PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI SINGAPURA MENURUT MOHAMMAD HANIFF HASSAN Herwina Bahar dan Lathifah Anuar1 Abstract As a minority, the Muslim Malay Singaporeans should portray themselves as a progressive community and have a vision of a model society with an Islamic thinking which is distinctively Singaporean. The community needs to do so to understand contextual nature (al-waqiíyah) within the general framework of the Islamic teaching. Besides, the community should hold firmly to practicing in moderation (al-wasathiyah) which is an important aspect in preserving stability among the community in the Malay Archipelago. Parallel to this, Muslim scholars in Singapore are making effort to achieve this objective. Among them is Muhammad Haniff Hassan who, in his capacity as a prominent scientist, has been actively contributing his ideas on various issues in the form for writing articles or giving talks at various forums. His topics varies from politics, economics, educations, social, etc. Keywords: Education, Islamic Thought, Singapore Society Abstrak Sebagai penduduk minoritas, masyarakat Melayu Islam di Singapura perlu menonjolkan ciri-ciri progresif dan punya wawasan model masyarakat yang mewujudkan pemikiran Islam berciri khas keSingapura-an. Hal ini dibutuhkan agar masyarakat mengerti hakikat kontekstual (al-waqi‟íyah) namun tidak keluar dari kerangka umum ajaran Islam. Selain itu, masyarakat tersebut harus memegang prinsip kesederhanaan (al-wasathiyah) dalam pengamalan yang selaras dengan ciri penting kestabilan masyarakat rantau Melayu Nusantara. Dalam hal ini muncul beberapa ulama di Singapura yang berusaha mewujudkan hal tersebut. Dari deretan nama-nama tersebut, Muhammad Haniff Hassan merupakan seorang tokoh ilmuwan di Singapura yang mampu berkiprah dalam bidang dakwah dan pendidikan. Tokoh ini merupakan seorang cendekiawan yang telah banyak menuangkan pemikirannya melalui penulisan artikel maupun ceramah dalam berbagai forum. Topik pembahasannya meliputi masalah politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan lainnya. Kata Kunci: Masyarakat Singapura, Pendidikan, Pemikiran Islam.
PENDAHULUAN Islam merupakan sebuah cara hidup yang ajarannya meliputi semua aspek kehidupan. Di dalamnya terdapat aturan dan hukum yang mengatur aktivitas mulai dari bangun tidur hingga terpejamnya mata kembali. Berdasarkan pemahaman tersebut maka dapat dikatakan bahwa seluruh aktivitas hidup manusia harus berdasarkan Islam. Tidak ada dikotomi atau pemisahan di dalamnya.
1
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Mahasiswa Magister Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email:
[email protected].
[email protected].
1
Di beberapa Negara yang penduduk muslimnya minoritas, pembatasan atau dikotomi dalam sendi kehidupan mereka sering terjadi. Terutama dalam bidang pendidikan yang memiliki peran penting dalam mendidik dan membina generasi ke depan. Contohnya adalah Negara Singapura. Saat ini, sistem pendidikan di Singapura menganut konsep dikotomi dengan membagi pendidikan untuk kaum muslimnya dengan dua istilah, yaitu “pendidikan Islam” dan “pendidikan sekular”. Di Singapura, pendidikan utama dilaksanakan oleh pemerintah Singapura melalui Kementrian Pendidikan. Program ini memiliki tujuan untuk mencapai objektif pendidikan pemerintah yang salah satunya bersifat sekular, yaitu memisahkan kehidupan dunia dengan tuntunan agama. Sebanyak 95% anak-anak muslim di Singapura mengikuti system pendidikan sekular ini.2 Sedangkan pendidikan Islam di Singapura merupakan sistem pendidikan bagi masyarakat muslim Singapura yang dilakukan oleh masyarakat Islam Singapura sendiri dan agensi-agensinya di bawah pengawasan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang diberi kekuasaan penuh oleh Administration of Muslim Law Act (AMLA). Tujuan pendidikan Islam ini adalah untuk menampung kekurangan sistem pendidikan di sekolah pemerintah yang tidak menyertakan agama dalam kurikulumnya, sehingga anak-anak muslim Singapura dapat memahami kewajiban fardhu „ain dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Selain itu, sistem pendidikan Islam yang dikenal dengan pendidikan madrasah ini juga untuk melahirkan calon-calon asâtizah dan ulama bagi masyarakat Islam Singapura. Sebanyak 5% anak-anak muslim Singapura mengikuti sistem pendidikan ini.3 Jika ditilik dari sejarah, sebenarnya pendidikan Islam Singapura pada masa dahulu belum memiliki dikotomi pemisahan seperti sekarang. Hal ini terlihat dari ungkapan Menteri Pendidikan Singapura di bulan Desember 1977, Rear Admiral (NS) Teo Chee Hean, yang mengemukakan fakta bahwa sekitar 1500 anak-anak Singapura memilih untuk tidak bersekolah di sekolah-sekolah pemerintah. Jumlah ini mewakili 2% - 3% dari jumlah anak usia sekolah dasar yang seharusnya mendaftar di tingkat pertama. Dari jumlah tersebut, 452 anak-anak Islam mendaftar di madrasah. Keadaan tersebut membuat Kementerian Pendidikan prihatin sebab menurutnya madrasah memiliki angka putus sekolah yang tinggi dan dasar pendidikan yang kurang baik.
2
Muhammad Haniff Hassan, 2001, Pendidikan Islam di Singapura, Seminar Islam di Pusat-Pusat Pengajian Tinggi ASEAN Ke-3, Fakulti Pengajian Islam UKM dan Kerajaan Negeri Melaka, h. 1-2. 3 Ibid.
