PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK Oleh : Dra. Hj.Janarti A. PENDAHULUAN Salah satu jenjang pendidikan sekolah yang ada di Indonesia menurut yang tersurat dalam Undang-undang RI nomor 2, tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan menengah. Di antara jenjang pendidikan menengah yang dimaksud adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), (pasal 15, ayat 2). Sekolah Menengah Kejuruan mengemban misi utama yaitu menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, (PP.NO.29 tahun 1990 Bab 11 pasal 3 ayat 2). Misi SMK sebagaimana telah disebutkan di atas akan terwujud jika segala sumber daya SMK didayagunakan. Schein dalam As'ad (1995) menerangkan bahwa setiap organisasi menginginkan agar pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber daya benar-benar dapat berdaya guna untuk memperlancar jalannya pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Lancarnya pekerjaan dan tercapainya tujuan dengan sukses merupakan satu prestasi besar. Salah satu sumber daya SMK yang memegang peranan penting dalam mewujudkan misi SMK tersebut adalah tenaga pengajar. Dengan demikian, maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam pengembangan
SMK
adalah
pemberdayaan
tenaga
pengajar.
Pemberdayaan tenaga pengajar berarti mengalokasikan tenaga pengajar sesuai dengan karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pengajar dan mengembangkan atau meningkatkan kemampuan mereka. Penanganan proses semacam itu memerlukan curahan waktu dan tenaga yang tidak sedikit baik dari pihak siswa, pihak tenaga pengajar, maupun pihak pimpinan sekolah. Oleh karena itu, tenaga pengajar harus diberi
beban
tugas,
baik
tugas
mengajar
maupun
tugas
untuk
-1-
mengembangkan kemampuannya oleh pimpinan sekolah dengan cara proporsional
sehingga
mampu
melaksanakan
tugasnya
dengan
profesional. . Selain itu, proses belajar mengajar yang diharapkan bermutu adalah proses yang secara langsung harus dikelola oleh tenaga pengajar yang bermutu
pula,
sehingga
memungkinkan
peserta
didik
mendapat
pengalaman belajar sebanyak-banyaknya dan bermutu pula. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dapat memperoleh kemampuan atau prestasi belajar yang tinggi dan bermanfaat. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa hanya dengan jalan demikian tenaga pengajar dapat berdaya guna. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kondisi siswa dan tenaga pengajar hingga sekarang masih jauh dari apa yang diharapkan untuk dapat mewujudkan misi atau tujuan SMK sebagaimana yang tersurat pada PP.NO.29 tahun 1990 Bab II pasal 3 ayat 2 di atas. Data Depdikbud. Bidang pendidikan menengah kejuruan (1991) menunjukkan bahwa selain jumlah tenaga pengajar nya yang terbatas, terasa kemampuan lulusan LPTK khususnya untuk mengajar praktik kejuruan di SMK belum sesuai dengan harapan, sehingga tetap diperlukan upaya khusus untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar kejuruan, antara lain melalui penataran tenaga pengajar dan mengikuti program atau magang di industri. Sejalan
dengan
itu,
sejak
tahun
1994
Slamet
PH
(1994)
mengemukakan bahwa tenaga pengajar SMK saat ini belum banyak berpengalaman di industri. Meskipun hampir semua tenaga pengajar telah ditatar di pusat-pusat penataran tenaga pengajar teknologi dan kejuruan, namun sangat sedikit yang pernah mengikuti program di industri, kurang memahami tanda-tanda pasar kerja, kurang reaktif dan antisipatif. Dengan segala keterbatasan, perilaku tenaga pengajar dalam proses belajarmengajar cenderung konservatif. Kondisi seperti itu menyebabkan mereka
-2-
kurang memahami masalah pengetahuan. keterampilan dan sikap kerja yang ada di industri; sering mengajar berdasarkan apa yang diketahui, yang disukai dan
sebagainya meskipun itu tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa dimasa depan; dan sangat sedikit yang mampu memutakhirkan keahliannya maupun bacaannya. Selanjutnya, menurut direktur Dikmenjur, Gatot Hery, sebagaimana yang disiarkan Televisi Pendidikan Indonesia, pada acara berita pagi, tanggal 12 Agustus 2002, menyalakan bahwa tantangan utama yang harus segera diatasi oleh Dikmenjur adalah meningkatkan kualitas SMK. Menurut dia, data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 40% dari 4600 SMK, 830 di antaranya adalah SMK negeri dan sisanya adalah SMK
swasta
kualitasnya
masih
rendah.
Hanya
sayang,
karena
pernyataannya itu tidak dilengkapi dengan penjelasan tentang faktor utama yang dianggap sebagai penyebab rendahnya kualitas ke 40% SMK yang dimaksud. Namun demikian, pernyataan Slamet PH (1994) dan data terakhir Dikmenjur tersebut di atas kiranya sudah cukup mengundang keprihatinan
dan
kesediaan
semua
pihak,
terutama
yang
lebih
berkepentingan terutama pimpinan dan tenaga pengajar SMK untuk segera berbenah diri dalam rangka mengembangkan atau meningkatkan kualitas SMK secara keseluruhan. SMK sebagai sistem, tentu saja kualitasnya ditentukan oleh komponen yang membentuk sistem SMK tersebut, antara lain peserta didik, Lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental, yakni: kurikulum. program, sarana dan prasarana dan guru, (Sumadi, 1983). Namun demikian, pembahasan dalam kesempatan ini dibatasi pada upaya pengembangan SMK ditinjau dari sisi pemberdayaan guru atau tenaga pengajar SMK. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu untuk membicarakan seluruh komponen yang diduga berpengaruh terhadap pengembangan SMK
-3-
B. PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK Kata
pemberdayaan
sangat
terkait
dengan
pengembangan.
