11 0.11 1.57
B 5.00 1.00 0.14 0.33 0.33 6.81
C 7.00 7.00 1.00 0.20 0.20 15.40
D 9.00 3.00 5.00 1.00 0.20 18.20
E 9.00 3.00 5.00 5.00 1.00 23.00
b. Matriks nilai kriteria Matriks ini dibuat untuk mengetahui nilai prioritas masing-masing kriteria, dengan rumus : Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing kolom lama Tabel 16 Matriks nilai kriteria MATRIKS NILAI KRITERIA KRITERIA A B C D E
A 0.64 0.13 0.09 0.07 0.07
B 0.73 0.15 0.02 0.05 0.05
C 0.45 0.45 0.06 0.01 0.01
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
D 0.49 0.16 0.27 0.05 0.01
E 0.39 0.13 0.22 0.22 0.04
jumlah 2.71 1.02 0.67 0.41 0.19
prioritas 0.54 0.20 0.13 0.08 0.04
117
c. Matriks penjumlahan Setiap baris Matriks ini dibuat sebagai referensi bagi matriks penghitungan konsistensi logis, matriks ini dibuat dengan cara mengalikan nilai prioritas elemen pada matriks nilai kriteria dengan nilai elemen pada matriks perbandingan berpasangan. Tabel 17 Matriks penjumlahan tiap baris KRITERIA A B C D E
A 0.54 0.04 0.02 0.01 0.00
B 1.02 0.20 0.03 0.07 0.07
C 0.94 0.94 0.13 0.03 0.03
D 0.73 0.24 0.41 0.08 0.02
E 0.34 0.11 0.19 0.19 0.04
Jumlah 3.57 1.54 0.77 0.37 0.15
d. Pengukuran rasio konsistensi Pengukuran ini dilakukan untuk memastikan bahwa nilai judgment pada perbandingan berpasangan konsisten. Dengan mengacu pada aturan bahwa nilai Consistency Ratio (CR) <= 0.1. namun jika ternyata nilai CR lebih besar daripada 0.1 maka nilai judgment pada matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi terlebih dahulu dibuat tabel berikut : Tabel 18 Perhitungan rasio konsistensi JUMLAH PER BARIS A B C D E
PRIORITAS
3.57 1.54 0.77 0.37 0.15 JUMLAH
HASIL
0.54 0.20 0.13 0.08 0.04
4.11 1.74 0.91 0.45 0.19 7.41
Hasil dari tabel diatas kemudian digunakan untuk menghitung konsistensi index, berikut ini data hasil penghitungan konsistensi index. Tabel 19 Hasil perhitungan rasio konsistensi Komponen JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS CI CR
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
Hasil 5 1.48 -0.70 -0.63
Formula Ukuran matriks Jumlah tabel 3.18 / n (lambda maks-n)/n) (CI/IR)
118
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk kriteria adalah : Tabel 20 Nilai prioritas kriteria Nama sub karakter kemampuan modal kondisi ekonomi jaminan
Nilai prioritas 0.54 0.20 0.13 0.08 0.04
2. Penentuan prioritas subkriteria a. Penentuan prioritas subkriteria karakter Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria. b. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 21 Pemisalan sub karakter PEMISALAN KARAKTER KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 22 Matriks perbandingan sub karakter UKURAN 3
NILAI IR 0.58
SUB KRITERIA A B C JUMLAH
A 1.00 0.11 0.11 1.22
B 9.00 1.00 0.11 10.11
C 9.00 9.00 1.00 19.00
c. Matriks nilai prioritas sub kriteria karakter Langkah ini sama seperti pada langkah pembuatan matriks nilai kriteria, perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas sub kriteria.nilai pada kolom tersebut didapatkan dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai maksimum prioritas.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
119
Tabel 23 Matriks nilai prioritas sub kriteria karakter
SUB KRITERIA A B C
A 0.82 0.09 0.09
B 0.89 0.10 0.01
C 0.47 0.47 0.05
jumlah 2.18 0.66 0.15
prioritas 0.44 0.13 0.03
pioritas sub 1.00 0.30 0.07
prioritas max
0.44
