PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MIKRO : KENDALA DAN ALTERNATIF SOLUSINYA Ida Susi Dewanti Jurusan Administrasi Bisnis UPN “Veteran” Yogyakarta Jl. Babarsari no. 2 Tambakbayan Yogyakarta email :
[email protected] ABSTRACT Small and micro enterprises (SME’s) represent the type assumed able to give the contribution for local economic growth and make-up of society prosperity. Attention to SME’s progressively mount, realized by various empowerment programs. Empowerment programs to increase progress and independence of SME’s. These programs in the form of capital, training, and also exhibition. All the program can give the positive impact for SME’s to overcome some difficulty faced. But that way strive the programs still meet the constraint so that less be effective. Constraint faced for example in the form of time, resource, attitude, network and information. The variable in the reality besides becoming constraint also become the potency to streamline the program of SME’s empowerment. This matter because of each SME’s has limitation also different opportunity. Keyword : SME’s empowerment, potency, constraint. Pendahuluan Sektor usaha kecil memiliki peran strategis baik secara ekonomi, sosial, dan politis. Fungsi ekonomi usaha kecil karena ia menyediakan barang dan jasa bagi konsumen berdaya beli rendah sampai sedang dan memberikan kontribusi besar pada perolehan devisa negara. Secara sosial politis, fungsi sektor usaha kecil sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja serta upaya pengentasan kemiskinan, yang lebih penting lagi adalah sebagai sarana untuk membangkitkan ekonomi kerakyatan. Usaha mikro tergolong jenis usaha marjinal, yang antara lain ditunjukkan oleh penggunaan teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan kadang akses terhadap kredit yang rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Studi-studi yang dilakukan di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro mempunyai peranan yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, penyediaan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, usaha mikro juga merupakan salah satu komponen utama pengembangan ekonomi lokal dan mampu memberdayakan golongan ekonomi lemah. Strategi untuk memberdayakan pelaku usaha skala mikro dan kecil antara lain dilakukan melalui peningkatan produktivitas usahanya. Namun demikian strategi pemberdayaan pengusaha mikro pada umumnya seringkali tidak berhasil antara lain disebabkan karena (Wulandari, 2007) : -
Kurang kesadaran dan motivasi dari pengusaha sendiri untuk mengembangkan usaha lebih profesional. Mereka sudah merasa cukup jika produknya terjual.
-
Kurang inovasi dalam manajemen usaha baik di bidang pemasaran, produksi maupun strategi penjualan.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
1
-
Terbatasnya waktu untuk terjun secara total dalam usaha karena terbentur aktivitas domestik maupun sosial (pengajian, arisan, pertemuan warga, dll) terutama bagi pengusaha perempuan, sehingga mereka tidak punya waktu untuk kegiatan pelatihan usaha, dll
-
Akses kepada pendanaan dan permodalan rendah.
-
Kelompok usaha tidak solid ataupun tidak tergabung dalam kelompok usaha, sehingga tidak ada multiplier effect dari keberhasilan yang telah diraih oleh salah satu anggota ataupun proses pembelajaran bersama tidak jalan.
