1
PEMBIASAAN SIKAP CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK NEGERI PEMBINA KETAPANG
Novita Sari, Fadillah, Muhammad Ali PG-PAUD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak email:
[email protected] Abstract: The title of the study is "Love habituation Environmental Attitudes in Children Age 4-5 in TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang ". This study aims to describe the attitude of love customizing the environment in children aged 4-5 years in TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang. The research method used is descriptive bentu Classroom Action Research. Subjects in this study amounted to 20 children. The results of the data analysis that: 1) Planning the learning attitude of love include: determining the themes and sub-themes, determine the competencies and learning outcomes, Daily Activity Plan, designing learning materials about keeping the environment clean, prepare guidelines for observation of the child, prepare the instructional media others: the picture. 2) The attitude of love learning environment includes an explanation of the attitude of love, exemplifies how to love the environment, held a race to clean up the environment. 3) The response of children to love learning environment through habituation attitude dispose of waste in place, keeping the class habituation, habituation tending to children aged 4-5 years in TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang among other children are very excited to race practice such as sweeping, cleaning dust, watering, weeding and picking up trash, activities that have been carried out can be categorized as "good" because children can do activities without the teacher's guidance, other than that the children have started to get used to love the environment with the simple things in everyday life. Abstrak: Judul penelitian ini adalah “Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan pada Anak Umur 4-5 Tahun TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Kabupaten Ketapang”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentu Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 anak. Hasil analisi data bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan antara lain: menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi dan hasil belajar, membuat Rencana Kegiatan Harian, merancang materi pembelajaran yakni tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak, menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar. 2) Pelaksanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan meliputi penjelasan tentang sikap cinta
2
lingkungan, mencontohkan cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan untuk membersihkan lingkungan. 3) Respon anak terhadap pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak sangat antusias untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan debu, menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan yang telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci : Pembiasaan, Sikap Cinta Lingkungan
P
embiasaan sikap cinta lingkungan merupakan bagian dari pendidikan karakter, dalam kehidupan sehari-hari anak diajak untuk turut peduli terhadap lingkungan sekitar, dan kegiatan tersebut dilakukan terus menerus secara berkesinambungan. Dengan demikian anak akan terbiasa untuk mencintai lingkungan. Bimbingan guru adalah kunci utama dalam memberikan pendidikan karakter atau akhlak. Untuk memenuhi Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dan karakter diperlukan sistem pendidikan yang baik. UndangUndang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyebutkan bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kehadiran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menjadi bagian dari Sistem Pendidikan Nasional Indonesia menjadi sangat urgen bagi peletakan dasar pendidikan anak seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa tidak sematamata dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah dan di luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan seperti religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan terhadap nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Suyanto, (2009: 25) Menunjukkan pengaruh positif karakter terhadap kecerdasan emosi anak dan keberhasilan anak di sekolah. Sederet faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah, ternyata pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Sebaliknya anak yang memiliki karakter yang santun akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi pada saat dewasa seperti perusakan alam. Dalam penelitian ini pendidikan karakter, anak dilatih untuk mencintai
3
