PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI NURJANAH
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN NURJANAH. D14201039. Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA Pembimbing Anggota : Sutriyo, M.Si., Apt Susu kambing memiliki kelebihan dibandingkan susu sapi, tetapi masih terbatas daya terimanya terutama adanya bau yang kurang disukai oleh konsumen yaitu bau khas goaty. Diversifikasi produk susu kambing dalam bentuk tablet hisap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya terima masyarakat terhadap susu kambing dan memberikan pilihan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi susu kambing. Tablet hisap merupakan sediaan padat dengan bahan dasar manis yang akan larut secara perlahan-lahan di mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi dan proses pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik susu kambing segar dan susu kambing bubuk, serta untuk memperoleh formula terbaik tablet hisap susu kambing berdasarkan bahan pengikat yang berbeda dengan mempertimbangkan kekerasan tablet. Hasil penelitian pendahuluan diaplikasikan dalam penelitian utama dengan memberikan kombinasi bahan pemanis tambahan dan bahan pengisi. Produk akhir yang dihasilkan dianalisis berdasarkan sifat fisik (laju alir, kompresibilitas, kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran), sifat kimia (kadar air, abu, lemak dan protein) dan organoleptik. Rancangan percobaan yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 taraf perlakuan formula bahan (Formula A, B, C dan D) dan tiga kali ulangan. Hasil uji sifat fisik, kimia dan mutu hedonik dianalisis dengan ANOVA. Jika berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menganalisis penerimaan Panelis (uji hedonik) terhadap tablet hisap yang dihasilkan. Jika hasil analisis memberikan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan rangking yang dikembangkan oleh Gibbons. Hasil evaluasi terhadap granul dan tablet hisap susu kambing menunjukkan bahwa keempat formula tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap laju alir granul, kompresibilitas granul, kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran tablet hisap. Analisis kimia menunjukkan keempat formula menghasilkan tablet hisap dengan kadar air, abu, lemak dan protein yang sama (P>0,05), tetapi kadar abu yang berbeda (P<0,05). Kadar abu formula A lebih rendah dari formula C dan D, tetapi tidak berbeda terhadap formula B. Hasil uji hedonik dan mutu hedonik menunjukkan bahwa keempat formula memberikan tingkat kesukaan yang sama terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum tablet hisap susu kambing dengan kisaran 3-3,95 yaitu netral sampai dengan suka. Tablet hisap yang dihasilkan berdasarkan penilaian panelis memiliki warna putih, agak beraroma goaty, tekstur halus dan rasa yang agak manis.
Hasil evaluasi terhadap granul dan tablet hisap susu kambing dari keempat formula sesuai dengan karakteristik tablet hisap yang baik serta memenuhi persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia dan Wells (1987). Hasil uji hedonik dan mutu hedonik menunjukkan bahwa tablet hisap disukai oleh panelis. Kata-kata kunci: susu kambing, tablet hisap, granulasi basah
ABSTRACT Goat Milk Lozenges Production by Wet Granulation Method Nurjanah, R. R. A. Maheswari, and Sutriyo Goat milk consumption is still on the low rate, because of the typically aroma (goaty). Lozenges of goat milk is kind of goat milk diversification product which is aimed to raise its consumption by people. This experiment was aimed to study the process of goat milk lozenge formulation and production by wet granulation method which is palatable by people. The products were analyzed upon its physical properties (such as flow rate, compressibility, hardness, crush-ability, size and weight uniformity), chemical properties (like moisture, ash, fat and protein rate) and organoleptical properties. Completely Randomized Design was used in this experiment with four level formulations and three replications. The result showed that physical and chemical properties had no significant effect on moisture, fat and protein rate of goat milk lozenge, except for ash rate. Ash rate was singnificantly affected by fourth formula. The ash rate of formula A had no significant different with formula B, but it had significant different with formula C and D. Palatability of panelists on colour, aroma, texture, taste and general appearence had no significant different. The goat milk lozenges had meet the Indonesian Pharmacopoeia’s requirements and Wells (1987). Keywords: goat milk, lozenge, wet granulation
PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Oleh : Nurjanah D14201039
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Nama NRP
: PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH : Nurjanah : D14201039
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
(Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA) NIP 131 671 595
(Sutriyo, M.Si., Apt) NIP 132 161 160
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
(Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc) NIP 131 624 188
Tanggal lulus : 24 Januari 2006
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1983 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Enoh dan Ibu Tati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Kotabatu VIII Bogor pada tahun 1989-1995, kemudian pendidikan dilanjutkan di SLTP Negeri 7 Bogor pada tahun 1995-1998 dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Penulis pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak (HIMAPROTER) sebagai staff pengurus “Dairy Club” pada tahun 2002-2003 dan aktif dalam kegiatan olah raga Bola Voli Fakultas Peternakan. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan, antara lain Panitia Kontes Ayam Pelung Tingkat Nasional pada tahun 2003 dan berbagai kegiatan kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta menjadi Ketua Tim Program Kreatifitas Mahasiswa dengan judul “Pembuatan Tablet Hisap (Lozenges) Susu Kambing” pada tahun 2005.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusNya hingga akhir zaman. Skripsi ini membahas mengenai pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah serta mengevaluasi karakteristik fisik, kimia dan organoleptik tablet hisap yang dihasilkannya. Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat bagi penderita penyakit degeneratif dan sangat potensial untuk memperbaiki nutrisi karena tidak memiliki masalah lactose intolerance disamping sebagai pangan alternatif untuk anak-anak. Sediaan padat dalam bentuk tablet hisap akan mengurangi bau khas goaty dan memperpanjang umur simpan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap susu kambing. Metode granulasi basah dipilih karena biasa digunakan dalam pembuatan tablet hisap untuk memperbaiki laju alir bahan yang kurang baik. Formulasi secara tepat dari bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing akan menentukan kualitas tablet hisap yang dihasilkan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005 dan dilaksanakan dibagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Formulasi Tablet, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dan Lembaga Farmasi Angkatan Laut, Jakarta. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi dunia industri pengolahan hasil ternak perah, terutama untuk pengembangan dan diversifikasi olahan susu kambing. Kepada khalayak umum penulis sangat berharap bahwa konsumsi susu dapat terus ditingkatkan dengan memanfaatkan produk segar maupun olahan dari ternak perah lokal seperti kambing perah. Bogor, Januari 2006 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................
i
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xii
PENDAHULUAN ..........................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................... Perumusan Masalah ........................................................................... Tujuan ................................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
3
Susu Kambing dan Komposisi Kimia ................................................ Tablet ................................................................................................. Bahan Pembantu Penyusun Tablet ....................................... Pembuatan Tablet ................................................................... Tablet Hisap (Lozenges) ..................................................................... Metode Pembuatan Tablet Hisap ........................................................ Cara Tuang ............................................................................. Cara Kempa ............................................................................ Penilaian Organoleptik .......................................................................
3 5 6 10 12 13 13 13 14
METODE .......................................................................................................
15
Lokasi dan Waktu .............................................................................. Materi ................................................................................................. Rancangan .......................................................................................... Perlakuan ................................................................................ Model ..................................................................................... Peubah .................................................................................... Analisis Data .......................................................................... Prosedur ..............................................................................................
15 15 15 15 16 16 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
28
Penelitian Pendahuluan ...................................................................... Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar ................................. Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk ..................... Penentuan Bahan Pengikat Tablet Hisap Susu Kambing .......
28 28 29 30
Penelitian Utama ................................................................................. Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing dengan Formula yang Berbeda ......................................................................... Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing ................................... Komposisi Nutrisi Tablet Hisap Susu Kambing ..................... Penilaian Organoleptik Tablet Hisap Susu Kambing ........................ Uji Mutu Hedonik .................................................................. Uji Hedonik ............................................................................
31 31 33 37 39 39 42
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
46
Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
46 46
UCAPAN TERIMAKASIH ...........................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
48
LAMPIRAN ....................................................................................................
52
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Perbandingan Komposisi Gizi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI per 100 g ...............................................................................................
4
2. Jenis Tablet dan Penggunaannya ..........................................................
7
3. Formula Tablet Hisap dengan Bahan Pengikat yang Berbeda .............
19
4. Formula Tablet Hisap dengan Konsentrasi Pemanis yang Berbeda .....
22
5. Kriteria Kompresibilitas .......................................................................
25
6. Persentase Penyimpanan Bobot Rata-rata ...........................................
26
7. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar ......................
28
8. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk ............
29
9. Hasil Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing ..............................
32
10. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing .......................................
33
11. Nilai Rataan Analisis Kimia Tablet Hisap Susu Kambing ..................
37
12. Nilai Rataan Penilaian Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing ....
40
13. Nilai Rataan Penilaian Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing .............
43
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Skema Alur Penelitian Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing ..........
18
2. Proses Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah ....................................................................................
21
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing dengan Bahan Pengikat yang Berbeda pada Penelitian Pendahuluan ..........................................
53
2. Grafik Keseragaman Bobot dari 20 Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Utama ...................................................................................
53
3. Data Hasil Pengukuran Keseragaman Ukuran Tebal Tablet Hisap Susu Kambing .................................................................................................
55
4. Data Hasil Pengukuran Keseragaman Ukuran Diameter Tablet Hisap Susu Kambing ........................................................................................
56
5. Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan .........................................................................
57
6. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan ...................
57
7. Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan ...........................................................................................
57
8. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan ..............................
57
9. Sidik Ragam Nilai Laju Alir Tablet Hisap Susu Kambing ...................
57
10. Sidik Ragam Nilai Kompresibilitas Tablet Hisap Susu Kambing .........
57
11. Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing ..................
58
12. Sidik Ragam Nilai Keregasan Tablet Hisap Susu Kambing ..................
58
13. Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing .........................
58
14. Sidik Ragam Nilai Tebal Tablet Hisap Susu Kambing ........................
58
15. Sidik Ragam Nilai Diameter Tablet Hisap Susu Kambing ....................
58
16. Sidik Ragam Nilai Kadar Air Tablet Hisap Susu Kambing ..................
58
17. Sidik Ragam Nilai Kadar Abu Tablet Hisap Susu Kambing .................
58
18. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Kadar Abu Tablet Hisap Susu Kambing ...................................................................
59
19. Sidik Ragam Kadar Lemak Tablet Hisap Susu Kambing ......................
59
20. Sidik Ragam Kadar Protein Tablet Hisap Susu Kambing .....................
59
21. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Warna Tablet Hisap Susu Kambing .. ...............................................................................................
59
22. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Aroma Tablet Hisap Susu Kambing .................................................................................................
59
23. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing .................................................................................................
59
24. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Rasa Tablet Hisap Susu Kambing .................................................................................................
60
25. Hasil Analisis Kruskal Wallis Warna Tablet Hisap Susu Kambing ......
60
26. Hasil Analisis Kruskal Wallis Aroma Tablet Hisap Susu Kambing .....
60
27. Hasil Analisis Kruskal Wallis Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing ....
60
28. Hasil Analisis Kruskal Wallis Rasa Tablet Hisap Susu Kambing ........
61
29. Hasil Analisis Kruskal Wallis Penampakan Umum Tablet Hisap Susu Kambing .................................................................................................
