Pemilihan dan penerapan teknik Manajemen Lalu Lintas Di Negara-Negara yang Sedang Berkembang Filiyanti T.A. Bangun Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Manajemen lalu lintas merupakan teknik yang mengatur dan mengelola pergerakan lalu lintas di dalam jaringan jalan yang ada sebagai bagian rangkaian timbulnya kebutuhan transportasi dan pelayanan transportasi. Di dalam tulisan ini dicoba dikemukakan penerapan manajemen lalu lintas khususnya di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dengan pembahasan yang mencakup batasan-batasan manajemen lalu lintas (traffic management) secara umum, sasaran dari penerapan manajemen lalu lintas dan teknik-teknik dari manajemen lalu lintas seperti yang telah diterapkan di negara-negara lain serta proses dalam penerapan manajemen lalu lintas yang meliputi : identifikasi permasalahan, formulasi tindakan-tindakan teknik manajemen, prediksi konsekuensi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemilihan altematif teknik manajemen berdasarkan kriteria tertentu, penerapan altematif terpilih dan evaluasi yang biasanya berupa before and after studies. Selanjutnya dicoba dikemukakan beberapa pangalaman dari penerapan manajemen lalu lintas di negara yang sedang berkembang yang meliputi antara lain kendala-kendala yang dihadapi, beberapa parameter yang dipakai serta proses evaluasinya.
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, distribusi kepadatan penduduk yang terpusat pada suatu lokasi (kota) serta tingginya tingkat urbanisasi adalah merupakan permasalahan yang umum dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada saat ini kondisi perekonomian di negara kita relatif makin baik, hal ini dapat dilihat makin tingginya keperluan mobilitas penduduk khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Selanjutnya keperluan mobilitas tersebut dapat diistilahkan dengan keperluan transportasi (transport demand) dan untuk melayani keperluan transportasi tersebut diistilahkan dengan sarana dan prasarana transportasi (transport supply). Kedua hal tersebut yaitu keperluan dan pelayanan transportasi sangat erat kaitannya dengan kondisi tata guna lahan (land use), instansi yang terkait baik pemerintah maupun swasta maupun segala aspek peraturan dan pengaturannya. Seluruh elemen tersebut harus saling melengkapi sehingga diharapkan tercapai suatu kondisi yang seimbang. Manajemen lalu lintas sangat diperlukan dalam kaitannya dengan terbatasnya pelayanan transportasi (sarana dan prasarana transportasi) dibandingkan dengan tingginya keperluan transportasi, hal ini terutama dikaitkan dengan terbatasnya dana untuk
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
1
mengadakan sarana dan prasarana transportasi yang baru. Sebagai contoh yang jelas adalah kota Jakarta, dimana tingkat pertumbuhan jumlah kenderaan 10% per tahun dan tingkat penambahan jalan 4% per tahun. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak seimbang antara kebutuhan dan pelayanan atau untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan dengan makin tingginya ratio antara volume dan kapasitas (v/c ratio) dari ruasruas jalan di Jakarta dan makin rendahnya kecepatan rata-rata dari ruas jalan tersebut terutama pada periode sibuk. Hal-hal inilah yang menambah permasalahan transportasi antara lain masalah perkiraan, disiplin pengemudi baik kenderaan pribadi maupun kenderaan umum, aktifitas disekitar ruas jalan baik ditengah ruas maupun di persimpangan jalan serta kelengkapan jalan seperti marka dan rambu lalu lintas. Secara keseluruhan sistem transportasi dapat ditunjukkan dengan elemen-elemen dan keterkaitannya satu dengan yang lain.
