PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh: FITRIAH ZAINUDDIN NIM: 80100312018
PASCASARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2014 i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Disertasi ini adalah benar hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan, maka Disertasi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 28 Desember 2014 Peneliti
Fitriah Zainuddin Nim: 80100312018
ii
PENGESAHAN DISERTASI Disertasi dengan judul ‚Pemberian Air Susu Ibu pada Anak Usia Dini dalam Persfektif Pendidikan Islam‛ yang disusun Saudari Fitriah Zainuddin, NIM: 80100312018, telah diujikan dan dipertahankan dalam Sidang Ujian Promosi Doktor yang diselenggarakan pada hari Selasa 16 Desember 2014 M bertepatan dengan tangga 23 Safar 1436 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang Pendidikan dan Keguruan pada Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. PROMOTOR: 1. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah KOPROMOTOR:
(
)
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng
(
)
2. dr. Agussalim Bukhari, M.Med., Ph.D., Sp.GK. (
)
PENGUJI: 1. Prof. Dr. H. Nasir A. Baki, M.A.
(
)
2. Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag.
(
)
3. Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M.Pd.
(
)
4. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah
(
)
5. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng
(
)
6. dr. Agussalim Bukhari, M.Med., Ph.D., Sp.GK. (
)
7. Dr. dr. H.M. Basir Palu, Sp.A., M.HA.
)
(
Makassar, 28 Desember 2014 Diketahui oleh: Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar,
Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A. NIP. 19540816 198303 1 004 iii
KATA PENGANTAR
ٓ١ٍاٌّشسٚ آء١ اضشف األٔجٍٝاٌسالَ ػٚ اٌػالحٚ ٓ١ٌّاٌؾّذ هلل سةّ اٌؼب أ ِّب ثؼذ.ٓ١اغؾبثٗ أعّؼٚ ٌٗ آٍٝػٚ ّذٔب ِؾ ّّذ١س Dengan Asma Allah swt Yang Maha Pengasih dan dan Maha Penyayang segala puji dan syukur kehadirat Allah swt, penguasa semesta alam, atas Kasih dan Sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan sebagai salah satu persyaratan akademik memperoleh gelar Doktor dalam Program Studi Dirasah Islamiyah pada Pasacasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang telah menyampaikan petunjuk bagi umat manusia dengan ajaran demi tegaknya keadilan dan perdamaian di muka bumi ini. Latar belakang penulisan disertasi ini didasarkan pada perenungan dan pengalaman penulis sebagai dokter di Rumah Sakit (Kabid Pelayanan Medik RSUD Labuang Baji) yang selalu berinteraksi dengan masyarakat (klien, pasien, dan keluarga pasien), pernah bertgas di PUSKESMAS dan juga pernah bertugas di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Kepala Seksi Bina Kesehatan Anak, Pembina Kesehatan Anak Provinsi Sulawesi Selatan, dan Fasilitator Nasional Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan RI, mengamati bahwa situasi kesehatan anak di Indonesia dilihat dari data angka kematian bayi dan balita serta kesakitan anak masih tinggi, belum lagi kasus kekerasan pada anak, kenakalan dan kriminal anak yang cukup memperhatinkan sehingga membutuhkan perhatian yang besar dari semua pihak, mulai dari tingkat orang tua, keluarga, dan pemerintah yang mendukung. iv
Fokus kajian disertasi ini adalah pemberian air susu ibu pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. Peranan pendidikan Islam dalam hal meningkatkan status kesehatan dan kualitas anak baik dari tumbuh kembang anak maupun dari kualitas akhlak mulia, agar tercipta manusia Insan Kamil sukses sebagai abdi Allah dan khalifah di bumi, selamat dunia akhirat, berdasarkan aspek pendidikan Islam yang diajarkan dalam al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw. Salah satunya dimulai dari awal kehidupan lahirnya anak dengan memberikan makanan utama dan yang paling utama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah tertuang dalam al-Qura’an sebagai anjuran memberikan ASI sampai dengan anak berumur dua tahun. Selama ini manfaat ASI baik secara kesehatan dan kandungan gizi sudah banyak diteliti, ditemukan dan dikemukakan,
juga
dukungan
pemerintah
dengan
perangkat
aturan
Perundang-undangan, peraturan pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, khusus di Sulawesi Selatan dengan dikeluarkannya peraturan daerah tentang ASI. Namun kenyataannya cakupan pemberian ASI secara nasional dan daerah masih sangat rendah. Hal ini sebagai salah satu titik rawan meningkatkan status kesehatan anak, dimana dalam penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI satu jam setelah lahir dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir sekitar 22%, apalagi pemberiannya segera setelah lahir. Untuk itu, penulis menggali, mengangkat dan mengkaji dalam disertasi ini tentang pemberian air susu ibu pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. Tinjauan aspek pendidikan Islam bukan hanya pemberian
v
ASI itu sendiri, akan tetapi juga proses pemberian ASI merupakan pelaksanan proses pendidikan Islam. Melalui sumbangsih penulisan disertasi ini menguak ilham rahasia mukjizat al-Qur’an sebagai rahmat, pedoman, dan tuntunan hidup (Hudaw warahmah, hudan lilmuttaqin, dan syifauw warahmah), sehingga bisa lebih menyentuh kesadaran dan motivasi orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, institusi kesehatan, pendidikan, kelembagaan peningkatan SDM yang sesuai dengan visi pemerintah saat ini revolusi mental, peningkatan kualitas SDM. Semua pihak terkait yang bertanggungjawab bahwa anak generasi masa depan bangsa dengan menggunakan pendekatan agama dan aspek pendidikan Islam agar hak anak untuk hidup dan mendapat pengasuhan yang baik terpenuhi Terima kasih kepada kedua orang tua penulis, ungkapan yang tulus dan penuh rasa hormat pertama-tama penulis sampaikan kepada kedua orang tuaku tercinta Ibunda Dra. Hj. Djudriah Abduh M.Ag (al-Marhumah) ia Alumni S1 IAIN Alauddin Makassar dan S2 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Syariah, dan Dosen Agama sampai ke jenjang Magister Agama dan sebagai muballigah, dengan niat besar penulis akan melanjutkan cita-cita al-Marhumah dalam syiar Islam dan Doktor dalam Ilmu Agama. Ibu yang telah melahirkan, membesarkan dan membentuk pribadi yang mulia kepada penulis. Ayahanda Drs. H. Zainuddin Tayyeb (al-Marhum) yang telah menanamkan suri teladan kepada penulis sehingga bisa seperti sekarang ini Penulis menyadari bahwa selama penulisan disertasi ini, tidak terhitung bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
vi
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, M.S., Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar selaku pimpinan dan pembina di UIN Alauddin Makassar dan para Wakil Rektor di lingkungan UIN Alauddin Makassar. 2. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A., Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, atas segala petunjuk dan arahan yang sangat berharga dalam rangka penyelesaian studi penulis. 3. Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M.Pd. Ketua Program Studi Konsentrasi Pendidikan dan Keguruan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, atas segala arahan dan bantuannya yang sangat bermakna dalam rangka penyelesaian studi penulis dan penulisan disertasi. 4. Prof. Dr. Hj. Andi Rasdiyanah, Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, dr. Agussalim Bukhari, M.Med., Ph.D., Sp.GK., selaku promotor dan kopromotor dalam penyusunan disertasi ini, yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritikan, pemikiran dan petunjuk
menuju
kesempurnaan disertasi ini. 5. Prof. Dr. H. Nasir A. Baki, M.A., Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag., dan Dr. H. Muh. Sain Hanafy, M.Pd. selaku penguji yang telah memberi koreksi kritis dan konstruktif demi perbaikan disertasi ini. 6. Dr. dr. H.M. Basir Palu, Sp.A., M.HA., selaku penguji eksternal dalam Ujian Promosi Doktor di Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. 7. Para Guru Besar dan Dosen Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan pencerahan wawasan keilmuan, sehingga dapat membuka cakrawala pengetahuan penulis selama menempuh studi di Pasacasarjana UIN Alauddin Makassar.
vii
8. Bapak Gubernur Sulawesi Selatan Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH., MH., dan Bapak Wakil Gubernur Ir. H. Agus Arifin Nu’man, M.Si., atas dukungannya telah memberi izin belajar Pendidikan Doktor di Pasacasarjana UIN Alauddin Makassar. 9. Direktur RSUD Labuang Baji dr. Enrico Marentek, Sp.PD., Wakil Direktur Medik dan Keperawatan Labuang Baji, dr. Hj. Ummu Atiah, Sp.S sebagai atasan langsung, juga rekan kerja dan keluarga besar RSUD Labuang Baji, atas dukungan dan motivasinya kepada penulis selama perkuliahan di Pasacasarjana UIN Alauddin Makassar. 10. Para guru mulai dari TK sampai jenjang Doktor yang telah menorehkan ilmu dan contoh yang baik. 11. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan segenap karyawan, serta Kepala Perpustakaan Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, penulis sampaikan ucapan terima kasih atas pelayanannya selama penulis menempuh studi dan menjadi anggota perpustakaan. 12. Segenap pegawai bagian administrasi Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, atas pelayanannya selama ini. 13. Kedua anak-anakku, permata hatiku yang sangat kusayangi Rezky Auliah Ikhsan Fudhail (Mahasiswi Fakultas Kedokteran Unhas Angkatan 2012) yang sedang mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran UNHAS dan Erika Ainun Zakinah Ikhsan Fudhail (siswi kelas XII IPA SMA Negeri 17 Makassar) yang sedang mengikuti pendidikan di SMUN 17 Makassar yang sangat perhatian dan penuh kesabaran, walaupun waktu menjalani kebersamaan terkadang kurang, ikut merasakan pahit getir, suka duka dalam menemani, dan membantu penulis selama penyelesaian studi di Pascasarjana UIN Alauddin viii
Makassar. Semoga perjuangan ibu dapat menjadi sumber motivasi dan contoh teladan dalam menuntut ilmu dan Allah senantiasa memberi bimbingan petunjuk di jalan yang benar menjadi anak shalehah, menjadi generasi ‛pattola pallalo‛ yang lebih sukses dari orang tuanya. 14. Saudara, keluarga dan handai tolan yang telah banyak berdoa, berkorban untuk penulis, baik secara moril maupun materil dalam membantu penulis menapaki karir dan studi di Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. 15. Teman dan khususnya sahabat semasa perkuliahan, dan pihak yang namanya tidak sempat penulis sebutkan satupersatu dalam kata pengantar ini. Semoga Allah swt yang maha pengasih dan penyayang melimpahkan rahmat, karunia, perlindungan, dan magfirah-Nya. Akhirnya, meskipun penulis berupaya seoptimal mungkin untuk mempersembahkan karya tulis terbaik, namun boleh jadi di dalamnya masih terdapat keterbatasan, hal itu disebabkan kekurangan penulis sebagai manusia biasa. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat untuk semua, terkhusus dalam syiar Islam dan khasanah ilmu pengetahuan.
Peneliti
Fitriah Zainuddin Nim: 80100312018
ix
DAFTAR ISI JUDUL .........................................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI .........................
ii
PENGESAHAN DISERTASI .....................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
x
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................
xii
ABSTRAK ..................................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.....................................
17
C. Rumusan Masalah ....................................................................
19
D. Kajian Pustaka .........................................................................
19
E. Metodologi Penelitian .............................................................
27
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................
36
BAB II PEMBERIAN AIR SUSU IBU ....................................................
37
A. Pengertian ASI dan Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI .........................................................................
37
B. Kandungan, Keunggulan ASI dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ..................................................
51
C. Landasan Teologis Normatif dan Yuridis Formal dalam Pemberian ASI .........................................................................
69
D. Kerangka Konseptual ...............................................................
77
x
BAB III KEDUDUKAN, HAK DAN TUMBUH KEMBANG ANAK ..
80
A. Pengertian dan Kedudukan Anak Usia Dini ............................
80
B. Hak Anak dari Orang Tua ........................................................
88
C. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini .........................................
96
BAB IV ANALISIS TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU KEPADA ANAK .................... 125 A. Manfaat Pemberian ASI kepada Anak Usia Dini ......................... 125 B. Pandangan Islam terhadap Pemberian ASI pada Anak Usia Dini ............................................................................................... 130 C. Masalah dalam Pemberian ASI dan Solusinya ........................... 202 BAB V PENUTUP .................................................................................... 211 A. Kesimpulan ................................................................................ 211 B. Implikasi Penelitian ................................................................... 214 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 217 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin 1. Konsonan Daftar huruf bahasa Arab ditransliterasi ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut: Huruf Arab ا
Nama
ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ؼ ؽ ؾ ؿ ـ ف و هػ ء ي
ba ta s\a jim h}a kha dal z\al ra zai sin syin s}ad d}ad t}a z}a ‘ain gain fa qaf kaf lam mim nun wau ha hamzah ya
alif
Huruf Latin tidak dilambangkan b t s\ j h} kh d z\ r z s sy s} d} t} z} ‘ g f q k l m n w h ’ y xii
Nama tidak dilambangkan be te es (dengan titik di atas) je ha (dengan titik di bawah) ka dan ha de zet (dengan titik di atas) er zet es es dan ye es (dengan titik di bawah) de (dengan titik di bawah) te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) apostrof terbalik ge ef qi ka el em en we ha apostrof ye
B. Daftar Singkatan swt. saw. a.s. AKDR ASI BB BBLR Cm IMD H HR Kg LILA LK M MAL MP PB PP QS …/…: 4 RI RPP SDM TB UU WHO
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
subh}a>nahu> wa ta‘a>la> s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam ‘alaihi al-sala>m Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Air Susu Ibu Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah Centimeter Inisiasi Menyusui Dini Hijrah Hadis Riwayat Kilogram Lingkar Lengan Lingkar Kepala Masehi Metode Amenores Laktasi Makanan Pendamping Panjang Badan Peraturan Pemerintah QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A
n/3: 4 Republik Indonesia Rancangan Peraturan Pemerintah Sumber Daya Manusia Tinggi Badan Undang-Undang
World Health Organization
xiii
ABSTRAK Nama : Fitriah Zainuddin Nim : 80100312018 Judul : Pemberian Air Susu Ibu pada Anak Usia Dini dalam Persfektif Pendidikan Islam Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis manfaat ASI kepada anak usia dini; (2) mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis pandangan Islam terhadap pemberian ASI pada anak usia dini; (3) mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis masalah dalam pemberian ASI dan solusinya. Jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif berbasis studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Pendekatan penelitian ini adalah pertama pendekatan keilmuan yakni pendekatan keagamaan, yuridis formal, pedagogis, dan sosiologis; kedua pendekatan metodologis, dalam penelitian ini masuk dalam ranah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data yaitu, penetapan desain atau model penelitian dengan menetapkan beberapa teks yang akan diteliti, dan pencarian data primer, yaitu teks itu sendiri. Sumber data dalam penelitian ini sebagai sumber primer yaitu anjuran memberi ASI kepada anak yakni QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS alAhqa>f/46: 15, dan buku yang membahas tentang kata al-Tarbiyah karya Ahmad Fu’ad al-Ahwāniy dengan judul al-Tarbiyah fīl Islam, karya Muhammad Athiyah al-Abrāsy dengan judul Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm, karya Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr dengan judul Lisān al-‘Arab, jilid I, karya Luwis Ma’lūf dengan judul al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām, dan karya Ishāq Ahmad Farhān dengan judul al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Asālah wa alMa’āsirah. Kata al-ta’līm dalam karya Abd. al-Fattāh Jalāl dengan judul Min Ulūl al-Tarbawiy fī al-Islām, karya Muhammad Rasyid Ridha, dengan judul Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir al-Manar Juz VII. Kata al-Ta’di>b dalam karya Muhammad Naquib al-Attās dengan judul Aims and Objective of Islamic Education. Sumber sekunder yaitu yang membahas tentang buku yang membahas tentang al-Tarbiyah karya Abdurrahman An-Nahlawi, dengan judul Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Kata al-ta’līm karya Samsul Nizar dengan judul Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Kata al-ta’di>b karya Abdul Fattah Jalal dengan judul Azas-azas Pendidikan Islam Karya Armai Arief dengan judul Pengantar Ilmu dan Metodologi xiv
Pendidikan Islam, karya Abdul Rachman Shaleh dengan judul Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, karya Ahmad Tafsir dengan judul Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Teknik pengolahan dan analisis data melalui analisis induktif, analisis komparatif, dan verifikasi data. Prosedur analisis terhadap data penelitian dilakukan dengan mengklasifikasi, menyeleksi, mengkomparasi hasil karya-karya tulis yang membahas tentang proses pendidikan dalam pemberian ASI kepada anak dan anjuran menyusui anak dalam pandangan Islam. Hasil penelitian disertasi ini adalah: (1) Manfaat pemberian ASI kepada anak usia dini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: pertma aspek gizi, yaitu kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kedua aspek imunologik yaitu ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi, mengandung immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Mengandung sekretori Ig. A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Mengandung laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Mengandung lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. mengandung nitrogen yang menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus, bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Juga sangat bermanfaat bagi ibunya yaitu mencegah perdarahan, mengurangi berat badan ibu, mengurangi resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim, serta penundaan kehamilan; (2) Pandangan Islam terhadap pemberian ASI pada anak usia dini mengacu pada dua hal pertama anjuran menyusui anak dalam al-Qur’an QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15 secara umum mengandung makna di antaranya: aspek pemberian ASI kepada anak, aspek memberi nafkah kepada anak, dan aspek pengasuhan kepada anak. Khusus aspek pendidikan Islam kepada anak meliputi: mendidik menanamkan kasih sayang, mendidik menanamkan rasa tanggung jawab, mendidik dan menanamkan kesabaran. Kedua proses pendidikan dalam pemberian ASI kepada anak usia dini diimplementasi oleh ibu berdasarkan pengertian pendidikan Islam yaitu term al-Tarbiyah, term al-Ta’li>m, dan term al-Ta’di>b. (1) kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu berarti memelihara dan menjaga fitrah. Dalam pemberia ASI terdapat perasaan halus, kasih sayang dan lemah lembut sehingga memungkinkan keberhasilan pemeliharaan tumbuh kembang dan xv
menjaga fitrah anak; (2) kata al-ta’līm yang mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan). Pemberia ASI kepada anak memungkinkan asupan gizi lebih maksimal, sehingga meningkatkan kecerdasan anak (3) kata al-ta’di>b mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab). Anak yang mendapat ASI mendapat teladan kesetiaan dan kasih sayang dari ibunya sehingga sangat berperan membentuk akhlak mulia anak, karena periode emas dalam membentuk akhlak anak adalah ketika usia menyusui (4) dalam memberikan ASI terdapat pola kasih sayang, perhatian dan lemah lembut orang tua kepada anak sehingga memberikan peran dan stimulus terhadap perkembangan kepribadian anak; (5) memberi ASI berarti mengarahkan pertumbuhan fisik, karena dalam menyusui timbul gerak kasar dengan melakukan gerakan yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk dan menendang yang memungkinkan memperbaiki pertumbuhan fisik anak. Menyusi akan mendukung perkembangan psikis anak karena dalam menyusi adanya support psikologis berupa lindungan ibu, kasih sayang dan kontak jasmaniah sewaktu menyusui bayi. Olehnya itu, dibutuhkan kondisi phisikis ibu yang baik karena berdampak baik bagi perkembangan psikis anaknya; dan (6) dalam pendidikan Islam dperlukan bimbingan dan asuhan terhadap anak. Proses menyusui anak tercipta bimbingan dan pengasuhan yang mantap bagi bayi, karena dalam mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian jasmani, intelektual, emosional, ketrampilan, norma, dan nilai pendidikan Islam; (3) Masalah dalam pemberian ASI yaitu biasanya puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri), payudara mengalami pembengkakan, bentuk putting melekat ke dalam (retracted nipple), dan aluran untuk keluarnya ASI tersumbat. Sedangkan solusi adalah breast care yaitu perawatan payudara yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan memperlancar ASI. pijat oksitosin yaitu pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae, dan memperhatikan posisi bayi pada saat menyusui. Implikasi penelitian yaitu (1) untuk meningkatkan kesadaran ibu memberikan ASI pada bayinya diperlukan penanganan serius dari pihak yang berwenang agar memberi sosialisasi baik secara langsung maupun melalui media tentang manfaat ASI bagi anak dan bagi ibu yang menyusui. (2) ASI bagi anak dan Ibu yang menyusui sangat bermanfaat, namun dalam kenyataan di lapangan masih banyak orang tua belum mengetahui manfaat ASI baik untuk anak maupun manfaat bagi ibu, dengan demikian perlu pengetahuan bagi keluarga tentang manfaat ASI melalui sosialisasi baik itu dilakukan oleh lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan maupun sosialisasi ditempat ibadah, tentu dibutuhkan peranan para Ulama memberikan materi pentingnya pemberian ASI kepada anak dalam mensyiarkan agama Islam. Karena pada dasarnya orang tua yang memberi ASI pada anaknya berarti telah melaksanakan proses pendidikan sejak dini; (3) dalam rangka suksesnya xvi
pemberian ASI kepada anak tanpa merugikan karir kaum ibu maka diperlukan suatu kesadaran individu dan kolektif dalam mendukung ibu yang memberi ASI kepada anaknya agar diberi kebijaksanaan waktu untuk menyusui. Bukan hanya kesadaran individu dan kolektif, tetapi pemerintah harus menangani secara serius dengan membangun sarana pendukung suksesnya pemberian ASI kepada anak khususnya bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Bahkan memberi sanksi kepada kantor pemerintah dan perusahaan swasta yang tidak mendukung suksesnya pemberian ASI bagi ibu yang bekerja; (4) agar pemberian ASI bisa berjalan dengan baik, hendaklah diniatkan untuk ibadah menyusui bayinya, ‚Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah swt.‛; (5) Kepada para petugas kesehatan, guru, dan juru dakwah agar mensosialisasikan pemberian ASI, karena memberi ASI kepada anak bukan hanya memenuhi kebutuhan anak dan bermanfaat kepada ibu, akan tetapi sebagai ibadah bagi yang melakukannya, (6) Khususnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menjadi teladan bagi lembaga lain tentang perhatian serius kepada ibu yang sedang memberi ASI anaknya. Misalnya menyiapkan fasilitas ruangan khusus bagi ibu yang menyusui anak, guna memperlancar pemberian ASI pada anak. Lembaga pendidikan Islam sangat penting menjadi teladan dalam hal pemberian ASI karena ibu yang memberi ASI telah melaksanakan proses pendidikan sejak dini. Berdasarkan hasil penelitian disertasi ini bahwa ibu yang memberi ASI telah menjalankan pendidikan Islam sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yaitu kata altarbiyah yang bermakna memelihara dan menjaga fitrah, kata al-ta’līm yang mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan), dan kata al-ta’di>b mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab), semua kata tersebut teraplikasi dalam pemberian ASI kepada anak sejak dini. Pemberian ASI pada anak perlu mendapat perhatian serius, karena para Nabi terdahulu telah diberi ASI dengan sempurna. Islamlah yang pertama kali memperkenalkan pentingnya ASI dalam al-Qur’an sudah sejak empat belas abad yang lalu memerintahkan agar para ibu menyusukan anak dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam fase anak usia 0-2 tahun, sang bayi praktis hanya mengandalkan asupan ASI dari ibu. Proses yang paling berpengaruh dalam pembentukan jati diri anak dalam fase ini adalah proses penyusuan. Para ahli pendidikan mengungkapkan, bahwa anak kecil dapat dipengaruhi oleh perlakuan ibu dan ayah yang penuh kasih sayang, akan memberi warna positif terhadap sang bayi. Susuan, dekapan dan kehangatan ibunya yang shalihah sangat menentukan pembentukan akhlak mulia anak.
xvii
ABSTRACT\ Name Student Reg. Number Tittle of Dissertation
: Fitriah Zainuddin : 80100312018 : Breastfeeding in Early Childhood Education in the Perspective of Islamic
This study aims to: (1) determine, describe, and analyze the benefits of breastfeeding for early childhood; (2) determine, describe, and analyze the views of Islam against breastfeeding in early childhood; (3) to identify, describe, and analyze problems in breastfeeding and its solution. Type of research is a qualitative research based on the study of literature (library research) by using content analysis. The approach of this study is the first scientific approach to the religious approach, formal juridical, pedagogical, and sociological; The second methodological approach, in this study in the realm of descriptive qualitative research. Key instrument in this study is the researchers themselves. Data collection techniques, namely, the determination of the design or model of research by setting some text to be studied, and the search for primary data, ie the text itself. Source of data in this study as the primary source of which is the suggestion to give milk to the child al-Baqarah / 2: 233, Luqma>n / 31: 14, and al-Ahqa> f / 46: 15, and books about al-Tarbiyah by Ahmad Fu'ad al-Ahwāniy with the title of al-Tarbiyah fīl Islam, by Muhammad al-Abrāsy Athiyah with title Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm, the work of Jamal al-Dīn Ibn Manzur with title Lisān al-‘Arab, jilid I, Ma'lūf Luwis work entitled alMunjid fī al-Lugah wa A’lām wa knows best, and work with the title Ishaq Ahmad Farhan al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Asālah wa al-Ma’āsirah. The word al-study groups in the work of Abd. Jalal al-Fattah by title Min Ulūl al-Tarbawiy fī al-Islām, by Muhammad Rashid Rida, with the title of Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir al-Manar Juz VII. The word al-Ta'di> b in the work of Muhammad Naquib al-Attas with title Aims and Objective of Islamic Education. Secondary sources, namely that discuss books about alTarbawiy works Abdurrahman al-Nahlawi, with the title of Principles and Methods of Islamic Education in the family, at school and in the community, Samsul al-Nizar Ta'lim work entitled Philosophy of Education Islamic, approach Historical, Theoretical and Practical said al-ta'di> b works Abdul Fattah Jalal Entitled principles of Islamic Education Armai Arief work entitled Introduction and Methodology of Islamic Education, Abdul Rachman Saleh Works With The Title Of Religion And Religious Education, Vision,
xviii
Mission And Action, by Ahmad Tafsir Entitled Education in Islamic Perspective. Mechanical processing and analysis of data through inductive analysis, comparative analysis, and verification of data. Research data analysis procedure performed by classifying, selecting, compared the results of written works that discuss the educational process in the feeding to the child and the child breastfeeding advice from an Islamic perspective. The results of the research are: (1) The benefits of breastfeeding for early childhood can be seen from several aspects: the first nutritional aspects, namely colostrum contains mainly IgA antibodies to protect infants from a variety of infectious diseases, colostrum contains protein, high vitamin A and carbohydrate and low fat, so according to the nutritional needs of infants in the first days of birth. Both immunological aspects that breast milk contains an anti-infection, clean and free of contamination, contain immunoglobulin A (Ig.A) in colostrum or breast milk levels are quite high. Containing secretory Ig. A not absorbed but can cripple pathogenic E. coli bacteria and viruses in the digestive tract. Containing lactoferrin is a protein that is a component of the immune substances that bind to iron in the gastrointestinal tract. Contains lysosim, enzymes that protect against bacteria (E. coli and salmonella) and viruses. nitrogen-containing lactobacillus bifidus support the growth of bacteria, these bacteria maintain the acidity of the intestinal flora of infants and useful to inhibit the growth of harmful bacteria. Also very beneficial to the mother that prevent bleeding, reduce maternal weight, reduce the risk of breast cancer and cervical cancer, as well as the delay pregnancy; (2) The Islamic view towards breastfeeding in early childhood refers to the first two suggestions breastfeeding children in the al-Baqarah / 2: 233, Luqma>n / 31: 14, and al-Ahqa>f / 46: 15 generally implies include: aspects of breast feeding to the child, the aspect of providing for the child, and aspects of the child's upbringing. Special aspects of Islamic education to children include: educating instill compassion, instilling a sense of responsibility to educate, educate and instill patience. Both the process of education in breastfeeding to early childhood implemented by mothers based understanding of Islamic education is the term al-Tarbiyah , the term al-Ta'li> m, and the term al-Ta'di> b. (1) The word al-tarbiyah derived from the word rabba-yarubbu means maintain and protect nature. In breastfeeding, there is a subtle feeling, affection and gentle so as to enable the successful maintenance of growth and keep the nature of the child; (2) the word al-study groups which refers to the intellectual aspects (knowledge). Breastfeeding, child nutrition allows more leverage, thus increasing the intelligence of children (3) the word al-ta'di> b refers to the educational aspects of morality (adab). Children who are breastfed receive exemplary loyalty and affection of his xix
mother so it's role in shaping moral values in children, because the golden period in shaping the character of children is when the age of breastfeeding (4) in breastfeeding are patterns of affection, attention and gentle parents to children thus providing a stimulus to the development of the role and personality of the child; (5) breastfeeding means direct physical growth, due to the coarse motion arises breastfeeding movement involving large muscles such as sit and kick which allows improve the physical growth of children. Breastfeeding will support the development of psychic breastfeeding their children because of the psychological support in the form of patronage mother, affection and physical contact during breastfeeding. By him that, it takes a good mother psychological conditions as good for his psychological development; and (6) in Islamic education dperlukan guidance and care of children. Nursing process to create a steady guidance and care for the baby, due in parenting involves all aspects of the personality of the physical, intellectual, emotional, skills, norms, and values of Islamic education; (3) Problems in breastfeeding is usually nipple injury (sore nipples and pain), have swollen breasts, nipples form attached to the (retracted nipple), and groove to discharge the milk clogged. While the solution is that breast care breast care that aims to maintain the cleanliness and facilitate breastfeeding. oxytocin massage massaging the whole spine (vertebrae) to bone costae, and pay attention to the position of the baby during breastfeeding. Implications of the study are (1) to increase the awareness of mothers breastfeed her baby needed serious attention from the authorities in order to provide socialization, both directly and through the media about the benefits of breastfeeding for children and nursing mothers. (2) breastfeeding for children and lactating mothers are very useful, but the reality on the ground is still a lot of parents do not know the benefits of breastfeeding for both child and benefits for the mother, thus the need for family knowledge about the benefits of breastfeeding through socializing was done by institutions government, educational institutions and socialization place of worship, of course takes the role of the scholars give the material the importance of breast-feeding to the child in mensyiarkan Islam. Because basically the parents who gave her milk to mean has implemented early education process; (3) in the framework of the success of breast-feeding to the child without harming the mother's career it would require an individual and collective consciousness in support of breastfeeding mothers to their children to be given the wisdom of time to breastfeed. Not only the individual and collective consciousness, but the government should seriously deal with building a means of supporting the success of breast-feeding to the child, especially for mothers who work outside the home. Even to sanction the government offices and private companies that do not support the success of breastfeeding for working mothers; (4) so that breastfeeding can work well, xx
let worship intended to breastfeed, "Thou shalt not breastfeed your children like animals who breastfeed their children are encouraged affection to the child. However Breastfeed with the intention expect a reward from Allah, and that he lived through susuanmu it. Hopefully he will soon tauhid to Allah. "; (5) To the health workers, teachers, and preachers in order to socialize breastfeeding, because breastfeeding the child not only meet the needs of children and beneficial to the mother, but as worship for those who do it, (6) Particularly in the State Islamic University UIN Makassar become a model for other institutions of serious concern to mothers who are breastfeeding their children. For example, setting up a special room facilities for nursing mothers, in order to facilitate breastfeeding in children. Institute of Islamic education is very important to be an example in the case of breastfeeding for mothers who breastfeed have implemented early education process. Based on the results of the research that breastfeeding mothers have run Islamic education in accordance with the understanding of Islamic education is the word al-tarbiyah meaningful maintain and protect nature, said al-study groups which refers to the intellectual aspects (knowledge), and said al ta'di> b refers to the educational aspects of morality (adab), all of these words applied in feeding the children early. Breastfeeding on child needs serious attention, because the Prophet earlier been breast-fed perfectly. Islam was the first to introduce the importance of breastfeeding in the Qur'an has since fourteen centuries ago ordered that the mother may nurse the child perfectly. This is because the phase of children aged 0-2 years, the baby practically only rely on the mother's breast milk intake. The most influential in the process of identity formation of children in this phase is the process of breastfeeding. Education experts said, that small children can be affected by the treatment of the mother and a loving father, will give a positive color of the baby. Cascade, cuddles and warmth mother shalihah determine the formation of moral values in children.
xxi
ص ِديرُ ُ اَلتَّ ْ سنُ ا َ ْ ِْل ْ س ِج ْيلُُ ُ81021300108ُُ: َرقْنُالت َّ ْ َه ْوض ْوعُاْلبَ ْحث :الرضاعتُالطبيعيتُعلىُالتعلينُفيُهرحلتُالطفولتُالوبكرةُفيُ هنظورُاْلسالم ُ :فطريتُزينُالدين
ُ ٚرٙذف ٘زٖ اٌذساسخ إٌ :ٝرؾذ٠ذ ٚٚغف ٚرؾٍ ً١اٌؼٍّ١بد ف ٟاٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ اٌزؼٌٍ ُ١ألـفبي; رؾذ٠ذ ٚرؾٍ ً١اٌّطٛسح اٌزّش٠ؽ ِٓ ِٕظٛس إسالِ.ٟ ٔٛع ِٓ اٌجؾش ٘ ٛاٌجؾش إٌٛػ ٟثٕبء ػٍ ٝدساسخ األدة (اٌجؾٛس اٌّىزج١خ) ثبسزخذاَ رؾٍ ً١اٌّؾز( ٜٛرؾٍ ً١اٌّؾزٚ ،)ٜٛإٌٙظ اٌّزجغ ٘ ٛإٌٙظ األٚي إٌ ٝإٌٙظ اٌؼٌٍّٕٙ ٟظ اٌذ ٟٕ٠إٌٙظ اٌمؿبئ ٟاٌشسّ ،ٟإٌّب٘ظ اٌزشث٠ٛخٚ ،إٌّب٘ظ اٌس ٛسٌٛٛ١ع١خ .األسٍٛة إٌّٙغ ٟاٌضبٔ ٟف٘ ٟزٖ اٌذساسخ فِ ٟغبي اٌجؾش إٌٛػٟ ٚغف .ٟاألداح اٌشئ١س١خ ف٘ ٟزٖ اٌذساسخ ٘ ٛاٌجبؽض ْٛأٔفس .ُٙرمٕ١بد عّغ اٌج١بٔبد األ ،ٌٝٚرؾذ٠ذ اٌشسُ أ ٚإٌّٛرط ٌٍجؾش .رؾذد ٕ٘ب و١ف إٌػٛظ سبئً اإلػالَ ٌذساسزٙب .صبٔ١ب ،اٌجؾش ف ٟاٌج١بٔبد اٌشئ١س١خ أ ٚاٌج١بٔبد األ١ٌٚخ ،أ ٞإٌع رارٗ؛ صبٌضب ،اٌجؾش ػٓ اٌّؼشفخ اٌس١بل١خ اٌز ٟال ٠زُ إعشاء ثؾٛس ف ٟفشاؽٌٚ ،ىٓ ٠جذٚ اٌّضالط ٘ٛن ِغ ػٛاًِ أخشِ .ٜػذس اٌج١بٔبد ف٘ ٟزٖ اٌذساسخ ٘ ٛاٌّػذس األسبس ٟاألٚي ِٓ آي اٌمشآْ ،اٌؾذ٠ش راد اٌػٍخ ِغ رٛغ١خ ٌٍشؾبػخ أ ٞسٛسح اٌجمشح ،222 :2 /سٛسح ٌمّبْ ٚ ،31 :23 /سٛسح األؽمبف ٚ ،31 :14 /اٌىزت ٕ٠بلص ِف َٛٙاٌزشث١خ اإلسالِ١خ (اٌّذ ٜف -ٟاٌزشث١خ ،فئْ ِػطٍؼ اٌّؼشؾٌٍ ٓ١زبٌ،ُ١ ٚػٍ ٝاٌّذ ٜاٌّؼشؾٌٍ ٓ١زذة)؛ اٌىزبثِ ٓ١ػذس اٌضبٔ٠ٛخ ؽٛي اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٚاٌطفٌٛخ اٌّجىشح .اٌّؼبٌغخ اٌّ١ىبٔ١ى١خ ٚرؾٍ ً١اٌج١بٔبد ِٓ خالي اٌزؾًٍ١ االسزٕزبع ،ٟاٌزؾٍ ً١اٌّمبسْٚ ،اٌزؾمك ِٓ اٌج١بٔبد .إعشاء رؾٍ ً١ث١بٔبد اٌجؾش ،لبَ ٚرػٕ١فٙب ٚاخز١بس ِٚمبسٔخ ٔزبئظ األػّبي اٌّىزٛثخ اٌز ٟرٕبلص اٌؼٍّ١خ اٌزؼٍ١ّ١خ فٟ اٌزغز٠خ ٌٍطفً ٚاٌطفً اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ اٌّطٛسح ِٓ ِٕظٛس إسالِ.ٟ ٔزبئظ اٌجؾش ٘ )3( :ٟػٍّ١خ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ اٌزؼٍ ُ١فِ ٟشؽٍخ اٌطفٌٛخ اٌّجىشح اٌز ٟس١زُ رٕف١ز٘ب ِٓ لجً األَ رسزٕذ إٌِ ٝف َٛٙاٌزشث١خ اإلسالِ١خ ٘ٛ ِػطٍؼ ف ، -ٟفئْ ِػطٍؼ آي ربٌٚ ،ُ١ػٍ ٝاٌّذٌٍ ٜزذة( .أ) ف-ٟـشثِ ٗ١طزمخ ِٓ وٍّخ سثبع٠-شة ٠ؼٕ ٟاٌؾفبظ ػٍٚ ٝاٌؾفبظ ػٍ ٝاٌفطشح لبي .ف ٟاٌشؾبػخ
xxii
اٌطج١ؼ١خٚ ،سبّ٘ذ إٌ ٝؽذ وج١ش ف ٟاٌؾفبظ ػٍ ٝإٌّٚ ٛاٌؾفبظ ػٍ ٝـج١ؼخ اٌطفً؛ (ة) وٍّخاٌزبٌ ُ١اٌز٠ ٞط١ش إٌ ٝاٌغٛأت اٌفىش٠خ (اٌّؼشفخ) .اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ، ٚرغز٠خ اٌطفً رز١ؼ اٌّض٠ذ ِٓ إٌفٛرٚ ،ثبٌزبٌ ٟص٠بدح روبء األـفبي (ط) وٍّخ ٌٍزذة ٠ط١ش إٌ ٝاٌغٛأت اٌزؼٍ١ّ١خ األخالق (األدة) .األـفبي اٌز٠ ٓ٠شؾؼ ْٛسؾبػخ ـج١ؼ١خ ٠زٍم ٝاٌٛالء اٌّضبٌٚ ٟاٌّٛدح ٚاٌذرٗ ٌزٌه فّٓ دٚس ف ٟرطى ً١اٌم ُ١األخالل١خ ٌذ ٜاألـفبي ،ألْ فزشح ر٘ج١خ ف ٟرطى ً١ضخػ١خ األـفبي ٘ ٟػٕذِب سٓ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ (د) فٛائذ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٚأّٔبـ ِٓ اٌّٛدح ٚاال٘زّبَ ٚا٢ثبء ٚاألِٙبد ٌط١ف ٌألـفبي ِّب ٛ٠فش ؽبفضا ٌزط٠ٛش دٚس ٚضخػ١خ اٌطفً؛ (إ) إػطبء اٌؾٍ١ت ٠ؼٕ ٟإٌّ ٛاٌجذٔ ٟاٌّجبضشٚ ،رٌه ثسجت ؽشوخ اٌخطٕخ ٕ٠طؤ ؽشوخ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ اٌز ٟرٕط ٞٛػٍ ٝاٌؼؿالد اٌىج١شح ِضً االػزػبَ ٚاٌز٠ ٞسّؼ سوٍخ رؾس ٓ١إٌّ ٛاٌجذٌٔ ٟألـفبيٚ .اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ دػُ رط٠ٛش ٔفس١خ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ أـفبٌ ُٙثسجت اٌذػُ إٌفس ٟف ٟضىً سػب٠خ األَ ٚاٌّٛدح ٚاالرػبي اٌغسذ ٞأصٕبء اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌٗ .رٌه ،فئٔٗ ٠ؤخز ؽبٌخ ٔفس١خ ع١ذح األِٙبد ثؤٔٙب ع١ذح ٌّٕ ٖٛإٌفس )ٚ( .ٟف ٟاٌزشث١خ اإلسالِ١خ اٌزٛعٚ ٗ١اٌشػب٠خ اٌالصِخ ٌألـفبي. اٌؼٍّ١خ اٌزّش٠ؿ١خ ٌخٍك اٌزٛع ٗ١اٌّسزّش ٚاٌشػب٠خ ٌٍطفً٠ٚ ،شعغ رٌه األثٛح ٚاألِِٛخ رزؿّٓ عّ١غ عٛأت ضخػ١خ اٌّبد٠خ ٚاٌفىش٠خ ٚاٌؼبـف١خ ٚاٌّٙبساد ٚاٌّؼب١٠شٚ ،ل ُ١اٌزشث١خ اإلسالِ١خ )2( .اٌزغز٠خ اٌّٛغ ٝثٙب ٌٍطفً ف ٟاٌمشآْ ٟ٘ ٌسٕز ٓ١وبٍِز ٓ١ألٌٚئه اٌز٠ ٓ٠شغج ْٛف ٟرؼض٠ض اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خٌٛ .اٌذرٗ لذ إسؾبع ألً ِٓ ػبٌِٚ ،ٓ١ىٓ رُ ِٕبلطزٗ ِسجمب ِٓ لجً وال اٌٛاٌذِ ،ٓ٠غ ِزؼخ ؽذ سٛاءٚ ،اٌفٛائذ اٌز ٟرؼٛد ػٍ ٝاٌطفًٚ ،إرا ؾشس ٌٙب صُ ٠ؾظش ،وّب ِ٘ ٛطٍٛة إلـؼبَ اٌطفً ألِٗ اٌجٌٛٛ١ع١خ إرا وبْ اٌطفً ال ٠ش٠ذ أْ ٠شؾغ ي ا٢خش ٓ٠أ ٚال ٠ؾج ْٛاٌؾٍ١ت ٚثػشف إٌظش ػٓ األَ اٌجٌٛٛ١ع١خ .إٌضاِ١ب ٌٍضٚط أْ رٛفش ٌٍضٚعخ إرا وبٔذ ال رضاي ف ٟاٌضٚاط صُ اٌز٠ ٓ٠ؼ١ط ِٓ ْٛخالي ِسبس ٓ٠أ ٚألٔٗ ِٓ ،خالي صٚعزٗ (ٚاٌز ٛ٘ ٞإٌضاٌٍِ ٟضٚط ٌذػُ صٚعزٗ) ٚسجت اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خٚ .إرا وبْ لذ ـٍك صُ اٌز٠ ٓ٠ؼ١ط ْٛفمف ِٓ خالي اٌمؿ١خ ألْ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ. ا٢صبساٌّزشرجخ ػٍ ٝاٌذساسخ (ٌ )3ض٠بدح اٌٛػ ٟاألِٙبد ػٍ ٝإسؾبع أـفبٌ ٓٙؽػش٠ب رؾزبط إٌ ٝا٘زّبَ عذ ِٓ ٞاٌسٍطبد ِٓ أعً رٛف١ش فٛائذ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ اٌزٕطئخ االعزّبػ١خ ٌألـفبي ٚاألِٙبد اٌّشؾؼبد ،إِب ِجبضشح أ ِٓ ٚخالي ٚسبئً اإلػالَ )2( .اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌألـفبي ٚاألِٙبد اٌّشؾؼبد ِ٘ ٟف١ذح عذاٌٚ ،ىٓ اٌٛالغ ػٍ ٝاألسؼ ال ٠ضاي ٕ٘بن اٌىض١ش ِٓ ا٢ثبء ال ٠ؼشفْٛ فٛائذ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌىً ِٓ اٌطفً ٚاٌفٛائذ ٌألَٚ ،ثبٌزبٌ ٟفئْ اٌؾبعخ إٌٝ اٌّؼشفخ األسشح ػٓ فٛائذ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ِٓ خالي اٌزٕطئخ االعزّبػ١خ لبِذ ثٗ اٌّؤسسبد اٌؾى١ِٛخ ٚاٌّؤسسبد اٌزؼٍ١ّ١خ ِٚىبْ اٌزٕطئخ االعزّبػ١خ ٌٍؼجبدح)2( . xxiii
ف ٟإـبس ٔغبػ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌٍطفً د ْٚاإلؾشاس ِٕٙخ األَ فئْ رٌه ٠زطٍت اٌفشد ٚاٌٛػ ٟاٌغّبػٌ ٟذػُ األِٙبد اٌّشؾؼبد ألـفبٌ ُٙأْ رؼط ٝؽىّخ ِٓ اٌٛلذ إلسؾبع٠ .غت أْ ال ٠مزػش ػٍ ٝاٌفشد ٚاٌٛػ ٟاٌغّبػٌٚ ،ٟىٓ اٌؾىِٛخ رزؼبًِ ثغذ٠خ ِغ ثٕبء ٚسٍ١خ ٌذػُ ٔغبػ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌٍطفًٚ ،خبغخ ٌألِٙبد اٌز٠ ٓ٠ؼٍّ ْٛخبسط إٌّضي .ؽزٌ ٝفشؼ ػمٛثبد ػٍ ٝاٌّىبرت اٌؾى١ِٛخ ٚاٌطشوبد اٌخبغخ اٌز ٟال رذػُ ٔغبػ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌألِٙبد اٌؼبِالد)1( . ؽز ٝأْ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ّ٠ىٓ أْ رؼًّ ثطىً ع١ذ ،دػٔٛب اٌؼجبدح رٙذف إٌٝ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ" ،أذ ال ٠شؾؼٓ أـفبٌه ِضً اٌؾٛ١أبد اٌٍٛار٠ ٟشؾؼٓ ٠زُ رطغ١غ أـفبٌ ُٙاٌّٛدح ٌٍطفًِٚ .غ رٌه اإلسؾبع ثمػذ ٔزٛلغ ِىبفؤح ِٓ هللاٚ ،أٔٗ ػبشٔ .ؤًِ أٗ سٛف اٌزٛؽ١ذ لش٠جب إٌ ٝهللا سجؾبٔٗ ٚرؼبٌ" .ٝ؛ (٠ )1زُ رطغ١ؼُٙ ػٍ ٝاٌّسؤٚ ٓ١ٌٚاٌؼبٍِ ٓ١اٌػؾٚ ٓ١١اٌّؼٍّٚ ٓ١اٌذػبح ِٓ أعً االٔخشاـ فٟ اٌّغزّغ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ،ألْ اٌشؾبػخ اٌطج١ؼ١خ ٌٍطفً ال رٍج ٟاؽز١بعبد اٌطفً فمفٌٚ ،ىٓ وّب اٌؼجبدح ثبٌٕسجخ ألٌٚئه اٌز٠ ٓ٠فؼٍ ْٛرٌه.
xxiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia diciptakan sebagai insan yang lemah ketika dilahirkan, dan berupaya untuk mandiri apabila meningkat dewasa. Anak amat bergantung kepada kasih sayang ibu dan bapak yang melahirkan dan membesarkan anak. Kasih sayang yang dicurahkan melalui pemberian ASI, menjadi pengikat kasih sayang yang kuat antara anak dengan ibu bapak, serta sebagai jalan rezeki bagi anak. Karena setiap bayi yang baru lahir, dikurniakan naluri untuk menyusu pada ibunya. Allah swt telah memberi rezeki kepada bayi berupa susu yang berasal dari ibunya sehingga bayi akan langsung dapat menikmati ASI dan mendapat asupan gizi yang cukup untuk kelangsungan hidupnya menghadapi dunia baru. Allah Ta’ala berfirman QS az\-Z|a> >riya>t/51 :58.