lingkungan, dengan pengalaman dan informasi yang didapat anak melalui pembelajaran. Sikap cinta lingkungan penting diterapkan pada anak sejak usia dini agar anak sedini mungkin sudah membiasakan diri untuk menjaga lingkungan hidup. Mengajar anak untuk cinta lingkungan secara tidak langsung telah menanamkan rasa cinta dan pentingnya menghargai lingkungan hidup. Kebiasaan yang dibangun sejak dini untuk ramah lingkungan diharapkan dapat menjadi gaya hidup anak di usia dewasa. A. Pembiasaan yang Dilakukan Terhadap Anak Usia Dini Rahman, (2011: 2) menerangkan anak usia dini adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. B. Pengertian dan Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun Anak yang berada pada usia 3-4 tahun apabila ditinjau dari klasifikasi usianya maka termasuk kategori anak yang berada pada masa usia dini. Anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak/tidak mendapatkan stimulasi psikososial akan mengalami keterlambatan perkembangannya. Rangsangan stimulasi pendidikan harus diberikan untuk membantu anak mencapai tahapan perkembangan. Kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun mencakup kemampuan dasar fisik, bahasa, kognitif dan seni. Untuk membedakan istilah antara aspek perkembangan (yang bersifat psikologis) dan kemampuan dasar maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah bidang pengembangan untuk menjelaskan cakupan-cakupan kemampuan dasar. Menurut Gunarti, (2010: 1.27-1.43) Cakupan kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun, meliputi bidang pengembangan seperti berikut. 1. Fisik Kuhlen dan Thomson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik seorang anak meliputi 4 aspek yaitu: a. System saraf di otak yang mempengaruhi kecerdasan emosi. b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan motorik. c. Kelenjer endokrin yang mempengaruhi tingkah laku. d. Struktur tubuh /fisik meliputi tinggi proporsi. Pengaruh kelenjer endokrin terhadap perkembangan manusia adalah: 1) Pituitary, 2) Thyroid, 3) Testes, 4) Ovarium, 5) Adrenal. a. Bahasa Sudrajad, (2011: 43) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung/komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari
4
individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan. Bromley (1992: 24) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, menulis, membaca. b. Kognitif Kognitif diartikan sebagai kecerdasan/cara berpikir. Patmodewono, (2000: 11) kognitif adalah mengenal cara berpikir dan mengamati. Piaget membagi perkembangan kognitif dalam 4 tahap yaitu: 1) Tahap sensorimotor yang berlangsung usia 0-2 tahun, 2) Tahap praoperasional yang berlangsung usia 2-7 tahun, 3) Tahap operasional konkrit yang berlangsung usia 7-12 tahun, 4) Tahap operasional formal yang berlangsung usia 12 tahun sampai usia dewasa. c. Seni Pengembangan seni pada anak usia 3-4 tahun mengarah pada pelaksanaan kegiatan yang mengasikan. The art in education meliputi aspek: 1) Seni adalah dasar untuk berkomunikasi, 2) Seni membantu membangun kreativitas anak, 3) Seni membantu memahami pengetahuan lain, 4) Melalui seni anak dapat mempelajari peradaban manusia. Untuk melengkapi pembahasan di atas mengenai tugas perkembangan anak usia 3-4 tahun dalam aneka macam aspek perkembangan (fisik, motorik, bahasa, kognitif, moral adalah): 1) Mulai dapat bergiliran dan berbagi, 2) Dapat bermain dengan anak lain, 3) Senang berlari berkeliling, 4) Dapat menghitung 2-3 benda, 5) Senang memasangkan benda. C. Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian Sikap Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Lois Thurstone, Rensis Likert, Charles Osgood (dalam Lickona, 1992: 81) menyatakan bahwa Attitude is a form of evaluation or feeling reactions which can be impartial and not take sides on a particular object. Penjelasan: sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang dapat imparsial dan tidak memihak pada objek tertentu. Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport menganggap Attitude of readiness (potential trend) to react to an object in certain ways. Penjelasan: sikap kesiapan (tren potensial) untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu.
5
Selanjutnya LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau suatu kesiapan, antisipatif dan predisposisi untuk menyesuaikan dengan situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Supriadi, 2011: 11). Beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sikap adalah perilaku yang mewakili perasaan terhadap suatu objek tertentu untuk memihak ataupun tidak memihak. D. Pengertian Sikap Cinta Lingkungan Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut. Feez, (2010: 44) mengemukakan bahwa: As we know that early childhood have a curiosity and a strong enthusiasm to everything and adventurous attitude and possess a strong interest in observing the environment. He has a strong adventurous attitude. Introduction on the surrounding environment is a positive experience for mengmbangkan early childhood interest in science. Penjelasan: Seperti kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan semangat yang kuat untuk segala sesuatu dan sikap petualang dan memiliki minat yang kuat dalam mengamati lingkungan. Dia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya adalah pengalaman yang positif bagi kepentingan anak mengmbangkan awal ilmu pengetahuan. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Anak memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengmbangkan minat keilmuan anak usia dini, jadi sikap cinta lingkungan yang ditimbulkan oleh anak berarti rasa memiliki terhadap alam yang ada disekitar, dengan melakukan kegiatan menjaga dan melindungi agar tetap terjaga kelestariannya. E. Perencanaan Pembelajaran Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang memegang peran penting untuk mengarahkan anak agar berhasil dalam kegiatan proses belajarnya. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah membuat perencanaan pembelajaran, Majid, (2011: 8) menerangkan bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu: Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan. Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.