1.2. Manajemen Lalu Lintas Manajemen lalu lintas merupakan suatu teknik perencanaan dan perancangan transportasi yang sifatnya langsung diterapkan di lapangan dalam mengatasi permasalahan lalu lintas terutama dalam jangka pendek dan menengah. Menurut Jones (1978), manajemen sistem transportasi mengkordinasi pengaturan, pengoperasian serta kebiiaksanaan-kebijaksanaan pelayanan untuk mencapai efisiensi dan produktifitas secara optimal untuk sistem tersebut secara keseluruhan. Berdasarkan defenisi tersebut sasaran dari manajemen lalu lintas dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Melancarkan arus lalu lintas yang meliputi perbaikan kapasitas di simpang dan ruas jalan pada jaringan jalan tertentu (jalan arteri). 2. Melancarkan arus pergerakan orang yang mancakup prioritas pada moda angkutan umum serta pejalan kaki. 3. Pengendalian dan pengelolaan keperluan transportasi (transport demand) yang meliputi pengelolaan dan pengaturan parkir serta pengendalian dengan pembatasan lalu lintas baik fisik maupun finansial. 4. Meningkatkan keamanan lalu lintas yang meliputi pengendalian kecepatan, pengadaan rambu, marka dan lampu jalan. 5. Melindungi keadaan lingkungan (environment) yang meliputi environmental traffic management serta pengaturan rute kendaraan berat (lorry routes and bans). Untuk mencapai sasaran-sasaran diatas menurut IUTM (Integrated Urban Traffic Management), OECD 1978 merekomendasi beberapa cara dalam manajemen lalu lintas sebagai berikut :
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
2
1. Mengatur/mengendalikan dalam skala waktu dan tempat dari sumber pergerakan (trip generation), seperti pengaturan waktu berangkat kerja (strategy working hours), pengaturan maupun kaitan perijinan perubahan tata guna lahan serta penerapan bayaran pada penggunaan jalan dalam suatu area tertentu (road pricing). 2. Mengatur serta mengendalikan pemilihan moda transportasi seperti sistem park and ride, car pool, pengaturan/pengendalian parkir, penataan jaringan rute kenderaan umum, pengaturan letak lokasi berhenti sebagai titik simpul pergantian moda serta penyediaan fasilitas pejalan kaki yang memadai. 3. Mengatur serta mengendalikan pemilihan rote dalam suatu jaringan jalan baik bagi kendaraan pribadi maupun umum seperti pemberian informasi yang jelas tentang petunjuk arah dengan pemberian rambu-rambu petunjuk, informasi melalui peta clan informasi dengan leaflet tentang rute angkutan umum. 4. Mengatur dan mengendalikan penggunaan ruas jalan sesuai fungsinya seperti pengaturan satu arah, jalur khusus untuk kenderaan umum, larangan lewat bagi jenis kendaraan tertentu, rute khusus bagi truk atau kendaraan berat lainnya dan jalur khusus bagi pejalan kaki (pedestrian). 5. Mengatur dan mengendalikan operasi lalu lintas di persimpangan khususnya persimpangan sebidang seperti pemilihan jenis pengaturan simpang dengan atau tanpa lampu signal bagi simpang secara individual (isolated) maupun secara terkoordinasi dari beberapa simpang dalam suatu jaringan jalan. 6. Mengatur dan mengelola parkir baik di pinggir jalan maupun di taman parkir atau gedung parkir seperti pengaturan penyediaan tempat parkir baik dari segi ruang maupun waktu, pemberian petunjuk arah ke tempat taman/gedung parkir serta penerapan tarif parkir sesuai dengan periode parkir maupun lokasi tempat parkir. 7. Mengatur dan memelihara faktor-faktor yang berkaitan dengan keamanan lalu lintas seperti pengaturan pembatasan kecepatan pada suatu ruas jalan, pemisahan kelas dari pengguna jalan serta pengaturan penyeberangan bagi pejalan kaki. 8. Mengatur dan memelihara keadaan lingkungan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan operasi lalu lintas seperti pengawasan terhadap kondisi gas buangan maupun peredaman terhadap suara yang ditimbulkan melalui knalpot serta pengaturan rute kenderaan berat. Proses di dalam manajemen lalu lintas secara umum menurut integrated Urban Traffic Management dari OECD 1978 adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi atau diagnosa permasalahan yang terjadi serta parameternya berdasarkan objektifitas maupun konflik antara pengguna jalan (road users) baik langsung maupun tidak langsung. 2. Memformulasikan tindakan-tindakan (kebijaksanaan) dari teknik manajemen lalu lintas yang mungkin dilaksanakan seperti prioritas pada kelompok pengguna jalan tertentu secta rnengorganisir akibat-akibat rang drtrmbulkan dari kebijaksanaan tersebut. 3. Mengatur tindakan teknik manajemen lalu lintas untuk koordinasi kedua kebijaksanaan diatas. 4. Memprediksi konsekwensi lainnya dari kebijaksanaan yang dilakukan diatas dalam periode mendatang. 5. Pemilihan atas alternatif-alternatif tindakan yang mungkin melalui formulasi diatas dan penentuan kriteria pemilihan melalui analisa baik Secara kuantitatif maupun kualitatif.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