2
Sehingga para lulusan madrasah tidak dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat Islam Singapura sekular yang terdiri dari banyak etnis.4 Pemerintah Singapura juga khawatir jika pendidikan madrasah banyak diminati masyarakat muslim, dimana hal tersebut dianggap tidak mendukung untuk kemajuan ekonomi baru, dan masyarakat Melayu akan tertinggal oleh masyarakat etnis lainnya yang ada di sana. Ke depannya, hal ini bisa menimbulkan masalah sosial karena akan menghasilkan jurang perbedaan yang lebar. Sebenarnya kekhawatiran pemerintah Singapura ini terkait dengan kebutuhan ekonomi, sumber daya manusia, dan kemajuan sosial masyarakat. Hal ini wajar karena sebagai negara kecil, sumber daya manusia menjadi aset yang penting. Jika sumber daya manusia dari masyarakatnya tidak bisa menyumbangkan kemajuan ekonomi Negara, maka hal tersebut menjadi sebuah kemubaziran. Di sisi lain, kebimbingan umat muslim Singapura tidaklah sama dengan kebimbangan pemerintah dalam konteks ekonomi. Yang menjadi keprihatinan umat muslim adalah manfaat dari pendidikan yang didapatkan dari kebijakan nasional. Dalam hal ini, kebimbangan itu meliputi perkembangan muslim di sana, apakah nantinya generasi muda muslim dapat mengamalkan ajaran Islam dalam masyarakat Singapura yang sekular. Inilah yang kemudian menjadi perhatian umat muslim Singapura, yaitu bagaimana memadukan dua sistem pendidikan sekular dan pendidikan Islam supaya dapat bermanfaat bagi masyarakat muslim pada khususnya dan kepentingan nasional Singapura pada umumnya. Sebagai penduduk minoritas, masyarakat Melayu muslim di Singapura perlu menonjolkan ciri-ciri progresif dan punya wawasan model masyarakat contoh (qudwah hasanah) untuk mewujudkan pemikiran Islam berciri khusus dalam konteks ke-Singapura-an. Hal ini penting agar masyarakat mengerti hakikat kontekstual (al-waqi‟iyah) namun tidak jauh dari kerangka umum ajaran Islam. Selain itu penting juga untuk memegang prinsip kesederhanaan (al-wasathiyah) dalam pengamalan yang selaras dengan ciri khas masyarakat rantau Melayu Nusantara. Sebagai upaya merealisasikan wawasan tersebut, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) sebagai penanggung jawab pembinaan dan pengembangan umat muslim di Singapura mencoba merumuskan agenda dakwah, kepimpinan, dan pendidikan dalam konteks ke-Singapura-an. Beberapa intelektual muslim, ulama, dan assâtidz Singapura diberi
4
Ibid., hlm 6.
3
kesempatan untuk menuangkan ide, gagasan, dan saran dalam bentuk tulisan yang dibukukan dengan judul “Risalah Membangun Masyarakat Islam Cemerlang Singapura”.5 Dari deretan nama-nama intelektual muslim, ulama, dan assâtidz di Singapura tersebut, muncul seorang tokoh ilmuwan aktif yang menarik perhatian khalayak umum. Beliau adalah Muhammad Haniff bin Hassan, seorang tokoh lulusan pendidikan Islam yang berada pada posisi „comfort zone‟ (zona nyaman). Artinya, kedudukan beliau sebagai elite cendikiawan memungkinkannya untuk berdakwah lewat tulisan. Materi yang dibutuhkan mudah didapatkan karena informasi yang dibutuhkan mudah diakses. Beliau termasuk salah satu pendakwah Islam yang dipercaya pemerintah Singapura. Muhammad Haniff Hassan sangat aktif dalam bidang penulisan, tulisannya banyak tersebar di beberapa artikel surat kabar ataupun buku-buku keislaman. Beliau juga aktif dalam syiar dakwah dengan banyak mengisi ceramah dan kajian-kajian yang diadakan masyarakat muslim Singapura. Muhammad Haniff Hassan merupakan salah satu muslim Melayu Singapura yang mampu berkiprah dalam bidang dakwah dan pendidikan. Dengan latar belakang pendidikan madrasahnya, beliau mencoba menawarkan gagasan dan ide-ide baru tentang Islam dengan konteks ke-Singapura-an. Penelitian ini mencoba meneliti bagaimana pemikiran Muhammad Haniff Hassan tersebut dalam mewarnai perkembangan Islam di Singapura, khususnya dalam bidang pendidikan Islam dan Islamisasi ilmu pengetahuan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah agar masyarakat Singapura khususnya dapat memahami bahwa pentingnya menerapkan Islam dalam setiap sisi kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini berupaya menganalisis pemikiran salah satu ulama di Singapura saat ini dengan menggunakan kerangka pikir pendidikan Islam. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan kajian pustaka yang bersumber dari kepustakaan. Sumber data penelitian ini adalah beberapa buku, tulisan dan artikel Muhammad Haniff Hassan yang pernah dimuat di surat kabar. Sumber data tersebut diambil acak dengan penekanan pada pembahasan tema Islamisasi ilmu pengetahuan. Adapun buku-buku yang membahas tentang kajian yang terkait ilmu pendidikan akan dijadikan kajian teori dalam penelitian ini.
