PEMBUATAN GLUKOSA DARI DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIS
NASKAH PUBLIKASI
Oleh : UGIT SUGIARTO K 100090129
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
PEMBUATAN GLUKOSA DARI DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) DENGAN HIDROLISIS ENZIMATIS MAKING OF GLUCOSE FROM NONI LEAVES (Morinda citrifolia L.) BY ENZYMATIC HYDROLYSIS Ugit Sugiarto*, Peni Indrayudha* dan Rima Munawaroh* *Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Email :
[email protected] ABSTRAK Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Selain bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat, tanaman mengkudu yang jumlahnya banyak juga bisa dimanfaatkan bagian daunnya. Daun mengkudu mengandung serat selulosa yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi glukosa dengan proses hidrolisis. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pembuatan glukosa daun mengkudu dengan hidrolisis enzimatis dan menentukan kadar glukosa daun mengkudu hasil hidrolisis enzimatis. Daun mengkudu didelignifikasi, kemudian dihidrolisis dengan enzim selulase. Campuran enzim selulase diisolasi dari jamur Trichoderma reesei dan Aspergilus niger dengan perbandingan 3:1. Glukosa hasil hidrolisis ditetapkan kadarnya menggunakan metode Nelson-Somogyi dan dibandingkan dengan kadar glukosa daun sebelum dihidrolisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa glukosa dari daun mengkudu dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis enzimatis. Kadar glukosa daun mengkudu hasil hidrolisis enzimatis sebesar 2,119%b/v. Kata kunci: daun mengkudu, glukosa, hidrolisis enzimatis, Nelson-Somogyi.
ABSTRACT Noni (Morinda citrifolia L.) is one of the plants that spread almost all over Indonesia. Besides can be utilized as a medicinal plant, a large number of noni plant can also be utilized the leaves. Noni leaves contain a cellulose fibers can be used to produce glucose by the process of hydrolysis. The purpose of this study was to determine the process of making glucose of noni leaves with enzymatic hydrolysis and determine the glucose levels of noni leaf from enzymatic hydrolysis results. Delignification noni leaf, then hydrolyzed with cellulase enzymes. The mixture of cellulase enzyme isolated from the fungus Trichoderma reesei and Aspergillus niger with a ratio of 3:1. The levels of hydrolysis glucose are determined using the method of Nelson-Somogyi and compared with levels of leaf glucose before hydrolyzed. The results showed that glucose from the leaves of noni can be produced through enzymatic hydrolysis process. The levels of noni leaf glucose from enzymatic hydrolysis results as big as 2,119 %b/v. Keywords: noni leaves, glucose, enzymatic hydrolysis, Nelson-Somogyi.
1
PENDAHULUAN Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Jauhari & Tirtoboma (2001) memaparkan bahwa mengkudu tumbuh secara liar di pedesaan, hutan-hutan, tepi sungai, dan di pekarangan rumah. Bagian-bagian dari tanaman mengkudu seperti buah, daun, akar, dan kulit mempunyai beberapa khasiat diantaranya untuk menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan aktivitas resistensi tubuh, antitumor, antikanker, antiinflamasi, dan antibakteri (Kumala & Siswanto, 2007). Selain bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat, tanaman mengkudu yang jumlahnya banyak juga bisa dimanfaatkan bagian daunnya. Daun mengkudu mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi glukosa dengan proses hidrolisis (Kusharto, 2006). Proses hidrolisis dapat dilakukan secara kimia maupun enzimatik. Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis kimia yakni tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, dapat berlangsung pada suhu rendah, berpotensi memberikan hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif (Taherzadeh & Karimi, 2007). Hidrolisis enzimatis menggunakan katalisator enzim selulase untuk memecah selulosa menjadi produk akhir glukosa. Enzim selulase dapat dihasilkan dari jamur Aspergillus niger dan Trichoderma reesei (Ul-Haq et al., 2005). Kodri et al., (2013) meneliti bahwa selulosa jerami padi dihidrolisis enzimatis dengan bantuan enzim selulase mampu menghasilkan glukosa 16,884%. Selulosa yang terdapat pada sabut kelapa juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi glukosa dengan proses hidrolisis enzimatis (Safaria et al., 2013). Berdasarkan penelitian tersebut maka kandungan selulosa yang terdapat pada daun mengkudu dapat dimanfaatkan untuk memproduksi glukosa melalui proses hidrolisis.
