PEMETAAN PENYAKIT DIARE BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PUSKESMAS TENGARAN TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma ( Amd, RMIK ) dari Program Studi DIII RMIK
Oleh : AHLUL RARAS PUDYASTUTI D22.2014.01525 PROGRAM STUDI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017
36
HALAMAN HAK CIPTA
©2017 Hak Cipta Karya Tulis Ilmiah ada pada Penulis
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah,kupersembahkan karya tulis ilmiah ini untuk orang-orang yang kusayangi: Bapak Ibu tercinta, Adhi Sumarno dan Titik Rayahu motivator terbesar dalam hidupku yang tidak pernah jemu mendo’akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabarannya sampai detik ini. Saudariku Wahyu Dwi Hayati dan Puji Arif Mulyanti yang telah banyak mensupport dan membantu baik pikiran maupun tenaga. Dosen pembimbingku bu Vilda yang cantik, imut dan tentunya telah bersedia membimbing dengan sabar dan membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini Agus Tiono dan keluarga atas dorongan dan doa yang tulus Sahabat-sahabat seperjuanganku khusunya kelas 62 Prodi D3 RMIK dan semua teman-teman yang tak mungkin ku sebutkan satu-persatu Temen-temen kos Nakula 1 no. 84 yang selalu rame, dewasa kompak dan hangat seperti keluarga Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Terimakasih untuk semuanya....
RIWAYAT HIDUP Nama
: Ahlul Raras Pudyastuti
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 25 November 1995
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Dsn. Karanggondang, RT.27 RW. IX, Ds. Regunung, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
Telp
: 085741269020
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Islam Tarbiyatul Banin 22 Salatiga tahun 2000 - 2002 2. SDIT Nurul Islam Tengaran tahun 2002 - 2008 3. MTs Negeri Salatiga tahun 2008 - 2011 4. SMA Negeri 3 Salatiga tahun 2011 - 2014 5. Diterima di program studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang tahun 2014 - 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemetaan Penyakit Diare Berbasis Sistem Informasi Geografis di Puskesmas Tengaran Tahun 2016”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan pengetahuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, yaitu kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2. Dr. Guruh Fajar Shidik, M.Cs, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Arif Kurniadi, M.Kom, selaku Ka. Prodi DIII Rekam Medis Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 4. Vilda Ana Veria S, S.Gz, M. Gizi, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah. 5. dr. Muhammad Luk Luk Uddin , selaku Kepala Puskesmas Tengaran 6. Ibu Sri Riyanti, selaku Pengelola Program Pencegahan dan Penanggulangan ( P2P ) Puskesmas Tengaran. 7. Seluruh Staf Puskesmas Tengaran yang telah banyak membantu memberikan petunjuk dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan laporan.
Kami sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar Karya Tulis Ilmiah kami menjadi lebih sempurna . Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semarang, Agustus 2017 Penulis
Program Studi D-III Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang 2017 ABSTRAK Ahlul Raras Pudyastuti PEMETAAN PENYAKIT DIARE BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PUSKESMAS TENGARAN TAHUN 2016 xxiii +67 halaman + 4 tabel +17 gambar + 8lampiran Kasus diare adalah kasus tertinggi kedua setelah ISPA di Puskesmas Tengaran dan merupakan kasus tertinggi se kabupaten Semarang yaitu mencapai 2065 kasus. Puskesmas Tengaran belum menggunakan pelaporan yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran penyakit diare di wilayah kecamatan Tengaran pada tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah research and development (RnD). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung terhadap sumber data. Obyek yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pelaporan kejadian diare di kecamatan Tengaran tahun 2016. Analisa data penyakit diare dilakukan secara deskriptif dengan perancangan SIG menggunakan software ArcView. Jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2.065 kasus. Jumlah kasus diare tertinggi berada di desa Cukil yaitu sebanyak 418 penderita dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Jumlah penduduk di kecamatan Tengaran sebanyak 64.410 jiwa. Kecamatan Tengaran memiliki 10 unit pelayanan kesehatan atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), keberadaan FKTP sebesar 40 %. Kelompok umur yang paling rentan terkena diare adalah kelompok umur dewasa yang berumur lebih dari 20 tahun (40%). Saran bagi puskesmas, Selain tabel sebaiknya output data dapat berupa diagram dan peta, sehingga memudahkan dan mempercepat petugas dan pihak manajemen dalam memahami pola persebaran penyakit dan mempercepat pengambilan keputusan. Kata Kunci
: Sistem Informasi Geografis (SIG), ArcView, Kasus Diare
Kepustakaan : 25 (1997-2014)
Diploma Degree (D-3) of Medical Records and Health Information Faculty of Health, Dian Nuswantoro University Semarang 2017 ABSTRACT Ahlul Raras Pudyastuti MAPPING OF DIARRHEA DISEASE BASED ON GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM IN TENGARAN PRIMARY HEALTH CENTER 2016 xxiii +67 pages + 4 tables +17 figures + 8 attachments Diarrhea Cases was the second highest cases after ISPA in Tengaran Primary Health Center and highest cases in Semarang district, reached 2065 cases. Tengaran Primary Health Center had not used reporting based on Geographic Information System. This study aimed to mapping out the spread of diarrheal diseases in Tengaran district 2016. Type of studies used research and development (RnD). Data collection was done by direct observation of the data source. Object taken in this research was all reporting cases of diarrhea in Tengaran sub district year 2016. Diarrhea disease data analysis was done descriptively by designing GIS using ArcView software. Number of diarrhea cases in Tengaran sub-district 2016 was 2.065 cases. The highest number of diarrhea cases in Cukil village, there were 418 patients with percentage of diarrhea cases reached 11.31%. Number of population in Tengaran sub-district was 64.410 people. Tengaran Sub-district had 10 units of health service or Primary Health Center Facility (FKTP), FKTP presence was 40%. Most susceptible age group to diarrhea was an adult age group older than 20 years (40%). Suggestion for Primary Health Center, In addition to tables output data could be on diagrams and maps, In order to facilitate and accelerate officers and management to understand the pattern of disease spread and accelerate the decision-making. Keywords: Geographic Information System (GIS), ArcView, Diarrhea Cases Literature: 25 (1997-2014)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i HALAMAN HAK CIPTA ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR ..................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv KEASLIAN PENELITIAN ...................................................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... viii KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix ABSTRAK INDONESIA ....................................................................................... xi ABSTRAK INGGRIS ........................................................................................... xii DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xix DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xxii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ................................................................................... 4 F.
Lingkup Penelitian .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare ................................................................................................... 9 2. Puskesmas ....................................................................................... 16 3. Sistem Informasi Geografis (SIG) ..................................................... 19 4. Peta .................................................................................................. 23 5. ArcView ............................................................................................ 25 B. Kerangka Teori ....................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep ................................................................................... 30 B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 31 C. Variabel Penelitian ................................................................................. 31 D. Definisi Operasional ............................................................................... 31
E. Populasi dan Sampel ............................................................................. 33 F. Pengumpulan Data ................................................................................ 33 G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 33 H. Pengolahan Data dan Analisis Data ...................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas ............................................................... 35 B. Hasil Penelitian 1.
Jumlah kasus penyakit diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 .......................................................................................................... 38
2.
Jumlah unit pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk tiap desa di kecamatan Tengaran pada tahun 2016............................................ 39
3.
Peta persebaran penyakit diare berdasar wilayah desa di kecamatan Tengaran ......................................................................................... 40
4.
Peta perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa ................................................................. 43
5.
Peta persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran 46
6.
Peta kasus diare berdasar kelompok umur .................................... 50
7.
Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran ..... 55
BAB V PEMBAHASAN A. Jumlah Kasus Penyakit Diare di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ..... 57 B. Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan dan Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tengaran Pada Tahun 2016 ................................................ 58
C. Peta Persebaran Penyakit Diare Berdasar Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran ................................................................................................ 59 D. Peta Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa ...................................................................... 60 E. Peta Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Kecamatan Tengaran .... 62 F.
Peta Kasus Diare Berdasar Kelompok Umur ........................................ 64
G. Alur Pelaporan Kejadian Penyakit Diare di Kecamatan Tengaran ......... 65
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ........................................................................................ 66 B. SARAN ................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68 LAMPIRAN ......................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian ............................................................................. 4 Tabel 3.2 : Definisi Operasional ......................................................................... 31 Tabel 4.3 : Jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 ................. 38 Tabel 4.4 : Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan dan Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ................................................................. 39
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Data Vektor .................................................................................. 21 Gambar 2.2 : Data Raster .................................................................................. 22 Gambar 2.3 : Gambar Project ............................................................................ 26 Gambar 2.4 : Gambar View ................................................................................ 27 Gambar 2.5 : Gambar Table .............................................................................. 27 Gambar 2.6 : Gambar Feature Points, Lines dan Polygon ................................ 28 Gambar 4.7 : Peta Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ............................................. 40 Gambar 4.8 : Peta Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa ........................................................... 43 Gambar 4.9 : Peta Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa di Wilayah Puskesmas Tengaran ................................................... 46 Gambar 4.10 : Peta Kasus Diare Berdasarkan Kelompok Umur ....................... 50
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 : Kerangka Teori ............................................................................... 29 Bagan 3.2 : Kerangka Konsep ........................................................................... 30 Bagan 4.3 : Alur Pelaporan Kejadian Penyakit Diare di Kecamatan Tengaran . 55
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 : Persebaran penyakit diare berdasarkan wilayah desa di Kecamatan Tengaran tahun 2016 .......................................... 41 Diagram 4.2 : Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ................................................................................................. 44 Diagram 4.3 : Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa Di Wilayah Puskesmas Tengaran tahun 2016 .............................. 47 Diagram 4.4 : Perbandingan Penyakit Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ........................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Observasi ...................................................................... 72 Lampiran 2 : Peta Wilayah Kecamatan Tengaran .............................................. 74 Lampiran 3 : Struktur Organisasi Puskesmas Tengaran .................................... 75 Lampiran 4 : Tabel Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kecamatan Tengaran Tahun 2016 ..................................................................................................... 76 Lampiran 5 : Tabel 10 Besar Penyakit di Puskesmas Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2016 ............................................................... 77 Lampiran 6 : Daftar Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di kabupaten Semarang Tahun 2016 ............................................................... 78 Lampiran 7 : Rekapitulasi Bulanan Kasus Diare di Wilayah Puskesmas Tengaran ..................................................................................... 79 Lampiran 8 : Korespondensi .............................................................................. 90
DAFTAR SINGKATAN 1. ISPA
: Infeksi Saluran Pernafasan Atas
2. FKTP
: Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
3. RnD
: Research and Development
4. SIG
: Sistem Informasi Geografis
5. WHO
: World Health Organization
6. ICD-10
: International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems revisi ke 10 7. Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
8. Puskesmas
: Pusat kesehatan Masyarakat
9. Laporan P2
: Laporan Pencatatan dan Pelaporan
10. TB Paru BTA (+)
: Tuberculosis Paru dengan hasil tes Basil Tahan
Asam (+) atau positif 11. SP3
: Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
12. BAB
: Buang Air Besar
13. OMA
: Otitis Media Akut
14. Virus ECGHO
: Virus Entero Cythopathogenic Human Orphan
15. ASI
: Air Susu Ibu
16. Permenkes
: Peraturan Menteri Kesehatan
17. SP2TP
: Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas 18. GUI
: Geographical User Interface
19. KB
: Keluarga Berencana
20. Klinik PDP
: Klinik Perawatan, Dukungan & Pengobatan (PDP)
21. Klinik VCT
: Klinik Voluntary Counseling Test
22. Klinik IMS
: Infeksi Menular Seksual
23. IGD
: Instalasi Gawat Darurat
24. SLTP
: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau SMP
25. SD
: Sekolah Dasar
26. Bakteri E-Coli
: Bakteri Escherichia Coli
27. IR
: Insident Rate
28. SIMPUS
: Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Diare adalah penyakit menular dimana seseorang mengalami buang air besar dengan konsistensi cair atau memiliki kandungan air yang berlebihan dan terus-menerus. Penyakit diare terkadang disertai dengan muntah, badan panas, lesu dan terasa lemah, tidak nafsu makan, dan juga disertai darah dan lendir dalam kotoran. Diare dapat menyerang siapa saja baik anak-anak ataupun orang dewasa.