61
30. Format Uji Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing .................................
61
31. Format Uji Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing .......................
62
32. Foto (a) Granul dan (b) Tablet Hisap Susu Kambing ............................
63
33. Foto Bahan-Bahan Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing ................
64
34. Foto Alat untuk Evaluasi Granul dan Evaluasi Tablet Hisap ................
65
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan hewani yang seimbang karena memiliki komponen-komponen gizi (lemak, vitamin, karbohidrat, protein) sehingga sangat diperlukan tubuh. Data statistik peternakan menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2003), menunjukkan bahwa konsumsi susu segar Indonesia jauh lebih tinggi (958.914 ton) dibandingkan dengan produksi susu nasional (577.523 ton). Konsumsi susu tersebut masih rendah dan belum merata pada seluruh masyarakat, yaitu 20 ml per kapita per hari (IDNC IDF, 2005). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia harus mengimpor susu (107.867 ton) untuk memenuhi permintaan masyarakat. Pemanfaatan susu dari ternak perah lain, seperti kambing perah, perlu ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan impor susu dari negara lain sehingga diharapkan dapat menjaga devisa dalam negeri. Susu kambing diketahui memiliki kelebihan dibandingkan dengan susu sapi yaitu globula lemak susu kambing lebih kecil dan homogen, serta kandungan protein, karbohidrat, mineral, vitamin dan proporsi asam lemak rantai pendek dan rantai sedang yang lebih tinggi. Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat sebagai pangan alternatif pada anak-anak, penderita berbagai penyakit degeneratif dan sangat potensial untuk perbaikan nutrisi karena tidak memiliki masalah lactose intolerance. Banyak dari kalangan masyarakat dewasa ini mencari bentuk sediaan (dosis form) pangan yang mudah dikonsumsi, mudah dibawa dan dapat digunakan sewaktu-waktu. Susu dalam bentuk segar termasuk susu kambing memiliki umur simpan yang terbatas sehingga memerlukan alat pendingin untuk mempertahankan kualitasnya tetap baik. Upaya diversifikasi susu kambing salah satunya dengan pembuatan tablet hisap merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan, memberikan pilihan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi susu kambing, aroma goaty sudah tidak terdapat lagi dan meningkatkan daya konsumsi masyarakat terhadap susu kambing. Pembuatan tablet hisap umumnya menggunakan metode granulasi basah untuk mengatasi kendala laju alir dan kompresibilitas yang kurang baik. Tablet hisap merupakan suatu sediaan tablet yang mengandung satu atau lebih bahan dengan
bahan dasar beraroma dan manis yang dapat memberi efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Oleh karena tablet hisap berada lama dalam mulut, maka rasa merupakan faktor penting dalam memformulasi sediaan ini. Penggunaan pemanis merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pemanis yang digunakan pada formula tablet hisap susu kambing adalah aspartam, karena tidak menimbulkan rasa pahit setelah rasa manisnya serta aman dan banyak digunakan pada pemanis makanan karena tidak bersifat karsinogen. Penggunaan bahan pengisi sebagai contoh mannitol, sangat penting untuk menghasilkan bentuk tablet yang diinginkan. Formulasi secara tepat dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing akan menentukan kualitas produk dan daya terima konsumen. Perumusan Masalah Rendahnya produksi susu sapi di Indonesia dibandingkan dengan tingkat konsumsinya yang lebih tinggi mengharuskan kita untuk mencari alternatif lain sebagai sumber penghasil susu, antara lain dengan memanfaatkan potensi ternak perah lain seperti kambing perah. Kendala kurang diterimanya susu kambing perah oleh konsumen karena baunya yang khas, menuntut kita untuk menghasilkan diversifikasi produk dari susu kambing yang dapat diterima konsumen, salah satunya dalam bentuk tablet hisap. Produk tablet hisap banyak dipilih karena penggunaannya yang praktis dan dapat dikonsumsi oleh semua konsumen. Kualitas tablet hisap sangat dipengaruhi oleh bahan tambahan yang digunakan seperti bahan pengikat, pemanis, pengisi dan pelincir. Penentuan formula yang sesuai dari bahan-bahan tersebut sangat diperlukan untuk menghasilkan tablet hisap susu kambing dengan kualitas fisik dan kimia yang baik sesuai ketentuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Farmakope Indonesia dan diterima konsumen. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari formulasi dan proses pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah serta menganalisis karakteristik fisik, kimia dan daya terima konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA Susu Kambing dan Komposisi Kimia Menurut Widodo (2003), susu adalah produk pangan kaya gizi dengan kandungan laktosa, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu sebagai produk pangan yang lengkap, sangat mudah mengalami kerusakan, khususnya akibat cemaran mikroba. Berbagai proses pengolahan susu dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyimpanan serta pengawetan susu. Proses pengolahan tersebut diantaranya melibatkan pemanasan sebagai contoh pada pembuatan susu bubuk, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi, fermentasi pada pembuatan yoghurt, kefir, serta masih banyak proses yang lainnya. Produksi susu sangat penting, sehingga di semua daerah berusaha untuk menggalakkannya (Devendra dan Burns, 1994). Kambing di negara tropis sebenarnya tidak pernah dipelihara khusus untuk diproduksi susunya. Kambing yang umum diambil susunya untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah atau yang lebih dikenal dengan sebutan kambing PE. Menurut Prasetyo (1992), kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang (lokal) dengan kambing Etawah atau Jamnapari (India). Kombinasi dari kedua bangsa ini akan menghasilkan kambing yang ukurannya lebih besar dari kambing Kacang dan memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Ciri-ciri spesifik kambing PE lebih kepada kambing Etawah asal India, seperti masih adanya glambir, muka cembung, serta telinganya panjang, lebar dan terkulai (Moeljanto dan Wiryanta, 2002). Produksi susu kambing PE berkisar dari 0,498-0,692 liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter (Triwulaningsih, 1986). Susu kambing, menurut Blakely dan Bade (1991), dibandingkan susu sapi, mempunyai perbedaan, antara lain (1) warnanya lebih putih, (2) globula lemak susu lebih kecil dan beremulsi dengan susu, (3) lemak susu kambing lebih mudah dicerna, (4) curd protein lebih lunak, (5) mengandung mineral yang lebih tinggi dan (6) susu kambing dapat diminum oleh orang yang alergi minum susu sapi dan orang-orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan. Komposisi gizi susu kambing dibandingkan dengan susu sapi dan susu manusia, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Gizi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI per 100 g Bahan
Kambing
Sapi
ASI
Air (g)
83-87,5
87,2
88,3
Karbohidrat (g)
4,6
4,7
6,9
Energi (Kkal)
67,0
66,0
69,1
Lemak (g)
4,0 - 7,3
3,7
4,4
Protein (g)
3,3 – 4,9
3,3
1,0
Ca (mg)
129
117
33
P (mg)
106
151
14
Fe (mg)
0,05
0,05
0,02
Vitamin A (IU)
185
138
240
Thiamin (mg)
0,04
0,03
0,01
Rhiboflavin (mg)
0,14
0,17
0,04
Niasin (mg)
0,30
0,08
0,20
Vitamin B12 (mg)
0,07
0,36
0,04
Sumber : Sutama (1997)
Menurut Devendra dan Burns (1994), sebagai sumber kalori, kandungan protein susu kambing jauh lebih tinggi daripada susu manusia. Protein susu kambing berbeda dari susu manusia dalam proporsi dan jenis, tetapi profil asam amino total hampir serupa. Aliaga et al. (2003) menambahkan, kelarutan protein susu kambing yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi menunjukkan bahwa kualitas susu kambing lebih baik. Susu sapi dapat digantikan dengan susu kambing karena terdapat beberapa orang yang tidak cocok dalam mengkonsumsi susu sapi sehingga menyebabkan alergi pada kulit yang sensitif (Marletta et al., 2004). Konsumsi susu kambing tidak menyebabkan alergi, karena dalam susu kambing memiliki lapisan penahan protein penyebab alergi dengan persentase yang tinggi. Protein yang berperan sebagai penyebab alergi yaitu β-laktoglobulin (Park, 1993). Lemak susu sangat menentukan flavor pada susu. Lemak susu yang terdapat pada susu kambing berukuran 2,03-3,20 μm dengan rata-rata 2,57 μm (Singh et al., 1982). Susu kambing melampaui susu sapi dalam asam lemak tidak jenuh tunggal,
asam lemak tidak jenuh jamak dan trigliserida rantai sedang, yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan manusia khususnya kondisi kardiovaskuler. Susu kambing memiliki persentase rantai pendek yang tinggi diantaranya adalah asam lemak kaprat (10:0) (Barrionuevo et al., 2002). Komposisi asam lemak susu kambing dapat berubah karena perbedaan pola pemberian pakan (Haenlein, 2004). Susu kambing mengandung vitamin dalam jumlah memadai atau berlebih, kecuali vitamin C, D, piridoksin dan asam folat (Devendra dan Burns, 1994). Susu kambing tidak memiliki pigmen karoten dan hanya mengandung vitamin B6 dan B12 dalam jumlah kecil (Fehr dan Sauvant, 1980). Ditinjau dari kandungan mineralnya, susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik dengan kandungannya yang melebihi kebutuhan bayi, tetapi tidak berpengaruh buruk. Jenness (1980) mengutip hasil kajian pada anak-anak umur 6-13 tahun yang diberi makanan dasar yang sama dan diberi tambahan 0,964 liter susu kambing atau susu sapi. Kedua kelompok tumbuh dengan sangat baik, tetapi anak yang diberi susu kambing mengungguli kelompok susu sapi dalam hal mineralisasi pertulangan, kandungan vitamin A dalam plasma darah serta kalsium serum, dan konsentrasi hemoglobin yang sedikit lebih tinggi (Devendra dan Burns, 1994). Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit jaundie (sakit kuning), asma, lelah, eksim (penyakit kulit), migrain (sakit kepala), bronchitis, TBC, asam urat, impotensi dan darah tinggi (Tambing, 2004). Tablet Tablet berasal dari kata tabuletta yaitu piring pipih atau papan tipis. Beberapa Farmakope Indonesia dijumpai penandaan tablet sebagai kompresi (comprimere = dicetak bersama), juga sebagai komprimat yang menunjukkan cara pembuatannya. Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dicetak dari serbuk kering, kristal atau granul dan umumnya dengan penambahan bahan pembantu. Pembuatannya menggunakan mesin yang sesuai dengan suatu tekanan tinggi (Voigt, 1994). Definisi tablet, menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan padat kompak, yang dibuat secara kempa, cetak, dalam bentuk tabung, pipih atau sirkuler, kedua permukaannya cembung atau rata, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi
sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Sediaan tablet, menurut Lachman et al. (1994), memiliki beberapa keuntungan, yaitu (1) merupakan salah satu bentuk sediaan padat yang memberikan ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang cukup rendah, (2) biaya pembuatannya rendah, (3) mempunyai bentuk sediaan oral yang ringan dan kompak, (4) berupa bentuk sediaan yang mudah untuk dikemas serta dikirim, (5) pemberian tanda pengenal produk pada tablet mudah dan murah, (6) merupakan bentuk sediaan oral yang mudah untuk diproduksi secara besar-besaran, dan (7) memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. Sediaan ini juga mempunyai beberapa kerugian yaitu (1) beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis, (2) obat yang sukar dibasahkan dan lambat melarut sukar diformulasi dalam bentuk tablet dan (3) obat yang rasanya pahit, baunya tidak dapat dihilangkan,
peka
terhadap
oksigen
atau
kelembaban
udara
memerlukan
pengapsulan, penyelubungan atau penyalutan. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989). Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, cakram, juga bentuk seperti telur atau peluru. Panjang garis tengah tablet umumnya 5-17 mm, dengan bobot 0,1-1 g (Voigt, 1994). Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur dan aspek lainnya yang tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya. Jenis tablet dan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2. Bahan Pembantu Penyusun Tablet Hampir semua tablet memerlukan zat tambahan untuk memperoleh sifat fisik dan mekanik sehingga mempermudah proses pembuatan tablet dengan kualitas yang baik. Menurut Voigt (1994), bahan pembantu sebaiknya meningkatkan sifat aliran dan kemampuan ikatan dalam pencetakan serbuk dan untuk mengarahkan kepada daya tahan pressling. Bahan pembantu tablet harus inert, tidak berbau, tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna. Tablet oral yang konvensional disamping berupa
zat aktif menurut Lachman et al. (1994), biasanya terdiri atas satu atau lebih zat-zat yang berfungsi sebagai : (1) pengisi, (2) pengikat, (3) penghancur dan (4) pelincir. Tabel 2. Jenis Tablet dan Penggunaannya Kelompok
Resorpsi, kerja lokal
Jenis tablet
Tablet per oral
Saluran pencernaan makanan
Tablet (umum) Tablet kunyah Tablet berlapis banyak Tablet bersalut Tablet depo Tablet effervescent Tablet penukar ion Tablet perancah
Tablet oral
Rongga mulut ruang rahang,
Tablet hisap
Di bawah lidah
Tablet sublingual
Pada kantung pipi
Tablet bukal
Tablet parental
Pembuluh, otot, jaringan Tablet injeksi di bawah kulit Tablet implantasi Jaringan di bawah kulit
Tablet untuk penggunaan luar
Permukaan tubuh dan Lubang-lubang tubuh
Tablet larut Tablet mata Tablet vaginal Tablet uretral Tablet dental
Sumber : Voigt (1994)
Bahan Pengisi (Filler). Pengisi diperlukan bila formula tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi, sehingga bahan dapat dikempa langsung atau untuk meningkatkan daya alir granul. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pengisi antara lain harus non-toksis, tersedia dalam jumlah yang cukup (mudah didapatkan), murah, netral/inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba, serta tidak mengganggu warna tablet (Lachman et al., 1994). Bahan pengisi juga dapat digunakan dengan tujuan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan. Beberapa bahan tambahan yang umum digunakan sebagai bahan pengisi untuk sediaan tablet antara lain : laktosa, sukrosa, dekstrosa, mannitol, sorbitol, pati dan kalsium karbonat (Bandelin, 1989). Mannitol telah lama digunakan dalam makanan dan produk obat-obatan. Mannitol sering digunakan dalam permen karet untuk mencegah gum merekat pada peralatan pengolahan dan pembungkus, karena sifatnya yang non-higroskopik.
Adakalanya mannitol digunakan sebagai platicizer yaitu untuk membantu memperbaiki tekstur yang lembut dari gum. Mannitol mempunyai titik leleh yang tinggi (165-169°C), sering digunakan sebagai flavouring agent pelapisan cokelat, es krim, dan manisan. Fungsinya sebagai bahan pengisi dalam tablet sudah tidak diragukan lagi. Mannitol lebih terasa manfaatnya saat digunakan dalam tablet kunyah atau hisap, dengan intensitas kemanisannya 0,7 kali gula (Rohdiana, 2003). Bahan Pengikat (Binder).
Kelompok bahan pembantu ini bertanggung jawab
terhadap kekompakan dan daya tahan tablet melalui penyatuan bersama partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kekompakan sebuah tablet dapat juga dipengaruhi oleh tekanan pencetakan (Voigt, 1994). Tipe dan konsentrasi bahan pengikat
berpengaruh terhadap kekuatan intergranul, yang merupakan kekuatan
pengikat antar granul. Peningkatan kekompakan masing-masing partikel akan terjadi dengan cara saling mengikat satu sama lain dari permukaan butir granulat yang bergerigi (Lieberman et al., 1989). Beberapa bahan tambahan yang umum digunakan sebagai bahan pengikat untuk sediaan tablet antara lain : akasia (2-5%), turunan selulosa (1-5%), gelatin (1-5%), gelatin-akasia (2-5%), glukosa (2-2,5%), polivinilpirolidon (2-5%), pasta amilum (1-5%), sukrosa (2-25%), sorbitol (2-10), tragakan (1-4%), dan Na Alginat (2-5%). Bahan Anti Lekat, Pelincir dan Pelicin (Antiadherent, Glidant dan Lubricant). Menurut Lachman et al. (1994), bahan-bahan ini biasanya memiliki fungsi yang tumpang tindih. Suatu bahan pelicin memiliki sifat-sifat pelincir dan anti lekat. Talk, amilum jagung, kalsium atau magnesium stearat, polietilen glikol, serta derivatderivat silika merupakan bahan pelicin yang baik. Bahan-bahan ini juga memiliki kemampuan yang baik sebagai pelumas dan pelincir. Routthauser et al. (1998) menambahkan, salah satu masalah utama dalam pembuatan tablet adalah pelincir. Pelincir yang paling efektif yang telah diketahui adalah garam-garam Mg dan Ca dari asam lemak seperti asam stearat. Perbedaan pelincir, anti lekat dan pelicin yaitu : suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan mengurangi melengketnya bahan-bahan sehingga terbentuk granula pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk
memperbaiki aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Bahan Pewarna.