2
METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas (Pyrex), timbangan analitik (Ohaus), autoklaf, inkubator (Memmert), LAF, Bunsen, ayakan, oven, seperangkat alat hidrolisis, spectrofotometer UV. Bahan yang digunakan adalah daun mengkudu, akuades, NaOH 1 %, HCL 2N, enzim selulase, larutan nutrisi (1,0 g ekstrak ragi, 1,5 g bacterioogical peptone , 1,4 g (NH4)2SO4; 2,0 g KH2PO4, 0,005 g FeSO4·7H2O, 5 mL larutan CMC 1%), larutan salin, jamur Tricoderma reesei dan jamur Aspergilus niger dari laboratorium kultut jaringan biologi UMS, larutan 1% tween 80, larutan dapar 0,1 M pH 5.5, larutan dapar 0,1 M pH 5.0, larutan Nelson A (natrium karbonat anhidrat), Rochelle, Natrium bikarbonat, natrium sulfat anhidrat, aquadest), larutan Nelson B (CuSO45H2O, aquadest, asam sulfat pekat), larutan Arsenomolibdat, glukosa Jalannya Penelitian 1. Pengambilan Sampel Pada penelitian ini digunakan daun mengkudu sebagai sampel uji karena tanaman mengkudu mudah dijumpai di setiap daerah di Indonesia, termasuk mudah ditemukan di daerah UMS. Daun mengkudu yang dipilih sebagai sampel uji diambil di daerah perumahan Nilasari, Pabelan, Kartosuro dan daun yang digunakan untuk penelitian berasal dari satu pohon saja, dengan tujuan agar kualitas daun mengkudu diharapkan sama karena berasal dari satu pohon. 2. Proses Pengeringan Sebanyak 3,5 kg daun mengkudu basah dikeringkan di bawah sinar matahari selama enam minggu. Pengeringan daun mengkudu selama enam minggu bertujuan untuk memastikan bahwa daun mengkudu benar-benar kering dan mempermudah proses penyerbukan. Setelah proses pngeringan selama enam minggu, daun mengkudu yang sudah benar-benar kering ditimbang kembali. Penimbangan daun mengkudu dapat dilihat pada tabel 1.
3
Tabel 1. Penimbangan Daun Mengkudu Hasil penimbangan Daun mengkudu basah Daun mengkudu kering Serbuk daun mengkudu hasil blender Serbuk daun mengkudu yang terayak (sampel) Serbuk daun mengkudu yang tidak terayak Serbuk daun mengkudu yang digunakan sebagai sampel
Bobot 3 Kg 1,3 Kg 490 gram 140 gram 347 gram 100 Gram
3. Proses Penyerbukan Daun mengkudu yang sudah melewati proses pengeringan kemudian dibuat dalam bentuk serbuk dengan cara diblender. Serbuk daun mengkudu yang sudah diblender dilanjutkan ketahap pengayakan. Digunakan ayakan nomor 80 mesh agar didapatkan ukuran sampel yang optimum sebagai substrat untuk dihidrolisis. 4. Delignifikasi Sebanyak 100 g
tepung daun mengkudu dicampur dengan 1500 mL
larutan NaOH 1% dan dipanaskan pada suhu 800C selama 8 jam, kemudian larutan dinetralkan dengan penambahan HCl 2N sampai didapatkan pH 7. Setelah didapatkan pH 7, larutan disaring dan diteruskan dengan proses pengeringan pada suhu 600C selama 24 jam sampai sampel kering. 5. Penyiapan Enzim Selulase Trichoderma reesei dan Aspergillus niger dikembangbiakkan pada media potato dextrose agar
(PDA) miring selama tujuh hari. Enzim dipersiapkan
dengan cara menginkubasi
T. Reesei dan A. niger dalam media padat daun
mengkudu padi 80 mesh dengan larutan nutrisi yang digunakan mengandung 1,0 g ekstrak ragi (Oxoid-England), 1,5 g bakteriogikal pepton (Oxoid-England), 1,4 g (NH4)2SO4; 2,0 g KH2PO4, 0,005 g FeSO4·7H2O, 5 mL larutan CMC 1% dalam tiap liter larutan buffer asetat 0,1 M dengan pH 5,0. Lima gram serbuk daun mengkudu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 25 mL larutan nutrisi kemudian ditutup dengan kapas yang dibalut kain kasa. Campuran tersebut disterilisasi pada temperatur 121ºC selama 15 menit. Bibit A. niger dan T. reesei dalam agar miring disuspensikan dalam larutan salin 0,85% yang mengandung 0,1% Tween 80. Suspensi spora A. niger maupun T. reesei yang mengandung ±1,8 × 108/mL, diinokulasikan 4