(1)
Dalam ICD-10 diare termasuk dalam bab I blok kategori A00-B99
yaitu penyakit infeksi dan parasit. Menurut data WHO pada tahun 2013, diare merupakan
penyakit
penyebab kematian kedua di negara berkembang pada anak-anak balita. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar penderita diare meninggal karena dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah yang besar. (2) Hasil Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa yang paling tinggi menderita diare merupakan kelompok usia balita. Insiden diare di Indonesia untuk seluruh kelompok usia adalah 3,5 % sedangkan period prevalence sebesar 7,0 %. Kemudian insiden diare pada kelompok usia balita adalah 10,2 %. (3)
Puskesmas adalah sarana atau instansi pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pusat pengupayaan kesehatan masyarakat maupun perseorangan. Dalam upaya tersebut puskesmas lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif/promosi kesehatan dan preventif/pencegahan masalah kesehatan/penyakit
sehingga
tingkat
kesehatan
masyarakat
puskesmas meningkat dan terwujudnya kecamatan sehat.
di
wilayah
(1)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa, memanipulasi dan menyimpan informasi – informasi keruangan/geografis berbasis komputer. SIG bermanfaat untuk membuat pola atau inovasi bentuk laporan berupa peta yang memudahkan penyajian laporan. ArcView adalah salah satu software pengolah SIG yang melibatkan peta dan basis data sehingga menjadi informasi geografis berbasis komputer. (4) Puskesmas Tengaran adalah instansi kesehatan yang ada di wilayah kabupaten Semarang, Pada laporan 10 besar penyakit di Puskesmas Tengaran pada tahun 2016 telah tercatat bahwa diare merupakan penyakit tertinggi kedua setelah ISPA. Jumlah kasus diare pada tahun 2016 di kecamatan Tengaran mencapai 2065 kasus. Kecamatan Tengaran mempunyai kasus diare tertinggi se kabupaten Semarang. Dalam survei awal, Puskesmas Tengaran belum menggunakan pelaporan yang berbasis Sistem Informasi Geografis. Laporan rekapitulasi kasus diare masih berupa tabel sehingga pihak manajemen dan petugas pelaporan puskesmas masih sulit dalam pengambilan kebijakan secara cepat dan tepat dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Peta diharapkan memberikan gambaran yang lebih jelas perubahannya atau perbedaannya dibanding tabel
yang hanya menyajikan angka sehingga kesimpulan lebih cepat didapatkan jika menggunakan peta dan pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat. Maka dalam penulisan tugas akhir ini peneliti ingin membahas tentang “Pemetaan Penyakit Diare Berbasis Sistem Informasi Geografis di Puskesmas Tengaran Tahun 2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan pada tahun 2017, puskesmas Tengaran belum menggunakan Sistem Informasi Geografis untuk pemetaan laporan penyakit diare sehingga penulis ingin membahas “Bagaimana Pemetaan Penyakit Diare Berbasis Sistem Informasi Geografis di Puskesmas Tengaran Tahun 2016?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui penyebaran penyakit diare di wilayah kecamatan Tengaran pada tahun 2016. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui jumlah kasus penyakit diare di kecamatan Tengaran tahun 2016. b. Mengetahui jumlah unit pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk tiap desa di kecamatan Tengaran pada tahun 2016. c. Memetakan persebaran penyakit
diare
berdasar
wilayah desa
di
kecamatan Tengaran pada tahun 2016. d. Memetakan perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa di kecamatan Tengaran pada tahun 2016.
e. Memetakan persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran pada tahun 2016. f. Memetakan kasus diare berdasar kelompok umur di kecamatan Tengaran pada tahun 2016. g. Mendeskripsikan alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran. ` D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan peningkatan mutu pelayanan puskesmas khususnya mengenai penyajian pelaporan diare di puskesmas Tengaran agar efektif dan efisien. 2. Bagi Peneliti sebagai bahan pembelajaran peneliti dan meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai penyakit diare. 3. Bagi Akademik sebagai
tambahan
referensi
dan
mengembangkan
pengetahuan
mahasiswa tentang penelitian ilmiah.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian No
Nama
Judul
1
Tri
Pemetaan
Maryanto
Diare
Variabel Penyakit Laporan
Determinannya
Sasaran bulanan
P2 Kegiatan
dan penderita penyakit diare di pelaporan di puskesmas
pengandan wilayah
Puskesmas
Semarang, cakupan jamban distribusi
Pengandan
sehat
Kecamatan
per
Gajah kelurahan,
Mungkur Semarang bersih Tahun 2013.
wilayah penyakit
cakupan per
kelurahan,
air diare
di
wilayah puskesmas pengolahan pengandan
dengan
SIG,
penyebaran
peta Semarang. cakupan
jamban sehat per wilayah kelurahan, peta penyebaran cakupan
air
wilayah
bersih
kelurahan,
per peta
distribusi penyakit diare per wilayah.
2
Mimin
Pemetaan
Dewantor
TB Paru BTA (+) TB paru di kota semarang, pelaporan
o
Berbasis Medis
Pasien Cakupan
jumlah
Rekam cakupan di
jenis
Paru penderita
TB
Masyarakat (BKPM) berdasarkan Semarang P
dan
Tahun
Guna
kelamin, 10
besar
Balai cakupan kejadian Drop Out penyakit
Kesehatan
pada
penderita Kegiatan
rekam
cakupan
2013 penderita
TB
Monitoring berdasarkan
Drop
paru terbesar dan medis indeks jumlah penyakit TB paru paru
tiap
kepadatan tahun.
Out penduduk.
Pengobatan. 3
Dyah Ayu
Pemetaan
Penyakit Kasus
Novitasari
ISPA
pada
Usia
(0-5)
kelurahan, Pelaporan
Balita umur, jenis kelamin, ISPA P2
kasus
Tahun pneumonia, ISPA pneumonia ISPA
Beredasarkan Kelurahan
ISPA,
berat,
peta,
di penduduk.
di
kepadatan puskesmas srondol
Puskesmas Srondol
semarang
Semarang
pada tahun
2013.
Tahun
2013.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah : 1. Penelitian ini mengambil kasus diare dan determinannya untuk dipetakan sedangkan penelitian yang saya lakukan mengambil kasus diare tetapi pemetaannya berdasarkan wilayah desa, jumlah penduduk dan unit pelayanan kesehatan yang ada. 2. Penelitian ini melakukan pemetaan kasus TB paru BTA (+) berbasis rekam medis guna monitoring drop out sedangkan penelitian yang saya lakukan mengambil kasus diare tetapi pemetaannya berdasarkan wilayah desa, jumlah penduduk dan unit pelayanan kesehatan yang ada. 3. Penelitian ini melakukan pemetaan penyakit ISPA pada balita umur 0-5 berdasarkan kelurahan sedangkan penelitian yang saya lakukan mengambil kasus diare tetapi pemetaannya berdasarkan wilayah desa, jumlah penduduk dan unit pelayanan kesehatan yang ada.
F. Lingkup Penelitian 1. Lingkup Keilmuan Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu rekam medis dan informasi kesehatan. 2. Lingkup Materi Materi yang terkait dalam penelitian ini adalah Sistem informasi geografis, sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas (SP3) dan penyakit diare. 3. Lingkup Lokasi Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tengaran kabupaten Semarang.
4. Lingkup Metode Penelitian
dilakukan
dengan
cara
observasi,
pengumpulan
data,
pengolahan data dan wawancara. 5. Lingkup Obyek Obyek penelitian ini adalah Laporan bulanan P2 kasus diare di kecamatan Tengaran. 6. Lingkup Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2017.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian Diare Menurut WHO diare adalah penyakit menular dimana penderita mengalami buang air besar (BAB) dengan konsistensi cair atau memiliki kandungan air yang berlebihan dan terusmenerus. Penyakit diare terkadang disertai dengan muntah, badan terasa lemah, lesu dan panas, tidak nafsu makan, dan juga disertai darah dan lendir dalam kotoran. Diare dapat dialami oleh siapa saja baik anak-anak ataupun orang dewasa. (5) Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana tinja keluar dengan tidak normal karena volume cairan meningkat dengan atau tanpa lendir darah, dengan frekuensi BAB lebih dari 3x/hari.(6) Diare adalah buang air besar sedikitnya tiga kali atau lebih dalam waktu 24 jam disertai salah satu gejala mual, muntah, kram perut atau demam >38°C. (7) Diare merupakan penyakit penyebab kematian kedua di negara
berkembang
pada
anak-anak
balita.
