PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BATUDAA
JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan Guna Menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA
OLEH : I MADE PRIAWAN NIM. 411411041
JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang berjudul βPemecahan Masalah Matematis Pada Materi Persamaan Dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Di Kelas VII SMP Negeri 1 Batudaaβ Oleh I Made Priawan NIM. 411 411 041
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BATUDAA I Made Priawan1, Nurhayati Abbas2, Nurwan3, NIM 411411041 Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Jalan Jenderal Sudirman Nomor 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 Fax. (0435) 827213
The aimed of this research is to describe mathematics problem solving of student in class VII SMP Negeri 1 Batudaa at at equation and non linier equation one variable. This research is descriptive research and the population is all students in class VII of SMP Negeri 1 Batudaa. The technique of collecting the sample used proportional random sampling. The data of the research gained by mathematics problem solving test in the form of essay test and the result of the research analyzed by using descriptive and inferential analysis. Descriptive analysis use to describe the score of mathematics problem solving and inferential analysis use to test the research hypothesis. Research hypothesis used t-one sample test. The result of analysis data showed that mathematics problem solving at equation and non linier equation one variable in SMP Negeri 1 Batudaa is 65% as the highest. This fact showed that mathematics problem solving at aquation an non linier equation in class VII of SMP Negeri 1 Batudaa tent to be low. Keywords: Mathematics problem solving, equation an non linier equation one variable PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan dapat mengembangkan daya pikir manusia. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapan maupun aspek penalarannya mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkemampuan unggul tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam pelajaran matematika. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pelajaran matematika baik dari segi tenaga pendidiknya, pengembangan buku paket dan pengembangan kurikulum. Seperti yang diketahui pada masa sekarang ini bahwa seorang guru dalam mengajar baikitu dari SD sampi SMA/MA sederajat harus memiliki pendidikan minimal S1 1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, UNG Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, UNG 3 Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, UNG 2
dengan harapan guru dapat merencanakan program pembelajaran secara jelas dan terperinci serta dapat melasanakannya dalam bentuk pengelolaan kegiatan belajar mengajar dengan baik. Begitu juga dalam pengembangan kurikulum telah banyak mengalami perubahan seperti yang kita kenal sekarang kuikulum yang digunakan semua mata pelajaran di sekolah adalah kurikulum 2013. Namun pada kenyataanya di lapangan ketika peneliti melaksanakan PPL II di SMP Negeri 1 Batudaa menemukan beberapa masalah dalam mempelajari matematika khususnya dalam menyelesaiakan soal cerita. Siswa kebanyakan tidak bisa mengubah soal cerita yang diberikan kedalam model matematikanya. Fakta tersebut juga diperkuat dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu guru di SMP Negeri 1 Batudaa yang mengungkapkan bahwa pemecahan masalah matematis siswa kelas VII dalam menyelesaikan soal cerita pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel masih cendeung rendah. Siswa masih banyak mengalami kesalahan dalam membuat model matematika dan tanda pertidaksamaan apa yang harus digunakan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pemecahan masalah siswa yang berbeda-beda membuat siswa yang kemampuannya rendah dalam menyerap materi pelajaran enggan untuk lebih memahami apa yang mereka kurang kuasai. Pemecahan masalah siswa masih dikatakan rendah, hal ini karenakan siswa kurang dilatih dalam menyelesaikan soal cerita yang dalam penyelesiannya membutuhkan langkah-langkah pemecahan masalah. Menurut Termudi (2009: 1) pemecahan masalah artinya proses melibatkan suatu tugas yang metode pemecahannya belum diketahui lebih dahulu. Untuk mengetahui penyelesaiannya siswa hendaknya memetakan pengetahuan mereka, dan melalui proses ini mereka sering mengembangkan pengetahuan baru tentang matematika. Dengan melalui pemecahan masalah dalam matematika siswa hendaknya memperoleh cara-cara berfikir, kebiasaan untuk tekun dan menumbuhkan rasa ingin tahu, serta percaya diri dalam situasi tak mereka kenal yang