PEMBIASAAN PERILAKU MANDIRI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Rosi Depri Juwita, Fadillah, Sutarmanto PG PAUD FKIP UNTAN, Pontianak Email :
[email protected] Abstrak: Metode dalam penelitian ini, metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Hasil peneliti melepas dan menyimpan sepatu sendiri 86,67 % anak yang bisa dan 13,33 % belum bisa, menyelesaikan tugas yang diberikan sendiri 86,67 % anak yang bisa dan 13,33 % belum bisa, mengambil dan membuka tempat makanan sendiri 80 % anak yang bisa dan 20 % belum bisa, makan sendiri 86,67 % anak yang bisa dan 13,33 % belum bisa, dapat memcuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan 86,67 % anak yang bisa dan 13,33 % belum bisa, merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri 80 % anak yang bisa dan 20 % belum bisa, membuang sampah pada tempatnya 93,33 % anak yang bisa dan 6,67 % belum bisa, dapat buang air kecil sendiri 80 % anak yang bisa dan 20 % belum bisa dan memakai sepatu sendiri saat pulang dengan persentase 80 % anak yang bisa dan 20 % belum bisa. Kata Kunci : Prilaku Mandiri, Anak Usia Dini 5-6 Tahun Abstract: Method in this research, descriptive method with research form qualitative. Result of free researcher and shoe keep alone 86,67 % child which can and 13,33 % not yet can, finish given duty by self 86,67 % child which can and 13,33 % not yet can, take and open food place alone 80 % child which can and 20 % not yet can, eat by self 86,67 % child which can and 13,33 % not yet can, earn to clean hand before and after activity 86,67 % child which can and 13,33 % not yet can, neaten and food place keep alone 80 % child which can and 20 % not yet can, throw away garbage at its place 93,33 % child which can and 6,67 % not yet can, earn to urinate by self 80 % child which can and 20 % not yet can and wear shoe alone moment go/come home with percentage 80 % child which can and 20 % not yet can. Keyword : My Self-Supporting me, Child Age Early 5-6 Year
S
eorang anak mengalami masa kritis pada saat dia sedang mencoba dan berusaha untuk menemukan dirinya. Pada saat itu dia akan bertanya-tanya tentang sesuatu yang baru dibuat sedang diperbuat dan memikirkan apa yang akan di perbuat. Dia akan mencoba dan mencoba lagi sebelum berhasil. Anak akan merasa gelisah, takut, malu, melakukan yang tidak dimengerti. Anak akan mengenal orang lain yang belum dikenalnya dalam berbagai tingkah laku, sesuatu yang datang dari luar dirinya akan membuat anak ingin mengenal dan mengetahuinya, saat inilah sikap/perilaku orang lain akan ditiru anak yang mungkin akan menimbulkan berbagai kesulitan bagi dirinya. Hasan (2009.215) mengungkapkan bahwa “pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke
1
beberapa arah sebagai berikut : (1) pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar); (2) kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual); (3) sosioemosional (sikap perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, yang disesuaikan dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini”. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dalam proses perawatan, pengasuhan dan bimbingan pada anak dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman dan memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui serta memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Dalam hal ini pendidik mesti memberikan contoh atau model yang baik bagi anak, agar apa yang ditiru oleh anak mendapatkan respon positif dari masyarakat dan anak juga dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Sedangkan Direktorat PAUD (2005) (dalam Yamin dan Sanan,2010:1) menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden ages dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia”. Pendidikan anak usia dini sebagai cermin dari suatu tatanan masyarakat tapi juga ada pandangan yang mengemukakan bahwa sikap dan perilaku suatu masyarakat dipandang sebagai suatu keberhasilan ataupun sebagai kegagalan dalam pendidikan dan keberhasilan pendidikan tegantung kepada pendidikan anak usia dini karena jika pelaksanaan pendidikan anak usia dini baik, maka proses pendidikan pada usia remaja, usia dewasa, akan baik pula. Kemandirian pada anak juga dapat kita lihat dalam lima aspek perkembangan anak usia dini dalam peraturan pemerintah nomor 58 Tahun 2009 dimana : (1) Aspek agama dan moral anak bersikap jujur, suka menolong, memelihara kebersihan lingkungan. (2) Aspek sosial emosional anak saling membantu sesama teman, mau berbagi mau memberi dan meminta maaf, dan menerima kritikan, bertanggung jawab. (3) Aspek bahasa anak berani bertanya, bercerita tentang gambar, mau mengungkapkan pendapat. (4) Aspek kognitif anak mengajak teman untuk bermain, mampu mengambil keputusan secara sederhana. (5) Aspek Fisik anak mengurus dirinya tanpa bantuan orang lain membersihkan peralatan makan setelah digunakan, membuang sampah pada tempatnya. Pendidikan adalah suatu usaha bersama antara masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik dimasa depan. Pembangunan karakter adalah sangat penting karena usaha mendidik, mengajar dan mengasuh anak-anak bertujuan untuk perkembangan kemandirian yang luhur. Dalam UU no. 23/2000 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal mengungkapkan bahwa “pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun”. Dan dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Anak merupakan harapan masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya
