PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN Priyono, Pramono Hadi Fakultas Pertanian UNISRI Surakarta, Fakultas Pertanian UNIBA Surakarta ABSTRAK Adanya anomali alam yang ditandai peningkatan suhu secara cepat dan intensif di dalam maupun di atas permukaan bumi menyebabkan musim hujan dan kemarau di luar kebiasaannya (el nino dan lanina) serta meningkatnya aktivitas gunung berapi, sehinnga berdampak terjadinya bencanaalam seperti erosi, banjir dan longsor maupun semburan lava atau abu vulkan menyebar hingga jauhke luar daerah. Tentunya dalam rangka mengupayakan untuk menekan resiko dampak bencana tersebut dan memelihara kelestarian alam suatu daerah (termasuk perencanaan dan perbaikan pembangunan Sub Das Samin) diperlukan langkah awal melalui upaya mengetahui pemetaan penentuan batas tanah pertanian dan lingkungannya.Untuk mewujudkan pemetaan daerah ini dengan mempertimbangkan beberapa hal: (1) identiikasi dan analisis tingkat kesuburan tanah dan/atau kesesuaian lahan; (2) inventarisasi iklim, jenis tanah, topograi, drainase, vegetasi, penggunaan tanah, kerawanan terhadap erosi, longsor, banjir, pola usaha tani, ketinggian tempat; dan (3) demograi, kondisi social ekonomi penduduk sekitar Sub Das Samin. Langkah ini kesemuanya dilandasi peraturan per-UU yang berlaku. Luaran dalam bentuk: (1) pengetahuan cara membuat peta batas tanah pertanian dan pengetahuan cara membuat rekomendasi kepada pejabat pemerintah khususnya di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten.; (2) softcopy; (3) publikasi ilmiah. Kata kunci: anomali, pemetaan, batas tanah pertanian, Sub Das Samin.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Selama lebih 3 dasawarsa perubahan feomena alam di bumi ini yang serius (termasuk Indonesia) ditandai peningkatan suhu bumi yang tinggi telah menyebabkan terjadinya perubahan alam seperti adanya lanina, elnino, gempa bumi, dan gunung meletus, sehingga berakibat timbulnya peningkatan bahaya erosi, banjir, longsor, wabah penyakit (manusia, hewan, dan tanaman), macam-macam hama tanaman, penederitaan lahir bathin (kehilangan sanak saudara, harta benda bahkan raga dan jiwa) dan lain-lain. Faktor lain yang juga mempengaruhi perubahan alam adalah manusia (teknis) lewat perkembangan IPTEKS, dan pertambahan GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
penduduk yang pesat yang aksinya terutama berkait perihal pengelolaan / pemanfaatan lahan berbentuk penatagunaan lahan dan penentuan budidaya pertanian demi kepentingan kesejahteraan hidupnya. Fenomena ini telah terjadi di suatu daerah bernama Sub Das Samin yang merupakan bagian hulu Das Solo yang paling rawan bencana alam seperti erosi, banjir dan longsor, karena oleh dinamika pegerakan tanahnya (BP DAS Solo, 2009). Hal ini terjadi karena ada faktor yang mempengaruhinya antara lain: (1) sering terkena hujan lebat disertai angin kencang; (2) sebagian besar berasal dari bahan induk abu/tuf vulkan di dekatnya (gunung Lawu), di daerah miring atau relief berombak sampai bergunung; (3) berada di sekitar daerah aliran 1449
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
