Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
KAJIAN PENGARUH KASTRASI TERHADAP TINGKAT KANDUNGAN KOLESTEROL DAGING KAMBING MARICA DI KABUPATEN JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN (Effect of Castration, on Cholesterol Content of Marica Goat Meat in Jeneponto Regency, South Sulawesi Province) MATHEUS SARIUBANG dan N. QOMARIYAH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5, Makassar
ABSTRACT Study of Marica Goat as meat producers with low cholesterol level through the castration technology aims to determine the effect of castration in increasing body weight of Marica goat with a decreased cholesterol level in the meat during the process of fattening. This study was conducted in the village of Bonto Rannu I, Tolo Village North, Kelara District, Jeneponto Regency farmers on lands with the approach on farm research and participatory approach to rural farmers are directly involved during the planning, execution and observation of performance castration. Research activities conducted during eight months starting from May until December 2009, involving breeders who are members of Farmers Group Prima, using 12 goats, each consisting of six goats treated T1 = control, and treatment T2 = castration. The assessment indicated that castration technology was capable of producing a higher body weight gain 47.96 g/goat/day, compared to farmers' technology 19.43 g/goat/day. Cholesterol content of goat Marica with castration treatment (T2) was 113 mg/dl, while the control T1 124 mg/dl. However, based on organoleptic taste, the castrated meat is more popular because the meat was not fishy, compared to the meat without castration. It was concluded that castration could increased body weight and the smell of meat was better. Key Words: Marica Goat, Castration, Cholesterol ABSTRAK Kajian Kambing Marica sebagai Ternak Penghasil Daging Rendah Kolesterol melalui teknologi kastrasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh kastrasi terhadap peningkatan bobot badan kambing marica dengan penurunan kolesterol dalam daging selama proses penggemukan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bonto Rannu I, Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto pada lahan petani dengan pendekatan on farm research dan pendekatan pedesaan secara partisipatif yaitu melibatkan petani secara langsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan terhadap kinerja teknologi kastrasi. Kegiatan Pengkajian Kambing Marica dilakukan selama 8 (delapan) bulan dimulai dari Bulan Mei sampai dengan Desember 2009, melibatkan peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Prima, dengan menggunakan 12 ekor kambing masing-masing terdiri dari 6 ekor kambing mendapat perlakuan T1 = kontrol, dan perlakuan T2 = kastrasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa teknologi kastrasi mampu menghasilkan pertambahan bobot badan lebih tinggi 47,96 g/ekor/hari dibandingkan teknologi petani 19,43 gr/ekor/hr. Kandungan kolesterol kambing marica dengan perlakukan kastrasi (T2) sebesar 113 mg/dl, sedangkan kontrol T1 sebesar 124 mg/dl. Namun demikian berdasarkan uji organoleptik cita rasa daging kambing hasil kastrasi lebih digemari karena bau amis dan anyirnya tidak ada dibandingkan dengan daging kambing tanpa kastrasi. Dari hasil pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa kastrasi dapat mempengaruhi pertambahan berat badan dan bau dalam daging kambing Marica. Kata Kunci: Kambing Marica, Kastrasi, Kolesterol
599
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PENDAHULUAN Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang potensial sebagai penyedia daging nasional, karena memiliki keunggulan antara lain dapat berkembang dengan baik pada kondisi lingkungan dengan agroekosistem yang berbeda-beda, dapat memanfaatkan pakan (terutama hijauan) yang rendah kandungan gizinya, dan bersifat prolifik (beranak lebih dari satu ekor per kelahiran). Produktivitas kambing lokal cukup baik, dimana jumlah anak memiliki peranan penting khususnya bagi masyarakat (petani/peternak) di pedesaan berupa sumbangan yang berarti terhadap total pendapatan petani, yaitu sekitar 15 – 48% tergantung dari pola usahataninya (PAAT et al., 1992), sebagai