2
sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang secara optimal jika stimulus yang diberikan tidak tepat dan tidak mendukung perkembangannya. Salah satu bagian yang perlu dikembangkan oleh orang tua dan pendidik dalam menstimulasi anak adalah penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan antara baik-buruk, benar-salah, sehingga anak dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi. Pendidikan karakter bukan hanya sekedar menanamkan mana yang benar dan salah. Pendidikan karakter merupakan usaha menanamkan kebiasaankebiasaan yang baik (Habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya, harus melibatkan pengetahuan yang baik (moralknowing) perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (Moral action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Dilembaga PAUD Sejahtera penulis melihat masih terdapat anak-anak yang belum bisa menunjukkan sikap kemandirian, dari 15 orang anak yang berusia 5-6 tahun, ada 5 anak yang sudah menunjukkan sikap kemandiriannya, dan ada 10 anak yang belum bisa bisa menunjukkan sikap kemandirian. Sikap kemandirian anak yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat anak yang belum bisa mengurus dirinya sendiri, masih takut jika ditinggal ibunya, sulit untuk mengakui kesalahan, belum bisa menjaga kebersihan lingkungan, sehingga penulis merasa perlu kiranya mengadakan penelitian tentang perilaku kemandirian anak PAUD Sejahtera. Adapun identifikasi masalah yang ada di PAUD sejahtera Pontianak timur adalah : 1. Anak belum terbiasa mengurus dirinya sendiri, 2. Anak masih takut jika ditinggal ibunya, 3. Anak sulit untuk mengakui kesalahan, 4. Anak belum terbiasa menjaga kebersihan lingkungan Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan tersebut maka penelitian ini akan difokuskan pada “Pembiasaan Perilaku Mandiri Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun”. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan pertanyaan umum dalam penelitian adalah “Bagaimana Pembiasaan Perilaku Mandiri Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur” ? Adapun pertanyaan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? b) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur? c) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mengambil dan membuka tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? d) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat makan sendiri pada anak usia 5-6 Tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur? e) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? f) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat merapikan dan
3
menyimpan tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur? g) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat membuang sampah pada tempatnya pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur? h) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat membuang air kecil sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? i) Bagaimana pembiasaan perilaku mandiri anak memakai sepatu sendiri pada saat keluar kelas pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? j) Apa faktor penyebab anak tidak terbiasa dalam perilaku mandiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? k) Apa upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur ? Perilaku adalah suatu tindakan, perbuatan atau reaksi yang dilakukan seseorang atau anak baik secara sadar maupun tidak sadar. Sedangkan mandiri adalah suatu sikap atau keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan diri sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, serta bertanggung jawab penuh dengan apa yang telah dilakukan. Jadi perilaku mandiri adalah suatu tindakan, perbuatan, atau reaksi yang dilakukan seseorang atau anak baik secara sadar maupun tidak sadar yang sesuai dengan kemampuan diri, tidak bergantung dengan orang lain, serta mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang dilakukan. Perilaku mandiri dalam penelitian ini adalah 1). anak melepas dan menyimpan sepatu sendiri, 2). anak menyelesaikan tugas belajar yang diberikan sendiri, 3). mengambil dan membuka tempat makanan sendiri, 4). makan sendiri, 5). dapat mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan sendiri, 6). merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri, 7). membuang sampah pada tempatnya sendiri, 8). anak dapat membuang air kecil