d. Matriks Penjumlahan tiap baris sub kriteria karakter Tabel 24 Matriks penjumlahan tiap baris sub karakter SUB KRITERIA A B C
A 0.44 0.01 0.00
B 1.19 0.13 0.01
C 0.28 0.28 0.03
Jumlah 1.91 0.43 0.05
1. Pengukuran Rasio Konsistensi Tabel 25 Perhitungan rasio konsistensi sub karakter JUMLAH PER BARIS A B C
PRIORITAS
1.91 0.43 0.05 JUMLAH
0.44 0.13 0.03
HASIL 2.35 0.56 0.08 2.98
Hasil Perhitungan nilai CR : Tabel 26 Nilai CR sub karakter JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS CI CR
3 0.99 -1.00 -1.73
Ukuran matriks Jumlah tabel 3.25 / n (lambda maks-n)/(n-1) (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria karakter adalah :
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
120
Tabel 27 Nilai prioritas sub kriteria karakter Nama sub Baik Cukup Kurang
Nilai prioritas 0.44 0.13 0.03
3. Penentuan prioritas elmemen sub kriteria Jaminan Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level sub kriteria sebelumnya. a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 28 Pemisalan sub kriteria jaminan PEMISALAN JAMINAN KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 29 Perbandingan berpasangan sub jaminan UKURAN 3
NILAI IR 0.58
SUB KRITERIA A B C JUMLAH
A 1.00 0.11 0.11 1.22
B 9.00 1.00 0.11 10.11
C 9.00 9.00 1.00 19.00
c. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 30 Matriks prioritas sub jaminan
SUB KRITERIA A B C
A 0.82 0.09 0.09
B 0.89 0.10 0.01
C 0.47 0.47 0.05
jumlah 2.18 0.66 0.15
prioritas 0.44 0.13 0.03
prioritas maksimum
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
pioritas sub 1.00 0.30 0.07
0.44
121
d. Matriks Penjumlahan tiap baris Tabel 31 Matriks penjumlahan tiap baris sub jaminan SUB KRITERIA A B C
A 0.44 0.01 0.00
B 1.19 0.13 0.01
C 0.28 0.28 0.03
jumlah 1.91 0.43 0.05
e. Pengukuran Rasio Konsistensi Tabel 32 Perhitungan rasio konsistensi sub jaminan JUMLAH PER BARIS A B C
PRIORITAS
1.91 0.43 0.05 JUMLAH
HASIL
0.44 0.13 0.03
2.35 0.56 0.08 2.98
Perhitungan nilai CR : Tabel 33 Nilai CR sub jaminan JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS CI CR
3 0.99 -1.00 -1.73
Ukuran matriks Jumlah tabel 3.30 / n (lambda maks-n)/(n-1) (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria karakter adalah : Tabel 34 Nilai prioritas sub kriteria jaminan Nama sub Nilai prioritas Baik 0.44 Cukup 0.13 Kurang 0.03 4. Penentuan prioritas Sub kriteria Modal Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria. a. Matriks perbandingan berpasangan Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
122
Tabel 35 Pemisalan sub modal PEMISALAN MODAL KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 36 Matriks perbandingan sub modal UKURAN 3
NILAI IR 0.58
SUB KRITERIA A B C JUMLAH
A 1.00 0.11 0.11 1.22
B 9.00 1.00 0.11 10.11
C 9.00 9.00 1.00 19.00
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 37 Matriks nilai kriteria sub modal SUB KRITERIA
A
B
C
jumlah
prioritas
A B C
0.82 0.09 0.09
0.89 0.10 0.01
0.47 0.47 0.05
2.18 0.66 0.15
0.44 0.13 0.03
prioritas maksimum
pioritas sub 1.00 0.30 0.07 0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris Tabel 38 Matriks penjumlahan tiap baris sub modal SUB KRITERIA A B C
A 0.44 0.01 0.00
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
B 1.19 0.13 0.01
C 0.28 0.28 0.03
Jumlah 1.91 0.43 0.05
123
d. Pengukuran Rasio Konsistensi Tabel 39 Perhitungan rasio konsistensi sub modal JUMLAH PER BARIS A B C
PRIORITAS