Selain permasalahan tersebut, belum adanya pembinaan yang terintegrasi baik dari sisi permodalan, manajerial, maupun pengembangan sumberdaya manusia, sehingga diperlukan pembinaan yang lebih terintegrasi agar kemajuan usaha dapat bertahan lama tanpa mengurangi kemandirian usaha. Program untuk memberdayakan UKM mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah terbukti dengan adanya berbagai bantuan pemberdayaan yang diberikan baik lewat kementrian koperasi dan usaha kecil maupun lewat departemen perindustrian dan perdagangan. Selain itu perhatian dari kalangan swasta pun cukup besar khususnya perbankan melalui skema pendanaan kredit mikro untuk membantu permodalan usaha kecil dan mikro. Program-program pemberdayaan dan pengembangan usaha ini umumnya mendapat respon positif dari para pengusaha kecil dan mikro. Mereka banyak memanfaatkan program perkuatan tersebut untuk mengembangkan usahanya. Namun demikian dari temuan di lapangan dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi bahwa seringkali UKM kurang proaktif dan belum memaksimalkan bantuan yang diberikan, kemandirian UKM yang diharapkan belum sepenuhnya berhasil. Artikel ini memberi gambaran bagaimana UKM yang telah mendapatkan bantuan apakah bantuan tersebut mampu meningkatkan usaha mereka serta peluang dan kendala apa yang dihadapi dalam meningkatkan efektivitas pemberdayaan UKM. Artikel ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada lima UKM di Jogjakarta yang bergerak di bidang kerajinan dan makanan. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Asian Development Bank mendefinisikan usaha mikro adalah usaha-usaha nonpertanian yang mempekerjakan kurang dari 10 orang termasuk pemilik usaha dan anggota keluarga. Sedangkan USAID menyebutkan Usaha mikro sebagai kegiatan bisnis yang mempekerjakan maksimal 10 orang pegawai termasuk anggota keluarga yang tidak dibayar. Kadangkala hanya melibatkan 1 orang, yaitu pemilik yang sekaligus menjadi pekerja. Kepemilikan aset dan pendapatannya terbatas. Usaha mikro mempunyai karakteristik khusus seperti yang didefinisikan ILO berikut ini : usaha mikro di negara berkembang mempunyai karakteristik, antara lain usaha dengan maksimal 10 orang pekerja, berskala kecil, menggunakan teknologi sederhana, aset minim, kemampuan manajerial rendah, dan tidak membayar pajak. Karakteristik usaha mikro menurut Farbman dan Lessik (1989 dalam Smeru 2003) mempunyai karakteristik, antara lain mempekerjakan paling banyak 10 orang pekerja, merupakan usaha keluarga dan menggunakan tenaga kerja keluarga, lokasi kerja biasanya di rumah, menggunakan teknologi tradisional, dan berorientasi pasar lokal.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
2
Terdapat beberapa ciri pada UKM yaitu : Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Problema Usaha Kecil Kenyataan bahwa usaha kecil belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini disebabkan antara lain karena usaha kecil masih menghadapi berbagai hambatan baik eksternal maupun internal dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia maupun teknologi, serta iklim usaha yang belum mendukung agi pengembangannya. Kendala-kendala tersebut kemudian akan menimbulkan kendala-kendala lain yang sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan usaha kecil dan menengah, antara lain (Sudoko, 1995) : 1. Kelemahan dalam memperoleh peluang (akses pasar) dan memperbesar pangsa pasar. 2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan. 3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen. 4. Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan. 5. Keterbatasan jaringan usaha dan kerjasama usaha kecil. Hal-hal ini masih ditambah dengan kendala-kendala yang bersifat eksternal yaitu adanya iklim usaha yang kurang kondusif dan rendahnya kepedulian terhadap pembinaan usaha kecil. Selain itu kendala utama dalam pemberdayaan usaha kecil tidak terlepas dari problema pengusaha kecil sendiri yang menurut Panggabean (2002) adalah : 1. Sumber Daya manusia dan Manajemen SDM usaha kecil sebagian besar memiliki keterbatasan baik dari segi pendidikan formal maupun dari segi pengetahuan dan ketrampilan, sehingga menyebabkan motivasi berwirausaha menjadi tidak cukup kuat untuk meningkatkan usaha dan meraih peluang pasar. Akibat keterbatasan pendidikan tersebut, pada umumnya manajemen usaha kecil dikelola dengan cara sederhana oleh keluarga, secara turun temurun dan hanya memenuhi kebutuhan keluarga. Misalnya tidak adanya sistem pembukuan yang mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. 