Penggunaan zat warna dalam tablet telah memberikan tiga
keuntungan yaitu menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Larutan zat warna diserap pada suatu oksida yang dapat menarik air dan biasanya dipergunakan sebagai pewarnaan dalam bentuk serbuk kering. Zat warna yang larut dalam air, zat warna pastel biasanya memperlihatkan warna yang tidak merata. Bila digunakan pada granulasi basah, harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pemudaran warna selama pengeringan. Pada tablet yang diwarnai, formulasi sebaiknya diperiksa untuk mencegah perubahan warna karena pengaruh cahaya (Banker dan Anderson, 1994). Bahan Pemberi Rasa. Menurut Lachman et al. ( 1994), zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Umumnya, zat pemberi rasa yang larut di dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik. Bahan Pemanis. Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula didalam tablet. Menurut Dewi (1986), karakteristik bahan pemanis ideal antara lain : (1) kemanisan minimal sama dengan sukrosa, (2) tidak berwarna, (3) dapat larut dalam air, (4) komposisinya stabil, (5) dapat dimetabolisme secara normal, (6) secara ekonomis layak, (7) tidak beracun, (8) tidak menimbulkan karies pada gigi, (9) tidak menambah kalori pada diet dan (10) memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk makanan dan minuman. Dewasa ini dikenal beberapa jenis gula buatan yang lebih tepat dikenal sebagai bahan pemanis, karena mempunyai sifat lebih manis dari gula tetapi bukan karbohidrat dan tidak berkalori. Tujuan mula-mula pemakaian bahan pemanis secara umum adalah untuk memperbaiki flavour (rasa dan bau) bahan makanan, sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Kegunaan lain dari pemanis, yaitu dapat memperbaiki tekstur bahan makanan misalnya dengan meningkatkan kekentalan, menambah bobot rasa, meningkatkan mouth feel dan sebagainya. Aspartam merupakan senyawa metil ester dipeptida yang tersusun oleh aspartam amino dan pertama kali ditemukan tanpa sengaja oleh James Schlatter pada
tahun 1965. Aspartam terdiri atas asam-asam amino yang mengalami metabolisme dalam tubuh seperti halnya asam amino dari protein umumnya. Aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula alamiah dan tidak memiliki rasa ikutan yang biasa terdapat pada bahan pemanis buatan. Pembuatan Tablet Berdasarkan metode pembuatannya, tablet dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Tablet kempa adalah tablet yang dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Tablet kempa menurut Farmakope Indonesia IV mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, lubrikan, bahkan warna dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, juga pengaroma dan bahan pemanis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Tablet dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Ansel, 1989). Metode Granulasi Basah. Metode granulasi basah adalah metode yang paling tua dan masih banyak dipakai. Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, misalnya : karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas, dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar, serta memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan bahan pengikat. Menurut Lieberman et al. (1989), metode ini sering digunakan dalam pembuatan tablet konvensional. Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat, sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Serbuk tersebut dikeringkan menggunakan oven, setelah kering ukuran diperkecil dengan granulator atau pengayakan dan siap untuk dicetak. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dapat dibagi sebagai berikut (1) menghaluskan bahan aktif dan bahan tambahan (milling), (2) mencampur komponen formula tablet yang sudah dihaluskan (premixing), (3) membuat larutan pengikat/mucilago (binder), (4) menambahkan larutan pengikat pada campuran komponen formula tablet
(wetmixing), (5) mengayak massa basah dengan ayakan kasar ukuran 6-12 mesh (sifting 1), (6) mengeringkan granul basah (drying), (7) mengayak granul kering, (8) mencampur granul kering dengan fase luar (penghancur dan pelincir) (final mixing) dan (9) pencetakan tablet (compression). Metode Granulasi Kering.
Menurut Voigt (1994), granulasi kering ditandai
sebagai briketasi atau kompaktasi. Cara ini sangat tepat untuk pembuatan tablet zat-zat peka suhu atau bahan obat, yang tidak stabil dengan adanya air. Obat dan bahan pembantu dicetak lebih dulu, artinya mula-mula dibuat tablet yang cukup besar, yang massanya tidak ditetapkan. Menurut Ansel (1989), pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat, dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya menjadi granul yang lebih kecil. Metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Langkah-langkah pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dibagi sebagai berikut : (1) menghaluskan bahan aktif dan bahan tambahan, (2) mencampur komponen formula tablet yang sudah dihaluskan, (3) mencetak menjadi tablet besar dan keras (slugging), (4) pengayakan slugg menjadi granul, (5) mencampur granul dengan fase luar (penghancur dan pelincir ) dan (6) pencetakan tablet. Metode Cetak langsung.
Cetak langsung merupakan proses pembuatan tablet
dengan cara massa tablet dikempa secara langsung tanpa melalui proses granulasi basah maupun granulasi kering. Metode ini lebih ekonomis dan bisa digunakan pada obat yang peka terhadap kondisi lembab dan panas. Namun, hanya sedikit bahan obat yang dapat dicetak langsung tanpa penambahan bahan pembantu. Ketersediaan bahan pembantu baru atau modifikasi dari bahan pendukung yang ada khususnya bahan pengisi dan pengikat membuat cara cetak langsung harus lebih memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Ansel, 1989). Proses pencampuran merupakan salah satu proses penting dalam pembuatan tablet. Pencampuran berfungsi untuk memungkinkan tercapai homogenitas campuran dari semua bahan yang digunakan. Menurut Voigt (1994), prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang satu diantara partikel bahan lainnya. Tingkat pencampuran tergantung pada lama pencampuran. Meskipun
demikian, pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap. Penambahan larutan pengikat pada pembentukan granul terjadi dalam empat tahap yaitu tahap pendular, kapilar, funikular dan tetes. Penambahan larutan pengikat kedalam campuran harus disesuaikan sampai terbentuk massa yang konsistensinya dapat dikepal. Menurut Lachman et al. (1994), cairan mempunyai peranan yang penting pada proses granulasi. Jembatan cair terbentuk diantara partikel-partikel dan kekuatan daya rentang dan ikatan ini akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambah meningkat. Gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul serta kekuatannya. Cara yang paling mudah untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada telapak tangan, bila remuk dengan tekanan, maka campuran itu sudah siap untuk menjalani proses berikutnya yaitu pengayakan basah. Menurut Voigt (1994), pengeringan diartikan sebagai hilangnya air atau hilangnya pelarut organik. Tujuan pengeringan dapat dicapai apabila bahan berada pada kondisi yang sesuai yaitu pada luas permukaan yang tinggi sehingga bahan yang dikeringkan dalam bentuk lapisan yang tipis. Suhu pengeringan yang digunakan pada pengeringan granul adalah
40°C selama 2 jam. Pengeringan umumnya
menjamin stabilitas zat menjadi lebih baik, karena dalam kondisi kering tidak terjadi reaksi penguraian secara kimia maupun mikrobiologi, tetapi apabila terjadi penguraian itu akan berlangsung lambat. Tablet Hisap (Lozenges) Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) atau dengan cara kempa menggunakan bahan dasar gula. Tablet hisap tuang kadang-kadang disebut pastiles, tablet hisap kempa disebut troches. Menurut Farmakope Indonesia IV Tablet umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).
Tablet ini dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Banker dan Anderson, 1994). Metode Pembuatan Tablet Hisap Cara Tuang Bahan dasar yang digunakan adalah gelatin atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol. Bahan obat yang tahan panas dapat dibuat menjadi tablet hisap permen gula yang keras dengan mesin pembuat permen yang prosesnya berlangsung dalam keadaan hangat. Sirup wangi dengan konsentrasi tinggi umum digunakan sebagai bahan dasar, lalu dibentuk tablet hisap dengan mencetak dan mengeringkan. Tablet hisap dengan dasar kembang gula memiliki rasa yang manis dan penampilan menarik (Ansel 1989). Menurut Lieberman et al. (1989), proses pembuatan tablet hisap dengan bahan dasar kembang gula yang dileburkan, kriteria berikut harus diperhitungkan, yaitu : 1) temperatur yang tinggi (135-150°C) untuk menghasilkan kadar air dan penyiapan kembang gula yang akan dileburkan; dan 2) diperlukan bahan yang khusus untuk pembuatan tablet hisap dengan metode ini. Peralatan untuk membuat tablet hisap dengan bahan dasar kembang gula yang dileburkan memerlukan peralatan seperti dalam pembuatan gula. Basis kembang gula ini paling banyak digunakan karena dapat bekerja melalui kontak langsung pada mukosa membran untuk pemakaian oral dengan melarutkan bahan obat secara perlahan ke dalam mulut (Lieberman, 1989). Cara Kempa Metode pengempaan merupakan metode alternatif bila salah satu kriteria untuk metode peleburan tidak terpenuhi, karena cara ini lebih sederhana pembuatannya. Tablet hisap yang dibuat dengan cara ini biasa disebut troches. Tablet hisap dengan metode pengempaan dapat disiapkan dengan cara granulasi basah maupun proses pencetakan langsung. Tablet dibuat dengan kompresi menggunakan mesin tablet berpunch besar dan datar. Mesin dijalankan pada derajat tekanan yang tinggi, untuk menghasilkan tablet hisap yang keras dari tablet biasa, sehingga perlahan-lahan akan larut dalam mulut (Ansel, 1989).
Penilaian Organoleptik Penilaian organoleptik atau penilaian sensorik merupakan metode penilaian yang sering digunakan karena dapat dilaksanakan secara cepat dan langsung. Penerapan penilaian organoleptik dalam praktek nyata disebut uji organoleptik yang dilakukan dengan prosedur tertentu. Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan telah dijadikan alat penilaian dalam laboratorium. Penilaian organoleptik sering digunakan sebagai metoda dalam penelitian dan pengembangan produk pangan (Soekarto, 1981). Prosedur penilaian memerlukan pembakuan baik dalam cara penginderaan maupun dalam melakukan analisis data. Pada uji organoleptik, indera yang berperan dalam pengujian ialah indera penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Indera yang paling umum digunakan untuk penilaian penerimaaan suatu makanan yaitu pencicipan dan penglihatan, kemudian disusul perasa atau peraba. Selain itu untuk melakukan uji organoleptik diperlukan panelis (orang yang menjadi anggota panel). Panelis dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu panelis terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih dan panelis konsumen. Panelis dalam uji hedonik diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidak sukaan dan juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik-buruk ini disebut kesan mutu hedonik (Soekarto, 1981).
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari Juni sampai dengan Agustus 2005. Penelitian dilakukan dibagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Formulasi Tablet, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dan Lembaga Farmasi Angkatan Laut, Jakarta. Materi Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing PE beku yang diperoleh dari Daya Mitra Primata. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap adalah bahan pengisi (mannitol), bahan pengikat polivinilpirolidon (PVP), Hidroksipropil metilselulosa (HPMC), khitosan dan amilum, aquades, alkohol, Mg stearat dan talk yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi Universitas Indonesia, aspartam dan asam asetat diperoleh dari toko kimia di wilayah Bogor. Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian sifat kimia adalah larutan NaOH 30%, HCl 0,01 N, H2SO4 pekat 91-92%, batu didih, asam borat 2%, heksana, SeO2, K2SO4, CuSO4.5H2O dan indikator phenolptalin Peralatan yang digunakan adalah panci, kompor listrik, sendok pengaduk, separator, eksikator, corong, kertas saring, labu erlenmeyer,
centrifuge, buret,
cawan, tanur listrik, alat penyuling, labu Kjedahl 100 ml, pipet, labu soxhlet, kapas bebas lemak, spray dryer merek Buche tipe B-190, mesin cetak tablet (Erweka), hardness tester (Erweka TBH 28), friability tester (Erweka TAR), oven, flowmeter (Erweke GDT), bulk density tester, timbangan analitik dengan ketelitian 0,001 g (EB-330H), jangka sorong, gelas piala dan ayakan (12 dan 20 mesh). Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan empat taraf perlakuan formula bahan (Formula A, B, C dan D) dan tiga kali ulangan.
Model Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini : Yij = μ + τi + εij Keterangan : Yij
= hasil pengamatan pada perlakuan ke i dan ulangan ke j
μ
= nilai rataan umum
τi
= pengaruh formula ke-i
ε
= galat percobaan akibat pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i
i
= A, B, C dan D
j
= ulangan (1, 2 dan 3)
Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisik, kimia dan organoleptik. Sifat fisik yang diuji meliputi evaluasi granul (laju alir dan kompresibilitas) dan evaluasi tablet (kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran). Sifat kimia yang diuji terdiri atas kadar air, abu, lemak dan protein. Uji organoleptik meliputi uji mutu hedonik terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa. Uji hedonik dilakukan terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Analisis Data Data sifat fisik, kimia dan organoleptik (uji mutu hedonik) yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA). Jika perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji peringkat berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut (Steel dan Torrie, 1995). Uji hedonik dianalisis secara statistik non parametrik dengan uji Kruskal Wallis dan jika hasilnya berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji banding rataan ranking (Mean Comparison Rank Test) yang dikembangkan oleh Gibbons (1975). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Ri-Rj
< Zα [ Κ (Ν+1) /6 ]0,5
Keterangan: Ri
= Rataan rangking pada perlakuan ke-i
Rj
= Rataan rangking pada perlakuan ke-j
Zα
= Nilai Z untuk pembanding lebih dari dua rata-rata (α=0,05 dan α=0,01)
Ν
= Jumlah total pengamatan (jumlah panelis x jumlah sampel)
K
= Jumlah taraf dalam perlakuan (1, 2, 3 dan 4)
Jika nilai
Ri-Rj
> Zα [ Κ (Ν+1) /6 ]0,5 , maka perlakuan Ri dan Rj dikatakan
berbeda nyata pada taraf α. Z pada 0,05 = 1,64 Z pada 0,01 = 2,33 Prosedur Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (a) penentuan karakteristik kimia susu kambing segar, (b) penentuan karakteristik kimia susu skim bubuk dan (c) pembuatan produk untuk mendapatkan formula terpilih. Penelitian utama melakukan pembuatan produk berdasarkan formula terpilih yang diperoleh dari penelitian pendahuluan. Tujuan penelitian pendahuluan yaitu untuk memperoleh formula tablet hisap susu kambing terpilih berdasarkan bahan pengikat yang berbeda. Formula terbaik dinilai dengan mempertimbangkan kekerasan tablet
yang dihasilkan. Penelitian
utama bertujuan untuk mengaplikasikan formula terpilih dengan kombinasi pemanis tambahan dan bahan pengisi. Skema alur penelitian tablet hisap disajikan pada Gambar 1. Penelitian Pendahuluan Mutu bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing sangat penting untuk menentukan mutu produk akhir yang dihasilkan. Mengacu pada metode penelitian yang dilakukan Said (2005), penelitian diawali dengan pengujian kualitas susu kambing segar meliputi kadar air, abu, lemak dan protein. Susu kambing selanjutnya dipanaskan sampai dengan suhu 40°C, diseparasi hingga diperoleh kadar lemak kurang dari 1%, kemudian susu kambing skim dikeringkan dengan spray draying.
