Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
ISSN : 2252-9608
PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN HASIL TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L) The Application of Palm Oil Ash and KCl Fertilizer to Increase The Yield Of Sweet Potato (Ipomoea batatas L) 1
Ivan Agun, 2T. Rosmawati, dan 2Hercules Gultom
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau Telp: 0761-72126 ext. 123, Fax: 0761674681 Email:
[email protected] [Diterima November 2013; Disetujui Januari 2014] ABSTRACT The aim of this research is to determine efect of aplication of KCl fertilizer and palm ash to increase sweet potato yield, either interaction and single factor. The research used Completely Randomized Design factorial consist of 2 factors. Factor K is the application of KCL fertilizer consisting of 4 levels , namely K0 = Without fertilizer KCL , K1 = 1.8 g / plant (100 kg / ha), K2 = 3.6 g / plant (200 kg/ha), K3 = 5.4 g/plant (300 kg/ha) and factor A is giving palm oil ash which consists of A0 = without giving palm bunch ash, A1 = 90 grams/plot (1 ton/ha), A2 = 180 g/plot (2 ton/ha), A3 = 270 g/plot (3 tons/ha). The parameter is the number of observed planting bulbs, planting tuber weight , tuber weight and wet weight perumbi perplot. Data were analyzed statistically and save a further test of honest significant difference (HSD) at the 5% level. Results reveal that the interactions are granting oil palm bunch ash and fertilizer KCL significantly affect the weight of tuber crop with the best treatment on A2K2 ( palm bunch ash 180 g/plot and KCL 3.6 g/plant). Giving Abu Husks Coconut Palm singly heavy influence on planting bulbs and plant stover weight. The best treatment is contained in A2 (Palm Oil ash 180 g/plot). While giving KCL singly significantly affect the amount of tuber crop, tuber weight and heavy cropping plant stover. The best treatment on K2 treatment (3.6 g/plant ). Keywords: Sweet potato, palm oil ash, KCl fertilizer, growth, and production
http://rat.uir.ac.id
388
PENDAHULUAN Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 3–8 bulan. Ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Sedangkan di Irian Jaya, ubi jalar digunakan sebagai makanan pokok. Luas panen ubi jalar di Indonesia sekitar 230.000 ha dengan produktivitas sekitar 10 ton/ha. Padahal dengan teknologi yang maju pada saat ini petani untuk meningkatkan hasil produksi dengan beberapa varietas unggul ubi jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah/ha. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2004). Ubi jalar mengandung air 64,60-79,59%, abu 0,92-0,98%., pati 17,06-28,19%, Protein 1,19-2,07%, gula 0,38-0,43%, serat kasar 2,165,24%, juga mengandung vitamin A, C dan mineral serta antosianin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Andrianto dan Indarto, 2011). Produksi ubi jalar tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,03 juta ton umbi basah. Dibandingkan produksi tahun 2008. terjadi peningkatan sebanyak 145,73 ribu ton umbi basah (7,74 %). Peningkatan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya luas panen seluas 8,60 ribu hektar (4,93 %), dan produktivitas sebesar 2,89 kuintal/hektar (2,69 %). Kenaikan produksi ubi jalar tahun 2009 tersebut diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 150,09 ribu ton (22,35 %), sedangkan di Luar Jawa mengalami penurunan produksi sebesar 4,35 ribu ton (0,36 %) dengan adanya penurunan produksi ubi jalar ini petani mengalami kerugian yang sangat besar dan untuk mengembangkan lagi butuh biaya yang cukup besar dan mahal dalam mengembangkan atau membudidayakan ubi jalar (Anonim, 2010). Pemberian abu janjang kelapa sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah terutama hara tanah karena pada abu janjang kelapa http://rat.uir.ac.id