akan mereka gunakan di luar kelas. Pemecahan masalah merupakan bagian tak terpisahkan dari semua pembelajaran matematika dan hendaknya tidak terisolasi dari program matematika. Menurut Russfendi (2006: 169) pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang lebih tinggi derajat dan lebih kompleks dari pada pembentukan aturan. Sedangkan Menurut Utomo (2012: 148) pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Menurut Jaenab (2014: 257) pemecahan masalah memiliki implikasi dalam pembelajaran matematika berupa kemampuan berfikir yang didapat ketika siswa memecahkan masalah akan mampu ditransfer atau digunakan ketika menghadapai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Menurut Ningsih (2014: 322) pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berfikir tingkat tinggi yang meliputi kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika atau diluar matematika, dengan berbagai cara dan strategi yang sudah diketahui
Menurut Alawiyah (2014: 182) pemecahan masalah merupakan sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan, memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsip-prinsip matematika yang telah dipelajari sebelumnya yang digunakan untuk memecakan masalah. Dalam sebuah permasalahan siswa harus bisa mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan unsur apa yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga mudah untuk diselesaikan. Menurut Susiyanti (2014: 176) dalam pembelajaran pemecahan masalah mempunyai dua makna yaitu sebagai suatu pendekatan dan sebagai tujuan pembelajaran. Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pemecahan masalah merupakan pendekatan yang menyajikan masalah konstektual sebagai titik awal dan kemudian secara bertahap menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi/konsep/prinsip matematika. Jenis kemampuan ini meliputi : 1. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik 2. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah sejenis dan masalah baru dalam atau di luar matematika 3. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan 4. Menjelaskan/menginterprestasikan hasil sesuai permasalahan asal 5. Menggunakan matematika secara bermakna . Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah upaya mencari jalan keluar yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, membutuhkan kesiapan, kreativitas dengan berbagai cara dan strategi yang sudah diketahui untuk menyelesaikan masalah tidak rutin. Menurut Russefendi (2006: 169) bahwa dalam pemecahan masalah ada 4 langkah yang harus dilakukan, yaitu : 1. Menyajikan masalah dalam bentuk yang jelas 2. Menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional (dapat dipecahkan) 3. Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam pemecahan masalah itu mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya (pengumpulan data, pengoalahan data, dan lain-lain), hasilnya mungkin lebih dari satu. 4. Memeriksa kembali (mengecek) apakah hasil yang diperoleh itu benar, atau mungkin memilih alternative pemecahan yang terbaik. Menurut Polya (dalam Utomo 2012: 149) ada empat langkah didalam memecahkan suatu masalah yaitu: (1) Memahami Masalah (understanding the problem); maksud dari tahap memahami masalah menurut polya ialah bahwa siswa harus dapat memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Menurutnya ciri bahwa siswa paham terhadap isi soal ialah siswa dapat mengungkapkan pertanyaaan-pertanyaan beserta jawabannya. (2) Membuat rencana menyelesaikan masalah (devisi a Plan); menurut polya pada tahap pemikiran suatu rencana, siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Menurutnya pula kemampuan berpikir yang tepat hanya dapat dilakukan jika siswa telah dibekali sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup memadai dalam arti masalah yang dihadapi siswa bukan hal yang baru sama sekali tetapi sejenis atau mendekati. (3) Melaksanakan rencana (carrying out the plan); pada tahap ini siswa harus dapat membentuk sistem matika soal yang lebih baku, dalam arti rumus-rumus yang akan digunakan sudah merupakan rumus yang siap untuk digunakan sesuai apa yang digunakan dalam soal, kemudian siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus kerencana pemecahannya, setelah itu baru siswa melaksanakan langkah-langkah rencana sehingga yang akan diharapkan dari soal dapat diselesaikan. (4) Memeriksa kembali (looking back); pada tahap ini yang diharapkan dari keterampilan siswa dalam memecahkan masalah untuk tahap ini adalah siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukan. Ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan langkah ini yaitu : a) Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan. b) Mengintrepretasikan jawaban yang diperoleh. c) Mengidentifikasikan adakah cara lain utnuk mendapatkan penyelesaian masalah. d) Mengidentifikasikan adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi. Adapun indikator pemecahan masalah yang digunakan penulis dalam penelitian ini sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah yaitu : memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah dengan indikator materi yang diteliti membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah upaya mencari jalan keluar yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, membutuhkan kesiapan, kreativitas dengan berbagai cara dan strategi yang sudah diketahui dan dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah seharihari dengan langkah-langkah memahami masalah, melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah dengan indikator materi yang diteliti membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 1 batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear suatu variabel. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Batudaa berjumlah 120 siswa dan teknik sampel yang digunakan adalah proportionate random sampling, yakni teknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel yang representatif, seimbang atau sebanding
dengan banyaknya subyek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 6 kelas. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah tes berbentuk essay pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Sebelum istrumen penelitian ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas terdiri atas dua yakni validasi konstruk/isi dan validasi empirik. Validasi kostruk/isi terhadap instrument tes pemecahan masalah matematis divalidasi oleh tiga orang ahli yang dianggap berkompeten terhadap soal yang akan diberikan dengan harapan validasi konstruk/isi menjadi tepat dan sesuai indikator yang hendak diukur. Adapun validasi empirik pada instrumen tes pemecahan masalah matematis adalah menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Arikunto, 2013: 318). Tahap selanjutnya melakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Korelasi Alpha Crombach. Instrumen yang digunakan dalam penelitan ini yakni instrumen untuk mengukur pemecahan masalah matematis siswa dalam bentuk tes essay pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Berikut kisi-kisi dan rubrik pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Pemecahan Masalah Matematis Indikator Kemampuan Pemecahan Nomor Indikator Materi Masalah Matematis Soal Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear satu variabel. Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan pertidaksamaan linear satu variabel.
1. Memahami masalah 2. Merencanakan penyelesaian masalah 3. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah 4. Melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah
1,3,5
2,4,6 Ket. Soal no.1 tidak valid
Tabel 1.2 Rubrik Penilaian Pemecahan Masalah Matematis
No 1.
2.
3
Indikator Memahami Masalah
Merencakanan Penyelesaian Masalah
Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah
Deskripsi
Skor
Menuliskan dengan benar apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal cerita.
4
Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal cerita, tetapi salah satunya salah.
3
Menuliskan salah satu apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan pada soal cerita
2
Salah menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal cerita.
1
Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal cerita.
0
Menuliskan dengan benar model matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal cerita.
4
Menuliskan model matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal cerita tetapi hanya sebagian yang benar.
3
Menuliskan model matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal cerita, tetapi kurang tepat.
2
Salah menuliskan model matematika yang akan digunakan dalam menyelesaiakan soal cerita.
1
Tidak menuliskan model matematika sama sekali dari soal cerita.
0
Menuliskan penyelesaian dari soal cerita secara sistematis dan benar.
4
Menuliskan Penyelesaian dari soal cerita secara sistematis tapi kurang tepat.
3
Menuliskan penyelesaian dari soal cerita secara sitematis tapi tidak benar.
2
Salah menuliskan penyelesaian dari soal cerita .
1
Tidak menuliskan penyelesaian dari soal cerita.
0
4.
Melihat Kembali Kebenaran Penyelesaian Masalah
Menuliskan kesimpulan atau menjawab apa yang ditanyakan soal cerita dengan benar.
2
Salah menuliskan atau menjawab apa yang ditanyakan soal cerita.
1
Tidak menuliskan kesimpulan atau tidak menjawab apa yang ditanyakan dari soal cerita.