sungai (DAS); (4) sering terjadi erosi, banjir dan longsor; (5) penggunaan tanah tidak sesuai kaidah konservasi tanah; (6) banyak terjadi pengalihan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non pertanian; (7) demograi; (8) kondisi social ekonomi dan IPTEKS masyarakat masih terbatas dan lemahnya kelembagaan yang ada; (9) suatu wilayah yang masih menjadi pengelolaan / garapan ke 3 (tiga) pemerintah (Pemerintah Pusat / Kemenhut / Kemen LH, Pemprov. Jateng, dan Pemkab Karanganyar) yang lebih mendominasi dibanding untuk rakyat; (10) barusan awal Pebruari 2014 terkena dampak timbunan abu vulkan Kelud. Jadi daerah ini memang pantas selalu menjadi perhatian / berita hangat semua lapisan masyarakat / semua stakeholder untuk selalu dikelola, diteliti dan dilestarikan atau jika dikelola harus sesuai peruntukannya. Dengan mengacu UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang disertai PP No.26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maupun UU No.41 / 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.terus berikut PP No.1 / 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, serta perda yang menindaklanjutinya yakni : (1) Perda No.6 / 2012 Tentang RTRW Provinsi Jateng; (2) Perda Propinsi Jateng No.2 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Pangan Berkelanjutan, hal ini menunjukkan adanya keterpaduan ide dan tanggung jawab yang sesuai antara peneliti, pemerintah dan masyarakat stakeholder yang lain dalam upaya pengelolaan / pemanfaatan lahan yang tetap memperhatikan aspek pelestarian lingkungan salah satunya melalui Pemetaan Penentuan Batas Tanah Pertanian.
1450
KEBERADAAN DAN KONDISI SUB DAS SAMIN 1. Kondisi Alami Sebagai bagian dari Das Solo Wilayah Sub Das Samin meliputi atau membentang di Sepanjang sebagian Wilayah Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten, sehingga daerah inilah yang dapat dijadikan untuk Pemetaan Penentuan Batas Tanah Pertanian. Sehingga untuk menentukan batas tanah pertanian di sepanjang Sub Das Samin perlu mempertimbangkan beberapa hal: (1) identiikasi dan analisis tingkat kesuburan tanah dan/atau kesesuaian lahan; (2) inventarisasi: ketinggian tempat, iklim, jenis tanah, topograi, drainase, vegetasi, penggunaan tanah, kerawanan terhadap erosi, longsor, banjir, pola usaha tani; dan (3) demograi, kondisi social ekonomi masyarakat sekitar Sub Das Samin. Hasil kajian yang dapat dijadikan pertimbangan mendasar dan strategis dalam membahas permasalahan di atas, yakni: a).Hasil survey / penelitian terdahulu; dan b) Potensi / kondisi daerahnya a. Kelompok hasil survey / penelitian terdahulu antara lain: (1) Komoditas Unggulan Pertanian Karanganyar (Diperta Karanganyar, 2007); (2) Laporan Utama: Rencana Tindak DAS Melalui RHL Di Bagian Hulu DAS Solo Dalam Rangka Pengendalian Banjir Dan Tanah Longsor (Indrastuti, 2008); (3) Evaluasi Kerusakan Lahan Yang Rentan Longsor, Banjir, dan Bencana Alam Lainnya (Priyono, 2008); (4) Laporan Pelaksanaan Kegiatan Penetapan Batas DAS dan SUB DAS Wilayah SWP Solo Tahun 2009 (Sulistyo, 2009); (5) Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor (Paiman, dkk; 2009); (6) Laporan Monitoring dan Evaluasi Bencana Alam GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