5
Risalah Membangun Masyarakat Islam Cemerlang Singapura. Lihat http://www.muis.gov.sg/ResourceCentre/Publications/risalah.html
4
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian adalah melakukan kajian dokumentasi tertulis berupa data-data literatur yang berisi pemikiran-pemikiran Muhammad Haniff Hassan, kemudian menganalisis pemikirannya dengan teknik deskriptif naratif. Setelah itu peneliti mencoba mengkonstruksikan pemikiran tersebut menjadi satu pemikiran yang utuh tentang pendidikan Islam dan Islamisasi ilmu pengetahuan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Biografi Singkat Muhammad Haniff Hassan Muhammad Hanifff bin Hassan lahir dan besar di Singapura (tanggal kelahirannya dirahasiakan). Beliau adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari mantan aktivis Partai Pembangkang Pertubuhan Kebangsaan Melayu Singapura (PKMS), Hassan bin Majid dan Ustadzah Kalsom. Dari delapan bersaudara tersebut, enam orang dari mereka memilih aktif untuk berdakwah dan berkiprah dalam dunia keagamaan. Pendidikan awal Muhammad Haniff Hassan bermula dari Madrasah Aljunied AlIslamiyah, sebuah madrasah yang memiliki sistem full day school. Selepas dari sekolah tersebut beliau melanjutkan pendidikan di Fakultas Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia dan lulus dengan cum laude dalam bidang syar‟iyah dan undang-undang. Beliau meraih gelar Magister (M.Sc.) dan Doktor (Ph.D) dalam bidang Pengajian Strategik di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) yang sebelumnya dikenal sebagai Institut Pengajian Pertahanan dan Strategik. Muhammad Haniff Hassan meiliki jabatan sebagai Zamil (Fellow) dan peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) (Sekolah Pengajian Antrabangsa S. Rajaratnam) di Universiti Teknologi Nanyang (NTU). Namun beliau juga terlibat aktif di tengah masyarakat dalam bidang dakwah dan sosial. Beberapa jabatan yang pernah dipegangnya adalah sebagai anggota dalam dalam Majlis Rayuan Syariah di bawah Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), Majlis Penasihat Syariah untuk HSBC Insurance (Singapura) dari tahun 2000 hingga 2014, Persatuan Ulama dan Guru-guru Agama Singapura (PERGAS), dan Pengurusan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah Singapura. Selain aktif di beberapa lembaga, Muhammad Haniff Hassan juga rajin membagi pemikian-pemikirannya lewat tulisan. Beliau merupakan seorang penulis aktif yang sering menyumbang berbagai bahan tulisan berupa artikel di koran utama berbahasa Melayu, Berita Harian, dan koran berbahasa Inggris, The Straits Times. Tema-tema tulisan beliau biasanya mengupas dan membahas tentang isu-isu yang sedang trend dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, keuangan, kesehatan, dan lainnya. 5
Muhammad Haniff Hassan juga sangat produktif dalam penulisan buku. Di antara buku-bukunya yang sudah diterbitkan antara lain: Pandangan Umum Islam Terhadap Kesihatan dan Perubatan (2001); Pesanan Perjuangan (2002); Muslim Moderat Warga Singapura (versi Bahasa Inggeris: Muslim, Moderate, Singaporean)(2003); Fiqh Dakwah Dalam Al-Qur‟an (2004); Unlicensed to Kill: Countering Imam Samudra‟s Justification for the Bali Bombing (2006) 6; Soal Jawab Tentang Jihad (versi Bahasa Inggerisnya Questions and Answers On Jihad) (2007); Jangan Melampau Dalam Agama (versi Bahasa Inggerisnya Don‟t Be Extreme In our Religion) (2008); Fiqh Minoriti Muslim: Dari Perspektif Dua Ulama Kontemporari (terjemahan, 2008); Kritikan Dari Dalam Terhadap Ideologi Al-Qaeda (terjemahan, 2012) dan dalam versi Bahasa Indonesia diberi judul
Kritikan Internal
Terhadap Al-Qaeda (Bahaya dan Kesalahan Ideologinya) (terbitan Lazuardi Birru, Jakarta, 2012); The Father of Jihad: „Abd Allah „Azzam‟s Jihad Ideas and Implications to National Security (2014). Selain itu beliau juga membantu dalam penerbitan buku Noktah Hitam: Ajaran Sesat Di Singapura (2001) untuk MUIS dan buku Kesederhanaan Dalam Islam Mengikut Konteks Masyarakat Islam Singapura (2004) untuk PERGAS. Selain itu, Muhammad Haniff Hassan juga aktif berdakwah lewat dunia maya. Selain aktif menulis di Facebook,
7
beliau juga mempunyai blog pribadi sebagai upaya untuk
mengimbangi ideologi-ideologi yang ekstrim di http://counterideology2.wordpress.com. Blog dwibahasa (Melayu dan Inggeris) beliau ada di laman http://Hanifff.sg dengan fokus pembahasan kepada isu-isu agama yang lebih mendalam dan bersifat interaktif sepenuhnya. Kesemua aktifitas dakwah beliau tersimpan rapi dalam bentuk video, audio dan gambar di bawah kategori multimedia.8
Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Haniff Hassan Peran Muhammad Haniff Hassan dalam dunia dakwah dan pendidikan Islam di Singapura bermula sejak Juli 2007 hingga sekarang dengan sumbangan dalam berbagai bentuk video, pesanan, komentar, kritik, artikel dan buku. Keinginannya untuk mencerahkan masyarakat muslim Singapura terungkap melalui ucapan beliau, “Sebagai seorang ustadz, saya memikul tanggungjawab yang besar untuk membimbing masyarakat agar memahami dan menghayati Islam dengan lebih baik. Blog hanyalah satu media tambahan untuk saya memainkan peranan (sebagai seorang ustadz), selain media-media lain seperti kelas pengajian, khutbah dan 6