sawit mengandung beberapa unsur diantanya K 38,96 %-42,82 % dan MgOCa 5,46 %-5,59 %. Karena unsur hara yang dikandungnya dapat terekstrasi dengan air sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tanaman, sedangkan sifat alkalisnya dapat meningkatkan pH tanah dan unsur lain, dapat meningkatkan kadar garam yang terlarut dalam tanah. Abu janjang kelapa sawit mempunyai berperan penting untuk menurunkan keasaman tanah dan kandungan haranya mudah tersedia bagi tanaman. Dalam penggunaan abu janjang kelapa sawit pada tanaman semusim pembagian dosisnya sangat perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Abu janjang kelapa sawit mampu meningkatkan pH tanah dan memiliki kejenuhan basa yang tinggi dimana kandungan kationnya bisa mengusir senyawa baeracun apabila ketersediaanya mencukupi. abu janjang kelapa sawit bisa berasal dari hasil limbah padat janjangan kosong kelapa sawit yang telah mengalami pembakaran didalam incenerator dipabrik kelapa sawit dan dapat juga dilakukan dengan pembakaran tandan kosong secara manual (Tampubolon, 1992). KCl adalah pupuk buatan yang banyak mengandung kalium, di mana kalium adalah salah satu unsur hara makro esensial yang di butuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Kalium di serap tanaman dalam bentuk ion K + di dalam tanah. Ion ini bersifat dinamis, sehingga mudah tercuci tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Dan ketiga unsur hara yang banyak di serap oleh tanaman (N, P dan K) kaliumlah yakni 400-650 kg kalium untuk setiap 93 m2 (pada kedalaman 15-24 cm). Namun sekitar 90-98 % terbentuk mineral primer yang tidak dapat di serap oleh tanaman dan 1-10% tersebut dalam koloid tanah (Novizan, 2002). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Balai Benih Induk (BBI) Riau Pekanbaru 389
Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
selama 5 bulan dari bulan Juni 2012 sampai Oktober 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ubi jalar Varietas Mendut, Abu janjang kelapa sawit (PT. Inecda Plantation Kabupaten Inhu), pupuk KCl, pupuk ayam, Urea, TSP, Ditheane M-45 WP, decis 2,5 EC, papan, triplek, tali rafia, dan paku. Sedangkan Alat yang digunakan antara lain cangkul, parang, garu, handsprayer, timbangan, meteran, gembor, gergaji, gunting, kuas, martil dan alat-alat tulis. Penelitian ini menggunakan Percobaan Faktorial 4x4 Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor yaitu interval A (Abu janjang kelapa sawit) A0= Tanpa Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit, A1= 90 gram/plot (1 ton/ha), A2= 180 gram/plot (2 ton/ha), A3= 270 gram/plot (3 ton/ha) dan K (pupuk KCl) K0= Tanpa pemberian KCl, K1= 1,8 gram/tanaman (100 kg/ha), K2= 3,6 gram/tanaman (200 kg/ha), K3= 5,4 gram/tanaman (300 kg/ha) setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga diperoleh 48 plot, setiap plot terdapat 6 tanaman dan 3 tanaman dijadikan sebagai sampel pengamatan, jadi jumlah tanaman seluruhnya adalah 288 tanaman. Hasil pengamatan
ISSN : 2252-9608
masing–masing perlakuan dianalisa secara statistik. Apabila F hitung lebih besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk KCL dan Abu Janjang Kelapa Sawit Dalam Meningkatkan Tanaman Ubi Jalar, baik secara interaksi maupun secara tunggal. Parameter yang diamati dalam penelitian ini: jumlah umbi per tanaman (buah), berat umbi per tanaman (kg), bobot umbi per umbi (gr), berat brangkasan basah (kg). HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Umbi Pertanaman (buah) Hasil pengamatan jumlah umbi pertanaman setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa secara interaksi perlakuan pemberian pupuk abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl tidak berpengaruh terhadap pengamatan jumlah umbi pertanaman. Tetapi secara tunggal pemberian pupuk KCl memberikan pengaruh nyata terhadap pengamatan jumlah umbi pertanaman. Untuk hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BJN) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah umbi pertanaman ubi jalar dengan perlakuan pupuk Abu janjang kelapa sawit dan Pupuk KCl Faktor K Faktor A Rerata K0 K1 K2 K3 A0 3.17 3.00 3.83 3.83 3.46 A1 3.00 3.00 3.33 3.33 3.17 A2 2.67 3.00 4.00 3.33 3.25 A3 3.33 3.33 3.67 3.67 3.50 Rerata 3.04 b 3.08 b 3.71 a 3.54 a KK= 3,04% BNJ K = 0,61 Angka-angka pada baris yang di ikuti huruf kecil yang sama menandakan berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ taraf 5%.