Diare
sudah
membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar penderita diare meninggal karena dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah yang besar. (8)
b. Penyebab Diare Penyebab terjadinya penyakit diare antara lain adalah : 1. Infeksi (9) a) Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral antara lain meliputi :
1) Infeksi virus Enterovirus (virus ECGHO) Coxsaekre, Polyomyelitis, Adenovirus, Rotarovirus, Astrovirus, dan sebagainya. 2) Infeksi Bakteri : Salmonella, Vibrio E. Coli, Shigella Campylobacter, Aeromonas,Yersinia, dan sebagainya. 3) Infeksi parasit cacing (Oxyuris, Ascaris Irichiuris, Strongylodies),
Protozoa
(Trochomonas
hominis,
Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia) dan jamur (Candida Albicans). b) Parenteral yaitu infeksi yang terjadi diluar alat pencernaan. Infeksi ini disebabkan oleh bagian tubuh lain. Misalnya Ensefalitis, OMA (Otitis Media Akut), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, dan sebagainya.
2. Malabsorbsi (9) Malabsorbsi adalah kesulitan tubuh dalam menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.
a) Karbohidrat : Monosakarida ( intoleransi glukosa dan galaktosa ), disakarida ( intoleransi maltosa, laktosa dan sukrosa
).
Intoleransi
laktosa
adalah
yang
paling
berbahaya bagi bayi dan anak. b) Makanan, misalnya makanan yang beracun, basi dan alergi makanan. c) Protein. d) Lemak. e) Psikologis, misalnya cemas atau rasa takut.
3. Sumber air (5) Sumber air yang dapat menyebabkan diare adalah air yang tercemar dengan kotoran manusia, air yang terkena limbah, tercemar atau sumbernya dekat dengan septic tank dan
jamban.
Bisa
juga
dari
kotoran
hewan
karena
mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare.
4. Penyebab lain (5) Diare dapat menular dari satu orang ke orang yang lainnya yang dipicu oleh kebersihan pribadi yang tidak diperhatikan. Makanan juga dapat menjadi penyebab utama diare ketika proses memasak atau saat menyimpan dalam kondisi tidak higienis. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar juga dapat menyebabkan diare.
c. Penularan Diare Penyakit diare dapat terjadi melalui transmisi faecal oral, sumber patogen berasal dari kotoran manusia, hewan dan sampai kepada manusia secara tidak langsung melalui makanan atau minuman. Transmisi dapat terjadi melalui tangan, lalat, tanah, air permukaan, air tanah, tempat sampah, saluran pembuangan air limbah, pembuangan tinja hingga makanan dan minuman tercemar tinja. (10) Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi virus, bakteri, protozoa dan parasit. Penularan diare terjadi secara fekal-oral. Diare dapat menyerang orang dengan berbagai kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Diare erat kaitannya dengan kemiskinan dan lingkungan yang tidak bersih dan higienis. (11) Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis yang terjadi disepanjang tahun. puncak tertinggi penyakit diare terjadi pada pergantian musim yaitu musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya. (11)
d. Akibat Diare (12) Diare mengakibatkan beberapa hal antara lain : a. Dehidrasi (kehilangan cairan) Dehidrasi terjadi karena kehilangan kadar air dalam tubuh atau pengeluaran (output) cairan dalam tubuh lebih banyak dari
pemasukan
(input).
Dehidrasi
menyebabkan
terjadinya
kematian pada diare.
b. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kekurangan kadar gula dalam darah. Hipoglikemia terjadi karena penyediaan atau penyimpanan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan etabol glukosa.
c. Metabolik asidosis (gangguan keseimbangan asam basa) Metabolik asidosis terjadi karena Na-bicarbonat hilang bersama dengan keluarnya tinja. Proses metabolisme lemak tidak sempurna sehingga banyak lemak yang tertimbun didalam tubuh, karena adanya anorexia jaringan maka menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat. Hasil metabolisme tubuh yang bersifat asam meningkat karena ginjal tidak dapat mengeluarkannya. Hal ini dikarenakan terjadi anuria atau oliguria dan pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
d. Malnutrisi (gangguan gizi) Makanan yang dikonsumsi oleh penderita sering kali tidak dapat dicerna dan diserap/diabsorbsi dengan baik oleh tubuh karena
adanya
hiperperistaltik
sehingga
mengakibatkan
penurunan berat badan dalam waktu singkat dan terjadi
gangguan gizi atau malnutrisi. Kemudian karena muntah yang berlebihan sehingga tubuh belum sempat menyerap nutrisi yang ada pada makanan yang dikonsumsi.
e. Gangguan sirkulasi Diare juga dapat menyebabkan terjadinya shock/renjatan hipovolemik, kemudian perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis
bertambah
berat,
kemudian
dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan jika tidak segera diatasi maka akan menyebabkan kematian.
f.
Pencegahan dan Pengobatan Diare Mencegah penyebaran kuman patogen yang disebarkan melaui fekal-oral dapat meminimalisir terjadinya diare. Pemutusan penyebaran kuman bisa dilakukan dengan cara pemberian ASI dengan benar,sanitasi yang baik dan membiasakan diri hidup bersih. (13) Yang perlu dilakukan untuk mencegah diare antara lain adalah : (14) 1. Mengkonsumsi
air
minum
yang
higienis
baik
cara
mendapatkan, memasak maupun menyajikannya. Resiko
terjadinya
diare
dapat
dikurangi
dengan
menggunakan air bersih dan melindungi air dari sesuatu yang dapat mencemari mulai dari sumber, penyimpanan dan penyajiannya di rumah.
2. Mencuci tangan dengan sabun Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sebelum memasak, sebelum makan, setelah membuang tinja anak, setelah menyeboki anak, dan setelah memegang
hewan
peliharaan
akan
mengurangi
resiko
terjadinya diare. 3. Penggunaan sanitasi yang baik Melindungi sumber air dengan menjauhkannya dari kandang hewan, membuat lokasi jamban yang jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber air. 4. ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan ASI memberikan perlindungan terhadap diare pada balita karena antibody dan zat-zat lain yang terkandung didalamnya sehingga meningkatkan kekebalan / imun tubuh. Selain itu memberikan
makanan
pendamping
ASI
juga
dapat
meminimalisir resiko terjadinya diare. 5. Menjaga kebersihan badan dan makanan. 6. Pendidikan kesehatan tentang bagaimana infeksi menyebar. 7. Vaksinasi rotavirus.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengobati diare antara lain adalah: (5) 1. Rehidrasi Dengan rehidrasi garam oral (oralit). Oralit adalah campuran air bersih, garam dan gula. Oralit diserap dalam
usus halus dan menggantikan air dan elektrolit yang hilang dalam kotoran. 2. Zinc suplemen Suplemen zinc mengurangi lamanya waktu diare sebesar 25% dan mempengaruhi penurunan volume tinja sebesar 30%. 3. Rehidrasi dengan cairan intravena Rehidrasi
dengan
cairan
intravena
dalam
kasus
dehidrasi berat atau syok. 4. makanan yang kaya gizi Gizi buruk dan diare dapat dicegah dengan terus memberikan makanan yang kaya nutrisi, termasuk ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. 5. Konsultasi kesehatan profesional Khususnya untuk pengelolaan diare persisten atau ketika ada darah dalam tinja atau jika ada tanda-tanda dehidrasi.
2. Puskesmas a. Pengertian Puskesmas Menurut Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. (11) Puskesmas
adalah
sarana
atau
instansi
pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang merupakan pusat pengupayaan kesehatan masyarakat maupun perseorangan. Dalam upaya tersebut puskesmas lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promotif/promosi kesehatan dan preventif/pencegahan masalah kesehatan/penyakit sehingga tingkat kesehatan masyarakat di wilayah puskesmas meningkat dan terwujudnya kecamatan sehat. (1)
b. Manajemen puskesmas Manajemen puskesmas adalah serangkaian kegiatan yang yang
dilakukan
secara
sinergik
sehingga
menghasilkan
keluaran/output yang efektif dan efisien. Manajemen puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pengawasan dan tanggungjawab. Seluruh kegiatan tersebut merupakan
satu
kesatuan
yang
saling
terkait
dan
berkesinambungan. (11)
1) Perencanaan puskesmas Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan
yang
sehat.
Langkah-langkah
penyusunan
perencanaan yaitu identifikasi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan, potensi sumber daya masyarakat dan
menetapkan
kegiatan-kegiatan
untuk
penyelesaian
masalah.(11) Proses perencanaan Puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan dan kemudian diusulkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Perencanaan Puskesmas memerlukan integrasi dengan lintas sektor kecamatan kemudian diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah daerah kabupaten/kota. (15)
2) Penggerakan dan pelaksanaan Kegiatan penggerakan dan pelaksanaan meliputi kegiatan bulanan dengan melibatkan lintas program intern puskesmas dan memonitoring kegiatan bulanan tersebut. Kemudian terdapat kegiatan tribulan yang dilakukan dengan melibatkan badan penyantun puskesmas dan sebagainya sebagai tanggungjawab puskesmas perihal kegiatan. (11)
3) Pencatatan dan pelaporan (11) a) Laporan dari puskesmas pembantu dan bidan desa disampaikan ke bagian pelaksana kegiatan puskesmas. b) Petugas pelaksana merekapitulasi kegiatan yang dilakukan dan laporan yang diterima.
c) Hasil rekapitulasi dimasukkan ke formulir laporan untuk dimasukkan ke koordinator
Sistem
Pencatatan
dan
pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). d) Hasil
rekapitulasi
diolah
dan
dimanfaatkan
untuk
pertimbangan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja kegiatan.
3. Sistem Informasi Geografis (SIG) a. Pengertian SIG Sistem informasi geografis adalah kumpulan dari perangkat keras komputer, personil, perangkat lunak, data geografi yang terorganisasi dan dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, mengupdate,
merekayasa,
menganalisis,
dan
menampilkan
semua informasi geografis secara efisien. (16) SIG merupakan prosedur-prosedur yang digunakan untuk keperluan penyimpanan dan merekayasa/pemanipulasian data bereferensi geografis. Namun komputer tidak selalu disertakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. (17) Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis
komputer
yang
dirancang
untuk
mendapatkan,
menyimpan, memanipulasi, dan menganalisa informasi – informasi geografis, objek dan fenomena geografis. SIG berguna dalam penyajian laporan yaitu untuk membuat pola atau inovasi bentuk laporan yang berupa peta, hal tersebut
dapat memudahkan
penyajian laporan khususnya laporan penyakit diare. (18)
b. Komponen utama SIG (19) 1)
Daya Manusia Manusia berperan penting dalam SIG karena manusia merupakan pengguna atau operator. Tanpa manusia maka sistem tidak dapat berjalan dengan baik. Manusia sebagai pengendali sistem sehingga sistem dapat menghasilkan suatu analisa yang dibutuhkan.