Susu kambing segar
Analisis proksimat - kadar air - kadar abu - kadar lemak - kadar protein
Pemanasan pada suhu 40 °C Separasi Spray Draying
Susu bubuk Evaluasi granul - laju alir
Formula 1, 2, 3 dan 4
Tablet Evaluasi tablet - kekerasan - keregasan - keseragaman bobot - keseragaman ukuran Formula terpilih (Formula 3)
-
mannitol (52; 51,96; 51,92 dan 51,88%) aspartam (0; 0,02; 0,04 dan 0,06%)
Evaluasi granul - laju alir - kompresibilitas
Susu bubuk
Formula 3 (Formula A, B, C dan D)
Tablet hisap susu kambing
• Sifat fisik tablet (kekerasan, keregasan, keseragaman ukuran dan keseragaman bobot) • Sifat kimia ( kadar air, abu, lemak dan prorein) • Organoleptik (uji hedonik dan uji mutu hedonik)
Gambar 1. Skema Alur Penelitian Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing
Susu kambing skim bubuk yang dihasilkan diuji kualitasnya meliputi : kadar air, abu, lemak dan protein. Susu bubuk yang telah dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai bahan baku dalam formula untuk memperoleh formula yang terbaik berdasarkan perbedaan bahan pengikat. Massa tablet dicetak dengan mesin pencetak tablet dengan bobot tiap tablet 200 mg. Formula tablet hisap susu kambing dengan bahan pengikat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Formula Tablet Hisap dengan Bahan Pengikat yang Berbeda Formula 1
Bahan
Formula 2
Formula 3
Formula 4
-(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)-
Susu kambing
65
130
65
130
65
130
65
130
Mannitol
25,98
51,96
25,98
51,96
25,98
51,96
25,98
51,96
Aspartam
0,02
0,04
0,02
0,04
0,02
0,04
0,02
0,04
Amilum
5
10
-
-
-
-
-
-
Khitosan
-
-
5
10
-
-
-
-
HPMC
-
-
-
-
5
10
-
-
PVP
-
-
-
-
-
-
5
10
Talk
3
6
3
6
3
6
3
6
Mg Stearat
1
2
1
2
1
2
1
2
100
200
100
200
100
200
100
200
Total
Bahan Penyusun Tablet Hisap Susu Kambing. Komposisi setiap formula terdiri atas bahan aktif susu kambing skim bubuk, mannitol sebagai pengisi, aspartam sebagai pemanis tambahan, HPMC sebagai pengikat, talk dan Mg stearat sebagai pelicin (lubrikan), pelincir (glidan) dan anti lekat (antiadherent). Mannitol banyak digunakan sebagai pengisi karena mempunyai kompresibilitas yang baik, tidak bersifat higroskopis sehingga massa tablet yang agak lembab akibat bahan aktif susu bubuk skim tidak bertambah lembab, dan memiliki mouth feel yang enak. Mannitol selain berfungsi sebagai pengisi dapat juga berfungsi sebagai pemanis, walaupun tingkat kemanisan mannitol menurut Salminen et al. (1990), hanya 0,4-0,5 dari sukrosa. Aspartam dipilih sebagai pemanis karena mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, seperti yang diungkapkan Rohdiana (2004). Aspartam memiliki daya kemanisan 100-200 kali lebih manis daripada gula tebu. Aspartam sangat disukai
karena rasa manis yang ditimbulkannya sangat mirip dengan gula. Kemanisan yang tinggi pada aspartam tidak setinggi sukrosa, tetapi penggunaan aspartam akan lebih murah dibandingkan dengan sukrosa. Jumlah aspartam yang digunakan pada penelitian ini mengacu Badan Pengawas Obat dan Makanan (2004) yaitu maksimal 0,06%. Pemilihan
HPMC
sebagai
pengikat,
karena
penggunaannya
tidak
memerlukan konsentrasi yang besar (2-5%) untuk memberikan daya ikat yang baik dan memiliki tingkat viskositas yang seragam sehingga dapat disesuaikan dengan fungsinya. Talk digunakan sebagai bahan pelincir (glidant) dan anti lekat (antiadherent) karena dapat meningkatkan daya alir granul. Penggunaan Mg stearat sebagai pelicin (lubricant) karena sifat spesifiknya yang berminyak saat disentuh, sehingga adanya sifat tersebut gesekan antara massa tablet dan alat cetak dapat dikurangi. Pembuatan Tablet Hisap Susu kambing. Pembuatan tablet hisap susu kambing dilakukan dengan menggunakan metode granulasi basah (Gambar 2). Susu kambing skim bubuk ditambah mannitol dan aspartam, lalu diaduk sampai homogen. Bila massa telah homogen kemudian ditambahkan larutan pengikat (amilum/kitosan/PVP /HPMC) sedikit demi sedikit hingga terbentuk massa yang dapat dikepal. Hasil pencampuran awal diayak dengan menggunakan ayakan 12 mesh, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 40°C selama 2 jam. Massa yang kering kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 20 mesh sampai dihasilkan granul. Granul yang dihasilkan ditimbang, kemudian ditambah talk dan Mg stearat masingmasing 3% dan 1% terhadap bobot granul, lalu diaduk sampai homogen. Granul yang telah homogen diuji terlebih dahulu meliputi laju alir, kemudian dicetak menjadi tablet. Pada keempat formula tersebut dilakukan pengujian terhadap sifat fisik tablet (evaluasi tablet) yaitu kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran. Berdasarkan sifat fisik kekerasan tablet hisap susu kambing yang dihasilkan, akan diperoleh formula terbaik untuk digunakan pada penelitian utama (Formula 3).
drug, filler, internal disintegrant (Susu bubuk, mannitol dan aspartam)
Binder solution (HPMC)
Ballmill
Bulk
Milling
V-Blend
Planetary Mixer
Premixing
Wetmixing
(In Process Control)
Sifting 1 (12 mesh)
Lubricant & External disintegrate (talk dan Mg stearat)
Drying (40°C)
V-Blend
Evaluasi :
-
Tablet
Kekerasan Keregasan Keseragaman ukuran Keseragaman bobot
Fluid Bed Dryer
Compression
Final mixing
Sifting 2 (20 mesh)
Evaluasi granul (laju alir dan kompresiblitas)
Gambar 2. Proses Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah Sumber : Lieberman et al. (1989)
Penelitian Utama Pembuatan tablet hisap susu kambing selanjutnya dilakukan dengan mengaplikasikan formula terpilih (Formula 3) dengan kombinasi bahan pemanis tambahan (aspartam) dan bahan pengisi (mannitol). Kombinasi tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas organoleptik tablet hisap susu kambing, khususnya dari segi rasa. Penggunaan aspartam digunakan dari konsentrasi terkecil 0% sampai dengan batas maksimum penggunaan yaitu 0,06%. Formula tablet dibuat dalam empat formula yakni formula A, B, C dan D. Formula selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Formula Tablet Hisap dengan Konsentrasi Pemanis yang Berbeda Formula A Formula B Formula C Formula D -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)-
Bahan Susu kambing
65
130
65
130
65
130
65
130
Mannitol
26
52
25,98
51,96
25,96
51,92
25,94
51,88
Aspartam
0
0
0,02
0,04
0,04
0,08
0,06
0,12
HPMC
5
10
5
10
5
10
5
10
Talk
3
6
3
6
3
6
3
6
Mg Stearat
1
2
1
2
1
2
1
2
100
200
100
200
100
200
100
200
Total
Tablet hisap kemudian akan diuji kualitasnya meliputi sifat fisik granul (laju alir dan kompresibilitas), sifat fisik tablet (kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran), sifat kimia (kadar air, abu, kadar lemak dan kadar protein) dan organoleptik (mutu hedonik dan hedonik). Prosedur Analisa Sifat Kimia Kadar Air sesuai SNI 01-2891-1992 (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Cawan kosong dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 30 menit dan didinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 3 g dimasukkan ke dalam cawan, selanjutnya dikeringkan dalam oven 105°C selama 6 jam hingga beratnya konstan. Kadar air sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut : w Kadar air (%) =
x 100% w1
Keterangan : w = bobot sampel awal - bobot sampel akhir w1 = bobot sampel awal Kadar Abu
sesuai SNI 01-2891-1992 (Dewan Standarisasi Nasional, 1992).
Cawan kosong dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 30 menit dan didinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. Sampel seberat 2-3 g dimasukkan ke dalam cawan, lalu diarangkan di atas nyala pembakar dan diabukan dalam tanur listrik dengan suhu 550°C selama 2 jam. Cawan berisi sampel setelah diabukan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : w1 - w 2
Kadar abu (%bb) =
x 100%
w Keterangan : w = bobot sampel sebelum diabukan, dalam gram w1 = bobot sampel + cawan sesudah diabukan, dalam gram w2 = bobot cawan kosong, dalam gram kadar abu (%) Kadar abu (%bk) =
x 100% (100-kadar air)%
Kadar Lemak sesuai SNI 01-2891-1992 (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Sampel seberat 1-2 g dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas. Selongsong kertas disumbat dengan kapas, dikeringkan dalam oven pada suhu + 80°C selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak berisi batu didih yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Sampel dalam labu lemak diekstraksi dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama 6 jam. Heksana atau pelarut lemak lainnya disuling. Ekstraksi lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C. Ekstraksi lemak didinginkan dalam eksikator, kemudian ditimbang. Pengeringan diulangi hingga tercapai bobot konstan. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus berikut : Kadar lemak (%bb) =
w1 - w 2 w
Keterangan :
x 100%
w = bobot sampel, dalam gram w1 = bobot labu lemak sesudah ekstraksi, dalam gram w2 = bobot labu lemak kosong, dalam gram kadar lemak (%) Kadar lemak (%bk) =
x 100% (100-kadar air)%
Kadar Protein sesuai SNI 01- 2891-1992 (Dewan Standarisasi Nasional, 1992). Sampel seberat 0,51 g dimasukkan dalam labu Kjedahl 100 ml, kemudian ditambahkan 2 g campuran selen dan 25 ml H2SO4 pekat. Larutan tersebut dipanaskan di atas pemanas listrik atau api pembakar sampai mendidih dan larutan menjadi jernih kehijau-hijauan. Setelah dingin, larutan diencerkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditepatkan sampai tanda garis. Larutan sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam alat penyuling, ditambahkan 5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes indikator PP, lalu disuling selama + 10 menit, sebagai penampung digunakan 10 ml larutan asam borat 2% yang telah dicampur indikator. Ujung pendingin dibilas dengan air suling. Larutan dititar dengan larutan HCl 0,01N. Blanko dibuat sebagai penetapan. Kadar protein dapat dihitung dengan rumus berikut : Kadar protein (%bb) =
(v1 - v2) x N x 0,014 x fk x fp
x100%
w Keterangan : w = bobot sampel (g) v1 = volume HCl 0,01N yang digunakan penitaran sampel (ml) v2 = volume HCl 0,01N yang digunakan penitaran blanko (ml) fk = faktor konversi untuk protein dari makanan secara umum 6,25; untuk susu dan olahannya 6,38 fp = faktor pengenceran kadar protein (%) Kadar protein (%bk) =
x 100% (100-kadar air)%
Prosedur Evaluasi Granul (Wells, 1987) Laju Alir. Sebanyak 100 g massa tablet ditimbang, lalu dimasukkan dalam corong dan diratakan. Alat Flowmeter dinyalakan dan waktu yang diperlukan seluruh massa untuk mengalir melalui corong dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai banyaknya gram serbuk yang melewati celah mesin per detik. Kompresibilitas. Kompresibilitas dievaluasi dengan menggunakan alat bulk density tester dalam 300 ketukan. Sejumlah massa tablet dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V1). Berat jenis bulk = m/V1. Massa dalam gelas ukur diketuk-ketuk sampai volume tetap (V2). Berat jenis mampat = m/V2. Kriteria kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 5. (Berat jenis mampat – Berat jenis bulk) Indeks Kompresibilitas (%) =
x 100% Berat jenis mampat
Tabel 5. Kriteria Indeks Kompresibilitas Indeks kompresibilitas (%)
Kategori
5-15
Istimewa
12-16
Baik
18-21
Sedang
23-35
Jelek
33-38
Sangat jelek
>40
Sangat-sangat jelek
Sumber : Wells (1987)
Prosedur Evaluasi Tablet Kekerasan Tablet. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester (Erweka TBH 28). Tablet diletakkan pada posisi vertikal diantara dua posisi logam penjepit dari alat pengukur kekerasan. Satuan kekerasan tablet ditentukan dengan menekan tombol sesuai dengan yang diinginkan, lalu tombol start ditekan sehingga logam penjepit bergerak untuk memecah tablet. Kekerasan tablet dibaca pada layar digital,
satuan hasil untuk kekerasan tablet yaitu kilo Pascal (kP)
(Lieberman et al., 1989).
Keregasan Tablet. Sebanyak 20 tablet yang telah dibebas debukan ditimbang, kemudian dimasukkan dalam alat uji keregasan tablet. Alat diset dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Setelah itu tablet dikeluarkan, dibebas debukan dan ditimbang kembali untuk mengetahui perbedaan berat sebelum dan setelah diuji keregasan, kemudian dihitung persentasenya, dengan cara menghitung selisih antara bobot tablet sebelum pengujian dengan bobot tablet setelah pengujian dibandingkan dengan bobot tablet sebelum pengujian dikalikan 100%. Nilai keregasan tablet < 0,8%. Keregasan tablet dapat dihitung dengan rumus berikut : Keregasan tablet (%) =
w1 - w 2
x 100%
w1 Keterangan : w1 = bobot tablet sebelum pengujian w2 = bobot tablet setelah pengujian Keseragaman Bobot. Dua puluh tablet ditimbang satu persatu dengan menggunakan timbangan digital. Dihitung bobot rata-rata dari tablet tersebut. Bobot tiap tablet dibandingkan dengan bobot rata-rata. Ketentuan yang harus dipenuhi menurut Farmakope Indonesia III adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih dari kolom A dan tidak boleh 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih dari kolom B (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Tabel 6. Persentase Penyimpangan Bobot Rata-rata Tablet menurut Farmakope Indonesia III Bobot rata-rata
Penyimpangan bobot rata-rata (%) A
B
25 mg atau kurang
15
30
26 mg – 150 mg
10
20
151 mg – 300 mg
7,5
15
Lebih dari 300 mg
5
10
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1979)
Keseragaman Ukuran. Sebanyak 20 tablet dari tiap formula diukur diamaternya dengan jangka sorong. Keseragaman ukuran tablet ditentukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet dari 10 tablet dari tiap-tiap formula dengan menggunakan jangka sorong (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Uji Organoleptik Sifat organoleptik dari tablet hisap susu kambing yang dihasilkan dianalisis dengan uji hedonik dan mutu hedonik. Panelis diminta memberikan penilaian tingkat kesukaan terhadap sampel atau sifat-sifat spesifik. Pengujian menggunakan panelis tidak terlatih sebanyak 40 orang (uji hedonik) dan agak terlatih sebanyak 30 orang (uji mutu hedonik). Sampel disajikan kepada panelis secara acak disertai segelas air putih sebagai penawar rasa dan panelis diminta memberikan kesan pada lembar kuesioner yang disajikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan terhadap susu kambing segar dan susu kambing skim bubuk bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dari bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi tablet hisap. Pengujian komposisi nutrisi susu kambing yang dilakukan pada penelitian ini meliputi kadar air, abu, lemak dan protein. Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar Hasil analisis komposisi susu kambing segar terhadap kadar air, abu, lemak dan kadar protein disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar Hasil Pengujian (%BB)
(%BK)
Sutama (1997)
Maree (2001)
Kadar Air
85,22
-
83-87,5
85,00-88,70
Kadar Abu
0,34
2,30
*
0,69-0,89
Kadar Lemak
0,96
6,50
4,0-7,3
3,00-5,50
Kadar Protein
3,31
22,40
3,3-4,9
2,9-4,6
Parameter
Keterangan : * = tidak dinyatakan
Hasil uji fisik susu kambing segar menghasilkan susu yang bersih, berbau khas susu, dan memiliki rasa agak manis, sesuai dengan ketentuan dalam SNI 01-3141-1998 (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Uji alkohol menunjukkan hasil yang negatif, sehingga susu kambing segar yang digunakan dalam penelitian merupakan susu yang baik dan layak dikonsumsi. Komposisi nutrisi susu kambing segar yang dihasilkan sesuai dengan Sutama (1997) bahwa kisaran kadar air, lemak dan protein susu kambing adalah 83,00-87,5%; 4,0-7,3% dan 3,3-4,9%. Kadar abu merupakan komponen yang paling penting untuk mengetahui kadar mineral keseluruhan. Nilai kadar abu yang dihasilkan lebih rendah dari ketetapan Maree (2001) yaitu 0,69-0,8%. Susu mempunyai komposisi kimia yang secara kuantitatif bervariasi bergantung pada jenis ternak, spesies, umur, jenjang laktasi, interval pemerahan, iklim dan pakan (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).
Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk Susu segar yang akan dikeringkan, terlebih dahulu diseparasi untuk menghilangkan lemaknya. Kandungan lemak yang rendah pada susu kambing yang digunakan akan memberikan manfaat terhadap tablet hisap yang dihasilkan, yaitu akan menghasilkan produk yang rendah kalori (lemak). Susu skim akan memberikan kemampuan aliran bahan dalam proses pengeringan semprot dengan metode spray dryer berjalan dengan lancar. Suhu yang digunakan untuk menghasilkan susu kambing bubuk skim dalam proses pengeringan semprot yaitu suhu inlet 187°C dan suhu outlet 77°C. Menurut Master (1979), untuk produk susu, suhu pengering semprot yang digunakan berkisar antara 170 sampai 200°C. Susu skim dalam bentuk bubuk dengan kadar air rendah disyaratkan dan sangat penting sebagai bahan baku untuk menghasilkan tablet yang sesuai dengan standar yang ada, dan sangat berhubungan dengan kadar air yang dihasilkan. Hasil analisis susu kambing bubuk skim dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk Parameter
Hasil Pengujian
SNI 01.2970.1999*
(%BB)
(%BK)
Kadar Air
2,33
-
Maks. 4,00
Kadar Abu
8,24
8,44
Maks. 9,00
Kadar Lemak
0,81
0,83
Maks. 1,50
Kadar Protein
35,89
36,75
Min. 34,00
Keterangan : * Badan Standarisasi Nasional (1999)
Kadar air dalam produk kering merupakan salah satu parameter yang penting dalam menentukan daya tahan dan daya simpan produk tersebut. Menurut Widodo (2003), proses pembuatan susu bubuk merupakan salah satu contoh pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 87% (susu segar) menjadi 3% (susu bubuk) dengan cara pengeringan semprot (spray drying). Kadar air yang terdapat pada susu kambing bubuk sebesar 2,33% telah memenuhi standar susu bubuk tanpa lemak menurut Badan Standarisasi Nasional (1999), yaitu maksimal 4% dan sesuai dengan pernyataan Buckle et al. (1985), bahwa produk susu kering atau tepung susu mengandung kadar air dibawah 5%.
Nilai kadar abu, lemak dan protein berturut-turut sebesar 8,44(%BK); 0,83(%BK) dan 36,75(%BK), ketiganya sesuai dengan SNI 01.2970.1999 yang menyebutkan bahwa susu bubuk tanpa lemak memiliki kadar abu maksimal 9,0%, kadar lemak maksimal 1,5% dan kadar protein minimal 34,0%. Penentuan Bahan Pengikat Tablet Hisap Susu Kambing Formula yang digunakan pada penelitian pendahuluan dibedakan berdasarkan jenis bahan pengikat yang dipilih (amilum, kitosan, HPMC dan PVP). Konsentrasi keempat bahan pengikat adalah sama yaitu 5%. Keempat formula memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan sifat laju alir (kurang dari 10 detik), keregasan (kurang dari 0,8%) dan keseragaman ukuran (diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet), keempat formula yang diuji cobakan telah menghasilkan tablet yang memenuhi syarat mutu tablet yang ditentukan. Keseragaman bobot untuk tablet yang dihasilkan dengan penambahan pengikat amilum (formula 1) dan kitosan (Formula 2) telah memenuhi syarat dari Farmakope Indonesia III (1979). Penambahan bahan pengikat HPMC (formula 3) dan PVP (formula 4) tidak memenuhi persyaratan tersebut. Pengujian terhadap kekerasan tablet hisap dengan tingkat kekerasan yang paling tinggi dimiliki oleh tablet hisap dengan bahan pengikat HPMC (formula 3) dengan nilai kekerasan mencapai 6,72 kP dan kekerasan terkecil dimiliki tablet hisap dengan bahan pengikat PVP (formula 4) sebesar 1,32 kP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap kekerasan tablet hisap susu kambing sangat dipengaruhi oleh perbedaan bahan pengikat (P<0,01). Uji lanjut Duncan diperoleh bahwa HPMC menghasilkan kekerasan yang paling tinggi dengan rataan 5,35 kP dibandingkan bahan pengikat yang lain. Tablet dengan pengikat HPMC memiliki kekerasan yang tinggi karena dapat berinteraksi dengan air dan membentuk gel yang akan membentuk ikatan kokoh serta merupakan penghalang fisik lepasnya bahan aktif dari matrik secara cepat (Martodihardjo, 1996). Berdasarkan evaluasi terhadap kekerasan tablet hisap yang dihasilkan dari formula yang berbeda, dipilih formula 3 yang digunakan dalam penelitian utama, karena tablet hisap yang dihasilkan memiliki kekerasan tertinggi. Tablet hisap memiliki tingkat kekerasan yang tinggi dengan tujuan agar tablet tidak mudah pecah
pada saat dikulum, tetapi terlarut secara perlahan-lahan dengan mukosa mulut dalam waktu 30 menit atau kurang. Penelitian Utama Pada penelitian pendahuluan telah diperoleh bahan pengikat terbaik untuk digunakan pada pembuatan tablet hisap susu kambing yaitu HPMC yang menghasilkan tablet dengan tingkat kekerasan tertinggi (formula 3). Selanjutnya pada penelitian utama, formula yang digunakan dibedakan menurut kombinasi konsentrasi aspartam sebagai pemanis yang digunakan yaitu sebesar 0%; 0,02%; 0,04% dan 0,06% dengan mannitol sebagai pengisi yaitu masing-masing 52%; 51,96%; 51,92% dan 51,88% untuk memperoleh formula A, B, C dan D. Formula secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4. Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing dengan Formula yang Berbeda Evaluasi granul merupakan suatu evaluasi terhadap bahan atau granul sebagai bahan baku proses pembuatan tablet. Evaluasi berfungsi memastikan telah dipenuhinya syarat-syarat yang ditentukan (laju alir dan kompresibilitas), sehingga proses dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap pengempaan atau pencetakan. Evaluasi granul ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukan proses pencetakan tablet, karena sifat massa tablet dapat berpengaruh pada tablet yang dihasilkan. Menurut Marshall (1989), sifat-sifat karakteristik granul yang meliputi kemampuan pengempaan dan sifat aliran dari bahan kasar akan memberikan pengaruh yang nyata pada pelaksanaan urutan proses pentabletan dan sifat dari tablet yang dihasilkan. Menurut Voigt (1994), granul merupakan suatu agregat asimetris yang melekat bersama dari partikel-partikel serbuk dan tidak menunjukkan bentuk geometris yang harmonis. Hasil evaluasi granul tablet hisap susu kambing yang dilakukan pada penelitian ini meliputi laju alir dan kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 9. Laju Alir atau Sifat Alir. Laju alir granul merupakan salah satu hal yang penting dalam produksi sediaan padat. Aliran granul akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet, karena penakaran dosis untuk sediaan tablet berdasarkan volume granul yang mengisi cetakan tablet. Pengukuran laju alir granul susu kambing dengan Flowmeter
(Lampiran 34). Prinsip yang digunakan pada alat Flowmeter untuk menghitung laju alir granul yaitu mengukur waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu zat untuk mengalir melalui pembuka corong dan mengukur jumlah zat yang mengalir dalam waktu yang tertentu (Voigt, 1994). Tabel 9. Hasil Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing Parameter
Formula A
B
C
D
Laju Alir (gram/detik)
7,68±1,62
6,23±0,47
5,92±0,33
5,98±0,34
Indeks kompresibilitas (%)
7,90±1,89
5,85±2,79
6,00±0,00
6,17±0,15
Keterangan : A = susu bubuk 65%, mannitol 26,00%, aspartam 0,00%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% B = susu bubuk 65%, mannitol 25,98%, aspartam 0,02%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% C = susu bubuk 65%, mannitol 25,96%, aspartam 0,04%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1% D = susu bubuk 65%, mannitol 25,94%, aspartam 0,06%, HPMC 5%, talk 3% dan Mg stearat 1%
Hasil sidik ragam menunjukkan keempat formula yang digunakan, tidak berpengaruh terhadap laju alir (P>0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa granul tablet hisap susu kambing memiliki laju alir tidak berbeda. Kisaran rataan nilai laju alir dari keempat formula, yaitu 5,92-7,68 gram/detik. Laju alir granul sangat dipengaruhi oleh faktor bentuk, ukuran, distribusi ukuran partikel, bobot jenis partikel dan ukuran hopper. Semakin bulat bentuk partikel, maka semakin baik laju alirnya. Metode granulasi basah yang digunakan pada penelitian ini dapat juga meningkatkan aliran serbuk dengan cara membentuknya menjadi granul. Selain itu, penambahan zat tambahan berupa talk dan magnesium stearat yang berfungsi sebagai pelincir mampu memperbaiki laju alir granul. Menurut Voigt (1994), talk memiliki fungsi luncur dan pelumas yang istimewa, berdasarkan pada struktur kisi lapisan talk. Hasil pengujian laju alir menunjukkan bahwa keempat formula memiliki laju alir yang baik, dibuktikan bahwa granul dapat mengalir dalam waktu kurang dari 10 detik (Wells, 1987). Kompresibilitas Granul. Kompresibilitas yaitu sifat fisik untuk membentuk massa yang stabil, kompak bila diberi tekanan (Lachman et al., 1994). Pengujian kompresibilitas granul menggunakan alat bernama Bulk Density Tester. Nilai rataan persentase kompresibilitas granul dari keempat formula terdapat pada Tabel 9. Kisaran rataan nilai persentase kompresibilitas granul tablet hisap susu kambing dari
keempat
formula
yang
digunakan,
yaitu
sebesar
5,85-7,90%.
Persentase
kompresibilitas granul tertinggi dihasilkan pada granul dengan formula A, sedangkan formula B menghasilkan persentase kompresibilitas terkecil. Namun, hasil sidik ragam menunjukkan formula yang berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap persentase indeks kompresibilitas granul (P>0,05). Kompresibilitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kerapatan granul, yaitu dari ukuran partikel dan bentuk partikel. Menurut Banker dan Anderson (1994), partikel berbentuk bulat menyebabkan kerapatan bulknya meningkat, sedangkan ukuran granul yang semakin besar menyebabkan kerapatan bulk menurun. Granul yang keras dan padat memerlukan tekanan yang lebih besar untuk menghasilkan massa yang kompak. Granul yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong dalam kriteria istimewa, yaitu berada pada kisaran 5-15%, sesuai dengan kriteria kompresibilitas menurut Wells (1987). Kompresibilitas yang baik ditunjukkan oleh ukuran dan bentuk partikel yang seragam sehingga akan memudahkan dalam pencetakan dan menghasilkan tablet hisap susu kambing yang kompak pada saat dicetak. Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing Evaluasi terhadap tablet hisap susu kambing dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan atau tidak. Evaluasi yang diuji pada tablet hisap susu kambing dengan formula yang berbeda meliputi keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan dan keregasan. Nilai rataan hasil pengujian evaluasi tablet hisap susu kambing dari keempat formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing Parameter
Formula A
B
C
D
Kekerasan (kP)
3,62±0,06
3,92±0,58
4,18±0,59
4,79±0,38
Keregasan (%)
0,32±0,11
0,41±0,05
0,29±0,20
0,41±0,06
Bobot rata-rata (mg) Keseragaman Ukuran - Diameter (mm) - Tebal (mm)
218,12±12,89 213,47±8,85 215,35±10,83 217,1±4,57 8,20±0,01 4,29±0,16
8,20±0,00 4,17±0,10
8,20±0,00 4,23±0,12
8,20±0,00 4,21±0,04
Kekerasan Tablet. Pengujian kekerasan pada penelitian ini dilakukan terhadap tablet jadi. Pengujian terhadap kekerasan tablet sangat dibutuhkan sebagai parameter dari kekuatan mekanis tablet. Tablet hisap umumnya dirancang dengan kekerasan yang tinggi agar tahan terhadap guncangan mekanis dan waktu hancur yang tidak cepat sehingga tablet tidak mengalami kehancuran langsung dimulut. Nilai rata-rata kekerasan tablet hisap susu kambing hasil penelitian adalah 3,62-4,79 kP. Menurut Lieberman (1989), kekerasan tablet hisap berkisar antara 30-50 kg/inc2 atau > 15 kP. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formula tidak berpengaruh terhadap kekerasan tablet hisap susu kambing (P>0,05). Kekerasan tablet pada formula D secara numerik mempunyai rataan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan yang lain. Kekerasan tablet keempat formula tidak memenuhi syarat kekerasan tablet menurut Lieberman (1989). Hal ini dapat disebabkan oleh penyetelan alat pencetakan yang kurang tepat atau kurangnya tekanan dalam mencetak tablet. Keregasan Tablet. Parameter lain dalam mengukur kekuatan mekanik tablet adalah pengujian terhadap keregasan tablet. Keregasan yang tinggi akan mudah menjadi serbuk, sehingga dapat menimbulkan debu pada tempat produksi dilakukan serta dapat menimbulkan variasi bobot tablet. Keregasan tablet dapat menjadi salah satu kategori penilaian kemampuan terhadap bahan pengikat tablet. Bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini sangat baik, karena menghasilkan kehilangan bobot yang kecil. Ketahanan terhadap kehilangan bobot, menunjukkan bahwa tablet tersebut mampu bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan transportasi (Ansel, 1989). Nilai keregasan tablet hisap dari keempat formula yang dihasilkan berkisar antara 0,29-0,41%. Berdasarkan sidik ragam, perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap keregasan tablet (P>0,05). Menurut Farmakope Indonesia IV, persyaratan keregasan tablet adalah kurang dari 0,8% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa keempat formula memenuhi ketetapan keregasan Farmakope Indonesia IV yaitu masing-masing formula A, B, C dan D secara berturut-turut mempunyai nilai 0,32; 0,41; 0,29 dan 0,41
Keseragaman Bobot.