tabungan yang dapat dijual setiap saat, mudah memeliharanya, dan memerlukan investasi yang relatif kecil. Kabupaten Jeneponto merupakan sentra pengembangan kambing di Provinsi Sulawesi Selatan. Populasi kambing didaerah tersebut sebesar 65.386 ekor pada tahun 2008 (BPS, 2009). Sistem pemeliharaan ternak kambing di daerah tersebut masih sebagai usaha sambilan dengan jumlah pemilikan yang bervariasi namum umumnya rendah 2 – 5 ekor (SUTAMA et al., 2002). Kambing lokal Kabupaten Jeneponto yang juga merupakan sumber plasma nutfah Nasional adalah kambing marica. Kambing ini memiliki ciri fisik mirip dengan kambing kacang. Adapun ciri yang paling menonjol dari kambing marica adalah ukurannya lebih kecil dan tidak bertanduk serta kelihatan lincah dan agresif, selain itu telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibandingkan dengan telinga kambing kacang (BATUBARA, 2007). Kolesterol adalah suatu bahan berlemak yang terjadi secara alamiah di dalam tubuh manusia. Dalam jumlah seimbang, kolesterol sangat bermanfaat bagi tubuh, yaitu membuat hormon seks, adrenal dan membentuk dinding sel. Apabila didalam tubuh mengalami kelebihan kolesterol, akan dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah yang berakibat stroke dan bahkan serangan jantung. Kolesterol dapat diturunkan salah satunya dengan teknologi kastrasi, karena kastrasi berpengaruh terhadap mekanisme hormonal. Kastrasi (pengebirian) artinya menghentikan aktivitas testis, menyebabkan kelenjar asesorius mundur
600
aktivitasnya, sifat khas jantan berangsur hilang dan kegiatan spermatogenesis berhenti. Hormon gonadotropin akan terakumulasi pada pars distalis hipofisa akibatnya sel basofil mengalami perubahan identitasnya selanjutnya dikenal dengan castration cells. Kastrasi yang dilakukan sebelum dewasa kelamin, tanda khas jantan tidak akan timbul. Bila kastrasi dilakukan setelah dewasa kelamin, maka perubahan kehilangan tanda khas jantan akan berlangsung secara lambat. Mungkin ini disebabkan karena korteks adrenalis dapat sedikit menghasilkan hormon testosteron. Tumor pada kelenjar prostat pada hewan tua, lazimnya diberikan terapi dengan melalui kastrasi, akibat karena tidak tersuplainya makanan pada kelamin karena sel yang berada didalam kelamin mengalami atrofi, maka hewan - hewan yang biasanya sengaja untuk di kastrasi akan menjadi lebih gemuk. Hal ini dikarenakan adanya nutrisi - nutrisi darah yang ada selalu tersuplai untuk tubuh dan tidak disalurkan untuk kelamin jantan (YATIM, 1990). Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi kastrasi terhadap produktivitas kambing marica dan kandungan kolesterol dalam daging selama proses pemeliharaan.
MATERI DAN METODE Kajian ini menggunakan 12 ekor kambing marica jantan yang dibagi ke dalam 2 grup, masing-masing 6 ekor. Kambing dipelihara selama 4 bulan, dimana 1 bulan digunakan sebagai waktu adaptasi. Kemudian diberikan perlakuan sebagai berikut: T1 = kontrol/tanpa kastrasi T2 = kastrasi kambing Kambing diberikan pakan penguat (konsentrat) dan hijauan. Pakan penguat (konsentrat) diberikan sebanyak 200 g/ekor/hari. Sebelum dilakukan kastrasi kambing diuji kandungan kolesterol dalam darah. Kastrasi dilakukan dengan menggunakan alat kastrasi (tang burdizzo). kemudian dilakukan uji kolesterol untuk mengetahui pengaruh kastrasi terhadap kandungan kolesterol dalam darah kambing. Komposisi pakan konsentrat dapat dilihat pada Tabel 1.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 1. Komposisi pakan kambing Bahan pakan
Komposisi (%)
Dedak padi Bungkil kedelai Jagung giling Mineral mix Temulawak
60 10 28 1 1
Jumlah
100
Pengamatan data dilakukan selama 3 bulan penggemukan. Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan statistik sederhana (uji-t) (SUJANA, 1985). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengkajian Kambing Marica sebagai Ternak Penghasil Daging Rendah Kolesterol melalui Teknologi Kastrasi menggunakan 12 ekor kambing jantan marica yang dibagi kedalam 2 grup yaitu grup A sebagai kontrol dan grup B dengan teknologi kastrasi dimana masing-masing 6 ekor. Hasil penimbangan berat badan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil penimbangan berat badan kambing dengan teknologi kastrasi (T2) No. A.