Banjir dan Longsor Tahun 2009 (BP DAS Solo, 2009); (7) Pemetaan Daerah Rawan Bencana Gerakan Tanah di Grabag Magelang (Setyaningsih dan Sholeh, 2010); (8) Laporan Kejadian Bencana di DAS Solo tahun 2009 – 2010 (Balai Pengelolaan Das Solo, 2010); (9) Sidik Cepat Degradasi Sub Das (Paimin, dkk, 2010); (10) Analisis Alih Fungsi Lahan dan Keterkaitannya Dengan Karakteristik Hidrologi DAS Krueng Aceh; (11) Laporan Koordinator Statistik Kecamatan Tawangmangu Dalam Angka Tahun 2012 (Suyatno, 2012); (12) Pentingnya Pendekatan Sistem Dalam Menganalisis Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian Di Kabupaten Kudus (Sutrisno, dkk, 2013); (13) Hasil survey sementara penulis (10 – 20 Pebruari 2014) secara acak di Soloraya (terutama Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Kota Surakarta) didapatkan ketebalan sebaran abu vulkan Kelud 10 – 20 cm (mendekati lapisan olah). b. Kelompok potensi/kondisi daerah Sub DAS Samin antara lain: (1) Tanahnya relatif subur terutama berasal dari abu/tuf vulkan dan curah hujan sedang hingga tinggi, udara segar dan sejuk sehingga cocok untuk kehidupan pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan manusia; (2) Sebagai daerah tangkapan air (catchment area) utama bagi daerah sekitarnya (Kabupaten Karanganyar; Kota Surakarta, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo); (3) Termasuk dalam daerah pengembangan wilayah strategis Solo Raya yakni untuk pengembangan industri, bisnis /agribisnis, transportasi dan pengembangan obyek wisata (Bappenas, 2008); (4) demograi, kondisi sosial dan ekonomi, serta sebagian besar penduduk sekitarnya menggantungkan hidup dari pertanian GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
dengan tingkat IPTEKS masih terbatas; (5) peran pemerintah, dan kelembagaan masyarakat sekitar Sub Das Samin. 2. Faktor Yang berpengaruh Terhdap Kondisi Alam Sub Das Samin (Iklim, Bentuk Wilayah, Bahan Induk, Vegetasi, Gerakan Tanah dan Manusia) Berdasarkan posisi geograis Sub DAS Samin berada pada: (1) ketinggian tempat 134 – 1378 m dpl; (2) letak lintang 7°620” - 7°631” dan 110°943” - 111°189”BT; (3) panjang sungai 30 km (Wicaksono dkk, 2009); dan Priyono dkk (2011) menambahkan, bahwa Sub DAS Samin beriklim tropika basah dan mengalami 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau setiap tahunnya. Temperatur pada musim hujan antara 18 o C – 25 o C dan pada musim kemarau anatara 26 o C – 31 o C dengan rerata 26 o C, dan rata-rata bulan basah setiap tahunnya 7 bulan dengan banyaknya hari hujan 106 hari dan rata-rata curah hujan 2.321 mm per tahun dengan curah hujan tertinggi pada bulan Pebruari, curah hujan terendah pada bulan Agustus, serta bulan kering selama 3 bulan. Bentuk wilayah datar s/d bergunung dengan kemiringan 0 – 60%; Bahan Induk abu dan tuf vulkan, tanahnya ringan s/d berat dan mudah tererosi/longsor dengan warna coklat, coklat kehitaman / kemerahan / kekuningan, dan sebagian kecil putih; Vegetasinya: tanaman hotikultura, sebagian kecil tanaman sawah dan legum, kebun teh dan kopi, hutan jati dan pinus serta semak-semak (Priyono dkk, 2011). Daerah ini menempati sebagian sisi lereng bagian barat Gunung Berapi Lawu yang sifat tanah labil / mudah bergerak berdampak mudah mengalami kerusakan tanah ( kemunduran kesuburan tanah atau sifat-sifat tanah yang penting bagi kehidupan tanaman ) dan lingkungan lainnya sehingga 1451
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
dapat menimbulkan kerugian antara lain: a). Hilangnya lapisan tanah subur beserta vegetasinya dan hilangnya pendapatan ekonomi daerah terutama berkaitan dengan hasil pertanian, b). Hilangnya jiwa dan harta benda penduduk; c).Hilangnya ekosistem lainnya (Ditjen RLPS Dephut RI, 2008), sehingga Sub Das Samin yang merupakan bagian hulu Das Solo dikatakan yang paling rawan bencana alam seperti erosi, banjir dan longsor, karena oleh dinamika pergerakan tanahnya ( BP Das Solo, 2009).