3
6.Penerapan alternatif terpilih dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : • aspek peraturan/hukum dan instansi yang terkait. • aspek biaya perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan. • aspek standar yang diterapkan. • aspek informasi terhadap pihak pengguna jalan maupun pihak lainnya secara tidak langsung melalui konsultasi, penerangan melalui media massa maupun training bagi pelaksana. • aspek non teknis seperti aspek sosial dan politik. 7. Evaluasi terhadap hasil-hasil tindakan teknik manajemen lalu lintas melalui before and after study sehingga dapat terukur efektifitas danpenerapan jenis teknik manajemen lalu lintas tersebut. Untuk selanjutnya dapat direncanakan tindakan-tindakan berikutnya dari teknik manajemen lalu lintas maupun rekomendasi bagi peningkatan atau pembangunan jalan baru. Bab II Permasalahan II.1. Identifikasi Permasalahan Permasalahan lalu lintas yang biasa dihadapi oleh kota-kota di negara maju maupun negara yang sedang berkembang termasuk kota-kota di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Masalah mobilitas dan aksesibilitas, yang menyangkut. • Kenderaan pribadi seperti : perlambatan (delay) serta keterbatasan ruang parkir. • Kenderaan penumpang umum seperti : sistem operasi, jarak antar kenderaan yang tidak menentu (headway), perlambatan, kemacetan, kurang tepatnya pengaturan lokasi pemberhentian, langkanya lokasi park and ride atau tempat pergantian moda transport, terbatasnya rute pelayanan yang mengakibatkan terlalu jauhnya jarak berjalan kaki serta terbatasnya jumlah armada angkutan. • Pejalan kaki seperti : perlambatan, keamanan akibat interaksi dengan kendaraan terutama pada penyeberangan sebidang. • Pergerakan angkutan barang seperti : kurang tersedianya fasilitas untuk bongkar muat barang serta perlambatan kurang lancarnya kondisi bongkar muat barang. 2. Masalah keamanan lalu lintas yang menyangkut : • Kenderaan dan para pejalan kaki. • Lokasi pusat kota dan daerah pemukiman. • Persimpangan sebidang baik yang diatur dengan lampu signal maupun tidak. • Perioda waktu siang, malam, jam sibuk dan diluar jam sibuk. • Kondisi cuaca : hujan atau kemarau. 3. Masalah lingkungan seperti : • polusi udara dan suara, getaran (vibrasi), debu dan kotor akibat kenderaan. • gangguan pandangan akibat lalu lintas terutama kenderaan berat serta struktur bangunan fasilitas jalan. 4. Masalah konservasi energi : tingginya konsumsi bahan bakar terutama pada saat macet dan tingginya tingkat akselerasi dan deselerasi. Informasi yang menyangkut masalah lalu lintas dan identifikasinya sangatlah penting
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
4
untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah. Informasi dan data yang umum maupun rinci yang menunjukkan kondisi terakhir maupun historikalnya akan menentukan kecepatan dan ketetapan pemecahan masalah. Seringkali sumber informasi dan data tersebut berasal dari berbagai instansi terkait sehingga diperlukan koordinasi dalam komunikasi datanya. Disamping aspek-aspek hukum maupun standar perencanaan dan perancangan, informasi tersebut juga menyangkut dan berasal dari berbagai instansi. Dari pengalaman yang sering dihadapi, informasi menyangkut masalah lalu lintas juga datang dari masyarakat. Hal ini terutama terjadi di kota-kota yang seringkali terjadi masalah lalu lintas dan sudah pada tingkat mengganggu sehingga masyarakatnya menjadi lebih tanggap terhadap permasalahan lalu lintas yang telah diuraikan diatas. Pada tahap identifikasi masalah, selain perlu diperhatikan mengenai masalah yang timbul tersebut, perlu juga mempertimbangkan perkembangan atau historikal sebelumnya maupun rencana yang akan datang seperti menyangkut : konsekuensi dari pembangunan suatu proyek besar baik skala tempat maupun waktu penyelesaiannya seperti pengembangan area industri, kota satelit, maupun pembangunan jalan-jalan baru dan fasilitas transport lainnya. Selanjutnya pada tahapan ini hal yang juga penting adalah mengukur/menilai secara kuantitatif maupun kualitatif setiap masalah serta mencari penyebabnya. Selain itu perlu untuk menentukan teknik pengukurannya dan memperkirakan biaya yang diperlukan. Alasan perlunya pengukuran/penilaian tersebut adalah berdasarkan tiga sasaran