PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA No. Dokumen : 03-08020503-07.P-019 No. Revisi : Tanggal Terbit : 04 Januari 2016 Halaman :
SO P KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 1. Pengertian
KEPALA PUSKESMAS MERBAU MATARAM
SUCIPTO, SKM, MKes
Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mata.
2.
Tujuan
1. Mengidentifikasi jenis gangguan kesehatan mata untuk mencegah serta menentukan terapi/pengobatan, penanganan lebih lanjut dan sebagai dasar untuk melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan / Rumah Sakit sesuai Standar. 2. Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan Mata sesuai standar 3.
3.
Kebijakan
4
Standar Tenaga Dokter
5.
Sarana
: 1 orang
Perawat : 1 orang Prasarana
dan
1. Sarana Non Medis : a. Ruang Pemeriksaan
Ukuran minimal 4 m x 4 m²
Ventilasi dan pencahayaan yang cukup
Ruanganbersih dan rapi
Wastafeldengan air yang mengalir, dilengkapi dengan sabun cair serta handuk tangan yang bersih / disposible tissue
b. Mebelair
Meja kursi satu set untuk pemeriksa dan pasien serta pengantar
Tempat tidur
c. Lainlain
Tempat sampah medis dan non medis masing masing 1 buah
Buku register pasien
Status / lembar rekam medis
Informed consent
Kertas resep
Blanko permintaan laboratorium
Alat tulis menulis
Formulir rujukan
Surat kabar atau majalah
Penggaris kecil
Komputer
Surat kabar
Penggaris kecil
2.
6.
Prosedur Tetap
Sarana Medis :
Stetoskop dan tensimeter
Pinhole (cakram berlubang)
Snellen chart
Penutup 1 mata (okluder)
Trial Frame
Trial lensa
Isihara test
Loupe
Senter
Optalmoskop
Kartu kipas
Tonometer
Kapas steril
APD
1. Anamnesa 2. Pemeriksaan 3. Diagnosa 4. Penatalaksanaan 5. Konseling 6. Pencatatan dan pelaporan
7.
Cara Melaksanakan
1. ANAMNESA
Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut dan mengucapkans alam
Tiap Kegiatan
Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien : Nama , umur, alama trumah, pekerjaan.
Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien
Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang Riwayat Penyakit : Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan. Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus menerus, Nyeri mata, fotophobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan, diplopia (pandangan ganda), pandangan kabur, perasaan adanya ‘’ film ‘’ diatas lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilang pada lapang penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam
(halo) di seputar cahaya. Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada mata, diabetes, hipertensi, atau masalah visual Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi gloukoma atau retinitis pigmentosa Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan kerja tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti pengelas, terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko cedera mata. Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak atau tidak Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata. Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata. 2. PEMERIKSAAN Pemeriksaandengancara : KETAJAMAN PENGLIHATAN Tahap I i.
Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat kabar/majalah. Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata seharusnya memakai kacamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan cara klien memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii.
Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan lanjutkan pengujian ketahap II
Tahap II i.
Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen. Pastikan bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian yang telah terpasang khusus bersebrangan dengan layar periksa
ii.
Minta klien untuk membaca huruf – huruf pada layar dimulai dari garis yang mana saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata terpisah (mata lainnya ditutupi)
iii.
Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai kacama tajarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis tersebut.
iv.
Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah tangan huruf ‘’E ‘’ .Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan kedua mata dalam dua nilai : Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan keklien dalam ukuran kaki.
Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana mata normal dapat membaca baris tersebut. Tahap III i.
Uji masing – masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan menutupi satu mata bergiliran
ii.
Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii.
Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari – jari yang diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv.
Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian padamkan cahayanya .Tanya kanapakah klien melihat cahaya.
Hasil Normal : Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20 Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan atau lensa kontak( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ). Penyimpangan dari Normal : Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total PEMERIKSAAN LAPANG PENGLIHATAN
Pemeriksaan lapang penglihatan dengan cara : i.
Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan
ii.
petugas sejajar ketinggian mata. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah –
iii.
contoh mata kiri klien, mata kanan petugasTutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien sehingga lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan
iv.
lapangan penglihatan klien. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang
v. vi.
penglihatan. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah
vii.
anatara petugas dan klien. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki
viii. ix.
lapang penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami penyempitan lapang penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS Pemeriksaan visus dengan cara :
I.
Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi atau sejajar dengan mata pasien. Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata
normal dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter. Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki = 20/20, ada juga log (logaritma). II. III.
Pastikan cahaya harus cukup Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
IV.
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu : a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut i. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1. ii. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2. iii. Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca. iv. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya. c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien) d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi. e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan refraksi
PEMERIKSAAN TONOMETER Pemeriksaan tonometer dengan cara : Menggunakan Tonometer dari Schiotz. i.
Klien diminta tidur terlentang di tempat tidur.
ii.
Mata penderita terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi lokalpantokain 0,5%, masing-masing 1 tetes. Ditunggu sampai klien tidak merasa perih.
iii.
Kelopak mata klien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari –jangan tertekan bola mata pasien-
iv.
Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya atau pasien
melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan. v.
Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-hati diatas cornea penderita.
vi.
Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap,dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-15
vii.
Misalnya menunjukkan angka 5 dengan beban 5.5, maka tekanan bola matanya ialah 5/5.5. lalu carilah tabel konversi yang selalu ada pada setiap tonometer. Misssalnya untuk 5/5.5 akan terdapat angka konversi 15.0 mmHg.
viii.
Apabila dengan beban 5.5 jarum skala tidak bergerak atau bergerak Cuma sedikit, misalnya hanya pada angka 1-2, maka gantilah beban tonometer dengan beban 7.5. apabila dengan beban ini angka skala menunjukkan angka 4, maka tekanan bola mata ialah 4/7.5. lalu bacalah tabel konversi untuk mendapatkan angka untuk itu.
ix.
Tekanan bola mata yang disebut normal ialah yang berkisar antara 1522mmHg. Jika tekanan bola mata di bawah 10 mmHg, maka berarti rendah dan bila diatas 25 mmHg berati tinggi.
3. DIAGNOSA Dari hasil pemeriksaan didapatkan diagnosa : Katarak sesuai SOP Kelainan Refraksi sesuai SOP Glaukoma sesuai SOP Konjungtivitis sesuai SOP Xerofthalmia sesuai SOP Buta Warna sesuai SOP 4. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP 5. KONSELING Konseling Katarak sesuai SOP Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP Konseling Glaukoma sesuai SOP Konseling Konjungtivitis sesuai SOP Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
Konseling Buta Warna sesuai SOP 6. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dan pelaporan Katarak sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Kelainan Refraksi sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Glaukoma sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Konjungtivitis sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Xerofthalmia sesuai SOP Pencatatan dan pelaporan Buta Warna sesuai SOP