َّ إِ َّن ُ ِق ُذَ ۡٱلقُ َُّ ِة ۡٱل َمت ُ ٱَّللَ ٌُ َُ ٱل َّر َّزا ٨٥ يه Terjemahnya: Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh1
1
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Syamil Qur’an, 2012), h.
520.
1
2
Rezeki bayi baru lahir adalah dari ASI dan kandungan ASI sangat dibutuhkan oleh bayi. Di antara kandungan ASI adalah air sekitar 87,5%. Oleh karena itu bayi yang mendapat ASI tidak perlu lagi diberikan tambahan air meskipun ia berada di tempat yang bersuhu udara panas. Kekentalan ASI telah diciptakan sedemikian rupa sehingga ia sesuai dengan kondisi saluran cerna bayi sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Inilah yang menyebabkan bayi terkena diare jika ia diberi susu formula.2 Karbohidrat laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai sumber makanan utama untuk otak bayi. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2x lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula. Protein dalam ASI terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibanding susu sapi yang mencapai 80%. ASI juga mempunyai asam amino yang lebih lengkap dibanding susu sapi contohnya adalah asam amino taurin. Jenis asam amino ini diperkirakan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan otak bayi. ASI juga kaya akan nukleotida yaitu kelompok senyawa organik yang tersusun dari 3 jenis seperti basa nitrogen, karbohidrat dan fosfat, nukleotida ini akan berfungsi meningkatkan pertumbuhan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan zat besi dan daya tahan tubuh.3 2
Siti Nur Khamzah, Segudang Keajaiban ASI (Cet. I; JogJakarta: Flash Books, 2012), h. 31.
3
Suharyono, Air Susu Ibu dan Manfaatnya (Cet. III; Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2010), h. 29.
3
Lemak omega 3 dan 6 banyak ditemukan dalam kadar tinggi pada ASI, lemak ini berfungsi untuk pertumbuhan otak pada masa perkembangan bayi. Selain lemak juga karnitin akan membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Pada 3 minggu pertama masa menyusui, kadar karnitin akan sangat tinggi karena di masa itu bayi sangat rentan terkena gangguan metabolisme tubuh, bisa karena kuman penyakit atau faktor-faktor eksternal lainnya. Hal ini dikarenakan bayi sedang membentuk sistem pertahanan tubuhnya sendiri setelah ia terlepas dari perut ibunya.4 ASI mengandung berbagai vitamin yaitu vitamin K (berfungsi sebagai zat pembeku darah bila terjadi luka), vitamin D (berfungsi untuk penguat tulang, ini bisa dibantu dengan menjemur bayi pada sinar matahari pagi hari karena kadar vitamin D pada ASI sedikit), vitamin E (berfungsi untuk daya tahan dinding sel darah merah), vitamin A (berfungsi untuk menjaga kesehatan mata), kemudian vitamin-vitamin lain yang larut dalam air seperti vitamin B, C, asam folat.5 Kadar pada ASI mempunyai jumlah yang tinggi dibanding susu sapi terlebih lagi ia mudah diserap oleh bayi. Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan
4 5
Suharyono, Air Susu Ibu dan Manfaatnya , h. 30.
Utami R, ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis (Cet. II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 29
4
rangka, transmisi jaringan syaraf dan pembekuan darah. Kekurangan kadar kalsium darah dan kejang otot lebih banyak ditemukan pada bayi yang mendapat susu formula dibandingkan pada bayi yang mendapat ASI.6 Pemberian ASI kepada bayi merupakan langkah menuju program perbaikan gizi yang bertujuan meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan keadaan atau status gizi anak yang diarahkan pada peningkatan intelektualitas dan produktivitas serta penurunan angka penderita kurang gizi. Sasaran program gizi tersebut ditujukan pada kelompok masyarakat dengan risiko tinggi dan rentan seperti anak balita (bawah lima tahun), terutama usia dini (dibawah usia 1000 hari pertama kehidupan/early
infant) Proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung pada sel organ tubuh yang terjadi pada tiga tahapan yaitu hiperplasia (peningkatan jumlah sel), hiperplasia dan hipertrofia (peningkatan jumlah dan besarnya atau kematangan sel), hipertrofia (peningkatan dalam besar atau pematangan sel). selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda dalam masa berlangsungnya pentahapan pertumbuhan, maka terdapatlah saat-saat rawan gizi bagi anak karena pemenuhan kebutuhan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi genetik.7
6
Utami R, ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis, h. 31.
7
Anwar Faisal, Pengembangan Teknologi MP ASI dari Pangan Lokal Untuk Anak Baduta (Cet. II; Media Gizi dan Keluarga, IPB Bogor, 2003), h. 23.
5
Salah satunya pemenuhan gizi tersebut melalui pemberian ASI eksklusif. Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bagi balita melalui perbaikan perilaku masyarakat dengan pemberian ASI merupakan bagian dari upaya perbaikan gizi masyarakat secara menyeluruh. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah swt dalam QS al-Baqarah/2: 233.
ُ ۞ ََ ۡٱل َٰ َُلِ َٰ َد ضا َع َۚةَ ََ َعلَى ۡٱل َم ُۡلُُ ِد َ ض ۡعهَ أَ َۡ َٰلَ َدٌُ َّه َح ُۡلَ ۡي ِه َكا ِملَ ۡي ِۖ ِه لِ َم ۡه أَ َرا َد أَن يُتِ َّم ٱل َّر ِ ت ي ُۡر ُ ََُّف ََل تُ َكل ضآ َّر َٰ ََلِ َد ُۢةُ بِ َُلَ ِدٌَا ََ ََل َ ُف وَ ۡفسٌ إِ ََّل َُ ۡس َعٍَ َۚا ََل ت ِ َۚ لَ ۥًُ ِر ۡزقٍُ َُّه ََ ِك ۡس َُتٍُ َُّه بِ ۡٱل َم ۡعر ۡ ٞ َُم ُۡل اض ِّم ۡىٍُ َما ََتَ َشا َُ ٖر َ َۗ ِث ِم ۡث ُل َٰ َذل َ ِك فَإ ِ ۡن أَ َرادَا ف ِ ار ِ َُ ُد لَّ ۥًُ بِ َُلَ ِدۦَۚ ِي ََ َعلَى ٱل ٖ ص ااَل عَه تَ َر ضع ُُٓ ْا أَ َۡ َٰلَ َد ُكمۡ فَ ََل ُجىَا َح َعلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َسلَّمۡ تُم َّمآ َءاتَ ۡيتُم ِ فَ ََل ُجىَا َح َعلَ ۡي ٍِ َم َۗا ََإِ ۡن أَ َردتُّمۡ أَن تَ ۡستَ ۡر ْ َُُف ََٱتَّق َّ ٱعلَ ُم ُٓ ْا أَ َّن َّ ُا ۡ ََ َٱَّلل ٞ ص ٣٢٢ ير ِ َٱَّللَ بِ َما تَ ۡع َملُُنَ ب ِ َۗ بِ ۡٱل َم ۡعر Terjemahnya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.8 Hikmah ayat yang terkandung QS al-Baqarah/2: 233.tersebut, setidaknya menekankan bahwa ASI sangat penting. Walaupun masih ada
8
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h 37.
6
perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim menghormati ayat-ayat Allah swt tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan selama dua tahun. Pemberian ASI diperlukan peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adalah kerja tim suami istri. Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami isteri dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama dari pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah Allah swt dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintah-Nya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan. Allah swt memerintahkan para ibu agar menyusukan anak-anaknya dengan menetapkan masa penyusuan selama dua tahun penuh sebab selewat waktu tersebut seorang anak bayi sudah dapat meninggalkan ASI dan ia dapat mulai dibantu dengan diberikan kepadanya makanan dan minuman. Tiada yang lebih baik untuk seorang anak bayi daripada ASI. Susu ibu adalah sebaik-baik makanan (bagi seorang bayi). Dalam hal ini hikmah Ilahi
7
menetapkan menjadikan susu ibu sebagai makanan bagi bayi, cocok dengan kondisi pertumbuhan anak menurut tingkatan yang wajar, dan akan bermanfaat kepada ibunya. Manfaat ASI bukan hanya untuk bayi, akan tetapi bermanfaat juga bagi ibunya. Dalam program keluarga berencana dikenal beberapa metode untuk mengatur kehamilan, salah satunya adalah metode alami yaitu dengan memberikan ASI kepada bayi sebagai pemenuhan gizi bagi bayi. Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan, sehingga setiap bayi usia dibawah dua tahun harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya yaitu ASI. Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi usia dibawah dua tahun di Indonesia adalah rendahnya mutu pemberian ASI dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan Seng (Zn).9 Disinilah letak relevansi kesesuaian antara ajaran Agama Islam (QS Al Baqarah/2: 233) dengan prinsip-perinsip kesehatan dan tumbuh kembang anak melalui pemberian ASI. Bahkan bayi usia 0-6 bulan belum membutuhkan asupan nutrisi lain kalau pemberian ASI eksklusif dilaksanakan dengan baik. 9
Depkes RI., Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004), h. 15.
8
Berangkat dari urgensi ASI eksklusif yang diuraikan di atas, pemerintah Republik Indoneia secara khusus menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif. Ditindak lanjuti
oleh
Pemerintah
Daerah
Provinsi
Sulawei
Selatan
dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif Bab III Pasal 4 menyatakan bahwa: (1) Setiap bayi berhak mendapat ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan; (2) Ibu berkewajiban memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sejak melahirkan sampai dengan bayi berusia 6 (enam) bulan.10 Respons pemerintah, khususnya Pemeritah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, patut diapresiasi sekaligus ditingkatkan sosialisasi dan dilaksanakan oleh masyarakat, berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif sebagai makanan utama bagi bayi. Makanan bayi 0-6 bulan yang utama adalah ASI eksklusif karena ASI eksklusif mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi tetapi kecukupan komposisinya hanya sampai usia empat sampai enam bulan. Cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat dari ibu semasa dalam kandungan dan selama usia empat sampai enam bulan. Sejak empat atau enam bulan sudah mulai menurun, sedangkan dari
10
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif Bab III Pasal 4 (Makassar: Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, 2012), h. 5.
9
ASI kandungan vitamin A dan C serta zat besi sudah tidak begitu tinggi karena itu sejak usia empat bulan sudah perlu diberikan makanan tambahan yang mengandung vitamin dan mineral selain tetap memberikan ASI. Pada usia 6 bulan pencernaan bayi mulai kuat sehingga pemberian makanan tambahan bisa diberikan karena jika terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan mengalami gangguan pencernaan tetapi apabila terlambat akan menyebabkan kurang gizi bila terjadi dalam waktu yang panjang.11 ASI adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi.12 Secara kodrati, menyusui merupakan salah satu bagian dalam siklus hidup bagi perempuan. Di bidang kesehatan, pada tahapan di siklus tersebut (across the life cycle) dikenal adanya pendekatan continuum of care dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak 11
Depkes RI., Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2003), h. 13. 12
Siti Nur Khamzah, Segudang Keajaiban ASI, h. 37.
10
yang dimulai sejak masa pra hamil, kehamilan, persalinan dan nifas, bayi, balita, hingga remaja. Menyusui juga berkenaan dengan fungsi atau tugastugas reproduksi, di samping hamil, melahirkan, dan mengasuh anak. ASI semakin di minum akan semakin bertambah banyak, jadi tidak perlu merasa khawatir kekurangan. ASI selalu mempunyai suhu standarnya, tingkat kesegaran yang prima dan bebas bakteri, serta mudah dicerna. ASI mengandung berbagai macam zat antibodi yang berasal dari ibu, memberi perlindungan terhadap berbagai sumber penularan penyakit bagi bayi. Bayi yang minum ASI dibanding dengan bayi yang minum susu bubuk buatan, lebih jarang terjangkit bermacam penyakit akut maupun kronis bagi yang minum ASI.13 Studi di beberapa negara berkembang mengungkap bahwa penyebab utama terjadinya gizi kurang dan hambatan pertumbuhan pada anak-anak usia 3-15 bulan berkaitan dengan rendahnya pemberian ASI dan buruknya praktek pemberian makanan pendamping ASI.14 Pemberian ASI merupakan salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang bayi yang baik. Karena ASI mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya dan mengandung zat antibodi untuk kekebalan tubuh bayi. 13
Siti Nur Khamzah, Segudang Keajaiban ASI, h. 37.
14
Shrimpton, Worldwide Timing of Growth Faltering Implications for Nutritional Intervention.
Pediatrics, 107:E7. dalam WHO. 2003. Community Based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Department of Child and Adolescent Health and Development, . 2011. h. 37.
11
Masalah defisiensi gizi mikro seperti defisiensi zink (Zn), besi (Fe), iodium dan vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat di banyak negara berkembang termasuk di Indonesia yang banyak dialami oleh kelompok rawan gizi seperti ibu menyusui dan bayi (ACC/SCN, 2001). Defisiensi Zn pada bayi 6-12 bulan di Indonesia 78%. Di samping itu masalah kurang vitamin A (KVA) juga dilaporkan masih menjadi masalah gizi dikalangan balita. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, dari segi gizi, antibodi dan psikososial, ASI mempunyai peran penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hasil meta analisis menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi ASI secara signifikan mempunyai fungsi kognitif lebih tinggi dibanding anak-anak yang diberi susu formula dan perbedaan ini stabil sepanjang pertambahan usia. Ditemukan juga bahwa lamanya pemberian ASI berhubungan dengan pertumbuhan panjang badan terutama pada anak usia di bawah tiga tahun.15 Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia dua tahun, sehingga terbentuk anak yang berkualitas. Peningkatan kualitas manusia harus dimulai 15
Ntab, B., Simondon, K. B., Milet, J., Cissé, B., Sokhna, C., Boulanger, D., et al. A Young Child Feeding Index Is Not Associated with Either Height-for-Age or Height Velocity in Rural Senegalese Children. The Journal of Nutrition, 135 (3), 2005. h. 457-464.
12
sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian ASI. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan, karena ASI eksklusif merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama. ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. ASI mampu melengkapi segala keperluan rohani dan jasmani yang diperlukan oleh seseorang bayi. Pemberian ASI bukan hanya pemberian nutrisi kepada anak, akan tetapi pemberian ASI merupakan salah satu komponen utama dalam pendidikan awal seorang anak. Peranan mendidik anak melalui penyusuan ini, hanyalah dianugerahkan kepada kaum perempuan. Allah swt telah memilih kaum
13
perempuan kerana sifat keibuan yang kuat dalam diri mereka. Akan tetapi dari segi aspek pendidikan merupakan tanggung jawab kedua orang tua dalam keluarga. Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal oleh anak. Awalnya anak melakukan interaksi dengan orang tua. Jadi hendaknyalah orang tua mewarnai anak dengan nilai-nilai pendidikan Islam sejak usia dini, termasuk dalam pemberian ASI kepada anak, karena dalam memberi ASI kepada anak secara otomatis orang tuan melaksanakan proses pendidikan Islam. Dalam perspektif Islam, pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bahkan lebih dari pada itu, pendidikan Islam sejak dini merupakan faktor yang menentukan masa depan anak. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan Islam dalam kehidupan keluarga (familiy life education) menempati posisi yang paling strategis dalam mewujudkan suatu tatanan kehidupan keluarga yang harmonis dan berlangsungnya proses pendidikan Islam. Pada konteks ini, salah satu dimensi tanggung jawab orang kepada anaknya adalah pemberian ASI yang dikaitkan dengan pendidikan Islam bagi anak dalam keluarga. Dalam pemberian ASI ada dua pemegang peran utama dalam interaksi edukatif dalam keluarga adalah ibu dan anak. pemberian ASI terdapat
Dalam
interaksi edukatif dari kedua belah pihak yang
14
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam hal ini ibu berperan sebagai pendidik yang mengasuh, membimbing, memberi teladan pada saat memberi ASI kepada anaknya. Di dalam interaksi edukatif inilah kemudian penerapan pendidikan Islam sangat diperlukan. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan anak adalah pemberian ASI, karena pemberian ASI meliputi segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan dan penerapan pendidikan Islam. Pada dasarnya masalah pemberian ASI merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam kehidupan dan pendidikan anak. Tanggung jawab keluarga, tidak dapat diceraipisahkan dengan pemberian ASI dan pendidikan Islam. Bahkan dalam ajaran Islam masalah pemberian ASI dan pendidikan anak tidak hanya dilakukan setelah anak itu lahir, akan tetapi pemeliharaan dan pendidikan anak dimulai sejak masih berada dalam kandungan. Bahkan lebih daripada itu, oleh sebagian ulama mengatakan bahwa pemeliharaan dan pendidikan anak dimulai sejak sebelum perkawinan dilangsungkan.16 Dengan demikian, fungsi pendidikan Islam mempunyai hubungan yang erat dengan masalah tanggung jawab keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, penerapan proses pendidikan Islam kepada anak merupakan tanggung jawab suami istri, sebagai wahana 16
Shodiq Ihsan, Pendidikan Keluarga dalam Islam (Cet. XII, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h. 122.
15
untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang harmonis dan bahagia sebagai tujuan dalam kehidupan rumah tangga. Mengacu pada uraian di atas, dipahami bahwa pemberian ASI pada dasarnya mempunyai hubungan erat dengan proses pendidikan Islam. Memberikan pendidikan kepada anak berarti termasuk bagian dari pemeliharaan terhadap anak. Oleh karena itu, keluarga harus memberi ASI anaknya agar tidak kelaparan, kehausan, kedinginan dan lain-lain. Pada saat yang sama, keluarga harus bertanggung jawab memberikan pemeliharaan kepada anaknya agar menjadi anak yang beriamn dan beraklak mulia. Pada gilirannya kehidupan anak terhindar dari perbuatan jahat dan buruk yang berdampak pada kehancuran masa depannya.17 Dalam perspektif pendidikan Islam bahwa antara konsep pemberian ASI dengan penerapan pendidikan Islam terdapat hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Dikatakan demikian karena dalam pemberian ASI mengcakup pengertian pendidikan Islam. Implementasi pendidikan Islam dalam pemberian ASI meliputi pendidikan anak dari segala aspek kehidupan yang dibutuhkan yakni proses pemeliharaan tumbuh kembang, menjaga fitrah anak, proses pembentukan kepribadian anak, proses pengembangan intelektual anak (meningkatkan kecerdasan anak), proses pendidikan akhlak (adab), proses mengarahkan 17
Melly Sri Sulastri Rifai, Suatu Tinjauan Historis Prospektif Tentang Perkembangan Kehidupan dan Pendidikan Anak (Cet. XXIII; Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 10.
16
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak, dan proses bimbingan dan asuhan terhadap anak Implementasi pendidikan Islam tidak cukup jika hanya pada aspek lahir dalam diri seorang anak, akan tetapi aspek batin juga merupakan kebutuhan anak yang harus terpenuhi. Oleh karena itu, pemberian ASI merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan Islam, karena konsep pemberian ASI dalam pendidikan Islam tidak hanya dimaknai dalam pengertian materil, akan tetapi juga meliputi makna non materil. Oleh karena itu, pemberian ASI dalam konsep pendidikan Islam mengandung pengertian pemenuhan kebutuhan anak secara keseluruhan, baik yang bersifat jasmaniah maupun bersifat rohaniah. Berdasarkan uraian di atas, perlu mendapat respon yang serius sebab penulis menganggap bahwa pemberian ASI secara optimal sangat penting dan mutlak untuk perkembangan dan pertumbuhan anak, khususnya dalam penerapan pendidikan Islam bagi anak. Olehnya itu menurut penulis perlu mengkaji lebih intensif dan mendalam masalah pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam, sehingga pada gilirannya akan ditemukan konsep yang lebih akurat dan sesuai dengan perkembangan modernisme.
17
Berdasarkan asumsi tersebut di atas, mendorong penulis untuk mengelaborasi dan mengangkat sebagai penelitian disertasi secara mendalam tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian Untuk menghindari kesalahan interpretasi terhadap makna judul disertasi ini, perlu penjelasan fokus penelitian sebagai berikut: Pemberian ASI pada anak usia dini dalam perspektif Pendidikan Islam memiliki dua fokus utama, yakni: a. Manfaat Pemberian ASI kepada Anak Usia Dini b. Pandangan Islam terhadap Pemberian ASI pada Anak Usia Dini c. Masalah dalam Pemberian ASI dan Solusinya 2. Deskripsi Fokus Deskripsi fokus penelitian disertasi ini ada tiga yaitu pertama sebagai nutrisi terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang; kedua anjuran pemberian ASI kepada anak dalam al-Qur’an ditinjau dari aspek Pendidikan Islam yaitu QS alBaqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15, dan mendidik anak usia dini melalui pemberian ASI berdasarkan pengertian pendidikan Islam
yaitu: 1) al-Tarbiyah 2) al-Ta’li>m, dan 3) al-Ta’di>b; ketiga masalah
dalam menyusui yaitu puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri),
18
payudara mengalami pembengkakan, bentuk puting melekat ke dalam (retracted nipple), dan saluran untuk keluarnya ASI tersumbat. Solusi yaitu
breast care, pijat oksitosin, dan memperhatikan posisi bayi. Adapun fokus dan deskripsi fokus penelitian disertasi ini, tergambar pada matriks berikut: Matriks fokus dan Deskripsi Fokus No
Fokus Penelitian Manfaat Pemberian
1
ASI kepada Anak Usia Dini Pandangan Islam
2
a. b. c. d. e. a.
terhadap Pemberian ASI pada Anak Usia
3
Dini
b.
Masalah dalam
a.
Pemberian ASI dan Solusinya
b.
Uraian Deskripsi Fokus Sebagai Nutrisi Terbaik Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Meningkatkan Kecerdasan Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang Bermanfaat bagi Ibu Menyusui Anjuran Pemberian ASI kepada Anak dalam al-Qur’an ditinjau dari Aspek Pendidikan Islam QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15 Mendidik anak usia dini melalui pemberian ASI berdasarkan pengertian pendidikan Islam yaitu: 1) al-Tarbiyah 2) al-Ta’li>m, dan 3) al-Ta’di>b Masalah 1) Puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri)Payudara mengalami pembengkakan 2) Bentuk putting melekat ke dalam (retracted nipple) 3) Saluran untuk keluarnya ASI tersumbat Solusi 1) Breast care 2) Pijat Oksitosin 3) Memperhatikan Posisi Bayi
19
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok masalah penelitian dalam disertasi ini adalah bagaimana pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. Agar pembahasan lebih mendalam, penulis merumusakan dua sub masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, sebagai berikut: 1. Bagaimana manfaat pemberian ASI kepada anak usia dini? 2. Bagaimana pandangan Islam terhadap pemberian ASI pada anak usia dini? 3. Bagaimana masalah dalam pemberian ASI dan solusinya? D. Kajian Pustaka Penelitian sebelumnya yang hampir sama tentang pemberian ASI telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, baik untuk keperluan tesis, disertasi, maupun proyek penelitian lainnya. Para pakar, pemikir dan praktisi pendidikan Islam telah menuangkan pokok-pokok pikirannya dalam berbagai tulisan, baik dalam bentuk buku, kumpulan tulisan dan artikel-artikel yang tersebar di beberapa media massa. Beberapa sumber sebagai bahan kajian berkaitan dengan masalah yang akan dikaji dan ditemukan diberbagai perpustakaan, khususnya perpustakaan Islam. Akan tetapi belum ditemukan tulisan tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam.
20
Berdasarkan hasil penelusuran penulis pada berbagai sumber pustaka belum ditemukan yang persis sama dengan penelitian tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. Beberapa hasil penelitian yang dipandang memiliki hubungan yang hampir semakna dengan judul disertasi ini, sebagai berikut: 1. Penelitian Balitbang Kemenkes, Riset Kesehatan Dasar 2010, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian ASI secara relatif memprihatinkan. Pemberian ASI dan makanan tambahan yang salah berakibat pada tingginya jumlah balita penderita kurang gizi dan gizi buruk. Sekitar 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi dan sebanyak 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Pemberian ASI oleh ibu untuk bayinya pada dasarnya merupakan suatu hak bagi bayi.
Berdasarkan data tahun
2007, secara nasional rata-rata balita disusui adalah selama 16,5 bulan. Menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 16,9 bulan. Data tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase bayi yang menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Persentase bayi yang menyusui
21
eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3%. Inisiasi dini menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 29,3%, tertinggi di Nusa Tenggara Timur 56,2% dan terendah di Maluku 13,0%. Sebagian besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam.18 2. Disertasi
Megawati
Baso,
dengan
judul
Studi
Longitudinal
Pertumbuhan Bayi yang Diberi ASI dan yang Tidak Diberi ASI di Kabupaten Gowa. Hasil penelitiannya adalah rata-rata kelompok anak yang diberi ASI lebih tinggi 0,49 kg berbeda secara signifikan (p = 0,005). Menariknya BB kelompok anak yang diberi ASI intervensi 7,53 kg melebihi BB kelompok yang tidak diberi ASI 7,15 kg, perbedaan tidak bermakna (p >0,050) demikian juga PB kelompok yang diberi ASI 67,28 cm lebih tinggi dari kelompok yang tidak diberi ASI 66,36 cm.19 3. Tesis Bisri Abdullah, hasil penelitian tahun 2003 (1) Bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibandingkan bayi premature yang tidak diberi ASI. (2) Bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat
18
Balitbang Kemenkes, Riset Kesehatan Dasar 2010, (Jakarta, 2010),h. 4.
19
Megawati Baso, Studi Longitudinal Pertumbuhan Bayi yang Diberi ASI dan yang Tidak Diberi ASI di Kabupaten Gowa (Disertasi, Pascasarjana UNHAS Makassar, 2009), h. 219.
22
IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika tidak diberi ASI eksklusif.20 4. Tesis ST. Mardiana, hasil penelitinnya di Propinsi Maluku Utara hampir semua anak yang diteliti (98%) pernah memperoleh ASI dan umumnya menyusui 2 tahun. Namun demikian jumlah anak yang disusui dalam 30 menit pertama dan hari pertama sangat sedikit (berturut-turut 6% dan 8 %). Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif (mulai pada umur 4 bulan ke atas) sebesar 42%. Bahkan, sebagian ibu telah memberikan makanan selain ASI sejak bulan pertama kelahiran.21 Penelitian tersebut, berbeda dengan penelitian disertasi ini, karena penelitian di atas, berfokus pada dua aspek yaitu perbandingan pemberian ASI pada anak dan yang tidak diberi ASI dan Kesadaran ibu memberi ASI kepada anaknya. Sedangkaan penelitian disertasi ini adalah menguraikan pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. 5. Disetasi Andi Amrullah Akil, dengan judul ‛Studi Fikih Atas Pemberdayaan ASI Perspektif Studi Gender‛ hasil penelitiannya adalah: (1) penyusuan merupakan kebutuhan setiap bayi yang lahir. Air susu ibu mengandung zat-zat yang tidak terdapat pada susu industri
20
Bisri Abdullah, Pemberian ASI pada Bayi di Kabupaten Bantaeng (Tesis, Pascasarjana UNHAS Makassar, 2003), h. 119. 21
ST. Mardiana, Kesadaran Ibu Memberi ASI kepada Anaknnya di Propinsi Maluku Utara (Tesis, Pascasarjana UNHAS Makassar, 2008), h. 123.
23
dari perusahaan apapun, sehingga ASI sangat cocok untuk bayi. Air susu ibu dapat melindungi bayi dari berbagai macam virus dan bakteri sebagai penyebab penyakit. Olehnya itu banyak nas agama yang berbicara tentang penyusuan, sehingga menyusui anak adalah hal yang tidak boleh diremehkan. (2) Keberadaan nas agama yang berkaitan dengan perintah menyusui anak dipahami oleh jumhur ulama fukaha bahwa menysui bersifat anjuran dan pilihan bagi ibu biologis, anjuran tersebut pada kondisi tertentu bisa menjadi wajib. Misalnya anak tidak mau disusui oleh ibu lain, dan tidak mau meminum susu selain dari ibu kandung, maka wajib bagi ibu kandung menyusui anaknya. (3) penyusuan anak pada hakikatnya tetap sejalan dengan isu gender, keduanya tidak bisa diperhadapkan sebagai suatu yang berlawanan. Aktifitas kaum perempuan di luar rumah adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Hal ini merupakan tuntutan zaman. Begitu pula pilihan bagi ibu biologis untuk tidak menyusui anaknya dengan alasan apapun merupakan sikap yang tetap harus dihargai. Demikian pula dengan penyusuan bahwa seorang anak harus disusukan adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri. Keduanya merupakan hal alami yang harus berjalan sesuai dengan kodratnya masing-masing. Pihak yang senantiasa membenturkan keduanya, karena menganggap bahwa kaum perempuan kodratnya hanya sebatas melayani suami, melahirkan, dan menyusi tanpa melihat adanya kemungkinan lain yang
24
menjadi kodrat perempuan. Dalam hal ini pun nas agama membuka pintu alternatif lainnya, yaitu dengan membolehkan perempuan yang bukan ibu biologisnya untuk menyusukan anak orang lain dengan imbalan upah yang setimpal sesuai dengan kesepakatan berdua.22 6. Disertasi Fatimah dengan judul ‛Pertumbuhan antara bayi yang disusui dan bayi yang diberi formula di Kabupaten Maros‛,hasil penelitiannya adalah perbedaan kecepatan pertumbuhan antara bayi yang disusui dan bayi yang diberi formula selama 1 tahun pertama dan diamati kemudian. Anak usia 7 tahun yang mendapat ASI sedikitnya 12 minggu dan yang mendapat formula sejak lahir. Hasilnya menyatakan bahwa anak yang mendapat ASI lebih tinggi, tetapi secara statistik tidak nyata ketika dikontrol dengan berat lahir, tinggi orangtua, dan status sosial ekonomi. Selain itu juga dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan kecepatan pertumbuhan usia 3-12 bulan antara anak yang disusui sedikitnya 2 bulan dan anak yang mendapat formula.23 Penelitian tersebut di atas, berbeda dengan judul disertasi ini, karena penelitian Fatimah menitikberatkan pada pertumbuhan antara bayi yang disusui dan bayi yang diberi formula. Sedangkaan judul penelitian ini berfokus pada pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam.
22
Andi Amrullah Akil, ‛Studi Fikih Atas Pemberdayaan Air Susu Ibu Perspektif Studi Gender‛ (Disertasi, Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, 2012), h. 239. 23
Fatimah, Pertumbuhan antara Bayi yang Disusui dan Bayi yang Diberi Formula di Kabupaten Maros (Disertasi, Pascasarjana UNHAS Makassar, 2010), h. 225.
25
Shodiq Ihsan, dalam buku berjudul Pendidikan Keluarga dalam Islam bahwa orang tua dan pendidik pada umumnya perlu memahami tujuan umum pendidikan Islam, karakteristik anak, sumber ilmu, alat untuk memperoleh ilmu, dan metode pembelajaran. Tujuan pendidikan Islam ialah untuk mempersiapkan anak dan anggota keluarga sebagai abdi dan khalifah Allah swt. Karakteristik peserta didik mencakup kondisi fisik, perkembangan akan dan perasaan, serta lingkungan anak. Sumber-sumber ilmu mencakup sumber manusiawi dan sumber Ilahi. Alat untuk mendapatkan ilmu adalah pendengaran, penyentuhan, penglihatan, penalaran dan perasaan.24 Hal senada juga dikemukakan oleh Jalaluddin Rahmat, dalam bukunya
Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern bahwa kewajiban edukatif keluarga muslim dan metode pembelajaran merupakan tanggung jawab orang tua. Melalui pendidikan, keluarga muslim menanamkan kewajiban untuk menegakkan hukum-hukum Allah swt. Membina ketenteraman jiwa, melaksanakan perintah Rasulullah saw., dan merealisasikan kecintaan kepada anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam hal pembelajaran ini dapat digunakan antara lain metode dialog (hiwar), kisah, perumpamaan, teladan, latihan, dan pengalaman.25
24
Shodiq Ihsan, Pendidikan Keluarga dalam Islam (Cet. VII, Bandung : Rosdakarya, 2004),
h. 122. 25
Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern (Cet. VIII, Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 111.
26
Djudju Dudjana dalam bukunya yang bejudul Peranan Keluarga di
Lingkungan Masyarakat, menurutnya bahwa keluarga mempunyai kedudukan penting dalam satuan pendidikan kehidupan keluarga (family life education). Satuan pendidikan ini meliputi pembinaan hubungan dalam keluarga, pemeliharaan kesehatan anak, pengelolaan sumber-sumber, pendidikan anak dalam keluarga, sosialisasi anak dan hubungannya
antara keluarga dan
masyarakat. Munculnya pendidikan kehidupan keluarga (family life
education) disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, perkembangan kehidupan keluarga mempengaruhi perkembangan masyarakat dan kedua, perubahanperubahan yang terdapat di lingkungan akan mempengaruhi kehidupan keluarga.26 Dengan memperhatikan beberapa tulisan dan karya ilmiah, baik berupa tesis, disertasi, dan buku yang membahas tentang pemberian ASI, belum ada yang sama dengan judul penelitian disertasi ini. Penelitian disertai ini memposisikan diri pada kajian dan analisisnya tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam. Perlu ditegaskan di sini, bahwa sepanjang pengembaraan dan pengamatan intelektual penulis mengenai karya-karya ilmiah tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif pendidikan Islam, sampai saat ini belum ditemukan karya ilmiah setingkat disertasi doktor yang membahas tentang pemberian ASI pada anak usia dini dalam persfektif 26
Djudju Dudjana, Peranan Keluarga di Lingkungan Masyarakat (Cet. VII, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 22.
27
pendidikan Islam. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk mengkajinya dalam bentuk disertasi doktor di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Disinilah letak nilai kebaruan (novelty) dari pada tulisan disertasi ini. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif berbasis studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis isi (content
analysis). Penelitian analisis isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media. Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis menganai isi teks.27 Dalam penelitian content analysis manusia bukan sebagai objek penelitian sehingga analisis isi bersifat nonreaktif karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuesioner ataupun yang diminta datang ke laboratorium. Analisis isi digunakan untuk menganalisis semua bentuk teks yang didokumentasikan. Dalam penelitian desertasi ini, penulis menganalisis teks pengertian pendidikan Islam yakni term al-Tarbiyah, al-Ta’li>m, dan al-Ta’di>b serta menganalisis teks al-Qur’an yang berkaitan dengan anjuran pemberian
27
Masri Singarimbun, Desain Penelitian Content Analysis (Cet. Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 99.
28
ASI kepada anak yakni QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS alAhqa>f/46: 15. Analisis dilakukan dengan cara menafsiran makna-makna dari sumber yang diperoleh, kemudian melakukan rekonstruksi atau merumuskan suatu konsep berdasarkan berbagai pendapat, sehingga menjadi pernyataan akhir (stetament) yang kemudian disebut proposisi atau merekonstruksi landasan teori baru. 2. Pendekatan Penelitian Dari aspek pendekatan, penelitian ini akan menerapkan pendekatan multidisipliner, yakni pendekatan keilmuan, dan pendekatan metodologis. a. Pendekatan Keilmuan 1) Pendekatan Keagamaan Berhubung penelitian ini adalah menyangkut pendidikan Islam dan hubungannya dengan pemberian ASI, maka pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan keagamaan dengan pertimbangan bahwa materi dari pembahasan disertasi ini adalah menyangkut persoalan-persoalan pendidikan Islam dan pemberian ASI, sehingga di dalam upaya mencari dan menelaah berbagai aspek yang berhubungan dengan penelitian sangat dibutuhkan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan ayat alQur’an dan sunnah Rasulullah saw sebagai pedoman utama dalam pendidikan Islam dan pemberian ASI kepada anak.
29
2) Pendekatan yuridis formal Pendekatan yuridis formal digunakan untuk memahami kerangka landasan berdasarkan undang-undang RI dan peraturan pemerintah yang berlaku. Khususnya yuridis formal yang berkaitan dengan pemberian ASI kepada anak usia dini. 3) Pendekatan Pedagogis Pendekatan pedagogis penting dikemukakan, karena disertasi ini membahas dan mengkaji tentang pendidikan Islam, sehingga persoalanpersoalan yang dikemukakan harus beranjak dari konsep pendidikan Islam, serta
mengkaji
pendapat
atau
pemikiran
praktisi
pendidikan
yang
berhubungan dengan pemberian ASI pada anak usia dini. 4) Pendekatan Sosiologis Pendekatan sosiologis digunakan karena penelitian ini erat kaitannya dengan masyarakat. b. Pendekatan Metodologis Sebagai penelitian pustaka, maka secara metodologis penelitian ini masuk dalam ranah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Dalam proses penelitian ini penulis berpatokan pada beberapa berpendapat bahwa sebagai berikut: Penelitian kualitatif adalah apa yang dikatakan orang, apa yang dihasilkan oleh orang dari gagasan dan pemikiran-pemikirannya, baik data itu langsung diterima secara verbal maupun melalui bentuk tertulis lewat analisis
30
dokumen.28 Penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif, dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan datadata yang ditemukan berupa teks, sehingga penelitian kualitatif mencirikan dirinya pada informasi dalam ikatan konteks yang akan menjelaskan fenomena.29 Sebagai penelitian pustaka, maka penelitian ini orientasi kajiannya lebih dominan pada studi pustaka berupa analisis teks atau analisis isi (content analysis) untuk mencari dan menemukan makna-makna di balik teks itu.30 Menyangkut hal ini Weber (dalam Arifin) menyebutnya sebagai ‚dunia makna subjektif aktor.‛ Untuk memahami dunia makna subjek aktor itu diperlukan ‚interpretative understanding,‛
31
yang dalam konsep Richard E.