B.
Uraian
Bobot badan awal (kg/ekor)
Kontrol (T1) Kambing 1 12,47 Kambing 2 13,95 Kambing 3 12,84 Kambing 4 13,19 Kambing 5 13,57 Kambing 6 13,41 Rata-rata PBB (kg/ekor) 1,75 Perlakuan kastrasi (T2) Kambing 7 10,44 Kambing 8 11,24 Kambing 9 10,22 Kambing 10 8,12 Kambing 11 8,13 Kambing 12 10,25 Rata-rata PBB (kg/ekor)
4,32
Bobot badan akhir (kg/ekor) 14,26 15,78 14,59 14,88 15,30 15,11
14,65 15,42 14,32 11,88 13,23 14,80
Perlakuan kastrasi/kebiri pada kambing menyebabkan kambing stress, sehingga tingkat konsumsi pakan setelah dikastrasi turun, namun berangsur-angsur stabil dan normal. Namun dibandingkan dengan kambing kontrol, pertambahan bobot badan kambing kontrol jauh lebih rendah dibandingkan dengan kambing dengan teknologi kastrasi. Berat badan kambing kontrol sebesar 1,75 kg/ekor/hari, sedangkan kambing dengan teknologi kastrasi sebesar 4,32 kg/ekor/hari. Rata-rata pertambahan berat badan harian (PBBH) kambing Marica dengan teknologi kastrasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata pertambahan berat badan harian (PBBH) kambing Marica dengan teknologi kastrasi
Ulangan
Pertambahan Bobot badan harian/PBBH (g/ekor/hari) T2
T1 (Kontrol)
1
46,48
19,89
2
46,44
20,33
3
45,56
19,44
4
41,78
18,78
5
56,67
19,22
6
50,56
18,89
287,79
116,56
47,96
19,43
Jumlah Rata-rata
Dari Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata pertambahan berat badan harian (PBBH) kambing marica yang mendapat perlakuan kastrasi (T2) lebih tinggi (47,96 g/ekor/hari) dibandingkan dengan kontrol (19,43 g/ekor/hari). Berdasarkan analisis sederhana (uji-t) menunjukkan bahwa perlakuan kastrasi (T2) menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) dengan perlakuan kontrol (cara petani). Hal ini membuktikan bahwa pemberian pakan komplit/konsentrat pada kambing menyebabkan kenaikan berat badannya. Hal senada juga diungkapkan YATIM (1990) bahwa hewan-hewan yang biasanya sengaja untuk di kastrasi akan menjadi lebih gemuk, hal ini dikarenakan adanya nutrisi-nutrisi darah yang ada selalu tersuplai untuk tubuh dan tidak disalurkan untuk kelamin jantan. Adapun tingkat konsumsi pakan kambing Marica dapat dilihat pada Tabel 4. Kambing
601
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Marica yang dipelihara secara tradisional memperlihatkan pertambahan berat badan rendah, hal ini disebabkan pemberian pakannya tergantung pada jenis usahatani yang dilakukan serta ketersediaan rumput yang disiapkan untuk ternak kambing Marica yang dipelihara. Di Desa Bonto Rannu I, Kelurahan Tolo Utara, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto umumnya peternak kambing memelihara kambingnya dengan pakan hasil sisa limbah pertanian seperti jerami jagung, dedak padi, daun gamal, daun nangka, daun turi serta rumput alam. Tabel 4. Rata-rata konsumsi pakan berdasarkan bahan kering (dry matter) kambing Marica dengan perlakuan kastrasi Ulangan
Konsumsi pakan (g/ekor/hari) T 2 (kastrasi)
T1 (Kontrol)
1
131,56
125,60
2
135,42
127,04
3
133,43
119,71
4
124,01
130,52
5
147,89
125,79
6
146,21
131,04
Jumlah
818,52
759,70
Rata-rata
136,42
126,62