0
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data setiap variabel dalam besaran-besaran statistik seperti rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus) simpangan baku (standar deviasi), dan memvisualisasinya kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram. Sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotessis penelitian. Dalam menguji hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji-t satu sampel (Sugiyono, 2013 : 250). Namun sebelum itu hal yang harus dilakukan adalah pengujian normalitas. Pengujian normalitas data pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji liliefors. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Deskriptif Berdasarkan hasil tes pemecahan masalah matematis dari 30 orang siswa pada rentang skor 0 β 70 diperoleh skor maksimum 62 sedangkan skor minimum 33. Dengan mencari terlebih dahulu banyak kelas dan panjang kelas dari data tunggal, sehingga diperoleh tabel distribusi frekuensi pemecahan masalah matematis secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematis Frek. Titik Kelas FRelatif ππ . ππ ππ π ππ . ππ π Absolut Tengah Interval (%) (ππ ) (ππ ) 33 β 37
11
35
36.67
385
1225
13475
38 β 42
9
40
30
360
1600
14400
43 β 47
4
45
13.33
180
2025
8100
48 β 52
2
50
6.67
100
2500
5000
53 β 57
3
55
10
165
3025
9075
58 β 62
1
Jumlah
30
60
3.33
60
3600
3600
100
1250
13975
53650
Berdasarkan table di atas untuk pemecahan masalah matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel diperoleh skor rata-rata keseluruhannya adalah 41.67. Adapun medianya adalah 39.72 dan modusnya 36.73. Maka dapat dilihat dari perhitungan tersebut letak modus berada di bawah nalai median, ini artinya pemecahan masalah matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di kelas VII di SMP Negeri 1 batudaa cenderung rendah. Bentuk histogram dari data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. 12 10
Frekuensi
8 6 4 2 0
35
40
45
50
55
60
Gambar 1.1. Histogram Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 2. Analisis Inferensial Dalam penelitian ini pengujian normalitas data menggunkan uji Liliefors pada taraf nyata πΌ = 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai πΏβππ‘π’ππ = 0.151 < πΏπ‘ππππ = 0.161 maka π»0 diterima dengan kata lain π»1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi normal dan dapat digunakan dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai π‘βππ‘π’ππ = β3.231. Kriteria pengujian untuk πΌ = 0.05 dan ππ = 29, selanjutnya dari daftar nilai-nilai distribusi t, diperoleh nilai π‘π‘ππππ = β1,699. Membandingkan nilai π‘βππ‘π’ππ = β3.231 dan π‘π‘ππππ = β1.699 ternyata diperoleh βπ‘π‘ππππ > π‘βππ‘π’ππ atau β1.699 > β3.231, singga dapat disimpulkan bahwa π»0 diterima dan π»1 ditolak. Ini artinya pemecahan masalah matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan di SMP Negeri 1 Batudaa paling tinggi sebesar 65%. Hal ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel masih cenderung rendah.
PEMBAHASAN Masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar pemecahan masalah matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 1 batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear suatu variabel. Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pemecahan zmasalah matematis siswa di kelas VII SMP Negeri 1 batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear suatu variabel. Dari hasil analisis data untuk pengujian hipotesis diperoleh βπ‘π‘ππππ > π‘βππ‘π’ππ atau β1.699 > β3.231. Dengan demikian π»0 : π β€ 0.65 diterima pada taraf kesalahan πΌ = 0.05. Ini sesuai dengan hipotesis penelitian pada Bab II yang menjadi hipotesis penelitian, bahwa paling tinggi 65% pemecahan masalah matematis pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel di SMP Negeri 1 Batudaa. Jika dilihat dari masing-masing indikator pemecahan masalah matematis yang dikemukakan Polya, terlihat bahwa pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Pada tahap memahami masalah siswa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal dengan benar, walaupun ada beberapa siswa yang kurang tepat menuliskannya. Selanjutnya pada tahap kedua, ketiga dan keempat, siswa banyak mengalami kesulitan dalam merencanakan penyelesaian masalah dan menyelesaikan rencana penyelesaian masalah. Jika dilihat dari hasil pekerjaan siswa, kebanyakan siswa masih kesulitan untuk menggunakan tanda kurang dari atau lebih dari dalam memodelkan soal yang diberikan. Hal ini juga terjadi