Dari 9 kecamatan yang ada di Sub Das Samin Kabupaten Karanganyar semuanya mengalami kerusakan tanah, yaitu: a). 8 kecamatan (tanah relative miring) merupakan Daerah rawan longsor dan erosi yang serius meliputi Tawangmangu, Jumantono, Jatiyoso, Karangpandan, Karanganyar, Jumapolo, Jatipuro, dan Matesih; b). Kecamatan Jaten, yakni merupakan kecamatan ( tanah relative datar) mengalami penggalian tanah secara liar, kebakaran, banjir dan angin puting beliung) disertai ambles. Untuk keterangan lebih jelasnya seperti tertera pada tabel 1 (Priyono, 2011).
Tabel 1 : Daerah Terkena Longsor, Angin Puting Beliung, Kebakaran, Altitude Iklim Longsor No Kecamatan Jenis tnh (m dpl) HH CH /ambles 1 Jumantono Lats mrh kcl 5 300-500 Latosol ckl kmrh, 2 Jumapolo Latosol ckl kmrh, 87 2020 9 340-580 Lats mrh 3 Jatipuro Latosol ckl kmrh; 5009 Lats mrh 1200 4 Jatiyoso Latosol ckl kmrh, 9 800Andosol ckl 1550 kkng; Litosol, 5 Matesish Andosol, Latosol 5 ckl; Mediteran 380-750 coklat, Litosol. 6 Kr Pandan Latosol ckl, 86 2458 7 Medit. ckl; 450-650 Litosol 7 Tw Mangu Andosol ckl 121 2850 10 kkng, Latosol 800ckl, Andosol ckl; 2000 Litosol 8 Kr Anyar Latosol ckl, 81 2125 2 240-480 Mediteran ckl. 9 Jaten Gromusol, Med 1 c m , A l u v i a l ; 90-105 Litosol Sumber: Hasil Olahan/analisis (Priyono, 2011)
1452
Banjir di Sub Das Samin Lereng Angin Banjir (%) 1 5-15 2
8-25 5-15 15-70
5-40
5-40
15-70
1
1-8
1
0-5
3
GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
Menurut BPS Karanganyar (2006 & 2008) luas tanah sawah di Kabupaten Karanganyar tahun 2006 ± 22.831,34 ha berubah menjadi ± 22.230,3464 ha pada tahun 2008 atau dalam 2 tahun menyusut 600,9936 ha.Hal ini penyebab utamanya adalah lahan sawah dijadikan lahan pemukiman dan industri.Contohnya terutama di Kecamatan Jaten, Kecamatan Karanganyar dan sekitarnya
terlihat lahan sawahnya tinggal sedikit, pada hal lahan ini sangat subur. Berkaitan hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2; 3 & 4. Di Kabupaten Karanganyar tahun 2006 terjadi pengurangan/penyusutan lahan sawah 201,9936 ha (9%) untuk perumahan, industry,jalan dll tertera pada tabel 2 di bawah ini
Tabel 2. Realisasi PenggunaanLahan Sawah di Kabupaten KaranganyarTahun 2006 Luas Sawah Peruntukan selama tahun 2006 (ha) Luas Sawah Pengurangan Awal 2006 Akhir 2006 lhn sawah Perumahan Industry Jalan dll (ha) (ha) (ha) 22.432, 34 141,5978 38 22,3958 22.230,3464 201,9936 Sumber: Diperta Karanganyar (2007) Menyangkut potensi sawah lestari tahun 2006 tertera pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3.Potensi Lahan Sawah Lestari Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 Konversi (ha, %) Dipertahankan sbg Luas Sawah (ha, %) Dipertahankan dg Sawah Lestari (ha, %) Dialihfungsikan syarat 22.230,3464 (100%) 17.727, 9161 (79, 75%) 3.360 (15,11%) 1.142, 4303 (5, 14%) Sumber: Diperta karanganyar (2007) Dalam rangka pembentukan sawah lestari, bahwa dari luas lahan sawah 22.230, 3464 ha dijabarkan:a). yang dipertahankan 17.727,9161 ha (79,75%); b).boleh dikonversi 4.502,4303 ha (20,25%) terdiri yang dipertahankan dengan syarat 3.360 ha (15,11%) dan boleh dialih