Telah diterjemah ke Bahasa Melayu dan Indonesia https://www.facebook.com/search/top/?q=muhammad%20Haniff%20Hassan 8 http://haniff.sg/category/video/ dan http://haniff.sg/category/odio/ 7
6
akhbar. Disebabkan media ini semakin diminati dan mempunyai pengaruh teranpandang berkaitan keagamaan.” 9 Sebagai ulama yang juga akademisi, Muhammad Haniff Hassan mencoba memecahkan tembok dikotomi pendidikan di Singapura melalui proses Islamisasi ilmu pengetahuan. Maksudnya disini adalah pembebasan manusia dari unsur magic, mitologi, animisme, dan tradisi kebudayaan kebangsaan, serta pembebasan dari penguasaan sekular atas akal dan bahasanya. Menyimak komentar, artikel, buku, dan berbagai bentuk tulisan yang dihasilkan, Muhammad Haniff Hassan tidak mempersoalkan langsung mengenai sekularisasi ilmu. Hal ini karena cara beliau yang tidak suka membesar-besarkan isu yang sedang hangat diperbincangkan ataupun mengutarakan pendapat yang berlawanan. Muhammad Haniff Hassan lebih cenderung mengulas sesuatu isu secara ilmiah dalam bentuk tulisan, memberikan kepahaman, dan kemudian memberikan solusi sesuai ajaran Islam. Hal ini senada dengan gaya Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang menggulirkan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai solusinya. Islamisasi ilmu menurut Muihammad Haniff Hassan bersandarkan prinsip tauhid, yaitu penguasaan disiplin ilmu modern, penguasaan khazanah warisan Islam, membangun relevansi Islam dengan masing-masing disiplin ilmu modern, mengintegrasikan nilai-nilai dan khazanah warisan Islam secara kreatif dengan ilmu-ilmu modern, serta mengarahkan aliran pemikiran Islam ke ajaran Islam sesungguhnya. Contohnya ketika Muhammad Haniff Hassan memberikan penjelasan mengenai sikap Islam terhadap warisan tradisi melalui artikel berjudul “Tradisi: Nak Tolak Atau Terima?” yang dimuat di Berita Minggu (Singapura), 9 Jun 2013. Menurutnya, Islam bukanlah agama yang menganjurkan sifat anti-tradisi. Sebaliknya bersifat terbuka pada tradisi yang baik dan tidak menghalangi siapapun untuk mengamalkannya dalam masyarakat. Karena Islam membolehkan melaksanakan sesuatu yang bukan ibadah di luar ketentuan yang ada di dalam al-Qur‟an dan Hadis. Apabila tradisi tersebut tidak sesuai dengan agama, tidaklah lantas harus dibuang dan tinggalkan karena Islam tidak melarang usaha Islamisasi tradisi tersebut. Namun beliau menegaskan bahwa pencinta tradisi juga harus kritis dan tidak taklid buta serta peka akan perubahan terkini yang mempengaruhi keberlangsungan sebuah tradisi. Dalam buku terjemahan Fiqh Minoriti Muslim Dari Perspektif Dua Ulama Kontemporari: Yusuf AlQhardawi dan Sulaiman Tubuliyak,10 Muhammad Haniff Hassan 9
http://haniff.sg/kongsi-maklumat/ustaz-go-blog/ Muhammad Haniff Hassan, 2008, Fiqh Minoriti Muslim: Dari Perspektif Dua Ulama Kontemporari, (terjemahan), Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura, Cetakan Pertama. 10
7
menyelipkan pendapatnya tentang doktrin hukum fiqh yang berlatar belakang perbedaan budaya dan nilai asing diantara minoritas muslim dan penduduk lokal yang bisa membangkitkan konflik.
Dalam sebuah ceramah di kantor Pergas, Muhammad Haniff
Hassan menegaskan bahwa pandangan Yusuf Al-Qhardawi dan Sulaiman Tubuliyak tidak sesuai untuk konteks Singapura. Sebagai penterjemah, beliau enggan membuat komentar karena itu bukan tujuan penerbitan buku tersebut. Namun beliau mengakui perlunya MUIS menghasilkan buku pedoman mengenai fiqh untuk umat Islam Singapura.11 Buku lainnya adalah Panduan Umum Islam Terhadap Kesihatan & Perubatan, merupakan makalah ilmiah yang ditulis ketika Muhammad Haniff Hassan kuliah di Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia. Buku tersebut merupakan hasil keprihatinan beliau akan kekurangan buku-buku agama terbitan lokal, sedangkan hal tersebut sangat penting bagi dakwah dan perkembangan ilmu. Menurutnya, menulis merupakan sebuah tradisi para ulama dahulu yang seharusnya dipelihara. Beliau concern pada kesehatan masyarakat Islam di Singapura, utamanya setelah melihat Laporan Kajian Kesihatan 1998 oleh Kementerian Kesihatan. Laporan itu dianggap tidak memberikan gambaran positif tentang kondisi kesehatan masyarakat Islam dan ini tidak sesuai dengan anjuran Islam. Muhammad Haniff Hassan berpendapat bahwa Wacana Satu Masyarakat Islam yang cemerlang tidak mungkin dicapai oleh masyarakat yang tidak sehat. Masyarakat yang sehat ini penting agar kehadirannya dapat berkontribusi pada pembangunan negara, bukan malah menjadi beban. Selain itu, Muhammad Haniff Hassan juga menyorot tentang pendidikan anak-anak yang termuat dalam artikel Asas Pendidikan Anak-Anak Berdasarkan Nasihat Luqmanul Hakim Kepada Anaknya.12 Di dalamnya beliau menjelaskan aspek-aspek penting yang perlu diutamakan dalam pendidikan anak-anak sebagai calon Khalifah di kemudian hari. Aspek tersebut meliputi penanaman akidah yang benar, amal yang baik, dan akhlak yang mulia. Menurutnya, pendidikan anak tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan orang tuanya, namun juga dari lingkungan sekitarnya secara tidak langsung, terutama dari teman-teman sebayanya. Dalam buku Noktah Hitam: Ajaran Sesat di Singapura, Muhammad Hanif Hassan mengungkapkan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan akidah Islam, terutama mengenai Tahdir Al-Arwah (menghadirkan ruh). Beliau membahas hal tersebut secara panjang lebar dari perspektif sains, yaitu apakah hal tersebut dapat terjadi dan dapat dibenarkan dalam 11