2)
Software Software
berfungsi untuk
mengoperasikan sistem
informasi geografis. Sebuah software SIG harus mampu menyimpan
data
analisis
dan
menampilkan
informasi
geografis. Elemen yang harus ada dalam software SIG adalah input dan transformasi data geografis, tools yang mendukung query geografis, sistem manajemen basis data, analisis dan visualisasi dan Geographical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tools geografi. 3)
Hardware Data-data yang digunakan dalam SIG membutuhkan ruang
penyimpanan
yang
besar
sehingga
membutuhkan spesifikasi komponen hardware yang sedikit lebih tinggi dibanding sistem informasi lainnya. Proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan processor yang cepat. Beberapa hardware yang sering digunakan dalam sistem informasi geografis adalah personal komputer, mouse, printer, digitizer, plotter dan scanner.
4)
Aplikasi sistem informasi geografis SIG mampu mengintegrasikan antara data spasial dan data atribut sehingga mampu menghasilkan informasi yang kompleks. Ada beberapa aplikasi SIG antara lain ArcView dan Mapinfo. SIG sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti
geologi,
parawisata,
pertanian,
perencanaan,
lingkungan manajemen sumber daya alam dan lain-lain. 5)
Data Data adalah infromasi yang dibutuhkan untuk diolah menggunakan aplikasi SIG. Data spasial adalah data yang merujuk lokasi di permukaan bumi. Pada dasarnya data spasial terbagi dalam dua tipe data yaitu data vektor dan data raster. Data vektor adalah merupakan bentuk bumi yang dipresentasikan ke dalam kumpulan garis, area, titik dan nodes sedangkan data raster adalah data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan
jauh
dimana
obyek
geografis
dipresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel.
. Gambar 2.1 : Data Vektor
Gambar 2.2 : Data Raster
c. Manfaat (18) Sistem Informasi Geografis (SIG) bermanfaat dalam pembangunan berkelanjutan di masa depan. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi yang berhubungan dengan ruang lingkup keruangan dan kewilayahan (aspek lokasi), sehingga
informasi
tersebut
inventarisasi/pengalokasian
data
dapat
dimanfaatkan
keruangan
yang
untuk
berkaitan
dengan sumber daya alam. Dengan ada data tersebut diharapkan pengalokasian ruang dapat berjalan secara optimal. Selain itu, juga diharapkan dapat untuk mendukung pembuatan rencana dan kebijakan pembangunan secara efisien dan efektif. Ada banyak manfaat SIG antara lain dalam bidang inventarisasi sumber daya alam, perencanaan pola pembangunan dan bidang sosial.
4. Peta a. Pengertian Peta adalah gambaran permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala tertentu dan diproyeksikan. Peta bisa disajikan dalam bentuk peta konvensional maupun peta digital yang tampil di layar komputer. (4) Peran peta dalam SIG dianggap penting karena selain untuk sumber data, peta juga menjadi media untuk membantu orang dalam memahami wilayah yang akan dikerjakan. Dalam sebuah peta pasti terdapat skala. Skala merupakan perbandingan antara jarak dalam peta dengan jarak sesungguhnya sehingga kita dapat mengetahui kondisi di lapangan yang sebenarnya. (20)
b. Unsur Peta (16) Unsur atau komponen peta merupakan suatu cara yang digunakan untuk menempatkan informasi lain disamping peta yaitu : 1) Judul peta yaitu identitas gambar yang mencerminkan isi dan tipe peta. 2) Ukuran skala peta yaitu nilai perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya dipermukaan bumi. 3) Arah mata angin yaitu arah yang petunjuk yang menunjukkan arah mata angin pada peta atau arah daerah yang digambar. 4) Simbol
peta
yaitu
tanda
atau
kenampakan pada permukaan bumi.
lambanguntuk
mewakili
5) Warna peta adalah untuk membedakan obyek dipermukaan bumi. 6) Tipe huruf adalah untuk menggambarkan pengertian dan simbol yang ada. 7) Posisi geografis adalah posisi yeng terdiri dari garis lintang dan garis bujur untuk menunjukkan letak suatu wilayah. 8) Insert yaitu peta kecil untuk menunjukkan kejelasan letak peta tersebut dalam peta wilayah yang lebih besar. 9) Garis tepi yaitu garis yang terdapat di tepi peta untuk membatasi ruang pada peta. 10) Legenda adalah keterangan berupa simbol-simbol pada peta untuk memberikan kemudahan pemahaman pembaca.
c. Fungsi Fungsi peta adalah sebagai berikut : 1)
Untuk menunjukkan lokasi atau posisi suatu daerah di permukaan bumi, menunjukkan ukuran (luas dan jarak)
2)
Menunjukkan arah suatu tempat di permukaan bumi.
3)
Menggambarkan kenampakan alam di permukaan bumi, seperti benua, gunung, negara, sungai, samudera dan lainlain
4)
Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah.
5. ArcView a. Pengertian ArcView adalah salah satu software pengolah Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dirancang untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menyajikan informasi geografi. SIG melibatkan peta dan basis data. (4) ArcView merupakan sebuah software pengolah data spasial. ArcView mampu mengolah, melakukan editing, menerima atau mengkonversi data digital lain seperti CAD atau dihubungkan dengan data image seperti format JPG, TIFF atau GIF. (18)
ArcView merupakan salah satu perangkat lunak SIG. ArcView
adalah
software
untuk
pemetaan
yang
telah
dikembangkan oleh ESRI. ArcView mampu melakukan visualisasi, meng-explore, menganalisis data secara geografis, menjawab query (baik data spasial maupun non spasial) dan sebagainya.
b. Komponen ArcView
(18)
Komponen-komponen ArcView antara lain adalah : 1. Project Project adalah kumpulan dari dokumen yang berpadu dalam satu sesi ArcView. Ada lima komponen pokok dalam sebuah project yaitu : a)
Views digunakan untuk mengelola data grafis,
b)
Charts untuk mengelola grafik (bukan data grafis),
c)
Tables untuk mengelola data atribut,
d)
Layouts untuk mengintegrasikan dokumen (view, table, chart) untuk membuat peta yang akan dicetak dan
e)
Scripts dipakai untuk membuat modul yang berisikan kumpulan perintah ArcView yang ditulis menggunakan bahasa pemrograman Avenue.
Gambar 2.3 : Gambar Project
Gambar 2.4 : Gambar View
Gambar 2.5 : Gambar Table 2. Theme ArcView mengendalikan sekelompok feature (berupa titik/points, garis/lines maupun polygon) serta atribut di dalam sebuah theme dan mengelolanya di dalam sebuah views. Sedangkan theme menyajikan sekumpulan obyek nyata sebagai feature peta yang berhubungan dengan atribut. Contoh feature yang berupa titik adalah rumah sakit, puskesmas, klinik.
Untuk feature garis antara lain adalah jalan raya, sungai, jalan tol, Sedangkan contoh feature polygon adalah lahan parkir, danau, wilayah administrasi pemerintahan.
Gambar 2.6 : Gambar feature points, lines dan polygon
B. Kerangka Teori
Input
Laporan P2 kasus diare kecamatan Tengaran Jumlah penduduk kecamatan Tengaran Peta wilayah kecamatan Tengaran Jumlah unit pelayanan kesehatan di kecamatan Tengaran
Observasi Lapangan
Software (ArcView)
Proses Sistem Informasi Geografis
Hardware (PC)
Output Peta persebaran penyakit diare berdasarkan wilayah desa di kecamatan Tengaran Peta perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa Peta persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran Peta kasus diare berdasarkan kelompok umur
Diagram persebaran penyakit diare berdasarkan wilayah desa di kecamatan Tengaran Diagram perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa Diagram persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran Diagram diare berdasarkan kelompok umur
Inform asi digital
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Laporan P2 kasus diare kecamatan Tengaran Jumlah penduduk kecamatan Tengaran Peta wilayah kecamatan Tengaran Jumlah unit pelayanan kesehatan di kecamatan Tengaran
Sistem Informasi Geografis (ArcView)
Peta persebaran penyakit diare berdasarkan wilayah desa di kecamatan Tengaran
Peta perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa Peta persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran Peta kasus diare berdasarkan kelompok umur
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah research and development (RnD), yaitu dengan menunjukkan hasil - hasil yang telah didapatkan sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca mendapatkan gambaran yang jelas dan lebih mengerti mengenai hasil penelitian. Metode yang digunakan adalah metode observasi, yaitu dengan melakukan penelitian dengan cara terjun langsung ke lapangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan ini adalah penelitian yang dilakukan satu kali dan satu waktu atau saat itu juga.
C. Variabel Penelitian 1.
Jumlah Kasus Diare
2.
Desa
3.
Jumlah Penduduk
4.
Kelompok Umur
5.
Peta unit pelayanan kesehatan
6.
Peta kecamatan Tengaran
D. Definisi Operasional Tabel 3.2 : Definisi Operasional No
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
1
Jumlah Kasus Diare
Jumlah
penderita
diare
di
wilayah
Puskesmas Tengaran pada tahun 2016.
Data diperoleh dari rekapitulasi bulanan kasus
diare
di
wilayah
puskesmas
Tengaran tahun 2016. 2
Desa
Wilayah
kerja
puskesmas
Tengaran
pada tahun 2016 3
Jumlah Penduduk
Jumlah
penduduk
yang
ada
di
kecamatan Tengaran pada tahun 2016. Data diperoleh dari profil puskesmas Tengaran tahun 2016 4
Kelompok Umur
Kelompok umur penduduk yaitu bayi (011 bulan), balita (1-4 tahun), anak (5-14 tahun),
remaja
(15-19
tahun)
dan
dewasa (>20 tahun). Data diperoleh dari Rekapitulasi Kasus Diare di Wilayah Puskesmas Tengaran 5
Unit Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di kecamatan Tengaran tahun 2016 meliputi puskesmas, klinik, dokter umum dan dokter gigi. Data diperoleh dari profil puskesmas Tengaran tahun 2016
6
Peta Kecamatan Tengaran
Gambaran wilayah kecamatan Tengaran pada bidang datar dengan skala tertentu
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pelaporan kejadian diare di kecamatan Tengaran tahun 2016.
2. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh populasi.
F.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan mengumpulkan data yaitu observasi langsung terhadap sumber laporan P2 kasus diare kecamatan Tengaran, jumlah penduduk kecamatan Tengaran, peta wilayah kecamatan Tengaran dan jumlah unit pelayanan kesehatan di kecamatan Tengaran.
G. Instrumen Penelitian 1. Pedoman observasi Tabel bantu sebagai pedoman pencarian data yang meliputi laporan P2 kasus diare dan peta wilayah kecamatan Tengaran dan jumlah unit pelayanan kesehatan di kecamatan Tengaran. 2. ArcView Software pengolah SIG yang melibatkan peta dan basis data.
H. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara data dari rekapitulasi bulanan kasus diare di wilayah puskesmas Tengaran tahun 2016 direkap kemudian diisikan ke pedoman observasi. Dari pedoman observasi tersebut dijadikan dasar untuk membuat peta dengan software ArcView dengan cara mengentry gambar peta dan data-data dalam table kemudian hasil peta akan muncul di view. Sehingga datadata yang telah diolah menjadi peta tersebut penyajiannya lebih menarik, efektif, efisien dan dapat dievaluasi lebih lanjut. 2. Analisa Data Analisa yang dilakukan adalah menganalisa laporan P2 kasus diare di wilayah puskesmas Tengaran tahun 2016 dengan pemetaan persebaran penyakit diare berdasar wilayah desa di kecamatan Tengaran, pemetaan perbandingan penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan di setiap desa, pemetaan persebaran penyakit diare dengan jumlah unit pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah penduduk di kecamatan Tengaran dan pemetaaan kasus diare berdasar kelompok umur. Analisa dilakukan secara deskriptif dengan perancangan SIG menggunakan software ArcView. Dari perancangan SIG tersebut didapatkan peta persebaran penyakit diare di kecamatan Tengaran tahun 2016.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas (20) Puskesmas Tengaran terletak di jalan Raya no. 9 Tengaran kabupaten Semarang. Kecamatan Tengaran secara geografis terletak di lereng Gunung Merbabu. letak astronomisnya berada antara 11019’11025’ bujur timur dan 711’-716’ lintang selatan. luas wilayah kecamatan Tengaran adalah 4729,55 ha. secara administrasi kecamatan Tengaran dibagi menjadi 15 desa. Kecamatan Tengaran terletak 729 m2 dari permukaan laut umumnya beriklim tropis dengan temperatur udara maksimum 27°C dan minimum 15°C. Pelaporan Puskesmas Tengaran sudah menggunakan sistem komputerisasi dengan output berupa tabel sehingga memudahkan petugas dalam menganalisis data penyakit, tetapi dalam pembuatan diagram belum menggunakan komputerisasi sehingga masih dilakukan secara manual dan belum menggunakan output pelaporan berupa peta.
1.
Visi dan Misi Puskesmas Tengaran b. Visi Terwujudnya Layanan Prima Sebagai Penunjang Kecamatan Tengaran Sehat
b.
Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah, cepat dan tepat 2) Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat menuju kemandirian dibidang kesehatan c.
Motto “CERIA” Cepat, Empati, Ramah, Inovatif dan Akurat
2. Batas Wilayah Puskesmas Tengaran a. Utara
: wilayah puskesmas Pabelan Kota Salatiga.
b.
: wilayah puskesmas Suruh Kabupaten Semarang
Timur
dan puskesmas Susukan Kabupaten Semarang. c. Utara
: wilayah puskesmas Getasan Kabupaten Semarang.
d. Selatan
3.
: wilayah puskesmas Ampel Kabupaten Boyolali.
Program Pelayanan di Puskesmas Tengaran a. Poli Umum b. Poli Gigi dan Mulut c. KB d. KIA e. Imunisasi f.
PDP, VCT dan IMS
g. Gizi dan Sanitasi h. Laboratorium
i.
Persalinan
j.
Rawat Inap
k. IGD 24 jam
4.
5.
Jumlah Sumber Daya di Puskesmas Tengaran a.
Dokter Umum
: 3 orang
b.
Dokter Gigi
: 1 orang
c.
Perawat
: 7 orang
d.
Bidan
: 21 orang
e.
Perawat Gigi
: 22 orang
f.
Kesehatan Lingkungan
: 1 orang
g.
Gizi
: 1 orang
h.
Rekam Medis
: 1 orang
i.
Asisten Apoteker
: 1 orang
j.
Analis
: 1 orang
k.
Staf
: 8 orang
l.
Juru Masak
: 2 orang
m. Office Boy
: 3 orang
n.
: 8 orang
Wiyata
Struktur Organisasi Puskesmas Tengaran (terlampir)
B. Hasil Penelitian 1. Jumlah Kasus Penyakit Diare di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Tabel 4.3 : Jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Desa Tengaran Klero Butuh Patemon Karangduren Bener Cukil Regunung Duren Sugihan Sruwen Tegalrejo Tegalwaton Barukan Nyamat Jumlah
Jumlah kasus diare 147 194 106 128 256 74 418 75 95 113 189 113 104 45 8 2065
Sumber : Rekapitulasi Kasus Diare di Wilayah Puskesmas : Tengaran Tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus dengan kasus tertinggi berada di desa Cukil yaitu sebanyak 418 kasus dan kasus terendah berada di desa Nyamat yaitu 8 kasus.
2. Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan dan Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Tabel 4.4 : Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan dan Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 No
Desa
Jumlah penduduk
Jumlah yankes
1
Tengaran
4954
2
2
Klero
2834
4
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jenis yankes Puskesmas dan dokter umum 3 dokter umum dan 1 dokter gigi Klinik
Butuh 5944 1 Patemon 4054 0 Karangduren 4344 0 Bener 3351 1 Dokter umum Cukil 3695 0 Regunung 5023 1 Klinik Duren 4329 0 Sugihan 3349 0 Sruwen 7232 1 Dokter umum Tegalrejo 5997 0 Tegalwaton 4082 0 Barukan 3750 0 Nyamat 1472 0 Jumlah 64410 10 Sumber : Rekapitulasi Kasus Diare di Wilayah Puskesmas : Tengaran Tahun 2016 dan Daftar Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Kabupaten Semarang Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa jumlah penduduk di kecamatan Tengaran sebanyak 64410 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada pada desa Tegalrejo yaitu sebanyak 5997 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada desa Nyamat yaitu 1472 jiwa. Kecamatan Tengaran memiliki 10 unit pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
3. Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
PETA PERSEBARAN PENYAKIT DIARE BERDASARKAN KEPADATAN PENDUDUK DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016 # # #
# #
###
#
Nyamat #
#
#
#
# #
#
# #
#
#
#
#
# ## # #
Barukan
#
Bener
# # #
# # # # # ## # #
#
#
# # #
# # ## # # # # ##
# ## # ## # # # ## ## # # # # # ## # # # ## # # ## # # # # # ## ##
#
#
##
# # #
Tegalwaton
Karangduren
Patemon
# #
#
#
# # # # # # # # # # ## # ## # # # # # ## # # # ## # ## # # # ## # # # # # # # # # # # ## ### # # # # # # # # # # # # # # # ## # # ### # # # # # # # # # # ### # # # ## # # # # # # # # ### # ## # # # # # # ### ## # # ## # # # # # # # # # # # # # ## # # # # # # # ## # ## # # # # # # # # # # # ## # # # # # # # # # ## # # ## # # # # # # # # # ## # ## # # # # # # # # # # # # # # ## # ## # # ## ## # ### # # # # ## ## # # # # # ## # # ### # # # # # # ## # # # # # ## # # ## # # ## # # # # # # ## # ## # # # # # # # # # # # # # # ## # # # # # ## # ## # ## # # # ## # # ## ## # # # # # ## # # ### ## # # # # # # # ## # ## # ## # ## ### ## # ## # ## # # # ## # # # # ## # # # # ## # # ## # ## ## # ## # # ## # ## # ## ## # # # ## ## # # # ## # ### ## # # # # # # # ### # ## ### # # # ### # # # # ### ## # ## ## ## # ### #### # # # # ### ## ## # # # # ## # ## # ## # ## # # ### # # # ## ## ###### # # ## ## # # # # # ## # # # ### # # # # # ## # # # ## ### ## # # # ## ## # # ## ## # # # # # # # # # # # # # # # # # # # ## # # ## # # # # ### # # # ## # # # # ## ## # # ## # # # ## # # # ## ## # # # # ## # # # # # ### # ## # # # ### # ### # # ## # ### # ## # ### # # # # # # # # ### ## # ## ## # # # ## # #### #### # # ### #### ## # # # # ## # # # # # ## # # # ### ### ## ## # ## # ## ## # # ## ### # # ## # # ## # # ## # # ### #### # # # # # # #### # # # ## # ## # # # # ##### ## # ## ## # # # # ### # # # # # # # # ### # # ## ######### # ## # # # # ## # ### # # # # ## # # # ## # # # # # ### # # # # ## ## ##### ## ### # # # ## # # # # ## # # ### ### ## # ## ## # # ## # ## ### # # # ### # ## # # # # # # # ## # ## # # ## # # # ## # # # # # ## # ## # ## ### # # ## # # # ## # ## # # ## # # # ###### ### ## # # # # ##### # # # # # # ## ## # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # ## ## ### # # # # ### ## ## # # ## # # ## ## ### ## # # # # ### # ## # # # # # ## # # # # # # # # # # ### ## # # # # # # # # ## # # ### # # # # # # # # ## ## ## # # ## ## # # # # ## ### # # # ## # # # ## # # # # ## # # # ## # ### # # # # ## # ## # # ## # ## # ## # ## ##### # # # ## ## ## # ## # # ## ## # # # # ## ## ## ## # ### # ### # # # # # ## # ## ### # # # # ## # ## # # ## # # # ## # # # # # # ## # # # # ## # # # # # # # ## ### # # ## # ## # # # ### ## ## # # # # # # # # ## ## # # # ## ### # ### # # # # ## # ## # ### ## # # ## # # # # # ## # # ## # # # # # ## # # ### # # ## ## # ## ### # # # # # # ## # ## ## # ### ## # ## # # # # # # # # # # # # # # ## ## # # ## # # # # ### # # # # ## ## ### # # # # # # # # # # # # # ## # # ## ## ## # # # # # # # # # #### # # ## # ## # # # ### # ## # # # # ## # ## # # # # # #### # # # # ## ## # # # # # ## # # # #### # # # # ### # ## # ## # ## ## # ## # ## # # # # ## # # ## # # # # ## ## # # ## ## # # # # # ### # # # # ## # # # ## # # # # # ### ## ## # # # # # # # # # # # # ### # #### # # ## # ## # # # # ### # ## # # # ## # # # ## ## # ## # ## # # ## # # ## # ## # ### # # #### # ## ### # # ## # # ## # ## # ### # # ## # # # # # # ## # # ### # # # ## ## # # ## ## # # #### # # # # # # # # # # # # # # ## # # # ## # # # # # # # # # # ### ## # # ## ## # # ## # # # # # # # # # # # # # # # # # # # ## ## # # # ## # ## ## # # ## ## ## # ## # # # # # # # # # # ## # ## # ## # ## # # # # ## # # # ## ## # # # # ## # # # # # ## # # #
# ## ##
## #
Cukil
Butuh
Klero
# #
Regunung
Tengaran
Duren
Sruwen
#
#
#
# #
# # #
# #
# ## #
#
# # # # # #
Tegalrejo
Sugihan
30000
0
Keterangan : Poligontengaran.shp 1 Titik 1 = Dot 1 Penderita Diare =1 Kepadatan Penduduk Poligontengaran.shp Jarang jarang Sedang sedang Padat padat
30000 Kilometers
N
#
W
E S
Gambar 4.7 : Peta Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Dari peta 4.7 terlihat bahwa desa yang memiliki kasus diare paling tinggi adalah desa Cukil dan Klero. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero tergolong dalam kepadatan penduduk kategori sedang. Diikuti oleh desa Karangduren,Tengaran dan Tegalrejo yang tergolong dalam kepadatan penduduk kategori padat.