sebagai berikut : • menentukan dan mengukur tingkat keseriusan dari masalah. • mengembangkan rencana penyusunan elemen teknik manajemen lalu lintas yang akan diusulkan. • evaluasi dari rencana usulan melalui perbandingan dengan kasus-kasus yang pernah terjadi sehingga dapat lebih memperjelas penentuan parameter-parameter yang dipilih. Tahap akhir dari identifikasi masalah adalah penentuan rangkaian berdasarkan tingkat kesulitan (kompleksitas) dengan cara pemberian skor terhadap parameter-parameter yang menunjukkan kondisi lalu lintas, kemudian melakukan kombinasi dari skor yang diperoleh. Selanjutnya dari hasil kombinasi skor tersebut akan didapatkan rangking yang menunjukkan tingkat permasalahan dari suatu lokasi ruas jalan maupun antara lokasi satu dibandingkan dengan lokasi lainnya. II.2. Formulasi Jenis Teknik Manajemen Lain Lintas Berdasarkan empat kategori permasalahan di atas, maka dapat disusun kriteria formulasi yang mendasari penentuan teknik manajemen lalu lintas yang mungkin dilaksanakan yakni : - mobilitas dan aksesibilitas - keamanan lalu lintas - lingkungan - konservasi energi. Disamping itu perlu dipertimbangkan pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung seperti : pengendara, pejalan kaki, pengguna dan operator kenderaan umum, penghuni disepanjang ruas jalan baik daerah perkantoran maupun pemukiman.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
5
Berdasarkan keempat kriteria diatas maka dapat ditentukan tindakan teknik manajemen secara individu maupun merupakan paket terdiri dari kombinasi teknik manajemen lalu lintas, dimana dalam formulasinya diarahkan agar : • dapat menghilangkan atau mengurangi efek samping yang mungkin timbul. • mengoptimalkan pemanfaatan teknik manajemen lalu lintas baik secara individu maupun secara terintegrasi. Dalam formulasi teknik manajemen lalu lintas tersebut harus sejalan dengan sasaran dari rencana jangka panjang penanganan kota secara menyeluruh (misalnya Jakarta tahun 2005). Disamping tentunya pertimbangan dana yang diperlukan sudah mulai dilakukan perkiraannya walaupun masih kasar. Misalnya masalah kemacetan di suatu area pusat kota terutama pada jam sibuk bila diterapkan secara terpisah dari manajemen lalu lintas yang berupa pembatasan kenderaan pribadi, pengendalian parkir, peningkatan pelayanan bus, perbaikan fasilitas pejalan kaki maka tidak akan dicapai hasil yang optimal dibandingkan bila dilakukan dalam bentuk paket yang terintegerasi. Sedangkan penerapan manajemen lalu lintas secara individu dapat dilakukan pada situasi tertentu secara optimal seperti pengendalian kecepatan pada area pemukiman. III.3.
Memprediksi Konsekuensi dari Penerapan Teknik Manajemen Lalu Lintas Sebelum sampai pada penentuan pemilihan alternatif-alternatif yang terpilih sebagai hasil dari formulasi di atas, perlu dilakukan pengamatan dan analisa terhadap konsekuensi apabila alternatif tersebut diterapkan dilapangan. Konsekuensi yang ditimbulkan tersebut bersifat multi dimensi, karena itu perlu dilihat dari berbagai segi yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Konsekuensi langsung menyangkut kriteria yang telah dibahas pada tahapan diatas sedangkan konsekuensi tidak langsung meliputi masalah sosial, ekonomi dan reaksi publik lainnya. Teknik-teknik dalam tahapan prediksi ini meliputi : • Teknik ekstrapolasi dari data historis (trend), • Perhitungan berdasarkan analisa formula yang relevan. • Teknik simulasi lalu lintas. • Estimasi berdasarkan analogi dari kasus serupa secara empiris. Pemilihan teknik-teknik di atas bergantung kepada kompleksitas masalah dimana menyangkut jumlah parameter yang ditinjau, data yang tersedia, waktu, biaya yang diperlukan. Sebagai contoh permasalahan yang sifatnya cukup rinci sedangkan permasalahan sosial dan ekonomi biasanya diprediksi menggunakan teknik estimasi secara empiris. 11.4. Pemilihan Alternatif Solusi Manajemen Lalu Lintas Dalam pemilihan alternatif solusi manajemen lalu lintas, prosesnya akan bergantung pada skala tindakan teknik manajemen dan pertimbangan politis dan administratif. Hal ini penting terutama bagi para pengambil keputusan. Faktor-faktor yang menentukan tingkat skala diatas meliputi : konsekuensi yang akan timbul, pihak-pihak yang terlibat baik pemerintah maupun swasta, biaya yang diperlukan dan luas area yang tercakup. Sebelum memulai proses eksekusi pemilihan alternatif, diperlukan informasi yang menyangkut masing-masing altematif seperti : 1. Biaya yang diperlukan baik pada tahap awal studi maupun sampai pada tahap operasinya. Di dalamnya menyangkut juga keuntungan yang didapat dari penerapan