Palmer dipergunakan untuk menafsirkan dan mengterpretasi hasil pemikiran dan gaagasan manusia atau aktor.32 Dalam penelitian kualitatif, data diperlakukan sebagai sesuatu yang bermakna secara intrinsik dan bersifat empiris, yang terdiri dari naskahnaskah tertulis dalam hal ini teks tentang pengertian pendidikan Islam yang 28
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Basic of Qualitative Research. Grounded theory, dalam Rulam Ahmadi, Memahami Penelitian Kualitatif (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), h.2-3.
procedures and techniques, 29
John W Cresswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, (California: Sage Publications, Inc, 1994), h. 4-7. 30
Jaber F. Gubrium & James A. Holstein, Qualitative Methods, dalam Encyclopedia of Sociology, Vol.3, (New York: Macmillan Publishing Company, 1992), h. 1577. 31
Max Weber, Sosiologi Makro, dalam Syamsul Arifin, Implementasi Studi Agama Berbasis Multi Kultural dalam Pendidikan, ( Malang :Universita Muhammadiyah Malang, 2005), h. 3 32
Richard E. Palmer, Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi, terj. Masnur Hery dan Damanhuri Muhammed dari judul aslinya ‚Hermeneutics: Interpretation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heideger and Gadamer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
31
berkaitan dengan pemberian ASI dan teks dalam al-Qur’an yang menganjurkan pemberian ASI kepada anak. 3. Instrumen Penelitian Instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan hasil penelitian. Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.33 Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan.34 Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari objek penelitian belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berlangsung. 4. Pengumpulan Data Langkah strategis dalam pengumpulan data penelitian analisis isi yaitu
Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media teks yang akan diteliti; Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok dalam penelitian.. Kemudian setelah mendapatkan data primer peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu: 33
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cet. XIX; Bandung: Alfabeta, 2014), h. 305. 34
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 306.
32
Unitizing, adalah upaya untuk mengambil data yang tepat dengan kepentingan penelitian yang mencakup teks, dan data lain yang dapat dianalisis lebih lanjut. Unit adalah keseluruhan yang dianggap istimewa dan menarik oleh analis yang merupakan elemen independen. Unit adalah objek penelitian yang dapat diukur dan dinilai dengan jelas.
Sampling, adalah cara analis untuk menyederhanakan penelitian dengan membatasi teks yang akan diteliti. Dengan demikian terkumpullah unit-unit yang memiliki tema yang semakna.
Reducing, tahap ini dibutuhkan untuk penyediaan data yang effisien. Secara sederhana unit-unit yang disediakan dapat disandarkan dari tingkat frekuensinya. Dengan begitu hasil dari pengumpulan unit dapat tersedia lebih singkat, padat, dan jelas.
Inferring, tahap ini mencoba menanalisa data lebih jauh, yaitu dengan mencari makna data unit-unti yang ada yang befungsi untuk memberikan model hubungan antara teks dan kesimpulan yang dituju. Dengan begitu, konstuksi analitis harus menggunkan bantuan teori, konsepsi yang sudah memiliki kebasahan dalam dunia akademis. Untuk merekonstruksi hasil penelitian secara utuh maka dibutuhkan data yang mendukung sebagai dasar kekuatan argumentasi penulis. Untuk itu, metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode telaah pustaka,35 yaitu melakukan pengumpulan sumber literatur kepustakaan yang berhubungan dengan konsep pemberian ASI.
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Cet. XIII; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 131.
33
Data yang diperoleh kemudian dikutip dengan menggunakan dua cara.
Pertama, kutipan langsung, yaitu mengutip pendapat secara langsung dari sumber data, kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli yang ada dalam sumber tersebut. Di akhir kutipan, diberikan footnote (catatan kaki). Kedua, kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengutip ide dari sumber rujukan, kemudian menuangkannya dalam redaksi penulis tanpa terikat pada redaksi yang ada dalam sumber tersebut. Dalam kutipan tidak langsung, terdiri atas dua macam, yaitu: Pertama, ulasan berupa komentar penulis terhadap pendapat yang diambil dari buku, jurnal, artikel, maupun makalah yang ada hubungannya dengan disertasi ini.
Kedua, Ikhtisar, yaitu menanggapi pendapat atau data dalam buku, jurnal, dan artikel, dengan cara menyimpulkan dan meringkas dari suatu pendapat. 5. Sumber Data Dari pengumpulan sumber literatur, diperoleh dua jenis sumber, primer dan sekunder. Kedua sumber ini menjadi bahan analisis di dalam menyusun narasi penelitian. Narasi yang disusun harus berdasarkan konteks penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian kualitatif. a. Sumber Primer Sebagai sumber primer dalam penulisan disertasi ini adalah al-Quran, hadis yang berkaitan dengan anjuran memberi ASI yakni QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15, dan buku yang membahas tentang kata al-Tarbiyah karya Ahmad Fu’ad al-Ahwāniy dengan judul al-
Tarbiyah fīl Islam, karya Muhammad Athiyah al-Abrāsy dengan judul Rūh al-
34
Tarbiyah wa al-Ta’līm, karya Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr dengan judul Lisān al‘Arab, jilid I, karya Luwis Ma’lūf dengan judul al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām, dan karya Ishāq Ahmad Farhān dengan judul al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Asālah wa al-Ma’āsirah. Kata al-ta’līm dalam karya Abd. al-Fattāh Jalāl dengan judul Min Ulūl al-Tarbawiy fī al-Islām, karya Muhammad Rasyid Ridha, dengan judul Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir al-Manar Juz VII. Kata
al-Ta’di>b dalam karya Muhammad Naquib al-Attās dengan judul Aims and Objective of Islamic Education. b. Sumber Sekunder Adapun sumber sekunder yang dipakai dalam penulisan hasil penelitian antara lain: buku yang membahas tentang al-Tarbiyah karya Abdurrahman An-Nahlawi, dengan judul Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Kata al-ta’līm karya Samsul Nizar dengan judul Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis Kata al-ta’di>b karya Abdul Fattah Jalal dengan judul Azas-azas Pendidikan Islam Karya Armai Arief dengan judul Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, karya Abdul Rachman Shaleh dengan judul Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, karya Ahmad Tafsir dengan judul Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. 6. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dalam hal ini data dari sumber telaah pustaka yang penulis temukan dari literatur, diolah secara induktif, dan komparatif. Pengolahan data secara induktif, adalah menganalisis data yang bersifat khusus untuk
35
memperoleh rumusan yang bersifat umum. Penekanan penulis pada metode ini ialah menggunakan penalaran (interpretasi) berdasarkan deskripsi.36 Dalam analisis kualitatif, yang lazim digunakan yaitu, antara lain metode deskriptif kualitatif.37 Selanjutnya pengolahan data secara komparatif, ialah membandingkan data yang satu dengan data yang lain untuk memperoleh data yang akurat, dan lebih kuat argumentasinya. Selanjutnya analisis data merupakan usaha untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan data. Pada tahap ini, dilakukan pengelompokan data, menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda. Dalam upaya mengklasifikasikan dan mengelompokkan data, tentu harus berdasar pada apa yang menjadi tujuan penelitian. Prosedur analisis terhadap data penelitian, dilakukan dengan, mengklasifikasi, menyeleksi, mengkomparasi hasil karya-karya tulis yang membahas tentang pengertian pendidikan Islam, pengertian ASI dan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI, kandungan ASI dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, dan keunggulan ASI serta manfaat menyusui. Setelah itu oleh peneliti dinterpretasi dan dinarasikan. F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
36
Norman K. Denzin, et.al, Hand Book of Qualitative Research (Cet. I; Yoykarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.355. 37
Mahsum, M.S., Metode Penelitian Bahasa, Terapan, Strategi, Metode dan Teknik (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 229-233.
36
1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis manfaat ASI kepada anak usia dini. b. Mengetahui, mendeskripsikan, dan
menganalisis
pandangan
Islam
terhadap pemberian ASI pada anak usia dini. c. Mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis masalah dalam pemberian ASI dan solusinya. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Kegunaan Ilmiah Sebagai suatu karya ilmiah, disertasi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang signifikan di kalangan intelektual sehingga memberikan khazanah yang berkaitan dengan pemberian ASI pada anak usia dini, dan dapat menjadi referensi bagi peneliti dalam studi penelitian yang relevan. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan, renungan dan masukan kepada pemerintah setempat, orang tua dan seluruh masyarakat dalam mengimplementasikan pemberian ASI terhadap anak usia dini.
BAB II PEMBERIAN AIR SUSU IBU
A. Pengertian Air Susu Ibu dan Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI 1. Pengertian Air Susu Ibu Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih.1 ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami
pembesaran
karena
pertumbuhan
dan
diferensiasi
dari
lobuloalveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini 1
Suharyono, Air Susu Ibu dan Manfaatnya (Cet. III; Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2010), h. 9.
37
38
hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI.2 ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.3 Air susu ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar ASI. Penelitian telah membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6 bulan. WHO menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama 6 bulan pertama tanpa mendapat tambahan apapun. Selama ASI eksklusif pemantauan tumbuh kembang bayi harus dilakukan rutin tiap bulan baik posyandu atau di rumah sakit.4 ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan.5
2
Soetjiningsih, ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan (Cet. II; Jakarta: Buku Kedokteran EGC., 2007), h. 12. 3
Depkes RI. Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Cet. I; Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004), h. 19. 4
King, F.S, Menolong Ibu Menyusui (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007),
h. 78. 5
Suharyono, Air Susu Ibu dan Manfaatnya, h. 51.
39
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja segera setelah melahirkan sampai usia 6 bulan. Pada usia ini, bayi masih dalam masa transisi untuk menyesuaikan konsumsi gizinya dari luar. Oleh karena itu selama 6 bulan penuh, diharapkan bayi hanya mendapatkan konsumsi dari makanan yang diproduksi dari dalam tubuh ibunya. Pemberian makanan lain selain ASI pada usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan kesehatan karena kondisi biologis bayi, terutama alat pencernaannya masih belum siap.6 Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa pengertian ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja segera setelah melahirkan sampai usia 6 bulan. Pada usia ini, bayi masih dalam masa transisi untuk menyesuaikan konsumsi gizinya dari luar. Oleh karena itu selama 6 bulan penuh, bayi hanya mendapatkan konsumsi dari makanan yang diproduksi dari dalam tubuh ibunya. Pemberian makanan lain selain ASI pada usia tersebut, dikhawatirkan akan terjadi gangguan kesehatan karena kondisi biologis bayi, terutama alat pencernaannya masih belum siap. Pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah ibu dapat tetap
6
Soetjiningsih, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, h. 71.
40
memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi sampai berumur 6 bulan karena mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. Rekomendasi pemberian ASI saja yang dikenal dengan ASI eksklusif sampai 6 bulan didasarkan pada bukti ilmiah tercukupinya kebutuhan bayi dan lebih baiknya pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif serta menurunnya morbiditas bayi. 2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Pemberian ASI secara eksklusif sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, hal ini dikarenakan ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perubahan sosisal budaya, kondisi fisik ibu, faktor psikologis ibu, dan faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapatkan penjelasan dan dorongan tentang manfaat pemberian ASI.7 Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi antara lain adalah faktor sosiokultural, psikososial, dan faktor karakteristik yang memberikan konstribusi dalam keberhasilan menyusui. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain yaitu: 7
Prasetyono, Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan Praktek dan Kemanfaatannya (Cet. III; Jogyakarta: Diva Press, 2009), h. 34.
41
a. Motivasi ibu untuk menyusui bayi Ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya menyusui anaknya, terutama sebelum melahirkan. Apabila nilai menyusui hendak ditingkatkan pada masyarakat, maka pengertian tentang menyusui harus ditanamkan pada anak-anak gadis sejak usia muda, bahwa menyusui anak merupakan bagian dari tugas biologi seorang ibu.8 Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri maupun luar individu tersebut, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan kata lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh dorongan baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu (suami). b. Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar peluang untuk memberikan ASI (menyusui).9 Sebaliknya akses terhadap media berpengaruh negatif terhadap pemberian ASI, dimana semakin tinggi akses ibu pada media semakin tinggi peluang untuk tidak memberikan ASI nya.
8
Paramitha, Keberhasilan dan Pola Pemberian ASI pada Bayi (Cet. II; Jakarta: Gaya Favorit Press, 2007), h. 32. 9
Paramitha, Keberhasilan dan Pola Pemberian ASI pada Bayi, h. 34.
42
c. Tingkat Pendidikan Keluarga Pendidikan
pada
setiap
anggota
keluarga
berkaitan
dengan
pengetahuan setiap anggota keluarga, pengetahuan anggota keluarga yang baik berdampak terhadap perilaku anggota keluarga dalam mengasuh bayi jika ditinggalkan oleh ibu.10 Perkembangan zaman menuntut ibu untuk bekerja membantu perekonomian keluarga, sehingga banyak ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif. Adanya pendidikan keluarga yang baik akan dapat memotivasi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. d. Status Pekerjaan Ibu Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah kerena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan. e. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap positif ibu terhadap praktik menyusui tidak diikuti dengan pemberian ASI pada bayinya. Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi
10
Paramitha, Keberhasilan dan Pola Pemberian ASI pada Bayi, h. 34.
43
tindakan nyata diperlukan faktor dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti tenaga kesehatan dan orang-orang terdekat ibu. f. Pengetahuan Pengetahuan ibu tentang ASI merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan proses menyusui. Tingkat pengetahuan, pendidikan, status kerja ibu, dan jumlah anak dalam keluarga berpengaruh positif pada frekuensi dan pola pemberian ASI. g. Status Sosial, Ekonomi, Paritas Status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memproduksi dan atau membeli pangan. Ibu-ibu dari keluarga berpendapatan rendah kebanyakan adalah berpendidikan lebih rendah dan memiliki akses terhadap informasi kesehatan lebih terbatas dibanding ibu-ibu dari keluarga berpendapatan tinggi, sehingga pemahaman mereka untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi menjadi rendah. h. Dukungan Keluarga/Suami Keluarga merupakan unit terkecil dalam proses pelayanan kesehatan di masyarakat, dimana jika kesehatan keluarga baik akan mempengaruhi status kesehatan dalam masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan dukungan dari anggota keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang
44
adekuat. Dukungan keluarga yang paling berperan dalam keberhasilan ibu menyusui adalah peran dukungan suami. Hal ini karena suami merupakan orang terdekat bagi ibu dan memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalan menyusui yaitu suami. Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup jadi pengamat yang pasif saja. Untuk itu, keluarga atau suami perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan menyusui dengan jalan memberi dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti menggantikan popok. Pengertian suami tentang peranannya sangat penting, ini merupakan langkah pertama dalam mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif dan hal ini merupakan investasi yang sangat berharga. Hubungan yang baik antara seorang ayah dengan bayinya merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak dikemudian hari.11
11
Paramitha, Keberhasilan dan Pola Pemberian ASI pada Bayi, h. 37.
45
Keluarga khususnya ayah merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan praktik menyusui. Masih banyak pendapat yang salah bahwa ayah cukup menjadi pengamat yang pasif, padahal sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down refleks) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional, pengahrgaan terhadap ibu menyusui, dukungan instrumental, serta dukungan informasi terhadap ibu menyusui. Proses menyusui dibutuhkan kesiapan mental ibu. Saat inilah, dukungan dari keluarga terutama suami sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan menyusui setelah melahirkan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan suami antara lain memberikan perhatian kepada istri, misalnya menyiapkan keperluan ibu untuk menyusui, dan memberikan pujian kepada istri atas kemauanya memberikan ASI kepada bayinya. Dukungan suami sangat diperlukan agar pemberian ASI eksklusif bisa tercapai. Oleh karena itu, ayah sebaiknya jadi salah satu kelompok sasaran dalam kampanye pemberian ASI. Menurut Februhartanty mengemukakan bahwa ada 6 pengelompokan tipe peran suami dalam praktek menyusui secara eksklusif dan peran-peran ini dianggap sebagai dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Tipe peran tersebut, yaitu:
46
1) Mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pola pemberian makan bayi, yang terdiri dari: pernah mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pola pemberian makan bayi dan tetap meneruskan pencarian informasi mengenai kedua hal tersebut hingga saat ini. 2) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemberian makan saat ini. 3) Memilih tempat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan pasca persalinan/imunisasi, yang terdiri dari: pemilihan tempat untuk pemeriksaan kehamilan, pemilihan tempat untuk bersalin, dan pemilihan tempat untuk pemeriksaan pasca persalinan/imunisasi. 4) Tingkat keterlibatan ayah selama kunjungan pemeriksaan kehamilan. 5) Memiliki sikap positif terhadap kehidupan pernikahan mereka. 6) Terlibat dalam berbagai kegiatan perawatan anak.12 Suksesnya pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang beranggotakan paling sedikit dua orang, yaitu ayah dan ibu. Bentuk dukungan yang harus diberikan oleh suami pada ibu yang menyusui secara eksklusif, yaitu:
12
Februhartanty, Praktik Pemberian ASI Eksklusif, Penyebab-Penyebab Keberhasilan dan Kegagalannya(Cet. III; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h. 34.
47
1) Sebagai motivator bagi istri Suami harus memberikan dukungan kepada ibu melalui kalimat-kalimat pujian, maupun kata-kata penyemangat.13 Dengan hal ini ibu akan merasa sangat bangga dan senang dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini berkaitan dengan refleks oksitosin. 2) Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI Tidak setiap ibu dapat memberikan ASI dengan lancar. Banyak ibu mengalami masalah, mulai dari ASI yang tak keluar, puting payudara lecet, pembengkakan, mastitis, stres.14 Modal utama memecahkan keluhan secara benar adalah jika ayah/ibu menguasai teori manajemen menyusui. Ayah bisa ikut menginformasikan hal-hal yang diketahuinya, atau menunjukkan referensi, atau turun tangan langsung mengatasinya. Misal, jika payudara istri harus dipijat, dikompres, jika harus berobat, bagaimana cara menyimpan ASI perah. Untuk menguasai hal ini, sebaiknya ayah ikut pergi ke klinik laktasi sebelum program menyusui dimulai. 3) Ikut merawat bayi Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi dengan membantu mengganti popok bayi, menyendawakan bayi setelah menyusui, menggendong
13
Kristiyanasari, Strategi Peningkatan Pemberian ASI (Cet. III; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 59. 14
Kristiyanasari, Strategi Peningkatan Pemberian ASI, h. 53.
48
bayi, membantu memandikan bayi, dan bermain dengan bayi. 15 Ayah juga dapat membantu merawat anak-anak termasuk kakak si bayi. 4) Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam Mendampingi, menemani, yang sedang menyusui pun merupakan bentuk dukungan yang besar artinya. Sebisanya, ikut bangun saat istri terbangun tengah malam. Atau jika tak bisa bangun malam, paling tidak jangan tunjukkan ekspresi kesal akibat tidur yang terganggu saat bayi menangis lapar di malam hari. Tapi ada sebuah rahasia kecil.16 Pemandangan suami yang terkantuk-kantuk saat menunggui istri menyusui, akan sangat menyentuh perasaan istri dan membuat cinta istri semakin dalam. 5) Melayani ibu menyusui Ayah tak bisa memberi makan bayi dengan air susu, tetapi ayah dapat 'memberi makan' bayi dengan jalan memberi makan ibu. Jadi jika ingin ambil bagian dalam aktivitas 'memberi makan' ini, layani istri saat dia kelaparan dan kehausan selagi menyusui. Karena menyusui sangat menguras energi, biasanya ibu butuh ekstra asupan kalori dan cairan sesudah menyusui.17 Ayah bisa membantu membuatkan susu hangat, telur dadar, dan camilan lain, atau potongan buah, tanpa perlu diminta, yang disajikan untuk istri.
15
Kristiyanasari, Strategi Peningkatan Pemberian ASI, h. 55.
16
Meiliasari, Keberhasilan dan Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif (Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 48. 17
Meiliasari, Keberhasilan dan Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif, h. 48.
49
6) Menyediakan anggaran ekstra Hal ini bisa diupayakan bersama istri sejak terjadi kehamilan. Menyusui membutuhkan ekstra dana paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan peralatan menyusui lainnya (bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah). Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi susu formula. 7) Menjaga romantisme Diakui atau tidak, kehadiran anak akan sedikit mengusik keintiman suami-istri. Suami sesekali bisa merasa tersisihkan atau kehilangan romantisme karena istri sibuk menjalankan peran orang tua. Sebaliknya, kadang istri juga merasa dirinya kurang seksi dan kurang bergairah selagi menyusui, akibat kelelahan dan terlebih, bergesernya fungsi payudara dari organ seksual menjadi sumber makanan bayi. Jadi penting bagi suami untuk tidak berpaling dari istrinya yang sedang menyusui. Suami harus membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal lain yang bisa menghangatkan hubungan. Dengan demikian kegiatan menyusui bayi secara eksklusif dapat dilaksanakan dengan baik.18 Di hari pertama setelah melahirkan, ibu pastilah mengalami kelelahan fisik dan mental. Akibatnya, ibu merasa cemas, tidak tenang, hilang semangat, dan sebagainya. Ini merupakan hal normal yang perlu diantisipasi suami
18
Meiliasari, Keberhasilan dan Kegagalan Praktek Pemberian ASI Eksklusif, h. 49.
50
maupun pihak keluarga. Namun dalam beberapa kasus, terutama pada anak pertama, banyak suami yang lebih sibuk dengan bayinya dari pada memperhatikan kebutuhan sang istri. Kondisi ini jika terus-menerus berlanjut maka ibu akan merasa bahwa perhatian suami padanya telah menipis sehingga muncul asumsi-asumsi negatif. Terutama yang terkait erat dengan penampilan fisiknya setelah bersalin. Tubuh yang dianggap tak lagi seindah dulu membuat suami lebih mencintai anak dari pada dirinya sebagai istri. Perasaan negatif ini akan membuat refleks oksitosin menurun dan produksi ASI pun terhambat, karena pikiran negatif ibu memengaruhi produksi ASI, maka dukungan suami sangat dibutuhkan. Pentingnya suami dalam mendukung ibu selama memberikan ASInya memunculkan istilah breastfeeding father atau suami menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan, maka akan muncul emosi positif yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI menjadi lancar. Keberhasilan memberikan ASI eksklusif selain bergantung pada ibu juga sangat bergantung pada suami maka tidak terlepas kemungkinan keterkaitan antara karakteristik suami pada ibu menyusui dengan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif dimana dukungan tersebut dipengaruhi oleh tingkat usia suami, tingkat pendidikan suami, jenis pekerjaan suami, tingkat penghasilan suami, tingkat pengetahuan suami tentang pemberian ASI Eksklusif dan sikap suami terhadap pemberian ASI eksklusif.
51
B. Kandungan dan Keunggulan ASI serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi ASI
1. Kandungan ASI ASI yang pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut dengan hind milk. Fore milk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air, sedangkan hind milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak.19 Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi dipengaruhi stadium laktasi, ras, diit ibu dan keadaan gizi. Kandungan yang terdapat dalam ASI di antaranya kolostrum, laktosa, protein, taurin, lemak, mineral, vitamin, zat kekebalan, Elektrolit, Enzim, dan Hormon 20 a. Kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.21 b. Laktosa Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan).22 19
Roesli, Kandungan dalam ASI, h. 111.
20
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak (Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008),
h. 88. 21
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 88.
22
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 89.
52
c. Protein Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula. Protein ASI dibentuk dalam ribosom pada retikulum endoplasma yang terdiri dari kasein, alpha laktalbumin dan beta laktoglobulin. Alpha laktalbumin adalah 25-30% dan total protein ASI yang merupakan penyedia terbesar asam amino untuk pertumbuhan bayi. Protein ASI berkaitan dengan fungsi tertentu seperti kasein yang membentuk miscelles dengan kalsium dan fosfat yang merupakan pengangkut penting bagi mineral tersebut. Pada bayi baru lahir (neonatus) belum mampu mengelola protein dalam jumlah besar seperti yang banyak terdapat pada susu formula. Kombinasi asam amino dalam ASI sangat sesuai secara biokimiawi untuk periode pertumbuhan bayi.23 d. Taurin Taurin adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.24 e. Lemak Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%. Lemak dalam ASI berbentuk gurnpalan yang
23
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 89.
24
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 90.
53
terdiri dari trigliserida dengan campuran fosfolipid, kolesterol, vitamin A, dan karotenoid. Trigliserida berasal dari lemak yang dimakan dan diangkut dalam darah ke payudara sebagai trigliserida dalam kilomikron. Susunan asam lemak ASI tergantung pada sumber lemak dalam makanan ibu dan keragaman jumlah lemak. Kadar lemak juga tergantung ada tidaknya cadangan lemak. Ibu dengan gizi kurang menghasilkan ASI dengan kadar lemak rendah dan asam lemak kebanyakan berantai pendek, lemak ASI menurun sampai 1 % tetapi protein dan laktosa tetap. Lemak adalah bahan penyusun yang penting bagi sistem saraf. Asam lemak dalam ASI memungkinkan bayi memperoleh energi cukup dan dapat membentuk mielin dalam susunan saraf. Pencernaan lemak ASI secara baik dilakukan oleh enzim lipase yang banyak terdapat dalam ASI sehingga memberikan energi yang cukup bagi bayi untuk pertumbuhannya.25 f. Mineral Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang.26 g. Vitamin Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D juga berasal dari sinar matahari. Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah. Vitamin A
25
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 91.
26
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 91.
54
berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam ASI.27 h. Zat Kekebalan Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit.28 i. Elektrolit ASI mengandung elektrolit (natrium, kalium, klorida) sangat rendah dibanding susu sapi sehingga tidak memberatkan beban ginjal. Pada bayi yang mendapat formula elektrolit tinggi akan mengakibatkan osmolalitas plasma yang tinggi. Hal ini akan membahayakan karena fungsi ginjal pada bayi belum sempuma sehingga sukar untuk diekskresikan (dikeluarkan). Pada bayi dengan osmolalitas plasma dan natrium tinggi bila demam atau diare ringan sangat beresiko terhadap dehidrasi hipenatremik. Selain itu bayi yang osmolalitas plasma tinggi karena selalu minum beban larut yang berat akan sering merasa haus dan minta minum. Apabila diberi susu kental menyebabkan haus dan menginginkan minum lagi dan seterusnya sehingga dapat berakibat pemberian kalori berlebihan pada bayi.29
27
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 92.
28 29
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 92.
Badriul, ASI Eksklusif Sebagai Basis Gizi Anak, h. 93.
55
j. Enzim Fungsi enzim dalam ASI disajikan pada Tabel berikut. Tabel 2. Fungsi enzim dalam ASI Enzim
Fungsi
Proses
Fosfoglukomutase,
Biosintesis komponen
Sintesis lactose
Asam lemak sintetase, Laktose sintetase Tioesterase
Sintesis asam lemak rantai sedan
Lipase
Biosintesis komponen ASI dalam kelenjar AS1 dalam kelenjar payudara Biosintesis komponen ASI Fungsi pencemaan dalam kelenjar payudara Fungsi pencemaan
Pengambilan asam Hidrolisa polisakarida, lemak Trigliserida Hidrolisa trigliserida
Protease
Fungsi pencemaan
Proteolisis
Xantin oksidase
Pengangkut
Pengangkut besi,
Glutation Peroksidase
Pengangkut
Molybdenum Pengangkut selenium
Alkalin Fosfatase
Pengangkut
Pengangkut zink,
Lipoprotein lipase Amilase
Sumber : Hamosh dalam Roesli 30 Enzim dalam ASI
berperan secara
magnesium
tidak langsung
terhadap
pertumbuhan bila fungsi enzim dalam berbagai proses metabolisme tubuh terganggu maka pertumbuhan juga akan terganggu. k. Hormon ASI mengandung beberapa hormon dan faktor pertumbuhan. Hormon dalam ASI terdiri dari kortisol, somatostatin, laktogenik, oksitosin, dan prolaktin. Faktor pertumbuhan terdiri dari faktor pertumbuhan epidermal,
30
Roesli, Kandungan dalam ASI , h. 115.
56
insulin, laktoferin dan faktor-faktor yang secara spesifik berasal dan sel epitel kelenjar payudara. Keunggulan ASI yang bersih, selalu segar, warna, bau, rasa, dan komposisi yang tidak dapat ditiru oleh susu lain bukan hanya merupakan sumber zat gizi bagi bayi tetapi juga zat anti kuman yang kuat karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergi membentuk suatu sistem imunologi. Adanya dose response pemberian ASI yang berkaitan dengan penyakit infeksi, morbiditas dan mortalitas antara bayi yang mendapat ASI eksklusif dan bayi tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko 5 kali lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas karena diare dan pneumonia dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif.31 Kesehatan bayi berhubungan dengan resistensi terhadap penyakit infeksi, penyakit kronik, alergi, dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Zat kekebalan (anti kuman) mempunyai kekebalan terhadap serangan kuman yang dapat menimbulkan penyakit infeksi. Zat kekebalan terdiri dari kekebalan seluler dan kekebalan humoral. Kekebalan seluler dilakukan oleh sel darah putih (lekosit, limfosit, plasma sel) sedangkan kekebalan humoral dilakukan oleh imunoglobulin (Ig). Ig adalah suatu golongan protein yang mempunyai daya zat anti terhadap infeksi yang termasuk dalam kelas gamma globulin.
31
Roesli, Kandungan dalam ASI, h. 117.
57
2. Keunggulan ASI Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.32 Berikut uraiannya: a. Aspek Gizi Manfaat kolostrum antara lain: 1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare; 2). Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi; (3. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran; dan 4) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.33 Manfaat ASI berdasarkan komposisinya antara lain: 1). ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut; 2) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
32
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2003), h. 75. 33
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 75.
58
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak; 3) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung
whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey
:Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. Selain itu, ASI kaya akan komposisi Taurin, DHA dan AA. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.34 Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam
tubuh
dapat
dibentuk/disintesa
dari
substansi
pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
34
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 76.
59
b. Aspek Imunologik ASI mengandung beberapa zat di antaranya: 1) anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi; 2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi; 3) Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan; 4) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan; 5) Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi; 6) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu; dan 7) faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. c. Aspek Psikologik Meningkatkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui, bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Interaksi ibu dan bayi, pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
60
kesatuan ibu-bayi tersebut. Pengaruh kontak langsung ibu - bayi, ikatan kasih sayang ibu - bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu.35 d. Aspek Kecerdasan Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.36 e. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.37 f. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. 35
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 77. 36
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 78. 37
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 78.
61
g. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).38 Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, walaupun hanya berlaku selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan catatan harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada payudara ibu merangsang hormon
prolaktin.
Hormon
prolaktin
dapat
menghambat
terjadinya
pematangan sel telur sehingga menunda kesuburan. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor ibu dan faktor bayi. a. Faktor Ibu Faktor ibu yang mempengaruhi produksi ini dibagi menjadi 3 yaitu faktor fisik ibu, dan faktor psikologis serta sosial budaya. 1) Faktor Fisik Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu- ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan 38
Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan, h. 79.
62
dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua.39 Produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan selama masa menyusui.40 Asupan yang kurang dari 1500 kalori perhari dapat mempengaruhi produksi ASI. Asupan cairan yang cukup 2000 cc perhari/±8 gelas perhari dapat menjaga produksi ASI ibu. 2) Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu.41 Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara.42 Ibu-ibu dengan depresi postpartum (setelah melahirkan) dapat mempengaruhi produksi ASI. 3) Faktor Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus 39
Koenjaraningrat, Kesehatan Ibu & Anak (Cet. II; Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia, 2006), h. 74. 40
Utami R, ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis (Cet. II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002), h. 39. 41
Utami R, ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis, h. 49.
42
Yekti Anis, dan Agus T, ASI Akslusif ; Status Kini dan Harapan di Masa Depan (Cet. V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 123.
63
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. 4) Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai
64
bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: (a) Reflek Prolaktin Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI. (b) Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection) Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
65
5) Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan. 6) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung
estrogen
dan
progesteron. Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
66
7) Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. 8) Faktor Sosial Budaya Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal- hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui.43 Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI. 9) Inisisasi Menyusui Dini (IMD) Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu hingga 2 jam pertama masa kehidupannya.44 Bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI lancar. 10) Frekuensi Menyusui Kebiasaan menyusui setiap dua-tiga jam menjaga produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga didukung jika ibu melakukan perlekatan yang benar, 43
Afiyanti dalam Mutiara T. Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera (lamk)) pada Tikus Putih Galur Wistar. Laporan Hasil Penelitian Disertasi. Universitas Brawijaya, 2011, h. 221. 44
Syahmin, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita Melalui Pemberian ASI (Cet. IV; Jakarta: Batara Karya Aksara, 2010), h. 61.
67
sehingga pengeluaran ASI menjadi efektif.45 Rata-rata bayi baru lahir menyusui adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau kadang lebih dari 18 kali. 11) Lamanya Menyusui Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam b. Faktor Bayi 1) Frekuensi Penyusuan Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusui. Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. 46 Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
45
Gartner dalam Deddy Muchtadi Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan (Cet. II; Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2005), h. 83. 46
Hadju, Peningkatan Status Gizi Anak Balita Melalui Perbaikan Kualitas ASI (Makassar: Pusat Studi Gizi dan Pangan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, 2000), h. 59.
68
2) Berat Lahir Berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan asupan yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14 hari pertama setelah lahir. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (>2500 gr).47 Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. 3) Umur Kehamilan Saat Melahirkan Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol.48 Adapun kadar berbagai mineral ASI pada berbagai usia menyusui disajikan pada Tabel berikut: 47
Hadju, Pertumbuhan Anak dan Pola Pemberian ASI (Makassar: Pusat Studi Gizi dan Pangan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, 2001), h. 72. 48
Matheson, dalam Hadju, Pertumbuhan Anak dan Pola Pemberian ASI (Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), h. 76.
69
Tabel 1. Kadar Mineral ASI pada Berbagai Usia Menyusui Usia Menyusui (Bulan) 1-3 4-6 7-9 10-12 13-19 19
Ca
257 236 175 170 180 150
Konsentrasi dalam ASI (ppm) Copper Besi Zn Mn 0,43 0,33 0,31 0,24 0,28 0,27
Sumber : Vaughan dalam Roesli 49
0,49 0,43 0,42 0,38 0,38 0,42
1,60 1,05 0,75 0,63 0,69 0,59
0,020 0,024 0,025 0,018 0,014 0,019
Mg 31 37 26 29 30 26
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi asupan ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak secara langsung dan tidak langsung. C. Landasan Teologis Normatif dan Yuridis Formal dalam Pemberian ASI Pengaturan pemberian ASI Eksklusif ditujukan untuk menjamin pemenuhan
hak
bayi,
memberikan
perlindungan
kepada
ibu,
dan
meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah daerah terhadap pemberian ASI Eksklusif. Menyusui dan ASI Eksklusif merupakan persoalan mendasar dan bernilai sangat startegis sehingga perlu diatur sampai dengan tingkat Peraturan Pemerintah (PP) Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang ASI sampai menjadi Peraturan Pemerintah tentang Pemberian 49
Roesli, Kandungan dalam ASI (Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 98.
70
ASI Eksklusif setidaknya dibutuhkan waktu paling tidak sekitar lima tahun untuk menggolkan regulasi tersebut. PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif telah diundangkan sekaligus mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2012. PP ini terdiri dari 10 bab, 43 pasal dengan total 55 ayat, dan mengatur 7 hal pokok, yaitu 1) tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota; 2) Air Susu Ibu; 3) penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya; 4) tempat kerja dan tempat sarana umum; 5) dukungan masyarakat; 6) pendanaan; dan 7) pembinaan dan pengawasan. PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif lahir sesuai dengan amanat Undang-undang tentang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab VII Pasal 129 ayat 234. Dilihat dari struktur isi, PP Nomor 33 Tahun 2012 meliputi Bab I Ketentuan Umum (2 pasal), Bab II Tanggung Jawab (3 bagian, 3 pasal), Bab III ASI (5 bagian, 9 pasal), Bab IV Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk lainnya (15 pasal), Bab V Tempat Kerja dan Tempat Sarana Umum (6 pasal), Bab VI Dukungan Masyarakat (1 pasal), Bab VII Pendanaan (1 pasal), Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan 2 pasal, Bab IX Ketentuan Peralihan (1 pasal), dan Bab X Ketentuan Penutup (2 pasal), serta ditambah bagian penjelasan yang terdiri dari 2 bagian, yaitu umum dan pasal demi pasal. PP ini terdiri dari 10 bab, 43 pasal dengan total 55 ayat, dan mengatur 7 hal pokok, yaitu 1) tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
71
dan pemerintah daerah kabupaten/kota; 2) Air Susu Ibu; 3) penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya; 4) tempat kerja dan tempat sarana umum; 5) dukungan masyarakat; 6) pendanaan; dan 7) pembinaan dan pengawasan.50 Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang ASI sampai menjadi PP tentang Pemberian ASI Eksklusif setidaknya dibutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk sampai menjadi PP.51 Pemberian ASI Eksklusif telah diundangkan sekaligus mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2012. Substansi yang diatur seperti tentang ASI dan susu formula merupakan isu cukup penting dan sudah lama bergulir. Dalam perspektif agama dan kesehatan, pembicaraan ASI sudah sangat jelas. Pada saat ini juga tengah dibahas Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur Tata Cara Pengenaan Sanksi Administrasi, Pemberian ASI Eksklusif dari Pendonor ASI dan Tata cara penggunaan Susu Formula Bayi dan produk bayi lainnya sebagai amanat dari Peraturan Pemerintah RI No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. PP nomor 33 tahun 2012 merupakan produk hukum dengan kekuatan hukum yang jelas, tegas dan tertulis. Dalam ketentuan peralihan disebutkan bahwa pada saat PP ini mulai berlaku, pengurus tempat kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum, wajib menyesuaikan dengan ketentuan PP ini paling lama 1 (satu) tahun. PP nomor 33 tahun 2012 genap berlaku 1 50
Sumber: http://rahmahzelectry.blogspot.com/2014/03/regulasi-diri.html (diakses: 20/03/2014) 51
Regulasi
Diri
Sandra Fikawati dan Ahmad Syafiq. Kajian Implementasi dan Kebijakan ASI dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia (Cet. II; Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013), h. 3.
72
tahun pada tanggal 1 Maret 2013. Dalam PP tersebut terdapat toleransi waktu. Hal ini sesuai dengan prinsip dalam agama yang tidak ingin memberatkan. Kekuatan besar juga terdapat pada amanat PP sesuai dengan perintah dalam al-Qur’an (QS. Al-Baqarah/2: 233), (QS. Lukman/31: 14, (Q.S. AlAhqaaf/46: 15). Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan tentang ASI eksklusif dalam Al-Qur’an, namun perintah kepada ibu untuk menyusukan bayinya sampai 2 tahun untuk menyempurnakan susuannya merupakan landasan moril, kekuatan spiritual dan nyata untuk dapat meningkatkan peran dakwah Islam dalam membantu peningkatan pemberian ASI eksklusif. Kekuatan regulasi PP 39 tahun 2012, selain dilihat berdasarkan dukungan peraturan perundangan dalam bentuk PP, amanat UU, perintah agama, peran dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kebijakan program ASI eksklusif saat ini mulai banyak organisasi di masyarakat sebagai bentuk kepedulian dalam mendukung terwujudnya ibu menyusui secara eksklusif. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur enam bulan, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Meskipun dalam Islam tidak secara tegas menjelaskan tentang ASI eksklusif, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasari oleh bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya.
73
Setidaknya dalam Al-Qur’an, terdapat 3 ayat menyebutkan lamanya waktu menyusui atau menyapih bayi.52 WHO/UNICEF dalam Global Strategy
for Infant and Young Child Feeding merekomendasikan empat hal penting dalam pemberian makanan bayi dan anak, yaitu 1) Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir; 2) Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan; 3) Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan 4) Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.53 Dengan demikian, rekomendasi WHO/UNICEF ini sejalan dengan apa yang telah diperintahkan dalam AlQur’an. Walaupun sudah banyak diketahui mengenai manfaat memberikan ASI, adanya perintah agama dan rekomendasi WHO/UNICEF serta dukungan berbagai regulasi terkait, tetapi tingkat kesadaran masyarakat untuk memberikan ASI kepada bayinya masih rendah. Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja, pada Bab III mengenai Tugas dan Tanggung Jawab disebutkan bahwa Menteri Kesehatan salah satunya bertugas dan bertanggung jawab menyediakan, menyebarluaskan bahan-bahan komunikasi, informasi dan edukasi tentang peningkatan pemberian ASI. 52
Lihat QS. An-nisaa/4: 23, QS. Al-Hajj/22: 2, QS. Al-Qashash/28: 7 dan 12, QS AnNahl/16: 66, QS. Al- Mukminuun/23: 21, dan QS. Muhammad/ 47: 15, disebutkan tentang sepersusuan/menyusui/susu dalam konteks lain. 53
Depkes RI, Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI, (Jakarta, 2008),
h.14.
74
Pemberian ASI Eksklusif pada pasal 11 dinyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif oleh pendonor ASI karena ibu kandung tidak dapat memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya, maka diperlukan persyaratan diantaranya identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau keluarga dari bayi penerima ASI, serta ketentuan bahwa pemberian ASI oleh pendonor ASI wajib dilaksanakan berdasarkan norma agama dan mempertimbangkan aspek sosial budaya, mutu, dan keamanan ASI.54 Pemberian ASI eksklusif tidak hanya menjadi isu nasional, tetapi merupakan komitmen global. Berdasarkan identifikasi terhadap peraturan perundangan yang ada terkait ASI eksklusif, terlihat adanya kontrol pemerintah untuk mendukung ASI eksklusif. Selain dalam bentuk peraturan perundangan, juga terdapat kebijakan dan program berbagai peraturan perundangan pemberian ASI, khususnya di kementerian terkait, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Berbagai bentuk intervensi kontrol pemerintah dalam bentuk peraturan perundangan berupa Undang-undang yang mendukung pemberian ASI adalah khususnya UU No. 49 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan merupakan landasan hukum bagi lahirnya Peraturan Pemerintah No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. 54
Depkes RI, Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI, h. 17.