2. Modal Permodalan merupakan satu kebutuhan penting yang diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan UKM. Tetapi kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kredit Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
3
permodalan yang disediakan pemerintah sulit didapatkan oleh pengusaha kecil. Dengan keterbatasan modal tersebut UKM sulit berkembang dan masuk dalam jajaran bisnis formal yang lebih besar,sehingga mendapatkan margin usaha yang cenderung tipis. 3. Teknologi. Pengembangan teknologi bertujuan untuk mengembangkan produksi menjadi lebih produktif, efisien dan dapat meningkat kualitas produk. sebagian pelaku usaha kecil masih dihadapkan pada kendala informasi yang terbatas dan kemampuan akses ke sumber teknologi. 4. Lemahnya Asosiasi Belum ada asosiasi usaha kecil yang anggotanya mempunyai latar belakang pengusaha. Membangun asosiasi sebaiknya dapat dikondisikan oleh lembaga penyedia jasa yang bertugas melayani usaha kecil sehingga secara alamiah asosiasi tersebut benar-benar tumbuh dari mereka dan berjuang untuk kepentingan UKM. Senada dengan yang dikemukakan Sadono, dkk dalam pemaparan di atas, usaha kecil sebagai salah satu bentuk usaha yang banyak dimiliki oleh masyarakat, mempunyai beberapa kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain (Suryana, 2003) : 1. Memiliki kebebasan untuk bertindak, mudah berubah untuk menyesuaikan dengan perubahan yang dihadapi. 2. Fleksibel, sangat luwes dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. 3. Tidak mudah goncang, fluktuasi harga bahan baku tidak terlalu berpengaruh karena sebagian besar bahan bakunya berasal dari lokal. Sedangkan kelemahan usaha kecil dapat dikategorikan dalam dua aspek : 1. Aspek kelemahan struktural, yaitu kelemahan dalam struktur perusahaan misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi, pengendalian mutu, pengadopsian dan penguasaan teknologi, permodalan, tenaga kerja lokal, serta terbatasnya akses pasar. Secara struktural kelemahan yang paling menonjol adalah kurangnya permodalan akibatnya menciptakan ketergantungan terhadap kekuatan pemilik modal. 2. Kelemahan kultural, adalah kelemahan dalam budaya perusahaan yang kurang mencerminkan sebagai corporate culture. Kelemahan kultural mengakibatkan kelemahan struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku, seperti : a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk. b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan mudah didapat. c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran. d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas, maupun kemasannya.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
4
e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang terjangkau. Pengukuran Kinerja dan Penilaian Efektivitas Penilaian efektivitas kelembagaan maupun efektivitas sebuah program dapat diukur dari dua sisi, yaitu dampak pada penerima bantuan dan dampak bagi pemberi bantuan. Bagi penerima bantuan tentu saja dampak yang dilihat adalah sesuai dengan tujuan pengadaan program tersebut, sedangkan bagi lembaga pemberi bantuan kemajuan penerima bantuan juga menjadi ukuran keberhasilan kerja lembaga. Pengukuran kinerja yang sistematik merupakan dasar yang baik bagi lembaga-lembaga untuk memperbaiki rancangan instrumen yang harus memenuhi permintaan para konsumen maupun memfasilitasi pengambilan keputusan lembaga pemberi bantuan untuk memilih jenis intervensi untuk peningkatan dan perluasan dan kualitas pasar. Terdapat tiga kategori pengukuran kinerja yang relevan dengan lembaga pemberi bantuan yaitu : 1. Dampak terhadap pelanggan, dari segi perubahan-perubahan yang terjadi dalam kinerja usaha kecil (misal penjualan, nilai tambah, keuntungan), atau dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas (penyerapan tenaga kerja, penanggulangan kemiskinan, dan lain-lain). 