sendiri dan 9). memakai sepatu sendiri saat pulang. Anak usia dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun, yang tercakup dalam pendidikan anak usia dini pada jalur formal, informal dan non formal. Anak usia dini dalam penelitian ini adalah anak yang ada pada lembaga PAUD Sejahtera Pontianak Timur yang berusia 5-6 tahun sebanyak 15 orang. PAUD Sejahtera adalah tempat atau lokasi dimana peneliti mengadakan penelitian yang beralamat di Jl. H. Rais RT 04 RW 04 Kelurahan Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak, PAUD sejahtera mempunyai beberapa program salah satunya adalah program kelompok bermain, Peserta didik pada program kelompok bermain ini berusia 3-6 tahun, untuk anak usia 34 tahun berjumlah 10 orang, sedangkan anak berusia 5-6 tahun 15 orang. Pada program kelompok bermain ini proses pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin s/d Jum’at dari pukul 07.30-10.30. METODE Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dimana peneliti mengungkapkan situasi yang akan diteliti secara menyeluruh dan mendalam. Putra dan Dwi Lestari (2012:70) mengungkapkan bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menggambarkan segala sesuatu yg diamati secara lengkap, rinci, dan mendalam. Peneliti wajib membuat catatan lapangan dan catatan wawancara yang rinci, lengkap, dan apa adanya. Peneliti
4
mendeskripsikan atau menggambarkan hasil pengamatan dan wawancara, bukan menjelaskan, dan juga bukan membuat evaluasi atau penilaian”. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan, menggambarkan dan memetakan faktafakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Metode deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mempelajari fakta alamiah berdasarkan data yang diperoleh di lapangan agar peneliti dapat mendeskripsikan secara jelas dan rinci. Denzin dan Lincoln (dalam Satori 2012:23) mengungkapkan bahwa “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”. Pada penelitian ini, guru membiasakan anak untuk mandiri dalam hal membuka sepatu dan menyimpan sepatu sendiri, mengambil dan membuka tempat makanan sendiri dan lain-lain. Yang dapat diobservasi melalui lembar observasi anak. Peneliti juga menggunakan lembar wawancara dan lembar observasi guru yang digunakan untuk melihat kesiapan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. PAUD Sejahtera adalah tempat atau lokasi dimana peneliti mengadakan penelitian yang beralamat di Jl. H. Rais RT 04 RW 04 Kelurahan Parit Mayor Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak, PAUD sejahtera mempunyai beberapa program salah satunya adalah program kelompok bermain, peserta didik pada program kelompok bermain ini berusia 3- 6 tahun, untuk anak usia 3-4 tahun berjumlah 10 orang, sedangkan anak berusia 5-6 tahun 15 orang. Pada program kelompok bermain ini proses pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin s/d Jum’at dari pukul 07.30-10.30. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain : Teknik Observasi Langsung. Nasution (dalam Sugiyono, 2011:310) mengungkapkan bahwa “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Dalam penelitan ini, observasi dilakukan untuk melihat metode yang digunakan oleh guru dalam kaitannya untuk pembiasaan perilaku mandiri pada anak. Peneliti menggunakan observasi partisipatif dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti ditambah dengan bercerita sesuai dengan instrumen penelitian. Estenberg (dalam Sugiyono, 2011:317) mengungkapkan bahwa “wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pewawancara akan melakukan wawancara kepada pihak yang akan diwawancari yakni guru. Dari wawancara yang dilakukan diharapkan peneliti dapat memperoleh infromasi bagaimana pelaksanaan pembiasaan perilaku mandiri pada anak serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia dini.
5
Menurut Margono (2005:158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan melihat secara langsung proses belajar mengajar di kelas B1 di PAUD Sejahtera dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu pengumpul data berupa catatan lapangan. Observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Margono (2005:161) mengemukakan “observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi”. Penelitian ini menjelaskan semua kejadian proses kegiatan yang dilakukan pada saat dikelas. Stainback (dalam Satori dan Aan, 2012:130) mengemukakan bahwa “dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang pertisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi dimana dalam hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi”. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru kelas untuk memperoleh data dan catatan lapangan dengan jelas. Mc Millan dan Schumacher (dalam Satori dan Aan, 2012:147) mengemukakan bahwa “dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan surat, buku harian dan dokumentasi”. Dalam penelitian ini, dokumentasi dimaksudkan untuk dapat mempermudah menganalisis situasi ruang kelas dan merupakan data visual penelitian yang dapat dilaporkan dan ditunjukan kepada orang lain. Dalam proses analisis data ini yang peneliti lakukan adalah: pertama data yang terkumpul dari hasil observasi, dokumentasi dan interview perlu diteliti, apakah data perlu dipahami atau tidak. Kedua data yang telah ada kemudian disusun dan dikelompokkan dengan menggunakan fakta-fakta sedemikian rupa untuk menggambarkan objek penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketiga penyajian dan analisa secara apa adanya sebagaimana yang telah diperoleh dari informan, kemudian dianalisa dengan menggunakan interpretasi berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan untuk memudahkan dalam metode berfikir induktif, yaitu poses pengorganisasian fakta-fakta dan hasil-hasil menjadi suatu rangkaian hubungan atau generalisasi. Sugiyono, (2011:337) berpendapat Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dengan mengikuti langka-langkah berikut: 1) Pengumpulan data, 2) Reduksi data 3) Penyajian data 4) Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Pengumpulan data (Collection Data), peneliti dalam proses pengumpulan data lapangan dilakukan dengan tekhnik observasi/pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Pada pelaksanaan tekhnik ini peneliti memerlukan berbagai informasi yang berkaitan tentang jumlah anak, jumlah guru, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh lembaga PAUD. Data yang diperoleh akan digunakan peneliti untuk mempersiapkan apa yang akan dilakukan selanjutnya agar peneliti lebih mudah dalam melaksanakan penelitian. Reduksi data (Data Reduction), peneliti melakukan pemilihan data yang akan digunakan dalam penelitian. Sugiyono (2011:338) mengemukakan bahwa “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”. Adapun data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pembiasaan perilaku mandiri yang digunakan oleh guru pada
6
anak. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini. Penyajian Data (Display data), Sugiyono (2011:341) mengemukakan bahwa ”penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori”. Selanjutnya Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:341) berpendapat bahwa “yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”. Berdasarkan pendapat diatas maka penyajian data dalam laporan penelitian pembiasaaan perilaku mandiri pada anak yaitu menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif dan tabel yang dibentuk secara sederhana dan terpadu dengan maksud pembaca dapat mengerti apa yang terjadi. Kesimpulan/Verification, Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011:345) mengungkapkan bahwa “kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya”. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh dan mengarahkan anak untuk melepas dan menyimpan sepatu sendiri di rak sepatu b). Guru selalu mengingatkan anak agar terbiasa menyimpan sepatu di rak sepatu c). Ada 2 orang anak yang masih perlu bantuan guru dan orang tua dalam melepas dan menyimpan sepatu di rak sepatu d). Dengan sikap membiasakan anak melepas dan menyimpan sepatu sendiri secara berulang-ulang agar anak terbiasa melakukannya e). Anak diberikan bimbingan dan motivasi supaya anak terbiasa melepas dan menyimpan sepatu sendiri. Dari pengamatan peneliti bahwa pembiasaan perilaku mandiri anak saat melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada anak usia 5-6 tahun masih dalam upaya pembiasaan secara berulang-ulang sehingga anak terbiasa melepaskan sepatunya sendiri, serta dapat mengembangkan sikap mandiri kepada anak. Anak masih sulit melepas sepatu sendiri dan belum terbiasa menyimpan sepatu di rak sepatu, dikarenakan anak sudah terbiasa menyimpan sepatu bukan pada tempatnya. Tetapi setelah guru terus-menerus memberikan penjelasan dan pengarahan agar anak melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada tempat yang telah disediakan, anak menjadi terbiasa melepas dan menyimpan sepatu sendiri dengan rapi.
7
Pertemuan 1 2 3 4 5
Tabel 1 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Melepas dan Menyimpan Sepatu Sendiri Bisa Tidak Bisa Jumlah Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 5 33,33 % 10 66,67 % 15 5 33,33 % 10 66,67 % 15 10 66,67 % 5 33,33 % 15 12 80,00 % 3 20,00 % 15 13 86,67 % 2 13,33 % 15