secara aseptik ke medium dalam labu erlenmeyer. T. reesei diinkubasi selama 6 hari sedangkan A. niger diinkubasi selama 8 hari. Enzim dipanen menggunakan 100 mL larutan 1% Tween 80 dalam buffer asetat 0,1 M dengan pH 5,5 dan diaduk pada 175 rpm selama 135 menit. Campuran enzim kemudian disentrifugasi pada 5.000 rpm selama 1 jam dan disaring untuk mendapatkan enzim kasar (supernatan). 6. Hidrolisis Enzimatis Hidrolisis dilakukan dalam beaker glass 300 mL yang dilengkapi dengan pengaduk bermotor dan pemanas berpengendali. Daun mengkudu yang telah didelignifikasi dan enzim dengan aktivitas tertentu masing-masing dipanaskan perlahan sampai 45ºC kemudian dicampur dan diaduk dengan waktu optimum 4 jam. Hidrolisis dilakukan dengan kondisi tetap berikut: berat daun mengkudu 5 g, ukuran partikel daun mengkudu 80 mesh, temperatur 45ºC, volume liquid 150 mL, kombinasi enzim T. reesei dan A. niger dengan perbandingan 3:1, putaran pengaduk 160 rpm, dan pH 5. Sampel hasil hidrolisis kemudian dianalisis kandungan glukosanya menggunakan metode gula reduksi Nelson-Somogyi dan diukur
absorbansinya
menggunakan
spektro-fotometer
dengan
panjang
gelombang 761 nm. Analisis dilakukan dua kali (Alharis et al., 2011). 7. Dekokta Daun Mengkudu Sediaan dekokta diperoleh dengan cara memanaskan 5 g serbuk daun mengkudu yang sudah didelignifikasi dan 150 mL akuades dalam panci infusa selama 30 menit dihitung sejak air yang ada dalam panci luar mendidih 8. Penetapan Kadar Glukosa Sampel a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar Larutan stok dibuat 0,1% dengan melarutkan 200 mg glukosa anhidrat dalam 200 ml akuades (larutan glukosa 1 mg/mL). Larutan glukosa 1 mg/mL dipipet 1 mL ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan kapas, ditambahkan 1 mL larutan Nelson dan segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Diangkat dan didinginkan sampai suhu 250C. Setelah dingin, ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat, dikocok sampai semua endapan Cu2O larut sempurna, kemudian diencerkan ad 10 mL akuades dan dikocok sampai homogen.
5
Serapan panjang gelombang diukur
pada 400-800 nm dengan menggunakan
blangko akuades. b. Penentuan Operating Time Menggunakan larutan glukosa standar dengan konsentrasi 0,02 mg/mL, dengan cara: larutan stok 0,1% dipipet 5 mL dan dimasukkan pada labu takar 25 mL ad 25 mL akuades. Larutan 0,02 mg/mL dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 mL pereaksi Nelson-Somogyi dan ditutup dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Setelah 30 menit, diangkat dan didinginkan sampai suhunya mencapai 250C. Setelah dingin ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat. Endapan dikocok sampai larut sempurna, kemudian diencerkan dengan akuades ad 10 mL dan dikocok sampai homogen. Diukur absorbansinya setiap satu menit hingga menit ke sebelas pada panjang gelombang 761 nm dengan menggunakan blangko akuades. c. Penyiapan Kurva Standar Glukosa Anhidrat Larutan glukosa standar dibuat dalam lima seri konsentrasi : 0,002 ; 0,004 ; 0,006 ; 0,008 ; dan 0,010 %b/v dengan cara dipipet 5 mL ; 10 mL ; 15 mL ; 20 mL ; dan 25 mL larutan stok 0,1% dan diencerkan ad 25 mL akuades dalam labu takar 25 mL. Masing-masing larutan standar dipipet 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Masing-masing tabung ditambah 1 mL pereaksi NelsonSomogyi dan ditutup dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Setelah 30 menit, diangkat dan didinginkan sampai suhunya
mencapai
250C.