2. Kinerja kelembagaan, sesuai dengan indikator jangkauan, efektivitas pembiayaan dan kesinambungan. 3. Pengembangan pasar, diukur misalnya dengan harga dan kualitas jasa yang tersedia, kesadaran usaha kecil dan sejauhmana para penyedia layanan berusaha untuk menjangkau populasi yang sebelumya tidak terlayani. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, bermaksud untuk mengetahui efektivitas program pemberdayaan UKM terhadap kemandirian dan peningkatan usahanya. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari kata-kata dan tindakan informan yang diamati atau diwawancarai. Data tersebut dikumpulkan melalui wawancara kepada pengusaha kecil dan mikro yang pernah mendapatkan program bantuan pemberdayaan (penguatan) baik dari pemerintah maupun swasta dalam berbagai bentuk dapat berupa modal, pelatihan, pameran, manajerial, investasi alat, dll. Analisis data akan menggunakan metode deskriptif analisis dengan cara mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari lapangan berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini kemudian ditarik kesimpulan. Pembahasan Kriteria pengusaha yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mereka yang pernah mendapatkan bantuan atau program pemberdayaan dari berbagai lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Hasil penelitian ini memang tidak untuk menggeneralisir populasi karena sifat penelitiannya kuialitatif dan responden bukan bertindak sebagai sampel dari
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
5
populasi. Namun demikian hasilnya dapat memberikan sedikit gambaran tentang pemberdayaan pengusaha kecil dan mikro. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan beberapa program pemberdayaan (bantuan) yang pernah diterima oleh para responden antara lain pelatihan manajemen, permodalan, fasilitasi pameran, serta pelatihan ketrampilan. Bantuan yang pernah diterima ini memang tidak banyak frekuensinya dan memiliki sasaran berbeda. Permodalan merupakan program pemberdayaan yang paling diminati baik pengusaha yang sudah lama maupun yang baru mulai menjalankan usaha. Permodalan memang merupakan salah satu hal yang fundamental. Apalagi para pengusaha ini mempunyai modal yang tidak banyak pada waktu membuka usaha bahkan harus kredit agar bisa berjalan produksinya. Dampak Program Pemberdayaan Terhadap Peningkatan Usaha Program pemberdayaan baik berupa pelatihan, pemberian dana, maupun fasilitasi lainnya pada dasarnya diberikan untuk meningkatkan usaha UMKM sekaligus membuatnya menjadi lebih mandiri. Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut UU UMKM No. 20 Tahun 2008 pasal 5 adalah : -
Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan.
-
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
-
Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan. Sebenarnya ada banyak program yang bisa dilakukan untuk memberdayakan UMKM antara lain pelatihan, pembinaan, pendampingan usaha, pembinaan organisasi, perizinan, promosi, dan permodalan.
Salah satu ukuran keberhasilan program pemberdayaan adalah terjadi peningkatan usaha. Peningkatan usaha dapat dilihat dari kinerja usaha, misal penjualan, nilai tambah, keuntungan atau dilihat dari dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas misalnya penyerapan tenaga kerja, penanggulangan kemiskinan, dan lain-lain. Selain itu efektivitas program pemberdayaan dapat pula dilihat dari tiga hal, yaitu : (1) Kepuasan pelanggan dengan layanan jasa pengembangan usaha (2) Peningkatan kualitas UMKM, (3) Menambah manfaat UMKM yang dapat dilihat dari indikator perubahan laba, perubahan jumlah produksi, ataupun perubahan kualitas produksi. Menurut pengakuan para pengusaha ini program pemberdayaan yang pernah mereka dapatkan memberikan manfaat yang cukup besar bagi usaha mereka. Manfaatnya antara lain perbaikan dalam pengelolaan usaha yang telah dilakukan. Hal ini dapat terjadi misalnya lewat pelatihan manajemen. Pelatihan yang didapat membuka wawasan maupun menambah ketrampilan pengusaha dalam menjalankan usahanya. Mereka dapat memperbaiki pembukuan yang selama ini dilakukan dengan lebih baik, membina karyawan dengan pendekatan yang lebih baik atau merancang program pemasaran yang sesuai dengan usahanya.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