1.91 0.43 0.05 JUMLAH
0.44 0.13 0.03
HASIL 2.35 0.56 0.08 2.98
Tabel 40 Nilai CR sub modal JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS CI CR
3 0.99 -1.00 -1.73
Ukuran matriks Jumlah tabel 3.30 / n (lambda maks-n)/(n1) (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria modal adalah : Tabel 41 Nilai prioritas sub kriteria modal Nama sub Nilai prioritas Baik 0.44 Cukup 0.13 Kurang 0.03 5. Penentuan prioritas Sub kriteria kemampuan Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria. a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 42 Pemisalan sub kemampuan PEMISALAN KEMAMPUAN KODE Baik A Cukup B Kurang C
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
124
Tabel 43 Matriks perbandingan sub kemampuan UKURAN
NILAI IR 0.58
3 SUB KRITERIA A B C JUMLAH
A 1.00 0.11 0.11 1.22
B 9.00 1.00 0.11 10.11
C 9.00 9.00 1.00 19.00
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 44 matriks nilai kriteria sub kemampuan SUB KRITERIA
A
B
C
A B C
0.82 0.09 0.09
0.89 0.10 0.01
0.47 0.47 0.05
jumlah
prioritas
2.18 0.66 0.15
0.44 0.13 0.03
prioritas maksimum
pioritas sub 1.00 0.30 0.07
0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris Tabel 45 Matriks penjumlahan tiap baris sub kemampuan SUB KRITERIA A B C
A 0.44 0.01 0.00
B 1.19 0.13 0.01
C 0.28 0.28 0.03
jumlah 1.91 0.43 0.05
d. Pengukuran Rasio Konsistensi Tabel 46 Perhitungan rasio konsistensi sub kemampuan JUMLAH PER BARIS A B C
1.91 0.43 0.05 JUMLAH
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
PRIORITAS 0.44 0.13 0.03
HASIL 2.35 0.56 0.08 2.98
125
Tabel 47 Nilai CR sub kemampuan JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS
3 0.99
CI CR
-1.00 -1.73
Ukuran matriks Jumlah tabel 3.30 / n (lambda maks-n)/(n1) (CI/IR)
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria modal adalah : Tabel 48 Nilai prioritas sub kriteria kemampuan Nama sub Baik Cukup Kurang
Nilai prioritas 0.44 0.13 0.03
6. Sintesis pada Sub kriteria Kondisi Ekonomi Pembuatan matriks dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada level kriteria. a. Matriks perbandingan berpasangan Tabel 49 Pemisalan sub kondisi ekonomi PEMISALAN MODAL KODE Baik A Cukup B Kurang C Tabel 50 Matriks perbandingan sub kondisi ekonomi
UKURAN 3
NILAI IR 0.58
SUB KRITERIA A B C JUMLAH Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
A 1.00 0.11 0.11 1.22
B 9.00 1.00 0.11 10.11
C 9.00 9.00 1.00 19.00
126
b. Matriks nilai prioritas sub kriteria Tabel 51 Matriks nilai kriteria sub kondisi ekonomi
SUB KRITERIA A B C
A 0.82 0.09 0.09
B 0.89 0.10 0.01
C 0.47 0.47 0.05
jumlah prioritas 2.18 0.44 0.66 0.13 0.15 0.03
pioritas sub 1.00 0.30 0.07
prioritas maksimum
0.44
c. Matriks Penjumlahan tiap baris Tabel 52 Matriks penjumlahan tiap baris sub kondisi ekonomi SUB KRITERIA A B C
A 0.44 0.01 0.00
B 1.19 0.13 0.01
C 0.28 0.28 0.03
jumlah 1.91 0.43 0.05
d. Pengukuran Rasio Konsistensi Tabel 53 Perhitungan rasio konsistensi sub kondisi ekonomi JUMLAH PER BARIS A B C
PRIORITAS
1.91 0.43 0.05 JUMLAH
HASIL
0.44 0.13 0.03
2.35 0.56 0.08 2.98
Tabel 54 Nilai CR sub kondisi ekonomi JUMLAH KRITERIA (n) LAMBDA MAKS CI CR
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
3 0.99 -1.00 -1.73
Ukuran matriks Jumlah tabel 3.30 / n (lambda maks-n)/(n1) (CI/IR)
127