6
Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih. Djamarah dkk, (2010: 22) menerangkan komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari: 1. Tujuan (Objective) Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. 2. Bahan Pelajaran (Material) Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. 3. Metode (Method) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Alat (Media) Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. 5. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalamdalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas anak guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar anak yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. F. Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Bagian Dari Pendekatan Karakter 1. Manfaat Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini Pembiasaan sikap cinta lingkngan membantu anak-anak membentuk karakter. Cinta lingkungan merupakan sebuah perilaku untuk menjaga, merawat, dan melestarikan flora dan fauna. Juga, untuk mengelola seluruh kekayaan alam (tanah, air, dan udara) demi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia, menurut Edi dalam artikel http://www.kaskus.com (23 Mei 2012) manfaat pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini antra lain: a. Menumbuhkan rasa cinta terhadap kehidupan seperti menanam pohon, memelihara binatang, serta menjaga keindahan lingkungan dapat menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta akan kehidupan. b. Melatih kesabaran dan ketekunan seperti menanam pohon membutuhkan kesabaran dan kesungguhan. c. Mengajarkan pada anak arti tanggung jawab. Cinta lingkungan bukan hanya tanggung jawab orang dewasa, tapi juga tanggung jawab bagi anak-anak. d. Menumbuhkan budaya hidup sehat. Lingkungan yang sehat, nyaman, dan asri, akan membuat hidup anak-anak Indonesia sehat. Menanam pohon akan mengurangi polusi udara.
7
e. Menumbuhkan rasa harmoni dan selaras dengan alam. Wabah ulat yang melanda beberapa kota beberapa waktu lalu terjadi karena salah satu mata rantai makanan bagi keselarasan ekosistem makhluk hidup hilang. f. Menghargai proses pertumbuhan. Dengan menanam tumbuh-tumbuhan dan memelihara hewan, anak Indonesia dapat belajar menghargai proses pertumbuhan. g. Belajar memikirkan kepentingan orang lain. Alam juga mengajarkan untuk tidak egois. Pohon-pohon besar di hutan, telah ditanam beratusratus tahun sebelumnya. h. Rasa syukur dan kagum atas kebaikan Sang Pencipta, melihat bagaimana pohon dan binatang bertumbuh dan berkembang, anak pasti kagum dengan Sang Pencipta. i. Merasakan adanya kaitan erat antara manusia dengan ciptaan lain. Ada keterkaitan antara manusia dengan makhluk hidup lain. Alam itu ada demi kebaikan dan kelangsungan hidup manusia. j. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memanfaatkan kebaikan alam, karena alam juga mengajak manusia menjadi kreatif dalam memanfaatkan kebaikannya. G. Karakteristik Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini Sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhannya, pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini perlu memperhatikan karakteristik perkembangan dan lingkungan mereka. Brewer, (2007: 45) mengemukakan bahwa Possible revision would be more appealing to children because the environment provides a very wide range of learning resources and many options. Penchant to learn from an early age is the capital of which is badly needed for the preparation of a learning society (learning societes) and human resources in the future. Penjelasan: Kemungkinan revisi akan lebih menarik bagi anak-anak karena lingkungan menyediakan berbagai sangat luas sumber belajar dan banyak pilihan. Kegemaran untuk belajar sejak usia dini merupakan modal yang sangat dibutuhkan untuk persiapan masyarakat belajar dan