6
Bantuan permodalan yang diterima juga dirasakan sangat menolong. Modal yang diterima baik berupa hibah maupun kredit lunak dapat digunakan untuk tambahan modal perluasan usaha, tambahan modal membuka usaha, maupun membeli bahan baku untuk memproduksi pesanan dalam jumlah besar. Sehingga para pengusaha ini mampu meningkatkan jumlah produksi maupun jumlah produk yang dihasilkan, mampu membuka usaha dengan lebih cepat serta memenuhi pesanan pembeli dalam jumlah banyak. Permodalan memang sangat diminati karena sifatnya yang lebih fleksibel dan langsung berdampak pada usaha yang dijalankan. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan salah satu kelemahan usaha kecil dan mikro adalah dalam modal yang kecil. Selain itu seringkali pengusaha ini kesulitan dalam mengakses modal karena berbagai alasan salah satunya karena ketidakmampuan memenuhi persyaratan misalnya pembuatan proposal yang dapat digunakan untuk meminjam uang di bank dsb. Sehingga kekurangan ini sebenarnya dapat diminimalkan melalui pelatihan pembuatan proposal kredit. Bantuan lainnnya yang menguntungkan bagi para pengusaha kecil dan mikro adalah fasilitasi pameran. Untuk menggelar pameran sendiri sangat tidak mungkin bagi mereka karena membutuhkan biaya yang besar dan belum tentu menarik pembeli. Adanya fasilitasi pameran baik di dalam negeri maupun luar negeri sangat membantu untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar. Biasanya para pengusaha ini diajak oleh penyelenggara pameran untuk membuka stan di pameran yang digelar. Mereka tidak perlu membayar ataupun membayar murah untuk keikutsertaan tersebut. Bahkan jika pameran tersebut di luar negeri pun mereka tidak perlu membayar semua ditanggung penyelenggara. Dampak dari pameran biasanya berupa pesanan dari pembeli yang mengunjungi pameran tersebut. Hal ini sangat membantu untuk pemasaran berupa perluasan pasar, pengenalan produk, dan peningkatan penjualan. Dampak lain yang dirasakan para pengusaha ini melalui program pemberdayaan adalah meningkatnya ketrampilan dalam pembuatan produk. Hal ini bisa terjadi pada saat mereka mendapatkan pelatihan ketrampilan. Pelatihan ketrampilan ini dapat berupa pembuatan produk baru maupun produk yang telah ada tetapi dengan cara baru. Dampak yang dirasakan berupa kemampuan membuat produk baru yang belum mereka ketahui shingga dapat menambah jenis produk yang bisa diproduksi dan dijual maupun kemampuan untuk meningkatkan kualitas produk memalui cara yang lebih baik sehingga lebih berhasil guna dan memiliki nilai tambah lebih besar. Kecenderungan produk yang dihasilkan pengusaha kecil dan mikro adalah variasi produk rendah sehingga tidak menarik dan tidak memenuhi selera pasar. Apalagi jika pasar yang dibidik adalah pasar luar negeri. Konsumen saat ini biasanya menginginkan produk yang unik, tidak terlalu masal dan berkualitas. Produk dengan desain yang seragam membuat pasar menjadi jenuh sehingga dibutuhkan ketrampilan untuk menciptakan kreativitas produk baru. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa program pemberdayaan yang pernah didapat oleh para pengusaha ini memberikan dampak yang cukup berarti bagi mereka. Beberapa kesulitan mereka dapat terbantu dengan adanya program pemberdayaan ini. Faktor Kendala dan Potensi Efektivitas Program Pemberdayaan Usaha mikro kecil dan menengah merupakan usaha yang banyak memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi lokal. Usaha ini menyerap tenaga kerja di sekitarnya sehingga memberikan andil bagi peningkatan kesejahteraan keluarga di sekitar usaha. Selama Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
7