Dari hasil pengukuran CR diketahui bahwa nilai CR < 0.1 maka dapat disimpulkan bahwa penilaian pada perbandingan berpasangan dapat diterima. Dengan demikian nilai prioritas untuk sub kriteria kondisi ekonomi adalah : Tabel 55 Nilai prioritas sub kriteria kondisi ekonomi Nama sub Baik Cukup Kurang
Nilai prioritas 0.44 0.13 0.03
Tabel 56 Hasil analisis LEVEL KRITERIA PRIORITAS KRITERIA KRITERIA KARAKTER
0.54
KEMAMPUAN
0.20
MODAL
0.13
KONDISI EKONOMI
0.08
JAMINAN
0.04
LEVEL SUB KRITERIA SUB PRIORITAS KRITERIA SUB BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07 BAIK 1.00 CUKUP 0.30 KURANG 0.07
Setelah melakukan serangakaian langkah pada metode Analytic Hierarchy Process, kenudian hasil dari proses tersebut di tuangkan kedalam tabel diatas yang berisi nilai variabel untuk tiap elemen pada hirarki AHP yang nantinya akan digunakan sebagai referensi pengambilan keputusan. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak Hasil dari tahap analisa persepsi menggunakan metode Analityc Hierarchy Process , kemudian dituangkan kedalam perancangan model sebuah perangkat lunak sistem pendukung keputusan. Dengan mengacu pada metodologi Unified Modelling Languange. Definisi kebutuhan perangkat lunak dilakukan untuk mengakomodasi seluruh kebutuhan baik data maupun proses yang diperlukan dalam pembentukan model.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
128
Analisis kebutuhan fungsional (Use – Case Diagram) Use – case diagram merupakan diagram yang menggambarkan semua proses (case) yang akan ditangani oleh perangkat lunak beserta aktor (pelaku) yang melakukan proses tersebut. Tabel 57 Definisi kebutuhan sistem NO KODE NAMA USE CASE 1 U1 OLAH PERSEPSI 2 U 1.1 MENENTUKAN PRIORITAS KRITERIA 3 U 1.2 MENENTUKAN PRIORITAS SUBKRITERIA 4 U2 PEMILIHAN ALTERNATIF 5 U 2.1 PENILAIAN PLAFOND A 6 U 2.2 PENILAIAN PLAFOND B 7 U 2.3 PENILAIAN PLAFOND C
Perangkat lunak pendukung keputusan pemilihan plafond pembiayaan
<<extend>> penentuan prioritas kriteria
<<extend>> olah persepsi
penentuan prioritas sub kriteria
MANAGER <<extend>>
scoring plafond A
<<extend>>
pemilihan laternatif
Scoring Plafond B <<extend>>
Scoring Plafond C
Gambar 3 Diagram Use-case Flow of Event (Skenario) Flow of event merupakan tabel yang berisi tentang penjelasan dari use case yang telah teridentifikasi. Menyajikan informasi tentang aksi aktor terhadap sistem dan reaksi sistem terhadap event yang diberikan oleh aktor. 1. Flow of event U 1 Tabel dibawah ini menyajikan flow of event dari use – case olah persepsi yang bertujuan untuk mengolah persepsi seorang manajer terhadap kriteria dan sub kriteria ahp.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
129
Tabel 58 Flow of event case U 1 Identifikasi
Nomor
U1
Nama Tujuan
Olah Persepsi Proses mengelola persepsi manajer
Deskripsi Tipe Primary, Essential <<extend>> Relasi Manajer Aktor Skenario Utama Menu utama tampil Kondisi Awal Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. klik menu olah persepsi 2. form olah persepsi tampil Kondisi Akhir Fom olah persepsi tampil dengan menampilkan persepsi yang aktif. 2. Flow of event U 1.1 Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case menentukan prioritas kriteria. Yang bertujuan untuk menghitung nilai prioritas pada level kriteria Tabel 59 Flow of event case U 1.1 Identifikasi
Nomor
U 1.1
Nama Tujuan
Menentukan prioritas kriteria Menentukan nilai prioritas masing – masing kriteria