75
Lahirnya PP tersebut dalam prosesnya mengalami kendala dan hambatan khususnya dari dunia usaha/industri sehingga dimungkinkan dalam implementasinya juga terdapat permasalahan.55 Dalam PP ini juga terdapat substansi yang memerlukan kajian dan tindak lanjut, diantaranya adalah evaluasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja, penelitian dan pengembangan program ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota, pertimbangan norma agama, aspek sosial budaya, mutu, dan keamanan ASI terkait pemberian ASI Eksklusif dari pendonor ASI; tata cara pengenaan sanksi administrasi bagi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, tata cara penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya, dan tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI. Selain itu, implementasi kebijakan harus dilihat sinergisitasnya dan tidak berbenturan dengan kebijakan atau peraturan lainnya di tingkat perusahaan. Misalnya adalah ketentuan tentang jam kerja. Aspek kontrol dan pengendalian pemberian ASI Eksklusif tampak juga pada aktivitas yang secara langsung disebut, diantaranya adalah pengaturan pemberian ASI, advokasi dan sosialisasi, pembinaan, pengawasan, evaluasi, kerjasama, akses terhadap informasi dan edukasi, kerja sama, dan ketentuan tentang sanksi, dukungan masyarakat, ketentan pendanaan dan pembiaan dan penawasa, peran SDM di bidang kesehatan, peran dan dukungan keluarga dan
55
Peraturan Pemerintah No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sudah mulai pembahasannya sejak November 2006 (saat itu bernama RPP Pemasaran Susu Formula) dan baru bulan Maret 2012 disahkan.
76
masyarakat, pengawasan terhadap produsen atau distributor susu formula bayi dan/atau produk bayi lainnya. Kontrol dan pengendalian merupakan bentuk sikap tanggung jawab. Dalam PP 39 terdapat pembagian tanggungjawab kepada pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam program pemberian ASI Eksklusif (pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 PP nomor 33 tahun 2012). Adanya sanksi-sanksi juga merupakan bentuk upaya untuk mengontrol dan mengendalikan atau membatasi meluasnya susu formula. Regulasi diri dalam program ASI Eksklusif diharapkan para pihak terkait dapat mendorong sepenuhnya untuk keberhasilan program ASI Eksklusif. Dalam PP nomor 33 tahun 2012 regulasi diri secara internal dapat ditujukan kepada berbagai sasaran, seperti ibu-ibu yang diharuskan menyusui bayinya, dan tenaga kesehatan untuk konsisten mendukung keberhasilan program ASI. Perlunya tuntutan masyarakat melalui pemahaman dan peningkatan kesadaran arti pentingnya pemberian ASI eksklusif melaui sosialisasi secara lebih luas ke seluruh lapisan masyarakat. Islam merupakan agama persamaan dan keadilan. Allah swt bersifat adil, cinta keadilan dan mengasihi orang yang bersifat adil. Regulasi, PP nomor 33 tahun 2012 merupakan peraturan perundangan yang lahir sebagai amanat (setingkat di bawah undang-undang) yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah Indonesia. 2) PP nomor 33 tahun 2012 merupakan contoh yang baik untuk jenis regulasi dengan kekuatan berada di pemerintah. Delegasi pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
77
program ASI Eksklusif diberikan kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. D. Kerangka Konseptual Pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar, karena menyusui merupakan persoalan mendasar dan bernilai sangat startegis sehingga perlu diatur sampai dengan tingkat Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif bab III, pasal 6, yakni: “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya”56 Pemberian ASI selain cukup jumlah dan mutunya, perlu perhatian pula kebersihannnya karena dapat menyebabkan anak menderita infeksi. ASI yang kurang mencukupi kebutuhan dapat menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan atau menderita gizi kurang. Untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan maka jumlah dan jenis serta ASI yang sangat dipengaruhi oleh pemberian dan jumlah yang diberikan pada setiap kali pemberian dianjurkan 4-5 kali setiap hari. Pentingnya pemberian ASI bukan hanya sebatas pengasuhan anak terhadap pertumbuhannya, akan tetapi pemberian ASI merupakan proses pendidikan secara dini, karena dalam memberi ASI banyak praktek pendidikan yang dilakukan oleh orang tua, meskipun orang tua kurang menyadari. 56
Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif bab III, pasal 6, (www. Tinjauan-PP-ASI-Perspektif-Regulasi, di akses tanggal 3 Juli 2013).
78
Oleh karena itu, Islam secara tegas telah memerintahkan agar bayi diberikan ASI oleh ibunya atau oleh orang lain selama dua tahun penuh, menyebutkan masa penyapihan bayi dalam umur dua tahun, dan masa mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Dari penjelasan ayat tentang anjuran menyusui, beberapa ahli kedokteran berpendapat bahwa menyusui anak memberikan banyak manfaat pada anak dan ibu di antaranya anak lebih jarang sakit, mengurangi risiko alergi, anak menjadi lebih pintar dan banyak keuntungan untuk ibu misalnya mengurangi risiko kanker rahim, dapat menurunkan berat badan dan lain-lain. Tidak tanggung-tanggung menurut WHO setiap ibu dianjurkan untuk menyusui anaknya secara exclusive enam bulan, dan dilanjutkan sampai satu tahun, dua tahun, atau sampai kapanpun ibu dan anak menginginkannya. Pemberian ASI pada anak usia dini selama dua tahun sangat baik bagi perkembangan mental dan psikis anak karena masa menyusui adalah masa yang sangat sensitif bagi anak dan masa yang membentuk kepribadiannya. Dalam pemberian ASI, secara otomatis ibu memberi keteladanan kepada anaknya yang merupakan bagian dari sejumlah metode paling ampuh dan efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spritual, dan soial. Sebab keluarga dalam hal ini orang tua merupakan contoh ideal bagi anak-anaknya. Tingkah laku, sopan santun, dan kaih sayangnya akan ditiru oleh anaknya, disadari atau tidak, bahkan semua keteladan itu akan melekat pada diri anak. Dengan demikian, pemberian ASI kepada anak merupakan proses pendidikan sejak dini.
79
Alur penelitian disertasi ini, didigambarkan pada kerangka konseptual, sebagai berikut: Kerangka Konseptual 1. UU RI. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. PP RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. 3. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif.
Al-Qur’an Hadis Ijtihad 2. QS al-Baqarah/2: 233 3. QS Luqma>n/31: 14, dan 4. QS al-Ahqa>f/46: 15
Pemberian ASI Masalah dalam Pemberian ASI dan Solusinya a. Masalah 1) Puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri)Payudara mengalami pembengkakan 2) Bentuk putting melekat ke dalam (retracted nipple) 3) Saluran untuk keluarnya ASI tersumbat b. Solusi
1) Breast care 2) Pijat Oksitosin 3) Memperhatikan Posisi Bayi
Manfaat Pemberian ASI a. Sebagai Nutrisi Terbaik b. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh c. Meningkatkan Kecerdasan d. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang e. Bermanfaat bagi Ibu Menyusui
Rekonstruksi Hasil Penelitian
Pandangan Islam terhadap Pemberian ASI pada Anak Usia Dini 1. Anjuran Pemberian ASI kepada Anak dalam al-Qur’an ditinjau dari Aspek Pendidikan Islam QS al-Baqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15 Mendidik anak usia dini melalui pemberian ASI berdasarkan pengertian pendidikan Islam yaitu: 1) al-Tarbiyah 2) alTa’li>m, dan 3) al-Ta’di>b
BAB III KEDUDUKAN, HAK DAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI A. Pengertian dan Kedudukan Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Pengertian anak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah “manusia yang masih kecil atau orang berasal atau dilahirkan, orang yang termasuk dalam sesuatu golongan pekerjaan, keluarga, dan sebagainya.”1 Anak merupakan anugerah dan amanah dari Allah kepada manusia yang menjadi orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat bertanggung jawab penuh agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya, sesuai dengan tujuan dan kehendak Allah swt. Dalam Islam, eksistensi anak melahirkan adanya hubungan vertikal dengan Allah, dan hubungan horisontal dengan orang tua dan masyarakatnya, yang bertanggung jawab untuk mendidiknya menjadi manusia yang beragama. Walaupun fitrah kejadian anak itu suci, tetapi ia mempunyai potensi untuk menjadi baik atau buruk, sehingga tetap saja perkembangan selanjutnya ditentukan
oleh
pendidikan
dan
pembinaan
yang
dilakukan
oleh
lingkungannya.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Bahasa Indonesia (Cet. XI; Jakarta : Balai Pustaka, 2007), h. 35.
80
81
2. Kedudukan Anak a. Anak sebagai Ujian Sebagai ujian, seorang anak terkadang membuat orang tua tidak sedang, dan terkadang pula membuat hati orang tua gembira dan bahagia. Oleh karenanya, Allah swt. memerintahkan manusia agar berhati-hati dalam mengasuh anak. Firman Allah dalam QS at- Taga>bun/64: 14.
ْ صفَح ْ ُيََٰٓأَيُّهَب ٱنَّ ِزيهَ َءا َمىُ َٰٓى ْا إِ َّن ِم ۡه أَ ۡص َو ِج ُكمۡ َوأَ ۡونَ ِذ ُكمۡ َع ُذ ّٗ ّوا نَّ ُكمۡ فَٱ ۡح َزسُوهُمۡ َوإِن رَ ۡعف ۡ َىا َور ُىا ْ َورَ ۡغفِش ٞ ُُوا فَئ ِ َّن ٱ َّّللَ َغف ٔٗ ىس َّس ِحي ٌم Terjemahnya: Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Yang dimaksud musuh dalam ayat di atas kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan berbagai perbuatan yang tidak dibenarkan oleh ajaran Islam, karena orang tua terkadang sangat mencintai anaknya secara berlebihan. Dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa seorang anak itu merupakan ujian. Firman Allah swt dalam QS al- Anfa>l/8: 28.
ٕ٢ يمٞ خ َوأَ َّن ٱ َّّللَ ِعى َذ َٰٓيۥُ أَ ۡج ٌش َع ِظٞ ََوٱ ۡعهَ ُم َٰٓى ْا أَوَّ َمبَٰٓ أَمۡ َىنُ ُكمۡ َوأَ ۡونَ ُذ ُكمۡ فِ ۡزى Terjemahnya:
82
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.2 Ayat yang disebutkan pertama (QS al-Anfa>l/8: 28) memberi petunjuk bahwa harta dan anak adalah ujian besar yang dibebankan oleh Allah kepada manusia. Bahkan, menurut al-Maraghi, fitnah yang dapat ditimbulkan oleh anak lebih besar daripada harta benda, sehingga seseorang biasanya mencari harta yang haram atau mengambil harta orang lain dengan cara yang batil, demi kepentingan anak-anaknya dan atas dasar kecintaan kepada anaknya.3 Cinta kepada anak seringkali menyebabkan orang tua membanggakan anaknya. Mereka sering dengan semangat meluap-luap menceritakan anaknya kepada teman atau kawannya. Diceritakan bahwa anaknya amat lucu, amat cerdas, amat pemberani, dan lain-lain. Kadang-kadang cerita itu menjemukan orang yang mendengarnya. Sebaliknya, sangat jarang orang tua yang dengan jujur menceritakan kepada temannya bahwa anaknya bodoh, nakal, penakut, dan sebagainya. Prilaku orang tua yang demikian, sebenarnya tidaklah terlalu salah sebab itu adalah salah satu kewajaran manusia. Jika orang menceritakan dengan bangga bahwa anaknya banyak, maka orang tahu hewan juga banyak anaknya. Jadi, membanggakan anak dari segi jumlah, tidaklah logis. Membanggakan anak dari segi rupanya yang cantik atau tampan, juga kurang 2
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h. 264. 3
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi Jilid III, Juz IX (Bairut: Dar al-Fikr, 1984),
h. 195.
83
logis karena kecantikan dan ketampanan bukanlah ukuran keberhasilan dalam mendidik. Hal yang patut dibanggakan adalah kepintarannya, keberaniannya. Kadang-kadang orang tua merasa bahwa jika anaknya kuat dan cerdas, maka hidupnya akan aman. Oleh karena itu, mereka tidak banyak bergantung lagi kepada Allah, sehingga lama-kelamaan mereka meninggalkan Tuhannya. Seringkali orang tua membela anaknya yang jelas-jelas berbuat salah, bahkan sampai orang tua itu lupa bahwa membela yang salah adalah pelanggaran aturan Allah. Artinya, ia lupa kepada Allah. Orang tua dapat juga menjadi budak anaknya, ia merasa wajib memenuhi segala keinginan anaknya, sampai ia kalah oleh anaknya. Kewibawaan orang tua telah hilang, ia dibentak oleh anaknya karena terlambat atau tidak mampu memenuhi permintaan anaknya. Bila ia menyuruh anaknya salat pada subuh hari, ia tidak berani membangunkannya, takut anaknya kaget atau khawatir anaknya marah. Amar ma’rif nahyi munkar tidak dapat lagi dilakukannya terhadap anaknya, sekalipun kepada orang lain ia mampu. Dalam keadaan seperti itu, orang tua telah lupa kepada Allah karena anaknya. Kesibukan mencari nafkah dapat menyebabkan orang tua lupa mengerjakan ibadah seperti salat dan puasa, bahkan lupa pula bahwa ia wajib jujur.6
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 161-162.
84
Untuk itu, tidak sepantasnya anak dan harta menjadi penghalang untuk mengingat Allah, sebab terkadang ada seseorang yang terlena terhadap harta dan anak-anak yang dimilikinya sehingga ia tidak pernah melakukan kewajibannya sebagai hamba Allah. Dalam hal ini, patutlah menjadi renungan apa diperingatkan oleh Allah dalam QS al-Muna>fiqu>n/63: 9.
َٰٓ ْ ُيََٰٓأَيُّهَب ٱنَّ ِزيهَ َءا َمى َٰٓ َ ىا ََل رُ ۡه ِه ُكمۡ أَمۡ َىنُ ُكمۡ َو ك هُ ُم َ ِك فَأُوْ نَئ َ َِل أَ ۡونَ ُذ ُكمۡ عَه ِر ۡك ِش ٱ َّّللِ َو َمه يَ ۡف َع ۡم َرن ٩ َٱ ۡن َخ ِسشُون Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anakanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.4 b. Anak Sebagai Hiasan Keluarga Secara fitrah, mansia yang sudah berkeluarga berkeingian untuk memiliki keturunan, yakni seorang anak yang akan menjadi buah hati dan belahan jiwa dan hiasan hidup. Anak sebagai hiasan keluarga dalam QS Ali Imran/3: 14
ۡ ۡ َّ َط َش ِح ِمه َ يش ۡٱن ُمقَى َّ ِت َو ۡٱنف ض ِخ ِ َٱنزه ِ بس حُتُّ ٱن َّشهَ َى ِ َُّصيِّهَ نِهى ِ د ِمهَ ٱنىِّ َسبَٰٓ ِء َوٱنجَ ِىيهَ َوٱنقَىَ ِط َّ ك َمزَ ُع ۡٱن َحيَى ِح ٱن ُّذ ۡويَب َو ٔٗ ة َ ِس َرن ِ ٱّللُ ِعى َذيۥُ ح ُۡس ُه ۡٱن َمَب ِ َو ۡٱن َخ ۡي ِم ۡٱن ُم َس َّى َم ِخ َو ۡٱۡلَ ۡو َع ِم َو ۡٱن َح ۡش Terjemahnya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari 4
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 937.
85
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Anak sebagai perhiasan perlu dijaga keindahan perilakunya, sehingga ia benar-benar berfungsi sebagaihiasan yang menyejukkan hati dan indah dipandang mata. Perhatikan firman Allah swt. dalam QS al-Furqa>n/25: 74.
ۡ َوٱنَّ ِزيهَ يَقُىنُىنَ َسثَّىَب ه َۡت نَىَب ِم ۡه أَ ۡص َو ِجىَب َو ُر ِّسيَّزِىَب قُ َّشحَ أَ ۡعي ُٖه َو ٤ٗ ٱج َع ۡهىَب نِ ۡه ُمزَّقِيهَ إِ َمب ًمب Terjemahnya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. QS al-Kahfi/18: 46.
ُ صهِ َح ُ َٱ ۡن َمب ُل َوٱ ۡنجَىُىنَ ِصيىَخُ ٱ ۡن َح َيى ِح ٱن ُّذ ۡويَب َوٱ ۡنجَقِي َّ ذ ٱن ك ثَ َىاثّٗ ب َو َخ ۡي ٌش أَ َم ّٗٗل َ ِّذ َخ ۡي ٌش ِعى َذ َسث Terjemahnya: Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.5 Adapun ayat yang disebutkan kedua (QS al-Kahfi/18: 46) menunjukkan bahwa harta dan anak adalah perhiasan duniawi. Kedudukan anak sebagai perhiasan memang selalu didambakan oleh setiap keluarga, karena selain sebagai penghibur dalam rumah tangga, juga merupakan generasi penerus bagi keluarga itu. Manusia mempunyai sifat menyenangi harta dan anak-anak. Bila
5
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 450.
86
orang tua memanng telah mencintai anaknya, maka tentulah ia tidak akan sulit mendidik anaknya. c. Anak sebagai Generasi Penerus Sebagai generasi penerus orang tua, anak perlu dibimbing dan dibina sedini mungkin agar tidak menjadi generasi yang lmah, generasi yang bodoh. Anak wajib dididik agar menjadi generasi penerus yang tangguh, teramil, cakap dalam memperjuangkan hidup dan kehidupan bagi dirinya dan juga manfaat bagi lingkngannya. Allah swt. berfirman agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah dalam QS an-Nisa>/4: 9.
ْ ُىا ٱ َّّللَ َو ۡنيَقُىن ْ ُىا َعهَ ۡي ِهمۡ فَ ۡهيَزَّق ْ ُض َعفًب َخبف ْ ش ٱنَّ ِزيهَ نَ ۡى رَ َش ُك ىا قَ ۡى َّٗل َ َو ۡنيَ ۡخ ِ ىا ِم ۡه َخ ۡهفِ ِهمۡ ُرسِّ ي َّّٗخ ٩ َس ِذيذًا Terjemahnya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Dalam pandangan Islam, anak itu sebagai harapan orang tua yang datang sebagai penerus keturunan dan juga sebagai tumpuan harapan umat dalam membela ajaran Islam. Dengan demikian, anak yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah (suci), maka menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik dan membinanya sesuai dengan fitrah manusia. Hal itu sesuai dengan firman Allah swt dalam QS Ar-Ruum/30: 30
87
ۡ َ بس َعهَ ۡيهَب ََل رَ ۡج ِذ َ ِّيه َح ِى ّٗيفب فِ ۡط َش ك َ ِّلل َرن َ فَأَقِمۡ َو ۡج َه َ َّّلل ٱنَّزِي فَطَ َش ٱنى ِ َّ ق ٱ ِ َّ د ٱ ِ ك نِهذ ِ يم نِ َخه ۡ ُ ٱ نذ ٖٓ َبس ََل يَ ۡعهَ ُمىن ِ َِّّيه ٱنقَيِّ ُم َونَ ِك َّه أَ ۡكثَ َش ٱنى Terjemahnya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.6 Keluarga sebagai pranata sosial pertama dan utama, tak disangkal lagi memunyai arti paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh putra putri yang tengah mencari makna kehidupannya. Meskipun diakui bahwa keluarga bukan merupakan satusatunya pranata yang menata kehidupannya, karena di samping keluarga, masih banyak pranata sosial lainnya yang secara kontributif mempunyai andil dalam pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama dan utama yang dikenal oleh anak. Keluarga mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. B. Hak Anak dari Orang Tua Hak dan kewajiban anak adalah merupakan timbal balik dari hak dan kewajiban orang tua. Kalau dikatakan hak anak, maka itu berarti kewajiban orang tua. Sebaliknya, jika dikatakan kewajiban anak, maka itu berarti hak
6
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 83
88
orang tua. Untuk itu, pada uraian berikut ini akan dikemukakan secara sistematis hak dan kewajiban anak. 1. Hak Hidup Setiap anak, terkecuali yang meninggal sebelum lahir, mempunyai hak hidup. Kedua orang tuanya tidak boleh merenggut nyawa anaknya, baik dengan cara membunuh atau menanamnya hidup-hidup. Bahkan, kedua orang tua berkewajiban menjaga kesehatan dan keamanan anaknya agar bisa hidup secara tenteram, damai dan bahagia. Perlunya menjaga keselamatan anak dan larangan membunuhnya, ditegaskan dalam Alquran surah al-Isra>'/17: 31.
ّٗ َِو ََل رَ ۡقزُهُ َٰٓى ْا أَ ۡونَ َذ ُكمۡ َخ ۡشيَخَ إِمۡ هَ ٖق وَّ ۡح ُه وَ ۡش ُصقُهُمۡ َوإِيَّب ُكمۡ إِ َّن قَ ۡزهَهُمۡ َكبنَ ِخ ّۡٗطب َكج ٖٔ يشا Terjemahnya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.7
2. Hak Perlindungan Kedua orang tua berkewajiban memberi perlindungan terhadap hal-hal yang dapat membahayakan diri anaknya, baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Perlindungan yang dimaksud, berkaitan dengan jiwanya maupun
7
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 428.
89
hartanya. Jika orang tua lalai dalam melakukan kewajibannya tersebut, maka ia dapat dituntut di muka Pengadilan Agama (KHI pasal 98).8 Dan lebih bahaya lagi, ia akan dimintai pertanggungan jawabnya di hari kemudian nanti. 3. Hak Pendidikan Setiap orang tua wajib mendidik anaknya dengan baik. Pendidikan itu dimulai sejak masih dalam kandungan sampai anak itu lahir dan menjadi dewasa. Kewajiban itu berlaku, baik di rumah maupun di luar rumah. di dalam rumah tangga orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan adalah pendidikan dalam keluarga. Selanjutnya mendidik anak adalah tugas yang sangat mulia. Sebagai orang tua memegang peranan penting dalam mendidik anak di lingkungan rumah tangga. Sebab orang tua yang hampir setiap hari berada di rumah. Karena orang tua adalah guru yang pertama dan paling penting bagi anak. Pelajaran yang penting dipelajari oleh anak selama tujuh tahun pertama dalam kehidupannya lebih banyak diarahkan terhadap pembentukan tabiat dari pada segala perkara yang akan dipelajari pada tahun-tahun berikutnya.
8
Pasal 98 Kompilasi Hukum Islam berbunyi: (a) batas usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacad fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan, (b) orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan, (c) Pengadilan Agama dapat menunjuk salah seorang kerabat terdekat yang mampu menunaikan kewajiban tersebut apabila kedua orang tuanya tidak mampu. Baca: Achmad Roestandi dan Muchjidin Effendie, Komentar atas UU.No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Dilengkapi Kompilasi Hukum Islam (Cet.I; Bandung: Nusantara Prss, 1991), h. 266.
90
Orang tua khususnya seorang ibu sangat berperan dalam pendidikan keluarga. Tuhan telah memerintahkan supaya keluarga menjadi tempat pendidikan yang paling ampuh dan penting dari semuanya. Pendidikan anak harus dimulai dari rumah tangga sebab rumah tangga itulah sekolah yang pertama. Karena itulah, ibu sebagai guru yang pertama harus belajar segala pelajaran yang akan memimpinnya sepanjang hidupnya, yaitu pelajaranpelajaran tentag penghormatan, penurutan, pengendalian diri, dan kejujuran. Inilah mata pelajaran dasar yan perlu diajarkan seorang ibu dalam rumah tangga.9 Oleh karena itu, pendidikan dalam rumah tangga bukan berpangkal dari mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan demi membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dengan anak. Dengan demikian, orang tua terutama ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunya yang selalu ada di sampingnya. Oleh karenanya, ia meniru perangai dan kebiasaan ibunya. Biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya jika ibunya menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal oleh anak, yang mula-mula menjadi teman setianya, 9
2006), h. 1
Henry N. Siahaan, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak (Cet. IX; Bandung : Angkasa,
91
dan mual-mula dipercayainya. Apapun yang dilaksanakan atau diamalkan oleh ibunya akan diikutinya kecuali jika apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung di dalam hati anak-anaknya, bahkan ketika anak itu sudah beranjak dewasa, dengan kasih sayang seorang ibu dapat mengambil hati anaknya selama-lamanya. Tanggung jawab pendidikan bagi anak orang tua tidak bisa menolak tanggung jawab itu, karena telah merupakan amanah dari Allah swt yang dibebankan kepada mereka.10 Pertama-tama yang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarga, baru kemudian kepada masyarakat luas. Hal itu berarti, di dalamnya terkandung makna bahwa keselamatan keluarga harus lebih dahulu mendapat perhatian atau harus didahulukan ketimbang keselamatan masyarakat. Keselamatan masyarakat pada hakikatnya bertumpu pada keselamatan keluarga. Ini dapat dipahami dalam QS Asy-Syuara/26: 214.
ٕٔٗ َك ۡٱۡلَ ۡق َشثِيه َ َيشر َ َوأَو ِز ۡس َع ِش Terjemahnya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.11 Sejalan dengan ayat tersebut, Nabi Muhammad saw bersabda:
10
Zakiah Dradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam Edisi IV (Cet. VIII; Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h. 36 11
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 589
92
ص َّل هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُك ُّل َم ْول ُ ْو ٍد ي ُْولَ ُد َ ُّ َقا َل ال ًّّن ِبى: َعنْ أَ ِبى ه َُري َْر َة َرضِ َي هللا ُ َع ْن َها َقا َل 12 َعلَى ْال ِف ْط َر ِة َفأ َ َبواهُ ُي َهوِّ َدا ِن ِه أَ ْو ُي َنص َِّرا ِن ِه أَ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِه Artinya: Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda : setiap anak itu dilahirkan dengan membawa fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi. Dari ayat dan hadis tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya ke jalan yang memberi manfaat. Selanjutnya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Apalagi dengan pertimbangan bahwa ibu adalah orang pertama yang menangani pendidikan seorang anak, sekaligus orang yang menduduki posisi utama dalam pendidikan anak itu sendiri. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Dalam
rangka
memenuhi
tanggung
jawab
keagamaan
dan
kemanusiaan, maka sudah saatnya untuk meninjau kembali tentang sikap orang tua selama ini terhadap anak-anaknya. Untuk mempersiapkan masa depan masyarakat dan bangsa, sangat erat hubungannya dengan sikap dan prilaku orang tua terhadap anak-anak mereka pada saat ini. Inti tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari siksaan neraka dalam sebagaimana QS at-Tahrim/66: 6. 12
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhary, Shahih Bukhari Juz I (Indonesia : Maktabah Dahlan, t.th.), h. 532
93
َٰٓ ْ ُيََٰٓأَيُّهَب ٱنَّ ِزيهَ َءا َمى ظٞ ىا قُ َٰٓى ْا أَوفُ َس ُكمۡ َوأَ ۡههِي ُكمۡ وَ ّٗبسا َوقُى ُدهَب ٱنىَّبسُ َو ۡٱن ِح َجب َسحُ َعهَ ۡيهَب َمهَئِ َكخٌ ِغ َٗل َّ ََاد ََّل يَ ۡعصُىنٞ ِشذ ٦ َٱّللَ َمبَٰٓ أَ َم َشهُمۡ َويَ ۡف َعهُىنَ َمب ي ُۡؤ َمشُون Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.13 Dari ayat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab mendidik dan memelihara keluarga adalah kewajiban dari Allah swt yang harus dilaksanakan. Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar, karena orang tua memang mencintai anaknya. Hal itu merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir. Manusia mempunyai sifat mencintai anaknya. Kalau anak itu telah sampai pada usia wajib belajar, maka kedua orang tua berkewajiban memasukkan anaknya ke sekolah atau madrasah. Segala biaya yang timbul dari proses pendidikan tersebut harus ditanggung oleh orang tua, sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kalau perlu, anak itu harus mendapat pendidikan sampai di jenjang perguruan tinggi. Apa yang menjadi hak anak seperti yang dikemukakan di atas adalah merupakan tanggung jawab orang tuanya, dan hal itu harus dipenuhi sebagai amanah dari Allah.
13
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 951.
94
4. Hak Nafkah Hak ini wajib dipenuhi oleh kedua orang tua, terutama ayah seorang anak. Selama anak itu belum dewasa atau belum mampu mandiri, maka selama itu pula orang tua berkewajiban memberi nafkah kepada anaknya. Tidak dibenarkan bagi orang tua membiarkan anaknya kelaparan, kehausan, atau tidak berpakaian. Bahkan apa yang dimakan atau diminum olehnya harus dinikmati pula oleh anaknya, termasuk jenis bahan pakaian yang dipergunakannya. Di antara tanggung jawab pertama orang tua ketika si buah hati lahir adalah memberinya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai makanan. Pemberian nafkah ini sesuai dengan kemampuan dari orang tua dan secukupnya, tidak boleh berlebih dan juga tidak boleh sebaliknya. Berlebilebihan dalam memberi nafkah kepada anak berpeluang untuk berperilaku menyimpang dari norma-norma agama. Ini juga salah satu bentuk pendidikan kepada anak yang tengah mengalani perkembangan jiwa, di mana mereka akan melihat dan mulai mencoba memahami apa yang telah orang tua nafkahkan pada mereka. 5. Hak Mendapat ASI Di antara tanda kesempurnaan ciptaan Allah swt adalah diciptakannya ASI bagi para wanita yang telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya yang merupakan hak anak menerima ASI dari orang tuanya. Mendapat ASI bagi anak merupakan hak tiap anak, mustahil seorang bayi meminta atau menuntut haknya yang satu ini. Karena bayi belum mempunyai kekuatan
95
apapun. Orang tualah yang seharusnya menyadari bahwa memberikan ASI pada bayinya adalah sebuah kewajiban dan bentuk tanggung jawab. Allah telah mewajibkan agar anak disusui oleh ibunya selama dua tahun penuh. Pada masa ini merupakan masa-masa yang paling menentukan dalam pembentukan kesempurnaan anggota tubuh, kecerdasan dan kesehatan sang bayi, baik jiwa maupun raganya.14 Dari segi kesehatan jiwa tedapat perbedaan antara “ breast feeding dan
bottle feeding”. Dari nilai gizi maka ASI adalah yang tersempurna bila dibandingkan dengan susu kaleng. Bayi akan merasa tenang, tentram dan terlindung manakala seorang ibu menyusukannya dengan rasa kasih sayang disertai dengan dekapan tubuh ibu yan hangat. Akan sangat berbeda bila apabila bayi itu menerima susu dari botol yang diberikan oleh orang lain meskipun secara gizi tercukupi namun dari segi mental emosional bayi tidak diperoleh selain dari ibu kandung.15 Di antara bukti perhatian dan perlindungan syariat Islam terhadap pemenuhan kebutuhan makanan (ASI) adalah diperbolehkannya wanita yang menyusui untuk berbuka (tidak puasa) pada bulan ramadhan karena dia diwajibkan untuk makan makanan yang dapat melancarka keluarnya ASI hingga dapat menjaga stabilitas kesehatan dan pertumbuhan sang anak.16 14
Abu Hadiyan Shafiyarrahman, Hak-Hak Anak dalam Syari’at Islam (Cet. II; Yogyakarta: Al-Manar, 2003), h. 25. 15
Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Cet. III; Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 2001), h. 201. 16
Abu Hadiyan Shafiyarrahman, Hak-Hak Anak dalam Syari’at Islam, h. 50.
96
Dengan demikian, orang tua yang dengan kesadaran penuh dan berbagai alasan menolak memberikan ASInya kepada si bayi, akan tetapi jika alasannya adalah kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan memproduksi ASI, maka hal itu bukan pelangggaran hak anak. C. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 1. Pertumbuhan Sesudah Lahir Setiap makhluk hidup termasuk manusia akan bertumbuh-berkembang sejak dari konsepsi sampai akhir hayatnya.17 Sebagian ahli berpendapat bahwa tumbuh kembang hanya berlangsung sampai usia dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan menyangkut semua aspek kemajuan yang dicapai oleh manusia dari konsepsi sampai usia dewasa. Pertumbuhan
(growth) adalah bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau seluruhnya akibat multiplikasi sel-sel dan bertambahnya zat interseluler. Perkembangan
(development) digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan fungsi kompleks psikomotorik. Setiap orang akan berkembang dalam pengaturan neuromuskuler dan pembentukan kepribadiannya. Istilah maturasi dan diferensiasi sering digunakan sebagai sinonim untuk perkembangan. Dalam kenyataan, kedua proses ini tidak dapat dipisahkan sehingga
17
Khomsan A, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan (Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), h. 129.
97
merupakan dwi-fungsi tumbuh kembang.18 Walaupun pertumbuhan berlangsung terus dari masa konsepsi sampai usia dewasa, namun kecepatannya berfluktuasi sehingga terdapat fase pertumbuhan cepat (gowth spurt) dan fase pertumbuhan lambat (growth
plateau). Hasil akhir proses ini sangat ditentukan oleh bagaimana berlangsungnya proses tersebut, apakah mengikuti pola tumbuh kembang yang seharusnya atau tidak. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ ataupun individu, yang bisa diukur dengn ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).19 Beberapa
pendapat
yang
mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ada 2 faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (faktor prenatal dan postnatal). Faktor prenatal (sebelum lahir) terdiri dari gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, dan anoksia embrio. Faktor postnatal (setelah lahir) terdiri dari:
18
Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, Edisi Enam Jilid 1, (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002), h. 21. 19
Soetjiningsih, ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan (Cet. II; Jakarta: Buku Kedokteran EGC., 2007), h. 32.
98 a. Lingkungan biologis yaitu ras, jenis kelamin, umur, gizi, kesehatan,
fungsi metabolisme, dan hormon. b. Lingkungan fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah, dan radiasi. c. Psikososial yaitu stimulasi, motivasi, stres, kualitas interaksi anak dan
orangtua. d. Faktor keluarga dan adat istiadat yaitu pendapatan keluarga, pendidikan, jumlah saudara, norma, agama, dan urbanisasi.20 Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak terdiri dari sebab langsung, sebab tak langsung, dan penyebab dasar. Sebab langsung meliputi kecukupan pangan dan keadaan kesehatan, sebab tidak langsung meliputi ketahanan pangan keluarga, pola asuh anak, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, dengan penyebab dasar struktur ekonomi. Sikap
manusia
terhadap
makanan
banyak
dipengaruhi
oleh
pengetahuan, pengalaman dan respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak, sikap dan penilaian anak terhadap makanan yang dipelajari dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan informasi di tempat lain. Angka kecukupan gizi bayi 0-6 bulan yang dianjurkan yaitu: Tabel 3. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) Kelompok umur
BB* (kg)
TB* (cm)
Energi (kkal)
Protein (g)
Lemak (g) Total
n-6
n-3
Karb ohidr at (g)
Serat (g)
Air (mL)
Anak
20
Supariasa, Immediate Breastfeeding dan ASI Eksklusif (Cet. IV; Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2005), h. 90.
99 0 – 6 bulan
6
61
550
12
34
4,4
0,5
58
0
-
7– 11 bulan
9
71
725
18
36
4,4
0,5
82
10
800
1-3 tahun
13
91
1125
26
44
7,0
0,7
155
16
1200
4-6 tahun
19
112
1600
35
62
10,0
0,9
220
22
1500
7-9 tahun
27
130
1850
49
72
10,0
0,9
254
26
1900
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tabel 4. Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) Kelo mpo k umur
Vit ami nA (mc g)
Bayi/Anak 0 – 6 375 bln 7–11 400 bln 1-3 400 thn 4-6 450 thn 7-9 500 thn
Vit ami nD (mc g)
Vit ami nE (mg )
Vit ami nK (mc g)
Vit ami n B1 (mg )
Vit ami n B2 (mg )
Vit ami n B3 (mg )
Vita min B5 (Pant otena t) (mg)
Vit ami n B6 (mg )
Folat (mcg)
Vit ami n B12 (mc g)
Biot in (mc g)
Kolin (mg)
Vit ami nC (mg )
5
4
5
0,3
0,3
2
1,7
0,1
65
0,4
5
125
40
5
5
10
0,4
0,4
4
1,8
0,3
80
0,5
6
150
50
15
6
15
0,6
0,7
6
2,0
0,5
160
0,9
8
200
40
15
7
20
0,8
1,0
9
2,0
0,6
200
1,2
12
250
45
15
7
25
0,9
1,1
10
3,0
1,0
300
1,2
12
375
45
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tabel 5. Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk orang Indonesia (perorang perhari) Kelom Kalsi Fosfo Mag Natri pok um r nesiu um umur (mg) (mg) m (mg) (mg)
Kaliu m (mg)
Ma nga n (mg)
Temb Kro Besi aga miu (mg) (mcg) m (mcg
Iodiu Seng Selen m (mg) ium (mcg) (mcg
Fluor (mg)
100 Bayi/Anak 0–6 200 bulan 7 – 11 250 bulan 1-3 650 tahun 4-6 100 tahun 0 7-9 100 tahun 0
100
30
120
500
-
200
-
-
90
-
5
-
250
55
200
700
0,6
220
6
7
120
3
10
0.4
500
60
3000
1,2
340
11
8
120
4
17
0.6
500
95
3800
1,5
440
15
9
120
5
20
0.9
500
120
100 0 120 0 120 0
4500
1,7
570
20
10
120
11
20
1.2
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada masa bayi. Pertumbuhan berbeda menurut jenis kelamin. Anak dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai tinggi badan yang lebih tinggi dari pada anak perempuan.21 Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. Kecepatan pertumbuhan berat dan panjang badan tidak sama, pada triwulan pertama setelah melahirkan lebih cepat dari pada triwulan kedua dan pada triwulan kedua lebih cepat dibandingkan dengan triwulan ketiga.22 Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan dan akan menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun. Tinggi badan rata-rata waktu lahir adalah 50 cm dan pada waktu satu tahun tinggi badan akan mencapai 1,5 kali tinggi badan waktu lahir. Tumbuh-kembang yang optimal dapat tercapai apabila kebutuhan untuk proses itu terpenuhi. Kebutuhan tersebut dibedakan atas kebutuhan
21
Aritonang Pemantauan Pertumbuhan Balita (Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan. Kanwil Depkes Yogyakarta, 2004), h. 76. 22
Aritonang Pemantauan Pertumbuhan Balita, h. 76.
101
primer dan sekunder. Kebutuhan primer bersifat fisiologis meliputi : makanan, air dan oksigen. Kebutuhan sekunder bersifat psikologis meliputi: kasih sayang, penerimaan, harga diri dan kebebasan.23 Terpenuhinya kebutuhan tersebut dipengaruhi berbagai faktor yang dapat dibedakan atas: faktor heredokonstitusional dan faktor lingkungan biopsikososial sebagai berikut: a. Faktor Heredokonstitusional Tidak dapat disangsikan lagi bahwa faktor hereditas mempunyai peranan yang besar dalam proses tumbuh-kembang, tetapi pengaruh lingkungan tidak boleh diabaikan. Menurut para ahli psikologi anak, faktor hereditas lebih banyak mempengaruhi intelegensi dibandingkan pengaruh faktor lingkungan. Sifat-sifat emosional seperti perasaan takut kemampuan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan dibanding faktor hereditas. Faktor-faktor yang termasuk faktor heredokonstitusional adalah jenis kelamin, ras atau bangsa, keluarga dan umur. b. Faktor Lingkungan Biopsikososial Faktor ini dibedakan menjadi faktor pranatal dan faktor pascanatal. Pada masa pranatal faktor-faktor tersebut adalah gizi, mekanis, toksin kimia, endokrim, radiasi, infeksi, imunitas dan anoksia embrional, sedangkan pada pascanatal meliputi: gizi, penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital),
23
Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, h. 27.
102
keadaan sosial ekonomi dan budaya, musim, pelayanan kesehatan, perbaikan sanitasi, pendidikan dan faktor psikologis.24 Sediaoetama berpendapat bahwa berdasarkan tingkatannya pertumbuhan dibedakan atas: 1) Pertumbuhan makro (gross body growth). Pertumbuhan dalam konteks ini adalah suatu konsep atau pengertian yang sukar diukur secara langsung. Yang dapat diukur adalah gejala pertumbuhan seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala dan sebagainya. Pengukuran ini disebut pengukuran antropometri dan data yang dihasilkan disebut data antropometri. 2) Pertumbuhan
Mikro
(Pertumbuhan
Seluler/
celular
growth).
Pertumbuhan yang berlangsung pada tingkat seluler. Pertumbuhan seluler ini berlangsung dalam dua fase yaitu fase proliferasi dan fase hipertrofi.25 Pada fase proliferasi, jumlah sel-sel yang dapat terbentuk mempunyai batas maksimum yang ditentukan oleh faktor hereditas. Pertambahan sel-sel pada fase ini tidak dapat melebihi jumlah maksimum. Dalam kenyataan jumlah sel-sel yang dapat terbentuk dipengaruhi oleh keadaan gizi ketika fase proliferasi itu berlangsung. Keadaan kurang gizi mengakibatkan berkurangnya jumlah sel-sel yang terbentuk. Jumlah sel yang terbentuk selama fase 24
Husein Hassan, R., Ilmu Kesehatan Anak (Cet. I; Jakarta: FKU, 2007), h. 99.
25
Sediaoetama, A.D. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam (Cet. I; Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1990), h. 90.