ini banyak skema program pemberdayaan yang dikucurkan bagi UMKM ini, namun ternyata belum semua program berhasil. Beberapa kendala maupun pendorong efektivitas program pemberdayaan yang dihadapi oleh pengusaha mikro dan kecil antara lain: 1. Waktu. Pada pengusaha kecil yang notabene sudah lama membuka usaha, maka waktu menjadi kendala untuk menerapkan hasil pelatihan maupun untuk ikut serta dalam pelatihan. Untuk menerapkan hasil pelatihan, misalnya pelatihan manajemen pengelolaan usaha, maka pengusaha terpaksa harus merubah cara maupun kebiasaan yang sudah lama mereka lakukan dan perubahan ini dianggap membutuhkan waktu. Sedangkan untuk mengikuti pelatihan mereka juga harus meluangkan waktu dari rutinitas kerja dan usaha sehari-hari, padahal biasanya banyak aktivitas yang membutuhkan koordinasi maupun pengwasan dari mereka sehingga berat bagi mereka untuk keluar dari rutinitas tersebut. 2. Sumber daya. Sumber daya ini biasa berupa dana maupun manusia. Pada usaha kecil dan mikro sumber daya manusia yang utama adalah pengusaha itu sendiri. Padahal mereka juga telah terbebani dengan tanggung jawab yang lain, sehingg sulit bagi mereka untuk menjalankan beragam tanggung jawab tersebut. Sementara itu jika mendelegasikan tanggung jawab administrasi kepada orang lain belum sepenuhnya percaya. 3. Sikap. Sikap dalam hal ini bisa dianggap pula sebagai motivasi. Beberapa pengusaha masih bersikap pasif dan apriori terhadap keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya program pemberdayaan tersebut, terutama pelatihan, sehingga mereka kurang termotivasi untuk mengikuti pelatihan terbukti dengan beratnya mereka untuk meninggalkan aktivitas rutin. 4. Jaringan dan informasi. Jaringan yang terbatas membuat informasi yang diperoleh juga terbatas. Padahal informasi ini sangat bermanfaat untuk menangkap peluang yang mungkin dibutuhkan. Namun demikian pada beberapa keadaan variabel yang menjadi kendala juga menjadi pendorong bagi kelompok pengusaha lainnya. Seperti yang diuraikan di bawah ini : 1. Waktu. Bagi pengusaha kecil waktu memang menjadi kendala akan tetapi bagi pengusaha mikro waktu justru menjadi faktor pendorong efektivitas program. Para pengusaha mikro ini masih mempunyai banyak waktu luang dibandingkan para pengusaha kecil. Dikarenakan produksi mereka belum terlalu besar apalagi pada saat tidak banyak pesanan. 2. Semangat atau motivasi. Motivasi di satu sisi memang menjadi kendala namun demikian manakala motivasi tersebut bisa didorong keluar, karena semangat yang tinggi, maka dapat menjadi pendorong bagi para pengusaha ini untuk memperbaiki pengelolaan usahanya, mengikuti pelatihan, dll. 3. Jaringan dan informasi. Seperti halnya motivasi, jaringan dan informasi selain menjadi kendala juga bisa menjadi pendorong kemajuan usaha. Jaringan yang luas, informasi dari sumber yang bonafid, serta komunikasi dengan kelompok usaha, dapat menjadi sumber informasi berbagai program pemberdayaan.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
8
Upaya-upaya Pengusaha Mengatasi Kendala Berbagai kendala yang muncul dan dihadapi oleh pengusaha ini memang beragam. Namun demikian bukan berarti mereka hanya diam tanpa upaya untuk mengatasi kendala yang ada. Salah satu kendala yang kadang muncul pada pengusaha terutama jika pengusaha tersebut perempuan adalah pembagian peran antara peran sebagai pengusaha dengan peran sebagai istri ataupun ibu. Meskipun kendala tersebut tidak menonjol tetapi kadang dirasakan. Kendala lainnya yang terkadang dirasakan para pengusaha mikro dan kecil adalah pengelolaan karyawan. terkadang pemilik usaha merasa kesulitan ketika menyampaikan seuatu yang sifatnya teguran untuk perbaikan kesalahan. Hal ini dikarenakan hubungannya dengan karyawan sudah sangat erat sehingga dia sungkan tetapi lambat laun kendala ini dapat diatasi karena pengertian dari pihak karyawan bahwa teguran itu demi kebaikan bersama. Hubungan antara pengusaha dan karyawa yang baik akan membuat perusahaan dapat berkemabang lebih baik. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : -
Berbagai skema pemberdayaan yang diberikan oleh berbagai pihak kepada para pengusaha kecil dan mikro ini sangat bermanfaat dalam pengembangan usaha mereka. Apalagi bagi usaha yang baru dirintis, manfaat yang dirasakan jauh lebih besar. Hal ini sesuai dengan tujuan diberikannya skema pemberdayaan tersebut yaitu untuk meningkatkan kemandirian dan pengembangan usaha.