Pada Tabel 1. terlihat bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl secara interaksi tidak berpengaruh nyata. Hal http://rat.uir.ac.id
ini diduga karena pupuk abu janjang kelapa sawit dan KCl tidak saling mendukung untuk meningkatkan jumlah umbi pertanaman. 390
Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
Sedangkan pada pemberian pupuk abu janjang kelapa sawit secara tunggal tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini diduga karena kandungan hara pada abu janjang kelapa sawit terlalu rendah sehingga tidak mempu mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar. Selain itu, diduga disebabkan juga oleh dosis pemberian yang terlalu rendah sehingga tidak terjadi pengaruh nyata. Hal ini terlihat pada perlakuan A3 (270 g/tanaman) yang menunjukkan jumlah umbi pertanaman mulai meningkat dari perlakuan sesamanya. Pada Tabel 1. juga terlihat bahwa, pemberian pupuk KCl secara tunggal memberikan pengaruh terhadap pengamatan jumlah umbi pertanaman. Dimana perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan K2 (3,6 g/tanaman) yaitu 3,71 buah berbeda dengan perlakuan lainya yaitu K3 (5,4 g/tanaman), K1 (1,8 g/tanaman) dan K0 (tanpa KCl). Pemberian pupuk KCl terbaik pada perlakuan K2 (3,6 gram/tanaman) yaitu 3.71 buah hal ini di sebabkan pemberian pada pupuk KCl pada ubi jalar sudah sesuai dengan fungsi pupuk KCl tersebut. fungsi KCl ini terdiri dari untuk menambah unsur hara pada tanah, untuk
ISSN : 2252-9608
memperkuat umbi pada tangkai umbi. Sedangkan perlakuan terendah terdapat pada K0 (tanpa pemberian pupuk KCl) yaitu 3.04 buah, hal ini desebabkan karena pada perlakuan K0 kekurangan unsur hara KCl. Ubi jalar membutuhkan unsur kalium lebih banyak dibandingkan dengan unsur nitrogen dan phosphor, karena unsur ini mempunyai peranan penting didalam metabolism sel dan proses traslokasi hasil fotosintesis kedalam umbi. Unsur K didalam tanah sebagian besar berasal dari pelapukan bantuan yang tersusun dari mineral yang mengandung K (Wargiono, 1990). Penambahan unsur kalium sampai batas tertentu dapat meningkatkan aktifitas cambium pada umbi. Akan tetapi bila pemakaian kalium berlebihan maka penyarapan dan translokai kation terganggu selain itu kadar magnesium pada daun menurun. Berat Umbi Pertanaman (gram) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk KCl dan Abu janjang kelapa sawit terhadap pengamatan berat umbi per tanaman baik interaksi ataupun tunggal berpengaruh nyata.
Tabel 2. Rata-rata berat umbi pertanaman ubi jalar dengan perlakuan Abu janjang kelapa sawit dan Pupuk KCl Faktor K Faktor A Rerata K0 K1 K2 K3 A0 266.67 c 421.00 b 528.00 b 503.33 b 404.75 c A1 370.00 b 450.00 b 490.00 b 512.00 b 455.50 b A2 340.00 b 501.33 b 710.00 a 503.33 b 513.67 a A3 275.00 c 333.33 bc 390.00 b 411.67 bc 352.50 d Rerata 312.92 c 426.42 b 529.50 a 497.58 a KK = 7,8% BNJ K/A = 44,29 BNJ KA = 96,51
Angka-angka pada kolom dan baris yang di ikuti huruf kecil yang sama menandakan berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ taraf 5%.