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
6
alternatif tersebut seperti waktu tempuh dan penggunaan bahan bakar. 2. Konsekuensi dari penerapan teknik manajemen lalu lintas, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun jangka panjang, bagi pengguna jalan maupun bukan pengguna jalan maka pengukuran/penilaian terhadap konsekuensi tersebut diusahakan secara kuantitatif. 3. Perhitungan perkiraan biaya/keuntungan (cost/benefit) yang melibatkan pihak-pihak dalam masyarakat yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. 4. Antisipasi terhadap reaksi yang mungkin timbul dari berbagai kelompok masyarakat terutama yang terkait secara langsung. 5. Mempertimbangkan segala kemungkinan yang akan timbul dalam penentuan keputusan pemilihan alternatif, penerapan dan pengoperasiannya, baik dari segi teknis maupun non teknis. Dari segi teknis paling tidak sudah mempetimbangkan tindak lanjut untuk mengatasinya akibat sampingan yang mungkin timbul. Selanjutnya dalam proses penentuan alternatif ini perlu juga melibatkan pendapat berbagai pihak masyarakat seperti penghuni pemukiman, pekerja di perkantoran dan para pedagang. Walaupun kadang-kadang sulit dalam pelaksanaannya terutama menyangkut waktu dan sumber daya yang terpakai selama pengnumpulan pendapat serta interprestasi terhadap bervariasinya pendapat yang muncul. II.5. Penerapan Alternatif Solusi yang Terpilih Dengan telah terpilihnya alternatif teknik manajemen lalu lintas, maka selanjutnya dalam penerapan dilapangan berdasarkan rancangan rinci yang dibuat sesuai standar yang ditetapkan perlu memperhatikan aspek politik untuk lebih meyakinkan masyarakat akan manfaat dari penerapan manajamen lalu lintas dengan ditunjang oleh peraturan yang melandasi aspek hukum dari penerapan tersebut serta aparat pelaksana di lapangan yang melibatkan berbagai instansi tersebut. Dari hasil rancangan rincian diatas tentunya telah di hitung kebutuhan pendanaan secara lebih akurat yang mengacu pada suatu standar harga yang ditentukan pemerintah. Walaupun biaya yang dibutuhkan dalam penerapan manajemen lalu lintas relatif lebih kecil dibandingkan dengan pembangunan jalan baru, tetapi karena sifatnya yang menerus dan terbagi dalam skala waktu pendek, maka dalam pembiayaannya perlu diatur secara optimal. I1.6. Evaluasi Untuk mengukur keberhasilan penerapan suatu teknik manajemen lalu lintas di lapangan perlu dilakukan before and after studies terutama bila masih terdapatnya kontroversi dalam penentuan efektitasnya. Dengan pengertian bahwa masih dimungkinkan modifikasi terhadap alternatif terpilih sehingga dicapai hasil yang optimal dengan efek sampingan terkecil. Disamping itu dari hasil evaluasi ini dapat memperjelas tindak lanjut yang harus diambil sehingga kesinambungan pengaturan lalu lintas akan tercapai dan memberiak image yang baik bagi pengguna jalan khususnya dan masyarakat pada umumnya.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
7
Bab III Beberapa Pengalaman Penerapan Manajemen Lalu Lintas Di Negara-Negara Yang Sedang Berkembang III.1. Permasalahan Lalu Lintas di negara-negara yang sedang berkembang Secara umum dapat dikatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang dalm hal kondisi lalu lintas khususnya di perkotaan adalah masih langkanya penerapan teknik-teknik manajeman lalu lintas misalnya dengan adanya kemacetan lalu lintas, rendahnya tingkat keamanan dalam suatu ruas atau jaringan jalan serta jaminan keselamatanbagi pejalan kaki masih rendah. Hal-hal tersebut merupakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan panjang jaringan jalan yang melayaninya, bervariasi jenis kendaraan yang berada dalam suatu ruas jalan, masih kurangnya perlengkapan rambu dan marka jalan, kurangnya pengaturan disamping sebidang jalan yang merupakan titik kritisdari suatu jaringan jalan, kurangnya fasilitas maupun penerapan peraturan dan sangsinya. Berdasarkan hasil pengamatan TRRLUK di negara kenya dan ethopia ditemukan bahwa selain kemacetan yang timbul terutama di pusat-pusat kota, juga tingginya presentase kecelakaan bagi pejalan kaki yaitu 65% dan 84% dari total angka kecelakaan. Pengaturan parkir dan bongkar muat barang di pingggir jalan terutama pada jam-jam sibuk dan pada lokasi-lokasi kritis seperti simpang sebidang dekat penyeberangan pejalan kaki. Dengan cara pemberian rambu larangan parkir khususnya pada periode sibuk, pengawasan dan sangsi yang ketat dari pihak berwajib, disamping itu memberi alternatif Yang jelas seperti taman parkir beserta