PERSEBARAN PENYAKIT DIARE BERDASARKAN WILAYAH DESA DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016 Jumlah penduduk
Jumlah kasus diare
7232 8000 5997 7000 5944 5023 6000 4954 4329 40823750 40544344 5000 3695 3351 3349 4000 2834 3000 1472 2000 418 256 74 75 95 113 189 113 104 45 8 1000 147 194 106 128 0
Desa Diagram 4.1 : Persebaran penyakit diare berdasarkan wilayah desa di Kecamatan Tengaran tahun 2016.
Berdasarkan diagram 4.1
didapatkan hasil bahwa wilayah
desa yang paling tinggi kasus diarenya adalah desa Cukil yaitu 418 penderita dengan jumlah penduduk 3695 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan kasus diare sebanyak 194 penderita dengan jumlah penduduk sebanyak 2834 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Kemudian desa Karangduren di posisi ketiga yaitu presentase kasus diare sebesar 5,89 % dengan jumlah kasus sebanyak 256 penderita
dengan jumlah penduduk sebanyak 4344 jiwa. Dan urutan terakhir yaitu desa Nyamat dengan kasus diare sebanyak 8 penderita dengan jumlah penduduk sebanyak 1472 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 %.
4. Perbandingan Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran pada Tahun 2016 PETA PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE DENGAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016
Nyamat
Barukan
Tegalwaton
Bener
Karangduren Patemon
Cukil Butuh Klero
Regunung
Tengaran Duren
Tegalrejo Sruwen Sugihan
0.4
0
0.4 Kilometers
N
Tengaran.shp Keterangan : Kej_diare Kejadian Diare Jumlah_fkt
Tengaran.shp
Jumlah FKTP
W
E S
Gambar 4.8 : Peta Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Berdasarkan gambar 4.8 dapat dilihat bahwa desa yang paling tinggi terkena diare adalah desa Cukil dan Karangduren dan tidak mempunyai FKTP. Desa Cukil dan Karangduren jauh menunjukkan perbedaan yang tidak seimbang antara jumlah kasus diare dengan jumlah FKTP.
PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE DENGAN JUMLAH UNIT PELAYANAN KESEHATAN DI SETIAP DESA DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016 Jumlah kasus diare
Jumlah yankes
418
450
400 350 300
256
250 200 150
194
189
147 106
128
100 50
2
4
1
75
74 0
0
1
0
95
1
0
113 0
113 104 1
0
0
45 0 80
0
Desa Diagram 4.2 : Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan diagram 4.2 dapat dilihat bahwa Desa Cukil tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus
diarenya tertinggi se Kecamatan yaitu mencapai 418 penderita. Diikuti desa Karangduren yang juga tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare
mencapai 256 penderita.
Kemudian desa yang
mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit.
5. Jumlah Pasien Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa di Wilayah Puskesmas Tengaran Tahun 2016
PETA PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE PETA PERSEBARAN DENGAN FASILITAS KESEHATANPENYAKIT TINGKAT DIARE PERTAMA (FKTP) DENGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) DI BERDASARKAN KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016 JUMLAH PENDUDUK DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016
Nyamat Nyamat Barukan
Barukan
Bener Bener
Tegalwaton Tegalwaton
Karangduren
Karangduren Patemon Cukil
Butuh
Patemon
Cukil
Butuh
Klero
Regunung
Klero Tengaran
Regunung Duren
Tengaran Tegalrejo
Sruwen
Sruwen
Sugihan
Tegalrejo
100
100 0
0
100
100
Duren
Sugihan
200 Miles 200 Miles
Poligontengaran.shp Keterangan : Kej_diare Kejadian Diare Jml_fktp Jumlah FKTP Poligontengaran.shp Poligontengaran.shp Kepadadatan Penduduk Kej_diare Jarang jarang SedangJml_fktp sedang Padat padat
N
N E
W
W
E S
S
Gambar 4.9 : Peta Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk i Setiap Desa Di Wilayah Puskesmas Tengaran tahun 2016
Berdasarkan gambar 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah kejadian diare yang tinggi berada di desa Cukil dan Karangduren dan kedua desa tersebut tidak mempunyai FKTP. Desa Cukil dan Karangduren juga memiliki jumlah penduduk yang tergolong sedang. Kemudian desa yang paling jarang terjadi diare adalah desa Nyamat dengan jumlah penduduk jarang dan tidak memiliki FKTP.
47
PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE DENGAN JUMLAH UNIT PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK DI SETIAP DESA DI WILAYAH PUSKESMAS TENGARAN TAHUN 2016 Jumlah penduduk 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Jumlah kasus diare
Jumlah yankes 7232 5997
5944 4954 4054
5023
4344 3351
2834
3695
4329
4082
3349
3750 1472
1472
1944
1061
1280
2560
74 1
4180
75 1
95 0
1130
1891
1130
1040
45 0
80
Desa
Diagram 4.3 : Perbandingan Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jumlah Penduduk di Setiap Desa Di Wilayah Puskesmas Tengaran tahun 2016
47
Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 7 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 46,67 %. Berdasarkan diagaram 4.3 didapatkan hasil bahwa wilayah desa yang paling rentan terkena penyakit diare adalah desa Cukil yaitu 418 penderita dengan jumlah penduduk 3695 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan kasus diare sebanyak 194 penderita dengan jumlah penduduk sebanyak 2834 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Kemudian desa Karangduren di posisi ketiga yaitu presentase kasus diare sebesar 5,89 % dengan jumlah kasus sebanyak 256 penderita dengan jumlah penduduk sebanyak 4344 jiwa. Dan urutan terakhir yaitu desa Nyamat dengan kasus diare sebanyak 8 penderita dengan jumlah penduduk sebanyak 1472 jiwa dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 %. Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 7 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 46,67 %. Berdasarkan diagram 4.2 dapat dilihat bahwa Desa Cukil tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diarenya tertinggi se Kecamatan yaitu mencapai 418 penderita. Diikuti desa Karangduren yang juga tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare
mencapai 256 penderita.
Kemudian desa yang
mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan
jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit.
6. Jumlah kasus diare berdasarkan kelompok umur di Kecamatan tengaran tahun 2016
PETA PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016
Nyamat Barukan
Bener
Tegalwaton
Karangduren
Patemon
Cukil
Butuh Klero
Regunung
Tengaran
Duren
Sruwen
Tegalrejo
100
0
100
Sugihan
200 Miles
Keterangan : Poligontengaran.shp bayi balita anak remaja dewasa
N W
E S
Gambar 4.10 : Peta Perbandingan Penyakit Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Berdasarkan gambar 4.10 dapat diketahui bahwa desa Cukil memiliki kasus diare tertinggi se kecamatan Tengaran. Di Desa Cukil, kasus diare terdistribusi pada seluruh kelompok umur yaitu bayi, balita, anak, remaja dan dewasa. Selanjutnya diikuti oleh desa Klero, Karangduren dan Sugihan. Dan desa yang paling jarang terkena kasus diare adalah desa Nyamat.
PERBANDINGAN PENYAKIT DIARE BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DI KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016 Bayi (0-11 bln)
Balita (1-4 thn)
Anak (5-14 thn)
Remaja (15-19 thn)
Dewasa (>20 thn)
100% 79 109 35 52 97 39 147 40 39 49 71 55 39
7
4
90% 1
80% 70%
12
3 60%
4
50% 40% 30%
8
37
36 10
14
31 58
67 49 21 38
58 1 73 19
97
2 1
23
57 32
1
25 1 11
3
20
6
19 31
0
1
24 3
19 22 25
9 10%
3 3
20% 22
1
5
42
24 27
11
43
4
9
4
14
4
9
6
0
0%
Desa
Diagram 4.4 : Perbandingan Penyakit Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2016
Berdasarkan diagram 4.4 didapatkan hasil bahwa kelompok umur yang paling tinggi terkena penyakit diare di wilayah Kecamatan Tengaran adalah kelompok umur Dewasa yaitu usia lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 862 penderita dengan presentase kejadian diare sebesar 41 %. Kemudian kelompok umur anak yaitu usia 5-14 tahun dengan kasus sebanyak 502 penderita dengan presentase kejadian diare sebesar 24 %. Dan kelompok umur yang paling jarang terkena penyakit diare adalah kelompok umur remaja dengan jumlah kasus 114 penderita dengan presentase kejadian diare sebesar 5,52 %. Pada desa Cukil, presentase kejadian diare pada kelompok umur bayi sebesar 2,08 % dari total kejadian diare di kecamatan Tengaran. Presentase kejadian diare pada kelompok umur balita sebesar 4,70 %. Presentase kejadian diare pada kelompok umur anak sebesar 3,54 %. Presentase kejadian diare pada kelompok umur remaja sebesar 2,81 % dan presentase kejadian diare pada kelompok umur dewasa sebesar 7,12 %
7. Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran
Mulai
Laporan bidan desa, posyandu, dokter praktek, klinik dan pusling
Pengelola SP2TP puskesmas
Data disusun dan diolah
Laporan bulanan penyakit diare
Dinas Kesehatan Kota/ kabupaten
Selesai
Bagan 4.3 : Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran
Menurut hasil pengamatan, sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) Puskesmas Tengaran adalah
bidan
desa, posyandu, dokter praktek, klinik, dan puskesmas keliling melakukan pencatatan rekam medis atau catatan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakatnya. Setelah itu dokumen rekam medis tersebut direkap untuk dilaporankan ke pengelola
SP2TP
Puskesmas
Tengaran.