Pada Tabel 2. terlihat bahwa pemberian abu janjang kelapa sawti dan pupuk KCl secara interaksi maupun tunggal berpengaruh http://rat.uir.ac.id
terhadap pengamatan berat umbi. dimana perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan A2K2 tetapi berbeda nyata dengan A0K0, 391
Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
A1KO, A3K0, A2K0, A0K1, A1K1, A1K2, A3K0, A2K3 dan A3K3. di mana kombinasi perlakuan yang menunjukkan angka rerata tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya adalah A2K2 (Abu janjang kelapa sawit 180 gram/plot dan KCl 3.6 gram/tanaman ) yaitu 504.50 gram. Sedangkan A0K0 (kontrol) merupakan perlakuan dengan rerata terendah dibandingkan dengan perlakuan lainya 266.67. Tinggi angka rerata berat umbi jalar pertanaman yang ditunjukkan pada kombinasi perlakuan A2K2 disebabkan karena pada perlakuan abu janjang kelapa sawit 180 gram/plot sekali dengan pemberian pupuk KCl dengan dosis3.6 gram/ tanaman memberikan peluang lebih besar terhadap perkembangan akar tanaman menjadi lebih optimal selain itu juga tercukupinya kebutuhan unsur KCl pada tanaman dapat meningkatkan peranan laju serta hasil fotosintesis yang akan digunakan oleh akar sebagai bahan cadangan makanan yang terbentuk karbohidrat didalam akar
ISSN : 2252-9608
berupa umbi. Pemberian pupuk KCl dapat menambah ketersedian unsur hara bagi tanaman, dimana unsur K dapat mendorong proses fotosintesis dan respirasi, artinya dapat merangsang pembentukan umbi dan pertumbuhan tanaman.Kalium berperan dalam mempelancar fotositesis, membantu pembentukan karbohidrat, sebagai kalisatordalam transformasi tepung, gula dan lemak tanaman, meningkatkan kwalitas hasil yang berupa bunga dan buah. selain itu juga kalium ini berperan penting dalam pembentukan umbi pada tanaman ubi jalar tersebut. Bobot Umbi Perumbi (gram) Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl terhadap pengamatan bobot umbi per umbi baik secara interaksi ataupun tunggal tidak berpengaruh nyata.
Tabel 3. Rata-rata bobot umbi per umbi dengan perlakuan Abu janjang kelapa sawit dan Pupuk KCl Faktor K Faktor A Rerata K0 K1 K2 K3 A0 260.00 310.00 326.67 286.67 295.83 A1 303.33 223.33 306.67 306.67 285.00 A2 276.67 253.33 353.33 296.67 295.00 A3 256.67 290.00 181.33 300.00 257.00 Rerata 274.17 269.17 292.00 297.50 KK = 12,7% Angka-angka pada kolom dan baris yang di ikuti huruf kecil yang sama menandakan berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ taraf 5%.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara interaksi maupun secara tunggal perlakuan pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit dan pupuk KCl tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot umbi pertanaman, hal ini disebabkan oleh faktor tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan tumbuhan. Selain itu jaga besar pada tanaman hampir sama dan tidak berbeda jauh besarnya. http://rat.uir.ac.id
Kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang sangat ditentukan oleh kemampuan tanaman tersebut tanaman tersebut dalam menggunakan semua faktor lingkungan baik cahaya, air, unsur hara dan lain-lain. Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan faktor lingkungan dan kerakteristik dari morfologi tanaman itu sendiri. Sarief (1986) menyakatan bahwa tanaman akan
392
Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
tumbuh baik apabila faktor lingkungan memungkinkan tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, dimana semakin baik faktor lingkungan maka semakin baik meningkat pula kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan. Sementara itu tanaman yang kekurangan unsur hara makro seperti nitrogen ekan mengalami pertumbuhan yang lambat dan kerdil, karena unsur nitrogen termasuk senyawa yang penting bagi tanaman dalam pembentukan daun dan bagian vegetative lainya. hal ini didukung oleh Rismunandar (1981), suatu tanaman akan dapat tumbuh
ISSN : 2252-9608