Setelah
dingin
ditambahkan
1
mL
larutan
arsenomolibdat. Endapan dikocok sampai larut sempurna, kemudian diencerkan dengan akuades ad 10 mL dan dikocok sampai homogen. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 761 nm dengan menggunakan blangko akuades. d. Penetapan Kadar Glukosa Sampel Filtrat hasil hidrolisis enzimatis / dekokta dipipet 1 mL lalu diencerkan dalam labu takar 50 ml dan diambil 1 mL untuk dianalisis. Pereaksi NelsonSomogyi ditambahkan 1 mL dan ditutup dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. Setelah 30 menit, diangkat dan
6
didinginkan sampai suhunya mencapai 250 C. Setelah dingin ditambahkan 1 mL larutan arsenomolibdat. Endapan dikocok sampai larut sempurna, kemudian diencerkan dengan akuades ad 10 mL dan dikocok sampai homogen. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 761 nm dengan menggunakan blangko akuades dan pembacaan dilakukan dua kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Delignifikasi Delignifikasi dilakukan dengan penambahan NaOH. NaOH ditambahkan untuk menghilangkan kandungan lignin yang ada di dalam daun mengkudu. Ikatan silang dari struktur aromatik lignin dapat memperlambat penetrasi oleh enzim sehingga mempengaruhi proses hidrolisis. Larutan NaOH dapat menyerang dan merusak struktur lignin pada bagian kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian hemiselulosa (Gunam & Antara, 1999 cit Safaria et al., 2013). Ion OHdari NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan dari struktur dasar lignin, sedangkan ion Na+ akan berikatan dengan lignin membentuk natrium fenolat. Garam fenolat ini bersifat mudah larut. Lignin yang terlarut ditandai dengan warna hitam pada larutan yang disebut lindi hitam (black liquor) (Safaria et al., 2013). Hasil delignifikasi dilakukan pengecekan pH larutan. pH larutan setelah proses delignifikasi bersifat basa kuat yaitu 10,2 karena penambahan NaOH 1 %. pH yang basa tersebut dinetralkan dengan penambahan HCl 2N sampai didapatkan pH 7. pH 7 atau pH netral bertujuan agar pada saat proses pengeringan menggunakan oven suhu 600C dapat kering dengan sempurna. 2. Penyiapan Enzim Selulase Isolasi enzim selulase yang dihasilkan jamur Trichoderma reesei sebesar 60 mL dan dari jamur Aspergillus niger sebesar 50 mL. Hasil isolasi enzim selulase dapat dilihat pada Gambar 1.
7
A
B Gambar 1. Haasil Isolasi Enzzim Selulase. G Enzim selullase yang dihaasilkan jamurr Trichoderma reesei (A) dan Enzim selulase s yang d dihasilkan jam mur Aspergillu us niger (B)
Trichhoderma reeesei menghhasilkan enddo-β-1,4-gluukanase dan n ekso-1,4g glukanase s sampai 80% % tetapi β β-glukosidaseenya lebih rendah. Endo-β-1,4E g glukanase beekerja memootong ikatann rantai dalam m selulosa menghasilka m n molekulm molekul sellulosa yang lebih penddek dan ekso o-1,4-glukannase memottong ujung r rantai selulo osa menghassilkan molekkul selobiosaa (Safaria et al., 2013). Aspergillus A n niger mengh hasilkan β-gglukosidase tinggi akann tetapi endo-β-1,4-glukkanase dan e ekso-1,4-glu ukanase renndah (Juhassz et al., 2003). β-gllukosidase memotong m molekul selobiosa menj njadi dua moolekul glukoosa (Safariaa et al., 201 13). Fungsi k kompone ennzim selulasee dapat dilihaat pada Tabeel 2. Tabel 2. Fun ngsi komponeen enzim selulase (Safaria ett al., 2013) Enzim Spesifikkasi endo-1,4-β--glukanase Memotoong ikatan raantai dalam selulosa men nghasilkan molekull-molekul selullosa yang lebihh pendek ekso-1,4-β--glukanase Memotoong ujung ran ntai selulosa menghasilkan molekul selobiossa β-glukosidaase Menghiddrolisis semuaa β dimer glukkosa dengan hasil h akhir glukosa, memotong molekul selobbiosa menjadi molekul glukosa