pada saat menyelesaikan model yang telah dibuatnya, siswa masih kebingungan operasi matematika apa yang harus digunakan. Begitu juga ada tahap melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah, hampir seluruh siswa tidak menuliskan kesimpulan dari soal yang ditanyakan. Ini berarti dapat disimpulkan pada tahap memahami masalah siswa tidak mengalami kesulitan dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal, namun masih sangat rendah pemecahan masalah siswa pada tahap merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan melihat kembali kebenaran penyelesaian masalah. Hal di atas diakibatkan guru kurang melatih siswa dalam mengerjakan soal tidak rutin pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Seperti yang diketahui bahwa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel banyak terapannya dalam menyelesaiakan masalah di kehidupan seharihari yang penyelesaiannya membutuhkan langkah-langkah pemecahan masalah. Hal ini juga diperkuat oleh Ningsih (2014: 322) yang menyatakan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berfikir tingkat tinggi yang meliputi kemampuan menyelesaikan soal-soal matematika atau diluar matematika, dengan berbagai cara dan strategi yang sudah diketahui. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah penyelesaian masalah selesai dilakukan, yaitu dengan memikirkan atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Langkah terakhir dari strategi pemecahan masalah adalah mencari kemungkinan adanya generalisasi, melakukan pengecekan terhadap hasil yang diperoleh, mencari cara lain untuk meyelesaikan
masalah yang sama, mencari kemungkinan adanya penyelesaian lain, dan menelaah kembali proses penyelesaian masalah yang telah dibuat. Pemecahan masalah siswa yang baik akan mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya. Tentunya peranan guru sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kemampun pemecahan masalah matematis. Empat langkah yang dikemukakan polya yakni memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan peyelesaian maasalah, dan melihat kembali kebenaran dari penyelesaian masalah sangat baik digunakan dalam meyelesaiakan soal cerita, ini artinya guru harus sering melatih siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan mengunakan langkah-langkah yang dikemukakan Polya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Batudaa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linaer satu variabel paling tinggi 65% dari nilai ideal. Ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel cenderung rendah. Begitu pentingnya pemecahan masalah matematis dalam pembelajaran matematika, maka sangat perlu dilakukan upaya-upaya yang mampu meningkatkan pemecahhan masalah matematis dalam menyelesaiakan soal cerita. Guru harus lebih melatih siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam bentuk cerita atau dapat menggunakan model pembelajaran yang dapat memotivasi dan lebih meningkatkan pemecahan masalah matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
DAFTAR PUSTAKA Alawiyah, Tuti. 2014. Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematik. Volume 1, Tahun 2014. ISSN 2355-0473. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UN. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Jaenab, Siti. 2014. Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menengah Kejuruan. Volume 1, Tahun 2014. ISSN 2355-0473. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung. Ningsih, Rita. 2014. Efektivitas Pendekatan Kontekstual Untuk peningkatkan Kemampuan Komunikasi, Pemecahan Masalah dan Kemandirian Belajar Siswa SMP. Volume 1, Tahun 2014. ISSN 2355-0473. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung.
Russefendi, H.E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung, Tarsito. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta Susiyanti 2014. Kemampuan Berfkir Kritis dan Kreatif Matematika dalam Pemecahan Masalah. Volume 1, Tahun 2014. ISSN 2355-0473. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika ProgramPasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung Turmudi. 2009. Pemecahan Masalah Matematika pdf diakses pada tanggal 29 Juni 2015, dari:http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPMIPA/JUR_PEND_M ATEMATIKA/196101121987031-TURMUDI/ Utomo,Dwi Priyo. 2012. Pembelajaran Lingkaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Versi Polya pada Kelas VIII SMP. Widya Warta No.1 XXXVI/Januari2012 ISSN 0854-1981.