fungsikan1.142,4303 ha (5,14%); Berkaitan dengan penyusutan lahan perkebunan, bahwa selama kurun waktu 2 tahun (2006-2007) telahterjadi penyusutan areal perkebunan cengkeh 462 ha, lebih lanjut tercantum padaTabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. PenyusutanLuas Areal Tanaman Cengkih Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2007 Luas Areal 2005 (ha) Luas Areal 2006 (ha) Luas Areal 2007 (ha) Susut 2005-2007 (ha) 2.624, 725 2.493, 725 2.162, 59 462, 135 Sumber: Diperta karanganyar (2008) Penyusutan lahan tersebut terjadi akibat petani lebih berminat mengganti tanaman lain yang lebih menjanjikan seperti tanaman hias, karena cepat dan mudah panen, hama dan penyakitnya lebih mudah dikendalikan, biayanya tidak begitu banyak Menurut instansi tsb hasil yang dicapai ini merasa GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
sudah maksimal. Kejadian lain (Anna, 2010) menyatakan perubahan lahan di Sub Das Samin selama waktu 3 tahun (1989 s/d 2002) disebabkan oleh kegiatan alih fungsi lahan (lahan pertanian berubah menjadi lahan non pertanian, hutan dirubah menjadi lahan pertanian produktif) 1453
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
dan penyusutan lahan (erosi, longsor, gempa bumi, dan banjir) tertera pada tabel 5. Dari tabel 5 menunjukkan adanya selisih positip/negatip (+/-) perubahan luas lahan kesemuanya dianggap tetap positip ( 343.196.481 ha), sehingga tetap berperan positip / besar menimbulkan kerusakan tanah (erosi / banjir / longsor / ambles). Contohnya:
besaran run off ditentukan oleh masing-masing dan atau gabungan besar faktor topograi, luasan topograi, sifat tanah & sebaran tanah litosol, system jaringan sungai rapat, dan perubahan penggunaan lahan menjadi kota/ perumahan/industry kesemuanya berpotensi menimbulkan kerusakan tanah.
Tabel 5. Penyusutan/Alih fungsi lahan Pada Areal Sub Das Samin 1989-2002 Selisih (ha) No Penggunaan lahan(ha) 1989(ha) 2002(ha) Positip/negatip Jumlah 1 Hutan 61.969.986 61.010.000 959.986 343.196.481 2 Kebun 6.680.939 6.838.208 157.269 3 Lahan kering 144.196.032 118.745.614 25.450.418 4 Pemukiman 64.954.629 91.513.342 26.558.713 5 Sawah 97.000.221 96.694.643 305.578 6 Waduk 850.622 850.622 0 7 Run off 43.936 43.124 0.812 Sumber: Anna (2010) BP DAS Solo (2009) menyatakan kerusakan tanah Wilayah Das Solo tertinggi (longsor diikuti banjir) terjadi di Sub Das Samin. hal ini disebabkan oleh anomali cuaca, perubahan drastis tutupan lahan di catchment area , sedimentasi, praktek pertanian tidak ramah lingkungan/perubahan fungsi lahan, banyaknya sampah limbah menutupi saluran pembuangan, banyak lereng curam (hulu), mudah tererosi (tanahnya ringan sampai berliat), lemahnya kelembagaan masyarakat, kurangnya penerapan sangsi tegas kepada perusak lingkungan, kurangnya koordinasi (antar instansi pemerintah, antar instansi pemerintah dengan swasta dan masyarakat) akibat egosektotoral masing-masing instansi, sehingga pengelolaan Das Solo (Sub Das Samin) tidak bisa optimal, disamping tingkat ekonomi dan IPTEKS masyarakat masih terbatas. Selanjutnya sesuai hasil pengamatan Citra Satelit tahun 2000 & 2007 meliputi: 1) Terjadi penurunan luasan hutan 31%; 1454
2) kenaikan luasan pemukiman 26%; 3) kenaikan luasan tanah terbuka >300% atau lebih dari 3x lipat tahun 2000 (atau luasan terbuka 3.839 ha tahun 2000 menjadi 20.173 ha tahun 2007); 4) sebagian besar merupakan hak pemilikan lahan 75 %(PAD pemerintah, swasta, sebagian kecil masyarakat) dan sisanya 25% untuk hutan Negara (BP DAS Solo, 2009). Disamping itu perubahan di Sub Das Samin juga menarik akibat sebaran abu vulkanik Kelud Jatim pada malam Jumat Pahing, 7-2- 2014 mengendap sampai Soloraya (termasuk Sub Das Samin). Sesuai hasil Survey penulis (Priyono) tanggal 10 – 20 Pebruari 2014 sebaran abu vulkanik Kelud mencapai ketebalan lapisan olah 15 – 25 cm (sekitar lapisan olah), jadi peristiwa ini bisa dikatakan sebagai suatu anomali. Akibat endapan abu vulkanik Kelud ini tentunya dapat mempengaruhi kondisi tanah sekitar Sub Das Samin. Fenomena ini bisa menjadi pembeda pada kategori seri tanah atau GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