Persentase 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh dan menjelaskan cara mengerjakan tugas yang diberikan b). Guru mengulang penjelasan dan mengajukan pertanyaan kembali kepada anak cara mengerjakan tugas yang sudah dijelaskan c). Guru mengawasi anak pada saat mengerjakan tugas yang diberikan, jika anak mengalami kesulitan maka guru memberikan bimbingan dan pengarahan. d). Dengan cara memberikan tugas yang berulangulang diharapkan anak terbiasa mengerjakan tugas yang diberikan dengan sendirinya e). Anak diberikan motivasi dan pengarahan bahwa anak bisa mengerjakan tugas dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain. Dari pengamatan peneliti bahwa dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada anak usia 5-6 tahun, anak mengalami kesulitan sehingga guru perlu membimbing dan memegang tangan anak untuk mengarahkannya dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Kebanyakan dari anak belum terbiasa dengan tugas yang diberikan mereka masih kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan sehingga guru perlu memberikan contoh agar anak dapat menirukan dan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan penjelasan guru. Penjelasan dan contoh yang selalu diberikan oleh guru dapat membantu anak dalam menyelesaikan tugas yang diberikan walaupun ada beberapa anak yang masih perlu bantuan. Tabel 2 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Menyelesaikan Sendiri Tugas yang Diberikan Bisa Tidak Bisa Jumlah Persentase Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 5 33,33 % 10 66,67 % 15 100 % 1 5 33,33 % 10 66,67 % 15 100 % 2 10 66,67 % 5 33,33 % 15 100 % 3 12 80,00 % 3 20,00 % 15 100 % 4 13 86,67 % 2 13,33 % 15 100% 5
8
Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mengambil dan membuka tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika mengambil dan membuka tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh cara mengambil dan membuka tempat makanannya sendiri b). Jika anak mengalami kesulitan, anak dibantu guru untuk mengambil dan membuka tempat makanannya c). Anak diberikan motivasi oleh guru bahwa anak bisa mengambil dan membuka tempat makanannya sendiri tanpa bantuan guru. Dari pengamatan peneliti bahwa anak pada saat mengambil dan membuka tempat makanan sendiri, anak masih mengalami kesulitan dalam membuka tempat makanannya dikarenakan tempat makanan memiliki tutup yang rapat sehingga anak mengalami kesulitan dalam membuka tempat makanan. Untuk itu, guru mengarahkan anak setiap hari dalam mengambil dan cara membuka tempat makanannya. Motivasi dan pengarahan dari guru kepada anak membuat anak terbiasa mengambil dan membuka tempat makanannya sendiri walau dalam menjelaskannya perlu secara berulang-ulang agar anak terbiasa. Tabel 3 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Mengambil dan Membuka Tempat Makanan Sendiri Bisa Tidak Bisa Pers Jumlah enta Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase se anak anak 5 33,33 % 10 66,67 % 15 100 1 % 5 33,33 % 10 66,67 % 15 100 2 % 10 66,67 % 5 33,33 % 15 100 3 % 11 73,33 % 4 26,67 % 15 100 4 % 12 80,00 % 3 20,00 % 15 100 5 % Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat makan sendiri pada anak usia 56 Tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak saat makan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh cara memegang dan mengambil makanan dengan menggunakan sendok serta mengarahkan sendok kedalam mulut. b). Jika anak mengalami kesulitan, guru membantu anak mengambil makanan dengan memegang tangan anak dan mengarahkan ke dalam mulut. c). Guru memberikan motivasi pada anak bahwa anak bisa makan sendiri tanpa bantuan orang lain. Dari pengamatan peneliti bahwa pada saat melakukan makan sendiri anak terlihat masih belum bisa dalam melakukan makan sendiri. Apalagi dalam memegang sendok untuk memasukkan makanan kedalam mulutnya masih mengalami kesulitan dan makanan masih berserakan diatas meja. Sehingga guru
9
mengarahkan anak bagaimana cara memegang sendok yang benar dan memasukkan makanan kedalam mulut serta merapikan meja setelah makan. Guru memberikan bimbingan dan penjelasan agar anak terbiasa makan sendiri dan rapi setelah makan. Tabel 4 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Makan Sendiri Bisa Tidak Bisa Jumlah Persentase Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 10 66,67% 5 33,33% 15 100% 1 10 66,67% 5 33,33% 15 100% 2 9 60,00% 6 40,00% 15 100% 3 13 86,67% 2 13,33% 15 100% 4 13 86,67% 2 13,33% 15 100% 5 Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh dan menjelaskan cara mencuci tangan yang benar b). Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktekkan cara cuci tangan yang benar c). Guru mengingatkan anak untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan dengan benar d). Jika anak mengalami kesulitan, guru membimbing anak untuk mencuci tangan yang benar e). Guru memberikan motivasi pada anak agar dapat mencuci tangan dengan benar. Dari pengamatan peneliti pada saat kegiatan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Anak masih belum terbiasa melakukan cuci tangan dengan benar. Ada anak hanya membasahkan tangan tanpa menggunakan sabun dan masih belum bisa menggosokkan sabun ke bagian-bagian sela-sela jarinya. Untuk itu, guru memberikan contoh tata cara mencuci tangan yang benar sehingga anak dapat menirukan. Guru berulang-ulang menjelaskannya dan melihat anak menerapkannya saat melakukan cuci tangan. Guru sering mengingatkan anak tata cara mencuci tangan yang benar sehingga anak pun sudah terbiasa melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan tanpa perlu diberikan arahan Tabel 5 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Kegiatan Bisa Tidak Bisa Jumlah Persentase Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 9 60,00% 6 40,00% 15 100% 1 9 60,00% 6 40,00% 15 100% 2 11 73,33% 4 26,67% 15 100% 3 12 80,00% 3 20,00% 15 100% 4 10