Uji keseragaman bobot merupakan parameter untuk
mengetahui variasi bobot dari tablet yang dihasilkan. Bobot tablet yang seragam akan mengandung jumlah zat berkhasiat yang sama. Faktor utama yang mempengaruhi keseragaman bobot yaitu keseragaman pengisian die yang berkaitan erat dengan sifat alir massa tablet. Ansel (1989) menyatakan bahwa jumlah bahan yang diisikan ke dalam die yang akan ditekan menentukan berat tablet yang dihasilkan. Volume bahan yang diisi granul ke dalam die harus disesuaikan dan alat harus diatur agar diperoleh berat yang diinginkan. Pengaturan alat untuk memperoleh berat yang diinginkan pada penelitian ini dilakukan selama proses pencetakan berjalan, baik secara manual maupun otomatis. Bobot tablet hisap susu kambing yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 200 mg. Nilai rataan bobot tablet hisap susu kambing yang dihasilkan berkisar antara 213,47-218,12 mg (Tabel 10). Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing
tidak memberikan pengaruh terhadap
keseragaman bobot tablet (P>0,05). Variasi bobot tablet yang dihasilkan dapat disebabkan oleh ukuran dan distribusi ukuran granul yang tidak tepat, aliran yang buruk, sehingga menyebabkan jumlah massa tablet yang masuk kedalam cetakan berbeda-beda. Ukuran granul yang lebih besar dari ukuran optimal untuk cetakan yang digunakan akan mempengaruhi variasi besarnya rongga antara granul saat pengisian die. Ukuran granul yang dihasilkan dengan menggunakan ayakan 20 mesh yaitu 840 mikron (Rippie, 1989). Keempat formula yang berbeda telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia III, yaitu untuk bobot rata-rata 151-300 mg tidak lebih dari 2 tablet yang beratnya menyimpang lebih dari 7,5% dari bobot rata-rata dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 15% dari bobot rata-rata (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Persentase variasi bobot rata-rata tablet hisap susu kambing dari keempat formula menghasilkan beda dari 1,18-1,9%. Perhitungan selisih bobot rata-rata dalam satuan mg adalah selisih antara bobot rata-rata tablet dan bobot dalam satuan mg, sedangkan selisih bobot rata-rata dalam satuan (%) adalah perbandingan antara selisih bobot rata-rata dalam satuan mg dengan bobot dalam satuan mg dikalikan dengan 100%.
Keseragaman Ukuran. Keseragaman ukuran merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi keseragaman sediaan. Semakin tinggi keseragaman ukuran tablet yang dihasilkan, maka kualitas tablet akan semakin baik. Pengujian terhadap keseragaman ukuran tablet hisap susu kambing pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur diameter dan tebal tablet sebanyak 20 tablet dengan menggunakan jangka sorong. Menurut Farmakope Indonesia III (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979), diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Diameter tablet pada penelitian ini umumnya konstan yaitu 8,2 mm, sedangkan tebal tablet pada setiap formula bervariasi. Menurut Lachman et al. (1994), ketebalan tablet dapat dipengaruhi oleh jumlah massa yang diisikan ke dalam die, kerapatan massa tablet yang dicetak serta tekanan yang digunakan. Menurut Ansel (1989), untuk mendapatkan tablet dengan tebal yang sama selama produksi dan diantara produksi untuk formula yang sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama. Apabila tekanan pada mesin yang digunakan konstan, maka variasi ukuran tablet yang dihasilkan dipengaruhi oleh sifat alir bahan tablet sehingga jumlah volume massa tablet pada pengisian die berubah-ubah. Menurut Lachman et al. (1994), ketebalan tablet harus terkontrol sampai perbedaan + 5%. Hasil rataan ketebalan tablet hisap susu kambing berkisar antara 4,17-4,29 mm (Lampiran 3), sedangkan diameter tablet memiliki ukuran yang seragam yaitu 8,20 mm (Lampiran 4). Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap keseragaman ukuran tablet. Hal ini mempunyai arti bahwa tablet hisap dengan formula yang berbeda memiliki keseragaman ukuran yang tinggi. Bobot tablet yang berbeda-beda pada setiap formula tablet hisap dapat menyebabkan ketebalan yang bervariasi. Ketebalan tablet hisap susu kambing yang berbeda akan mempengaruhi pengemasan tablet, seperti yang diungkapkan Lachman et al. (1994), ketebalan tablet harus terkontrol guna memudahkan pengemasannya. Apabila volume materi yang akan dikemas tidak konsisten, maka kesulitan akan dialami dalam penggunaan unit dosis serta peralatan pengemas yang lain. Nilai rataan ketebalan dan diameter tablet
hisap susu kambing yang dihasilkan dari keempat formula, memenuhi syarat keseragaman ukuran menurut Farmakope Indonesia III (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Komposisi Nutrisi Tablet Hisap Susu Kambing Komposisi kimia yang dianalisis pada penelitian ini meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein. Nilai Rataan nutrisi tablet hisap susu kambing pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Rataan Analisis Kimia Tablet Hisap Susu Kambing Parameter
Formula A
B
C
D
Kadar Air (%BK)
5,65±0,84
5,14±0,90
5,12±0,51
5,32±0,29
Kadar Abu ( % BK)
6,37±0,37b
6,83±0,33ab
7,02±0,18a
7,31±0,36a
Kadar Lemak (%BK)
1,73±0,08
1,65±0,22
1,46±0,07
1,56±0,10
Kadar Protein (%BK)
25,36±0,42
25,85±0,98 26,05±0,79
26,84±1,2
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Kadar Air. Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode oven yang bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam tablet hisap susu kambing yang dihasilkan. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan penerimaan, kesegaran dan daya tahan bahan itu (Winarno, 1997). Menurut Lieberman et al. (1989), kandungan air dalam tablet hisap sebaiknya 0,5-1,5%. Nilai rata-rata hasil pengukuran kadar air terhadap tablet hisap susu kambing berkisar 5,12-5,65%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formula susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap kadar air tablet hisap. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air tablet hisap susu kambing tidak berbeda. Kadar air tablet hisap yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan menurut Lieberman et al. (1989). Kadar air yang relatif tinggi dapat disebabkan masih adanya larutan pengikat yang tidak menguap sempurna pada proses pengeringan granul dan bahan aktif (susu bubuk skim) yang bersifat higroskopis. Kadar Abu. Kadar abu merupakan parameter kemurnian produk, yang dipengaruhi oleh unsur-unsur mineral dalam bahan pangan tersebut (Winarno, 1997). Kadar abu
menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Nilai rata-rata kadar abu berkisar 6,37-7,31%. Hasil sidik ragam menunjukkan, bahwa kadar abu tablet hisap susu kambing dipengaruhi oleh perbedaan formula (P<0,05). Kadar abu tertinggi terdapat pada formulasi D dan kadar abu terkecil pada formula A Berdasarkan Voigt (1994), talk dan Mg stearat merupakan senyawa anorganik,
sehingga
semakin
tinggi
penggunaan
senyawa
tersebut,
akan
menyebabkan peningkatan kadar abu. Talk dan Mg stearat digunakan berdasarkan berat granul yang dihasilkan, sehingga talk dan Mg stearat yang digunakan dalam formula berbeda-beda. Penggunaan masing-masing talk dan Mg stearat secara berturut-turut yaitu formula A (3,05 dan 1,02 mg), formula B (3,04 dan 1,01 mg), formula C (2,98 dan 0,99 mg) dan formula D (2,44 dan 0,81 mg). Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan talk dan Mg stearat yang semakin menurun menyebabkan kadar abu semakin meningkat, berlawanan dengan persyaratan Voigt (1994). Hal ini mungkin disebabkan oleh proses pencampuran granul secara manual yang tidak merata, yang mengakibatkan talk dan Mg stearat tidak tersebar secara homogen di dalam campuran. Uji lanjut dengan menggunakan Duncan diperoleh bahwa tablet hisap formula A memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan tablet hisap dengan formula C dan D, tetapi tidak berbeda terhadap formula B. Kandungan magnesium yang tinggi dalam tablet sangat penting untuk menghambat proses osteoporosis. Kadar Lemak. Kadar lemak tablet hisap susu kambing yang dihasilkan berkisar antara 1,46-1,73%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan formula tablet hisap susu kambing tidak memberikan pengaruh terhadap kadar lemak tablet hisap susu kambing (P>0,05). Hal ini dapat terjadi karena aspartam dan mannitol bukan merupakan bahan pangan sumber lemak, sehingga pengaruhnya terhadap kandungan lemak tablet hisap tidak terlihat nyata. Kadar lemak yang meningkat dari 0,83% (BK) dalam susu skim bubuk menjadi 6,37% (formula A); 6,83% (formula B); 7,02% (formula C) dan 7,31% (formula D) dalam tablet hisap dikarenakan adanya penambahan magnesium stearat yang merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak.
Kadar Protein. Kandungan protein yang terdapat dalam tablet hisap susu kambing diperoleh dari kandungan protein susu kambing skim bubuk yang merupakan bahan dasarnya. Nilai rata-rata hasil analisis kadar protein terhadap tablet hisap susu kambing pada formula yang berbeda berkisar 25,36-26,84%. Berdasarkan sidik ragam, perbedaan formula tidak berpengaruh terhadap kadar protein tablet hisap susu kambing yang dihasilkan (P>0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya konsentrasi aspartam yang ditambahkan kedalam setiap formula tablet hisap, sehingga sumber protein utama dalam tablet hisap berasal dari susu skim bubuk yang digunakan dalam jumlah yang sama pada setiap formula yaitu sebesar 65%. Penurunan kadar protein dalam tablet hisap di bandingkan dalam susu skim bubuk karena penambahan bahan-bahan penyusun tablet sebesar ± 35% dan kontribusi dari setiap bahan berbeda-beda. Penilaian Organoleptik Tablet Hisap Susu Kambing Penilaian organoleptik terhadap tablet hisap susu kambing dilakukan dengan uji mutu hedonik dan uji hedonik. Penilaian organoleptik yang dilakukan berguna untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk yang dihasilkan, meliputi warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Menurut Soekarto (1981), uji organoleptik terhadap suatu bahan pangan didefinisikan sebagai penilaian dengan menggunakan alat indera yaitu indra penglihatan, pencicip, pembau dan pendengar. Uji Mutu Hedonik Uji mutu hedonik merupakan salah satu parameter dalam menentukan mutu produk pangan. Hasil dari pengujian mutu hedonik akan menunjukkan tingkat penerimaan sifat-sifat produk tablet hisap susu kambing oleh konsumen. Uji mutu hedonik dilakukan terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa dari tablet hisap susu kambing dengan menggunakan garis sebagai parameter suatu kesan dari rangsangan. Panelis yang digunakan untuk menilai tablet hisap susu kambing yaitu panelis agak terlatih sebanyak 30 orang. Hasil rataan uji mutu hedonik tablet hisap susu kambing disajikan pada Tabel 12. Warna. Atribut yang pertama kali dapat dilihat melalui indera penglihatan oleh konsumen yaitu warna. Warna merupakan faktor paling menarik perhatian konsumen dalam melihat penampakan suatu produk. Menurut Winarno (1997), suatu bahan
yang dinilai bergizi, enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila warnanya tidak sedap dipandang atau memberikan kesan telah menyimpang dari warna yang sebenarnya. Tabel 12. Nilai Rataan Penilaian Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing Kriteria Penilaian
Formula A
B
C
D
Warna
5,43±2,85
4,87±2,46
4,72±2,50
4,99±2,49
Aroma
7,42±3,19
6,44±2,83
6,90±2,88
6,70±2,75
Tekstur
5,73±2,52
5,98±2,85
5,69±2,50
5,70±2,56
Rasa
8,56±2,93
7,66±2,63
7,33±2,79
7,57±3,15
Warna 0-3 : Sangat putih 3-6 : Putih 6-9 : Agak kuning 9-12 : Kuning 12-15 : Sangat kuning
Aroma Sangat tidak beraroma goaty Tidak beraroma goaty Agak beraroma goaty Beraroma goaty Sangat beraroma goaty
Tekstur Sangat halus Halus Agak kasar Kasar Sangat Kasar
Rasa Sangat manis Manis Agak manis Tidak manis Sangat tidak manis
Hasil uji skalar yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata hasil penilaian penelis terhadap warna tablet hisap susu kambing pada formula yang berbeda berkisar antara 4,72-5,4. Warna tablet hisap susu kambing dari keempat formula menunjukkan warna yang putih. Warna putih yang dihasilkan disebabkan oleh warna susu skim sebagai bahan baku dan penambahan bahan tambahan yang berwarna putih seperti Mg stearat, talk, mannitol, aspartam dan HPMC. Menurut Rahman et al. (1992), globula lemak yang kecil pada susu tidak menyerap sinar dengan baik seperti halnya pada globula lemak yang lebih besar, tetapi akan merefleksikan sinar yang baik yang akan menyebabkan penampakan lebih putih. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa formula yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh terhadap warna tablet hisap susu kambing. Semakin kecil nilai yang diperoleh, maka kesan warna yang ditimbulkan semakin putih. Aroma. Aroma suatu produk dapat dinilai dengan indera penciuman. Nilai rataan uji mutu hedonik terhadap atribut aroma tablet hisap susu kambing berkisar 6,44-7,42. Hasil penilaian panelis terhadap tablet hisap yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan menunjukkan penilaian yang berada pada kisaran agak beraroma goaty. Hasil sidik ragam tidak menunjukkan adanya pengaruh untuk keempat macam
formula yang digunakan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata panelis memberikan aroma tidak beda terhadap tablet hisap yang disajikan. Tablet hisap susu kambing dengan tingkat aroma yang mendekati tidak beraroma goaty diperoleh dari formula B, karena memiliki rata-rata terkecil yaitu 6,44. Aroma goaty yang cenderung berkurang pada tablet hisap disebabkan bahan baku susu kambing yang digunakan adalah susu skim bubuk. Aroma goaty pada susu kambing berhubungan erat dengan kandungan lemak dalam susu. Lemak mempunyai sifat mudah mengikat bau, sehingga semakin tinggi kandungan lemak akan beresiko pula pada banyaknya bau yang terserap atau sebaliknya. Susu kambing diperoleh dengan cara pemisahan lemak susu melalui proses separasi. Selain itu, proses lanjutan yang dilakukan seperti pemanasan susu kambing segar pada suhu 40oC dan pengeringan semprot (spray draying) dapat menghilangkan aroma goaty karena adanya asam-asam lemak terbang kaproat, kaprilat dan kaprat yang memberikan karakteristik bau dan flavor hilang pada saat pemanasan tersebut (Soeparno, 1992). Tekstur. Nilai skala garis yang digunakan dalam atribut tekstur yaitu sangat kasar sampai dengan sangat halus. Tablet yang baik umumnya memiliki tekstur yang halus. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), derajat kekerasan tekstur suatu bahan makanan yang berasal dari susu ditentukan oleh besarnya kristal laktosa. Rata-rata penilaian panelis terhadap tekstur tablet hisap susu kambing yang dihasilkan berkisar 5,69-5,98. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perbedaan formula memberikan tekstur yang tidak berbeda (P>0,05). Produk dengan formula D memiliki tingkat kehalusan yang tinggi yaitu 5,69, sedangkan tingkat kehalusan terendah dijumpai pada tablet hisap susu kambing dengan formula B (rata-rata nilai mutu hedonik 5,98). Kehalusan tablet hisap yang dihasilkan tergantung besarnya tekanan pada proses pencetakan. Tekanan yang sesuai pada saat pencetakan tablet hisap susu kambing akan menghasilkan permukaan tablet yang halus dan mengkilap. Rasa. Nilai rata-rata uji mutu hedonik terhadap rasa tablet yang dihasilkan pada masing-masing formula menunjukkan bahwa panelis memberikan respon yang tidak beda yaitu berkisar antara 7,33-8,56 (agak manis). Penilaian terhadap rasa dilakukan berdasarkan tingkat kemanisan dari tablet hisap yang disajikan. Rasa tablet hisap yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh susu skim yang ditambahkan dalam formula yaitu masing-masing pada konsentrasi 65% atau 130 mg/200 mg total bahan.
