Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan
Abstrak Keberhasilan program pengembangan jagung di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas meningkatnya minat petani untuk menanam jagung serta adanya dukungan pemerintah melalui program bantuaan benih gratis. Dalam upaya mendukung program pengembangan jagung tersebut, diperlukan adanya informasi waktu tanam dan jenis varietas yang berkembang di tingkat petani sehingga program bantuan benih bisa tepat sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi spasial pertanaman jagung di tingkat petani yang meliputi waktu tanam dan jenis varietas yang ditanam oleh petani. Survey lapangan yang meliputi pengambilan data primer dan sekunder dilakukan pada Bulan November 2007 – Maret 2008. Pembuatan sistem informasi spasial dilakukan dengan menggunakan program ArcView Versi 3.3 dan ArcGis Versi 9.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanaman musim I pada bulan November 2007 umumnya didominasi oleh varietas hibrida yang meliputi luasan 18.673 ha, atau sekitar 73% dari total luas pertanaman jagung. Sebanyak 23% sisanya di manfaatkan untuk pertanaman varietas komposit/atau F2 hibrida serta varietas lokal. Tingginya luas pertanaman hibrida disebabkan karena adanya program bantuan benih gratis dari pemerintah yang selanjutnya didistribusikan kepada petani melalui PPK setiap kecamatan. Pada musim tanam II bulan Maret 2008, terjadi penurunan pertanaman jagung yang cukup besar khususnya luas pertanaman jagung hibrida yang berkurang dari 18.673 ha menjadi 2.732 ha. Sementara itu, peta spasial pertanaman jagung komposit pada musim tanam II menurun menjadi 1.306 ha. Varietas yang ditanam umumnya turunan F2 hibrida seperti Bisi-2 sementara beberapa varietas komposit hasil Badan Litbang Pertanian seperti Lamuru, Sukmaraga dan Arjuna dengan luas mencapai 150 ha. Pada musim tanam III bulan April 2008 pertanaman jagung dalam jumlah terbatas dilakukan di Kecamatan Kelara yang meliputi 568 ha. Diperlukan adanya analisis iklim wilayah untuk menentukan pola curah hujan dalam hubungannya dengan jenis varietas yang sesuai untuk dibudidayakan. Kata kunci: Informasi spasial, hujan, varietas jagung, pola tanam
menggunakan bibit unggul baik hibrida maupun komposit. Pertanaman jagung di Indonesia sebagian besar dilakukan pada lahan tadah hujan dan lahan kering yangmana kebutuhan air tanaman sangat tergantung pada ketersediaan air hujan. Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu pemasok jagung terbesar di Sulawesi Selatan dan merupakan komoditas dan strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah. Jagung di wilayah tersebut dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan pokok serta bahan baku pakan
Pendahuluan Perkiraan sementara produksi jagung pada tahun 2008 adalah 16 juta ton, atau meningkat sekitar 3,5 juta ton dibandingkan produksi tahun 2004. Salah satu faktor pendorong kenaikan produksi tersebut adalah meningkatnya produktivitas jagung dari 3,5 ton/ha pada tahun 2008 di atas 4 ton/ha (BPS, 2008). Peningkatan produktivitas tersebut selain disebabkan oleh adanya peningkatan luas panen, juga tidak terlepas dari semakin tingginya kesadaran petani untuk
581
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