petunjuk arah lokasinya, pengaturan perioda bongkar muat barang di luar jam sibuk misalnya malam hari atau pagi hari sebelum berlangsungnya jam sibuk. Dari penerapan tersebut dihasilkan kondisi lalu lintas yang lebih baik dimana ruas jalan dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif, pejalan kaki dapat menyeberang lebih aman karena mempunyai sudut dan jarak pandang yang memadai. Pengaturan di simpang sebidang sehingga konflik antar kenderaan dari berbagai arah dapat dihilangkan atau dikurangi tingkatnya, dengan cara pemberian pulau lalu lintas, larangan belok bagi arah tertentu yang dianggap mengganggu kelancaran arus lalu lintas maupun membahayakan serta pengaturan lampu lalu lintas yang lebih interaktif dengan keadaan lalu lintasnya. Pengaturan sirkulasi arus lalu lintas pada suatu jaringan jalan di daerah ,adat, dengan cara perubahan arah arus lalu lintas, jalan satu arab, penutupan ruas-ruas jalan tertentu, sehingga dapat memisahkan lalu lintas setempat (local traffic) dan lalu lintas menerus. Hal ini juga dapat diterapkan pada daerah pemukiman (residential area) yang berdekatan dengan jalan-jalan yang digunakan untuk lalu lintas menerus misalnya jalan arteri. Disamping itu penerapan jalan satu arah dapat mengurangi titik konflik sebagai potensi kecelakaan dan kemacetan, tetapi perlu juga diperhatikan kecepatan kenderaan yang dapat menimbulkan kecelakaan yanh lebih parah. Pemisahan pengguna jalan dari berbagai kelas dapat juga dilakukan karena variasi jenis kenderaaan dengan pejalan kaki yang bercampur dalam ruas jalan. Ini dapat dilakukan dengan cara pemberian batas yang jelas dan tegas antara jalan dengan trotoar atau marka pada daerah penyeberangan jalan dan lampu signalnya bila diperlukan, larangan pada perioda tertentu bagi jenis kenderaan tertentu serta penerapan daerah pejalan kaki (pedestrian area)
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
8
baik pada perioda tertentu maupun total. Karena masih rendahnya disiplin maupun keterbatasan dana terutama untuk pemeliharaan, maka penerapan di atas diarahkan pada fasilitas-fasilitas yang mudah pemeliharaannya, tegas dan jelas maksudnya seperti pemberian pagar atau tanaman sebagai pembatas bagi fasilitas pejalan kaki (trotoar). III.2. Pengembangan Kerangka Evaluasi Manajemen Lalu Lintas Hasil yang cukup penting dari penerapan berbagai teknik dalam manajemen lalu lintas adalah tahapan evaluasi dari alternatif terpilih sehingga mempermudah untuk menentukan tindak lanjut atau monitoring selama pelaksanaannya. Pada tahap evaluasi yang perlu ditentukan adalah kriteria evaluasi. Beberapa indeks sebagai parameter dapat digunakan seperti kasus yang pernah dilakukan di beberapa kota di India yang diusulkan oleh Tare, Bhatia dan Dhingra. lndeks yang terpilih tersebut menunjukkan indikator kinerja operasi lalu lintas sebagai hasil diterapkannya manajemen lalu lintas. lndeks tersebut adalah sebagai berikut: a. Indeks Kemacetan (Congestion Indices) • Angka kemacetan khususnya bagi daerah pejalan kaki di perkotaan ditentukan berdasarkan perbandingan (ratio) antara waktu tempuh yang dialami oleh suatu kenderaan pada suatu ruas jalan (Ta) dengan waktu tempuh optimum (Topt) pada kondisi tidak macet dengan mempertimbangkan batas kecepatan dan keamanan maupun kenyamanan berkenderaan. Indeks Kemacetan = Ta/Topt • Waktu tempuh rata-rata merupakan parameter dasar yangdigunakan oleh berbagai metoda untuk mengevaluasi kemacetan dan menentukan tingkat pelayanan (level of service) suatu ruas jalan. • Tingkat kemacetan berhubungan dengan kehilangan waktu bagi pengguna jalan. • Tingkat kebisingan (noise level) yang berkaitan dengan akselerasi kenderaan pada kondisi macet. b. Jumlah dan tingkat kecelakaan. c. Tingkat polusi udara akibat gas buangan kenderaan. d. Indeks kualitas dari tingkat kenyamanan. e. Tingkat kebisingan (noise level). f. Konsumsi bahan bakar Selanjutnya dengan menerapkan kriteria-kriteria di atas dapat dilakukan kombinasi pembobotan sehingga didapatkan urutan prioritas (ranking priority) dari teknik manajemen lalu lintas baik secara individu maupun kombinasi dari beberapa teknik. Data-data yang diperlukan baik data primer maupun sekunder dalam tahapan proses di atas adalah sebagai berikut : 1. Tata letak jaringan jalan beserta karakteristiknya. 2. Waktu tempuh. 3. Kecepatan rata-rata maupun kecepatan setempat pada lokasi tertentu. 4. Pemilihan moda transportasi (moda split). 5. Waktu perlambatan (delay). 6. Kondisi geometrik dan ruas-ruas jalan.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
9
7.