http://haniff.sg/kongsi-maklumat/sekadar-berkongsi-ulasan-buku-fiqh-minoriti-muslim-berita-hariansingapura-6-jun-2008/ 12 http://haniff.sg/artikel-panjang/asas-pendidikan-anak-anak/
8
perspektif agama. Untuk meluruskan tafsir yang diselewengkan, beliau menyertakan pula nash-nash dari Al-Qur‟an dan Hadits yang relevan.13 Dalam artikel berjujdul Wasatiyah dan Jihad Menerusi Bakti Kepada Alam,14 Muhammad Haniff Hassan menegaskan, “Hakikat yang perlu diketengahkan bagi memberi kefahaman kepada anak-anak muda agar tidak diperdaya oleh propaganda sebegini ialah ramai para ulama hari ini telah bersuara bahwa jihad bukanlah hanya perang dan mengangkat senjata melawan musuh agama. Jihad juga meliputi segala usaha gigih untuk aktiviti pembangunan yang memberi manfaat besar kepada alam seluruhnya dan manusia khususnya”. Menurutnya, perlunya jihad lingkungan merupakan bentuk kepedulian pada kesejahteraan dan pelestarian alam di lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW, yaitu mengajarkan Islam sebagai rahmatan lil‟alamîn (Al-Anbiya‟ [21] :107). Misi ini juga menjelaskan konsep manusia sebagai khalifah termasuk tujuan penciptaannya (Al-Baqarah [2]:30). Misalnya kepedulian umat Islam pada masalah-masalah polusi udara, reboisasi, pengadaan hutan sebagai paru-paru dunia, dan lain sebagainya. Muhammad Haniff Hassan juga menganjurkan agar umat muslim memiliki pemikiran yang inovatif yang disertai dengan kemahiran dan ilmu yang relevan untuk mencerna idea inovatif tersebut. Juga, selalu mencoba menghasilkan penemuan/penerobosan baru dan berani memecahkan hambatan-hambatan yang bertujuan untuk kemajuan masyarakat.
Melalui
artikel “Islam Anjurkan Pemikiran Inovatif”, beliau ber-hujjah bahwa nilai-nilai tersebut sangat penting karena seorang muslim di dalam Islam dianjurkan melakukan semua perbuatan dengan cara „ihsan‟ (kasih sayang). Islam juga menganjurkan seorang Muslim untuk bersaing satu sama lain dalam melakukan kebaikan, mendukung usaha-usaha dalam melakukan terobosan baru, menganjurkan seorang Muslim untuk meninggalkan warisan yang baik, dan menganjurkan nilai itqan (ketekunan). Menurut beliau, kebanyakan ilmu dan kemahiran yang relevan ini tidak diperolehi hanya melalui ilmu agama saja. Untuk mempraktekkan hal ini, beliau mengimbau agar membaca kisah dan sejarah mereka yang kebih dahulu berhasil dalam ide inovatif, baik dari kalangan Muslim atau pun non-Muslim.
13
http://haniff.sg/kongsi-maklumat/buku-noktah-hitam-ajaran-sesat-di-singapura/ https://wasatonline.wordpress.com/2015/10/01/wasatiyah-dan-jihad-menerusi-bakti-kepada-alam-edisino-5oktober-2015/ 14
9
Dalam artikel Kesehatan berjudul Demensia Boleh Dielak Melalui Usaha Manusia dan Tawakal Kepada Allah,15 Muhammad Haniff Hassan menjelaskan bahwa dalam sains di dunia medis, demensia terjadi karena penurunan fungsi otak secara progresif yang biasanya disebabkan akibat penuaan yang ditandai dengan pikun, selalu lupa, tidak mampu selesaikan masalah diri, emosional dan kehilangan kontrol fungsi tubuh hingga menyulitkan aktivitas dan kehidupan harian. Hal tersebut wajar terjadi dalam hidup manusia karena Allah telah menjelaskannya dalam QS. An-Nahl: 70 dan QS. Ar-Rum: 54 bahwa keadaan manusia awalnya lemah, kemudian kuat dan kemudian kembali lemah. Namun beliau juga menawarkan perawatan yang bisa diamalkan melalui ayat-ayat QS. Al-Zumar: 24-37, QS. AlA‟raf : 43-56, QS. Al-Haj: 73-78, QS. Al-Naml: 71-93, QS. Al-Shaffat: 22-47, dan QS. Yasiin: 72-83. Muhammad Haniff Hassan juga membahas tentang masalah ibadah Qurban. Beliau sengaja tidak menulis penceritaan ulang sejarahnya, tapi cenderung untuk mengambil ittibar dari Perintah Qurban tersebut sambil mengajak pembaca bertadabbur ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai kaitan langsung dengan perayaan Idul Adha dari QS. Al-Shaffat: 102-11. Dari dialog antara Nabi Ibrahim a.s. dengan anaknya Ismail a.s, beliau menarik kesimpulan terhadap pelajaran yang diperoleh, yaitu pentingnya peran bapak yang positif, peran bapak dalam pendidikan, komunikasi berkesan dalam mendidik anak, model pendidikan anak yang menjurus pada pemikiran yang kritis bukan pada otoritas dan tradisi saja, musyawarah dalam keluarga, menguji dan menilai sebagai aspek penting dalam pendidikan dan pembangunan diri, serta memberi ganjaran/hadiah sesuai dengan prestasi anak. Selanjutnya, Muhammad Haniff Hasan mengulas juga tentang teknik konseling untuk memperbaiki individu.16 Beliau lebih cenderung untuk mencontoh panduan yang ditetapkan oleh al-Qur‟an dan Hadis. Dalam artikel berjudul Membaiki Individu Bukan Hanya Dengan Teguran, beliau mengutip sebuah hadits, “Telah disampaikan kepada Rasulullah SAW: Sesungguhnya si Fulan melakukan solat sepanjang malam, tetapi apabila dia waktu siang, dia mencuri. Rasulullah SAW pun berkata: “Bacaannya (dalam solat) akan menghentikannya.” Dalam riwayat lain, “Solatnya akan mencegah (maksiat) dia.” (Riwayat Ibn Hibaan dan Ahmad). Hadits tersebut dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Ankabut: 45 bahwa “… Sesungguhnya solat itu mencegah dari (melakukan) kejahatan dan munkar dan mengingati Allah (solat) itu adalah lebih besar (dari ibadah-ibadah lain)…” Menurut beliau, 15 16