ternak. Pertanaman jagung di wilayah Jeneponto sangat tergntung pada ketersediaan hujan yang jumlahnya sedikit akibat pengaruh kondisi geografis wilayah yang sangat spesifik. Kondisi geografis Kabupaten Jeneponto berada di pantai selatan pulau Sulawesi yang memanjang searah dengan arah angin musom, baik musom barat maupun musom timur mempengaruhi dinamika iklim wilayah. Kondisi iklim wilayah termasuk kategori daerah kering dengan curah hujan rata-rata < tiga bulan setiap tahunnya. Sebagian besar wilayah tersebut mempunyai musim kemarau yang lebih panjang sehingga mempengaruhi pola bercocok tanam penduduk setempat (Maru, 2010). Pertanaman jagung yang hampir 90% nya dilakukan pada lahan tadah hujan dan lahan kering sangat tergantung kepada ketersediaan air hujan. Namun demikian, mempertimbangkan sifat hujan yang eratik dan sulit diprediksi menyebabkan petani mengusahakan lahannya dengan resiko kerugian yang sekecil mungkin, yaitu dengan menanam jagung dengan menggunakan benih unggul pada pertanaman musim hujan sementara pada pertanaman musim kemarau menanam generasi kedua (F2) yang benih yang ditanam pada musim sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan resiko gagal panen akibat kekurangan air hujan mengingat benih hibrida umumnya tidak tahan terhadap kekurangan air terutama disaat awal pertumbuhan dan pembungaan (Haisey & Edmeadis 1999). Dalam upaya mendapatkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertanaman jagung varietas hibrida dan komposit di lahan tadah hujan dan lahan kering diperlukan
adanya pendekatan terintegrasi, yang dimulai dari penyediaan informasi spasial waktu dan pola tanam varietas jagung yang berkembang di tingkat petani. Sistem informasi spasial dibutuhkan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan perencanaan pengelolaan sumberdaya secara efektif (Sugito dan Sugandi, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi spasial pertanaman jagung di tingkat petani yang meliputi waktu tanam dan jenis varietas yang digunakan oleh petani. Informasi spasial tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan program perluasan areal tanam atau program introduksi benih unggul yang tepat
Bahan dan Metode Langkah awal untuk mendapatkan informasi spasial penyebaran pertanaman varietas unggul jagung dalam kaitannya dengan perencanaan waktu tanam/musim tanam yang optimal adalah dengan melakukan survei lapangan yang meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Survei dan análisis data dilakukan pada Bulan November 2007 – Maret 2008. Data primer diambil melalui wawancara dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jeneponto yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan Penyuluh Pertanian Kecamatan (PPK) seluruh kecamatan. Selanjutnya dilakukan cross check ke sejumlah petani di beberapa kecamatan serta kelompok tani yang menanam jagung secara rutin. Data sekunder meliputi data realisasi luas pertanaman dan jenis varietas jagung pada MT I, MT II dan MT III. Peta rupabumi Kabupaten Jeneponto dengan skala 1:25 000 dipe582
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
roleh dari Badan Perencanaan Daerah. Peta yang diperoleh selanjutnya diubah menjadi format digital melalui proses on screen digitasi. Selanjutnya data peta dimasukkan dengan menggunakan metode digitasi layar komputer. Digitasi dilakukan dengan menggunakan ArcView versi 3.3 dan ArcGis versi 9.2 untuk membuat batasan-batasan wilayah yang berupa polygon pada setiap kecamatan. Selanjutnya dilakukan transformasi koordinat dengan menggunakan ArcInfo serta input atribut database peta yang meliputi Id, nama kecamatan, jenis varietas yang ditanam petani dan luasan. Hasil digitasi selanjutnya ditampilkan dalam bentuk peta spasial digital penyebaran varietas tanaman jagung pada setiap musim tanam. Informasi digital tersebut selanjutnya dijadikan dasar dalam perencanaan jadwal tanam.
Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data realisasi pertanaman selama periode 2007/2008 menunjukkan bahwa total pertanaman jagung setiap tahunnya di Kabupaten Jeneponto mencapai 27.680 ha dan sebanyak 50% kegiatan pertanaman dilakukan pada musim hujan. Curah hujan wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya tidak merata, hal ini menimbulkan adanya daaerah basah dan daerah semi kering. Curah hujan tertnggi biasanya jatuh pada bulan November, Desember dan Januari, sementara bulan kering terjadi pada Bulan Juni - Oktober. Peta spasial pertanaman jagung pada musim tanam I tahun 2007 disajikan pada Gambar 1. Gambar 1, menunjukkan bahwa pertanaman musim I yang jatuh pada bulan November umumnya didominasi oleh varietas hibrida yang meliputi luasan 18.673 ha, atau sekitar 73% dari total luas pertanaman jagung. Sebanyak 23%
Gambar 1 . Peta spasial pertanaman jagung pada musim tanam I (November) tahun 2007
583
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
sisanya di manfaatkan untuk pertanaman varietas komposit/atau F2 hibrida serta varietas lokal. Dari 18.673 ha pertanaman jagung hibrida, 15.992 ha diantaranya menggunakan varietas Bisi-2, Pioner 970 ha, NK II 424 ha, Jaya 356 dan C7 6 ha. Untuk varietas Bisi-2 tanaman terluas di Kecamatan Bangkalak Barat yaitu 3.318 ha dan terendah di Kecamatan Binamu yaitu 147 ha, sedangkan di Kecamatan Bontoramba tidak tercatat untuk semua varietas hibrida. Tingginya luas pertanaman hibrida disebabkan karena adanya program bantuan benih gratis dari pemerintah yang selanjutnya didistribusikan kepada petani melalui PPK setiap kecamatan. Bantuan benih jagung diberikan kepada petani atau kelompok tani sebanyak 15 kg per ha. Spesifikasi benih jagung yang diberikan kepada petani adalah benih jagung hibrida berlabel biru dan dikemas dengan daya tumbuh minimal 85
persen serta merupakan benih varietas hibrida yang diminati petani (Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto, 2007). Namun demikian karena program bantuan tidak semua mengakomodasi wilayah pertanaman jagung, maka pada daerah atau petani yang tidak mendapatkan benih, mereka umumnya menanam hibrida lain atau benih dari pertanaman sebelumnya khususnya hibrida. Hal ini disebabkan oleh mahalnya benih hibrida sehingga petani yang telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang keuntungan menanam varietas unggul lebih memilih menanam F2 hibrida pertanaman sebelumnya. Hibrida yang ditanam kembali (F2) yang paling luas adalah dari varietas Bisi-2 yaitu mencapai 4.214 ha dibanding dengan hibrida varietas lainnya. Pada musim tanam II bulan Maret 2008, terjadi penurunan pertanaman jagung yang cukup besar (Gambar 2) khususnya luas
Gambar 2. Peta spasial pertanaman jagung pada musim tanam II (Maret) tahun 2008
584
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
pertanaman jagung hibrida yang berkurang dari 18.673 ha menjadi 2.732 ha. Penurunan luas pertanaman jagung hibrida disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ber-kurangnya curah hujan sehingga petani lebih memilih untuk menanam jagung komposit atau tanaman lainnya untuk mengurangi resiko gagal panen. Selain itu, tidak adanya bantuan benih dari pemerintah pada musim tanam II juga mengakibatkan berkurangnya luas tanam hibrida. Beberapa daerah seperti Kecamatan Kelara masih menanam hibrida dalam jumlah yang cukup besar karena curah hujan yang masih tinggi. Di kecamatan Kelara pertanaman jagung hibrida mencapai 1,236 ha dengan varietas dominan Bisi-2, Pioner dan NK 33. Sedangkan di Kecamatan Bontoramba, Batang dan Bangkala petani lebih cenderung menanam padi karena status lahannya sebagai lahan basah/sawah tadah hujan memungkinkan untuk menanam padi. Sementara itu, peta spasial pertanaman jagung komposit pada musim tanam II menurun menjadi 1.306 ha. Varietas yang ditanam umumnya turunan F2 hibrida seperti Bisi-2 sementara beberapa varietas komposit hasil Badan Litbang Pertanian seperti Lamuru, Sukmaraga dan Arjuna dengan luas mencapai 150 ha ditanam di Kecamatan Rumbia dan Turatea. Varietas komposit mempunyai peluang untuk dikembangkan mengingat terbatasnya air tersedia pada musim kemarau. Namun demikian, promosi dan pendampingan di lapangan sangat diperlukan karena umumnya petani tidak mempunyai akses informasi yang memadai sehingga cenderung memutuskan untuk menanam varietas yang telah dikenal atau dengan menanam jagung lokal.