Konsidi parkir menyangkut kapasitas tempat dan pola pengaturannya maupun kebutuhan dan tujuan tingkat parkir. 8. Pengguna kenderaan umum dan tingkat pelayanannya. 9. Data kecelakaan. 10. Data polusi udara. 11. Data tingkat kebisingan. 12. Data penggunaan bahan bakar. Hasil yang diharapkan dari proses tersebut diatas adalah : • Kinerja dari kriteria evaluasi yang dapat menunjukkan gambaran secara kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan indeks parameter yang terpilih. • Dapat lebih mengamati dan menganalisa lebih jauh terutama dalam penyusunan altematif teknik manajemen maupun pemilihannya yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. • Didapatkan urutan berdasarkan prioritas dari teknik-teknik manajemen yang ditunjukkan dengan bobot penilaian dari kriteria evaluasi. Disamping metoda diatas, pada saat ini juga telah dikembangkan di Brasil penggunaan sistem pakar (expert systems) dalam manajemen lalu lintas khususnya pengaturan simpang dengan lampu lalu lintas. Penggunaan sistem pakar ini meliputi analisa indikator kinerja dan suatu persimpangan yang diamati sampai pada prosedur pemilihan alternatif perbaikan dan pengaturannya secara lebih interaktif. Beberapa penerapan manajemen lalu lintas di Indonesia khususnya di kota-kota besar telah banyak dilakukan seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan kola-kola lainnya. Sebagai contoh di Jakarta antara lain melalui proyek Jakarta Urban Development Project yang meliputi antara lain rancangan rinci dan penerapan (konstruksi) yang didahului oleh studi-studi terdahulu menyangkut perencanaan penerapan kebijaksanaan parkir, perencanaan penyusunan petunjuk perancangan manajemen lalu lintas, studi-studi tentang operasi/metode penentuan rute, studi perbaikan/pemeliharaan dari perusahaan bus PPD dan studi-studi lainnya. Adapun penerapan tersebut meliputi : jalan satu arah, perbaikan pengaturan simpang sebidang dengan atau tanpa lampu, pengaturan parkir pinggir jalan dan taman parkir/gedung parkir, pemberian prioritas bagi kenderaan umum khususnya bus (bus lanes), peningkatan pemasangan rambu dan marka, perbaikan fasilitas bagi pejalan kaki, pembatasan penggunaan kenderaaan pribadi (three in one) pada perioda sibuk dan teknik manajemen lalu lintas lainnya. Sebagai contoh akan diambil kota Jakarta dimana telah banyak diulas di berbagai media massa mulai dari kompleksitas permasalahan sampai pada berbagai alternatif usaha untuk mengatasinya yang melibatkan pihak-pihak terkait di dalam negeri maupun luar negeri. Berbagai studi telah dilakukan dalam tahapan identifikasi permasalahan sampai kepada penentuan pola kebijaksanaan penanganannya yang akhir-akhir ini juga cukup vokal yaitu penyiapan dasar-dasar hukum (Undang-undang Lalu Lintas Jalan) yang sampai saat ini masih terus dikaji sehingga diharapkan dapat memperbaiki disiplin berlalu lintas yang merupakan faktor sangat penting dalam keberhasilan penerapan teknik manajemen lalu lintas. Dari berbagai pengalaman penerapan teknik manajemen lalu lintas di Jakarta seperti tersebut di atas beberapa kendala yang sering kali dihadapi selain masalah disiplin pengendara adalah ketersediaan data dan informasi yang melibatkan berbagai instansi terkait,
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
10
updating data sesuai perkembangan lalu lintas dan jaringan jalan kondisi terakhir. Hal ini penting karena sesuai percepatan perubahan tata guna tanah serta tingkat perkembangan lalu lintas yang selanjutnya berpengaruh terhadap pola distribusi pembebanan lalu lintas terhadap jaringan jalan yang ada. Ditambah lagi masih tinginya tingkat urbanisasi. Kombinasi keadaan ini sangat kompleks dan memang sulit untuk diprediksi dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sehingga sebagai contoh dari diberlakukannya kebijaksanaan pembatasan kenderaan pribadi (three in one) yang dirasakan cukup berhasil dalam mengendalikan jumlah pengguna kenderaan pribadi di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin dan sebagian Jalan Gatot Subroto pada perioda tertentu. Tetapi masih sulit mengindentifikasi