Pandangan, Berita Minggu, 26 January 2014 http://haniff.sg/dakwahsunnah/membaiki-individu-bukan-hanya-dengan-teguran/
10
tidak semua kejahatan seseorang bisa ditangani dan diubah dengan teguran, nasihat atau konseling, apalagi kemarahan. Hadits tersebut merupakan dalil bahwa Islam lebih cenderung merehabilitasi yang bersalah dan melakukan maksiat. Sebab terkadang kelemahan dan kejahatan seseorang dapat ditangani dengan mengajaknya melakukan ibadah yang akan memberikan kekuatan untuk meninggalkan maksiat, menciptakan lingkungan baik di sekitarnya yang membantu dia berubah, atau terus mendampinginya sebagai sahabat yang baik sehingga hatinya menjadi lembut untuk berubah. Berkaca pada perbedaan yang terdapat di diri manusia, alangkah baiknya jika menghindari pendekatan dengan satu cara. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan sikap Allah SWT yang tidak mudah menghukum, bahkan memberikan cukup kesempatan untuk berubah hingga datang masa yang sesuai atau harapan untuk berubah itu sudah tidak ada. Yang juga tidak luput dari perhatian Muhammad Haniff Hasan adalah mengenai muamalah antara muslim17 dan non-muslim.18 Beliau berpendapat bahwa secara fitrah manusia hidup berkelompok dan bermasyarakat yang memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Maka hubungan diantara manusia haruslah hubungan yang positif berlandaskan AlQur‟an dan Hadis, yaitu kasih sayang dan saling hormat sesama manusia. Beberapa akhlak muslim yang disebutkan beliau dalam bentuk larangan dan perintah antara lain membunuh (QS. Al-Anam [6]: 151, Al-Isra‟[17]: 33), melukai fisik (QS. Al-Maidah [5]: 45), membuat fitnah
(QS.
Al-Humazah
[104]:1),
mencaci
maki
(QS.
Al-Hujurat
[49]:
11),
menghina/bersenda gurau berlebihan (QS. Al-Hujurat [49]: 11), buruk sangka (QS. AlHujurah [49]: 12), mengumpat (QS. Al-Hujurat [49]: 12); hidup dalam keberagaman (QS. AlHujurat [49]: 13) dan (QS. Hud [11]: 118-119); terima ketidaksempurnaan (QS. An-Nisaa [4]: 26) dan (QS. An-Najm [53]: 32); jangan merasa lebih baik, alim, shalih, mulia dari orang lain (QS. Shaad [38]: 76) sebagaimana yang diceritakan di dalam al-Qur‟an mengenai firaun yang memandang rendah Nabi Musa a.s. (Az-Zukhruf [43]: 52), dan kesombongan iblis (Al-Baqarah [2]: 34). Dalam hal keluarga, terutama dalam hal kelahiran, juga mendapat perhatian Muhammad Haniff Hassan melalui sebuah artikel berjudul “Sederhana dan Saksama Dalam Isu Meramaikan Anak”. 19 Beliau menyadari bahwa tingkat kelahiran di kalangan masyarakat Melayu Islam Singapura jauh di bawah tingkat kelahiran nasional, walaupun masih termasuk 17 18
Berita Harian, 2 July 2013. http://www.academia.edu/4027211/Positif_dalam_hubungan_insani_Berita_Harian_Singapura_2_Julai
_2013_ 19
Berita Harian (Singapura), 20 Februari 2013.
11
tinggi jika dibanding etnis lain.
Sebagai masyarakat minoritas, yang menjadi
kekhawatirannya adalah jika tingkat kelahiran masyarakat Melayu tidak berubah maka akan mempengaruhi kuantitas di masa mendatang. Hal ini akan berdampak pada kekuatan politik masyarakat Melayu yang semakin melemah seiring dengan berbagai masalah ekonomi dan sosial yang masih membelenggunya. Menurut beliau, Islam menggalakkan umatnya untuk mempunyai anak yang banyak.
Maka sudah seharusnya masyarakat Melayu untuk
memperbaiki kadar kesuburan dengan memanfaatkan sepenuhnya tawaran insentif dari pemerintah. Namun demikian, beliau juga meminta perhatian agar para pemimpin masyarakat, lembaga-lembaga Islam, dan media melakukannya dengan cermat dan seksama jika ingin melaksanakan hal tersebut. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam hal ini, yaitu: Pertama, bahwa memperbanyak keturunan hanyalah satu anjuran, bukan kewajiban. Kedua, Islam tidak pernah menetapkan jumlah tertentu dalam sebuah keluarga. Ketiga, meskipun yakin terhadap ketetapan rejeki bagi setiap anak yang lahir, namun masyarakat Islam juga perlu memikirkan kepentingan keluarga berencana dalam konteks kemampuan diri dan keluarga untuk menunaikan amanah nafkah dan pendidikan sebaik mungkin. Keempat, bahwa Islam mengutamakan kualitas dan kuantitas (QS. Al-Baqarah [2]: 249) dan memberi peringatan kepada Muslim agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah (QS. Al-Nisaa: 9). Begitu juga Rasulullah saw. yang menganjurkan Muslim agar meninggalkan keturunan yang berkecukupan untuk menghindari dari hidup yang meminta belas kasihan orang lain. Kelima, mengingat bahwa Islam menuntut setiap muslim agar menunaikan amanah dengan cara yang terbaik, yaitu dengan berlaku kasih sayang dalam artian memberikan yang terbaik kepada ahli keluarga. Terkait hubungan terhadap ahl al-kitâb, Muhammad Haniff Hassan memberikan beberapa petunjuk melalui tulisan ringkas berjudul Bermula Dengan Titik Persamaan.20 Dalil yang dijelaskan adalah ayat al-Qur‟an pada surah Ali Imran: 64 dan Al-Ankabut: 46.