kategori di atasnya, yang dalam klasiikasi tanah dinamakan fase (Rayes, 2007). 3. Kondisi Secara Teknis Sub DAS Samin merupakan bagian Sub DAS Solo hulu mempunyai luas 34.326,27 ha, membentang pada wilayah Kabupaten Karanganyar (Sulistyo, 2009) seluas 18.724,13 ha (7 wilayah kecamatan rentan longsor: Tawangmangu, Karangpandan, Jatiyoso, Jumantono, Jumapolo, Matesih, Kota Karanganyar dan 1 wilayah kecamatan pernah ambles: Jaten) maupun sebagian kecil termasuk wilayah Kabupaten Sukoharjo dan Klaten. Disamping itu ada wilayah penyangga vegetasi/ relatif tahan longsor di Kota Surakarta (Kecamatan Jebres, Pasar Kliwon, Serengan). Rata-rata jumlah penduduk wilayah Sub Das Samin (Kabupaten Karanganyar) relatif sedikit (<900 jiwa), namun tingkat kepadatan penduduknya paling tinggi disertai angka melek hurufnya paling rendah dibanding Sub Das lainnya (BPS, 2009). Sebagian besar penduduk Sub Das Samin hidup dari pertanian secara turun temurun (berpengalaman dan mencintai bidang pertanian) menempati kawasan areal pertanian yang luas terutama sebagai penghasil hortikultura (sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, tanaman obat), perkebunan (kopi, teh, cengkeh), hutan pinus dan jati disamping tanaman pangan (padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan) dan lain-lain. Sub DAS Samin telah mempengaruhi kehidupan di sekitarnya karena tanahnya relatif subur (terutama berasal dari abu vulkan dan curah hujan sedang tinggi), udara segar dan sejuk sehingga cocok untuk kehidupan pertanian, peternakan, perikanan dan manusia. Sekaligus Sub DAS Samin merupakan daerah tangkapan air (catchment area) utama bagi daerah sekitarnya, GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
sehingga dapat menjadi sumber air (irigasi / air minum) terutama di sebagian Soloraya (sebagian Kabupaten Karanganyar, sebagian Kabupaten Klaten, sebagian Kota Surakarta, dan sebagian Kabupaten Sukoharjo). Kabupaten Karanganyar (termasuk Sub Das Samin) merupakan salah satu daerah (Bappenas, 2008) dalam pengembangan wilayah strategis Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten). Pengembangan tersebut untuk industri, bisnis (agribisnis), transportasi dan pengembangan obyek wisata (Wisata alam / Budaya / religi). PENENTUAN PERTANIAN
BATAS
TANAH
Dalam rangka menentukan batas tanah pertanian pada hakekatnya terlebih dahulu perlu mengetahui terbentuknya lingkungan pertanian (tanah, tumbuhan, dan lingkungannya). Lingkungan pertanian adalah hasil perpaduan antara faktor pembentuk tanah dan persyaratan pertumbuhan bagi tanaman. Namun secara khusus jika untuk pengelolaan daerah miring, rawan longsor/banjir/erosi dan atau jika ingin mengadakan perubahan penggunaan lahan dalam menentukan batas tanah pertanian perlu memperhatikan kondisi ini (PP No.26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maupun PP No.1 / 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan). Berarti untuk menentukan batas tanah pertanian terdapat beberapa faktor yang dapat memepengaruhi terbentuknya Tanah (alami dan teknis oleh manusia) antara lain: 1) Secara alami: iklim, organisme, dan topograi maupun syarat pertumbuhan tanaman (tinggi tempat, iklim dan kesuburan tanah / jenis tanah); 2) Secara teknis: Penggunaan tanah 1455