Kurangnya curah hujan yang diikuti oleh tingginya suhu udara, disebabkan oleh kondisi geografis Jeneponto yang mempunyai garis pantai yang sejajar dengan arah angin baik angin muson Barat maupun angin muson Timur, sehinggah uap air tidak melewati daratan Jeneponto. Sementara angin laut yang banyak membawa uap air juga ternyata tidak mampu tertahan kecuali hanya pada bagian utara Kabupaten Jeneponto saja, karena pada bagian tengah ke selatan mempunyai bentang alam yang relatif rata, sehinggah tidak ada penahan uap air. Selanjutnya angin tenggara yang banyak membawa uap air, karena melewati puncak Gunung Lompobattang menyebabkan uap airnya dipaksa turun sebelum menyebrang ke jeneponto, menyebabkan angin yang menyebrang ke Jeneponto menjadi kering dan panas. Pada musim tanam III bulan April pertanaman jagung dalam jumlah terbatas dilakukan di Kecamatan Kelara dengan luas 568 ha. Curah hujan yang erratik menyebabkan tingginya risiko kegagalan hasil akibat kekurangan air di sebagian besar wilayah Jeneponto. Angin laut yang banyak membawa uap air juga ternyata tidak mampu tertahan kecuali pada bagian utara Kabupaten Jeneponto, pada bagian tengah ke selatan mempunyai bentang alam yang relatif rata, sehinggah tidak ada penahan uap air. Selanjutnya angin tenggara yang banyak membawa uap air, karena melewati puncak Gunung Lompobattang menyebabkan uap airnya dipaksa turun sebelum menyebrang ke jeneponto, menyebabkan angin yang menyebrang ke Jeneponto menjadi kering dan panas. Diperlukan adanya analisis iklim wilayah untuk menentukan pola curah hujan dalam hubungannya dengan jenis varietas yang sesuai untuk dibudidayakan. 585
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Gambar 3. Peta spasial pertanaman jagung pada musim tanam III (April) tahun 2008
Sementara itu, peta spasial pertanaman jagung komposit pada musim tanam II menurun menjadi 1.306 ha. Pada musim tanam III bulan April 2008 pertanaman jagung dalam jumlah terbatas dilakukan di Kecamatan Kelara yang meliputi 568 ha. Kurangnya curah hujan yang diikuti oleh tingginya suhu udara, disebabkan oleh kondisi geografis Jeneponto yang mempunyai garis pantai yang sejajar dengan arah anginbaik angin muson Barat maupun angin muson Timur, sehinggah uap air tidak melewati daratan Jeneponto. Sementara angin laut yang banyak membawa uap air juga ternyata tidak mampu tertahan kecuali hanya pada bagian utara Kabupaten Jeneponto saja, karena pada bagian tengah ke selatan mempunyai bentang alam yang relatif rata, sehinggah tidak ada penahan uap air. Selanjutnya angin tenggara yang banyak membawa uap air, karena melewati puncak Gunung Lompobattang menyebabkan uap airnya dipaksa turun sebelum menyebrang ke jeneponto, menyebabkan angin yang menye-
Kesimpulan Analisis spasial pertanaman jagung di tingkat petani di lakukan untuk mendapatkan informasi penyebaran waktu tanam dan jenis varietas pada setiap musim tanam. Survey lapangan yang meliputi pengambilan data primer dan sekunder dilakukan pada Bulan November 2007 – Maret 2008. Analisis data dan pembuatan peta spasial penyebaran varie -tas dilakukan dengan menggunakan program ArcView Versi 3.3 dan ArcGis Versi 9.2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanaman musim I yang jatuh pada bulan November 2007 umumnya didominasi oleh varietas hibrida yang meliputi luasan 18.673 ha, atau sekitar 73% dari total luas pertanaman jagung. Sebanyak 23% sisanya di manfaatkan untuk pertanaman varietas komposit/atau F2 hibrida serta varietas lokal. Pada musim tanam II bulan Maret 2008, terjadi penurunan pertanaman jagung yang cukup besar khususnya luas pertanaman jagung hibrida yang berkurang dari 18.673 ha menjadi 2.732 ha. 586
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
brang ke Jeneponto menjadi kering dan panas.
Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto, 2007. Laporan Kegiatan Percepatan Pengem -bangan Kawasan Agribisnis Jagung Melalui Bantuan Benih.
Daftar Pustaka
Heisey, P.W. and G.O. Edmeades. 1999. Maize Producton in Drought- Stressed Environment. Dalam Would Maize Facts and Trends 1997/1998. Cimmyt, Mexico. 1999.
Badan Pusat Statistik, 2008. Laporan Produksi Tanaman Pangan 2008. Badan Pusat Statistik Jakarta.
587