3 Hasil Hiidrolisis Enzimatis 3. Hasil penetapan kadar glukoosa daun meengkudu hassil hidrolisiss enzimatis s sebesar 2,1119%b/v, yang artinya dalaam 100 mL larutan samppel menganddung 2,119 g gram glukossa. Sedangk kan hasil penetapan kaddar glukosa daun menggkudu hasil d dekokta sebeesar 0,955% %b/v, yang arttinya dalam 100 mL sam mpel mengaddung 0,955 g gram glukossa. Kadar gluukosa daun mengkudu hasil h hidrolissis enzimatiss lebih dari d dua kalinyaa kadar gluukosa daun mengkudu hasil dekookta. Penetaapan kadar 8
glukosa hasil hidrolisis enzimatis dan glukosa daun mengkudu menggunakan metode yang sama, yaitu metode Nelson-Somogyi. . Metode Nelson-Somogyi adalah salah satu metode klasik dan banyak digunakan untuk penentuan kuantitatif gula reduksi. Penambahan reagen NelsonSomogyi bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupro oksida yang mana K-Na-tartrat yang terkandung dalam dalam reagen Nelson-Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida. Setelah ditambahkan reagen Nelson-Somogyi, larutan yang berwarna biru kehijauan tersebut dipanaskan 30 menit, tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida. Selanjutnya larutan didinginkan sampai 250C supaya reaksi berjalan stabil, karena apabila terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa yang rusak atau menguap. Kemudian ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat, penambahan reagen arsenomolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer (Nielsen, 2010). Kondisi hidrolisis enzimatis selulosa berada pada pH 5, waktu hidrolisis 6 jam, dan dengan campuran enzim Trichoderma reesei dan Aspergilus niger 3:1. Proses hidrolisis dapat dilakukan secara kimia maupun enzimatik. Keuntungan proses hidrolisis enzimatis dibandingkan dengan hidrolisis kimia yaitu degradasi gula hasil hidrolisis dapat dihindari, dapat berlangsung pada suhu rendah, berpotensi menghasilkan produk yang tinggi, serta biaya pemeliharaan peralatan yang relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif (Taherzadeh & Karimi, 2007). Analisis hasil untuk memastikan bahwa hidrolisis enzimatis selulosa menghasilkan glukosa adalah berdasarkan analisis kerja enzim selulase yang memang sudah spesifik dan selektif mampu menghidrolisis selulosa yang merupakan substratnya menghasilkan produk akhir glukosa dan juga dengan cara membandingkan kadar glukosa hasil hidrolisis enzimatis dengan kadar glukosa sebelum proses hidrolisis yang diberi perlakuan dekokta. Hasil penetapan kadar
9
g glukosa ked dua sampel teersebut dibaandingkan. Jika kadar gllukosa daun mengkudu h hasil hidroliis enzimatis lebih besar daripada kaadar glukosaa daun menggkudu hasil d dekokta maaka dikatak kan proses hidrolisis enzimatis e m mampu mennghidrolisis s selulosa men njadi produkk akhir glukoosa. Enzim m selulase merupakan m eenzim ekstraaseluler yangg diproduksii di luar sel m mikroorgani isme selulottik. Interaksi antara subbstrat selulosa dan enzim selulase a akan membentuk komppleks enzim m substrat daan menghassilkan glukoosa sebagai p produk akhiir. Enzim sellulase yang bekerja secaara sinergis menghasilkkan glukosa m melalui prosses hidrolisiss (Safaria et al., 2013). Berd dasarkan Gam mbar 2 Enziim selulase merupakan m eenzim yang terdiri dari e endo-β-1,4-g glukanase,
ekso-1,4-gllukanase, dan d β-glukkosidase.
Endo-β-1,4E
g glukanase memotong m ikkatan rantai ddalam seluloosa menghasilkan molekkul-molekul s selulosa yanng lebih penndek. Ekso-11,4-glukanase memotongg ujung ranttai selulosa m menghasilka an molekul selobiosa, ssedangkan β-glukosidas β se memoton ng molekul s selobiosa meenjadi dua molekul m glukkosa (Safariaa et al., 2013).