Pemanis yang ditambahkan 0,02-0,06% belum berpengaruh pada kemanisan dari tablet hisap yang dihasilkan. Konsentrasi pemanis yang ditambahkan termasuk sangat sedikit (sesuai dengan batas maksimal penggunaan menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan yaitu 0,06%), sehingga panelis belum mampu untuk membedakan rasa manis dari keempat formula. Pengaruh pemanasan selama proses pembuatan tablet dapat pula menyebabkan intensitas rasa manisnya berkurang. Menurut Rohdiana (2004), aspartam tidak stabil terhadap perlakuan panas yang menyebabkan terdekomposisi seiring dengan berkurangnya intensitas rasa manisnya. Hasil sidik ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh dari keempat formula yang digunakan (P>0,05) terhadap rasa tablet hisap susu kambing. Tablet hisap yang disajikan mempunyai rasa khas susu, yaitu rasa manis yang tersamar berhubungan dengan kandungan laktosa dalam susu. Uji Hedonik Penilaian organoleptik secara hedonik dilakukan untuk mengetahui daya terima
panelis terhadap tablet hisap susu kambing yang dihasilkan dengan
memberikan penilaiannya tentang kesukaan atau ketidaksukaannya sesuai dengan kriteria yang disajikan. Uji hedonik dilakukan terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Skala yang digunakan terdiri atas lima tingkat, yaitu sangat suka, suka, netral, tidak suka dan sangat tidak suka. Panelis yang digunakan pada penelitian ini adalah panelis tidak terlatih sebanyak 40 orang. Kejadian yang paling banyak dinilai oleh panelis diukur menggunakan modus. Modus adalah nilai yang terjadi paling sering atau yang mempunyai frekuensi paling tinggi (Walpole, 1995). Tabel 13 menyajikan hasil penilaian organoleptik hedonik tablet hisap susu kambing terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Warna. Warna merupakan sifat produk yang paling menarik perhatian konsumen dan paling cepat memberi kesan disukai atau tidak disukai. Warna mempunyai arti dan peranan bagi suatu produk pangan sebagai tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu dan pedoman proses pengolahan (Soekarto, 1981). Nilai modus atribut warna tablet hisap susu kambing pada uji hedonik adalah 4 (suka) untuk setiap formula. Uji hedonik menghasilkan nilai rata-rata 3,7-3,95 yaitu antara netral sampai suka. Tablet hisap susu kambing dengan formula C mempunyai kecenderungan lebih disukai panelis dengan penilaian 77,5% suka, 10% sangat suka, 10% netral dan 2,5% panelis
menyatakan tidak suka. Warna tablet hisap yang dihasilkan dari keempat formula yang berbeda adalah putih. Tabel 13. Nilai Rataan Penilaian Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing Formula
Kriteria Penilaian Warna Aroma Tekstur Rasa Penampakan Umum Keterangan : 1 = Sangat tidak suka 4 = Suka
A
B
C
D
Rataan
3,78
3,7
3,95
3,95
Modus
4 (75%)
4 (70%)
4 (77,5%)
4 (75%)
Rataan
3,38
3,6
3,55
3,35
Modus
4 (40%)
4 (47,5%)
4 (50%)
3 (47,5%)
Rataan
3,83
3,83
3,85
3,8
Modus
4 (80%)
4 (77,5%)
4 (77,5%)
4 (70%)
Rataan
3
3,53
3,43
3,4
Modus
2 (35%)
4 (55%)
4 (47,5%)
4 (50%)
Rataan
3,73
3,8
3,85
3,83
Modus
4 (70%)
4 77,5(%)
4 (80%)
4 (75%)
2 = Tidak suka 5 = Sangat suka
3 = Netral
Hasil uji Kruskal-Wallis menyatakan bahwa penggunaan formula yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh terhadap warna tablet hisap (P>0,05). Warna putih pada tablet hisap disebabkan bahan utama (susu skim) maupun bahan-bahan tambahan yang digunakan berwarna putih dan pada proses pembuatan tablet tidak dilakukan penambahan warna sintetis. Fotografi bentuk dan warna bahan-bahan penyusun tablet hisap dapat dilihat pada Lampiran 33. Aroma.
Kesukaan panelis terhadap aroma tablet hisap susu kambing berkisar
3,3-3,6. Tablet hisap susu kambing dengan formula C mempunyai kecenderungan lebih disukai panelis dengan penilaian 50% suka, 40% netral, 5% sangat suka dan 5% panelis menyatakan tidak suka. Berdasarkan uji Kruskal Wallis diperoleh bahwa penggunaan formula A, B, C dan D tidak menghasilkan adanya perbedaan aroma pada tablet hisap susu kambing (P>0,05). Hal ini menunjukkan, bahwa panelis memberikan tingkat kesukaan yang tidak berbeda terhadap aroma tablet hisap susu kambing. Aroma tablet hisap susu kambing tanpa pemanis tambahan (aspartam)
memiliki modus 4 (40%) yang berarti disukai. Hal ini dikarenakan susu kambing yang digunakan terlebih dahulu diseparasi untuk memisahkan kandungan lemaknya dan diolah menjadi susu bubuk, sehingga aroma goaty akibat adanya asam-asam lemak terbang menjadi hilang. Tekstur. Tekstur dalam suatu bahan makanan umumnya dipengaruhi oleh kadar air, kadar lemak, protein serta struktur karbohidrat yang dikandung. Menurut Dewi (1987), penambahan pemanis dapat memperbaiki tekstur bahan makanan, misalnya dengan peningkatan kekentalan, menambah bobot rasa, meningkatkan mouth feel dan sebagainya. Nilai rata-rata uji hedonik terhadap tekstur tablet hisap susu kambing berkisar 3,83-3,85 dengan nilai modus yang sama yaitu 4. Perbedaan formula menghasilkan tingkat kesukaan panelis yang hampir sama yaitu netral sampai dengan suka. Hasil uji Kruskal Wallis
menunjukkan bahwa perbedaan
formula tidak berpengaruh terhadap kesukaan panelis pada tekstur tablet hisap yang dihasilkan (P>0,05). Hal ini dapat terjadi karena penambahan bahan-bahan dan proses pembuatan tablet hisap susu kambing yang dilakukan terhadap keempat formula adalah sama, sehingga setiap tahapan yang dilakukan pada proses pembuatan tablet akan berpengaruh terhadap tekstur tablet yang dihasilkan. Rasa. Rasa merupakan kriteria yang paling penting yang dapat menentukan daya terima konsumen terhadap suatu produk. Menurut Winarno (1997), rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cacapan yang terletak pada papila yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Berbagai senyawa menimbulkan rasa yang berbeda. Rasa asam dihasilkan oleh donor proton, rasa asin dihasilkan oleh garam-garam anorganik, rasa manis ditimbulkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung gugus OH dan rasa pahit disebabkan oleh alkaloid-alkaloid. Penambahan aspartam pada penelitian ini dikarenakan aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula alamiah dan tidak memiliki rasa ikutan yang biasa terdapat pada bahan pemanis buatan (Dewi, 1987). Rata-rata penilaian panelis terhadap rasa tablet hisap susu kambing pada formula yang berbeda yaitu 3-3,53. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian panelis terhadap rasa tablet hisap adalah antara netral dan suka. Hasil uji Kruskall Wallis menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap rasa dari keempat formula yang digunakan (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaan terhadap rasa
tablet hisap susu kambing tidak berbeda. Formula A menunjukkan nilai terendah dengan rataan 3 dan nilai modus 2 (35%). Diantara keempat formula, formula A menunjukkan modus yang paling kecil, karena sebagian besar panelis tidak menyukai tablet hisap susu kambing tanpa penambahan aspartam (35% tidak suka; 30% menyatakan suka; 27,5% menyatakan netral; 2,5% panelis menyatakan sangat tidak suka dan 5% menyatakan sangat suka). Rasa manis yang dihasilkan pada tablet susu kambing di dominasi dari pemanis alami dalam susu yaitu laktosa atau gula susu. Penampakan Umum. Penampakan umum merupakan atribut yang digunakan untuk mengetahui daya terima panelis secara keseluruhan terhadap tablet hisap susu kambing yang dihasilkan, meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa. Menurut Lachman et al. (1994), penampakan umum suatu tablet adalah identitas visual yang sangat penting karena selain berhubungan dengan nilai estetika yang akan mempengaruhi pemasaran dan penerimaan konsumen, juga berhubungan dengan identitas suatu produk. Tablet yang baik umumnya memiliki permukaan yang halus dan rata, tidak kotor dan mempunyai warna seragam. Rataan hasil penilaian panelis terhadap penampakan adalah netral sampai dengan suka (3,73-3,85) dengan modus yang sama yaitu 4 (suka). Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa formula yang berbeda menghasilkan tablet hisap susu kambing dengan penampakan yang serupa (P>0,05). Penampakan yang seragam dari keempat perlakuan disebabkan oleh penambahan zat penyusun yang sama pada proses pembuatan tablet yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan tablet yang baik secara fisik sehingga memenuhi nilai estetika.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Metode granulasi basah dapat digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing. Sifat fisik granul dan tablet hisap susu kambing dengan formula yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Keempat formula yang digunakan menghasilkan komposisi kimia yang tidak berbeda terhadap kadar air, kadar protein dan kadar lemak, tetapi berpengaruh terhadap kadar abu tablet hisap susu kambing. Tablet hisap susu kambing yang dihasilkan dari keempat formula sesuai dengan karakteristik tablet hisap yang baik menurut Farmakope Indonesia. Uji hedonik menunjukkan bahwa tablet hisap susu kambing yang dihasilkan disukai oleh panelis berdasarkan kriteria warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang kemungkinan digunakan jenis pemanis yang berbeda, sehingga akan dapat ditentukan formula terbaik berdasarkan intensitas rasa manis pada tablet hisap susu kambing yang berbeda. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk menentukan bahan pengemas yang sesuai sehingga dapat pula diketahui umur simpan dari tablet hisap susu kambing.
UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat dan hidayah yang tiada henti-hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusNya hingga akhir zaman. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dorongan moril, materil, kasih sayang dan pengorbanan yang tulus dan ikhlas selama ini. Penulis selalu berharap agar kelak nanti diberikan kesempatan untuk selalu dapat membahagiakan keduanya dan memohon kepada Allah SWT agar kepada beliau berdua diberikan kebaikan di dunia maupun diakhirat sebagai balasan. Penulis juga menghaturkan terimakasih kepada Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA dan Sutriyo, MSi., Apt yang selama ini dengan sabar meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, bantuan serta pengalaman hidup berharga dari awal hingga tahap akhir penyelesaian tugas akhir ini; Ir. Afton Atabany, M.Si dan Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si yang telah banyak memberi saran dan masukan selama ujian sidang, serta Tuti Suryati S.Pt., MSi selaku pembimbing akademik. Hanya Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan tersebut. Saudaraku, Ita N dan S. Salsabilla yang selalu memberikan dukungan, keceriaan dan doa yang tulus selama ini, semoga Allah SWT memberikan keselamatan dunia dan akhirat. Betha, Villy dan Vytha yang telah memberikan arti sebuah persahabatan, kesabaran dan kasih sayang. Rizki, Fitria H, Arga, Zahro, Ani, Fitria, Udin dan Karyadinata serta teman-teman seperjuangan di THT 38 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas persahabatan dan kerjasamanya selama ini, semoga Allah meridhoi persahabatan kita. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Kesempurnaan hakiki hanya milik Allah. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amien. Bogor, Januari 2006 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Aliaga, I. L., M. J. M. Alferez, M. Barrionuevo, T. Nestares, M. R. S. Sampelayo dan M. S. Campos. 2003. Study of nutritive utilization of protein and magnesium in rats with resection of the distal small intestine. Beneficial effect of goat milk. J. Dairy Science. 86: 2968-2966. Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Terjemahan: F. Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan. Direktorat Standardisasi Produk Pangan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1998. Susu Segar. SNI 01-3141-1998. Badan Standarisasi Nasional , Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1999. Susu Bubuk. SNI 01-2970-1999. Badan Standarisasi Nasional , Jakarta. Bandelin, F. J. 1989. Compressed tablets by wet granulation. Dalam: H. A. Liberman., L. Lachman dan J. B. Schwartz (Editor). Pharmaceutical Dosage Forms. Volume I. Marcel Dekker Inc, New York. Banker, G.S. dan R. Anderson. 1994. Tablet. Dalam: L. Lachman, H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II. Terjemahan: S. Suyatmi, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Barrionuevo, M., M. J. M. Alferez, I. L. Aliaga, M. R. S. Sampelayo dan M. S. Campos. 2002. Beneficial effect of goat milk on nutritive utilization of iron and copper in malabsorption syndrome. J. Dairy Science. 85: 657-664. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan: Idk H. Putra. Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung. Dewan Standarisasi Nasional. 1992. Cara uji makanan dan minuman. SNI 01-28911992. Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 2003. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
Dewi, S. L. S. 1987. Pemanis nutritif dan non nutritif. Dalam: S. Fardiaz., R. Dewanti dan S. Budijanto (Editor). Bahan Tambahan Kimia (Food Additives). Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Gabungan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fehr, P. M. dan D. Sauvant. 1980. Composition and yield of goat milk as affected by nutritional manipulation. J. Dairy Science. 63: 1671-1680. Gibbons, J. D. 1975. Non Parametric Methods for Quantitative Analysis. Elsevier Co., Alabama. Haenlein, G. F. W. 2004. Goat milk in human nutrition. J. Small Ruminant Research. 51:155-163. Indonesian National Committee of International Dairy Federation (IDNC IDF). 2005. Indonesian dairy development and Its obstacle. Inauguration and International Dairy Federation (IDF) Seminar, Jakarta. Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II. Terjemahan: S. Suyatmi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Lieberman, H. A., L. Lachman dan J. B. Schwartz. 1989. Pharamaceutical Dosage Forms-Tablet. Volume 1. Marcel Dekker Inc, New York. Maree, H. P. 2001. Goat milk and its use as aHypo-Allergenic infant food. http/www. Milk compare. Htm. [22 mei 2001]. Marletta, D., S. Bordonaro, A. M. Guastella, P. Falagiani, N. Crimi dan G. D. Urso. 2004. Goat milk with different α S2 – casein content : Analysis of allergenic potency by REAST-Inhibition Assay. J. Small Ruminant Research. 52: 19-24. Marshall, K. 1989. Kompresi dan konsolidasi serbuk bahan padat. Dalam: L. Lachman, H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi I. Terjemahan: S. Suyatmi, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Martodihardjo, S. 1996. Pelepasan teoflin secara terkontrol dari matrik hidroksipropil metilselulosa viskositas tinggi. Majalah Farmasi Indonesia. 7 (3): 152-161. Master, K. 1979. Spray Drying Hand Book. John Wiley and Sons. New York. Moeljanto, R. D. dan B. T. W. Wiryanta. 2002. Khasiat dan Manfaat Susu Kambing. Agro Media Pustaka, Jakarta. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Park, Y. W. 1993. Hypo-allergenic and therapeutic significance of goat milk. J. Small Ruminant Research. 14: 151-159.