dengan baik dan berproduksi tinggi bila tersedia cukup unsur hara dan faktor lingkungan yang mendukung. Berat Brangkasan Tanaman (gram) Hasil pengamatan berat basah tanaman setelah dilakukan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa secara interaksi perlakuan abu janjang kelapa sawit pupuk KCl tidak berpengaruh, demikian juga dengan perlakuan abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl secara tunggal tidak berpengaruh terhadap parameter berat basah tanaman. uji lanjut Beda nyata jujur (BJN) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata brangkasan tanaman dengan perlakuan Abu janjang kelapa sawit dan Pupuk KCl Faktor K Faktor A Rerata K0 K1 K2 K3 A0 170.00 193.33 283.33 305.67 238.08 b A1 290.00 300.00 320.00 300.00 302.50 ab A2 266.67 316.67 350.00 296.67 307.50 a A3 250.00 283.33 290.00 283.33 276.67 ab Rerata 244.17 ab 273.33 ab 310.83 a 296.42 ab KK = 11,85% BNJ A dan K = 61,39 Angka-angka pada kolom dan baris yang di ikuti huruf kecil yang sama menandakan berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ taraf 5%.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa pemberian abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl secara interaksi tidak berpengaruh nyata, tetapi secara tunggal pemberian abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl memberikan pengaruh nyata terhadap pengamatan berat basah tanaman. Pemberian abu janjang kelapa sawit terbaik pada perlakuan A2 (180 gram/plot) yaitu 307.50 gram, hal ini di sebabkan pemberian pada abu janjang kelapa sawit pada ubi jalar sudah sesuai dengan dosis anjuran, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada A0 (tanpa abu janjang kelapa sawit) yaitu 238.08 gram, hal ini disebabkan karena pada http://rat.uir.ac.id
perlakuan A0 kekurangan unsur hara abu janjang kelapa sawit. Pemberian pupuk KCl secara tunggal perlakuan terbaik terdapat pada K2 yaitu 310.83 berbeda nyata dengan perlakuan lainya yaitu K3,K1 dan K0. Pemberian pupuk KCl terbaik pada perlakuan K2 (3,6 gram/tanaman) yaitu 310.80 gram hal ini di sebabkan pemberian pada pupuk KCl pada ubi jalar sudah sesuai dengan dosis anjuran, sedangkan perlakuan terendah terdapat pada K0 (tanpa pemberian pupuk KCl) yaitu 244.17 gram, hal ini desebabkan karena pada perlakuan K0 kekurangan unsur hara KCl. 393
Jurnal RAT Vol.3.No.1.Januari 2014
Kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang sangat ditentukan oleh kemampuan tanaman tersebut dalam menggunakan semua faktor lingkungan baik cahaya, air, unsur hara lain-lain. Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan faktor lingkungan dan karakteristik dan morfologi tanaman itu sendiri. Sarief (1986) menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh baik apabila faktor lingkungan memungkinkan tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, dimana semakin baik faktor lingkungan maka meningkat pula kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara dan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan. Jumin (2002), mengatakan bahwa suatu tanaman sangat di pengaruhi oleh zat dalam tubuh tumbuhan itu sendiri seperti karbohidrat, protein, hormone, serta faktor lingkungan seperti penyinaran, curah hujan dan suhu. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Interaksi Abu janjang kelapa sawit dan pupuk KCl pada tanaman ubi jalar berpengaruh nyata terhadap berat umbi pertanaman, dimana interaksi terbaik terdapat pada perlakuan A2K2 (abu janjang kelapa sawit 180 gram/plot dan KCl 3,6 gram/tanaman )
http://rat.uir.ac.id
ISSN : 2252-9608
2. Abu janjang kelapa sawit berpengaruh pada parameter pengamatan jumlah umbi pertanaman (buah) dan bobot umbi pertanaman (gram) perlakuan terbaiknya adalah A2 (180 gram/plot). 3. Pemberian pupuk KCl secara tunggal berpengaruh nyata pada parameter pengamatan jumlah umbi pertanaman (buah), bobot umbi perumbi (gram), dan berat basah tanaman (gram). perlakuan terbaik adalah dengan perlakuan K2 (3,6 gram/tanaman) DAFTAR PUSTAKA Andrianto T.T. dan Indarto, N. 2011. Budidaya dan Analisis Usahatani Ubi Jalar kentang. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonim. 2010. Ipomeae batatas. Penebar Swadaya. Jakarta. Jumin, H.B. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta. Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif Agro Media pustaka. Jakarta. Syarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka buana. Tampubolon, M. 1992. Pemanfaatan Limbah Perkebunan Dalam Prosedig Lokakarya Medan PTP. Wilayah I P4TM. Sumatra Utara. Wargiono J. “Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya”. Belutin Teknik No 5. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor. 1990.
394