Di
antara anjuran yang diberikan adalah fokus pada persamaan jika berhadapan dengan ahl alkitâb, jika ingin memulai dakwah, serta jika hendak menjalin hubungan yang positif dan kerjasama dengan golongan non Muslim.
Apabila terdapat kecenderungan pada titik
perselisihan, sudah pasti akan timbul elemen negatif seperti dorongan marah, dendam, fanatik pandangan, intoleransi, tidak menghormati hak orang lain untuk berpendapat, dan melihat
20
http://haniff.sg/dakwahalquran/petunjuk-47-bermula-dengan-titik-persamaan/
12
orang lain sebagai ancaman. Hal ini merupakan anjuran yang baik baik dalam usaha untuk mensucikan hati dari sifat-sifat buruk. Dalam kesempatan lain, artikel Mengenali Kebenaran21 mencerminkan pendirian Muhamad Haniff Hassan yang lebih nyaman pada kesederhanaan dalam bersikap. Menurut beliau, ada kebenaran mutlak atau hakiki dan ada kebenaran berbentuk spekulatif atau subjektif. Kebenaran mutlak yang diistilahkan sebagai al-qatíyat atau al-muhkamat bersifat qath‟î al-tsubut (sudah ditetapkan) yang bersumber dari al-Qur‟an dan hadits mutawatir, dan qat‟î al-dilalah (sudah jelas maknanya) yang berdasarkan lafadz dan dijadikan sandaran amat jelas hingga menafikan kemungkinan berbagai tafsiran atau makna. Sedangkan kebenaran spekulatif atau subjektif adalah segala sesuatu yang selain kebenaran mutlak. Implikasi tentang kebenaran ini perlu dipahami dengan baik oleh seorang Muslim apabila ingin mengamalkan agamanya, karena pertama, kebenaran dalam Islam mempunyai hierarkis, yaitu kebenaran mutlak lebih tinggi dari kebenaran subjektif. Kedua, kebenaran dalam sebuah masalah tidak semestinya hanya satu, sebab sifatnya boleh subjektif dan jenisnya yang bukan mutlak. Namun beliau merasa bahwa bukan perkara mudah dalam memahami kebenaran, oleh karenanya beliau menuntut setiap Muslim mendapat bimbingan yang benar dari pakar ilmu-ilmu tradisi Islam dalam memahami agama. Menurut beliau lagi, adanya dalil al-Qur‟an dan Hadis saja tidak cukup bagi seorang muslim beranggapan bahwa kebenaran miliknya adalah mutlak, karena siapa tahu hal tersebut berasal dari lafadz yang tidak mutlak maknanya. Selain masalah agama, perkembangan terkini politik dunia juga membuat Muhammad Haniff Hassan berkomentar secara ilmiah. Contohnya mengenai kemunculan ISIS dan tindakan terorisme yang dilakukan oleh mereka yang mengaku muslim di beberapa negara dunia. Beliau berpendapat bahwa salah satu cara ISIS memberi keabsahan pada perjuangannya dan menarik anak-anak muda untuk menyokong mereka adalah dengan menggunakan simbol-simbol yang terkait dengan agama.
Sebagian dari simbol yang
digunakan berdasarkan sumber-sumber yang palsu dan bisa jadi dikategorikan sebagai mitos. Beliau memberi contoh „panji hitam‟ sebagai lambang organisasi ini. Menyikapi persoalan tersebut, beliau telah membicarakannya dalam sebuah artikel berjudul “Tiada Dalil Sahih Sokong Hadis Panji-Panji Hitam”.22 Menurut Muhammad Haniff Hassan, ada simbol yang bersumber dari hadis yang sahih, namun ketepatan penggunaannya dapat dipertikaikan. Dua simbol tersebut adalah 21 22
http://haniff.sg/artikel-pendek/artikel-saya-mengenali-kebenaran/ Berita Harian, Singapura, 31 Agustus 2014
13
Dabiq dan A‟maq. Asal makna dabiq adalah bahan yang lengket atau hidup yang tidak berkecukupan. Sedangkan a‟maq adalah satu lobang yang dalam atau tempat yang rendah. Dabiq menurut persepsi ISIS, merujuk pada nama majalah resmi berbahasa Inggris mereka. Di dalamnya dijelaskan seluk beluk ideologi ISIS, analisa tentang isu-isu terbaru, dan berita mengenai aktivitas mereka. Adapun A‟maq adalah nama cabang media berita ISIS yang melaporkan berita-berita dan propaganda ISIS dalam bentuk teks atau video melalui wadah internet dan media sosial. ISIS menggunakan kedua nama ini untuk memanfaatkan satu hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad dan Al-Hakim, yang mengungkapkan tentang perang besar antara tentara Muslim dan Romawi yang akan berlaku di akhir jaman nanti. Secara panjang lebar Muhammad haniff Hassan menjelaskan tentang propaganda ISIS secara ilmiah dan terperinci sambil menyertakan beberapa hadis sebagai dalil. 23 Dalam akhir tulisannya beliau berkesimpulan bahwa umat Islam perlu memahami bahwa simbol dan naratif yang samar tidak serta merta mengabsahkan paham dan tingkah laku yang bertentangan dengan syariah, seperti dalam melakukan kekerasan dan penindasan agama secara semena-mena. Dari semua tulisan beliau, terlihat bahwa Muhammad Haniff Hassan berusaha meluruskan pemikiran dan cara pandang masyarakat Melayu Singapura yang beragam. Kesemua artikel yang ditulisnya ada di satu-satunya surat kabar berbahasa Melayu di Singapura. Hal ini menandakan bahwa beliau ingin tulisan-tulisannya dibaca oleh setiap lapisan masyarakat Melayu. Dengan demikian pesan-pesannya dapat meluruskan kesalahan dalam berpikir dan bersikap. Muhammad Haniff Hassan mendidik dan membina masyarakat Muslim Melayu di Singapura dengan cara menuliskan pokok-pokok pikirannya dalam artikel ataupun buku. Namun beliau juga aktif mengisi kajian atau ceramah yang dilaksanakan di Singapura. Pemahamannya tentang adat istiadat dan akar kebangsaan Melayu membuatnya dapat memahami kondisi sosial mereka sehingga apa yang ditulis atau diucapkannya menyentuh jiwa dan pikiran. Sebagai masyarakat Muslim minoritas, masyaraka Melayu diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidupnya sebagai muslim dengan memiliki pemikiran dan sudut pandang yang tepat, dalam hal ini yang sesuai dengan al-Qur‟an dan Hadis sebagai pegangan umat Muslim di manapun berada.