sumber daya manusia di masa mendatang. Guru dapat membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini melalui pola pembiasaan karena melalui pembiasaan, akan terbentuk perilaku yang bersifat menetap pada diri anak (Sujiono, 2009: 7). Lickona (1992: 3) mengemukakan bahwa: The core problem facing our school is a moral one, all the other problem derive from it. Even academi reform dependend on putting character first. Pembahasan: Masalah utama yang dihadapi sekolah adalah salah satu moral, semua masalah lain berasal darinya. Bahkan akademis reformasi pada menempatkan karakter pertama. Perilaku cinta lingkungan merupakan perwujudan dari pembentukan karakter, di kalangan anak usia dini dapat dicontohkan oleh guru melalui hal yang
8
sederhana seperti: menjaga kebersihan badan dan pakaian, tidak membuang sampah sembarangan, hemat dalam menggunakan air, serta cinta pada tanaman dan binatang. Pembiasaan dan penjelasan tentang pentingnya lingkungan melalui kegiatan yang menarik akan mendorong anak didik untuk melakukan hal yang serupa. H. Cara Membiasakan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini Modeling atau teladan dalam pendidikan sangat efektif dalam membiasakan berbagai perilaku yang diharapkan. Nasihat dan ajakan persuasif dari guru akan tidak bermakna tanpa adanya teladan dari pribadinya. Perilaku menjaga kebersihan, hemat dalam menggunakan air, cinta pada tanaman dan binatang akan mendorong anak didik untuk melakukan hal yang serupa. Santrock (1992: 23) mengemukakan bahwa: The modeling education thing bothers me because I feel as if I’am doing.it alone. Many parents seem to enjoy their right having having a child but no longer seem to seem to want the responsibilities, I get the feeling, who’s helping me here Modeling merupakan akan perilaku cinta lingkungan dari pendidik dan tenaga kependidikan akan merupakan sosial learning yang memberikan iklim kondusif timbulnya sikap dan perilaku yang diharapkan dari anak didik. Belajar dari situasi sosial dengan memperhatikan perilaku orang lain akan lebih terekam dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah menanamkan cinta lingkungan dimulai dari kesadaran dan kreatifitas tenaga pendidik di sekolah. Membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini dapat bertolak dari hal-hal yang bersifat sederhana dan dipadukan dengan contoh sehari-hari yang dekat dengan siswa (Irawati, 2008: 1). Tahap selanjutnya diarahkan pada perubahan perilaku siswa yang lebih bersahabat dengan lingkungan. Penting untuk dicatat bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan dari hal yang paling sederhana. Penyampaian contoh akibat kerusakan lingkungan secara sederhana dapat disampaikan guru kepada anak (Adiyansyah, 2000: 15). Misalnya hal-hal kecil akan membawa dampak yang besar di kemudian hari seperti mengurangi penggunaan kantong plastik dapat dilakukan dari sekolah dan juga dari rumah langsung oleh anak. Pada titik ini pendidikan lingkungan diharapkan dapat membiasakan anak untuk hidup dengan pola yang ramah lingkungan. Mengambil contoh pengurangan sampah plastik misalnya, anak didik diajak untuk terbiasa menggunakan tas kain ketika berbelanja atau membawa kantong plastik bekas sendiri dari rumah. Diharapkan pesan cinta lingkungan yang disampaikan melalui pendidikan karakter dapat dipahami anak dan diterapkan dalam kehidupannya. Guru hendaknya memberikan refleksi ketika melaksanakan pendidikan karakter disampaikan. Fungsi refleksi ini adalah agar anak menjadi lebih jelas mengetahui perbuatan cinta lingkungan yang harus mereka lakukan maupun perbuatan merusak lingkungan yang tidak boleh mereka lakukan. Berikut disampaikan salah satu cerita yang bertemakan lingkungan yang akan digunakan sebagai cerita untuk membiasakan sikap cinta lingkungan kepada anak Taman Kanak-kanak.