13 86,67% 2 13,33% 15 100% 5 Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh kepada anak cara merapikan dan menyimpan tempat makanan dengan sendirinya b). Guru selalu mengingatkan anak-anak untuk merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri c). Guru memperhatikan pada saat anak merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri jika mengalami kesulitan, guru membantu anak d). Anak diberikan motivasi oleh guru bahwa anak sudah bisa merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri. Dari pengamatan peneliti pada saat merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri anak masih belum terbiasa. Masih perlu diingatkan dan diarahkan oleh guru. Karena anak setelah makan langsung pergi bermain dengan temannya. Untuk itu, guru menghampiri anak tersebut dan memberikan penjelasan supaya anak mau merapikan dan menyimpan tempat makanannya sendiri tanpa perlu bantuan guru. Guru terus menerus mengingatkan anak sehingga anak menjadi terbiasa merapikan dan menyimpan tempat makanan sendri ditempat semula dengan baik. Tabel 6 Hasil Pengamatan Terhadap Anak yang Merapikan dan Menyimpan Tempat Makanan Sendiri Bisa Tidak Bisa Jumlah Persentase Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 5 33,33% 10 66,67% 15 100% 1 5 33,33% 10 66,67% 15 100% 2 10 66,67% 5 33,33% 15 100% 3 12 80,00% 3 20,00% 15 100% 4 12 80,00% 3 20,00% 15 100% 5 Pembiasaan perilaku mandiri pada saat membuang sampah pada tempatnya pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera, Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika membuang sampah pada tempatnya anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan contoh kepada anak cara membuang sampah pada tempatnya dengan mengambil sampah yang ada berada dilingkungan sekitar b). Guru selalu mengingatkan dan membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya setelah melakukan kegiatan maupun saat makan. c). Guru memperhatikan anak saat membuang sampah jika anak membuang sampah sembarangan, guru memberikan nasehat dan arahan agar anak dapat membiasakan dirinya sendiri d). Guru memberikan motivasi, dan memberikan pujian jika anak dapat membiasakan dirinya dalam membuang sampah. Dari pengamatan peneliti bahwa membuang sampah pada tempatnya, anak masih belum terbiasa. Terkadang anak suka menyelitkan sampah, buang 11
sampah dijendela dan membuang sampah diluar pintu. Sehingga guru terkadang harus mengingatkan anak lagi untuk membuang sampah pada tempatnya. Serta guru menjelaskan jika membuang sampah tidak pada tempatnya mengakibatkan penumpukkan sampah dan mengakibatkan banjir. Setelah diberikan penjelasan, arahan dan motivasi kepada anak, anak mulai membiasakan dirinya untuk membuang sampah pada tempatnya walau ada beberapa anak yang masih atau sulit untuk membiasakan buang sampah di tempat sampah. Tabel 7 Hasil pengamatan peneliti dengan kegiatan Membuang sampah pada tempatnya Bisa Tidak Bisa Jumlah Persentase Pertemuan Jumlah Jumlah anak Persentase Persentase anak anak 7 46,67% 8 53,33% 15 100% 1 7 46,67% 8 53,33% 15 100% 2 13 86,67% 2 13,33% 15 100% 3 13 86,67% 2 13,33% 15 100% 4 14 93,33% 1 6,67% 15 100% 5 Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat membuang air kecil sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika membuang air kecil sendiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memberikan penjelasaan kegunaan toilet dan mengajak anak melihat kondisi toilet, ada apa saja yang ada didalam toilet. b). Guru memberikan penjelasan kepada anak jika anak ingin buang air kecil harus ke toilet c). Setelah pergi dari toilet, guru mengajak anak untuk mencuci tangannya sebelum masuk kedalam kelas. d). Jika anak belum terbiasa buang air kecil ke toilet, guru memberikan pengarahan dan pengertian pada anak secara berulangulang agar anak terbiasa melakukannya. Dari pengamatan peneliti bahwa membuang air kecil anak masih belum terbiasa pergi ke toilet sendiri masih minta bantuan guru ataupun orang tua. Sedangkan anak laki-laki sering buang air kecil sembarangan dikarenakan orang tua malas mengantar anak ke toilet. Untuk itu guru mengarahkan anak untuk buang air kecil dibiasakan ke toilet dengan memberikan penjelasan jika buang air kecil tidak pada tempatnya bisa mengakibatkan bau dan bisa mengganggu yang lain dan tidak sopan, motivasi anak dengan mengucapkan “anak bisa pergi ke toilet sendiri termasuk anak yang hebat tanpa ditemani ibu guru ataupun orang tua”. Dengan penjelasan yang diberikan, anak menjadi terbiasa pergi ke toilet dan termasuk anak laki-laki buang air kecil juga ke toilet.