23
http://haniff.sg/artikel-pendek/isis-dan-simbol-simbol-agama-yang-mengelirukan/
14
PENUTUP Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan latar belakang pendidikannya yang Islamis dan sekular, Muhammad Haniff Hassan memiliki ilmu pengetahuan yang luas serta karir yang kukuh dan mantap di arena ilmu pengetahuan. Hal ini menempatkan Muhammad Haniff Hassan memiliki sisi positif untuk menyebarkan ilmu dan mendidik kesalahfahaman masyarakat Melayu dalam beragama. Beliau sangat memahami latar kehidupan masyarakat Islam Singapura yang inklusif dan selalu menerima perubahan dari faktor-faktor luar seperti keadaan geopolitik. Tulisan-tulisan beliau adalah bukti keprihatinannya pada permasalahan, tantangan, dan ujian yang dihadapi masyarakat muslim Melayu. Kelebihan beliau yang dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu dengan ilmu-ilmu yang didapatkan dari Barat dengan pendekatan yang lunak serta dalil-dalil dari al-Qur‟an dan Hadis, dapat menyentuh hati siapa saja yang membaca tulisan beliau.
Maka, kelebihan utama dari kiprahnya selama ini adalah ikut
menawarkan penyelesaian beberapa isu kontemporer yang dihadapi masyarakat Islam di Singapura.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 1991. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara. Ashraf, Ali. 1989. Horison baru Pendidikan Islam. (terj. Sayed Husen). Jakarta: Firdaus. Attas, Syeikh Muhammad Naquib al-. 1979. Aims and Objektives of Islamic Education. Jeddah, King Abdul Aziz University. 1979. Hassan, Muhammad Haniff. 2001. Pendidikan Islam di Singapura. Seminar Islam di PusatPusat Pengajian Tinggi ASEAN Ke-3, Fakulti Pengajian Islam UKM dan Kerajaan Negeri Melaka, 5-7 November 2001. ____________. 2008. Fiqh Minoriti Muslim: Dari Perspektif Dua Ulama Kontemporari (Terjemahan). Pustaka Nasional Pte. Ltd Singapura. Cetakan Pertama. Jamali, Muhammad Fadhil. 1986. Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur‟an (terj. Judial Falasani). Surabaya: Bina Ilmu.
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma‟arif Natawidjaja, Rochman Natawidjaja. 2007. Pohon Ilmu Pendidikan. (dalam Rochman Natawidjaja, et., al., Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press. Qutb, Muhammad. 1988. Sistem Pendidikan Islam. (terj. Salman Harun). Bandung: AlMa‟arif. Tafsir, Ahmad, 1990. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Umam, Bukhari. 1990. Imu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah. https://www.facebook.com/search/top/?q=muhammad%20Haniff%20Hassan http://haniff.sg/category/video/ dan http://haniff.sg/category/odio/ http://haniff.sg/kongsi-maklumat/ustaz-go-blog/ http://haniff.sg/kongsi-maklumat/sekadar-berkongsi-ulasan-buku-fiqh-minoriti-muslimberita-harian-singapura-6-jun-2008/ http://haniff.sg/artikel-panjang/asas-pendidikan-anak-anak/ http://haniff.sg/kongsi-maklumat/buku-noktah-hitam-ajaran-sesat-di-singapura/
16
https://wasatonline.wordpress.com/2015/10/01/wasatiyah-dan-jihad-menerusi-bakti-kepadaalam-edisi-no-5oktober-2015/ http://haniff.sg/dakwahsunnah/membaiki-individu-bukan-hanya-dengan-teguran/ http://www.academia.edu/4027211/Positif_dalam_hubungan_insani_Berita_Harian_Singapur a_2_Julai_2013_ http://haniff.sg/dakwahalquran/petunjuk-47-bermula-dengan-titik-persamaan/ http://haniff.sg/artikel-pendek/artikel-saya-mengenali-kebenaran/ http://haniff.sg/artikel-pendek/isis-dan-simbol-simbol-agama-yang-mengelirukan/ http://www.muis.gov.sg/Resource-Centre/Publications/risalah.html Berita Harian (Singapura), 20 Februari 2013. Berita Harian, 2 July 2013. Pandangan, Berita Minggu, 26 January 2014 Berita Harian, Singapura, 31 Agustus 2014.
17