Deskripsi Primary, Essential <<extend>> Manajer Skenario Utama Kondisi Awal Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. aktor memilih menu olah 2. sistem menampilkan form olah persepsi persepsi 3. pilih ubah prioritas kriteria 4. sistem menampilkan form matrik banding kriteria 5. aktor mengimputkan elemen 6. sistem melakukan perhitungan sintesis matrik, kemudian menekan prioritas untuk level kriteria, kemudian tombol proses hasilnya ditampilkan dan di simpan Kondisi Akhir Prioritas kriteria ditampilkan dan di simpan Tipe Relasi Aktor
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
130
3. Flow of event U 1.2 Tabel dibawah ini memuat use case menentukan prioritas sub kriteria, dengan tujuan untuk melakukan sintesis terhadap level sub kriteria dan mendapatkan nilai prioritas dari masing-masing subkriteria. Tabel 60 Flow of event case U 1.2 Identifikasi
Nomor
U 1.2
Nama
Menentukan prioritas sub kriteria Menentukan nilai prioritas masing – masing sub kriteria
Tujuan
Deskripsi Tipe Primary, Essential Relasi <<extend>> Manajer Aktor Skenario Utama Kondisi Awal Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. aktor memilih menu olah 2. sistem menampilkan form olah persepsi persepsi 3. pilih ubah prioritas kriteria 4. sistem menampilkan form matrik banding subkriteria 5. aktor mengimputkan elemen 6. sistem melakukan perhitungan sintesis matrik, kemudian menekan prioritas untuk level subkriteria, tombol proses kemudian hasilnya ditampilkan dan di simpan Kondisi Akhir Prioritas subkriteria ditampilkan dan di simpan 4. Flow of event U 2 Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case pemilihan alternatif. Yang bertujuan untuk melakukan proses pemilihan alternatif setelah dilakukan penilaian terhadap masing-masing kriteria. Tabel 61 Flow of event U 2 Identifikasi
Nomor
U2
Nama
Pemilihan alternatif Menampilkan alterntif – alternatif dengan bobot penilaian
Tujuan Tipe Relasi Aktor
Kondisi Awal
Deskripsi Primary, Essential <<extend>> Manajer Skenario Utama Form olah persepsi tampil
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
131
Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. pilih menu pemilihan alternatif 2. form pilihan alternatif tampil pada menu utama Kondisi Akhir Form pemilihan alternatif tampil 5. Flow of event U 2.1 Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond A. Memasukan bobot penilaian pada alterntif plafond A. Tabel 62 Flow of event U 2.1 Identifikasi
Nomor
U 2.1
Nama
Penilaian Plafond A Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 1 – 5 jt
Tujuan
Deskripsi Tipe Primary, Essential <<extend>> Relasi Manajer Aktor Skenario Utama form pemilihan alternatif tampil Kondisi Awal Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. Aktor memilih menu penilaian 2. form penilaian plafond A tampil plafond A 3 aktor menginputkan penilaian, 4. sistem akan memproses penilaian dan dan mengklik tombol proses menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif Kondisi Akhir Hasil penilaian tampil pada form pemilihan alterntif 6. Flow of event U 2.2 Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond B. Untuk menginputkan bobt nilai bagi setiap kriteria pada range plafond B. Tabel 63 Flow of event U 2.2 Identifikasi
Nomor
U 2.2
Nama
Penilaian Plafond B Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 5 – 10 jt
Tujuan Tipe Relasi Aktor
Kondisi Awal
Deskripsi Primary, Essential <<extend>> Manajer Skenario Utama form pemilihan alternatif tampil