pengalihan lalu lintas pada ruas-ruas jalan beralih fungsi. Menghadapi kondisi ini perlu dikaji kemungkinan penerapan teknik manajemen lalu lintas untuk daerah pemukiman (local area traffic management) disamping terus meningkatkan pelayanan angkutan umum seperti pengembangan area lajur khusus bus, perbaikan tempat pemberhentian sehingga memudahkan bagi penumpang untuk mencapai tujuan maupun berganti moda angkutan umum lainnya (interchange), penetapan rute angkutan umum khususnya kelas metromini, mikrolet maupun bajaj sehingga tidak terjadi tumpang tindih dari masing-masing moda angkutan tersebut tetapi merupakan mata rantai sehingga diharapkan akan meningkatkan aksesibilitas bagi penumpangnya. Disamping itu kesemrawutan lalu lintas dapat dikurangi. Penambahan alternatif angkutan umum juga diperlukan terutama yang sifatnya terpisah dalam penggunaan jaringan jalan sehingga dapat mengangkut penumpang dalam jumlah yang besar dan waktu yang cepat. Hal ini perlu dipertimbangkan karena bagaimanapun kapasitas jaringan jalan sangat terbatas dibandingkan dengan terus meningkatnya jumlah kenderaan dan perlunya diterapkan konsep pelayanan lalu lintas untuk pergerakan orang sehingga tidak hanya didominasi pelayanan terhadap kenderaan. Usaha-usaha lain seperti diterapkannya konsep superblok diharapkan akan mengurangi pergerakan arus lalu lintas dan timbulnya konsep kota mandiri juga diharapkan akan mengurangi pergerakan arus lalu lintas terutama untuk tujuan-tujuan pergerakan lalu lintas (trip purpose) tertentu. Usaha lain dalam rangka mengantisipasi perkembangan kota dengan dibangunnya pusat-pusat kegiatan perkantoran, pertokoan adalah melakukan dan mengendalikan sedini mungkin akibat yang akan ditimbulkan dari segi kebutuhan lalu lintas maupun pelayanan yang harus disediakan. Dengan pengertian bahwa pusat kegiatan diatas merupakan sumber timbulnya pergerakan lalu lintas maka perlu dilakukan analisa bangkitan lalu lintas (traffic impact analysis) yang secara garis besar akan memprediksi besarnya jumlah lalu lintas yang keluar masuk pusat kegiatan tersebut, kebutuhan dan rencana awal pengaturan parkir, pola arus pergerakan orang, interaksinya dengan kondisi lalu lintas disekitamya . Usaha awal ini akan membantu dalam menentukan penerapan teknik menejemen lalu lintas yang sesuai dengan adanya masukan dari hasil analisa bangkitan lalu lintas di atas. Disamping tetap mengacu pada masterplan kota yang telah ditentukan maupun penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan setiap saat (misalnya Jakarta 2005). Karena di dalam masterplan tersebut telah dijabarkan secara umum dan menyeluruh tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menyangkut pengaturan lalu lintas dalam kaitannya dengan kebijaksanaan tata guna lahan dan rencana pembangunan jalan baru. Sehingga penerapan teknik manajemen yang sifatnya tindakan jangka pendek maupun menengah akan merupakan tindakan terhadap masalah-masalah lalu lintas yang terjadi dalam perioda yang
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
11
pendek dan berkelanjutan dalam mencapai sasaran jangka panjang yang telah ditetapkan dalam masterplan. DAFTAR PUSTAKA Buchanan. 1982. Traffic Restraint Options for Jakarta, A Preliminary of Technical Paper. JITP.
Evaluation. No.12
de Silva. 1991. Expert System for Traffic management, Maiolino-CODATU Dit. Binkot-Bina Marga PU. 1991. Studi Pengembangan Sistem manajemen jalan Kota. Hidayat, H. 1997. manajemen Lalu Lintas di Negara Berkembang. ITB.
Bandung.
IHT/HMSO. 1987. Road & Traffic in Urban Area. JUDP. 1990. General Taffic management Design Project. OECD. 1978. Integrated Urban Traffic Management OECD. 1975. Techniques of Improving Urban Conditions by Restraint of Road Traffic. OECD. 1979. Traffic Measurement method For Urban and Suburban Areas. Tare, Bhatia, Dhingra. 1991. A Framawork for the Evaluation of Alternative Management Scheme in Developing Country. CODATU. Part 10 of NAASRA. 1988. Local Area-Traffic management. Sidney. World Bank 1986. Urban Transport.
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
12