103
proliferasi sudah menetap, maksudnya meskipun keadaan gizi sudah baik, namun jumlah sel tidak dapat bertambah lagi. Pada fase hipertropi , keadaan kurang gizi berakibat terbentuknya selsel dalam ukuran kecil, tetapi kelainan ini dapat diperbaiki bila keadaan gizi sudah baik. Fase proliferasi selalu mendahului fase hipertrofi sehingga fase proliferasi berlangsung pada umur lebih muda dibanding pada fase hipertrofi. Fase proliferasi bahkan sudah berlangsung sejak janin masih dalam kandungan. Dengan demikian, keadaan kurang gizi pada masa kehamilan mengakibatkan berkurangnya jumlah sel-sel pada semua tubuh janin. Kemampuan fungsional organ tubuh dipengaruhi oleh jumlah sel-sel yang membangun organ tubuh tersebut. Jika jumlah sel-sel kurang dari seharusnya , kapasitas fungsional juga berkurang. Kalau misalnya organ itu adalah otak, maka kapasitas fungsional otak akan berkurang secara menetap dengan akibat tingkat kepintaran anak akan berkurang pula. Pada umumnya fase proliferasi seluler berbagai organ tubuh berlangsung sejak dalam kandungan sampai sekitar usia balita. Atas dasar hal ini, periode ini perlu mendapat perhatian khusus. Tumbuh kembang anak yang optimal dalam periode ini merupakan modal dasar manusia yang berkualitas. Rata-Rata pertumbuhan berat badan dan panjang badan pada bayi setelah lahir sampai 6 bulan disajikan pada Tabel berikut: Tabel 6. Pertumbuhan berat dan panjang badan bayi 0-6 bulan
104
Umur
Perempuan
Laki-Laki
0-6 Bulan 0
BB (kg) 3,2
PB (cm) 49,1
BB (kg) 3,3
PB (cm) 49,9
1
4,2
53,7
4,5
54,7
2
5,1
57,1
5,6
58,4
3
5,8
59,8
6,4
61,4
4
6,4
62,1
7,0
63,9
5
6,9
64,0
7,5
65,9
6
7,3
65,7
7,9
67,6
Sumber :(WHO, 2006) Tertundanya fase pertumbuhan linier tampaknya merupakan penentu dalam terjadinya faltering pada usia dini. Kejadian growth faltering mencerminkan sosial ekonomi rendah dan seringnya mengalami infeksi. 26 Retardasi pertumbuhan linier mulai terjadi sebelum atau pada saat usia 3 bulan pertama kehidupan, suatu periode dimana konsumsi ASI mulai menurun, pemberian makanan tambahan mulai diberikan dan mulai rentan terhadap infeksi.27 Pertumbuhan linier pada dua bulan pertama menunjukkan kondisi yang baik. Sebaliknya setelah umur 2 bulan pertumbuhan berat badan
26
Allen & Gillespie, Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl (New Delhi: UNICEF India, 2003), h. 88. 27
Hautvast, Baby-Friendly Hospital Initiative: Revised, Updated and Expanded for Integrated Care (New York: UNICEF, 2006), h. 112.
105
cenderung menurun lambat dan pertambahan linier turun naik lebih tajam. Fenomena tersebut dapat dijelaskan oleh dua hal. Pertama, pemberian makanan tambahan terlalu dini sehingga terjadi penurunan masukan ASI. Kedua, mulai meningginya angka kesakitan sejak bayi usia 2 bulan yang dapat menyebabkan kelambatan pertumbuhan linier dan perkembangan bayi.28 Gangguan pertumbuhan karena rendahnya asupan gizi pada makanan pendamping ASI. Anak yang mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, biasanya dapat mengejar pertumbuhannya apabila faktor lingkungan terutama zat gizi diperbaiki dalam fase pertumbuhan linier.29 Berbagai studi menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan positif langsung antara berat badan lahir dengan kenaikan berat badan selanjutnya. Pengaruh suplementasi gizi mikro lebih kuat terhadap pertumbuhan bayi yang kurang gizi dibanding dengan bayi yang cukup gizi. Pengaruh yang tidak merata untuk semua bayi ini diperkirakan
telah
mengakibatkan
penggunaan
nilai
tunggal
rerata
antropometri pencapai pertumbuhan dapat menyamarkan efek perbaikan pertumbuhan yang bersifat longitudinal dan dinamis tidak teratur. 2. Tahapan Tumbuh-Kembang Anak
28
Satoto, Fitrah dan Tumbuh-Kembang Anak (Cet. I; Semarang Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang, 2006), h. 88. 29
Sungthong R, dkk., Once Weekly is Superior to Daily Iron Supplementatiton on Hight Gain But Not on Hematological Improvement Among Schoolchildren in Thailand (Jounal Nutrition 2002), h. 114.
106
Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dibagi atas beberapa tahap. Tahapan ini penting, selain untuk memudahkan pemahaman terhadap proses tumbuh kembang, juga setiap tahapan mempunyai karakteristik tersendiri yang harus diperhatikan agar proses tumbuh kembang dapat berlangsung optimal. Menurut Valadian dan Porter dalam Morley, bahwa tahapan tumbuh kembang anak dibedakan atas: a. Masa Pranatal (0 - 280 hari). Dibagi atas : 1) Masa embrio (0 - 8 minggu) 2) Masa fetus dini (9 - 24 minggu), 3) Masa fetus lanjut (24 minggu - lahir). b. Masa Pascanatal (lahir - 2 tahun). Dibagi atas: 1) Masa neonatal (lahir - 1 bulan) 2) Masa bayi awal (1 - 12 bulan) 3) Masa bayi lanjut (12 - 24 bulan) c. Masa anak. Tahap ini dibagi atas : 1) Masa prasekolah (2 - 6 tahun), 2) Masa sekolah: perempuan 6 - 10 tahun dan laki-laki 6 - 12 tahun. 3) Masa remaja (adolesensi). Masa ini berbeda untuk perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan berlangsung pada umur 10-18 tahun, sedangkan laki-laki pada umur 12 - 20 tahun. 4) Masa prapubertas, untuk perempuan 10 - 12 tahun dan laki-laki 12 - 14 tahun 5) Masa pubertas, untuk perempuan 12 - 14 tahun dan laki-laki 14 15 tahun 6) Masa pascapubertas, untuk perempuan 14 - 18 tahun dan laki-laki 16 - 20 tahun.30
30
Morley D. Pediatric Priorities in Developing World. Edisi Indonesia (Cet. III; Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 2004), h. 128.
107
Pola tumbuh-kembang seorang anak menuju dewasa pada dasarnya mengikuti urutan yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan dan status gizi anak balita serta pemantauan dini bagi ibu hamil agar dapat diketahui bila terjadi gangguan/kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung agar dapat segera ditolong oleh tenaga kesehatan. Ibu dan anak merupakan bagian terbesar dalam masyarakat, sekitar dua per tiga jumlah penduduk. Kelompok ini juga rentan terhadap berbagai penyakit dan memerlukan perhatian khusus untuk menjaga mereka tetap sehat.31 Ada berbagai cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan “Antropometri” 3. Berat Badan dan Tinggi Badan Pengukuran berat badan dan tinggi badan merupakan pengukuran antropometri banyak dianjurkan karena lebih praktis, cukup teliti, mudah dilakukan oleh siapapun dengan bekal pelatihan yang sederhana. Ukuran antropologi yang paling banyak digunakan adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB). Kadang-kadang digunakan pula ukuran lingkar lengan atas (LILA), Lingkar Kepala (LK) sebagai indikator status gizi. Ukuran-ukuran tersebut disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan umur atau dengan ukuran lainnya.
31
Stace Biddulph.J, Kesehatan Anak (Cet. IV; Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2005), h. 121.
108
Indikator antropometri (indeks antropometri) yang umum digunakan untuk menilai keadaan gizi adalah Berat Badan terhadap Umur (BB/U), Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U), Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB), dan Lingkar Lengan Atas (LILA).32 a. Berat Badan Ukuran ini merupakan indeks keadaan gizi dan pertumbuhan yang cukup baik terutama pada bayi karena mencakup resultante pertumbuhan badan secara keseluruhan. Selain itu parameter berat badan cukup sensitif untuk mengukur keadaan gizi
anak. Misalnya berat badan lahir dapat
memberikan gambaran keadaan gizi anak sewaktu dalam kandungan.33 Pada hari-hari pertama masa neonatal berat badan bayi turun tetapi sampai melebihi 10% berat badan lahir. Berat badan lahir biasanya dapat dicapai kembali pada hari ke-10 sampai hari ke 14. Selanjutnya pada bayi normal dan sehat berat badannya akan bertambah terus secara teratur dengan bertambahnya umur. Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan berkisar 2,7 - 4,1 kg. Dengan dasar ini berat badan lahir dapat digunakan untuk mendiagnosis bayi berat badan atau rendah dengan batas 2500 gram. Dalam triwulan I kenaikan berat badan berkisar 750 - 900 gram/bulan, triwulan II (bulan keempat) kenaikan berat badan dua kali lipat berat badan waktu lahir berkisar 600 - 750 gram dan
32
Soekirman dan D. Martianto, Keterkaitan antara Krisis Ekonomi, Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi (Cet. I; Jakarta: Widya karya Nasional Pangan dan Gizi VII LIPI, 2000), h. 61. 33
Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, h. 44.
109
triwulan III-IV (akhir tahun pertama) memiliki berat tiga kali lipat berat lahir. Jika berat badan lahir bayi 3 kg maka umur lima bulan berat badan bayi dapat mencapai dua kali berat badan lahir yaitu 6 kg, umur satu tahun dapat mencapai tiga kali berat badan lahir yaitu 9 kg dan pada umur 2 tahun dapat mencapai empat kali berat badan lahir yaitu 12 kg. Sesudah umur dua tahun kecepatan pertambahan berat badan makin menurun atau hanya sekitar 1,5 2,52 Kg setiap tahunnya. Sehingga dengan demikian bertambahnya umur anak kenaikan berat badan makin tidak teratur.34 Kalau pertambahan berat badan anak diikuti dengan penimbangan bulanan secara teratur kemudian direkam dalam bentuk grafik maka akan terbentuk grafik pertumbuhan anak. Berat badan merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (tulang, otot, dan lemak). Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan keadaan yang mendadak misalnya penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, sehingga berat badan merupakan antropometri yang labil. Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan tidak normal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
34
Hurlock B. Elizabeth, Perkembangan Anak, h. 47.
110
Berdasarkan sifat-sifat tersebut maka indeks berat badan terhadap umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi yang lebih menggambarkan status gizi seseorang saat kini. Pengukuran berat badan terhadap umur lebih baik digunakan karena lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitive untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek, dapat mendeteksi kegemukan (Overweight). Keterbatasan pengukuran berat badan terhadap umur adalah karena dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema, memerlukan data umur yang akurat terutama kelompok umur balita, sering terjadi kesalahan dalam pengukuran akibat pengaruh pakaian dan gerakan anak pada saat ditimbang dan secara operasional sering mengalami hambatan masalah sosial budaya setemapat.35 Karena berat badan berhubungan linier dengan tinggi badan, maka indikator BB/U dapat memberikan gambaran masalah gizi masa lalu atau kronis (menahun). Disamping itu karena berat badan juga labil terhadap perubahan yang terjadi, maka BB/U juga memberikan gambaran masalah gizi akut (saat kini) Akan tetapi kemampuan ini sangat tergantung dari keadaan sosial-ekonomi masyarakat yang dinilai. Kemampuan indeks BB/U bila digunakan sendiri 1) Dalam keadaan biasa indeks ini kurang sensitif untuk menilai gizikurang yang akut pada anak-anak di lingkungan masyarakat miskin. Sebaliknya indeks ini cukup sensitif untuk menilai status gizi-kurang 35
Suhardjo, Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat (Cet. I; Bogor: IPB Bogor, 1990), h. 71.
111
yang akut sebagai akibat memburuknya situasi, baik pada masyarakat miskin maupun pada masyarakat yang keadaan sosial-ekonominya lebih baik. 2) Dalam keadaan biasa indeks ini cukup sensitif untuk menilai masalah gizi kronis pada masyarakat miskin, tetapi tidak sensitif untuk menilai masalah gizi kronis pada masyarakat yang keadaan sosio-ekonominya baik.36 Dalam keadaan biasa sebagian besar anak pada masyarakat miskin pada umumnya mengalami gangguan pertumbuhan linier (tinggi badan) yang berlangsung cukup lama, sehingga sebagian besar anak yang tumbuh dilingkungan keluarga miskin secara umum “pendek” untuk umurnya
(“stunting”). Gangguan pertumbuhan linier yang berlangsung lama berakibat pada penyesuaian berat badan anak yaitu menjadi lebih “ringan” untuk umurnya (“underweight”) bila dinilai dengan indeks BB/TB maka sebagian besar
dari anak-anak ini memiliki berat badan yang proporsional dengan
tinggi badannya atau normal (tidak “wasting”) Masyarakat yang keadaan sosio-ekonominya baik, sebagian besar anak pada umumnya tidak mengalami gangguan pertumbuhan linier, sehingga dalam keadaan biasa maupun luar biasa, menurunnya berat badan anak cukup
sensitif untuk mengindikasikan adanya masalah gizi akut. Sebaliknya, indeks BB/U pada kelompok masyarakat ini kurang sensitif untuk memberikan gambaran masalah gizi kronis. Jadi, pada masyarakat miskin indeks BB/U dapat menggambarkan situasi yang akut maupun kronis, sedangkan pada
36
Suhardjo, Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat, h. 77.
112
masyarakat golongan ekonomi menengah keatas menunjukkan situasi yang akut.37 Dalam keadaan luar biasa, misalnya krisis ekonomi, bencana alam, wabah penyakit maka dalam waktu singklat kondisi sebagian besar anak pada masyarakat miskin akan menjadi kurus (“wasting”) . Jadi, pada lingkungan masyarakat miskin
sifat indeks BB/U tidak konsisten, tergantung pada
situasi. Suatu saat dapat memberikan indikasi masalah gizi kronis tetapi pada saat lain dapat pula memberikan indikasi masalah gizi akut. b. Tinggi Badan Berbeda dengan berat badan kecepatan kenaikan tinggi badan menurun setiap tahunnya dari lahir sampai dewasa kecuali pada masa adolesensi, terjadi percepatan pertumbuhan (adolescent spurt of growth). Panjang badan sewaktu lahir rata-rata 43 - 52 cm. Pada umur 2 tahun panjang bertambah kira-kira 20% dan pada umur satu tahun bertambah kirakira 50% panjang badan lahir. Tinggi badan mencapai dua kali panjang badan lahir pada umur 5 tahun . Selanjutnya kenaikan tinggi badan lebih mendatar dengan kenaikan rata-rata 5 cm/tahun. Hal yang menarik ialah seorang anak dapat diperkirakan tinggi badannya pada usia dewasa yaitu sekitar dua kali tinggi badan anak sewaktu berumur dua tahun.38
37
Jahari,A,B, Penilaian Status Gizi dengan Antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) (Cet. III; Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), h. 43. 38
Husein, Hassan, R., Ilmu Kesehatan Anak, h. 108.
113
Tinggi badan sebagai parameter pertumbuhan kurang sensitif. Perubahan tinggi badan sangat lambat untuk menunjukkan perubahan kesehatan dan keadaan gizi. Kalau berat badan perubahannya searah dengan perubahan keadaan gizi dan kesehatan tetapi tinggi badan umumnya tidak dapat berkurang. Apabila terjadi gangguan gizi pertambahan tinggi badan hanya melambat atau berhenti saja tetapi tidak akan menyusut kecuali pada penyakit tertentu.39 Pertumbuhan fisik terus berlangsung setelah bayi dilahirkan, jenis-jenis pertumbuhan dari berbagai organ tubuh setelah lahir dapat dilihat pada berbagai jenis kurva pertumbuhan seperti kurva umum, kurva perkembangan otak dan kepala, kurva reproduksi dan jaringan limfa. Kurva pertumbuhan tinggi badan antara anak perempuan dan laki-laki mempunyai masa dan kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Setelah berumur 11 tahun anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki, kemudian anak perempuan lebih pendek dibanding laki-laki sampai usia menjelang remaja. Ini terjadi pada masa akil baliq perempuan lebih cepat dari pada anak laki-laki.40 Akan tetapi pada usia 14 tahun saat masa akli baliq perempuan hampir selesai, tinggi badan anak laki-laki akan melampaui anak perempuan seperti pada Gambar Grafik berikut:
39
Sediaoetama, A.D. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam, h. 110.
40
Husaini, Study Nutritional Anemi an Assesment of Information Compilation for Supporting and Formulating National Polycy and Program (Cet. II; Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2005), h. 50.
114
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Tinggi Badan Adapun puncak pertambahan tinggi badan anak laki-laki tercapai pada dua tahun berikutnya setelah anak perempuan seperti pada Gambar berikut:
Gambar 3. Kurva Pertambahan Tinggi Badan Pertambahan tinggi badan anak sampai umur 9 tahun, antara anak lakilaki dan perempuan hampir sama. Setelah berumur 10 tahun, anak perempuan
115
lebih cepat pertumbuhannya dan akan mencapai puncaknya pada umur 12 tahun. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pertambahan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitive terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak pada waktu yang cukup lama. Berdasarkan sifat ini indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau dan sangat erat kaitannya dengan masalah sosial ekonomi.41 Kemampuan indeks TB/U digunakan sendiri 1) Bila banyak anak yang pendek, maka indikator ini memberikan petunjuk tentang adanya masalah gizi kronis yang harus dicari penyebab dasarnya. 2) Kalau tinggi badan dipantau secara teratur, maka indeks TB/U dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial-ekonomi masyarakat. 3) Tidak dapat digunakan untuk memberikan indikasi adanya masalah gizi akut.42 Gangguan pertumbuahan pada tinggi badan berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Oleh karena itu indikator TB/U memberikan indikasi adanya masalah gizi kronis.
41
Suhardjo, Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat, h. 92.
42
Jahari,A,B, Penilaian Status Gizi dengan Antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) (Cet. III; Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), h. 49.
116
Banyaknya jumlah anak yang pendek memberikan indikasi bahwa di masyarakat bersangkutan ada masalah yang sudah berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, maka perlu dipelajari apa masalah dasar gangguan pertumbuhan ini, sebelum dilakukan program perbaikan gizi secara menyeluruh. 4. Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat kini terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Selain itu indeks BB/TB dapat memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap indikator kekurangan. Keuntungan penggunaan indeks BB/TB adalah tidak tergantung pada data umur, dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap tinggi badan, sedangkan keterbatasan indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan, karena faktor umur tidak diperhatikan dalam hal ini, seringkali mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok balita dan sering terjadi kesalahan pembacaan angka hasil pengukuran.43 Pada keadaan yang baik
berat badan anak akan berbanding lurus
dengan tinggi badannya, dengan kata lain berat badan akan seimbang dengan tinggi badannya. Bila terjadi kondisi yang memburuk dalam waktu singkat,
43
Khomsan, Peran Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup, h. 129.
117
berat badan akan
berubah karena sifatnya akan menjadi tidak seimbang
dengan tinggi badannya. Oleh karena itu indeks BB/TB merupakan indeks yang sensitif untuk memberikan indikasi tentang masalah gizi saat kini atau masalah gizi akut. Di sisi lain indeks BB/TB ini tidak sensitif
untuk
memberikan indikasi masalah gizi kronis karena ini tidak menggunakan referensi waktu (umur). Kemampuan indeks BB/TB bila digunakan sendiri a. Banyaknya anak yang nilai indeks BB/TB rendah atau tidak seimbang atau kurus memberikan gambaran adanya masalah gizi akut yang diisebabkan oleh perubahan kondisi dalam waktu singkat. b. Indeks BB/TB ini berguna untuk pemilihan sasaran (targeting) bagi tindakan segera, seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan agar berat badannya kembali seimbang dengan tinggi badannya atau juga dalam bentuk tindakan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang sehat.44 Berikut ini adalah titik batas indeks antropometri dan interpretasinya berdasarkan kesepakatan para pakar gizi. a. Indeks BB/U 1) Gizi baik bila Z-Score terletak antara -2 SD s/d +2 SD 2) Gizi kurang bila Z-Score terletak antara-3 SD s/d < -2 SD 3) Gizi buruk bila Z-Score terletak-3 SD 4) Gizi lebih bila Z-Score terletak+2 SD b. Indeks TB/U 1) Normal bila Z-Score terletak-2 SD 2) Pendek bila Z-Score terletak-2 SD c. Indeks BB/TB 1) Normal bila Z-Score terletak antara-2 SD s/d +2 SD 2) Kurus bila Z-Score terletak antara-3 SD s/d < -2 SD 44
Khomsan, A, Peran Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup, h. 131.
118
3) Sangat kurus bila Z-Score terletak-3 SD 4) Gemuk bila Z- Score terletak+2 SD.45 Indikator (BB/U, TB/U dan BB/TB), perlu diingat bahwa kekurangan konsumsi makanan yang akut akan selalu menghasilkan anak yang kurus terlepas dari tinggi badan atau umur mereka, walaupun dari beberapa kasus tampak gemuk mungkin disebabkan oleh oedema. Demikian juga keberhasilan dari pemberian makanan ini diharapkan pertama-tama tampak pada perubahan berat badan terhadap tinggi badan, tapi itu memerlukan waktu satu tahun atau mungkin lebih untuk memberikan pengaruh pada tinggi badan terhadap umur. Pada evaluasi dari pengaruh pemberian makanan bergizi pada kelompok yang rentan akan dapat memberikan hasil yang penting pada hubungan antara berat badan dan tinggi badan yang mana hanya dapat menentukan status gizi sekarang dan tanpa keterangan tentang peristiwa malnutrisi yang lampau.
5. Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Perkembangan Fisik Meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tuanya. perkembangan sistem syaraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya.46 45
Jahari,A,B, Penilaian Status Gizi dengan Antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) , h.
59. 46
Syamsul Yusuf. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 163.
119
Seiring dengan perkembangan fisik, maka pendidikan yang harus diberikan kepada anak adalah kemampuan dan keterampilan motorik. Oleh karena itu, perlu dirancang lingkungan pendidikan yang kondusif bagi perkembangan fisik yang optimal. b. Perkembangan Intelektual Perkembangan pikiran (intelektual) anak usia dini itu pada dasarnya berhubungan erat dengan perkembangan bahasa, keduanya merupakan faktor penentu bagi seseorang menyampaikan gagasannya keinginan dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain. Perkembangan pikiran dapat dibedakan dengan dua bentuk yaitu: 1) Perkembangan formal yaitu: perkembangan fungsi-fungsi pikir atau alat-alat pikir anak untuk dapat meyerap, menimbang, memutuskan, menguraikan dan lain-lain. 2) Perkembangan material yaitu: perkembangan jumlah pengetahuan pikir (knowledge) oleh seseorang anak itu dapat dimiliki dan dikuasainya contoh penguasaan tentang angka-angka, pendapat-pendapat, teori, asumsi atau pandangan dan sebagainya.47 Dengan demikian, pendidikan usia dini yang diberikan untuk meningkatkan daya intelektualitas anak menempati posisi yang sangat urgen dan menentukan perkembangan intelektual dan diarahkan pada kemampuan berpikir dengan menggunakan simbol (simbolic function). 47
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan (Cet. VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 56.
120
c. Perkembangan Emosional Bagi anak-anak, perkembangan perasaan itu sangat besar dan cepat sekali sehingga umumnya anak-anak akan lebih emosional dibanding orang dewasa. pandangan mereka selalu optimis, dan cepat merasa puas sehingga mereka mudah merasa senang, periang, kesedihan. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa jenis emosi yang perlu diberikan pada pendidikan usia dini, yaitu: takut, cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, kasih sayang, phobi, dan ingin tahu (curisity). 48 Dengan demikian, pendidikan bagi anak usia dini pada dasarnya dimaksudkan agar anak mengalami perkembangan emosi yang sehat, sehingga sangat membantu bagi keberhasilan belajar saat melanjutkan ke jenjang pendidikan formal. d. Perkembangan Bahasa Untuk membantu perkembangan bahasa anak usia dini, maka orang tua (keluarga) seyogyanya menfasilitasi dan memberi kemudahan atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Pendidikan bahasa yang diberikan sebelum memasuki usia sekolah sangat penting agar anak, meliputi: 1) Bertutur kata dengan baik pada anak. 2) Mau mendengar pembicaraan anak. 3) Menjawab pertanyaan anak.mengajak berdialog dalam hal-hal yang 4) Sederhana, seperti memelihara kebersihan dan lain-lain.49 48
Syamsul Yusuf. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 168-169.
49
Syamsul Yusuf. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 170.
121
Hal ini penting karena perkembangan bahasa anak yang baik akan memberikan pengaruh terhadap pergaulan mereka
karena anak berbahasa
dengan benar san sopan. e. Perkembangan Sosial Sebagian psikolog beranggapan bahwa perkembangan sosial mulai sejak anak dilahirkan. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini sangat penting dalam rangka pengembangan sosial anak. Dikatakan demikian, karena sejak usia dini anak mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Terdapat beberapa alasan tentang pentingnya pendidikan bagi pengembangan sosial anak usia dini, antara lain: 1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain. 2) sedikit demi sedikit anak mulai tunduk pada peraturan. 3) anak mulai menyadari hak-hak atau kepentingan orang lain. 4) anak mulai dapat bermain bersama anak lain atau teman sebayanya.50 Dalam konteks tersebut, pendidikan pada anak usia dini dilakukan sebagai tempat memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan sosialnya dan mentaati peraturan. Pendidikan anak usia dini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pengembangan sosial anak f. Perkembangan Kesadaran Beragama Anak usia dini adalah umur yang paling subur menanamkan rasa agama pada anak-anak, umur penumbuhan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan
50
Syamsul Yusuf. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 71.
122
ajaran agama melalui permainan dan perlakuan dari orang tua dan guru, keyakinan orang tua dan guru akan mewarnai pertumbuhan agama pada anak.51 Oleh karena itu, pendidikan pada usia dini yang dilakukan oleh orang tua (keluarga) harus diberikan secara optimal. 6. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini Anak usia dini (0-2 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut : a. Usia 0-1 tahun Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain: 1) Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan. 2) Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya. 3) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi
51
Syamsul Yusuf. LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, h. 178.
123
responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.52 Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya. Anak belajar
dengan
mengendalikan
kemampuan
panca
inderanya.
Yakni
pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca indera. Hal itu tampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar. b. Usia 1-2 tahun Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2-3 tahun yaitu: 1) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan. 2) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas 52
Sholehuddin, Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah (Cet. V; IKIP Bandung, 2001), h. 32.
124
maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran. 3) Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.53 Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa juga dengan cara meniru.
53
Sholehuddin, Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah, h. 34.
BAB IV ANALISIS TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU KEPADA ANAK USIA DINI
A. Manfaat Pemberian ASI kepada Anak Usia Dini Pemberian ASI eksklusif adalah, bayi hanya diberikan ASI selama 6 bulan, tanpa diberi tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan.1 Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi sangat banyak antara lain: 1. Sebagai Nutrisi Terbaik ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang
karena
disesuaikan
dengan
kebutuhan
bayi
pada
masa
pertumbuhannya. Misalnya nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak antara lain: a. Taurin, suatu bentuk zat putih telur yang khusus hanya terdapat didalam ASI; b. Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI dan hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi; c. Asam lemak ikatan panjang, merupakan asam lemak utama dari ASI dan terdapat sedikit dalam susu sapi.2 1
Utami R, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif (Cet. III; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), h. 19, 2
Utami R, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, h. 28.
125
126
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Nutrien-nutrien terdapat khusus dalam ASI yang tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi. 2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi yang baru lahir secara alami mendapat zat kekebalan /daya tahan tubuh dari ibunya melalui plasenta (ari-ari). Tetapi kadar zat tersebut akan cepat menurun setelah kelahiran bayi. Sedangkan kemampuan bayi membentuk daya tahan tubuh sendiri menjadi lambat. Keadaan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI sebab ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur.3 Bayi yang minum ASI mengalami pertumbuhan usus yang lebih menyehatkan sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini dikarenakan ASI ternyata mendorong koloni mikrobiotik flora unik untuk meningkatkan pengembangan sistem imun. ASI yang bisa memberikan manfaat ini. Peneliti pun berharap mereka mampu mengembangkan pengganti ASI yang memiliki komposisi yang hampir sama, sehingga untuk ibu yang mengalami masalah dengan produksi ASI, bayinya masih bisa mendapatkan manfaat serupa.
3
Utami R, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, h. 30.
127
3. Meningkatkan Kecerdasan Faktor penentu kecerdasan ada dua yaitu: a. Faktor genetik Faktor genetik atau faktor bawaan sangat menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun direkayasa. b. Faktor lingkungan Faktor yang menentukan tercapainya faktor genetik secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.4 Ada tiga faktor khusus yang mendukung kecerdasan bayi atau anak yaitu: (1) Pertumbuhan fisik-otak (ASUH); (2) perkembangan intelektual & sosialisasi (ASAH); dan (3) Perkembangan emosional & spiritual (ASIH). 4. Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu pada waktu menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya, serta akan merasakan rasa aman dan tenteram, terutama karena masih mendengar detak jantung ibu yang telah dikenal sejak ia dalam kandungan ibunya.5 Pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan
anak secara
optimal. Hal ini karena selain serbagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung
4
Utami R, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif (Cet. I; Jakarta, 2001), h. 120.
5
Utami R, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, h. 125.
128
zat gizi –zat gizi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Zat gizi-zat gizi khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi.
5. Manfaat bagi Ibu Menyusui Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oxytoxin-nya akan bertambah, sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan. Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat menyusut kembali ke bentuk normalnya. Ibu yang menyusui bisa menguras kalori lebih banyak, maka akan lebih cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil.6 Ketika menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah, menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan terhadap masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat mempercepat pemulihan kepadatan tulang, mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang) setelah masa menopause. Menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause. Juga ibu yang menyusui tidak perlu bangun tengah malam untuk mengaduk susu bubuk, ketika pergi bertamasya juga tidak perlu membawa setumpuk botol dan kaleng susu, bukankah bisa menjadi seorang ibu yang santai dan gembira. Banyak manfaat ASI bagi ibu yang memberi ASI kepada anaknya. Beberapa manfaat bila ibu menyusui bayinya menurut Mustika Derwi manfaat ASI bagi ibu yaitu:
6
Yekti Anis, dan Agus T, ASI Akslusif ; Status Kini dan Harapan di Masa Depan, h. 78.
129 a. Mencegah perdarahan, dengan menyusui bayi segera setelah lahir dapat
mendorong terjadinya kontraksi rahim dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat proses kembalinya rahim ke posisi semula. b. Mengurangi berat badan, dengan menyusui dapat membantu ibu mengurangi berat badan. Ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar kalori sebesar 200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika anda berenang selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam. c. Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim, dengan menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Diperkirakan persentase pencegahannya mencapai 20%. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa menyusui juga dapat membantu mengurangi resiko terkena kanker indung telur dan kanker rahim.7 Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah disbanding yang tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25 % lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.
Dari segi
kesehatan ibu, dengan menyusui akan mengurangi frekuensi terjadinya kanker payudara dan dapat menjarangkan kehamilan. Pemberian ASI juga menjalin hubungan psikologis yang erat antara ibu dan anak.
7
Mustika Derwi, Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu (Cet. III; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 85.
130
a. Ungkapan kasih sayang, dengan menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada bayinya. Hubungan batin anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu. b. Praktis dan ekonomis, selain komposisinya yang sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis. Sekarang harga susu formula cenderung terus meningkat, memberi asi dapat mengurangi biaya untuk susu formula yang cukup tinggi. 8 Memberi ASI kepada bayi anda memberikan manfaat yang sangat besar, tidak hanya bagi bayi tetapi bagi ibunya juga. Selain itu ASI sangat praktis, ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa pemberian ASI ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu, khususnya di malam hari. B. Pandangan Islam terhadap Pemberian ASI pada Anak Usia Dini 1. Anjuran Pemberian ASI kepada Anak dalam al-Qur’an ditinjau dari Aspek Pendidikan Islam Ajaran
Islam
sudah
sejak
empat
belas
abad
yang
lampau
mensyari’atkan persusuan kepada anak. Allah memerintahkan para ibu untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun penuh. Karena ASI adalah makanan pertama yang paling baik diperoleh bayi pasca kelahirannya. ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi, oleh karena itu ibu dianjurkan menyusui bayinya selama dua tahun sebagai rezki bagi anak. Allah swt telah memberi rezeki kepada bayi berupa susu bayi yang berasal dari ibunya. Susu ibu mengandung 1,6 % Albuminoidal, 0,4 % lemak, 8
Mustika Derwi, Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu, h. 89.
131
3,8 % gula, garam, dan beberapa vitamin. Kandungan tersebut hanya terdapat pada susu ibu, dan tidak terdapat pada yang lainnya. Sang ibu bukanlah yang memutuskan untuk membuat ASI, sumber zat makanan terbaik bagi bayi yang lemah yang memerlukan makanan di dalam tubuhnya. Sang ibu bukan pula yang menentukan beragam kadar gizi yang dikandung ASI. Allah Yang Mahakuasalah, yang mengetahui kebutuhan setiap makhluk hidup dan memperlihatkan kasih sayang kepadanya, yang menciptakan ASI untuk bayi di dalam tubuh sang ibu. Bagi bayi, khususnya dalam rentang usia dua tahun, ASI adalah makanan utama sekaligus makanan paling sempurna. ASI memiliki komposisi gizi yang sangat pas untuk mendukung proses tumbuh kembang bayi. Keseimbangan aneka zat gizi yang terkandung di dalamnya pun berada pada tingkat terbaik dan memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi. Pakar ilmu sosial dan kedokteran sepakat bahwa ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak dan ASI adalah makanan yang paling baik untuk anak. Dalam hal ini, Islam menganjurkan bahkan mewajibkan para ibu agar menyusui anak-anaknya.9 Masalah menyusui Allah swt telah berfirman dalam beberapa ayat di antaranya QS al-Baqarah/2: 233.
ُ ۞ َٗ ۡٱى َٰ َ٘ىِ َٰ َذ ظب َع َۚخَ َٗ َعيَى ۡٱى ََ ۡ٘ىُ٘ ِد َ ظ ۡعَِ أَ ۡٗ َٰىَ َذُٕ َِّ َد ۡ٘ىَ ٍۡ ِِ َمب ٍِيَ ٍۡ ِۖ ِِ ىِ ََ ِۡ أَ َسا َد أَُ ٌُزِ ٌَّ ٱى َّش ِ د ٌ ُۡش ُ َُّٗف ََل رُ َني عبٓ َّس َٰ َٗىِ َذ ُۢحُ ثِ َ٘ىَ ِذَٕب َٗ ََل َ ُف َّ ۡفظٌ إِ ََّل ُٗ ۡع َعَٖ َۚب ََل ر ِ َۚ ىَ ۥُٔ ِس ۡصقُٖ َُِّ َٗ ِم ۡغ َ٘رُٖ َُِّ ثِ ۡٱى ََ ۡعش ۡ ٞ ٍَُ ۡ٘ى اض ٍِّ ُْٖۡ ََب َٗرَ َشب ُٗ ٖس َ َۗ ِس ٍِ ۡث ُو َٰ َرى َ ِل فَئ ِ ُۡ أَ َسادَا ف ِ اس ِ َ٘ ٘د ىَّ ۥُٔ ثِ َ٘ىَ ِذۦَۚ ِٓ َٗ َعيَى ٱى ٖ ص ابَل عَِ رَ َش
9
Tim Permata Press, Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Cet. IV; Jakarta: Permata Press, 2012), h.133-134.
132
ٌُظع ُٓ٘ ْا أَ ۡٗ َٰىَ َذ ُمٌۡ فَ ََل ُجَْب َح َعيَ ٍۡ ُنٌۡ إِ َرا َعيََّۡ زٌُ ٍَّبٓ َءارَ ٍۡز ِ فَ ََل ُجَْب َح َعيَ ٍۡ ِٖ ََ َۗب َٗإِ ُۡ أَ َسدرٌُّۡ أَُ رَ ۡغزَ ۡش ْ ُُٗف َٗٱرَّق َّ َُّ َٱعيَ َُ ٓ٘ ْا أ َّ ٘ا ۡ َٗ َٱَّلل ٞ ص ٕٖٖ ٍش ِ َٱَّللَ ثِ ََب رَ ۡع ََيَُُ٘ ث ِ َۗ ثِ ۡٱى ََ ۡعش Terjemahnya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.10 QS Luqma>n/31: 14.
ۡ ُِ َصيُ ۥُٔ فًِ عَب ٍَ ٍۡ ِِ أ ًِٱش ُن ۡش ى َ َٰ ِٱۡلّ َٰ َغَِ ثِ َٰ َ٘ىِذ ٌَۡ ِٔ َد ََيَ ۡزُٔ أ ُ ٍُّٔۥُ َٗ ْٕۡاب َعيَ َٰى َٗ ٕۡ ِٖ َٗف ِ ۡ َٗ َٗص ٍََّْۡب ٔٗ صٍ ُش َ ٌَۡ َٗىِ َٰ َ٘ىِذ ِ ََ ً ۡٱى َّ َل إِى Terjemahnya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.11
QS al-Ahqa>f/46: 15.
10
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005), h 37. 11
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 412.
133
َُُ٘صيُ ۥٔ ُ ثَ َٰيَث َ َٰ ظ َع ۡزُٔ ُم ۡش ٕٗ ِۖب َٗ َدَۡ يُ ۥُٔ َٗ ِف َ َٗ َٗ ٱۡلّ َٰ َغَِ ثِ َٰ َ٘ىِذ ٌَۡ ِٔ إِ ۡد َٰ َغْا ِۖب َد ََيَ ۡزُٔ أ ُ ٍُّ ۥُٔ ُم ۡش ٕٗب ِ ۡ َٗ َٗص ٍََّْۡب ًٓ َِش ٖۡش َۚاا َدزَّ َٰ ٓى إِ َرا ثَيَ َغ أَ ُش َّذ ۥُٓ َٗثَيَ َغ أَ ۡسثَ ِعٍَِ َعَْ ٗخ قَب َه َسةِّ أَ ۡٗ ِص ۡعِْ ًٓ أَ ُۡ أَ ۡش ُن َش ِّ ۡع ََزَلَ ٱىَّز ُ صيِ ۡخ ىًِ فًِ ُر ِّسٌَّزِ ِۖ ًٓ إًِِّّ رُ ۡج ۡ َظ َٰىُٔ َٗأ َ َۡأَ ّۡ َع َّ ً َٗ َعيَ َٰى َٰ َٗىِ َذ ذ َ صيِ ٗذب رَ ۡش َ َٰ ي َٗأَ ُۡ أَ ۡع ََ َو َّ َذ َعي ٔ٘ ٍََِِ ِل َٗإًِِّّ ٍَِِ ۡٱى َُ ۡغي َ ٍۡ َإِى Terjemahnya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri".12 Berdasarkan analisis teks beberapa ayat di atas, mengandung beberapa makna di antaranya aspek pemberian ASI kepada anak, aspek memberi nafkah kepada keluarga (anak), aspek pengasuhan anak, dan aspek pendidikan Islam. a. Aspek Pemberian ASI Kepada Anak Dalam beberapa ayat tersebut, terekam beberapa pesan tentang anjuran pemberian ASI dalam beberapa waktu serta masa penyapihan. Lafadz ayat
ُ ] َٗ ْاى َ٘اىِذ, dalam QS al-Baqarah/2: 233 bentuknya adalah [َ…ِّ ُٕظ ْعَِ أَْٗ ََل َد ِ َْاد ٌُش khobar (pengabaran) tapi bermakna perintah, sebagaimana yang dikatakan Abu Muhammad Husain bin Mas’ud al-Bagawi berpendapat bahwa bentuk
khabar dalam ayat ini bermakna perintah yang bermuatan istihbab bukan 12
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 504.
134
perintah wajib. Argumentsinya adalah ibu biologis tidak diwajibkan menyusui anaknya apabila ada perempuan lain yang bersedia menyusui anaknya. Namun demikian, apabila ibu biologis berkeinginan untuk menyusui anaknya sendiri maka hal tersebut lebih baik dari pada wanita lainnya.13 QS al-Baqarah/2: 233 merupakan petunjuk dari Alloh ta’ala kepada para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya dengan penyusuan yang sempurna yaitu 2 tahun. Oleh karena itu Alloh berfirman dalam QS alBaqarah/2: 233: [اع َْة َ ض َ َّ‚ ]لِ َمنْ ْأَ َرادَ ْأَن ْ ُيتِ َّم ْالرyaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan‛. Sementara firman Allah dalam QS alBaqarah/2: 233
ٞ ُعبٓ َّس َٰ َٗىِ َذ ُۢحُ ثِ َ٘ىَ ِذَٕب َٗ ََل ٍَ ۡ٘ى ٘د ىَّ ۥُٔ ثِ َ٘ىَ ِذ ِٓۦ َ ُ ََل رAyat ini diterjemahkan:
"Janganlah seseorang ibu memudaratkan suami dengan sebab si anak." Umpamanya meminta belanja lebih dari patut. Pada dasarnya pandangan Abu Muhammad Husain bin Mas’ud alBagawi sejalan dengan pandangan jumhur fukaha yang berpendapat bahwa perintah penyusuan yang terdapat dalam ayat ‚wa-alwalidatu yurdi’na
awladahunna hawlaini kamilaini‛ merupakan perintah yang bersifat anjuran. Untuk itu ibu biologis tidak berkewajiban menyusui anaknya kecuali anak tersebut tidak mau menyusu kepada wanita lainnya atau bapak anak tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membiayai wanita yang menyusui
13
Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Bagawi, Tafsir al-Bagawi Ma’ alim al-Tanzil, Jilid I (Riyad: Dar at-Tayyibah,t.th) h. 277.
135
anaknnya atau mampu membiayai penyusuan wanita tersebut tetapi tidak ada wanita lain yang bersedia menyusui anaknya.14 Pandangan Jumhur fukaha tersebut didasari oleh firman Allah swt. ‚wa
in ta’asartum Fasaturdi’u lahu ukra‛. Jumhur fukaha berpendapat bahwa apabila peenyusuan tersebut wajib dilaksanakan oleh ibu biologis maka syariat akan memberikan ketegasan pembebanan kewajiban tersebut. Sebaliknya, ibu biologis dianjurkan untuk menyusui anaknya karena air susunya lebih baik untuk dikonsumsi oleh anaknya dan rasa kasih sayang ibu akan tercurah lebih banyak kepada anaknya tersebut.15 Al-Jasas mengatakan bahwa potongan ayat ‚wa-alwalidatu yurdi’na
awladahunna hawlaini kamilaini‛ bukan merupakan dalil yang mewajibkan para ibu untuk menyusui anaknya. Ayat tersebut zahirnya adalah khabar tetapi dipahami dari khitab ayat ternyata tidak dimaksudkan sebagian khabar. Sementara itu, jika ayat ini merupakan perintah yang mewajibkan para ibu menyusukan anaknya maka didapati beberapa realita baik melalui nas-nas agama maupun realita kehidupan banyak ibu yang tidak menyusui anaknya. Realita ini terjadi juga pada masa kenabian. Olehnya itu jika hakikat lafal tidak dimaksudkan dengan khabar maka hal tersebut menunjukkan bahwa penyusuan anak bukan merupakan kewajiban para ibu. Hal ini didukung dengan ayat lainnya dalam surah al-Talaq ‚wa in ta’asartum Fasaturdi’u lahu
ukra‛ Ayat ini menunjukkan bahwa seorag ibu biologis diberikan pilihan 14
Abu Bakar Ahmad Ar-Razi al-Jasas, Ahkam al-Qur’an, Juz I, h. 549-550.