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
dan Peraturan Pemerintah. Jenis Tanah di Sub Das Samin meliputi: Andisol (Andosol), Inceptisol (Latosol coklat), Oxisol (Latosol merah, Latosol merah kecoklatan, Latosol coklat kemerahan), Alisol (Mediteran), Entisol (Regosol, Aluvial, Litosol), Vertisol (Gromusol), disini termasuk tanah sawah atau tanah tergenang air. Disamping itu kawasan disini sering terjadinya kejadian longsor (kerawanan longsor) pada curah hujan dan lereng yang tinggi (Priyono, 2011). Selanjutnya berdasarkan hubungan altitude, rainfall, dan jenis tanah serta tempat kedudukan / ketinggian tempat daerah,
kondisi dan tingkah laku faktor pembentuk tanah yang terlibat (terutama bahan induk, curah hujan, kelerengan dan organisme) dengan kerusakan tanah (kerawanan longsor / banjir / erosi) di sekitar Sub Das Samin telah didapatkan data yang tercamtum pada beberapa tabel maupun peta di bawah ini. Khusus berkait dengan pemetaan diawali dengan penyiapan peta administrasi Sub Das Samin dan selanjutnya disiapkan peta-peta penting yang lainnya seperti peta iklim, peta topograi, peta geologi, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan, dan peta drainase. Contoh Gambar peta Sub Das Samin tercantum di bawah ini
Sumber : Bakosurtanal (2001)
1456
GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
Sumber : Bakosurtanal (1992)
Sumber : Bakosurtanal (2001
GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
1457
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
Sumber : Bakosurtanal (1966) KESIMPULAN Unsur / elemen yang dapat digunakan untuk menentukan Pemetaan Batas Tanah Pertanian Di Sekitar Sepanjang Sub Das Samin Wilayah Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Klaten” diformulasikan dalam bentuk: gambar peta yang memuat: (a) ketinggian tempat; (b) tingkat kesuburan tanah sebelum dan setelah tertimbun abu vulkan Kelud; (c) kesesuaian lahan; (d) iklim (curah hujan & suhu); (e) jenis tanah; (f) kelerengan ;
(g) drainase; (h) vegetasi; (i) penggunaan tanah; (j) kerawanan terhadap longsor; (k) pola usaha tani; (l) demograi; (m) kondisi social ekonomi masyarakat; dan (n) .sebaran abu vulkan Kelud (tinggi tempat, potensi kesuburannya). Jadi bentuk Peta yang menentukan Batas Tanah Pertanian serta rekomendasinya dapat memberikan kontribusi kepada pejabat berwenang di Pemerintahan demi Perbaikan dan Perencanan Pembangunan Wilayah yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Anna, A.N.; M.Cholil, & Suharjo. 2010. Analisis Fluktuasi Air Permukaan Akibat Perubahan Variabel Fisik Permukaan Lahan Untuk Pencegahan Banjir di Surakarta & Sukoharjo Jateng. Bakosurtanal. 2001.Peta Rupa Bumi Skala 1: 25.000 (Peta Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta Penggunaan Lahan, dan Peta Administrasi) Bappeda Karanganyar. 2006. Peta RUTR Kabupaten Karanganyar. Karanganyar: Bappeda Bappenas. 2008. Penataan dan Pengembangan Kawasan Gunung Lawu. Direktorat Kawasan Khusus Daerah Tertinggal. Jakarta: Bappenas RI 1458
GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
PEMETAAN PENENTUAN BATAS TANAH PERTANIAN DI SEKITAR SEPANJANG SUB DAS SAMIN WILAYAH KABUPATEN KARANGANYAR, KABUPATEN SUKOHARJO, DAN KABUPATEN KLATEN
-----------.2013. Kawasan Rawan php?view=article& catid=34:su
Bencana.