Kemudian
petugas
pelaporan melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan unit pelayanan kesehatan tersebut. Hasil dari rekapitulasi merupakan bahan untuk mengisi/membuat laporan SP2TP. Hasil rekapitulasi tersebut dimasukkan ke formulir sebanyak dua rangkap untuk
disampaikan
kepada
koordinator
SP2TP.
Kemudian
koordinator SP2TP menyerahkan hasil rekapitulasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kegiatan baik untuk dinas kesehatan kota / kabupaten maupun puskesmas.
BAB V PEMBAHASAN
A. Jumlah kasus penyakit diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa jumlah kasus diare di kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus dengan kasus tertinggi berada di desa Cukil yaitu sebanyak 418 kasus dan kasus terendah berada di desa Nyamat yaitu 8 kasus. Pada tahun 2015 kasus diare di kecamatan Tengaran sebanyak 2102 kasus yang berarti jumlah kasus diare tahun 2016 berkurang dari tahun sebelumnya meskipun tidak signifikan. Menurut penelitian terdahulu terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Pada faktor Pendidikan, kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP keatas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD kebawah. Pada faktor perilaku ada dua faktor dominan yang menyebabkan diare yaitu pembuangan tinja dan sarana air bersih yang berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor pendidikan juga berpengaruh, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik tingkat kesehatan orang tersebut. (21)
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya membuat peta dan diagram dari hasil rekapitulasi laporan bulanan kasus diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 tanpa meneliti apa sebab yang melatarbelakangi suatu daerah dan suatu kelompok umur rentan terkena diare.
B. Jumlah unit pelayanan kesehatan dan jumlah penduduk tiap desa di kecamatan Tengaran tahun 2016 Berdasarkan hasil pengataman diketahui bahwa jumlah penduduk di kecamatan Tengaran sebanyak 64410 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak berada pada desa Tegalrejo yaitu sebanyak 5997 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada pada desa Nyamat yaitu 1472 jiwa. Kecamatan Tengaran memiliki 10 unit pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Jumlah penduduk kecamatan Tengaran pada tahun 2015 sebanyak 66691 jiwa dan sedikit berkurang ditahun 2016. Sedangkan
menurut
penelitian
terdahulu,
pada
daerah
permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif salah satunya penyuluhan kesehatan dan kuratif atau
pengobatan terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Berdasarkan hasil penelitian yang lainnya menunjukkan bahwa pelaksanaan penyuluhan kesehatan telah mampu mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
tujuan
hidup
sehat,
mendorong
pengembangan
dan
menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada sehingga fasilitas pelayanan kesehatan yang ada berpengaruh terhadap pencegahan kasus diare yang terjadi. (26)
C. Persebaran Penyakit Diare Berdasarkan Wilayah Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Berdasarkan
pengolahan
data kasus
diare tahun
2016
di
kecamatan Tengaran didapatkan bahwa wilayah desa yang paling rentan terkena penyakit diare adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero tergolong dalam
kepadatan
penduduk
kategori
sedang.
Kemudian
desa
Karangduren di posisi ketiga dengan presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling jarang terkena diare yaitu desa Nyamat dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang. Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu,
pada daerah
permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Menurut hasil penelitian lain, Kepadatan pemukiman dipicu oleh kepadatan penduduk. Pemukiman atau perumahan yang padat sangat berhubungan dengan kondisi kesehatan penduduknya. Faktor yang menentukan kualitas lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan,
perlengkapan,
peralatan
yang
dapat
menunjang
terselenggaranya kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan keluarganya. Semakin padat jumlah penduduk maka semakin meningkatkan resiko penyakit diare. (27) Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat hubungan yang kuat antara kualitas permukiman terhadap kesehatan masyarakat. Kualitas pemukiman yang buruk dipicu oleh kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. Jika kualitas
permukiman buruk meningkat maka nilai Incident Rate (IR) akan meningkat juga. Untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat yang baik maka beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu selalu menjaga kondisi kualitas lingkungan permukiman. Lingkungan yang nyaman dan sehat akan memunculkan perilaku hidup yang sehat pula. (28)
D. Perbandingan Persebaran Penyakit Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan di Setiap Desa di Kecamatan Tengaran Tahun 2016 Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi adalah desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. Desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit. Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan
kesehatan
yang
dilakukan
oleh
fasilitas
pelayanan
kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Berdasarkan suatu penelitian diketahui bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
berperan dalam melakukan tindakan preventif terhadap
suatu penyakit salah satunya tindakan penyuluhan kesehatan dan juga tindakan kuratif atau pengobatan. Masyarakat yang mendapatkan penyuluhan
kesehatan
tentang
pencegahan
diare
maka
sikap
masyarakat dalam mencegah diare baik, dan sebaliknya semakin tidak pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan diare maka antusiasme masyarakat dalam mencegah diare buruk.
(29)
E. Jumlah Pasien Diare dengan Jumlah Unit Pelayanan Kesehatan Berdasarkan
Jumlah
Penduduk
di
Setiap
Desa
di
Wilayah
Puskesmas Tengaran Tahun 2016 Berdasarkan
pengolahan
data kasus
diare tahun
2016
di
kecamatan Tengaran didapatkan didapatkan bahwa wilayah desa yang paling banyak kasus diarenya adalah desa Cukil dengan presentase kasus diare mencapai 11,31 %. Diikuti desa Klero dengan presentase kasus diare mencapai 6,85 %. Jumlah penduduk desa Cukil dan Klero memiliki jumlah penduduk yang tergolong kedalam kategori sedang. Kemudian desa Karangduren di posisi ketiga yaitu presentase kasus diare sebesar 5,89 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk yang padat. Dan desa yang paling karang terkena diare yaitu desa Nyamat
dengan presentase kasus diare mencapai 0,54 % dan tergolong kedalam jumlah penduduk jarang. Kecamatan Tengaran memiliki Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berjumlah 10 unit yang berada di 6 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Tengaran. Artinya keberadaan FKTP di Kecamatan Tengaran hanya 40 %. Berdasarkan hasil pengamatan, dua desa yang memiliki kasus diare paling tinggi yaitu desa Cukil dan Karangduren dan tidak memiliki FKTP. desa Cukil memiliki kasus diare sebanyak 418 penderita. Diikuti desa Karangduren sebanyak 256 penderita. Kemudian desa yang mempunyai FKTP yaitu desa Klero dengan 4 FKTP, kasus diarenya mencapai 194 penderita. Desa Sruwen mempunyai 1 FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 189 penderita. Sedangkan desa Nyamat tidak mempunyai FKTP dan jumlah kasus diare mencapai 8 penderita yang merupakan kasus diare paling sedikit. Fasilitas pelayanan kesehatan berperan dalam memberikan tindakan preventif dan kuratif terhadap kasus diare. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara efektifitas penyuluhan
kesehatan
yang
dilakukan
oleh
fasilitas
pelayanan
kesehatan dengan kejadian diare. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penyuluhan kesehatan adalah adanya tradisi, kepercayaan masyarakat, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan dan sikap dan perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama serta petugas kesehatan. (24) Sedangkan berdasarkan penelitian terdahulu,
pada daerah
permukiman padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli
dengan kategori cemar berat, untuk daerah permukiman agak padat tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar sedang dan daerah yang permukiman tidak padat relatif tercemar bakteri Coliform dan bakteri E-Coli dengan kategori cemar ringan sehingga kepadatan penduduk mempengaruhi terjadinya diare. (23) Menurut suatu penelitian diketahui wilayah yang sangat padat penduduknya yaitu sebesar 155 jiwa/km2 dari 11.065 jiwa dan merupakan wilayah yang cukup tinggi kasus diarenya yaitu sebesar 15,3% dari 483 kasus. Kemudian wilayah dengan penduduk sebesar 113 jiwa/km2 dari 16.003 jiwa dengan kasus diare sebesar 49,4% dari 483 kasus. Hal ini terbukti bahwa faktor kepadatan penduduk mempunyai resiko distribusi penyakit diare. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah memunculkan slum area dengan segala masalah kesehatan masyarakatnya. (30)
F. Jumlah Kasus Diare Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan tengaran Tahun 2016 Berdasarkan pengolahan data kasus diare tahun 2016 di kecamatan Tengaran didapatkan bahwa kelompok umur yang paling tinggi terkena penyakit diare adalah kelompok umur dewasa dengan presentase kejadian diare sebesar 41 %. Kemudian kelompok umur anak dengan presentase kejadian diare sebesar 24 %. Dan kelompok umur yang paling jarang terkena penyakit diare adalah kelompok umur remaja dengan presentase kejadian diare sebesar 5,52 %. Menurut penelitian terdahulu, kebiasaan mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) dan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
mempengaruhi kejadian diare. Orang dewasa yang mencuci tangan setelah BAB dan sebelum makan secara rutin dapat meminimalisir kejadian diare. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare dan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat menimbulkan penyakit diare. Selain itu faktor tingkat pendidikan juga berpengaruh. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin baik tingkat kesehatan orang tersebut. (22) Hasil suatu penelitian, penduduk yang paling banyak terkena kasus diare adalah kelompok umur 17-59 tahun sebesar 730 jiwa dengan presentase 49,1%. (31) G. Alur pelaporan kejadian penyakit diare di kecamatan Tengaran Pelaporan penyakit diare di kecamatan Tengaran dimulai dari bidan di tiap desa yang melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran kemudian petugas pelaporan Puskesmas Tengaran merekap laporan tersebut sehingga menjadi laporan bulanan rekapitulasi kasus diare di wilayah puskesmas Tengaran. Kemudian laporan bulanan tersebut diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kekurangan dalam proses pelaporan puskesmas adalah bidan desa kurang rajin melakukan pelaporan ke puskesmas Tengaran sehingga pelaporan kasus diare yang dihasilkan kurang akurat. Sedangkan menurut teori, proses pelaporan puskesmas berawal dari laporan dari Pustu, Bidan Desa, Puskesmas keliling dan Posyandu disampaikan ke pengelola SP2TP Puskesmas kemudian Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari sensus harian dan laporan bulanan penyakit diare kemudian dimasukkan ke formulir
laporan untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kabupaten / kota. Hasil olahan data diare tersebut dianalisa dan disajikan untuk mengambil keputusan. (25)
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Jumlah kasus diare di Kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 2065 kasus. 2. Jumlah unit pelayanan kesehatan di Kecamatan Tengaran tahun 2016 sebanyak 10 unit dan jumlah penduduk sebanyak 64410 jiwa. 3. Desa yang paling rentan terkena kasus diare adalah desa Cukil dengan presentase kejadian diare mencapai 11,31 %.. 4. Keberadaan FKTP tidak mempengaruhi banyak sedikitnya kasus diare yang terjadi pada tiap desa di kecamatan Tengaran. 5. Jumlah penduduk tidak mempengaruhi banyak sedikitnya kasus diare yang terjadi pada tiap desa di kecamatan Tengaran. 6. Kelompok umur dewasa yaitu kategori umur 20 tahun keatas merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena diare dengan presentase kejadian diare sebesar 41 %. 7. Pelaporan Puskesmas Tengaran sudah komputerisasi dan berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur yang seharusnya.