Pertemuan
Tabel 8 Hasil pengamatan peneliti dengan kegiatan Buang air kecil sendiri Bisa Tidak Bisa Jumlah anak Jumlah Persent Jumlah Persentase
Perse ntase 12
anak 1 2 3 4 5
5 5 11 11 12
ase 33,33% 33,33% 73,33% 73,33% 80,00%
anak 10 10 4 4 3
66,67% 66,67% 26,67% 26,67% 20,00%
15 15 15 15 15
100% 100% 100% 100% 100%
Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat memakai sepatu sendiri saat keluar kelas pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak ketika memakai sepatu sendiri saat keluar kelas pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur, yakni: a). Guru memanggil anak satu persatu keluar kelas untuk mengambil sepatu di rak sepatu b). Guru memberikan contoh cara memasukkan kaki kedalam sepatu setelah itu guru meminta anak untuk mempraktekkannya. c). Jika anak masih dalam kesulitan, guru tetap memberikan penjelasan sampai anak terbiasa melakukannyad). Motivasi terus menerus diberikan guru, agar anak terbiasa melakukannya tanpa bantuan orang lain. Dari pengamatan peneliti bahwa anak masih sulit memakai sepatu sendiri dikarenakan anak susah memasukkan kakinya kedalam sepatu terkadang terbalik memasangkan sepatu. Guru memberikan pengarahan dan motivasi anak untuk memakai sepatu sendiri. Guru mendekati anak yang belum bisa memakai sepatu sendiri lalu guru mengajak anak untuk mengambil sepatunya dan mengarahkan anak untuk memasukkan kakinya secara perlahan-lahan. Setiap hari kegiatan ini dilakukan, agar anak menjadi terbiasa tanpa perlu bantuan guru dan orang tua lagi. Walau masih ada beberapa anak yang masih perlu bantuan guru dan orang tua tetapi anak yang bisa memakai sepatu sendiri bisa dijadikan motivasi yang lain. Tabel 9 Hasil pengamatan peneliti dengan kegiatan Memakai sepatu sendiri saat pulang Bisa Tidak Bisa Jumlah Persent Perte Jumla Jumlah anak ase muan Persentase Persentase h anak anak 5 33,33% 10 66,67% 15 100% 1 5 33,33% 10 66,67% 15 100% 2 11 73,33% 4 26,67% 15 100% 3 12 80,00% 3 20,00% 15 100% 4 12 80,00% 3 20,00% 15 100% 5 Faktor penyebab anak tidak terbiasa dalam perilaku mandiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera. Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas B1 yang berkaitan dengan pembiasaan perilaku mandiri anak, salah satu pertanyaan dari peneliti adalah apa faktor penyebab anak tidak terbiasa dalam perilaku mandiri pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Sejahtera Pontianak Timur.