Gambar 2. Mekanisme M hid drolisis selulosa (Juhaz et al., 2003)
Kom mbinasi enzim m dengan perbandingan p n 3:1 yaitu berdasarkan n optimasi y yang sudah dilakukan pada p penelitiian sebelumn nya, yaitu koombinasi en nzim antara T Trichoderma a reesei dan n Aspergilluss niger mennghasilkan kkadar glukossa tertinggi p pada perbanndingan 3:1 (Alharis et al., 2011). Trichodermaa reesei meenghasilkan
10
endo-β-1,4-glukanase
dan
ekso-1,4-glukanase
sampai
80%
tetapi
β-
glukosidasenya lebih rendah sehingga produk utama hidrolisisnya bukan glukosa melainkan selobiosa yang merupakan inhibitor kuat terhadap endo-β-1,4glukanase dan ekso-1,4-glukanase (Ahmed & Vemette, 2008). Sedangkan Aspergillus niger menghasilkan β-glukosidase tinggi akan tetapi endo-β-1,4glukanase dan ekso-1,4-glukanase rendah (Juhasz et al., 2003). Oleh karena itu perlu adanya kombinasi enzim selulase dari Trichoderma reesei dan Aspergillus niger untuk mempercepat konversi selulosa menjadi glukosa (Kosim & Putra, 2010). Menurut Anwar et al., (2010) beberapa penelitian menunjukkan kombinasi enzim dari dua jenis jamur dua kali lebih efektif dalam menghidrolisis selulosa dibandingkan hidrolisis menggunakan selulase dari satu jenis jamur saja. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: Glukosa dari daun mengkudu dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis enzimatis. Kadar glukosa daun mengkudu hasil hidrolisis enzimatis sebesar 2,119%b/V. Saran: Perlu mencari bahan baku lain yang memiliki kandungan selulosa lebih besar daripada daun mengkudu agar kadar glukosa yang dihasilkan lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, A. & Vermette, P., 2008, Culture-based Strategies to Enhance Cellulase Enzyme Production from Trichoderma reesei RUT-C30 in Bioreactor Culture Conditions, Biochemical Engineering Journal, 40, 399-407. Alharis, R. U, Purnama, W. B., & Kurniawan, A., 2011, Pembuatan Glukosa yang Mengandung Zat Anti Kanker dari Daun Mengkudu Dengan Hidrolisis Enzimatis, Program Kreativitas Mahasiswa, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Anwar, N. A., Widjaja, & Winardi, S., 2010, Peningkatan Unjuk Kerja Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi Menggunakan Campuran Selulase Kasar dari Aspergillus niger, Institut Teknologi Sepuluh November, Makara, Sains, 14 (2), 113-116. Bangun, A. P., & Sarwono, B., 2002, Khasiat & Manfaat Mengkudu, Jakarta, Agro Media Pustaka. 11
Bhat, M.K., (1997), Cellulose Degrading Enzymes and Their Potential Industrial Applications, Food Macromolecul Science Departement, Institute pf Food Research. Biotechnology Advances, 15, 583-620. Chan-Blanco, Y., Vaillant, F., Perez, A. M., Reynes, M., Brillouet, J., & Brat, P., 2006, The noni fruit (Morinda citrifolia L.): A review of agricultural research, nutritional and therapeutic properties, Journal of Food Composition and Analysis, 19, 645–654. Demers, A., Doane, R., Guzman, S. & Pagano, R., 2012, Enzymatic Hydrolysis of Cellulosic Biomass for the Production of Second Generation Biofuels, Project Number DDB. Deng, S. P., & Tabatabai, M. A., 1994, Cellulase Activity In Soils, Soil Biol, Biochem, 26, 1347–1354. Djauhariya, E., Rahardjo, M., & Ma’mun , 2006, Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu, Buletin Plasma Nutfah, 12 (1), 1-8. Gandjar, I., 2006, Mikrobiologi Dasar dan Terapan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Jauharia, E. & Tirtoboma, 2001, Mengkudu (Morinda citrifolia) Tanaman Obat Tradisional Multi Khasiat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 7 (1-2), 1-3. Juhasz, T., K. Kozma, Z. Szengyel, K. Reczey 2003, Production of β-Glucosidase in Mixed Culture of Aspergillus niger BKMF 1305 and Trichoderma reesei RUT C30, Food Technol. Biotechnol, 41 (1), 49–53. Kodri, Argo, B. D., & Yulianingsih, R., 2013, Pemanfaatan Enzim