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
132
Aksi Aktor 1. Aktor memilih menu penilaian plafond B 3 aktor menginputkan penilaian, dan mengklik tombol proses Kondisi Akhir
Reaksi Sistem 2. form penilaian plafond B tampil
4. sistem akan memproses penilaian dan menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif Hasil penilaian tampil pada form pemilihan alterntif
7. flow of event U 2.3 Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case Tabel dibawah ini memuat tentang flow of event use case penilaian plafond C. Tabel 64 Flow of event U 2.3 Identifikasi
Nomor
U 2.3
Nama
Penilaian Plafond C Memberikan penilaian kondisi kriteria pada plafon 5 – 10 jt
Tujuan
Deskripsi Tipe Primary, Essential <<extend>> Relasi Aktor Manajer Skenario Utama form pemilihan alternatif tampil Kondisi Awal Aksi Aktor Reaksi Sistem 1. Aktor memilih menu penilaian 2. form penilaian plafond C tampil plafond C 3 aktor menginputkan penilaian, 4. sistem akan memproses penilaian dan dan mengklik tombol proses menampilkan hasil pada form pemilihan alternatif Kondisi Akhir Hasil penilaian tampil pada form pemilihan alterntif
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
133
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemilihan plafond merupakan permasalahan yang bersifat multikriteria. Dari hasil penelitian bahwa metode AHP dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan pengambilan keputusan pemilihan range plafond terbaik. 2. Hirarki AHP tersusun dari empat level, yaitu level Goal (tujuan), level kriteria, level sub kriteria, dan level alternatif. 3. Dari hasil implementasi metode AHP pada proses pengambilan keputusan pemilihan plafond pembiayaan terbaik di Baitul Mal Watamwil diperoleh bahwa faktor yang paling dominan yang dijadikan referensi bagi pengambilan keputusan adalah faktor karakter dengan intensitas 0.54 Saran Selama penelitian terdapat temuan – temuan, dan penulis jadikan sebagai saran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama: 1. Untuk menambah akurasi pengambilan keputusan sebaiknya perangkat lunak dilengkapi dengan layanan untuk menghitung faktor – faktor kuantitatif dalam hal pembiayaan. 2. Agar keputusan yang diambil semakin objektif dapat dilakukan penambahan level kriteria dan sub kriteria hirarki hendaknya. 3. Bagi peneliti yang bermaksud mengimplementasikan model perangkat lunak ini penulis saranakan untuk menggunakan bahasa pemograman berorientasi objek.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
134
DAFTAR PUSTAKA Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. ANDI. Yogyakarta. Nugroho, Adi. 2005. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek. Informatika. Bandung. Sholiq. 2006. Pemodelan Sistem Informasi Berorientasi Objek dengan UML. Graha Ilmu. Yogyakarta. Subakti, Irfan.2002.Sistem Pendukung Keputusan.Institut teknologi Sepuluh November.Surabaya. Sudarsono, D.T.E. 2004.Penerapan Analytic Hierarchy Process (AHP) Untuk Pemilihan Metode Audit PDE Oleh Auditor Internal.Hal 71-74. Suryadi, Kadarsih. Dan Ramdhani, Ali. M. 2002.Sistem Pendukung Keputusan Suatu wacana Struktural dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan.PT Remaja Rosdakarya.Bandung. Tim Absindo Jabar.2007.Modul Pelatihan Tingkat Dasar Bagi Pengelola BMT Se-Jawa Barat.ABSINDO.Bandung.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
135