15
Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan, ter. Abdul rahman B., Air Susu Ibu (Cet. I; Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1993), h.54.
136
untuk menyusui langsung anaknya atau menyerahkan kepada perempuan lainnya.16 Pandangan yang menyatakan bahwa menyusui bukan kewajiban ibu biologis ini perlu dicermati mengingat paham penyusuan yang banyak dianut oleh masyarakat adalah ibulah yang berkewajiban mengurusi segala hal yang berkaitan dengan penyusuan anaknya. Paham ini tidak hanya berkembang pada kaum bapak tetapi dikalangan prempuanpun berkembang dengan suburnya. Bahkan menjadi keyakinan dalam masyarakat bahwa yang berkewajiban menyusui anaknya adalah ibunya sendiri. Berdosalah apabila seorag ibu membiarkan anaknya kelaparan sementara didalam payudaranya telah dititipkan air susu yang berfungsi sebagai makanan buat anaknya. Keyakinan tersebut telah mendarah daging dan mengakar dalam masyarakat sebagai bentuk tradisi sehingga menyusui dalam bentuk lainnya kurang diperhitungkan. Sejalan dengan hal tersebut bahwa Muhammad saw. disusui oleh ibunya selama tujuh hari saja. Pada waktu bersamaan beliau disusui juga oleh Suaebah budak dari Abu Lahab. Penyusuan berikutnya dilanjutkan oleh Halimatussa’diyah. Hal tersebut telah menjadi tradisi orang Arab dari kalangan terhormat. Tradisi tersebut juga diterapkan terhadap anak-anak Nabi Muhammad saw.17
16
Abu Bakar Ahmad Ar-Razi al-Jasas, Ahkam al-Qur’an, Juz I (beriut: Dar al-Fikri, 1993), h.
549-550. 17
Muhammad Mustafa , Bin Mulihuddin al-Qawjawi al-Hanafi, Hasyiyah Muhyidin Syaikh Zadah ‘ala Tafsir al-Qadi al-baedawi Juz II (Cet.I; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1999),h.564
137
Sejarah peradaban manusia, ternyata penyusuan anak yang dilakukan oleh perempuan yang bukan ibu biologis anak tidak hanya menjadi tradisi Arab tetapi bangsa-bangsa lain juga telah mengenal praktik penyusuan yang telah menjadi tradisi Arab tersebut. Dalam hal ini G.J. Ibrahim mengungkapkan bahwa tulisan-tulisan pada abad kelima belas sampai abad ke enam belas sangat sedikit menyebutkan tentang makanan buatan pada bayi. Susu binatang sebagai pengganti ASI jarang dipergunakan. Apabila tidak terdapat ASI maka satu-satunya pilihan adalah air susu perempuan lain yang disebut dengan The Wet Nurse (ibu susu).18 Anjuran pemberian ASI, adalah bimbingan dari Allah Taála bagi para ibu supaya mereka menyusui anak-anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh, dan setelah itu tidak ada lagi penyusuan, yang ada adalah kewajiban ayah memberi nafkah kepada keluarganya. Ayat yang terdapat pada QS al-Baqarah/2: 233 adalah kabar tapi maknanya adalah perintah sebagai suatu penempatan baginya pada suatu kedudukan yang telah diakui dan tetap yang tidak butuh kepada perintah, ialah hendaklah para ibu, "menyusukan anak-anaknya selama dua tahun\". Ketika tahun itu diartikan sebagai yang sempurna dan sebagian besar tahun, Allah berfirman, "dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan\". Apabila seorang bayi telah sempurna dua tahun menyusu, maka telah selesailah masa menyusunya dan air susu yang ada setelah itu berfungsi sama dengan segala macam makanan. 18
G.J Ibrahim, Breast Feeding-the Biological Opton, Terj. Suharyono, Air Susu Ibu (Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 1986), h.71.
138
Tanggung jawab penyusuan yang merupakan perintah agama kepada kaum perempuan sebagaimana yang disebutkan dalam QS al-Baqarah/2:233 tersebut dibebankan kepada kaum ibu tanpa melihat apakah ibu kandungnya atau perempuan lainnya. Maksudnya, perintah tersebut tidak mutlak merupakan kewajiban ibu yang melahirkan anak tersebut.19 Beberapa pendapat tentang esensi pemberian ASI kepada bayi di antaranya Thanthawi dalam Husain Ansarian berpendapat sejak kelahiran bayi para ibu diperintahkan untuk menyusukan anak-anaknya. Dua tahun adalah batas maksimal dari kesempurnaan memberikan ASI kepada bayi. Penyusuan selama dua tahun itu, walaupun diperintahkan, tetapi bukanlah kewajiban. Ini dipahami dari penggalan ayat yang menyatakan ‚bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan‛ Namun demikian, hal tersebut merupakan anjuran yang sangat ditekankan, seakan-akan sebagai perintah wajib.20 Al-Razi dalam Husain Ansarian berpendapat bahwa pemberian ASI kepada bayi merupakan tugas seorang ibu dan bukan merupakan kewajiban. Terlepas dari tugas, anjuran, penekanan atau kewajiban, ASI adalah asupan gizi yang penting bagi tumbuh kembangnya bayi. Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.21
19
Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Rawa’I al-Bayan Tafsir ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Juz I (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,1997), h. 350. 20
Husain Ansarian, Membangun Keluarga yang Dicintai Allah: Bimbingan Lengkap Sejak Pra-nikah Hingga Mendidik Anak (Cet. III; Jakarta: Pustaka Zahra, 2007), h. 60. 21
Husain Ansarian, Membangun Keluarga yang Dicintai Allah: Bimbingan Lengkap Sejak Pra-nikah Hingga Mendidik Anak, h. 62.
139
ASI diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air Susu Ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin (IgA) yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit. Begitu pentingnya ASI, sehingga ‚nafaqah dan kiswah‛ menjadi hak ibu, tidak memandang apakah ibu kandung ataukah ibu susuan. Mengenai durasi penyapihan ideal dengan surah Luqman ayat 14, disebutkan penyapihan dilakukan sampai berumur dua tahun. Bedanya pada surah al-Baqarah lebih ditekankan bagi yang menginginkan penyempurnaan. Pada surah ini digambarkan keadaan seorang ibu pada saat mengandung, melahirkan hingga menyusui. ‚wahnan ‘ala> wahnin‛ (lemah bertambah lemah), senada dengan surah al-Ahqaf/46: 15, ‚kurha>n wawad}a‘athu kurhan‛ (susah payah), suatu keadaan yang amat berat. Paparan tentang syariat Islam dan undang-undang perlindungan anak menjamin dan menjaga hak-hak anak. Jaminan tersebut ditegaskan pula pada Bab XA Undang-Undang Dasar 1945 tentang hak asasi manusia. Pasal 28A menyebutkan bahawa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Begitu pula pada pasal 28 B ayat 2 menyebutkan bahwa setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 22 Hikmah ayat yang terkandung dalam QS al-Baqarah/2: 233 tersebut, setidaknya menekankan bahwa ASI sangat penting. Walaupun masih ada 22
Reduksi Indonesia Tera, UUD RI. 1945 & Perubahannya, Struktur Ketatanegaraan (Cet. I; Yogyakarta: Indonesia Tera, 2008), h. 82-83.
140
perbedaan pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim menghormati ayat-ayat Allah tersebut. Terlepas dari wajib atau tidaknya hukum menyusui, dalam ayat tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan. QS al-Baqarah/2: 233 di sana juga disinggung tentang peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan pangan si ibu, agar si ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adalah kerja tim. Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami isteri dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama dari pengambilan keputusan ini harus didasarkan pada penghormatan kepada perintah Allah swt dan pelaksanaan hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintahNya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan. QS al-Baqarah/2: 233 tersebut menunjukkan bahwa masa sempurna menyusui (laktasi) adalah 2 tahun penuh. Turunnya wahyu tentang rentang waktu yan ideal untuk menyusui ini merupakan nikmat Allah yang tak ternilai harganya. Allah swt sudah memberikan petunjuk yang syar’i berhubungan dengan periode menyusui. Tuntunan syariat ini sudah diturunkan berabadabad sebelum ada hasil penelitian yang membuktikan bahwa 2 tahun pertama itu ‚The golden Age‛, masa yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
141
Ibu tidak berdosa apabila tidak menyusui anaknya selama 2 tahun. Sejalan dengan uraian tersebut kebanyakan ulama fikih berpandangan bahwa sesungguhnya ayat QS. al-Baqarah/2:233 tersebut bukan merupakan perintah yang mewajibkan penyusuan kepada seorang ibu. Ayat tersebut merupakan anjuran dan petunjuk dari Allah swt kepada para ibu untuk menyusukan anaknya. Namun demikian anjuran tersebut bisa menjadi wajib dalam beberapa hal meliputi: a. Bayi tidak mau menyusu kecuali dari payudara ibuya. Dalam hal seperti ini seorang ibu wajib menyusui anaknya dalam rangka menyelematkannya dari kehancuran. Begitu pula ibu yang menyusukan anak harus dipaksa untuk memperpanjang kontrak penyusuannya apabila anak yang disusukan tidak mau menyusu kecuali pada dirinya. b. Tidak ada ibu lain yang menyusukannya kecuali dirinya maka wajib atasnya untuk menyusui anaknya demi kelangsungan hidupnya. c. Bapak anaknya atau suaminya tidak memiliki kemampuan mengupah perempuan lain untuk menyusukan anaknya maka ibunya wajib untuk menyusui anaknya agar terhindar dari kematian d. Penganut Mazhab Syafi’I bahkan menambahkan kewajiban para ibu untuk menyusui anaknya pada tetesan pertama dari air susu ibunya setelah sang ibu melahirkan karena menurutnya tetesan ASI tersebut umumnya bisa menjaga kelangsungan hidup sang anak.23 Empat kondisi tersebut, seorang ibu wajib menyusukan anaknya dan apabila
ibu
menolak
maka
wajib
dipaksa
dalam
rangka
menjaga
keberlangsungan hidup anak. Apabila empat kondisi tersebut tidak terjadi maka sesorang ibu tidak wajib untuk menyusukan anaknya. Dalam hal ini ibu boleh menyusukan anaknya boleh juga menolak untuk menyusukannya. 23
Wahbah Zuhaili, Al-Fikhul al-Isla>mi>, wa Adilatuhu, Juz VII (Cet. VI; Damaskus: Da>r alFikri, 2008), h. 661-662.
142
Apabila ibu berkeinginan menyusukan anaknya maka ibu boleh meminta upah penyusuan tersebut selain nafkah yang diberikan suaminya, tetapi boleh juga tidak menuntut upah apabila ibu rela menyusukan anaknya tanpa upah.24 Begitu pula, apabila ibu anak tersebut berhalangan untuk menyusukan anaknya, maka ibu anak tersebut tidak boleh dipaksa kecuali dalam empat kondisi yang telah disebutkan pada uraian yang lalu karena kewajiban menyusukan anak tidak melekat pada diri seorang ibu. Dalam keadaan seperti ini, seorang bapak wajib untuk mencari perempuan lain yang diupah untuk melaksanakan tugas penyususan tersebut.25 Menurut Abdu al-Hakim Abdullah bahwa menyusui tidak bisa dianggap sebagai kewajiban agama yang harus dipenuhi oleh perempuan tetapi merupakan suatu hal yang patut atau wajar dilakukannya sepanjang kedua suami istri mempunyai keinginan yang sama dengan cukup tersedianya jaminan untuk ibu dalam menyusui. Inilah yang dijelaskan oleh al-Qur’an bahwa penyusuan tidak boleh menjadi sumber kesusahan bagi kedua orang tua.26 Tanggung jawab penyusuan yang merupakan perintah agama kepada kaum perempuan sebagaimana yang disebutkan dalam QS al-Baqarah/2:233 tersebut dibebankan kepada kaum ibu tanpa melihat apakah ibu kandungnya
24
Muhammad Muhyidin Abdu, al-Ahwal al-Syakhsiyah fi al-Syari’ah al-Islamiyah Ma’a alIsyarah ila Muqabiliah fi al-Syara’I al-Ukhra (Beriut: Maktabah Ilmiah, 2003), h. 398. 25
Muhammad Muhyidin Abdu, al-Ahwal al-Syakhsiyah fi al-Syari’ah al-Islamiyah Ma’a alIsyarah ila Muqabiliah fi al-Syara’I al-Ukhra, h. 398. 26
Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan, h.
59.
143
atau perempuan lainnya. Maksudnya, perintah tersebut tidak mutlak merupakan kewajiban ibu yang melahirkan anak tersebut.27 Penyusuan tersebut bukan kewajiban para ibu apabila ibu tersebut memiliki uzur untuk menyusui selain dalam beberapa kondisi yang telah disebutkan maka seoranag bapak berkewajiban mengupah perempuan untuk menyusukan anaknya dalam rangka menjaga kelangsungan hidup sang anak. Sebaiknya perempuan yang menyusui anak tersebut tetap berada disamping ibu sang anak, karena pengasuhan anak merupakan hak ibu. Keputusannya untuk tidak menyusui anaknya merupakan hak ibu. Keputusannya untuk tidak menyusui anaknya tidak menggugurkan haknya untuk mengasuh anaknya karena antara keduanya yaitu penyusuan dan pengasuhan masing-masing berdiri sendiri.28 Abdu al-Hakim Abdullah mengungkapkan bahwa salah satu alasan penyusuan bukan merupakan kewajiban ibu adalah pandangan Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Hambali bahwa seorang ibu tidak mutlak wajib menyusukan anaknya. Penyebabnya adalah penyusuan anak adalah sama dengan pemberian nafkah. Sementara pemberian nafkah merupkan kewajiban suaminya atau bapak anak tersebut.29 Kalaupun seorang ibu mau menyusukan anaknya maka hal tersebut disebabkan oleh watak dan sifat seorang ibu yang pasti memiliki rasa kasih 27
Muhammad ‘Ali al-Sabuni, Rawa’I al-Bayan Tafsir ayat al-Ahkam min al-Qur’an, Juz I (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,1997), h. 350. 28
Wahbah Zuhaili, Al-Fikhul al-Isla>mi>, wa Adilatuhu, Juz VII, h. 661-662.
29
Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan,
h.54.
144
saying terhadap anaknya sehingga ibu tersebut juga tidak berhak menuntut atau menerima upah. Oleh sebab itu, seorang ibu berhak menolak untuk menyusukan anaknya, jika memang merasa tidak mampu atau merasa terganggu kesehatannya jika menyusukan anaknya.30 inilah maksud dari potongan ayat dalam QS. al-Baqarah/2: 233, ‚janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya‛. Berdasarkan uraian, jumhur ulama menyimpulkan bahwa dua tahun adalah jangka waktu yang Allah tentukan untuk menyusui dan kemudian disapih. Penetapan al-Quran bahwa bayi boleh disapih setelah dua tahun disusui adalah untuk menghindari konflik dan perselisihan antara orang tua (suami isteri). Namun, meski syariat menetapkan dua tahun, bayi boleh disapih meski masa penyusuannya belum mencapai dua tahun jika memang ada alasan yang dibenarkan serta dengan kesepakatan dan keridaan suami isteri (al-Baqarah: 233). Tentunya hal tersebut tidak boleh sampai membahayakan kondisi bayi. Penetapan perintah agama bagi ibu untuk menyusui bayinya sampai dua tahun merupakan jaminan bagi anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Selama masa penyusuan anak mendapatkan dua hal yang sangat berarti bagi pertumbuhan fisik dan nalurinya. Pertama, anak mendapat pasokan makanan berkualitas prima yang tiada bandingannya karena ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan anak untuk pertumbuhannya sekaligus mengandung anti bodi yang membuat anak tahan terhadap serangan penyakit. 30
Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan,
h.54.
145
Kedua, anak mendapatkan dekapan kehangatan, kasih sayang dan ketentraman yang kelak akan memengaruhi suasana kejiwaannya. Perasaan mesra, hangat dan penuh cinta kasih yang dialami anak ketika menyusui pada ibunya akan menumbuhkan rasa kasih saying yang tinggi kepada ibunya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa penyusuan anak bukan merupakan kewajiban ibu. Penyusuan tersebut hanya bersifat anjuran dan merupakan hak bagi seorang ibu. Kalaupun penyusuan tersebut merupakan kewajiban bagi ibu maka kewajiban yang dimaksud tersebut adalah kewajiban moral bukan kewajiban agama. Namun demikian, ibu yang tetap berkeinginan menyusui anaknya tidak dapat dihalangi dengan memakai alasan bahwa hal tersebut adalah kewajiban bapak. Bagaimanapun juga, menyusukan anak merupakan hak ibu dan juga hak anaknya. Untuk memenuhi hak tersebut maka suami berkewajiban memenuhi segala kebutuhan mereka yang terkait dengan penyusuan. b. Aspek Memberi Naflah Kepada Keluarga (Anak) Seorang ayah wajib menafkahi keluarganya secara lahir guna memenuhi kebutuhan keluarga dengan membeli makanan yang dapat menjadi sari susu di dalam payudara ibu sehingga makanan dan kebutuhan primer sang bayi (menyusu pada ibunya). Bukan hanya secara lahir, dari ayah juga harus menafkahi secara batin yaitu dengan kasih-sayang yang penuh terhadap keduanya. Kewajiban memberi makan dan pakaian itu hendaknya dilaksanakan dengan cara ma’ruf, yang kemudian dijabarkan dalam ayat selanjutnya,
146
‚seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya‛. Seorang ibu selayaknya tidak menderita karena anaknya, dan juga seorang ayah tidak menderita karena anaknya.31 Pemberian ASI kepada bayi membutuhkan totalitas yang maksimal, dukungan dari kedua belah pihak. Alangkah baiknya seorang ibu mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada bayi, yang dimaksud kiswah dan nafaqah berkaitan dengan kebutuhan finansial maupun non finansial menurut kadar dan hak keduanya. Berbeda dengan pendapat Thanthawi dalam Husain Ansarian, yang menjelaskan bahwa apabila seorang ibu tidak menyusui maka seorang suami tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan finansial maupun non finansial dan sebaliknya suami tidak dibebankan memberikan kebutuhan istri jikalau suami tidak mampu memberikannya.32 QS al-Baqarah/2: 233 juga dicantumkan batas maksimal penyapihan adalah dua tahun, secara otomatis durasi pemberian ASI kepada bayi adalah dua tahun terhitung setelah melahirkan. Apabila menghendaki penyapihan lebih awal, maka lebih baik diputuskan antara dua pihak. Hal ini tidak lain sebagai bentuk rasa tanggung jawab sebagai orang tua. Opsi lain yang juga ditawarkan ayat ini adalah, seandainya ibu tidak berkehendak menyusui dengan suatu alasan tertentu maka diperbolehkan disusukan kepada kerabat atau orang lain, secara otomatis nafaqah jatuh kepadanya.
31
Husain Ansarian, Membangun Keluarga yang Dicintai Allah: Bimbingan Lengkap Sejak Pra-nikah Hingga Mendidik Anak, h. 63. 32
Husain Ansarian, Membangun Keluarga yang Dicintai Allah: Bimbingan Lengkap Sejak Pra-nikah Hingga Mendidik Anak, h. 64.
147
Ini mencakup semua baik yang masih dalam ikatan pernikahan dengan suaminya maupun yang telah diceraikan maka seorang ayah wajib memberinya makan. Artinya, memberi nafkah dan pakaian yaitu upah bagi pekerjaan menyusui yang dilakukannya. Ini juga menunjukkan bahwa apabila masih dalam ikatan pernikahan, suaminya wajib memberi nafkah dan pakaian, sesuai kondisinya. Karena itu Allah berfirman, "Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya\". Tidaklah seorang yang fakir dibebankan untuk memberikan nafkah seperti nafkahnya orang yang kaya, dan tidak pula seorang yang tidak punya apa-apa hingga dia mendapatkannya. \"Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya\", maksudnya, tidaklah halal bagi seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya baik dengan melarangnya untuk menyusui anaknya atau tidak diberi hak yang wajib untuknya dari nafkah dan pakaian atau upah ‚dan seorang ayah karena anaknya\" yaitu dengan cara ibunya itu tidak mau menyusui anaknya yang dapat menyengsarakan dirinya, atau ibunya meminta bayaran yang lebih besar dari yang seharusnya dan semacamnya. QS al-Baqarah/2: 233 menunjukkan bahwa apabila salah seorang dari keduanya rela dan yang lainnya tidak rela atau bukan untuk kemaslahatan bayi itu, maka tidak boleh disapih. Dan firman-Nya, \"Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain\", artinya, kalian mencarikan wanita yang menyusuinya selain dari ibunya atas dasar tidak memudharatkan, ‚maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut\",
148
yaitu, bagi wanita-wanita yang menyusui untuk memenuhi hak nafkah anak. ‚Bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan\", maka Dia akan memberikan balasannya bagi kalian atas semua itu dengan kebaikan dan kejelekan. Uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa kewajiban menyusui anak pada dasarnya kewajiban seorang bapak, karena bapak wajib menafkahi keluarganya. Hanya saja seorang bapak memiliki keterbatasan fisik untuk melakukan tugas tersebut sehingga dirinya harus menfkahi istrinya yang menyusi anaknya dan berkewajiban memberikan upah kepada istrinya apabila sang istri menuntut hal tersebut. Apabila ibu seorang anak menolak untuk menyusui anaknya maka bapak anak tersebut tidak boleh memaksa istrinya untuk menyusui anaknya. Untuk itu bapak anak tersebut berkewajiban mencari perempuan lain untuk menyusukan anaknya, sebagai bentuk pemenuhan hak nafkah kepada keluaragnya. Oleh sebab itu, seorang ibu tidak dapat dipaksa untuk menyusukan anaknya menurut ketentuan hukum, kecuali dalam keadaan darurat tidak ada pilihan lain sebagaiman yang telah disebutkan pada uraian yang lalu, selain itu, seorang istri yang telah diceraikan oleh suaminya juga tidak boleh dipaksa untuk menyusukan anaknya karena kewajiban memberi nafkah kepada anak merupakan kewajiban suaminnya karena upah menyusukan tersebut bukanlah merupakan upah murni tetapi sebagai realisasi dari kewajiban seorang bapak memberikan nafkah kepada anaknya.33
33
Wahbah Zuhaili, Al-Fikhul al-Isla>mi>, wa Adilatuhu, Juz, h. 663.
149
Jika penyusuan tersebut merupakan kewajiban bapak sang anak maka kewajiban tersebut adalah kewajiban agama yang bersifat maknawi. Hal ini berarti bahwa bapak sang anak berkewajiban untuk membiayai dan mengusahakan serta bertanggung jawab atas penyusuan tersebut. Dengan demikian, dalam masalah penyusuan anak seharusnya bapak anak itulah yang memiliki peran penting sehingga hak anak untuk menyusui tidak terabaikan. Dalam konsep Islam, tanggung jawab ekonomi berada di pundak suami sebagai kepala rumah tangga. Meskipun dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan bahwa isteri dapat membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut. Oleh karena itu, yang terpenting adalah adanya kerjasama
antara
suami
dan
isteri
dalam
memelihara
anak,
dan
mengantarkannya hingga anak tersebut dewasa. c. Aspek Pengasuhan Anak Selain itu, Islam juga mengatur masalah pengasuhan anak, karena anak berhak mendapatkan pengasuhan yang baik sampai dia mampu mengurus dan menjaga diri sendiri. Pengasuhan merupakan jaminan keselamatan jiwa anak dari kehancuran. Seorang anak kecil bergantung kepada orang lain ketika dia harus makan, mandi, mengganti pakaiaannya dan lain-lain. Apabila pengasuhnya tidak mampu memberinya makanan dengan baik atau tidak bisa menjaga kebersihan dirinya atau tidak bisa menjaga keselamtan fisiknya maka tentu jiwa anak tersebut terancam. Selain itu, pengsuhan yang baik juga berpengaruh pada kondisi psikis anak. Pengasuhan yang memberinya rasa tenang dan aman akan menjamin kesehatan perkembangan jiwanya.
150
Dari QS al-Baqarah/2: 233tersebut dipahami bahwa kendatipun tidak secara eksplisit menegaskan tentang tanggung jawab pengasuhan anak kepada suami sebagai ayah, akan tetapi dipahami bahwa pembebanan ayah untuk meberi nafkah kepada ibu melekat di dalamnya tentang kewajiban pengasuhan. Dengan demikian, maka ditarik suatu simpulan bahwa pengasuhan menjadi kewajiban bersama antara suami dan isteri.34 Di samping itu, terdapat mendapat yang mengatakan bahwa kewajiban pengasuhan hanya dibebabnkan kepada ibu. Hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa firman Allah dalam QS. al-Baqarah : 233 adalah secara tegas menunjuk kepada para ibu. Sedangkan ayah (suami) hanya dibebankan pada kewajiban memberi nafkah kepada isterinya. Hal ini lebih dipertegas oleh hadis nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Baihaqy dan Hakim yang mengatakan : ( أنت ْأحق ْبه ْمالم ْتنكحيengkaulah (ibu) yang berhak memeliharanya selama engkau belum kawin lagi). 35 Hal ini menunjukkan masalah kewajiban pengasuhan anak usia dini adalah masalah lain dengan kewajiban memberi nafkah kepada isteri. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam pandangan Islam pengasuhan berarti mengasuh atau memelihara bayi. Itu berarti bahwa pengasuhan pada prinsipnya adalah pemeliharaan anak yang belum mampu
34
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia (Cet. I; Jakarta : raja Grafindo Persada, 1996), h.
237 35
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Jilid VIII (Cet. I; Bandung : al-Ma’arif, 1978), h. 183.
151
berdiri sendiri yang meliputi biaya pendidikan dan pemeliharaannya dari segala yang membahayakan jiwanya.36 Dengan demikian, yang dimaksud pengasuhan adalah melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyiz, tanpa perintah dari padanya, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikan, menjaganya dari sesuatu yang merusak, jasmani, rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri dalam menghadapi hidup dan dapat memikul tanggung jawab apabila ia sudah dewasa. 37 Tugas dan kewajiban memelihara anak, inheren dengan tugas dan tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai bapak bagi anak-anaknya. Itu berarti bahwa kewajiban mengasuh anak melekat pada kedua orang tua. d. Aspek Pendidikan Islam Dalam QS Luqman:14 ‚Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu bapaknya‛ kalimat dalam QS Luqman:14 mengandung aspek pendidikan Islam, karena bagaimana mungkin seorang anak bisa berbuat baik kepada kedua orang tuanya tanpa ada proses pendidikan sebelumnya, atau pemberian keteladanan dari orang tuanya. Bahkan pendidikan anak dilakukan tidak hanya sejak anak memasuki masa setelah lahir pun butuh pendidikan langsung dari kedua orang tuanya.
36
al-San’ani, Subul al-Salam Jilid III, alih bahasa oleh Abu Bakar Muhammad (al-Ikhlas : Surabaya, 1995), h. 819 37
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid VIII, h. 160.
152
Dalam QS al-Ahqa>f/46: 15. Terdapat kalimat ‚mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan‛. Masa 30 bulan termasuk anak dalam masa kandungan yaitu masa prenatal hingga seorang anak dewasa, orang tua masih terus memberikan pendidikan Islam pada anaknya. Dalam pendidikan Islam, dikenal konsep pendidikan seumur hidup dari buaian hingga liang kubur. Konsep long life education ini melibatkan banyak unsur pembentuk kepribadian manusia dari sejak anak lahir hingga akhirnya meninggal dunia. Konsep pendidikan seumur hidup yang disebutkan di atas, sejalan dengan salah satu adegium masyhūr yang sering dikemukakan para ahli hikmah yakni; أطلبوا ْالعلم ْمن ْالمهد ْإلى ْاللحد.38 (tuntutlah ilmu mulai dari
ayunan sampai ke liang lahat). Dari konsep inilah, lahir beberapa istilah yang mengacu pada termininologi pendidikan seumur hidup, yakni dalam
international dictionary of education dikatakan bahwa pendidikan seumur tiada lain kecuali adalah pendidikan orang dewasa (adult education), pendidikan permanen (educational permanent) atau pendidikan berulang (recurrent education).39 Dari istilah-istilah ini, kemudian terkonsep secara redaksional dalam istilah life long education atau life long integrated
education. Dengan konsep seperti ini, maka pendidikan seumur hidup berarti bahwa manusia mengalami proses pendidikan secara berkesinambungan, atau secara terus menenurus dan kontinyu, serta ber-langsung sampai ajalnya tiba.
38
Ishāq Ahmad Farhān, al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Asālah wa al-Ma’āsirah (Cet. II; t.tp: Dār al-Furqān, 1983), h. 30 39
Tery Page, et. all, International Dictionary of Education (Camridge: The MIT Press, 1980),
h. 206
153
Di antara unsur yang paling dminan adalah orangtua. Jika dilihat unsur tersebut, orangtua merupakan unsur terdekat yang akan sangat mempengaruhi kepribadian seorang anak melalui pendidikan yang dilakukan oleh orang tua sejak anak masih bayi hingga dewasa. Orangtua mempunyai peran yang sangat penting bagi masa depan anak. Keterlibatan peran orangtua bisa bersifat genetik dan non-genetik. Secara genetik, beberapa sifat yang dipunyai anak cenderung diperoleh dari sifat-sifat orang tuanya. Tapi, secara non genetik beberapa perilaku anak dipengaruhi oleh sikap orangtua. Di sinilah orangtua menjadi unsur yang sangat penting bagi pendidikan anak khususnya anak usia menyusui. Dalam QS Luqman:14 ‚Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya‛ terdapat kandungan dari aspek pendidikan Islam, karena perintah berbuat baik kepada orang tua, merupakan hasil keteladanan orang tua kepada anaknya agar berbakti kepada kedua orang tua. Perintah dan proses menyusui anak ditinjau segi pendidikan Islam mengandung beberapa aspek yaitu: 1) Mendidik dan Menanamkan Kasih Sayang Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an dan pesan-pesan Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit. Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua mengayomi dan menyayangi anaknya termasuk dalam proses menyusui anak. Kasih sayang anak kepada kedua orang tuanya bisa dilakukan anak jika anak mendapat contoh dari orang tuanya.
154
Inilah gambaran inspiratif dari luqman yang menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana dalam QS Luqma>n/31: 14.
ۡ ُِ َصئُۥُ فًِ عَب ٍَ ٍۡ ِِ أ ًِٱش ُن ۡش ى َ َٰ ِٱۡلّ َٰ َغَِ ِث َٰ َ٘ىِذ ٌَۡ ِٔ َد ََيَ ۡزُٔ أ ُ ٍُّٔۥُ َٗ ْٕۡاب َعيَ َٰى َٗ ٕۡ ِٖ َٗف ِ ۡ { َٗ َٗص ٍََّْۡب ٔٗ صٍ ُش َ ٌَۡ َٗىِ َٰ َ٘ىِذ ِ ََ ً ۡٱى َّ َل إِى Terjemahnya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun ,. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.40 Ayat ini memberi gambaran tentang pengorbanan seorang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui sang buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan lebih lembut sebagai bentuk mendidik anak dengan memberi keteladanan kasih sayang kepada anaknya. 2) Mendidik dan Menanamkan Rasa Tanggung Jawab Ibu yang memberi ASI kepada anak telah mendidik anak menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak, karena pemberian ASI merupakan teladan ibu kepada anaknya sebagai suatu tanggungjawab orang tua. Pendidikan anak yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap yang dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia akan dipertangungjawabakan di akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Seperti firman Allah swt dalam QS Luqma>n/31: 16.
40
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h 37.
155
ُ ٌَََٰجَُْ ًَّ إََِّّٖبٓ إُِ ر ًِد أَ ۡٗ ف َ ًِبه َدج َّٖخ ٍِّ ِۡ َخ ۡشد َٖه فَزَ ُنِ ف َ َل ٍِ ۡثق ِ َ٘ َٰ ََ َٰ ص ۡخ َش ٍح أَ ۡٗ فًِ ٱى َّغ َۚ َّ د ِثَٖب ۡ َّ َُّ ِٱَّللُ إ ٌ ٱَّللَ ىَ ِط ٞ ٍِف َخج ٔٙ ٍش ِ ض ٌَ ۡأ ِ ٱۡلَ ۡس Terjemahnya: Lukman berkata ‚Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui‛41 Berdasarkan ayat di atas, bahwa menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan berpengaruh positif dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam berbuat. Jika dianalisis ibu yang memberi ASI kepada anaknya memberi keteladanan rasa tanggung jawab sebagai seorang ibu. Hal itu merupakan proses pendidikan Islam sejak dini melalui pemberian contoh rasa tanggung jawab. 3) Mendidik dan Menanamkan Kesabaran Dalam QS Luqma>n/31: 14. ‚Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun‛ keadaan yang dialami sorang ibu dibutuhkan kesabaran sejak ibu hamil sampai menyusui anak selama dua tahun. Jika proses ini telah dilalui oleh seorang ibu berarti seorang ibu telah memberi peddidikan Islam kepada anaknya melalui pemberian contoh kepada anaknya tentang kesabaran. Sudah sepantasnya sebagai orang tua mengajarkan dan memberi contoh kesabaran kepada anak, karena hidup ini penuh dengan lika liku, khususnya 41
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h 37.
156
seorang ibu tidak mungkin bisa menyusui anaknya selama dua tahun tanpa dilaksanakan dengan kesabaran. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak mudah putusasa dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan. Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman dalam QS Al Baqarah/2:153.
ْ ٍُْٱعزَ ِع ْ ٍَُْ ٌََٰٓأٌََُّٖب ٱىَّ ِزٌَِ َءا َّ َُّ ِصيَ َٰ٘ َۚ ِح إ ۡ ٘ا َّ َٰ ٱَّللَ ٍَ َع ٱى َّ ٘ا ثِٱىص َّۡج ِش َٗٱى ٖٔ٘ ٌَِصجِ ِش
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan, Allah berfirman dalam QS Ali Imran/3: 200.
ْ ُ٘ا َٗٱرَّق ْ ُُٗا َٗ َساثِط ْ صبثِش ْ ٱصجِش ْ ٍَُْ { ٌََٰٓأٌََُّٖب ٱىَّ ِزٌَِ َءا َّ ٘ا ۡ ٘ا ٕٓٓ َُُ٘ٱَّللَ ىَ َعيَّ ُنٌۡ رُ ۡفيِذ َ َٗ ُٗا Terjemahnya Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. Kandungan kisah luqman yang termuat dalam ayat di atas, bahwa Lukman menasehati dan memberi pesan kepada generasi selanjutnya (anaanak) untuk mewarisi nilai-nilai akhlak. Oleh karena itu setiap orang tua ingin
157
membina anak-anaknya agar menjadi orang yang baik, kepribadiannya yang kuat dan sikap mental yang sehat dan ahlak yang terpuji dapat dilaksanakan melalui pendidikan dalam rumahtangga, pengalaman pendengaran, maupun prlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadi anak. Sebagian tanggung jawab itu adalah penyelenggraan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Secara sederhana tujuan pendidikan Islam terhadap anak dalam keluarga ialah agar anak menjadi orang yang berbakti kepada orang tuanya dan menjunjung tinggi serta melaksanakan nilai-nilai kebenaran dalam agama maupun kebenaran nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 2. Proses Pendidikan Islam dalam Pemberian ASI kepada Anak a. Pengertian Pendidikan Islam Pengertian pendidikan dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.42 Pengertian
di
atas
menggambarkan
bahwa
pendidikan
yaitu
menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan pertumbuhan mental, jasmani
42
Departemen Agama RI., Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 5
158
dan rokhani, pengembangan individu dan masyarakat serta kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam Undang-undang Republik Indonesia, pendidikan agama Islam merupakan salah satu strategi dalam pembangunan karakter bangsa, terutama dengan diimplementasikannya Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 2 Pasal 3: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.43 Rumusan tujuan pendidikan nasional, memberikan gambaran kriteria manusia Indonesia yang ingin dicapai yaitu; manusia religius, manusia berakhlak mulia yang memiliki komitmen terhadap kehidupan beretika, manusia penggali dan pengamal ilmu pengetahuan, manusia yang memiliki kecakapan sebagai perwujudan nyata dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, manusia kreatif yang memiliki kemandirian dengan sikap hidup dinamis, memiliki semangat hidup, kepedulian terhadap masyarakat dan bangsa, serta berjiwa demokratis. Kegiatan pendidikan berkembang dari konsep paedagogi, andragogi dan education. Dalam konsep paedagogi, kegiatan pendidikan ditujukan hanya kepada anak yang belum dewasa (anak). Coser mengemukakan: ‚Education is
the deliberate, formal transfer of knowledge, skill and values from one person 43
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 (Cet. V; Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 7.
159
to another‛.44 Sementara itu dalam Webster disebutkan ‚education is the process of training and developing the knowledge, skill, mind, character etc especially by formal schooling‛.45 Carter V. Good mengemukakan: (1) pedagogy is the art, practice, or
profession of teaching; (2) the systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education.46 Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education47 dan dalam bahasa Arab ditemukan penyebutaannya dalam tiga kata, yakni al-tarbiyah,
al-ta’līm, dan al-ta’dīb yang secara etimologis kesemuanya bisa berarti bimbingan dan pengarahan. Kata al-tarbiyah dalam Lisan al-Arab, berakar dari tiga kata, yakni; raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh;
rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, dan rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki.48 Definisi pendidikan yang secara global kemudian dihubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan definisi-definisi baru,
44
Coser at all., Introduction to Sosiology (Cet. VIII; Florida: Harcourt Brace Jovanovich, Inc, 2003), h. 380. 45
Webster’s, New World Dictionary (Cet. XI; New York: The World Publishing Coy, 2002),
h. 461. 46
Carter V. Good, Dictionary of Education (Cet. VII; New York: Mc. Graw Hill Book Company, Inc, 2001), h. 387. 47
John Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris-Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Gramedia, 2000), h. 81. 48
Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I (Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th), h. 384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām (Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-Masyriq, 1997), h. 243.
160
yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Definisi pendidikan dengan seluruh totalitas-nya dalam konteks Islam inheren dalam konotasi term al-tarbiyah, al-ta’li>m dan al-ta’dib, yang harus dipahami secara bersama-sama. Dari ketiga term tersebut, term yang paling populer digunakan dalam pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah, sedangkan term al-ta'li>m dan al-
ta’di>b jarang sekali digunakan. Walaupun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna, namun secara esensial setiap term tersebut terdapat perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Karenanya, perlu dikemukakan uraian dan sekaligus analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa asumsi para ahli pendidikan Islam. 1) Term al-Tarbiyah Kata al-tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu: Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu berarti memperbaiki, menguasai urusan, memuat, menjaga, dan memelihara.49 Penggunaan term al-tarbiyah berasal dari kata rabb, kata kerja rabb (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw., seperti terlihat dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an, kata ini digunakan dalam QS AsySyu'ara'/26: 18.
49
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat (Cet. II; Bandung: Diponegoro, 1992), h. 31.
161
َ قَب َه أَىٌَۡ ُّ َشثِّلَ فٍَِْب َٗىِ ٍٗذا َٗىَجِ ۡث ٔ١ ٍَِِْ ذ فٍَِْب ٍِ ِۡ ُع َُ ِشكَ ِع Terjemahnya: Berkata Fir’aun kepada (Nabi Musa) bukankah kami telah mengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.50
Rabba, sebagaimana yang disebutkan dalam QS al-Isra/17: 24.
ۡ َٗ ۡ ِٱخف ٗ ص ِغ ٕٗ ٍشا َ ًِّبح ٱى ُّز ِّه ٍَِِ ٱىش َّۡد ََ ِخ َٗقُو سَّةِّ ۡٱس َدَۡ ُٖ ََب َم ََب َسثٍََّب َ َْط ىَُٖ ََب َج Terjemahnya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"51 Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa kata ‚rabba‛ digunakan untuk tuhan yang senantiasa bersifat mendidik, memelihara dan mencipta. Uraian tersebut, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai pendidik seluruh ciptaan-Nya termasuk manusia. Dalam konteks yang luas definisi pendidikan Islam yang terimplikasi dalam term al-tarbiyah, terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu: a) b) c) d)
Memelihara dan menjaga fitrah anak menjelang dewasa (balig). Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. Melaksanakan pendidikan secara graduasi.52
50
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 574.
51
Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 428
52
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga,
di Sekolah dan di Masyarakat, h. 32.
162
Urian tersebut di atas kelihatannya term al-tarbiyah menunjuk pada arti yang lebih luas, karena di samping mencakup ilmu pengetahuan dan adab, juga mencakup aspek-aspek lain yakni pewarisan peradaban sebagaimana yang dikatakan Ahmad Fu’ad al-Ahwaniy bahwa pada dasarnya, term al-
tarbiyah mengandung makna pewarisan peradaban dari generasi ke generasi).53 Muhammad al-Abrāsy menyatakan bahwa al-tarbiyah mengandung makna kemajuan yang terus menerus menjadikan seseorang dapat hidup dengan berilmu pengetahuan berakhlak mulia, mempunyai jasmani yang sehat, dan akal cerdas.54 Kata al-tarbiyah menunjukkan bahwa hakikat pendidikan adalah proses pertumbuhan anak. Pendidikan mengandung misi untuk membesarkan jiwa dan memperluas wawasan seseorang, dan pendidikan memelihara, dan atau menjaga anak. Kata tarbiyah lebih tepat digunakan dalam mengkonotasikan pendidikan menurut ajaran Islam yang merupakan kegiatan yang memiliki target, tujuan dan sasaran dan pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang, peningkatan kegiatan, dan pengajaran selaras dengan urutan juga sistematika menanjak yang membawa anak didik dari suatu perkembangan ke perkembangan lainnya.
53
Ahmad Fu’ad al-Ahwāniy, al-Tarbiyah fīl Islam (Mesir: Dār al-Ma’arif, t.th), h. 19.