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa ratarata konsumsi pakan harian kambing marica yang mendapat perlakuan kastrasi (T2) lebih tinggi (136,42 g/ekor/hari) dibandingkan dengan rata-rata konsumsi pakan kambing kontrol (126,62 g/ekor/hari). Namun berdasarkan hasil analisis sederhana (uji-t) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan harian kambing marica perlakuan kastrasi (T2) tidak menunjukkan perbedaan nyata (P > 0,05) dengan perlakuan kontrol (cara petani). Pada derah-daerah tertentu di Indonesia para petani dipedesaan berupaya meningkatkan produktivitas ternak melalui pemberian hijauan yang bervariasi, sehingga diperoleh pertumbuhan yang baik yaitu 60 – 80 g/ekor/hari (BUDIARSANA et al., 2001; 2002). Akan tetapi pada daerah yang tidak didukung dengan ketersediaan ragam jenis hijauan yang memadai, maka pemberian hijauan biasanya dari satu jenis saja yaitu rumput lapangan, sehingga ada kecenderungan produktivitas ternak akan rendah.Permasalahan serius pada
602
upaya penyediaan pakan ternak ini yaitu pada saat musim kering dimana ketersediaan hijauan pakan ternak sangat kurang. Rendahnya kepemilikan lahan juga merupakan salah satu penyebab petani dalam upaya penyediaan pakan ternak. Tidak jarang ditemui di suatu daerah bahwa penjualan ternak meningkat tajam yang disebabkan oleh para peternak merasa kesulitan dalam penyediaan pakan. Kandungan kolesterol kambing Marica rata-rata sebelum perlakuan kastrasi sebesar 227 mg/dl. Berdasarkan hasil uji kolesterol diperoleh hasil bahwa kandungan kolesterol dalam darah kambing dengan perlakuan kastrasi rata-rata sebesar 113 mg/dl, sedangkan kandungan kolesterol kambing kontrol (T1) sebesar 124 mg/dl. Kandungan kolesterol normal jika < 200 mg/dl. Adapun kandungan kolesterol kambing Boer berkisar antara 70 – 90 mg/100 g, sedangkan kandungan kolesterol daging sapi berkisar antara 58,3 – 83,4 mg/100 g (PRATIWI et al., 2006). Selain itu juga, dilakukan uji organoleptik kepada 30 responden (Tabel 5) mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai kolesterol dalam daging kambing melalui berbagai jenis pengolahan dengan bahan dasar daging kambing yang mendapat perlakuan kontrol dan kastrasi. Daging T2 (kastrasi) lebih digemari daripada daging kambing dengan perlakuan T1 (kontrol). Hal ini disebabkan teknologi kastrasi menyebabkan bau amis, anyir pada daging kambing berkurang sehingga paling digemari dagingnya karena kastrasi menyebabkan kadar hormon testosterone rendah, hormon inilah yang menyebabkan bau amis.
KESIMPULAN Daging kambing rendah kolesterol dapat diperolah melalui teknologi kastrasi. Teknologi kastrasi mampu menghasilkan pertambahan bobot badan lebih tinggi 47,96 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan teknologi petani 19,43 g/ekor/hari. Kandungan kolesterol kambing marica dengan perlakukan kastrasi (T2) sebesar 123 g/dl, sedangkan kontrol T1 sebesar 124 mg/dl. Namun demikian berdasarkan uji organoleptik cita rasa daging kambing hasil kastrasi lebih digemari karena bau amis dan anyirnya tidak ada dibandingkan daging kambing tanpa kastrasi.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
Tabel 5. Hasil tabulasi data quisioner dibagikan pada saat temu lapang
yang
Uraian
Hasil
Tingkat kesukaan daging kambing
Sangat tidak suka (13,64%) Tidak suka (0%) Suka (63,64%) Sangat suka (22,73%)
Frekuensi konsumsi daging kambing
Tidak pernah (4,55%) Jarang (59,09%) Sering (31,82%) Sangat sering (4,55%)
Lokasi pembelian daging kambing
Pasar tradisional (0%) Swalayan (4,55%) Memotong sendiri (40,91%) Pemberian kerabat (45,45%) Lainnya/aqiqah (9,09%)
Bagian kambing yang disukai
Dada (22,73%) Paha (63,64%) Kaki (9,09%) Kepala (4,55%) Lainnya (0%)
Olahan daging kambing yang disukai
Konro (9,09%) Sop kaki kambing (4,55%) Gulai kambing (4,55%) Kambing guling (4,55%) Sate Kambing (72,73%)