9
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu “metode yang bermaksud untuk menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/ objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dll)”(Nawawi,1989: 63). Pendapat diatas memberikan arahan kepada peneliti bahwa data-data yang akan diambil dari penelitian ini bersumber dari hasil pembicaraan/hasil pengamatan perilaku orang-orang yang menjadi objek penelitian, sehingga dengan demikian akan lebih memudahkan bagi peneliti sendiri. Sunendar (2001: 54) “subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh informasi, yang dapat diperoleh dari seseorang maupun sesuatu, yang mengenainya ingin diperoleh keterangan”. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang yang berjumlah 20 (dua puluh) orang anak. Proses penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Menurut Satyasa, (2007: 25) Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning); 2) Penerapan tindakan (action); 3) Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan 4) Melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Berikut ini adalah prosedur penelitian tindakan kelas Arikunto (dalam Satyasa, 2007: 25). Proses yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) langkah persiapan untuk a. Berkolaborasi dengan guru menyusun rencana tindakan, b. Memilih fokus pengalaman yang akan dijadikan pembelajaran dalam membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak, c. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dapat dilihat pada lampiran, d. Mempersiapkan format observasi dan wawancara yang akan digunakan selama pembelajaan setiap akhir siklus dapat dilihat pada lampiran. 2. Melakukan tindakan (Acting) kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dan disepakati sebelumnya, yaitu : Langkah pertama, memilih fokus pengalaman yang akan dijadikan pembelajaran dalam membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak. Langkah kedua, setelah anak mengalami fokus pengalaman yang telah ditentukan kemudian kegiatan pembelajaran diatur secara klasikal. Langkah ketiga, yaitu guru melakukan pencatatan terhadap cerita yang disampaikan oleh anak. Dalam hal ini, khususnya untuk mengubah perilaku anak kearah yang lebih baik. Langkah keempat, dalam meningkatkan imajinasi anak yaitu mengembangkan sistem pengelolaan untuk memberikan keterampilan sesuai dengan kebutuhan anak. Pada langkah ini, guru mengadakan tanya jawab kepada anak tentang kegiatan bermain telah disajikan. 3. Mengamati (Observing) yaitu kegiatan pengamatan langsung maupun tidak langsung untuk merekam semua peristiwa yang terjadi pada saat proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala tindakan, langkah-langkah tindakan, serta permasalahan lain yang mungkin timbul selama pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi ( Reflecting) yaitu kegiatan mengkaji hasil observasi dengan menggunakan analisis kualitatif dan merenungkan kembali proses tindakan
10
dengan berbagai permasalahan. Kegiatan refleksi ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru untuk menentukan dan merekonstruksi subtansi pembelajaran serta untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan (revisi) rencana siklus selanjutnya. Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai, dipergunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi. a. Observasi Teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama kendala yang dialami guru dalam upaya pembiasaan sikap cinta lingkungan. Observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung tentang perilaku anak terutama tentang pembiasaan sikap cinta lingkungan. b. Wawancara Wawancara adalah “cara mengumpulkan data yang mengharuskan peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut” (Nawawi, 2003: 58). Komunikasi digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk wawancara dari pihak-pihak terkait atau subjek penelitian yakni guru dalam rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Penelitian ini komunikasi langsung ditujukan kepada guru kelompok A untuk memperoleh data tentang pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak. c. Dokumentasi Secara sempit dokumen berarti teks tertulis, catatan surat pribadi, biografi dan sebagiannya, sedangkan secara luas artinya monument, foto, tape recorder, dan sebagainya (Rasyid, 2000: 58). Dengan demikian teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu teknik pengumpulan data melalui catatan, arsip dan sumber dokumen lainnya yang berkaitan dengan upaya guru dalam membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak. Dokumentasi ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan upaya yang dilakukan guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran dan lain sebagainya. Analisis data terhadap PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis data yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yang disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya). Adapun bentuk penyajian data peneliti lakukan secara persentase yang dianggap relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan adalah dengan : % = × 100 ( Slavin, 1997:269-270) Keterangan: P : Persentase n : Jumlah skor yang diperoleh dari data N : Jumlah skor maksimal
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Siklus 1 Pertemuan 1 Hasil Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aspek yang diteliti Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan Mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan pengelolaan kelas Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat penilaian Tampilan dokumen rencana pembelajaran Melakukan Pembelajaran. Mengelola Interaksi Kelas. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar Kesan umum proses dan hasil pembelajaran
Keterangan : B (Baik) C (Cukup) K (Kurang)
Siklus ke 1 Pertemuan ke 1 B C K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan benar. : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu perbaikan. : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar.
Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain guru merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, guru menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan. Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel berikut.
12
Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Siklus 1 Pertemuan 1
No.
1
Kriteria Kemampuan Anak
Pertemuan
B CB KB
I Jumlah
Anak menyebutkan cara-cara mencintai lingkungan Jumlah anak 7 9 4 20
% 35% 45% 20% 100%
Anak mempraktekkan cara mencintai lingkungan Jumlah anak 8 7 5 20
% 40% 35% 25% 100%
Anak menyampaikan ide atau pendapat terhadap dampak negatif jika tidak mencintai lingkungan Jumlah % anak 8 40% 7 35% 5 25% 20 100%
b. Siklus ke 1 Pertemuan ke 2 Observasi dilakukan untuk mengamati selama kegiatan pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung, mengamati respon anak terhadap proses pembelajaran. Adapun hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aspek yang diteliti Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan Mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan pengelolaan kelas Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat penilaian Tampilan dokumen rencana pembelajaran Melakukan Pembelajaran. Mengelola Interaksi Kelas. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar Kesan umum proses dan hasil pembelajaran
Keterangan : B (Baik)
Siklus ke 1 Pertemuan ke 2 B C K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan benar. C (Cukup) : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu perbaikan. K (Kurang) : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain guru menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, guru
13
mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar, guru merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, guru merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat penilaian. Observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel berikut. Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Siklus 1 Pertemuan 2
No.
1
Kriteria Kemampuan Anak
Pertemuan
B CB KB
I Jumlah
Anak menyebutkan cara-cara mencintai lingkungan Jumlah anak 10 8 2 20
% 50% 45% 10% 100%
Anak mempraktekkan cara mencintai lingkungan Jumlah anak 9 9 2 20
% 45% 45% 10% 100%
Anak menyampaikan ide atau pendapat terhadap dampak negatif jika tidak mencintai lingkungan Jumlah % anak 9 45% 9 45% 2 10% 20 100%
c. Siklus ke 2 Pertemuan ke 1 Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk mendapatkan informasi pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan guru adapun hasil observasi sebagai berikut. Hasil Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan 1 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Aspek yang diteliti Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan Mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan pengelolaan kelas Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat penilaian Tampilan dokumen rencana pembelajaran Melakukan Pembelajaran. Mengelola Interaksi Kelas. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar Kesan umum proses dan hasil pembelajaran
Keterangan : B (Baik)
Siklus ke 2 Pertemuan ke 1 B C K √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
: Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan benar.
14
C (Cukup) K (Kurang)
: Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu perbaikan. : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar.
Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan, merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian, merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar, menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan. Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel berikut. Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Siklus 2 Pertemuan 1
No.
1
Kriteria Kemampuan Anak
Pertemuan
B CB KB
I Jumlah
Anak menyebutkan cara-cara mencintai lingkungan Jumlah anak 13 7 20
% 65% 35% 100%
Anak mempraktekkan cara mencintai lingkungan Jumlah anak 12 8 20
% 60% 40% 100%
Anak menyampaikan ide atau pendapat terhadap dampak negatif jika tidak mencintai lingkungan Jumlah % anak 12 60% 8 40% 20 100%
d. Siklus ke 2 Pertemuan ke 2 Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk mendapatkan informasi pengaruh terhadap tindakan yang dilakan guru adapun hasil observasi sebagai berikut. Hasil Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan 2 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang diteliti Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan Mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran Merencanakan pengelolaan kelas Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat penilaian
Siklus ke 2 Pertemuan ke 2 B C K √ √ √ √ √
15
6. 7. 8. 9. 10. 11.