54
Muhammad Athiyah al-Abrāsy, Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm (t.t.: Isā al-Bābī al-Halab, t.th), h. 14
163
2) Term al-Ta’li>m
Al-Ta’li>m telah digunakan sejak priode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Rasyid Ridha mendefinisikan yang dikutip oleh Syamsul Nizar bahwa
al-ta’li>m merupakan proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.55 Argumen ini didasarkan dengan merujuk pada QS al-Baqarah/2: 151.
ْ ُّ٘ت َٗ ۡٱى ِذ ۡن ََخَ ٌَُٗ َعيِّ َُ ُنٌ ٍَّب ىٌَۡ رَ ُن ٔ٘ٔ ََُُ٘ َ٘ا رَ ۡعي َ َ… ٌَُٗ َعيِّ َُ ُن ٌُ ۡٱى ِن َٰز Terjemahnya: …Mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.56 Ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah mengajarkan
tilawah al-Qur’an kepada kaum muslimin. Dengan berdalihkan argumen Rasyd Ridha, dapat diasumsikan bahwa secara implisit, makna al-ta’li>m tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang lahiriyah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan (sains) dan skill yang
dibutuhkan
dalam
kehidupan,
perintah
untuk
melaksanakan
pengetahuan, dan pedoman untuk berprilaku.57 Kata al-ta’līm menurut Abd al-Fattah, adalah lebih universal dibanding dengan al-tarbiyah dengan alasan bahwa al-ta’līm berhubungan dengan
55
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 27. 56
Departemen Agama RI Al-Qur'an dan Terjemahnya h. 38.
57
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis h. 27.
164
pemberian bekal pengetahuan. Pengetahuan ini dalam Islam dinilai sesuatu yang memiliki kedudukan yang sangat tinggi.58 Pendidikan Islam dengan makna al-ta'li>m menurut Rasyid Ridha adalah sebagai proses transimisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.59 Argumentasinya merujuk pada QS al-Baqarah/2.151.
ِ اب َ ََويَُزِّكْي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ْم اْلكت
َك َما أ َْر َس ْلنَا فِْي ُك ْم َر ُس ْوالً ِمْن ُك ْم يَْت لُ ْوا َعلَْي ُك ْم اَيَتِنَا َواْحلِ ْك َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َما ََلْ تَ ُك ْونُ ْوا تَ ْعلَ ُم ْو َن
Terjemahnya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah (as-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang kamu ketahui.60 Menurut Abdul Fattah Jalal bahwa kalimat wa'Yu' allimukum al-Kita>b
wal-hikmah bahwa aktivitas Rasulullah tidak hanya sekedar membuat umat Islam biasa membaca, tetapi mengantar kaum muslim kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkan dapat menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui.61 58
Abd. al-Fattāh Jalāl, Min Ulūl al-Tarbawiy fī al-Islām (Cet. XV; Kairo: Markas al-Duwali li al-Tal’līm, 2003), h. 17 59
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir al-Manar, Juz VII (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 262 60
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 38.
61
Abdul Fattah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Hary Noer Ali (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), h. 29-30.
165
Al-Ta'li>m tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriyah, tetapi juga mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berprilaku. 3) Term al-Ta’di>b Muhammad Naquib al-Attas menyatakan bahwa al-tarbiyah terlalu luas pengertiannya, tidak hanya tertuju pada pendidikan manusia, tetapi juga mencakup pendidikan untuk hewan. Sehingga dia lebih memilih penggunaan kata al-ta’dīb karena kata ini menurutnya, terbatas pada manusia.62 Muhammad Naquib al-Attas mendefinisikan al-ta’di>b merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri anak tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptanya. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.63 Muhammad Naquib al-Attas mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam dengan kalimat al-ta’di>b adalah yang paling tepat. Konsep ini didasarkan pada hadis Nabi saw: 64
) (رواه العسكري.َح َس َن تَأْ ِديِْ ِْب ْ اََّدبَِ ِْن َرِِّّْب فَأ
62
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education (Jeddah: King Abd. al-Azīz, 1999), h. 52. 63
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education, h. 53.
64
Ahmad Mu'az Haqqi, al-Arba'ūna Haditsan fi al-Akhlāq Ma'a Syarhihā, Terj., Abu Azka dengan judul: Syarah 40 Hadis tentang Akhlak, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 23.
166
Artinya: Tuhan telah mendidikku, maka ia menyempurnakan pendidikanku (HR. al-Askary). Kata addaba pada hadis di atas menurutnya berarti "mendidik" bisa juga dimaknai kepada Tuhanku telah membuatku mengenal dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diriku dan telah membuat pendidikanku yang paling baik.65 Dari uraian di atas Muhammad Naquib al-Attās klasifikasikan istilah pendidikan bahwa: 1) Kata tarbiyah, lebih mengacu pada pengertian bimbingan yang memiliki target, tujuan dan sasaran dan pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang 2) Kata al-ta’līm lebih mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan) 3) Kata al-ta’dīb lebih mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab).66 Dengan demikian, dapat diargumentasikan bahwa ketiga term pendidikan di atas merupakan suatu kesatuan integrasi yang sama-sama kerelevansiannya, yang tidak terpisahkan dengan proses pemeliharaan, pengasuhan dan mendewasakan anak. Perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara terminologi para pakar pendidikan Islam telah memformulasikan definisi pendidikan Islam, di antara batasannya yang sangat variatif, di antaranya Armai Arif memberinya definisi pendidikan Islam itu sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertakwa kepada
65
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education, h. 60.
66
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education, h. 63.
167
Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.67 Abdul Rachman Shaleh memberi argumentasi tentang pendidikan Islam sebagai berikut: a) Pendidikan Islam adalah suatu usaha atau aktifitas yang disengaja dan disadari oleh pendidik yang berguna untuk kepentingan anak. b) Bentuk aktivitas atau usaha dalam pendidikan Islam dilakukan dengan melalui bimbingan pembelajaran dan latihan atau pembiasaan dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan pribadi anak berdasarkan ajaran Islam. c) Sasaran aktivitas atau usaha yang dilaksanakan dalam pendidikan agama Islam diarahkan untuk membentuk kepribadian utama sesuai dengan ajaran Islam. d) Obyek sasaran pendidikan Islam selain anak-anak yang kodratnya memerlukan pendidikan untuk mengembangkan potensinya juga orangorang dewasa yang esensinya memerlukan pembinaan agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi hidup sebagai seorang muslim. Karenanya Islam memiliki prinsip long life education. e) Orientasi pendidikan dalam Islam bukan semata-mata Pendidikan Agama Islam saja, akan tetapi mencakup semua aspek pendidikan yang dibutuhkan oleh manusia guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.68 Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa pendidikan Islam sebagai suatu proses atau usaha bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak, agar ia dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam yaitu terbentuknya kepribadian 67
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h 16. 68
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi (Cet. II; Jakarta: PT Gema Windu Pancaperkasa, 2001), h. 4. h. 9.
168
yang utama atau terwujudnya kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. Proses tersebut dilakukan dengan cara pelatihan dan pembelajaran maupun pendidikan. Melalui pendekatan ini anak akan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya. Batasan
pengertian
tentang
pendidikan,
melahirkan
berbagai
interpretasi yang termuat di dalamnya, yakni, adanya unsur-unsur edukatif yang sekaligus sebagai konsep bahwa pendidikan yang menunjukkan suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak, tujuan dan sebagainya. Pendidikan agama Islam dengan pendidikan Islam, kedua istilah ini dianggap sama, sehingga tatkala seseorang berbicara tentang pendidikan Islam ternyata isinya terbatas pada pendidikan agama Islam, atau sebaliknya ketika seseorang berbicara tentang pendidikan agama Islam justru yang dibahas di dalamnya adalah tentang pendidikan Islam. Padahal kedua istilah ini memiliki substansi yang berbeda.69 Pendapat tersebut di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang dilandasi dan dibingkai oleh nilai-nilai ajaran Islam dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak baik
fisik
maupu
psikhis
agar
tumbuh
menjadi
manusia
yang
bertanggungjawab, cerdas dan cakap dalam mengamalkan tanggung jawab kekhalifahannya dalam rangka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
69
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 4.
169
Menurut Muhaimin istilah pendidikan Islam dapat dipahami dalam beberapa perspektif, yaitu: a) Pendidikan menurut Islam, atau pendidikan yang berdasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan serta disusun dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumbernya, yaitu al-Qur’an dan Hadis. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri, dibangun dan dikembangkan dari sumber tersebut. b) Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini dapat berwujud: 1) segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok anak dalam menanamkan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilainilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, 2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak. c) Pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktek penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam. Dalam arti proses bertumbuhkembangnya pendidikan Islam dan umatnya, baik Islam sebagai agama, ajaran, maupun sistem budaya dan peradaban, sejak zaman nabi Muhammad saw. sampai sekarang. Jadi, dalam pengertian ini istilah pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses pembudayan dan pewarisan ajaran agama, budaya dan peradaban umat Islam dari generasi ke generasi sepanjang sejarah.70 Dalam konteks kajian atau penelitian untuk pengembangan pendidikan Islam, Azyumardi Azra mengemukakan bahwa pola kajian kependidikan Islam di Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam literatur yang tersedia, selama
70
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, h.
6.
170
ini lebih banyak berfokus pada tiga kategori, yaitu: 1) kajian-kajian sosio historis pendidikan Islam; 2) kajian pemikiran dan teori kependidikan Islam; 3) kajian metodologis pendidikan Islam.71 Pendidikan Islam itu sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan Sunnah Nabi saw.72 Pedoman pendidikan agama Islam di sekolah umum disebutkan pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan anak untuk mengenal, mamahami, menghayati, mengamalkan hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.73 Pendidikan agama Islam adalah sebagai suatu proses ikhtiar yang mengandung kerakteristik dan watak khusus, yaitu proses penanaman yang menjadi fundamental spiritual dalam kehidupan sehari-hari menurut kaidahkaidah agamanya. Nilai-nilai keimanan yang menjadi fundamental spriritual manusia dari sikap dan tingkah lakunya direfleksikan dalam kehidupan sehari71
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 86. 72
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, h 16.
73
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 76.
171
hari menurut kaidah-kaidah agamanya. Nilai-nilai keimanan seseorang adalah keseluruhan pribadi yang menyatakan dalam bentuk tingkah laku lahiriyah dan rohaniayah dan merupakan tenaga/penegak yang fundamental bagi tingkah laku seseorang.74 Pendidikan agama Islam pada hakikatnya adalah usaha orang dewasa muslim bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kompetensi dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. 75 Pendidikan Islam merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dengan membimbing, mengasuh
anak agar dapat meyakini,
memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan Islam menyelaraskan antara pertumbuhan fisik dan mental, jasmani dan rohani, perkembangan individu dan masyarakat serta kebahagiaan dunia akhirat.76 Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah: a) Pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam. b) Pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan
74
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum (Cet. IV; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), h. 214. 75
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner ed. I (Cet; V; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 32. 76
Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Madrasah (Ujungpandang: Yayasan al Ahkam 1996), h. 10.
172
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. c) Proses pendidikan Islam adalah proses pendidikan dimana Nabi saw., telah mengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak sesuai dengan ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan‛ 77 Pendapat tersebut di atas memberikan gambaran bahwa Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun terhadap orang lain. Disamping itu Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga bersifat praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh, oleh karena itu Pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Samsul Nizar mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu sistem
yang
memungkinkan
seseorang
(anak)
dapat
mengarahkan
kehidupannya sesuai ideologi Islam, melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.78 Berdasarkan pengertian tentang pendidikan agama Islam yang dikemukakan oleh para pakar di atas maka yang dimaksudkan dengan pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana orang dewasa muslim berdasar al-Quran dan hadis untuk membimbing dan melatih pertumbuhan intelek yang memiliki iman, takwa, budi pekerti luhur, dan skill
77
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. IV; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), h.
86. 78
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 32.
173
dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya baik hubungan kepada Allah swt maupun hubungan dengan manusia. Kegiatan pendidikan harus berisikan interaksi antara sipendidik dengan siterdidik. Sipendidik dapat mengambil wujud sebagai guru, pembimbing, pemimpin, orang tua, dan sebagainya. Pendidikan
agama
Islam
dibakukan
sebagai
nama
kegiatan
mendidikkan agama Islam dan merupakan salah satu mata pelajaran yang seharusnya dinamakan mata pelajaran atau bidang studi agama Islam, karena yang diajarkan adalah agama Islam bukan pendidikan Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata pendidikan di sini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal ini PAI sejajar atau sama dengan pendidikan matematika, IPA, IPS, dan lain-lainnya (nama mata pelajarannya adalah matematika, IPA, IPS dan lain-lain). Sedangkan pendidikan Islam bagi Ahmad Tafsir ialah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin.79 Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur`an dan Hadis. Pendidikan agama Islam adalah nama mata pelajaran yang diajarkan di sekolah umum, materimya meliputi 6 aspek yaitu: 1) al-Qur`an, 2) Hadis, 3) Akidah, 4) Akhlak, 5) Fikih, dan 6) Tarikh dan 79
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. VI; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 32.
174
Kebudayaan Islam.80
Keenam aspek materi pendidikan agama Islam ini
terjabar pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berdasrkan uraian di atas, pendidikan agama Islam adalah nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang islami, yang memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang ideal. Dalam implementasinya, pendidikan agama Islam tidak hanya terbatas pada satu dimensi tertentu, akan tetapi meliputi dan melingkupi semua aspek kehidupan manusia, baik yang berdimensi ukhrawi maupun yang berdimensi duniawi yang menjadi tuntunan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai pendidik terhadap seluruh ciptaan-Nya termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, maka pengertian pendidikan agama Islam mengandung empat unsur pendekatan, yaitu: 1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (balig), 2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan, 3) mengarahkan fitrah menuju kesempurnaan, 4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.81 Pendidikan agama Islam sering disalahterjemahkan oleh orang-orang yang berpikiran sempit. Pendidikan agama Islam dipersepsikan sebagai pendidikan yang hanya bergerak pada aspek-aspek tertentu dan terbatas, dalam hal ini hanya menyangkut dimensi ukhrawi. Sehingga yang terjadi
80
BSNP dan Departemen Pendidikan Nasional, Model Silabusddan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP/MTs (Dirjen Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Pertama , Tahun 2007), h. 1. 81
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga,
di Sekolah dan di Masyarakat, h. 31.
175
adalah pendidikan agama Islam menjadi marginal dalam operasionalisasinya, bahkan ada kecenderungan dijauhi oleh orang-orang Islam sendiri. Terbangun sebuah paradigma bahwa pendidikan agama Islam tidak sesuai kebutuhan manusia dalam menata dan meniti kehidupan di dunia. Maka dalam memahami pendidikan agama Islam tidak dapat dilepaskan dari alQur'an dan hadis sebagai masdar masadirnya serta sejarah pendidikan Islam itu sendiri. Pendidikan agama Islam dengan aspek akhlaknya sebagai rumpun pelajaran mulai tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi yang sarat dengan muatan nilai-nilai dan aktualisasi diri dalam kehidupan sehari-hari. b. Mendidik Anak Usia Dini Melalui Pemberian ASI 1) Pemberian ASI Merupakan Proses Pemeliharaan Tumbuh Kembang dan Menjaga Fitrah Anak Salah satu pengertian pendidikan Islam adalah kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu berarti memelihara dan menjaga fitrah.82 Para ahli pendidikan mengakui besarnya peranan ibu dalam mendidik, memelihara, dan menjaga fitrah anak, walaupun ibu digolongkan sebagai kaum yang lemah. Meskipun demikian, secara ruhaniah ibu adalah makhluk Allah yang kuat dalam pendiriannya dan prinsip hidup dalam keluarga. Dalam diri ibu terdapat perasaan halus, kasih sayang, melebihi halusnya perasaan dan kasih sayang seorang bapak. Hal itu disebabkan oleh sifat kewanitaannya, karena ia dikaruniai rahim sebagai tempat kandangan sehingga anak yang berada dalam kandungan merasa aman di dalamnya dan
82
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga,
di Sekolah dan di Masyarakat, h. 31.
176
ASI setelah melahirkan sebagai pemenuhan nutrisi untuk anaknya. Melalui belaian tangan, ciuman serta kata-katanya yang lemah lembut pada saat menyusui anak menjadi lebih dekat dengannya.83 Olehnya itu, para perempuan dianjurkan tetap di dalam rumah menjalankan tugas mengasuh dan menjaga anak. Allah berfirman dalam QSal-Ahzab/33: 33.
َصيَ َٰ٘حَ َٗ َءارٍَِِ ٱى َّض َم َٰ٘ح َّ َٗقَ ۡشَُ فًِ ثٍُُ٘رِ ُن َِّ َٗ ََل رَجَش َّۡجَِ رَجَشُّ َج ۡٱى َٰ َج ِٖيٍَِّ ِخ ۡٱۡلُٗىَ َٰ ِۖى َٗأَقَِۡ َِ ٱى َّ ٱَّللَ َٗ َسعُ٘ىَ َۚ ٓٔۥُ إَِّّ ََب ٌ ُِشٌ ُذ َّ ََِٗأَ ِغ ۡع ٗ ِٖ ذ ٌَُٗطَِّٖ َش ُمٌۡ رَ ۡط ٍشا َ ت عَْ ُن ٌُ ٱىش ِّۡج َ ِٕ ٱَّللُ ىٍِ ُۡز ِ ٍۡ ظ أَ ٕۡ َو ۡٱى َج ٖٖ Terjemahnya: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.84 Salah satu hikmah dari perintah ini adalah agar ibu yang telah melahirkan
dapat
menyusui
anak-anaknya
dengan
sempurna
karena
perempuan selalu berada dalam rumah sebagai tanggungjawab seorang ibu. Dalam hadis Nabi Muhammad saw bersabda:
ٌْ ُْْٖ اع َُٕٗ َ٘ ٍَ ْغئُ٘ ٌه َع ِ َّْاع فَ ََ ْغئُ٘ ٌه ع َِْ َس ِعٍَّزِ ِٔ فَ ْبۡلَ ٍٍِ ُش اىَّ ِزي َعيَى اى ٍ بط َس ٍ ُميُّ ُن ٌْ َس ِٓ ذ ثَ ْعيَِٖب َٗ َٗىَ ِذ ِ ٍْ َاع َعيَى أَ ْٕ ِو ثَ ٍْزِ ِٔ َُٕٗ َ٘ ٍَ ْغئُ٘ ٌه َع ُْْٖ ٌْ َٗ ْاى ََشْ أَحُ َسا ِعٍَخٌ َعيَى ث ٍ َٗاى َّش ُج ُو َس
83
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Cet. VIII; Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007), h. 69.
84
Departemen Agama R.I, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 418.
177
ٌْ اع َٗ ُميُّ ُن ِ ٍَ اع َعيَى ٍ به َعٍِّ ِذ ِٓ َُٕٗ َ٘ ٍَ ْغئُ٘ ٌه َع ُْْٔ أَ ََل فَ ُنيُّ ُن ٌْ َس ٍ َٗ ِٕ ًَ ٍَ ْغئُ٘ىَخٌ َع ُْْٖ ٌْ َٗ ْاى َع ْج ُذ َس 85
ِٔ ٍَِ ْغئُ٘ ٌه ع َِْ َس ِعٍَّز
Artinya: ‚Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya. Seorang amir (pemimpin suatu negri, pent) yang memimpin manusia adalah orang yang diberi amanah, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang laki-laki adalah orang yang diberi amanah terhadap keluarganya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang wanita adalah orang yang diberi amanah terhadap rumah dan anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang budak adalah orang yang diberi amanah terhadap harta majikannya, dan ia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya.‛ Kata [ٍ]راع َ dalam hadits di atas biasanya diterjemahkan ‚pemimpin‛, akan tetapi kami terjemahkan dengan ‚orang yang diberi amanah‛ karena arti [اع َ dalam hadits ini adalah [ٌِ ََ َ ]دبفِظٌ ٍُ ْؤر/ ‚penjaga yang diberi amanah‚, dan ٍ ]س perempuanlah diberi amanah untuk memberi ASI kepada anaknya. Ibu memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pemeliharaan tumbuh kembang dan menjaga fitrah anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu berada di sampingnya. Oleh karena itu, anak sangat mudah dipengaruhi perangai ibunya. Ibu merupakan orang yang mulamula menjadi temannya dan mula-mula dipercayainya, karena ibu merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap tumbuh
85
Abi| Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Baradzabah alBukhariy al-Ju’fiy, Sahi|h al-Bukha|riy, Juz I no. 2416 (Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr al- Ilmiy, 1992), h. 523.
178
kembang fitrah anak. Hal ini sesuai dengan maksud salah satu hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abū Huraerah, yaitu;
ُك يل: صلَّى اللُ عَلَيْ ِو َو َسلَّ َم َ َ ق: ال َ ََع ْن اَ ِِّب ُى َريْ َرةَ َر ِض َي اللُ َعنْوُ ق ال النِ ي َ َِّب 86 ٍ مولُو ص َرانِِو اَْو ُُيَ ِّج َسانِو رواه البخارى ع د ل و ي د َ ِّ َلى اْ ِلفطََرةَ فَأَبْ َواهُ يُ َه ِّو َدانِِو اَْو يُن ُ َ ُ ْ ْ َْ َ
Artinya:
Dari Abi Hurairah ra, bahwa Nabi saw bersabda: setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahūdi, Naşrāni atau Majūsi. (H.R.Bukhariy) Konteks hadis tersebut sebagai petunjuk bagi orang tua agar lebih eksis mengarahkan fitrah yang dimiliki oleh anak secara bijaksana. Ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw tersebut mengandung implikasi bahwa fitrah merupakan suatu pembawaan setiap manusia sejak lahir, dan mengandung nilai-nilai religius dan keberlakuannya mutlak. Fitrah yang dimiliki itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan khusunya ibunya, dalam arti fitrah tidak dapat berkembang tanpa adanya pengaruh positif dari lingkungannya yang mungkin dapat dimodifikasi atau dapat dirubah secara drastis bila lingkungan itu tidak memungkinkan untuk menjadi fitrah itu lebih baik. ْ Sesungguhnya anak itu bagaikan radar yang dapat menangkap setiap obyek yang ada di sekitarnya. Karenanya, bila sang ibu bersifat jujur, pemurah, lemah lembut, pemberani, dan dapat menjaga kehormatan diri, maka anaknya akan tumbuh dengan perangai-perangai yang terpuji pula. Sebaliknya, bila sang ibu tidak mempunyai perangai-perangai yang terpuji seperti di atas, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pendusta, 86
Abi| Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Baradzabah alBukhariy al-Ju’fiy, Sahi|h al-Bukha|riy, Juz I (Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr al- Ilmiy, 1992), h. 421.
179
pengecut, dan penghianat pula. Kendati pun anak mempunyai pembawaan yang baik dan memiliki fitrah yang suci, tetapi jika tidak mendapatkan pendidikan, bimbingan, dan teladan yang baik, terarah dan sehat, maka tidak mustahil ia akan menyimpang dari fitrah kepribadiannya itu.87 Anak yang baru dilahirkan ibarat kertas putih yang bersih tanpa noda. Orang yang pertama kali menulisi kertas tersebut adalah orang tua si anak. Bagus tidaknya tulisan yang dihasilkan tergantung bagaimana si orang tua menuliskannya. Apakah kertas tersebut mau diisi coretan yang tanpa makna atau tulisan indah nan menarik. Oleh karena itu, seorang ibu dalam keluarga menduduki posisi sentral yang memiliki daya pengaruh terhadap kualitas tumbuh kembang dan fitrah anak, apalagi jika dikaitkan dengan peran domestiknya yang sangat dominan dan bersentuhan langsung secara intens dengan anak serta anggota keluarga lainnya. 2) Pemberian ASI Merupakan Proses Pembentukan Kepribadian Anak Salah satu pengertian pendidikan dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan keperibadian anak. Pengertian kepribadian anak adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang anak yang membedakan dirinya dari orang lain.88
87
Khairiyah Husain Thaha, Ibu Teladan (Kajian Pendidikan Islami) (Cet. VIII; Surabaya: Risalah Gusti, 2004), h. 98. 88
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. XII; Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h. 788.
180
Pemberian ASI selama dua tahun memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kepribadian anak. Pola kasih sayang, perhatian dan lemah lembut orang tua. Sehingga pengaruhnya adalah anak akan menjadi belahan hati yang mempunyai kepribadian dan sifat-sifat yang terpuji sebagaimana semangat tujuan pendidikan Islam. Periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap
perkembangan
kepribadian
anak, karena
dengan
menyusui
memberikan pelekatan erat dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak yang disusui mempunyai intelegensia dan emosi lebih matang yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.89 Dalam proses pembentukan kepribadian anak, kenyataannya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik dalam proses pertumbuhan biologisnya maupun proses perkembangan psikisnya dari seorang anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak antara lain: a) Faktor heriditor, yakni keturunan atau warisan dari sejak lahir dari kedua orang tuanya, neneknya dan seterusnya yang biasanya di turunkan melalui chromoson. b) Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan anak hidup (bertempat tinggal) atau (bergaul) dapat berdampak 89
James W. Anderson, Pembandingan terhadap Bayi yang Diberi ASI dengan Bayi yang Diberi Susu Buatan Pabrik, h. 41.
181
menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif) bagi proses perkembangan dan pertumbuhan kepribadian anak.90 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, para ahli juga berbeda pendapat di antaranya: Aliran nativisme (Schopenhawur) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Ahli yang beraliran empirisme (John Locke) berpendapat bahwa perkembangan kepribadian anak itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan pendidikan, sementara itu faktor dasar atau pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Adapun ahli yang beraliran konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut, baik faktor dasar (pembawaan) maupun faktor lingkungan (pendidikan), kedua-duanya secara konvergent akan menentukan (mewujudkan) perkembangan kepribadian anak.91 Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan mengatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian yaitu faktor dasar/ pembawaan (faktor internal) dan faktor lingkungan (faktor eksternal). Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam M. Alisuf Sabri,, baik faktor kondisi
internal maupun faktor kondisi eksternal, dapat mempengaruhi tempo, sifat, atau kualitas perkembangan kepribadian anak.92 90
Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan (Cet. XI; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 31.
91
M. Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan (Cet. XIII; Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 173. 92
M. Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, h. 173
182
Bertitik tolak dari uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat diasumsikan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
kepribadian anak ada dua, yaitu: a) Faktor intern, atau faktor yang berasal dari dalam diri anak, yang berasal dari keturunan dan pembawaan. b) Faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri anak yang berasal dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum para pakar ilmu kejiwaan berpendapat bahwa kepribadiaan
merupakan
suatu
mekanisme
yang
mengendalikan
dan
mengarahkan sikap dan prilaku seseorang. Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar, serta ia bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Akan tetapi, sebaliknya apabila kepribadiannya lemah, ia mudah terombang-ambing oleh berbagai faktor dan pengaruh yang datang dari luar. 93 Kepribadian terbentuk melalui semua bentuk pengalaman dan nilai-nilai yang diserapnya dalam pertumbuhan anak termasuk pengalaman disusui oleh ibunya. Karena pada dasarnya ibu yang menyusui telah melakukan ketaatan kepada Allah, atau menjalankan nilai agama Islam. Apabila nilai-nilai agama
93
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Keluarga: Tinjauan Psikologi Agama, dalam Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyaraklat Modern, (Cet. II; Bandung: Rosdakarya, 1994), h. 58-65
183
banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian anak, tingkah laku orang tersebut akan diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Disinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk usia menyusui. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa fungsi dan tanggung jawab ibu terhadap anak adalah : (1) Pembinaan kepribadian anak, maksudnya membina anak agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan pembinaan kepribadian sangat efektif dilakukan sejak dini (usia menyusui); (2) Perkembangan agama pada anak, yaitu dengan melalui pendidikan dan pengalaman bagi orang tuanya, agar anak itu dapat tumbuh dan berkembang sesuai ajaran Islam; (3) Pembiasaan pendidikan pada anak, yaitu hendaknya setiap pendidikan menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya.94 Anak wajib mendapatkan perhatian yang layak demi perkembangan jiwanya. Anak itu harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, bermoral dan berguna bagi masyarakat. Tujuan yang diharapkan pada terbentuknya pribadi anak yang baik yaitu orang yang sempurna kepribadiannya termasuk lurus jalan pikirnya serta
94
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Cet. XIV; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993), h. 61.
184
jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya, sanggup melaksanakan perintah agama dengan jelas dan sempurna.95 Secara praktis, yang dimaksud individu adalah kepribadian anak yang merupakan seluruh aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadanya. Kepribadian muslim di sini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya mencerminkan atau merealisasikan ajaran Islam. 3) Pemberian ASI Merupakan Proses Pengembangan Intelektual Anak (Meningkatkan Kecerdasan Anak) Di antara pengertian pendidikan Islam adalah kata al-ta’līm yang mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan).96 Untuk meningkatkan kecerdasan anak diperlukan gizi yang cukup sejak dini. Para ahli gizi sependapat bahwa ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan
bagi
perkembangan
otak
yang
mendukung
peningkatan
kecerdasan bayi. Pemberian ASI bagi bayi mempunnyai tiga dampak positif. a) Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal. Hal ini dikarenakan adanya interaksi yang baik antara ibu dan bayi, yang terjalin ketika menyusui. Dengan asupan gizi yang optimal, ASI dapat membantu perkembangan sistem saraf otak yang berperan meningkatkan kecerdasan bayi.
95
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.142-143. 96
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education, h. 63.
185
b) Bayi yang diberi ASI hingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas. Hal tersebut dikarenakan ASI mengandung DHA dan AA. Sementara itu, bayi yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intelectual Quotient) yang lebih rendah tujuh sampai delapan poin dibandingkan bayi yang diberi ASI. c) Anak saat lahir ke dunia, seorang bayi telah memiliki otak yang berkapasitas 100 miliar sel otak (neuron) dengan koneksi-koneksi awal. Artinya, jumlah neuron di dalam otak si kecil 16 kali lebih banyak daripada jumlah penduduk bumi. Bahkan, lebih banyak daripada jumlah bintang di Galaksi Bima Sakti.97 Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan otak pada bayi yang diberi ASI lebih baik daripada bayi lain. Penelitian pembandingan terhadap bayi yang diberi ASI dengan bayi yang diberi susu buatan pabrik oleh James W. Anderson membuktikan bahwa IQ (tingkat kecerdasan) bayi yang diberi ASI lebih tinggi 5 angka daripada bayi lainnya.98 Berdasarkan hasil penelitian ini ditetapkan bahwa ASI yang diberikan hingga 6 bulan bermanfaat bagi kecerdasan bayi, dan anak yang disusui kurang dari 8 minggu tidak memberikan manfaat pada IQ. Memberi
ASI
dalam
jangka
waktu
panjang
mempertajam
pengembangan daya pikir anak. Ungkapan kasih ibu sepanjang masa ini akan membuktikan jika anak merupakan kekuatan dari seorang ibu buat anaknya. Pemberian ASI ekslusif dapat meningkatkan kecerdasaan buat anak dari pada sebuah susu formula. Jadi alangkah baiknya apabila seorang ibu tetap memberikan ASI dengan secara eksklusif dan jangan dibatasi, kecuali ibu 97
Azizah Amir, Asi Menurut Pandangan Agama Islam (Cet. I; Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2006), h. 52. 98
James W. Anderson, Pembandingan terhadap Bayi yang Diberi ASI dengan Bayi yang Diberi Susu Buatan Pabrik (Cet. II; Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007), h. 41.
186
tidak bisa mengeluarkan ASI baru ditanggulangi dengan susu formula yang dapat dilihat kualitasnya. ASI dapat mencerdaskan anak dalam perkembangannya karena di dalam ASI terdapat gizi yang lengkap secara alami dan keseimbangan sperti protein, karbonhidrat, lemak dan mineral yang menyebabkan air susu dapat dengan
mudah
dicernakan,
sehingga
jarang
menimbulkan
gangguan
percernaan seperti diare. Dalam penelitian juga mengatakan dalam menyusui anak dapat meningkatkan interaksi dengan kata-kata ibu ke anak yang dapat membantu pengembangan kemampuan otak anak. Anak yang diberi ASI lebih lama waktunya ternyata dalam tes IQ mencapai angka rata-rata 5,9 dan dari segi akademik dapat lebih mudah membaca dan menulis karena daya ingatnya yang lebih cepat. Begitu juga anak-anak lebih mudah dan gampang berinteraksi dalam perkembangannya. Dan daya tahan kekuatan tubuhnya lebih atau kekebalannya terhadap penyakit lebih kuat dari pada yang tidak menggunakan ASI. Juga kandungan asam lemak (fatty Acid) di dalam ASI dapat meningkatkan kecerdasan pada anak. Bagi kaum ibu alangkah lebih perhatian bagi anaknya yang masih balita untuk meningkatkan ASI kalau memang ASI siibu sangat lancar, kecuali ASI si ibu terbatas dan tidak bisa keluar sama sekali. Baru mencari alternative yang lain dan tidak kalah bagusnya dengan ASI. Sebagai anugerah Ilahi, ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi yang
187
mendukung pengembangan intelektual anak (meningkatkan kecerdasan anak). Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Air susu ibu merupakan gizi yang terbaik bagi bayi. Sumber nutrien satu-satunya yang berperan pada pertumbuhan yang cepat dan sehat bagi otak dan sistem saraf bayi yang membantu pengembangan intelektual anak (meningkatkan kecerdasan anak). 4) Pemberian ASI merupakan proses pendidikan akhlak (adab) Kata al-ta’di>b mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab) yang merupakan bagian dari pengertian pendidikan Islam.99 Olehnya itu, anak sejak dini diberi pendidikan akhlak melalui menyusui anak. Periode emas bagi perkembangan anak adalah ketika usia menyusui. Proses menyusui merupakan salah satu bentuk pendidikan kepada anak dan dimaksudkan untuk memperoleh proses pendidikan melalui dekapan kasih sayang dari ibu. Pendidikan akhlak dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh teladan dari orang tua khususnya dari ibunya. Oleh karena itu, ibu harus bertutur kata dan bertingkah laku yang baik saat menyusui anaknya, karena anak selalu mengamati akhlak ibunya saat menyusui anaknya. Semakin banyak unsur akhlak mulia yang disaksikan dan dirasakan oleh anak sewaktu kecil (menyusui), semakin mudah membina akhlaknya.100
99
Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education, h. 63.
100
Zakiah Daradjat, Pendidikan Anak dalam Keluarga: Tinjauan Psikologi Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 63.
188
Akhlak ibu harus mengacu pada al-Qur’an dan hadis. Akhlak tidak mendasarkan penilaiannya berdasarkan hati nurani atau fitrah karena walaupun fitrah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran, akan tetapi fitrah manusia tidak selalu terjamin dan berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar, misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan. Oleh karena itu, fitrah hanya merupakan potensi dasar yang perlu dipelihara dan dikembangkan, dan penilaian baik dan buruknya suatu perbuatan tidak dapat diserahkan sepenuhnya hanya kepada fitrah manusia semata.101 Demikian juga halnya dengan akal pikiran dan adat kebiasaan, hanya dipandang sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Bahkan dikatakan memiliki mental yang sehat bila ia terhindar dari penyakit jiwa dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya keharmonisan dalam jiwa dapat dicapai dengan menjalankan ajaran agama Islam dan menerapkan norma-norma sosial yang berhubungan dengan ahklak mulia. Dengan demikian, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Dikatakan demikian karena akhlak mulia menentukan kesempurnaan iman seseorang, ditegaskan dalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Dawud berikut ini: 101
Sattu Alang. Kesehatan Mental dan Terapi Islam (Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2001),
h. 11.
189
َّ به قَب َه َسعُ٘ ُه صيَّى اىيٌَّٖ َعيَ ٍْ ِٔ َٗ َعيَّ ٌَ أَ ْم ََ ُو ْاى َُ ْؤ ٍٍَِِِْ إٌِ ََبّاب َ َِّللا َ َع َِْ أَثِ ًْ ُٕ َش ٌْ َشحَ ق 102 )أَدْ َغُُْٖ ٌْ ُخيُقاب (سٗآ أث٘ داٗد Artinya: Hadis dari Abu Huraerah beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Kaitannya dengan hal tersebut, akhlak sebagai salah satu ajaran pokok dalam Islam meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam pengertian bahwa manusia dalam berhabl min Allah dan berhabl min al-nas, harus berdasarkan akhlak yang mulia, yaitu sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan hadis, termasuk dalam menyusui anak sebaiknya mengikuti anjuran al-Qur’an yaitu dua tahun bagi ibu yang mampu melakukannya. 5) Pemberian ASI merupakan proses mengarahkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak Dalam pengertian pendidikan Islam disebutkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak dengan segala potensi yang dianugrahkan oleh Allah saw, kepadanya, agar mampu mengemban amanah dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah swt.103
102
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’asy al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz II (Suriah: Dar al-Hadits, t.th), h. 537. 103
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, h. 4.
190
Para pakar kesehatan dan gizi akhir-akhir ini begitu gencarnya mengkampanyekan pemberian ASI kepada bayinya. Karena di dalam ASI terdapat zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh kembang mereka secara baik dan optimal. Di samping juga mengurangi angka gizi buruk pada balita. Pemberian ASI yang teratur membantu kecukupan asupan gizi mereka. Apalagi pada fase awal kelahirannya. a) Peretumbuhan Fisik ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.104 Dari segi gizi, ASI memiliki komponen nutrisi yang diperlukan bayi antara lain karbohidrat (6,5–7,7%), protein (1-1,5%), lemak (3,5%), vitamin, mineral dan air. Kadar zat besi dalam ASI besarnya antara 0,3-0,7 mg/L dengan bioavailibilitas yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa kadar ini dapat mempertahankan status zat besi yang adekuat pada bayi sampai usia 6 bulan. Kandungan nutrisi dalam ASI lebih adaptif untuk pencernaan bayi sehingga seluruh komponen tersebut dapat digunakan untuk keperluan pertumbuhan fisik bayi.
104
Depkes RI. Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Cet. I; Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004), h. 19.
191
Dari segi kesehatan bayi, ASI mengandung sejumlah komponen imunoaktif yaitu IgA, lisosim, laktoferin, faktor bifidus dan makrofag yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal, infeksi saluran pernafasan, dan lain-lain. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan atau lebih ternyata dapat melindungi bayi dari serangan otitis media tunggal ataupun berulang. Sifat protektif ini berasal dari IgA yang memblokir perlekatan
Streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza ke sel-sel retrofaringeal dan tingginya kadar prostaglandin yang berfungsi profilaksis terhadap otitis media. Selain itu IgA juga berperan terhadap antigen Shigela dan sel memori yang terbentuk dapat bertahan lama bahkan sampai 3 tahun sehingga dapat melindungi bayi dari shigelosis.105 Sehingga pertumbuhan fisik bayi bisa optimal. Secara berangsur-angsur, selama dua minggu setelah ibu melahirkan, kolostrum berubah menjadi ASI mature. Selama masa transisi ini, volume ASI meningkat pesat, sedangkan konsentrasi antibodi berkurang. Hal itu tidak berarti bahwa kolostrum menghilang, namun tetap menjadi vaksin gratis yang akan melindunginya dari serangan berbagai virus dan bakteri. Dapat disimpulkan bahwa menyusui pada sejam pertama setelah kelahiran bayi, yang dilanjutkan dengan menyusui secara eksklusif selama dua tahun, akan meningkatkan pertumbuhan fisik bayi yang didapatkan dari ASI. 105
Suharyono, Air Susu Ibu dan Manfaatnya (Cet. III; Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2010), h. 28.
192
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik baik bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan fisik bayi karena didalam ASI mengandung zat besi yang paling sempurna untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Selain itu, ASI mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang baru lahir adalah kandungan minyak omega-3 asam linoleat alfa. Selain sebagai zat penting bagi otak dan retina manusia, minyak tersebut juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Omega-3 secara khusus sangat penting selama masa kehamilan dan pada tahap-tahap awal usia bayi yang dengannya otak dan sarafnya berkembang secara normal. ASI memiliki kandungan protein dan lemak yang tepat untuk kebutuhan pertumbuhan fisik bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin sehingga tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama.106 ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang
106
Utami Roesli, ASI dalam Pandangan Kesehatan dan Islam (Cet. III; Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007), h. 71.
193
sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai infeksi sehingga memungkinkan mendukung pertumbuhan fisik bayi. Untuk menjaga kesehatan fisik anak perlu dijaga pola makan ibunya ketika masa pembukuan menjelang kelahiran seorang ibu tetap menjaga kesehatan. Perhatian utama adalah konsumsi makanan yang halal dan baik (bergizi). Karena apa yang akan dikomsumsi oleh ibu, maka itu yang akan dikonsumsi anak memalui ASI, maka makanan disuguhkan kepada seseorang harus halal dan bervitamin, dalam QS al-A’Raf/7: 31
ُّإَِّّٔۥُ ََل ٌُ ِذت
َۚ ۡ َٗ ٘ا ْ ٱش َشث ْ ُٗا ِصٌَْزَ ُنٌۡ ِعْ َذ ُم ِّو ٍَ ۡغ ِج ٖذ َٗ ُمي ْ ۞ ٌََٰجَِْ ًٓ َءا َد ًَ ُخ ُز ُ٘ا َٗ ََل رُ ۡغ ِشفُ ٓ٘ ْا ٖٔ ٍَِِۡٱى َُ ۡغ ِشف
Terjemahnya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan.107 Abd. Razak menegaskan bahwa dengan ASI seorang anak dapat sehat, kuat dan bertenaga yang tidak diikuti perkembangan fisik yang normal dan sempurna dari lahir dan batin.108 Jika keberadaan anak dengan perawatan yang
107
Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 151.