13
Pembahasan Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia dini di PAUD Sejahtera, pembiasaan yang dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, penjelasan, pengarahan dan motivasi pada anak. Guru memiliki peranan penting untuk menumbuhkan perilaku mandiri pada diri anak, guru harus memberikan motivasi pada anak agar anak terdorong dan muncul keinginannya untuk melakukan segala kegiatan berdasarkan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Diane dan Brawer (dalam Yamin dan Sanan, 2010:81) mengemukakan bahwa “kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan dari perilaku dan kemampuan anak dalam kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, mau berbagi, mengendalikan emosi”. Kegiatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia dini yaitu: dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab kepada anak antara lain dengan cara guru bercerita, memberikan penjelasan, dan menyediakan fasilitas pendukung seperti tempat sampah, rak sepatu, poster-poster, sabun, tempat air yang mengalir, sehingga diharapkan akan memberikan kemudahan dalam penerapan pembiasaan perilaku mandiri. Pembiasaan perilaku mandiri harus ditanamkan sejak usia dini dengan harapan agar anak-anak nantinya akan menjadi generasi yang lebih betanggung jawab, memiliki rasa peduli dan rasa empati terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Parker (2005:13) yang menyatakan “harga diri (self eistem) entah baik atau buruk, ada dalam diri anak sangat kuat atau bahkan lebih kuat dari apa yang ada pada orang dewasa. Harga diri yang baik membantu orang untuk mengembangkan kepercayaan diri yang kuat. Kepercayaan diri membantu orang untuk mandiri. Masa anak-anak adalah saat yang terbaik untuk membangun harga diri, kepercayaan diri, dan kemandirian yang akan mebantu mereka menjadi anak yang bahagia”. Sikap kemandirian yang ditanamkan guru melalui pembiasaan dapat dilihat dari perubahan sikap anak yang sudah mampu untuk melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain, menjaga kebersihan diri, dan lingkungan tanpa harus diperintah oleh guru lagi. hal ini sejalan dengan pendapat Derajat (1993:61) mengatakan bahwa “pembiasaan dan latihan akan terbentuk sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyah lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya”. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dilapangan dan analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa pelaksanaan pembiasaan prilaku mandiri telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru pada anak usia dini di PAUD Sejahtera Kecamatan Pontianak Timur. Sedangkan secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat melepas dan menyimpan sepatu sendiri pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak dapat melepas dan menyimpan sepatu sendiri sesuai dengan tempat yang telah disediakan tanpa memerlukan bimbingan dari guru. 2)
14
Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat menyelesaikan tugas yang telah diberikan pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik dimana anak menyelesaikan tugas yang telah diberikan sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh guru. 3) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mengambil dan membuka tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak dapat mengambil makanannya dari dalam tas dan membuka tempat makanannya sendiri tanpa bantuan dari orang tua ataupun guru. 4) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat makan sendiri pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti bahwa anak melakukan makan sendiri tanpa perlu ditemani oleh orang tua atau guru. 5) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan sendirinya tanpa harus diperintah ileh guru. 6) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti dimana anak merapikan dan menyimpan tempat makanan sendiri kedalam tas atau ditempat yang telah disediakan dengan rapi. 7) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat membuang sampah pada tempatnya pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak membuang sampah yang ada pada tempat yang telah disediakan atau tempat sampah. 8) Pembiasaan perilaku mandiri anak pada saat membuang air kecil sendiri pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak pergi ke toilet dengan sendiri tanpa ditemani dan ditunggui oleh guru atau orang tua di depan pintu. 9) Pembiasaan prilaku mandiri anak pada saat memakai sepatu sendiri saat keluar kelas pada anak usia 5-6 tahun dikategorikan sangat baik, terbukti anak memakai sepatu dengan sendiri pada saat waktu pulang sekolah dengan tertib. Saran Berdasarkan hasil penelitian pembiasaan perilaku mandiri pada anak dalam proses pembelajaran guru sudah dapat mengembangkan sikap mandiri pada anak. Namun masih ada kekurangan yang perlu dibenahi untuk itu peneliti merasa perlu memberikan saran, sebagai berikut:1) Didalam kelas saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan guru hendaknya dapat menyediakan media pembelajaran seperti poster atau buku cerita bergambar agar anak lebih cepat dan mudah untuk memahami pesan atau informasi yang disampaikan oleh guru dalam upaya pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia dini. 2) Guru hendaknya lebih konsisten dalam menerapkan peraturan agar pembiasaan perilaku mandiri anak benar-benar dapat tertanam dalam diri anak. 3) Pihak lembaga PAUD diharapkan dapat lebih meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran seperti alat-alat kebersihan, jumlah media belajar yg akan digunakan oleh guru dalam upaya menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan pembiasaan perilaku mandiri pada anak usia dini.
15
DAFTAR RUJUKAN Brewer, Jo An. (2007). Introduction To Early Childhood Education Preschool Through Primary Grades. America. Pearson Damayanti, Deni (2014). Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta. Araska Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak : UNTAN Hasan, Maimunah. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta: DIVA Press Jahja, Yudrik. (2012). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Jogjakarta: C.V Andi Offset. Joyce, Bruce dan Marsha Weil. (1996). Models Of Teaching. America : Fifth Edition Mulyatiningsih, Endang. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta Margono. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Parker, K Deborah. (2005). Menumbuhkan Kemandirian Dan Harga Diri Anak. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Prasetyo, Nana. (2011). Membangun Karaakter Anak Usia Dini. Jakarta. Direktur Pembina PAUD Santrock, John W. (2008). Child Development Twelfth Edition.Jakarta: The McGraw-Hill Companies Satori Djam’an dan Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta Putra, Nusa dan Dwi Lestari, Ninin. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
16