B. Saran 1. Output data pelaporan selain tabel dapat berupa diagram dan peta sehingga
memudahkan
dan
mempercepat
petugas
dan
manajemen dalam memahami pola persebaran penyakit dan pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat. 2. Perlu dilakukan pelatihan pengoperasian komputer dan SIMPUS kepada tiap petugas puskesmas terutama petugas pelaporan supaya proses pelaporan dapat berjalan dengan baik . Bila memungkinkan juga dibekali kemampuan aplikasi GIS. 3. Bidan desa, puskesmas keliling, dokter praktek, klinik dan puskesmas pembantu diharapkan dapat lebih teratur dalam memberikan rekapitulasi data kesehatan masyarakat kepada petugas pelaporan Puskesmas Tengaran sehingga output yang dihasilkan lebih akurat. 4. Meningkatkan pelayanan pencegahan dan pengobatan penyakit diare pada penduduk desa Cukil dan penduduk Kecamatan Tengaran yang tergolong dalam kelompok umur dewasa (<20 tahun). 5. Pada daerah yang tidak tersedia FKTP perlu dioptimalkan peran kadernya khususnya di desa Cukil dan karangduren.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Dinkes. Puskesmas. In: Dinkes, editor. Bangka Belitung: Dinkes.
2.
Kemenkes. Buletin Jendela Data dan Informasi. RI K, editor. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
3.
Dinkes. Hasil Riset Kesehatan Dasar. In: Pengembangan BPd, editor. Jakarta: Dinkes; 2013.
4.
Prahasta e. Sistem Informasi Kesehatan. Bandung: CV. Informatika; 2009.
5.
WHO.
Diarrhoeal
Disease
2013.
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. 6.
Hidayat. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika; 2005.
7.
Gallas ANea. Etiology of Acute Diarrhea in Children and Adults in Tunis, Tunisia, with Emphasison Diarrheagenic Escherichia Coli : Prevalence, Phenotyping, and Molecular Epidemiology. American Journal Tropical Medicine. 2007.
8.
Data Surveilans 2000 - 2005, editor. Jakarta: Depkes RI; 2005.
9.
Sudarti. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
10. Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia 2010. In: Indonesia KKR, editor. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2011. 11. Kemenkes. Permenkes no. 75 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. In: RI K, editor. Jakarta: Kemenkes RI; 2014. 12. Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM; 2010. 13. Soebagyo. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Jurnal Universitas Sebelas Maret; 2008.
14. Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Pedoman
Pengendalian
Penyakit Diare. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2011. 15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. In: Indonesia kkr, editor. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 16. Prahasta e. Konsep - Konsep Dasar Sistem Informasi Kesehatan. Bandung: CV. Informatika; 2005. 17. Aronoff S. Geographic Information Systems: A Management Perspective. Canadan, Ottawa: WDL Publication; 1989. 18. Budiyanto E. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ArcView GIS. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2002. 19. Irwansyah E. Sistem Informasi Geografis : Prinsip Dasar dan Pengembangan Aplikasi. Yogyakarta: Digibooks; 2013. 20. Profil puskesmas Tengaran tahun 2016. 21. Wulandari A S. Hubungan Kasus Diare dengan Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012. 22. Nugraheni D. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012. 23. Utami N S. Kaitan Pencemaran Bakteri Coliform dan E. Coli pada Air Sumur Penduduk dengan Kepadatan Pemukiman. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. 24. Apriyati M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare. Jurnal Publikasi Ilmiah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. 2009.
25. Depkes RI. Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP. Jakarta; Depkes RI. 1997. 26. Rahmayanti, Lisa. Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dan Ketersediaan Fasilitas Terhadap Upaya Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Anak Balita. Journals Universitas Andalas. 2015 27. Jannah, Miftahul. Analisis Spasial Determinan Kejadian Diare Di Kelurahan Puuwatu Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan. 2014. 28. Priyono. Pengukuran Kualitas Permukiman Hubungannya Dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Sragen:
Upaya Awal Untuk
Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Strategi Pengurangan Resiko Penyakit.
Jurnal
Nasional
Penelitian
dan
Pengembangan
Geografi
Universitas Muhammadiyah Purwoerto. Geoedukasi Volume 2 Nomor 1. 2013 29. Cahyono A. D. Hubungan Penyuluhan Kesehatan Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Dengan Sikap Ibu Dalam Pencegahan Diare Pada Balita. Jurnal Akper Pamenang. 2012 30. Santoso D P. Analisis Distribusi Penyakit Diare Dan Faktor Resiko Tahun 2011 Dengan Pemetaan Wilayah Di Puskesmas Kagok Semarang. Semarang : 2009 31. Octorina F. Hubungan Kondisi Lingkungan Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012. Medan : 2012
LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
PEMETAAN PENYAKIT DIARE BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PUSKESMAS TENGARAN TAHUN 2016
Puskesmas dan dokter umum
Dewasa (>20 thn)
2
Remaja (15-19 thn)
147
Anak (5-14 thn)
4954
Balita (1-4 thn)
Jumlah
Tengaran
Jenis
Kelompok umur Bayi (0-11 bln)
Jumlah kasus diare
1
Desa
Jumlah penduduk
No
Yankes
1
22
37
8
79
Keterangan
1. Puskesmas Tengaran 2. dr. Tasfiyah Sri Prihati 1. dr. Nany Setyawati
2
Klero
2834
194
4
3 dokter umum dan 1 dokter gigi
1
25
49
10
109
2. dr. Choirul Anam 3. dr. Safitri Dewi Winarso 4. drg. I Made Yuliarta S
3
Butuh
5944
106
1
4
Patemon
4054
128
5
Karangduren
4344
256
Klinik
11
21
36
3
35
0
3
38
31
4
52
0
20
67
58
14
97
72
Klinik Nurul Islam
6
Bener
3351
74
1
7
Cukil
3695
418
0
8
Regunung
5023
75
1
9
Duren
4329
95
10
Sugihan
3349
11
Sruwen
12
6
9
19
1
39
43
97
73
58
147
4
11
19
1
40
0
9
22
23
2
39
113
0
4
25
32
3
49
7232
189
1
14
42
57
5
71
Tegalrejo
5997
113
0
4
27
24
3
55
13
Tegalwaton
4082
104
0
9
24
31
1
39
14
Barukan
3750
45
0
6
19
12
1
7
15
Nyamat
1472
8
0
0
3
1
0
4
64410
2065
10
135
452
502
114
862
Jumlah
Dokter umum
Klinik
Dokter umum
dr. Rani Sari Qurniawati
Klinik Kalimasadha
dr. Indriani Dwi Astuti
PETA WILAYAH KECAMATAN TENGARAN
74
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
Kepala Puskesmas Dr. Muhammad Luk Luk Uddin
Kepala Tata Usaha Nyoto Susilo
Koordinator Adm. Manajemen
Koordinator UKM
Koordinator Pelayanan Klinis
Nyoto Susilo
Wahyu Dwi Hayati
I Made Yuliarta
1. Marah Widhiastuti, SE 2. Muji 3. Ari
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ida Ayu P (KIA/KB) Sri Riyanti (P2) Sri Murningsih (Promkes) Titik ulatri (Gizi) Wahyu Dwi H(Kesling) Ika Heru O (Perkesmas)
75
1. 2. 3. 4.
dr. Ulayfiyah, M.Kes (RI) dr. Yuanita Rambu I S (RJ) Retno Widyastuti (UGD) Tri Murtini ( PONED)
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KECAMATAN TENGARAN TAHUN 2016
N O
JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN
DESA L
P
L+P
1 2 3 4 5 6 1 TENGARAN 4954 2 KLERO 2834 3 BUTUH 5944 4 PATEMON 4054 5 KARANGDUREN 4344 6 BENER 3351 7 CUKIL 3695 8 TENGARAN REGUNUNG 5023 9 DUREN 4329 10 SUGIHAN 3349 11 SRUWEN 7232 12 TEGALREJO 5997 13 TEGALWATON 4082 14 BARUKAN 3750 15 NYAMAT 1472 JUMLAH (KAB/KOTA) 64410 ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK
JUMLAH PERKIRAAN KASUS L P L+P 7 8 9
76
DIARE DIARE DITANGANI L JUMLAH 10 60 79 49 65 123 29 184 33 42 53 81 55 43 24 4 924
P % 11
JUMLAH 12 87 115 57 63 133 45 234 42 53 60 108 58 61 21 4 1141
L+P % 13
JUMLAH 14 147 194 106 128 256 74 418 75 95 113 189 113 104 45 8 2065
% 15
10 BESAR PENYAKIT DI PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 NO PUSKESMAS
1
Tengaran
ICD X J00 - J06 A03 – A04 I10 – I15 K04 K25 – K29 M60 – M79 G44 E10 – E14 K30 L20 – L30
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JENIS PENYAKIT Infeksi Saluran Pernafasan Atas Diare Hipertensi Penyakit Pulpa dan periapikal Penyakit Lambung Penyakit Otot Cepalgia Diabetes Melitus Dyspepsia Dermatitis
JUMLAH 7578 2065 1971 1451 1382 1297 790 750 670 451