108
Abd. al-Hakim, Abil Allah Ahmiyat al-Ridha at al-Thabiyat Diniyyan Wa Shakkiyan, diterjemahkan oleh Abdul Rahman B. dengan judul eutamaan Air Susu Ibu‛ (Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), h. 69
194
baik dan intensip anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna, bahkan ia lebih bergairah dan bersemangat menjalani hidupnya. Maka orang tua mempunyai perhatian dalam kesehatan jasmani sejak dini untuk menjaga pertumbuhan fisik anak,109 sehingga kondisi fisik anak tidak lemah. Salah satu kabila di Nogoslavia yang rata-rata mencapai usia 100 tahun setelah diteliti, terbukti faktor penyebab adalah makanan yang bergizi, sebab makanan pokok mereka adalah daging kambing dan susu kambing serta madu. Mereka senantiasa menjauhkan dari minuman keras dan daging babi.110 Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan pertumbuhan fisik anak. Ini menyangkut kesehatan dan kekuatan badan serta keterampilan otot, yang dilakukan orang tua adalah menanamkan, membiasakan hidup sehat, makanan dan minuman bergizi dan berkalori yang cukup, keteraturan makan dan minum serta istirahat yang secukupnya. Hal tersebut paling efektif dilakukan bagi ibu yang menyusui anaknya.111 Uraian di atas, memberikan isyarat setiap orang tua, bagaimana pun keberadaannya walaupun hanya sedikit pengetahuan tetap memberikan pendidikan jasmani dan kesehatan, karena pengurus cukup baik, menyangkut pembentukan fisis bagi anaknya. 109
Perhatian bagi orang yang berhubungan dengan pendidikan jasmani dan kesehatan antara lain: menu makanan yang bergizi dengan empat sehat lima sempurna, daging binatang laut, darat dan segala sesuatu yang dihasikan bumi seperti biji-bijian, buah-buahan, termasuk juga minuman madu dan susu yang bernilai tinggi. Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan Dalam Islam (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 59 110
Ahmad Mu'az Haqqi, al-Arba'ūna Haditsan fi al-Akhlāq Ma'a Syarhihā, Terj., Abu Azka dengan judul: Syarah 40 Hadis tentang Akhlak, h. 25. 111
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif, h. 156
195
b) Perkembangan Psikis Anak Pemberi ASI kepada anak terkait dengan perkembangan phisik dan psikologis bayi tersebut. Terkait dengan perkembangan psikisnya, bayi yang menurut ilmu psikologi berada pada fase oral yang ditimbulkan oleh stimulasi dalam daerah mulut anak seharusnya anak memperoleh kepuasan oralnya. Menurut Fenichel sebagaimana yang dikutip Kartini Kartono bahwa tidak terpenuhinya kepuasan oral pada bayi dan anak kecil disebabkan misalnya bayi tersebut terlalu cepat disapih. Peristiwa ini mengakibatkan timbulnya nafsu kompensatoris untuk pemuasannya, dan diekspresikan dalam bentuk sikap pesimistis dan tingkah laku yang sadistis. Adapun penyapihan yang lambat
akan
menyebabkan
pemuasan
terhadap
dorongan
oral
dan
menghasilkan sikap optimistis dan kepercayaan diri.112 Menyusui anak selama dua tahun penuh bukan saja dalam rangka menjalankan perintah yang disyari’atkan Allah tetapi juga secara ilmu kesehatan dan gizi sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan phisik bayi, serta sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan psikis sang anak. Setelah melahirkan ibu dibekali air susu sebagai sumber makanan bagi anak yang dilahirkannya. Padahal jika diselami lebih jauh proses menyusui itu bukan hanya sekedar transfer nutrisi makanan pada sang bayi. Akan tetapi juga terjalinnya hubungan yang begitu indah dan mesra antara bayi dan 112
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) (Cet. VII; Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2005), h. 90.
196
ibunya, yaitu hubungan cinta kasih yang begitu tulus dan suci. Bimbingan, perhatian dan kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua dengan anaknya, merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis anak serta niali-nilai sosial dan religius pada diri anak. Setiap bayi normal membutuhkan cinta kasih dan perlindungan mesra dari ibunya. Ini merupakan kebutuhan primer dan kodrati, di samping kebutuhan vital mendapatkan ASI dan pemeliharaan. Kebutuhan akan kasih sayang ibu tersebut sudah berlangsung sejak awal sekali. Yakni semenjak perkembangan janin dalam rahim ibunya. Unsur cinta kasih merupakan semen pengokoh bagi pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu support psikologis berupa lindungan ibu, kasih sayang dan kontak jasmaniah sewaktu menyusui bayi sama penting dan nilainya dengan perlindungan fisik dan kenyamanan dalam rahim ibu. Para ibu merasakan puncak kepuasan dan kebahagiaan karena bisa mencukupi kebutuhan bayinya dengan ASI sendiri. Sehubungan dengan ini periode menyusui dirasakan oleh ibu dengan perasaan mengendap, dan dialami sebagai periode yang paling intim dan mesra. Kedekatan antara ibu dan bayinya dapat dilihat dari perilaku menangis jika sang ibu pergi meninggalkannya dan anak akan senang apabila sang ibu menghampiri dan menggendongnya. Selanjutnya timbullah hubungan batin yang tidak terputuskan.
197
Al-Qur’an mengilustrasikan hal ini pada kisah nabi Musa yang telah disusukan oleh ibunya dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Maka nabi Musa kemudian menolak ibu persusuan yang telah disiapkan keluarga Fir’aun, dalam QS al-Qasas/28 ayat 12:
ٌَُٕۡٗ ٌۡذ ٌَ ۡنفُيَُّ٘ٔۥُ ىَ ُن ِ ۞ٗ َدشٍَّۡ َْب َعيَ ٍۡ ِٔ ۡٱى ََ َشا ٖ ٍۡ ظ َع ٍِِ قَ ۡج ُو فَقَبىَ ۡذ ٕ َۡو أَ ُدىُّ ُنٌۡ َعيَ َٰ ٓى أَ ٕۡ ِو َث َ ٕٔ َُُ٘صذ ِ ََّٰ ُىَٔۥ Terjemahnya: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?"113 Ayat di atas menunjukkan tentang kekuasaan Allah swt, karena pada umumnya bayi tidak tahu apa-apa. Namun apa yang terjadi pada diri Nabi Musa, ia dapat membedakan kehangatan menyusu dengan ibu kandungnya dan menyusu dengan wanita lain. Nabi Musa enggan menyusu dengan wanita lain tersebut.114 Itu gambaran keintiman yang tercipta ketika seorang bayi menyusu dengan ibunya. Pada waktu menyusui bayinya, realitas anak dihayati ibunya secara kongkrit dengan luapan perasaan kasih sayang ibu. Maka aktivitas menyusui
113 114
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 385.
Huzaimah T Yanggo, Fiqih Anak: Metode Islam dalam Mengsuh dan Mendidik Anak serta Hukum- Hukum yang Berkaitan dengan Aktivitas Anak (Cet. II; Jakarta: al-Mawardi, 2004), h.171.
198
itu bagi kebanyakan ibu merupakan kegiatan yang menyenangkan. Karena memberikan kebanggaan dan kebahagiaan khusus. Depedensi bayi, keserasian hidup bayi yang bergantung pada ASI nya sendiri, serta fungsi keibuannya. Semua ini memberikan arti yang sangat dalam dan khas bagi seorang ibu, karena ia mampu menghayati makna dari hidupnya.115 Kegiatan menyusui yang baik bukan saja bergantung pada ketertiban schedule waktunya saja, akan tetapi terutama sekali bergantung pada sikap hidup (attitude) ibu yang bersangkutan. Hal ini dicerminkan pada cara ia memberi makanan dan menyusui bayinya. Sebab keseimbangan batin dan harmoni dalam kehidupan emosional sang ibu sangat mempengaruhi kelancaran keluarnya ASI. Sedang air susu yang melimpah bisa menjamin perumbuhan jasmaniah dan perkembangan kehidupan emosional bayinya.116 Kesulitan makan dan proses menyusui pada bayi itu ada kalanya mencerminkan agresi atau kemarahan pada anak. Misalnya sebagai ekspresi rasa ketakutan, kecemasan hebat dan ketegangan batin yang memuncak. Kondisi ini bisa memicu bayi tidak mau makan dan menyusui. Betapa pentingnya sikap hidup ibu yang positif penuh kasih sayang bagi perkembangan psikis bayi karena menyusui pada bayi mempunyai arti psikolologis yang bervariasi. Makanan dan air susu bisa diartikan sebagai relasi yang intim dan persekutuan dengan ibu. Ada pula yang mengartikannya alat securitas serta ada yang memakai makanan sebagai alat pemuas bagi 115
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), h. 95.
116
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), h. 98.
199
harapan yang tidak tercapai/terpenuhi. Sehingga dapat difahami bahwa kondisi kekurangan makan (under-eating) dan kebanyakan makan (over–
eating) itu ada kalanya merupakan symptom patologis, diakibatkan oleh kecemasan dan ketakutan tertentu, dengan faktor penyebab yang psikologis sifatnya.117 Dalam Islam, kondisi psikis ibu yang menyusui bayi atau anak ini perlu untuk menjadi perhatian. Ketika kondisi phisikis sang ibu baik maka akan berdampak baik juga bagi perkembangan psikis anaknya. Sebaliknya ketika kondisi psikis ibu buruk/ tidak baik maka akan tidak baik pula untuk perkembangan psikis anaknya. Selayaknya suami dan anggota keluarga yang lain memberikan rasa nyaman dan support kepada sang ibu yang menyusui. Pentingnya kondisi psikis yang baik ini tersirat dalam lanjutan kisah nabi Musa dalam QS al-Qasas/28: 7.
ذ َعيَ ٍۡ ِٔ فَأ َ ۡىقٍِ ِٔ فًِ ۡٱىٍَ ٌِّ َٗ ََل رَ َخبفًِ َٗ ََل ِ ظ ِعٍ ِۖ ِٔ فَئ ِ َرا ِخ ۡف ِ َٗأَ ۡٗ َد ٍَْۡبٓ إِىَ َٰ ٓى أ ُ ًِّ ٍُ٘ َع َٰ ٓى أَ ُۡ أَ ۡس ٧ ٍَِِل َٗ َجب ِعيُُ٘ٓ ٍَِِ ۡٱى َُ ۡش َعي ِ ٍۡ َرَ ۡذ َضِّ ِۖ ًٓ إَِّّب َسآ ُّدُٗٓ إِى Terjemahnya: Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.118
117 118
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), h. 99.
Departemen Agama RI. AL-Qur’an dan Terjemahnya, h. 385.
200
Tersirat dalam ayat ini ibu persusuan yang disediakan keluarga Fir’aun tersebut barangkali menurut Allah swt bisa saja wanita yang kurang baik. Sehingga apabila Nabi Musa disusukan pada wanita tersebut akan mempengaruhi pribadi Nabi Musa sendiri. Karena itulah maka Nabi Musa menolak menyusu pada wanita tersebut atas petunjuk langsung dari Allah swt.119 Islam mensyari’atkan menysui anak sampai berusia dua tahun. Di samping untuk memenuhi kebutuhan gizi dan makanannya pemberian ASI juga membantu perkembangan psikis anak. Secara psikologis, menyusui mengandung tiga hal penting: a) Interaksi antara ibu dan bayi. Secara psikologis, pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat tergantung pada integritas ibu dan bayi. Kasih sayang ibu dapat memberikan rasa aman dan tenang, sehingga bayi bisa lebih agresif menyusui. Dengan demikian, gizi yang diperoleh bayi pun semakin banyak. b) Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas, karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. c) Menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Di satu sisi, ibu boleh merasa bangga lantaran sanggup menyusui bayi sesuai kodratnya sebagai wanita. 120 Menyusui tidak sekadar memberi makanan kepada bayinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi. Perasaan
119
Huzaimah T Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer (Cet. I; Jakarta: al-Mawardi, 2001),
h. 173. 120
Azizah Amir, Asi Menurut Pandangan Agama Islam, h. 51.
201
sayang antara ibu dan bayi bisa meningkatkan produksi hormon, terutama oksitosin yang akhirnya dapat meningkatkan produksi ASI. 6) Pemberian ASI merupakan proses bimbingan dan asuhan terhadap anak Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).121 Hakikat mengasuh anak meliputi pemberian kasih sayang dan rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Untuk itu, dalam mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak jasmani, intelektual, emosional, ketrampilan, norma, dan nilai pendidikan Islam. Pengasuhan anak, hendaknya dilaksanakan dengan baik. Dalam melaksanakan pengasuhan hendaknya mempertimbangkan faktor anak yang menjadi diasuh. Dalam kaitannya dengan bimbingan dan pengasuhan anak hendaknya disesuaikan dengan prinsip pertumbuhan anak. Dengan demikian, ibu dituntut untuk memahami prinsip pertumbuhan anak. Dalam hal ini, menurut pandangan Jalaluddin bahwa ada tiga prinsip yang mendasar dilakukan dalam pengasuhan anak kaitannya dengan pendidikan, yaitu : a) Prinsip biologis, secara fisik, anak yang baru lahir dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa di sekelilingnya. Anak belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah merupakan makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal sehingga dibutuhkan pengasuhan dari ibunya. 121
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h. 86.
202
b) Prinsip tanpa daya yaitu anak belum sempurna pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka anak yang baru dilahirkan selalu mengharapkan bantuan perawatan dari orang tuanya karena belum mampu mengurusi dirinya sendiri, sehingga dibutuhkan bimbingan dan pengasuhan dari ibunya. c) Prinsip eksplorasi yaitu kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan, bimbingan dan pengasuhan. Akal dan fungsi mental lainnya pun akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan, bimbingan dan pengasuhan diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. 122 Dari ketiga prinsip yang dikemukakan oleh Jalaluddin di atas, dapat dipahami bahwa anak yang baru lahir itu memerlukan pemeliharaan, bimbingan dan pengasuhan yang harus dimantapkan sejak masih bayi. Sebab kesemuanya itu tidak dapat dipenuhi secara sekaligus melainkan memerlukan pentahapan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pengasuhan hendaknya mempertimbangkan aspek pendidikan anak, khususnya pendidikan agama. B. Masalah dalam Pemberian ASI dan Solusinya 1. Masalah Saat Menyusui Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat timbul sejak sebelum persalinan, pada masa pasca persalinan dini, dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula disebabkan karena kelainan khusus. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi
122
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Cet. II, Jakata : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 64.
203
“bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterpretasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.123 Beberapa masalah yang dapat menghambat proses menyusui. Permasalahan yang sering terjadi dan cara mengatasinya antara lain: a. Puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri) Keadaan seperti ini sering terjadi pada ibu menyusui, dikarenakan kesalahan teknik melepaskan puting dari mulut bayi setelah selesai menyusui. Perawatan payudara yang tidak benar juga mengakibatkan puting lecet karena membiarkan puting dalam keadaan basah dan akan menumbuhkan kuman dan menimbulkan infeksi serta lecet. b. Payudara mengalami pembengkakan Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak sering menyusu atau bayi malas menyusu mengakibatkan ASI menumpuk didalam payudara. c. Bentuk putting melekat ke dalam (retracted nipple) Masalah rectracted nipple sering terjadi pada ibu menyusui, penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Kemungkinan karena bawaan bentuk payudara sejak lahir. d. Saluran untuk keluarnya ASI tersumbat Saluran ASI yang tersumbat akan mengakibatkan terjadinya benjolan pada salah satu bagian payudara, misalnya ada benjolan di atas atau di bawah
123
Suradi, Seni Menyusi Bayi (Cet. V; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 94.
204
payudara. Biasanya karena aliran darah yang tidak lancar ataupun karena payudara jarang dihisap oleh bayi. 2. Solusinya bagi Ibu yang Mengalami Masalah Menyusui Menyusui merupakan suatu kewajiban sekaligus tantangan. Pada minggu-minggu pertama, menyusui dapat terasa nyeri bila tidak dilakukan dengan tepat. Puting dapat terluka atau lecet apabila ibu membiarkan bayinya menghisap pada puting dan tidak pada areolanya. Bila ibu tidak menyusui secara rutin sesuai keinginan bayi, tidak jarang payudara akan terasa keras dan nyeri. Olehnya perlu solusi bagi ibu yang mengalami kendala dalam memberi ASI kepada bayinya, sebagai berikut: a. Breast care
Breast care disebut juga dengan perawatan payudara yang bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat dengan mudah untuk proses menyusui. Adapun cara melakukan breast care, yaitu: 1) Ibu berbaring dengan benar 2) memasang handuk pada bagian perut bawah dan bahu sambil melepaskan pakaian atas, handuk dikaitkan dengan peniti 3) mengompres kedua puting dengan kapas yang dibasahi minyak kelapa atau baby oil selama 2-3 menit 4) mengangkat kapas sambil membersihkan puting dengan melakukan gerakan memutar dari dalam keluar
205
5) dengan kapas yang baru, bersihkan bagian tengah putting dari sentral keluar, melakukan penarikan bila puting inverted 6) membasahi kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil dan melakukan pengurutan dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah dan ke depan sambil menghentakkan payudara. Pengurutan dilakukan sebanyak 2030 kali 7) setelah itu melakukan terapi ketuk mengelilingi payudara dari luar ke arah puting sebanyak 20-30 kali 8) meletakkan waskom di bawah payudara dan menggunakan waslap yang dibasahi air hangat. Mengguyur payudara sebanyak 5 kali, kemudian di lap dengan waslap bergantian dengan air dingin, masing-masing 5x guyuran kemudian diakhiri dengan air hangat 9) mengeringkan payudara dengan handuk yang di pasang di bahu; (10) membersihkan lagi dengan kapas, jangan membiarkan payudara dalam keadaan basah 10) memakai BH dan pakaian atas ibu dan menganjurkan klien memakai BH yang menopang payudara.124 Pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai menyusui. 124
Roesli Utama, Problematika Menyusui dan Solusinya (Cet. III; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), h. 56.
206
Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. b. Pijat Oksitosin Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.125 Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan
kenyamanan
pada
ibu,
mengurangi
bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Melepaskan baju ibu bagian atas Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal Memasang handuk Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan 6) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya 7) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit 8) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
125
Roesli Utama, Problematika Menyusui dan Solusinya, h. 68.
207
9) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.126 c. Memperhatikan Posisi Bayi Keadaan ini dapat dikurangi dengan mengatur posisi dan membiarkan bayi untuk menyusui sesuai kebutuhan, mengurut payudara, dan mengompres hangat atau dingin di antara waktu menyusui. Ibu menyusui juga dapat mengalami penyumbatan saluran ASI nya yang menyebabkan mastitis; infeksi payudara yang nyeri. Mastitis membutuhkan perawatan medis yang baik. Kelainan puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses. Puting lecet/puting luka. Kelainan tersebut merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting.127 Perlu diperhatikan posisi bayi saat menyusu dan pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie). 126 127
Roesli Utama, Problematika Menyusui dan Solusinya, h. 69.
Ratna LB, Perubahan Perilaku Pemberian ASI (Cet. IV; Jakarta: Batara Karya Aksara, 2010), h. 91.
208
Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand. Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun, lotion, salep, atau menggosok-gosok dengan handuk. Perlu dilakukan perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari
209
setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam.128 Payudara penuh merupakan suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak. Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi sehingga ASI ibu lancar.129 Untuk mencegah payudara bengkak, segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI dengan cangkir.
128
Ratna LB, Perubahan Perilaku Pemberian ASI, h. 92.
129
Ratna LB, Perubahan Perilaku Pemberian ASI, h. 93.
210
Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara dan puting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang. Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara. Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara tampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit. Memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Manfaat pemberian ASI kepada anak usia dini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: pertma aspek gizi, yaitu kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Kedua aspek imunologik yaitu ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi, mengandung immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Mengandung sekretori Ig. A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. Mengandung laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Mengandung lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. mengandung nitrogen yang menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus, bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Juga sangat bermanfaat bagi ibunya yaitu mencegah perdarahan, mengurangi berat badan ibu, mengurangi resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim, serta penundaan kehamilan. 211
212
1. Pandangan Islam terhadap pemberian ASI pada anak usia dini mengacu pada dua hal pertama anjuran menyusui anak dalam al-Qur’an QS alBaqarah/2: 233, QS Luqma>n/31: 14, dan QS al-Ahqa>f/46: 15 secara umum mengandung makna di antaranya: aspek pemberian ASI kepada anak, aspek memberi nafkah kepada anak, dan aspek pengasuhan kepada anak. Khusus aspek pendidikan Islam kepada anak meliputi: mendidik menanamkan kasih sayang, mendidik menanamkan rasa tanggung jawab, mendidik dan menanamkan kesabaran. Kedua proses pendidikan dalam pemberian ASI kepada anak usia dini diimplementasi oleh ibu berdasarkan pengertian pendidikan Islam yaitu term al-
Tarbiyah, term al-Ta’li>m, dan term al-Ta’di>b. (1) kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu berarti memelihara dan menjaga fitrah. Dalam pemberia ASI terdapat perasaan halus, kasih sayang dan lemah lembut sehingga memungkinkan keberhasilan pemeliharaan tumbuh kembang dan menjaga fitrah anak; (2) kata al-ta’līm yang mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan). Pemberia ASI kepada anak memungkinkan asupan gizi lebih maksimal, sehingga meningkatkan kecerdasan anak (3) kata al-ta’di>b mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab). Anak yang mendapat ASI mendapat teladan kesetiaan dan kasih sayang dari ibunya sehingga sangat berperan membentuk akhlak mulia anak, karena periode emas dalam membentuk akhlak anak
213
adalah ketika usia menyusui (4) dalam memberikan ASI terdapat pola kasih sayang, perhatian dan lemah lembut orang tua kepada anak sehingga memberikan peran dan stimulus terhadap perkembangan kepribadian anak; (5) memberi ASI berarti mengarahkan pertumbuhan fisik, karena dalam menyusui timbul gerak kasar dengan melakukan gerakan yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk dan menendang yang memungkinkan memperbaiki pertumbuhan fisik anak. Menyusi akan mendukung perkembangan psikis anak karena dalam menyusi adanya support psikologis berupa lindungan ibu, kasih sayang dan kontak jasmaniah sewaktu menyusui bayi. Olehnya itu, dibutuhkan kondisi phisikis ibu yang baik karena berdampak baik bagi perkembangan psikis anaknya; dan (6) dalam pendidikan Islam dperlukan bimbingan dan asuhan terhadap anak. Proses menyusui anak tercipta bimbingan dan pengasuhan yang mantap bagi bayi, karena dalam mengasuh anak melibatkan seluruh aspek kepribadian jasmani, intelektual, emosional, ketrampilan, norma, dan nilai pendidikan Islam. 2. Masalah dalam pemberian ASI yaitu biasanya puting mengalami perlukaan
(puting
lecet
dan
nyeri),
payudara
mengalami
pembengkakan, bentuk putting melekat ke dalam (retracted nipple), dan aluran untuk keluarnya ASI tersumbat. Sedangkan solusi adalah breast care yaitu perawatan payudara yang bertujuan untuk memelihara
214
kebersihan dan memperlancar ASI. pijat oksitosin yaitu pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae, dan memperhatikan posisi bayi pada saat menyusui. B. Implikasi Penelitian 1. Untuk meningkatkan kesadaran ibu memberikan ASI pada bayinya diperlukan penanganan serius dari pihak yang berwenang agar memberi sosialisasi baik secara langsung maupun melalui media tentang manfaat ASI bagi anak dan bagi ibu yang menyusui. 2. ASI bagi anak dan Ibu yang menyusui sangat bermanfaat, namun dalam kenyataan di lapangan masih banyak orang tua belum mengetahui manfaat ASI baik untuk anak maupun manfaat bagi ibu, dengan demikian perlu pengetahuan bagi keluarga tentang manfaat ASI melalui sosialisasi baik itu dilakukan oleh lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan maupun sosialisasi ditempat ibadah, tentu dibutuhkan peranan para Ulama memberikan materi pentingnya pemberian ASI kepada anak dalam mensyiarkan agama Islam. Karena pada dasarnya orang tua yang memberi ASI pada anaknya berarti telah melaksanakan proses pendidikan sejak dini. 3. Dalam rangka suksesnya pemberian ASI kepada anak tanpa merugikan karir kaum ibu maka diperlukan suatu kesadaran individu dan kolektif dalam mendukung ibu yang memberi ASI kepada anaknya agar diberi kebijaksanaan waktu untuk menyusui. Bukan hanya kesadaran individu dan kolektif, tetapi pemerintah harus menangani secara serius dengan
215
membangun sarana pendukung suksesnya pemberian ASI kepada anak khususnya bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Bahkan memberi sanksi kepada kantor pemerintah dan perusahaan swasta yang tidak mendukung suksesnya pemberian ASI bagi ibu yang bekerja. 4. Agar pemberian ASI bisa berjalan dengan baik, hendaklah diniatkan untuk ibadah menyusui bayinya, ‚Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudahmudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah swt.‛. 5. Kepada petugas kesehatan, guru, dan juru dakwah agar mensosialisasikan pemberian ASI, karena memberi ASI kepada anak bukan hanya memenuhi kebutuhan anak, akan tetapi sebagai ibadah bagi yang melakukannya. 6. Khususnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menjadi teladan bagi lembaga lain tentang perhatian serius kepada ibu yang sedang memberi ASI anaknya. Misalnya menyiapkan fasilitas ruangan khusus bagi ibu yang menyusui anak, guna memperlancar pemberian ASI pada anak. Lembaga pendidikan Islam sangat penting menjadi teladan dalam hal pemberian ASI karena ibu yang memberi ASI telah melaksanakan proses pendidikan sejak dini. Berdasarkan hasil penelitian disertasi ini bahwa ibu yang memberi ASI telah
216
menjalankan pendidikan Islam sesuai dengan pengertian pendidikan Islam dalam kata al-tarbiyah, al-ta’līm dan al-ta’di>b. 7. Pemberian ASI pada anak perlu mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, khususnya umat Islam, karena para Nabi terdahulu telah diberi ASI dengan sempurna. Islamlah yang pertama kali memperkenalkan pentingnya ASI dalam Al-Qur’an sudah sejak empat belas abad yang lalu memerintahkan agar para ibu menyusukan anak dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena dalam fase anak usia 0-2 tahun, sang bayi praktis hanya mengandalkan asupan ASI dari ibu. Proses yang paling berpengaruh dalam pembentukan jati diri anak dalam fase ini adalah proses penyusuan. Para ahli pendidikan mengungkapkan, bahwa anak kecil sangat terpengaruh dengan ASI wanita yang menyusuinya, akhlaknya melalui air susu yang diminumnya dan perlakuan ibu dan ayah yang penuh kasih sayang, akan memberi warna positif terhadap sang bayi. Susuan, dekapan dan kehangatan ibunya yang shalihah sangat menentukan pembentukan akhlakmulia anak.
217
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an al- Karim dan Terjemahnya ‘Abdillah, Abu>, Ah}mad ibn Muh}ammad ibn H}ambal, Musnad Ah}mad ibn H}ambal, Juz. VI. Cet. I; Beirut: ‘A>lam al-Kutub, 1419 H./1998 M. Abi| Abdillah Muhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah Ibn Baradzabah al-Bukhariy al-Ju’fiy, Sahi|h al-Bukha|riy, Juz I. Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr al- Ilmiy, 1992. Abd. al-Fattāh Jalāl. Min Ulūl al-Tarbawiy fī al-Islām. Kairo: Markas alDuwali li al-Tal’līm, 1988. Abdullah, Bisri. Pemberian ASI pada Bayi di Kabupaten Bantaeng. Tesis, Pasca Sarjana UNHAS Makassar, 2003. Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan, ter. Abdul rahman B., Air Susu Ibu. Cet. I; Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1993. Abdu, Muhammad Muhyidin. al-Ahwal al-Syakhsiyah fi al-Syari’ah alIslamiyah Ma’a al-Isyarah ila Muqabiliah fi al-Syara’I al-Ukhra. Beriut: Maktabah Ilmiah, 2003. Abu Muhammad bin Abdu al-Maksud, Fatwa al-Mu’asirah al-Muslimah, Juz II. Cet. I; Beiirut: Dar ibn Hazm, 2001. Adriani. M. Pengaruh Suplemen Yodium dan Yodium–Selenium Terhadap Kadar T3 (Triyodothyronin), T4 (Tetra Yodothyronin), dan Yodium Uriner pada anak sekolah Dasar Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang Jawa Timur, Kongres Nasional XII PERSAGI Jakarta. 2002. Afiyanti dalam Mutiara T. Uji Efek Pelancar ASI Tepung Daun Kelor Moringa oleifera (lamk)) pada Tikus Putih Galur Wistar. Laporan Hasil Penelitian Disertasi. Universitas Brawijaya, 2011. Ahmad Fu’ad al-Ahwāniy, al-Tarbiyah fīl Islam. Mesir: Dār al-Ma’arif, t.th. Ahmadi, Abu. Psikologi Perkembangan. Cet. VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Akil, Andi Amrullah. Studi Fikih Atas Pemberdayaan Air Susu Ibu Perspektif Studi Gender. Disertasi, Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar, 2012.
217
218
Allen & Gillespie, Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl. New Delhi: UNICEF India, 2003. Ansarian, Husain. Membangun Keluarga yang Dicintai Allah: Bimbingan Lengkap Sejak Pra-nikah Hingga Mendidik Anak. Cet. III; Jakarta: Pustaka Zahra, 2007. Anis, Yekti. dan Agus T. ASI Akslusif; Status Kini dan Harapan di Masa Depan. Cet. V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Cet. II; Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Aritonang. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Petunjuk Praktis Menilai Status Gizi dan Kesehatan. Kanwil Depkes Yogyakarta, 2004. Asyaraf, Abdu al-Hakim Abdullah Ahammiyatu al-Rada’ah al-Tabi’iyah Diniyan wa Sihhiyan, ter. Abdul Rahman B., Air Susu Ibu. Cet. I; Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 1993. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Cet. I Jakarta: Logos, 1999. Amir, Azizah. Asi Menurut Pandangan Agama Islam. Cet. I; Jakarta: PT. Rajagravindo Persada, 2006. Anderson, James W. Pembandingan terhadap Bayi yang Diberi ASI dengan Bayi yang Diberi Susu Buatan Pabrik. Cet. II; Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007. Alang, Sattu. Kesehatan Mental dan Terapi Islam. Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2001. Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’asy al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz II. Suriah: Dar al-Hadits, t.th. Arifin, M.Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum. Cet. IV; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000.
Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner ed. I. Cet; V; Jakarta: Bumi
Arifin, M.
Aksara, 2000.
219
al-Attās, Muhammad Naquib. Aims and Objective of Islamic Education. Jeddah: King Abd. al-Azīz, 1999. Badriul. ASI Eksklusif Sebagai Basisi Gizi Anak. Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Balitbang Kemenkes, Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta, 2010. Baso, Megawati. Studi Longitudinal Pertumbuhan Bayi yang Diberi ASI dan yang Tidak Diberi ASI di Kabupaten Gowa. Disertasi, Pasca Sarjana UNHAS Makassar, 2009. Barmawi, Bakir Yusuf. Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak dan Remaja. Cet I; Semarang: Toha Putra 1993. Biddulph. J, Stace. Kesehatan Anak. Cet. IV; Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2005. Biro Pusat Statitik. Makassar Dalam Angka 2014. Makassar: Biro Pusat Statistik, 2005. Carter V. Good. Dictionary of Education. New York: Mc. Graw Hill Book Company, Inc, 1995. Coser at all. Introduction to Sosiology. Florida: Harcourt Brace Jovanovich, Inc, 1983. Denzin, Norman K. et.al, Hand Book of Qualitative Research. Cet. I; Yoykarta: Pustaka Pelajar, 2009. Departemen Agama RI. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006. Depkes RI.Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta, 2008. Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2003. Depkes RI. Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Cet. I; Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004. Depkes RI. Spesifikasi dan Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Instan Untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2003.
220
Depkes RI., Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI). Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2004. Echols, John dan Hassan Shadili. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1981. Elizabeth, Hurlock B. Perkembangan Anak, Edisi Enam Jilid 1. Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002. Faisal, Anwar. Pengembangan Teknologi MP ASI dari Pangan Lokal Untuk Anak Baduta. Cet. II; Media Gizi dan Keluarga, IPB Bogor, 2003. Fatimah. Pertumbuhan antara bayi yang disusui dan bayi yang diberi formula di Kabupaten Maros. Disertasi, Pasca Sarjana UNHAS Makassar, 2010. Fattah, Nanang. Landasan Manajmen Pendidikan. Cet. V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001. Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq. Kajian Implementasi dan Kebijakan ASI dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Cet. II; Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2013. Gartner dalam Deddy Muchtadi Gizi Untuk Bayi, ASI, Susu Formula dan Makanan Tambahan. Cet. II; Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2005. Guza, Afnil. Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 dan UUD 1945 (hasil Amandemen). Cet. III;Jakarta: Asa Mandiri, 2006. Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Cet. VII; Jakarta: Gunung Mulia, 2003. Hadju. Peningkatan Status Gizi Anak Balita Melalui Perbaikan Kualitas ASI. Makassar: Pusat Studi Gizi dan Pangan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, 2000. --------. Pertumbuhan Anak dan Pola Pemberian ASI. Makassar: Pusat Studi Gizi dan Pangan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar, 2001. Hadju dan Thaha. Masalah Gizi dan Pangan dan Alternatif Pemecahannya dari Perspektif Kemandirian Lokal, Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia dan Center For Regional Resource Development & Community Empowerment, 2002.
221
Hafizd, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Cet. IV ; Bandung : Mizan, 1999. Hassan, Husein R. Ilmu Kesehatan Anak. Cet. I; Jakarta: FKU, 2007. Hardinsyah. Pemberian ASI pada Bayi Sebelum Usia 4 Bulan Di Kota Bogor, DPP Pergizi Pangan Indonesia Bekerja Aama dengan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan UNHAS, 2002. Hautvast. Baby-Friendly Hospital Initiative: Revised, Updated and Expanded for Integrated Care. New York: UNICEF, 2006. Husaini. Study Nutritional Anemi an Assesment of Information Compilation for Supporting and Formulating National Polycy and Program. Cet. II; Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes, 2005. al-Husain, Abu Muhammad bin Mas’ud al-Bagawi. Tafsir al-Bagawi Ma’ alim al-Tanzil, Jilid I. Riyad: Dar at-Tayyibah,t.th. Hawari, Dadang al- Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Cet. III; Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 2001. Haqqi, Ahmad Mu'az. al-Arba'ūna Haditsan fi al-Akhlāq Ma'a Syarhihā, Terj., Abu Azka dengan judul: Syarah 40 Hadis tentang Akhlak. Cet. I; Jakarta: Pustaka Azzam, 2003. al-Hakim, Abd. Abil Allah Ahmiyat al-Ridha at al-Thabiyat Diniyyan Wa Shakkiyan, diterjemahkan oleh Abdul Rahman B. dengan judul eutamaan Air Susu Ibu‛. Jakarta: Fikahati Aneska, 1993. Ibrahim, G.J. Breast Feeding-the Biological Opton, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 1986. al-Jasas, Abu Bakar Ahmad Ar-Razi. Ahkam al-Qur’an, Juz I (beriut: Dar alFikri, 1993. Jahari,A,B. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan). Cet. III; Jakarta: Penebar Swadaya, 2012. Jalaluddin. Mempersiapkan Anak Saleh: Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul Allah saw. Cet III; Jakarta: Raja Grafindo Persada 2000. Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I. Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th). Khamzah, Siti Nur. Segudang Keajaiban ASI. Cet. I; JogJakarta: Flash Books, 2012.
222
al-Khat}i>b, ‘Ajja>j, Us}u>l al-H}adi>s\. Beirut: Da>r al-Fikr, 1409 H/1989 M. Khomsan A, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Cet. II; Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003. -------. Peran Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Cet. II; Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004. al-Khin, Mustafa, et al. al-Fiqhu al-Manhajji. Cet. VIII; Damaskus: Dar alQalam, 2014. King, F.S. Menolong Ibu Menyusui. Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007. Kodyat, B. Overview Masalah dan Program Kesehatan dan Gizi Masyarakat di Indonesia. Makalah Disampaikan pada Training Peningkatan Kemampuan Penelitian Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Bogor 18-30 Agustus 2009. Koenjaraningrat. Kesehatan Ibu & Anak. Cet. II; Jakarta: Ladang Pustaka & Intimedia, 2006. Latifah,M. Potret Muatan Pengtahuan Pangan dan Gizi dalam Kurikulum sekolah Dasar. DPP Pergizi Pangan Indonesia Bekerja Sama dengan Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan UNHAS, 2007. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām. Cet. XXVII; Bairūt: Dār alMasyriq, 1997. Mappanganro. Implementasi Pendidikan Islam di Madrasah. Ujungpandang: Yayasan al Ahkam 1996. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Mardalis. Metode Penelitian. Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Morley D. Pediatric Priorities in Developing World. Edisi Indonesia. Cet. III; Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, 2004. Moehji, Sjahmien. Ilmu Gizi. Cet. II; Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2002. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. XXVII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Muhammad Naquib al-Attās. Aims and Objective of Islamic Education. Jeddah: King Abd. al-Azīz, 1999.
223
Muhammad Athiyah al-Abrāsy. Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm (t.t.: Isā alBābī al-Halab, t.th. Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. Muhammad bin Salih al-Usaimin, Muzakkirah Fikhu, Juz III. Cet. I; Cairo: Dar al-Gadida al-Jadid, 2014. Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Mulyasa, Enco. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Mustafa, Muhammad Bin Mulihuddin al-Qawjawi al-Hanafi, Hasyiyah Muhyidin Syaikh Zadah. ‘ala Tafsir al-Qadi al-baedawi Juz II. Cet.I; Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, 1999. Ntab, B., Simondon, K. B., Milet, J., Cissé, B., Sokhna, C., Boulanger, D., et al. A Young Child Feeding Index Is Not Associated with Either Height-for-Age or Height Velocity in Rural Senegalese Children. The Journal of Nutrition, 135 (3), 2005.
The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding, Report of an Expert Consultation. Geneva, Switzerland:
Organization,
World
Health.
World Health Organization, 2002. Partanto, Pius A. dan M. Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arloka, 1997. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif Bab III Pasal 4. Makassar: Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, 2010. Peraturan Pemerintah No. 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sudah mulai pembahasannya sejak November 2006 (saat itu bernama RPP Pemasaran Susu Formula) dan baru bulan Maret 2012 disahkan. Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barri. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arloka, 1997. Poerwadarminto, W.J.S. Cet. IX ; Jakarta : Balai Pustaka, 1986. Rahman, Abdul. ‚Prestasi Belajar Murid Madrasah Ibtidaiyah Pinrang (Studi
Perbandingan antara Murid yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti
224
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD). Disertasi, Pasca Sarjana UIN. Makassar, 2008. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: PT. Kalam Mulia, 2002. Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen Keempat). Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat, 2012. Reduksi Indonesia Tera, UUD RI. 1945 & Perubahannya, Struktur Ketatanegaraan. Cet. I; Yogyakarta: Indonesia Tera, 2008. R. Ibrahim, et al. (Tim Pengembang Ilmu Pengetahuan Pendidikan), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Cet. 2; Jakata: PT. Imtima, 2007. Ridwan. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2005. Roesli. Kandungan dalam ASI. Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002. Satoto. Fitrah dan Tumbuh-Kembang Anak. Cet. I; Semarang Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang, 2006. Sediaoetama, A.D. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam. Cet. I; Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1990. Shaleh, Abdul Rachman. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi. Cet. II; Jakarta: PT Gema Windu Pancaperkasa, 2001. Sholehuddin. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Cet. V; IKIP Bandung, 2001. Shrimpton, Worldwide Timing of Growth Faltering Implications for Nutritional Intervention. Pediatrics, 107:E7. dalam WHO. 2003. Community Based Strategies for Breastfeeding Promotion and Support in Developing Countries. Department of Child and Adolescent Health and Development, 2011. Soekirman dan D. Martianto, Keterkaitan antara Krisis Ekonomi, Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi. Cet. I; Jakarta: Widya karya Nasional Pangan dan Gizi VII LIPI, 2000. Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Cet. II; Jakarta: Buku Kedokteran EGC., 2007. ST. Mardiana, Kesadaran Ibu Memberi ASI kepada Anaknnya di Propinsi Maluku Utara. Teisis, Pasca Sarjana UNHAS Makassar, 2008.
225
Sugiyono. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet. XIX; Bandung: Alfabeta, 2014. Suhardjo. Penilaian Keadaan Gizi Masyarakat. Cet. I; Bogor: IPB Bogor, 1990. Suharyono. Air Susu Ibu dan Manfaatnya. Cet. III; Jogjakarta: Gajah Mada University Press, 2010. Sulaima>n, Abu> Da>ud ibn al-Sajista>ni> al-Azdi>, Sunan Abi> Da>ud, Juz II. Beirut: Da>r al-fikr, t.th. Sultan, Thaha. Status Gizi Anak dan Pola Konsumsi Keluarga di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat. Disertasi, Pasca Sarjana UNHAS Makassar, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Sumarmi.S dan Gunanti.I.R. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Cet. I; Jakarta; Kongres Nasional PERSAGI 2002. Sungthong R, dkk. Once Weekly is Superior to Daily Iron Supplementatiton
on Hight Gain But Not on Hematological Improvement Among Schoolchildren in Thailand. Jounal Nutrition 2002. Supariasa. Immediate Breastfeeding dan ASI Eksklusif. Cet. IV; Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2005. Syahmin, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita Melalui Pemberian ASI. Cet. IV; Jakarta: Batara Karya Aksara, 2010. al-Sabuni, Muhammad ‘Ali. Rawa’I al-Bayan Tafsir ayat al-Ahkam min alQur’an, Juz I. Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,1997. Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Tim Permata Press. Undang-Undang Hak Asasi Manusia. Cet. IV; Jakarta: Permata Press, 2012. ‘Ulwa>n, ‘Abdullah Na>shih, Tarbiyah al-Aula>d fi al-Isla>m, Juz I. Beirut: Da>r al-Sala>m, 1978 M. Utami R. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Cet. III; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007.
226
--------. ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Cet. II; Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002. Usaid/Indonesia Nutrition Assessment For 2012 New Project Design. Usaid/Indonesia Nutrition Assessment For 2012 New Project Design. Webster’s. New World Dictionary. New York: The World Publishing Coy, 1961. Yanggo, Huzaimah T. Fiqih Anak: Metode Islam dalam Mengsuh dan Mendidik Anak serta Hukum- Hukum yang Berkaitan dengan Aktivitas Anak. Cet. II; Jakarta: al-Mawardi, 2004. Yanggo, Huzaimah T. Fiqih Perempuan Kontemporer. Cet. I; Jakarta: al-Mawardi, 2001.
Yayuk F. Baliwati dan Rimbawan. Masalah Pangan dan Gizi. Cet. I; Jakarta: Penebar Swadaya, 2004. Yusuf LN, Syamsu. Pikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cet. II ; Bandung :Ramaja Rosdakarya, 2001. Zuhaili, Wahbah. Al-Fikhul al-Isla>mi>, wa Adilatuhu, Juz VII (Cet. VI; Damaskus: Da>r al-Fikri, 2008.