-
Dampak yang dirasakan dari skema pemberdayaan tersebut antara lain mampu mengenalkan usaha kepada calon pembeli jika fasilitasi berupa pameran. Manakala fasilitasi berupa pelatihan mampu meningkatkan ketrampilan dan menambah wawasan bagi para pengusaha ini. Sedangkan jika fasilitasi berupa permodalan mampu memberikan rangsangan bagi perluasan usaha maupun perbaikan usaha.
-
Kendala yang dihadapi dalam mengefektifkan skema pemberdayaan antara lain waktu, bagi pengusaha yang sudah lama menjalankan usahanya dan cukup besar maka waktu untuk mengikuti pelatihan sangat minim. Mereka telah disibukkan dengan urusan rutin bisnis dan tidak sempat untuk keluar dari rutinitas. Selain waktiu kendala lain adalah motivasi Hasil pelatihan kadangkala sulit untuk diterapkan karena kemauan yang rendah dari para pengusaha ini maupun kebiasaan yang telah lama ada sehingga sulit untuk berubah. Sebaliknya bagi para pengusha pemula mereka masih punya lebih banyak waktu dan masih semangat untuk belajar banyak hal melalui pelatihan apalagi jika hasil pelatihan tersebut dapat langsung dirasakan misalnya mendapat ijin dari depkes ataupun pelatihan setifikasi produk misalnya.
-
Masalah sumber daya juga menjadi alasan yang menjadi kendala. Sumber daya bisa berupa manusia ataupun dana.
-
Selain kendala faktor pendorong efektivitas pemberdayaan adalah kemauan dari si pengusaha untuk menerapkan apa yang telah didapat baik dari pelatihan maupun pendampingan dalam pengelolaan usahanya. Pengusaha yang berusaha untuk memperbaiki sistem manajemen maupun pengeloaan usaha sesuai hasil pelatihan maupun
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
9
pendampingan sebenarnya merasakan manfaat yang cukup besar terutama untuk mendapatkan permodalan yang mempersyaratkan pencatatan dan administrasi yang lebih tertib.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra , Heddy ,2006, Metode Penelitian Kulaitatif dalam Administrasi Bisnis, Makalah dalam Workshop Metodologi Penelitian,jurusan Adminisstrasi Bisnis, UPN Yogyakarta, Arief, Amril, 2002, Permasalahan Pengembangan UKM dan Solusinya, Makalah dalam Diskusi Panel Prospek Bisnis UKM di Era Otonomi Daerah, FISIP, Yogyakarta. Bungin, Burhan, 2005, Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Becker, K.F. (2004), The Informal Sector: Fact Finding Study, www.worldbank.org Harsiwi, Th. Agung M (2002). Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan PKL, Modus : Jurnal Ekonomi dan Bisnis, FE Atmajaya, Yogyakarta. Moleong,L.J. 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cetakan ke 10, PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Panggabean,Riana, 2003, Membangun Paradigma Baru dalam Mengembangkan UKM Singarimbun, M. dan S. Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Sugiyono,2003, Metode Penelitian Administrasi , Edisi 10, Alfabeta,Bandung Suryana, ( 2003). Kewirausahaan. Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Jakarta Suarja AR, Wayan, Kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Makalah disampaikan pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) DPP Perhimpunan Kebangsaan, 1 Juni 2006 di Jakarta. Sudoko, Isono, dkk (1995). Pengembangan Usaha Kecil Pemihakan Setengah Hati, Aditya Bakti, Bandung. Wulandari, Asih Marini dan Ida Susi Dewanti, Dampak Penguatan Usaha Mikro Terhadap Penguatan Perempuan (Studi pada Kelompok Perempuan Usaha Mikro di Propinsi DIY). Penelitian Kajian Wanita dibiayai oleh Dikti tahun 2007.
Volume 6. No. 2 Januari 2010
Jurnal Administrasi Bisnis
10