http://kawasan.bappenas.go.id/index.
BP DAS Solo..2009.Laporan Monitoring dan Evaluasi Bencana Alam Banjir dan Longsor Tahun 2009.Ditjen RLPS. BP Das Solo. Surakarta. BPS Karanganyar. 2009. Kabupaten Karanganyar Dalam Angka. ISSN 0215-6172.33130.08.01. Karanganyar: BPS Karanganyar. Dinas PU Karanganyar. 2006. Peta Hidrologi dan Geologi Karanganyar. Karanganyar: Dinas PU Diperta Karanganyar 2007. Komoditas Unggulan Pertanian Karanganyar. Karanganyar: Diperta Karanganyar. Ditjen RLPS Dephut RI. 2004. Data Spasial Lahan Kritis DAS Solo Kab.Karanganyar Th. 2004. BP DAS Solo. Jakarta: Kemenhut RI. Kantor Kesbanglinmas Karanganyar. 2008. Laporan Perkembangan Kejadian Alam Tanah Longsor dan Banjir di Kabupaten Karanganyar. Pemkab. Karanganyar. LPHPT Wilayah Surakarta. 2006. Keadaan Curah hujan Kab. Karanganyar. Surakarta Paimin, Sukresno, dan I.B. Pramono. 2009. Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Balitbang Kehutanan.Tropenbos International Programme. PO Box 494, Balikpapan 76100 Paimin, Sukresno, dan Purwanto. 2010. Sidik Cepat Degradasi SUB DAS. Balitbang Kehutanan. Bogor. Priyono. 2008 Neraca Sumberdaya Alam Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2008. Laporan Hasil Penelitian. Ska: BPPTP. FP UNISRI. Priyono. Kharis T, dan Martana. 2011.Kajian Tentang Sifat Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah Pertanian Yang Rentan Longsor di Lereng Bagian Barat Gunung Lawu Wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Laporan Lit Fundamental DP2M Dikti. Surakarta:Unisri Rayes, M.L.2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Ygy: Andi. Setyaningsih, W. & Moh.Sholeh.2010.Pemetaan Daerah Rawan Bencana Gerakan Tanah di Wilayah Grabag, Kab.Magelang, Jateng.Smg: FIS UNNES Sulistyo, 2009.Luasan Sub Das Samin. Surakarta: BP DAS. Sutrisno.2012. Upaya Kabupaten Sleman dalam Penyediaan Soft Infrastructur Untuk Mitigasi Wicaksono, K.S; Sudyibyakto; dan P.Danoedoro. 2009. Kajian Pengurangan Risiko Banjir Melalui Simulasi Bentuk Penggunaan Lahan Dari Aspek Hidrologi di DAS Samin, Kab. Karanganyar, Jateng. Jur.Tanah UB Mlg & FG UGM Ygy.
GEMA, Th. XXVI/48/Februari 2014 - Juli 2014
1459