Pengetahuan mengenai kolesterol
Sangat tidak tahu (9,09%) Tidak tahu (59,09%) Tahu (27,27%) Sangat tahu (4,55%)
Sikap masyarakat ketika mengonsumsi daging kambing terhadap dampak kolesterol
Tidak takut (13,64%) Takut (22,73%) Sangat takut (0%) Biasa saja (63,64%)
DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2008. Statistik Peternakan Sulawesi Selatan. Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
ASTUTI, M. 1984. The impact of attitude on sheep and goat production. Working Paper No. 30, SR-CRSP Balitnak, Bogor. BATUBARA, A. 2007. Tujuh Plasma nutfah Kambing di Indonesia. Sinar Tani 25 April – 1 Mei 2007. BPS. 2009. Jeneponto dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto. BRIGGS, G.M. 1987. The red meat controversary. J. Sci. Food Agric. 5,2. BUDIARSANA, I - G.M., I-K. SUTAMA, T. KOSTAMAN, M. MARTAWIDJAJA, HASTONO, M.S. HIDAYATA, R. SUKMANA, BACHTIAR, GUNAWAN dan MULYAWAN. 2001. Uji Multilokasi Poduksi Kambing Peranakan Etawah. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. BUDIARSANA I - G.M., I-K. SUTAMA, T. KOSTAMAN, M. MARTAWIDJAJA, HASTONO, M.S. HIDAYATA, R. SUKMANA, BACHTIAR, GUNAWAN dan MULYAWAN. 2002. Interaksi Bibit Kambing Peranakan Ettawah Terseleksi di Beberapa Lokasi dengan Agroekosistem yang Berbeda. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. BUDIARSANA, I.G.M., I-K. SUTAMA dan T. KOSTAMAN. 2006. Kajian ekonomi pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan dasar pada ransum Kambing Peranakan Etawah jantan muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 – 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 575 – 579. ENSMINGER, M.E. and R.O. PARKERS. 1986. Sheep and Goats Science. Fith Ed. The Interstate. Printers & Publisher. Inc. Danville Illinois pp. 235 – 253. MARTAWIDJAJA, M., B. SETIADI dan S.S. SITORUS. 2001. Pengaruh pemberian konsentrat terhadap keragaan kambing kacang jantan sapihan . Pros. Seminar Nasional peternakan dan veteriner. Bogor, 17 – 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 595 – 600. PAAT, P.C., B. SETIADI dan M. SARIUBANG. 1992. Peranan Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawah dalam Sistem Usaha Tani di Banggal Majene. Pros. Sarasehan Usaha Ternak Kambing dan Domba Menyongsong Era PJPT II.
603
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010
PRATIWI, N.M.W., P.J. MURRAY and D.G. TAYLOR. 2006. Total cholesterol consentration of the muscles in castrated boer goats. Small Ruminant Research 64: 77 – 81. RISTEK. 2009. http://www.warintek.ristek.go.id/ pertanian/temulawak.pdf (3 Februari 2010). RHEE, K.S., D.F. WALDRON, Y.A. ZIPRIN and K.C. RHEE. 2000. Fatty acid composition of goat diets versus intramusculer fat. Meat Sci 54: 313 – 318. SANTOS-FILHO, J.M., S.M. MORAIS, D. RONDINA, F.J. BESERRA, J.N.M. NEIVA and E.F. MAGALHAES. 2005. Effect of cashew nut supplemented diet, castration and time of storage on fatty acid composition and cholesterol content of goat meat. Small Ruminant Research 57: 51 – 56.
604
SUTAMA, I.K. 1996. Puberty and Early Reproductive Performance of Peranakan Etawah Goat. Proc. 5th AAAP, Anim Sci. Congr, Bali, Indonesia. TILMAN, A.D., H. HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO, S. PRAWIROKUSUMO and S. LABDOSOEKOJO. 1983. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Uiversitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. YATIM, W. 1990. Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito, Bandung.