Selulase dari Trichoderma Reseei dan Aspergillus Niger sebagai Katalisator Hidrolisis Enzimatik Jerami Padi dengan Pretreatment Mircowave, Biopres Komoditas Tropis, 1 (1). Kolman, J., 2001, Atlas Berwarna dan Teks Biokimia, Terjemahan Septelia, Jakarta, Hipokrates. Kumala, S., & Siswanto E. B., 2007, Isolation and Screening of Endophytic From Morinda citrifolia and Their Ability to Produce anti-mikrobal substance. Microbiol Indones, 1 (3), 145-158. Kosim, M. & Putra, S.R., 2010, Pengaruh Suhu Pada Protease Dari Bacillus subtilis, Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010, Jurusan Kimia FMIPA ITS, Surabaya. Krishnaiah, D., Nithyanandam, R., & Sarbatly, R., 2012, Phytochemical Constituents And Activities of Morindra citrifolia L, InTech, 128-139. 12
Kumala, S. & Siswanto, E. B., 2007, Isolation and Screening of Endophytic Microbes from Morinda citrifolia and their Ability to Produce AntiMicrobial Substances, Microbiology Indonesia, (1), 145-148, 3-6. Kusharto, & Clara, M., 2006, Serat Makanan dan Peranannya Bagi kesehatan, Jurnal Gizi dan Pangan, 1 (2), 47. Liu, S., Fang, G., Wang, Q., Deng, Y., & Han, S., 2011, Kinetic Modeling of Enzimatic Hydrolysis of Poplar Waste by Wet Oxidation Pretreatment, “Kinetics of enzymatic hydrolysis,” BioResources , 6 (4), 4229-4237. Mudjajanto, E. S., 2005, Keamanan Makanan Jajanan Tradisional dalam Makan Sehat Hidup Sehat, Jakarta, Kompas. Moosavi-Nasab, M. & Majdi-Nasab, M., 2007, Cellulase Production by Trichoderma reesei using Sugar Beet Pulp, Iran Agricultural Research, 25 (2), 26, 1-2. Nielsen, S. S., 2010, Introduction to Food Analysis, In: Nielsen SS (editor.) Food Analysis 4th ed, Springer, USA. Safaria, S., Idiawati, N., & Zaharah, T. A., 2013, Efektivitas Campuran Enzim Selulase Dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei Dalam Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa, JKK, 2 (1), 46-51. Saropah, D. A., Jannah, A., & Maunatin, A., 2012, Kinetika Reaksi Enzimatis Ekstrak Kasar Enzim Selulase Bakteri Selulolitik Hasil Isolasi Dari Bekatul, ALCHEMY, 2 (1),34-45. Sukadarti, S., Kholisoh, S.D., Prasetyo, H., Santoso, W.P., & Mursini, T., 2010, Produksi Gula Reduksi dari Sabut Kelapa Menggunakan Jamur Trichoderma reesei, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Taherzadeh, M.J. & Karimi, K., 2007, Acid-Based Hydrolysis Processes For Ethanol From Lignocellulosic Materials : A Review, BioResources, 2 (3), 472-499. Taufik, E., 1992, Fermentasi Media Padat Kulit Buah Coklat oleh Aspergillus niger untuk Produksi Pertinase”, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo, G., 2002, Taksonomi Tumbuhan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
13
Triyono, A., 2008, Karakteristik Gula Glukosa dari Hasil Hidrolisis Pati Ubi Jalar (Ipomoea batatas, L.) dalam Upaya Pemanfaatan Pati Umbi-Umbian, Prosiding Seminar Nasional Teknoin, Bidang Teknik Kimia dan Tekstil, Yogyakarta. Ul-Haq, I., Javed, M. M., Khan, T. S., & Siddiq, 2005, Cotton Saccharifying Activity of Cellulases Produced by Co-culture of Aspergillus Niger and Trichoderma Viride, Research Journal of Agriculture and Biological Science, 1 (3), 241-245. Wang, M.Y., West, B., Jensen, C.J., Nowicki, D., Su, C., Palu, A. K., & Anderson, G. (2002). Morinda citrifolia (Noni): a literature review and recent advances in Noni research, Acta Pharmacologica Sinica, 23, 1127-1141. Winarti, C., 2005, Peluang Pengembangan Minuman Fungsional dari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.), Jurnal Litbang Pertanian, 24 (4), 149-155. Xiong, H., 2004, Production and Characterization of Trichoderma Reesei and Thermomyces Lanuginosus Xylanases, Helsinki University of Technology, Technical Biochemistry Report, 2. Yuliarti, N., 2007, Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan, Yogyakarta, Andi Offset.
14