Tampilan dokumen rencana pembelajaran Melakukan Pembelajaran. Mengelola Interaksi Kelas. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar Kesan umum proses dan hasil pembelajaran
Keterangan : B (Baik) C (Cukup) K (Kurang)
√ √ √ √ √ √
: Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan benar. : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu perbaikan. : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan baik dan benar.
Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain guru menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, guru mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu pembelajaran), dan sumber belajar, guru merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, guru merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan alat penilaian, tampilan dokumen rencana pembelajaran, melakukan Pembelajaran, mengelola interaksi kelas, mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan sikap cinta lingkungan, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel berikut. Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Siklus 2 Pertemuan 2
No.
2
Pertemuan
Kriteria Kemampuan Anak
B CB KB
2 Jumlah
Anak menyebutkan cara-cara mencintai lingkungan Jumlah anak 15 5 20
% 75% 25% 100%
Anak mempraktekkan cara mencintai lingkungan Jumlah anak 16 4 20
% 80% 20% 100%
Anak menyampaikan ide atau pendapat terhadap dampak negatif jika tidak mencintai lingkungan Jumlah % anak 15 75% 5 25% 20 100%
2. Pembahasan Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu
16
Ketapang antara lain: menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi dan hasil belajar, membuat Rencana Kegiatan Harian, adapun materi kegiatan tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak, menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar. Perencanaan yang dilakukan guru dapat dikategorikan “baik” karena sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan teori, selain itu melalui perencanaan guru dapat mempertimbangkan faktor-fakto penghambat dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang meliputi penjelasan tentang sikap cinta lingkungan, mencontohkan cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan untuk membersihkan lingkungan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dapat dikategorikan “baik” karena melalui kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kehidupan, dapat melatih kesabaran dan ketekunan pada anak, dapat mengajarkan pada anak arti tanggung jawab, mengajak anak belajar memikirkan kepentingan orang lain, menumbuhkan rasa syukur dan kagum atas kebaikan Sang Pencipta, menumbuhkan sikap kreatif dalam memanfaatkan kebaikan alam. Respon anak terhadap pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak sangat antusias untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan debu, menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan yang telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang dengan cara mengadakan praktek langsung untuk menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah. merawat tanaman dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar, secara khusus hasil penelitian ini antara lain: 1. Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain: menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi dan hasil belajar, membuat Rencana Kegiatan Harian, merancang materi pembelajaran yakni tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak, menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar.
17
2. Pelaksanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang meliputi penjelasan tentang sikap cinta lingkungan, mencontohkan cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan untuk membersihkan lingkungan. 3. Respon anak terhadap pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak sangat antusias untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan debu, menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan yang telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Saran Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam membiasakan anak untuk mencintai lingkungan, hendaknya: 1. Guru menggunakan metode karyawisata dalam pembelajaran, agar anak melihat alam sekitar secara langsung. 2. Guru dapat mengupayakan tindakan bantuan pada anak yang masih belum dapat membiasakan diri mencintai lingkungan dengan melakukan hal-hal yang sederhana. DAFTAR PUSTAKA Asmani, Jamal Ma’mur, (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Laksana Brewer, Jo Ann. (2007). Introdction to Early Chilhood Education. New York: University of Massachusetts Lowell Feez, Susan. (2010). Montessori and Early Childhood A Guide for Students. Los Angles: Sage Lickona, Thomas. (1992) Educating For Character. New York: Bantam Books Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA, Wm,C.Brown. Slavin. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Intan Pariwara. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.kaskus.com 12 Februari 2010
18