Pemberian Kotoran Ayam di Tanah Mediteran yang Ditanami Kedelai (Glycine max (L) Merr) Kultivar Edamame N. M. Ramdhan Alumni Fakultas Pertanian UTM Email:
[email protected] ABSTRACT Soybean (Glycine max (L) Merr) edamame cultivar vegetable seeds was harvested young. Edamame soy requires fertile soil that was sufficient in nutrients and organic matter with the physical properties of loose soil for growth. The mediterranean soil that is soil formed by the weathering of limestone and are infertile because of nutrient content and low organic matter and soil physical properties are not loose. To get the growth and yield of soybean edamame is good at mediterranean soil tillage needs to be done and giving chicken manure. Tillage treatment and the dose of chicken manure is expected to provide growth and yield good edamame. This study aimed to determine the effect of tillage and dosing chicken manure on the growth and yield of edamame. The study was conducted at the Horticultural Crops Research Gardens Socah, Socah District, East Java Bangkalan ± 4.2 meters in height above sea level. The study took place from December 2012 March 2013. The method used by the experiment with Randomized Block Design (RBD) factorial three replications. The first factor tillage consisted of 3 levels (no tillage, 1 time soil cultivation 2 time tillage), while the second factor consists of 3 levels (dose of chicken manure 4 ton/ha, 6 ton/ha, and 8 ton/ha). The results showed that there was no interaction between tillage treatment and dosing chicken manure to all observation variables. But in each tillage treatment variables significantly affect the number of leaves at age 42 and 56 days after planting, the number of branches at the age of 42 HST, and leaf chlorophyll at 35 HST number pods, pod weight and pods per plant, of while on treatment doses of chicken manure significantly affect the variables in leaf chlorophyll content ages 35, 42, and 49 days after planting. Keywords: edamame, tillage, dose, chicken manure. PENDAHULUAN Edamame, sebuah nama yang diperuntukkan bagi kedelai Jepang. Edamame ini merupakan jenis tanaman sayuran (vegetable soybean) yang bentuknya mirip kedelai, perbedaannya pada ukuran yang lebih besar. edamame, seperti species kacang – kacangan lainnya, merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting peranannya bagi kehidupan. Kedelai umumnya mengandung protein 35%, pada varietas unggul dapat mencapai 40 – 43% (Cahyadi, 2007). Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi hampir menyamai kadar protein susu skim kering, sehingga peningkatan produksi Edamame dalam rangka penyediaan protein nabati sangat strategis.
Permintaan kedelai nasional setiap tahun cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, membaiknya pendapatan per kapita, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kecukupan gizi dan berkembangnya industri pakan ternak. Produktivitas edamame dibandingkan dengan kedelai yang dibudidayakan selama ini lebih tinggi. Jika kedelai biasa hanya mampu menghasilkan 1,1-1,5 ton untuk setiap hektarnya, maka melalui budidaya edamame hasil yang bakal diperoleh melalui luasan yang sama bisa mencapai 3,5 ton (Sunarto, 2000). Upaya yang ditempuh untuk meningkatkan produksi dengan perbaikan teknik budidaya, yaitu salah satunya dengan pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik. Pertumbuhan tanaman agar mencapai hasil yang baik diperlukan pengolahan tanah, salah satu fungsi pengolahan tanah yaitu 25
memperbaiki sifat fisik tanah, menggemburkan tanah, menghilangkan gulma serta gas yang bersifat racun hasil aktifitas mikroba dalam tanah, dan mempermudah akar untuk masuk menembus tanah. Saluran drainase dan aerase dapat optimal untuk proses sel akar. Guna untuk mendukung proses terjadinya pertumbuhan dan perkembangan serta produksi yang baik (Juanda dan Bambang, 2000). Pupuk organik berasal dari ternak (sapi, kerbau, kambing, ayam, itik) dan tanaman (dedaunan, jerami padi, batang jagung, dan sekam padi). Pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi atau ayam merupakan pupuk organik yang umum digunakan dalam pemupukan organik. Pupuk organik memacu dan meningkatkan populasi mikrobia di dalam tanah jauh lebih besar dari pada hanya memberikan pupuk kimia. Hasil penelitian (Nuraini, 2002), pada pemberian pupuk kotoran ayam dengan takaran 2 dan 4 ton/ha, menghasilkan pertumbuhan tanaman kedelai edamame yang cukup bagus, akan tetapi produksi yang dihasikan masih rendah dan membutuhkan rentang takaran yang lebih tinggi. METODE Penelitian ini dilakukan dilakukan dengan metode percobaan. Tanah yang digunakan untuk percobaan, berdasarkan ciriciri yang nampak serta peta yang ada termasuk jenis tanah Mediteran. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu benih kedelai kultivar edamame yang diperoleh dari perbanyakan anak perusahaan kedeai edamame Jember, kotoran ayam pedaging (lehorn). Alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu cangkul, tugal, tali rafia, bambu, timbangan, alat pengukur dan alat tulis.. Tahap percobaan yang dilakukan yaitu: pengolahan Tanah (mencangku, menghaluskan, membedeng dengan ukuran panjang 1.40 m, lebar 0.70 m, tinggi 0.3 m. Jarak antar bedeng dalam kelompok selebar 0.5 m dan jarak tanam 25 x 12 cm), penanaman (lubang ditanam 2 butir), pemupukan (pupuk kotoran ayam 4 ton/ha, 6 ton/ha hingga 8 ton/ha) dilakukan 7 hari sebelum tanam disebar di atas lahan kemudian ditutup dengan tanah pada saat membuat bedengan, pemeliharaan, penyulaman, penyiangan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit menyemprot sekali pada umur 21 HST menggunakan Dithane M.45 dan Decis dan Panen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna hijau umur 65 HST. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi dipilih terhadap polong yang besarnya optimal, warna masih hijau, jarak panen 2 hari sekali hingga berumur 70 HST. Rancangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Pengamatan dilakukan terhadap variabel sifat kimia tanah, tinggi tanaman, kandungan klorofil daun, bobot kering brangkasan, bobot polong per tanaman. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis of Varians (ANOVA) berdasarkan uji F 5 %. Apabila dari hasil analisa ragam terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Duncan (UJD) 5 % untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan yang diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Tinggi Tanaman Tabel 1. Rata-rata Variabel Tinggi Tanaman (Cm) Akibat Pengaruh Takaran Kotoran Ayam Pada Semua Umur Pengamatan. Umur Pengamatan (HST) Perlakuan ...........................................cm................................................ 7 14 21 28 35 42 49 56 4 ton/ha 66,30 37,28 52,88 70,68 80,57 85,53 91,57 90,91 6 ton/ha 69,63 37,77 56,92 73,75 83,92 89,00 92,90 95,34 8 ton/ha 65,65 37,08 53,33 70,28 80,53 85,79 90,42 93,22 26
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan pengaruh takaran kotoran ayam pada berbagai tingkat terhadap tinggi tanaman. Meskipun demikian secara diskriptif terjadi peningkatan tinggi tanaman sejalan umur tanaman (Tabel 1). Takaran kotoran ayam 6 ton/ha cenderung mengakibatkan tinggi tanaman tertinggi.
2. Kandungan Klorofil Daun Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan takaran kotoran ayam nyata berpengaruh terhadap kandungan klorofil pada umur pengamatan 35, 42, 42 HST, sedangkan pada umur pengamatan sebelumnya tidak nyata (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata Kandungan Klorofil Akibat Pengaruh Takaran Kotoran Ayam Pada Semua Umur Pengamatan. Umur Pengamatan (HST) Perlakuan 14 21 28 35 42 49 56 4 ton/ha 61,57 77,00 62,70 67,03 a 72,13 a 70,15 a 73,73 6 ton/ha 63,02 78,15 68,00 69,33 ab 77,64 b 80,58 b 75,96 8 ton/ha 63,76 81,20 66,06 74,03 b 80,90 c 85,53 b 86,07 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing perlakuan dalam setiap pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%. 3. Bobot Kering Brangkasan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak nyata berpengaruh terhadap bobot kering brangkasan (Tabel 3). Meskipun demikian secara diskriptif terjadi peningkatan bobot kering brangkasan dengan bertambahnya takaran kotoran ayam yang diberikan. Tabel 3. Rata-Rata Bobot Kering Brangkasan Akibat Pengaruh Pengolahan Tanah dan Takaran Kotoran Ayam Pada Saat Setelah Panen. Perlakuan Bobot Kering Brangkasan (g) D1 17,72 D2 20,32 D3 21,55 4. Jumlah Polong Setiap Tanaman Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Polong (Per Tanaman) Akibat Pemberian Takaran Kotoran Ayam Pada Pada Saat Selesai Panen. Perlakuan Jumlah Polong (buah) 4 ton/ha 58,00 a 6 ton/ha 75,00 b 8 ton/ha 88,78 b Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing perlakuan dalam setiap pengamatan
tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kotoran ayam nyata pengaruhnya terhadap jumlah polong setiap tanaman. Jumlah polong meningkat sejalan dengan bertambahnya takaran kotoran ayam (Tabel 4). 5. Bobot Polong Setiap Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa takaran kotoran ayam nyata berpengaruh terhadap bobot polong setiap tanaman (Tabel 5). Pola pertambahannya sama dengan jumlah polong. Tabel 5. Rata-Rata Bobot Polong Setiap Tanaman Akibat Pengaruh Takaran Kotoran Ayam Pada Pada Saat Selesai Panen Perlakuan Bobot Polong/Tanaman (g) 4 ton/ha 103,16 a 6 ton/ha 130,68 b 8 ton/ha 159,38 b Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama untuk masing-masing perlakuan dalam setiap pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan UJD 5%. Aspek penting dalam meningkatkan hasil dan produksi edamame adalah perbaikan 27
budidaya diantaranya pemupukan (Adisarwanto dan Riwanodja, 1996). Syarief (l988) menjelaskan bahwa kotoran ternak, kotoran ayam termasuk didalamnya, dapat memantapkan struktur tanah. Lebih lanjut ditambahkan bahwa struktur tanah remah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung berupa suhu dan udara, perbaikan peredaran air dan tersedianya unsur hara bagi tanaman. Kartasapoetra (l989) menjelaskan bahwa pergerakan akar tanaman terjamin jika struktur tanah baik. Hardjowigeno (1987) menyatakan bahwa semakin padat suatu tanah berarti semakin sulit akar menembus tanah. Kepadatan tanah akan langsung mempengaruhi kapasitas daya serap air dan penerobosan akar tanaman ke dalam tanah untuk mendapatkan penyerapan udara, air dan unsur hara. Oleh karena itu dengan semakin banyaknya kotoran ayam yang diberikan kedalam tanah maka struktur tanah akan semakin baik, mantap agregatnya. Kurniawan (1994 dalam Ridwan, 2012) menyatakan bahwa kotoran ayam juga mengandung unsur hara, sedangkan penyusun klorofil daun adalah nitrogen. Donahue et al. (1977); Kirchmann dan Witter (1992) menyebutkan bahwa kotoran ayam mempunyai kelebihan terutama kandungan nitrogen (5-8%) dan fosfor (1-2%) yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kotoran yang lain. Hasil penelitian Melati (1990), bahwa kotoran ayam selain karena kandungan haranya, juga karena kemampuannya meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman menyebabkan produksi kedelai meningkat. Namun Yoviana (2005) menyatakan bahwa kekurangan dan kelebihan unsur hara tidak baik untuk pertumbuhan tanaman edamame. Oleh karena itu memperoleh produksi yang tinggi unsur hara yang tersedia harus dalam jumlah yang cukup selama pertumbuhan tanaman dan berada dalam keadaan yang seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Sunarto. 2000. Peluang dan prospek pemuliaan kedelai sebagai sumber pangan di Indonesia. In Seminar Sehari Kedelai. Prospek Peningkatan Kedelai. 22 November 2000. Bogor.
Perlakuan takaran kotoran ayam nyata berpengaruh terhadap variabel klorofil daun pada umur 35, 42, dan 49 HST, jumlah polong, bobot polong dan bobot kering brangkasan pada saat selesai panen.
Adisarwanto, T dan R, Widianto. 1998. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai Dilahan Sawah, kering, pasang surut. Jakarta : Penerbit Penebar Swadaya pp86. Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara. Donahue, R.L., R.W. Miller, J.C. Shickluna. 1977. An Introduction to Soils and Plant Growth, 4th ed. Prentice-Hall, Inc. New Jersey. Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediyatama sarana Perkasa. Jakarta. Kartasapoetra,A.G. l989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk Merehabilitasinya. PT Bina Aksara.Jakarta. Kirchmann, H., E. Witter. 1992. Composition of fresh, aerobic and anaerobic farm animal dungs. Bioresource Tech. 40: 137-142. Melati, M. 1990. Tanggap Kedelai (Glycine max (L) Merr) Terhadap Pupuk Mikro Zn, Cu, B pada Beberapa Takaran Pupuk Kotoran di tanah Latosol. Tesis Program Sarjana. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 138 hal. Nuraini, 2002. Pengaruh Varietas dan Takaran Pupuk Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L) Merr) Panen Muda. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sutanto, R. 1997. Daur Ulang Unsur Hara pada Praktek Pertanian Organik. 28
Dalam: Makalah. Disampaikan Dalam Sarasehan Tehnis Pertanian Organik dalam Menunjang Kegiatan Pertanian Berkelanjutan diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara LH. Cimande. Bogor.
Yoviana, Erdhika. 2005. Efek Jarak Tanam dan Suplai Nitrogen Terhadap Produksi Tanaman Edamame (Glicine maxx (L) Merrill). [Skripsi]. UNEJ. Jember.
29