Prasetyo, L. H. 1992. Pemikiran dalam upaya peningkatan mutu genetik kambing. Prosiding Domba dan Kambing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-ilmu Peternakan Indonesia. Himpunan Peternakan Domba dan Kambing Indonesia, Cabang Bogor, Bogor: 22-25. Rahman, A., S. Fardiaz., W. P. Rahayu, Suliantari dan C. C. Nurwitri. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Penerbit Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rippie, E. G. 1989. Pencampuran. Dalam: L. Lachman, H. A. Lieberman dan J. L. Kanig (Editor). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi I. Terjemahan: S. Suyatmi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Rohdiana, D. 2004. Pemanis buatan. http://www. Pikiran Com/cetak/0304/25/cakrawala/penelitian.htm. [25 Maret 2004].
Rakyat.
Rotthauser, B., G. Kraus dan P. C. Schmidt. 1998. Optimization of an effervescent tablet formulation containing spray dried L-leucine and polyethylene glicol 600 as lubricants using a central composite design. J. Pharmaceuties and Biopharmaceuties. 46: 85-94. Said, N. 2004. Pembuatan tablet effervescent berbahan baku susu kambing sebagai pangan tambahan (food supplement) dengan metode granulasi basah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salminen, S. dan A. Hallikainen. 1990. Sweeteners. Dalam: A. L. Branen., P. M. Davidson dan S. Salminen (Editor). Food Additive. Marcell Dekker, Inc. New York, Basel. Hal: 297-326. Singh, J., K.S. Dinesh dan L. K. Jain. 1982. Acid and flavour production and proteolytic activity by yoghurt starters. J. Dairy Science. 10: 125-128. Soekarto, S. T. 1981. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Soeparno. 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sutama, I. K. 1997. Kambing peranakan etawah, kambing perah Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sutriyo. 2002. Teori Pencampuran dan Granulasi (Mixing and Granulation). Departemen Farmasi. Universitas Indonesia, Depok. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik: Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tambing, S. N. 2004. Beternak kambing perah, peluang menjanjikan. http://www. Pikiran rakyat. Com/cetak/1004/14/cakrawala/penelitian.htm. [14 oktober 2004] Triwulaningsih, E. 1986. Beberapa parameter genetik sifat kuantitatif kambing peranakan etawah (PE). Tesis. Magister Sains Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: S. Noerono. Gadjah Mada University Press, Jakarta. Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistik. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wells, J. I. 1987. Pharmaceutical Preformulation : The Physicochemical Properties of Drug Substences. E. Horwood Limited Publishers-Chichester Halsted Press. Chichester, Brisbane, Toronto, New York. Widodo. 2003. Bioteknologi Industri Susu. Dua Warna, Yogyakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing dengan Bahan Pengikat yang Berbeda pada Penelitian Pendahuluan Formula
Keseragaman Bobot Memenuhi Syarat
Keseragaman Ukuran Memenuhi Syarat
Laju Alir (g/s) 5,4
Keregasan (%) 0,17
Kekerasan (kP) 1,42-4,07
2
Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
5,8
0,26
2,03-4,79
3
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
5,9
0,15
3,97-6,72
4
Tidak Memenuhi Syarat
Memenuhi Syarat
4,5
0,47
1,32-3,26
1
Keterangan :
1 = Bahan pengikat amilum 2 = Bahan pengikat kitosan 3 = Bahan pengikat HPMC 4 = Bahan pengikat PVP
Lampiran 2. Grafik Keseragaman Bobot dari 20 Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Utama Bobot Tablet A1 250
250
240
240
230
230
220
220
210
210
200
200
190
190
180
Bobot Tablet A2
180
170
170
160 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
2
3
4
5
6
7
1
2
8
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Bobot Tablet B1
Bobot Tablet A3
260 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160
270 260 250 240 230 220 210 200 190 180 1
160
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Bobot Tablet B2
Bobot Tablet B3
250 240 230 220 210 200 190 180 170 160
240 230 220 210 200 190 180 170 160 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
1
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
3
4
5
6
7
8
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
250 240 230 220 210 200 190 180 170 160
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
4
Bobot Tablet C2
Bobot Tablet C1
2
3
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
250 240 230 220 210 200 190 180 170 160 1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
Bobot Tablet C3
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Bobot Tablet D1
270 260 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160
250 240 230 220 210 200 190 180 170 160
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
1
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
2
2
3
4
5
6
7
8
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Bobot Tablet D3
Bobot Tablet D2 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160 1
3
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
260 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160 1
2
3 4 5 6 7 8 Rataan Penyimpangan +15% Penyimpangan -15%
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Penyimpangan +7,5% Penyimpangan -7,5% Bobot
Lampiran 5. Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Perlakuan 3 58,49282000 Galat 36 16,69774000 Total 39 12,31846667 * = hasil sangat berbeda nyata
Kuadrat Total 19,49760667 0,46382611
F hitung 42,04
Pr >F 0,0001*
Lampiran 6. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Bahan Pengikat HPMC Kitosan Amilum PVP
N 10 10 10 10
Rataan 5,35 3,62 2,89 2,07
Huruf A B C D
Lampiran 7. Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Sumber db Jumlah Kuadrat Keragaman Perlakuan 3 8308,10000000 Galat 36 3023,40000000 Total 39 11331,5000000 * = hasil sangat berbeda nyata
Kuadrat Total
F hitung
2769,36666667 32,98 83,98333333
Pr >F 0,0001*
Lampiran 8. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Bahan Pengikat Kitosan HPMC Amilum PVP
N 10 10 10 10
Rataan 227,1 226 204,8 193,1
Huruf A A B C
Lampiran 9. Sidik Ragam Nilai Laju Alir Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 6,18606667 6,13240000 12,31846667
Lampiran 10. Sidik Ragam Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Kuadrat Total 2,06202222 0,76655000
F hitung 2,69
Pr >F 0,1170
Nilai Kompresibilitas Tablet Hisap Susu
Jumlah Kuadrat 8,25406667 22,77773333 31,03180000
Kuadrat Total 2,75135556 2,84721667
F hitung 0,97
Pr >F 0,4545
Lampiran 11. Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 2,23705000 1,66890267 3,90595267
Kuadrat Total 0,74568333 0,20861283
F hitung 3,57
Pr >F 0,0665
Lampiran 12. Sidik Ragam Nilai Keregasan Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 0,03340000 0,11780000 0,15120000
Kuadrat Total 0,01113333 0,01472500
F hitung 0,76
Pr >F 0,5493
Lampiran 13. Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 37,59083333 764,74333333 802,33416667
Kuadrat Total 12,53027778 95,59291667
F hitung 0,13
Pr >F 0,9389
Lampiran 14. Sidik Ragam Nilai Tebal Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 0,02570833 0,10773333 0,13344167
Kuadrat Total 0,00856944 0,01346667
F hitung 0,64
Pr >F 0,6123
Lampiran 15. Sidik Ragam Nilai Diameter Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 0,00004167 0,00025000 0,00029167
Kuadrat Total 0,00001389 0,00003125
F hitung 0,44
Pr >F 0,7278
Lampiran 16. Sidik Ragam Nilai Kadar Air Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 0,53566667 3,70240000 4,23806667
Kuadrat Total 0,17855556 0,46280000
F hitung 0,39
Pr >F 0,7663
Lampiran 17. Sidik Ragam Abu Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 1,40475833 0,80226667 2,20702500
Keterangan : * = hasil berbeda nyata
Kuadrat Total 0,46825278 0,10028333
F hitung 4,67
Pr >F 0,0362*
Lampiran 18. Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Abu Tablet Hisap Susu Kambing Formula A B C D
N 3 3 3 3
Rataan 6,3667 6,8333 7,0233 7,3067
Huruf B AB A A
Lampiran 19. Sidik Ragam Lemak Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 0,12026667 0,14713333 0,26740000
Kuadrat Total 0,04008889 0,01839167
F hitung 2,18
Pr >F 0,1683
Lampiran 20. Sidik Ragam Protein Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Jumlah Kuadrat 3,38309167 5,24433333 8,62742500
Kuadrat Total 1,12769722 0,65554167
F hitung 1,72
Pr >F 0,2398
Lampiran 21. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Warna Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 116 119
Jumlah Kuadrat 8,56172917 772,25825000 780,81997917
Kuadrat Total 2,85390972 6,65739871
F hitung 0,43
Pr >F 0,7328
Lampiran 22. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Aroma Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 116 119
Jumlah Kuadrat 15,39872917 986,02875000 1001,42747917
Kuadrat Total 5,13290972 8,50024784
F hitung 0,60
Pr >F 0,6138
Lampiran 23. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 116 119
Jumlah Kuadrat 1,65166667 791,42533333 793,07700000
Kuadrat Total 0,55055556 6,82263218
F hitung 0,08
Pr >F 0,9704
Lampiran 24. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Rasa Tablet Hisap Susu Kambing Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 116 119
Jumlah Kuadrat 26,20575000 962,93016667 989,13591667
Kuadrat Total 8,73525000 7,30112213
F hitung 1,05
Pr >F 0,3723
Lampiran 25. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Warna Tablet Hisap Susu Kambing Formula N (Jumlah Panelis) Median A 40 4,000 B 40 4,000 C 40 4,000 D 40 4,000 Total 160 H = 4,50 DF = 3 P = 0,213* Keterangan : * tidak berbeda nyata
Rataan Ranking 76,5 72,9 85,6 87,0 80,5
Z -0,63 -1,19 0,81 1,02
Lampiran 26. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Aroma Tablet Hisap Susu Kambing Formula N (Jumlah Panelis) A 40 B 40 C 40 D 40 Total 160 H = 2,82 DF = 3 P = 0,420* Keterangan : * tidak berbeda nyata
Median 3,000 4,000 4,000 3,000
Rataan Ranking 76,7 87,0 85,0 73,4 80,5
Z -0,60 1,02 0,71 -1,12
Lampiran 27. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing Formula N (Jumlah Panelis) A 40 B 40 C 40 D 40 Total 160 H = 0,12 DF = 3 P = 0,989* Keterangan : * tidak berbeda nyata
Median 4,000 4,000 4,000 4,000
Rataan Ranking 80,0 81,2 81,6 79,2 80,5
Z -0,08 0,11 0,17 -0,20
Lampiran 28. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Rasa Tablet Hisap Susu Kambing Formula N (Jumlah Panelis) A 40 B 40 C 40 D 40 Total 160 H = 7,09 DF = 3 P = 0,069* Keterangan : * tidak berbeda nyata
Median 3,000 4,000 4,000 4,000
Rataan Ranking 65,1 89,2 84,1 83,6 80,5
Z -2,43 1,36 0,57 0,49
Lampiran 29. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Penampakan Umum Tablet Hisap Susu Kambing Formula N (Jumlah Panelis) A 40 B 40 C 40 D 40 Total 160 H = 1,34 DF = 3 P = 0,720* Keterangan : * tidak berbeda nyata
Median 4,000 4,000 4,000 4,000
Rataan Ranking 76,1 78,8 83,7 73,4 80,5
Z -0,69 -0,26 0,50 0,46
Lampiran 30. Format Uji Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing UJI HEDONIK TABLET HISAP SUSU KAMBING Nama Panelis Tanggal Pengujian Jenis Sampel Instruksi
Kode 128 395 243 426
: : : :
Warna
........................... 05 Agustus 2005 Tablet Hisap Susu Kambing Berikan penilaian saudara terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum dengan mengisi nilai pada kolom sesuai dengan parameter yang disediakan. 5. Sangat suka 4. suka 3. Netral 2. Tidak suka 1. Sangat tidak suka Aroma
Tekstur
Rasa
Penampakan Umum
Lampiran 31. Format Uji Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing UJI MUTU HEDONIK TABLET HISAP SUSU KAMBING Nama Panelis Tanggal Pengujian Jenis Sampel Instruksi
: : : :
........................... 05 Agustus 2005 Tablet Hisap Susu Kambing Berikan penilaian saudara terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa dengan memberikan tanda I pada garis di bawah ini sesuai dengan penilaian saudara.
Warna 128 395 243 426 Sangat putih
Sangat kuning
Aroma 128 395 243 426 Sangat tidak beraroma goaty
Sangat beraroma goaty
Tekstur 128 395 243 426 Sangat halus
Sangat kasar
Rasa 128 395 243 426 Sangat manis Keterangan : Skala garis yang digunakan sebesar 15 cm Warna Aroma 0-3 cm : Sangat putih Sangat tidak beraroma goaty 3-6 cm : Putih Tidak beraroma goaty 6-9 cm : Agak kuning Agak beraroma goaty 9-12 cm : Kuning Beraroma goaty 12-15 cm : Sangat kuning Sangat beraroma goaty
Sangat tidak manis
Tekstur Sangat halus Halus Agak kasar Kasar Sangat Kasar
Rasa Sangat manis Manis Agak manis Tidak manis Sangat tidak manis
Lampiran 32. Foto (a) Granul dan (b) Tablet Hisap Susu Kambing
(a) Granul Susu Kambing
(b) Tablet Hisap Susu Kambing
Lampiran 33. Foto Bahan-Bahan Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing
Nama : Susu kambing skim bubuk Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Bahan aktif
Nama : HPMC Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Bahan pengikat
Nama : Aspartam Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Pemanis buatan
Nama : Mannitol Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Bahan pengisi
Nama : Talk Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Pelincir, pelicin dan anti lekat
Nama : Mannitol Warna : Putih Bentuk : Serbuk halus Guna : Bahan pengisi
Lampiran 34. Foto Alat untuk Evaluasi Granul dan Evaluasi Tablet
Flowmeter
Bulk Density Tester
Hardness Tester
Friabilitas Tester
Pencetak Tablet
Jangka Sorong
Oven
Ayakan (Mesh)