Pengembangan suatu organisasi sebagai suatu sistem, harus dimulai dari pemberdayaan segala sumberdaya yang membentuk organisasi atau sistem tersebut. Pemberdayaan menunjuk pada adanya proses yang berlangsung di dalam suatu lingkup organisasi atau sistem. Ada yang melakukan proses dan ada yang mengalami proses. Artinya, Pemberdayaan tenaga pengajar menyangkut dua hal, yakni: (1) daya guna tenaga pengajar dan (2) pengembangan tenaga pengajar. Daya guna tenaga pengajar diartikan sebagai efisiensi pelaksanaan tugas tenaga pengajar atau kemampuan mendatangkan hasil dan manfaat yang maksimal atas kemampuannya kemampuan menjalankan tugas sebagai tenaga pengajar. Menurut Tjipto Utomo dan Kees Ruitjer (1986) bahwa perbaikan pendidikan pada prinsipnya adalah meningkatkan daya guna atau
efisiensinya.
Pemahaman
yang
sama
tentang
daya
guna
dikemukakan oleh The Liang Gie (1981) bahwa efesiensi adalah suatu usaha untuk mencapai prestasi sebesar-besarnya dengan menggunakan sumber daya dan atau dana yang tersedia dalam tempo yang sesingkatsingkatnya. Pengertian tersebut memberikan makna bahwa efisiensi pada dasarnya adalah daya guna, baik ditinjau dari aspek tenaga, materi, pikiran maupun waktu. Berkaitan dengan daya guna tenaga pengajar SMK, hasil penelitian Ruslan (1999) menunjukkan bahwa daya guna tenaga pengajar SMK di Kota Makassar dilihat dari alokasi tenaga pengajar berdasarkan diversifikasi kewenangan mengajar khususnya dalam hal alokasi beban mengajar umumnya melebihi standar yang diwajibkan. Hasil penelitian yang sama menunjukkan bahwa masih ada 31,2 persen tenaga pengajar yang mengajarkan bidang studi yang tidak relevan dengan kualifikasi pendidikan formalnya. Ditemukan pula bahwa faktor penting yang sangat
-4-
berpengaruh dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap daya guna tenaga pengajar adalah kemampuan umum tenaga pengajar dan sikap tenaga pengajar terhadap tugas-tugas ketenaga pengajaran tenaga pengajar atau jabatan tenaga pengajar. Sementara itu, tenaga pengajar yang dibebani tugas mengajar melebihi standar akan menghabiskan waktunya dalam pembuatan rencana mengajar dan terbengkalainya proses pembelajaran yang dilaksanakan, atau sebaliknya. Tenaga pengajar akan kekurangan waktu untuk menelaah kembali rencana pengajaran yang telah disusun. Tenaga pengajar yang mengajar tanpa perencanaan mengajar pun akan banyak dijumpai. Titik akhirnya adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diperoleh. Daya guna tenaga pengajar juga sangat bergantung pada bidang keahlian tenaga pengajar. Oleh karena itu. salah satu indikator daya guna tenaga pengajar adalah tingginya tingkat relevansi antara bidang keahlian tenaga pengajar dan bidang studi yang diajarkan. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang tenaga pengajar yang tidak ahli dalam bidang studi yang diajarkan. dalam pengertian bidang studi yang diajarkan tidak relevan dengan kualifikasi pendidikan formalnya sangat mengkhawatirkan hasilnya. Selain itu, kondisi demikian akan menyita waktu tenaga pengajar untuk memahami terlebih dahulu materi yang dikandung bidang studi tersebut sebelum mereka mengajarkannya. Dengan demikian daya guna tenaga pengajar ditinjau dari pemanfaatan waktu akan jauh berkurang. Artinya efisiensi pelaksanaan tugas tenaga pengajar tidak tercapai. Kir Haryana (1994) melalui hasil review terhadap beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa efisiensi atau daya guna sistem pendidikan dapat dinilai dari sisi input, proses, produk atau keluaran dan dampak. Pendapat yang maknanya sama, juga dikemukakan oleh
-5-
Boediono dkk. (1992) dan Wmdham, D.M (1990) bahwa jika pendidikan dipandang sebagai suatu rangkaian proses produksi, maka tinjauan daya guna atau efisiensi dapat dilakukan terhadap empat bagian atau aspek utama yakni :input, proses, output dan outcomes. Berdasarkan uraian di atas dapat disusun satu pengertian bahwa daya guna tenaga pengajar di SMK adalah tingkat kesuksesan alokasi tenaga pengajar yang logis menurut aturan normatif dalam mengimplementasikan tingkat
kemampuannya
sebagai
tenaga
pengajar
dalam
proses
pendidikan dalam Lingkup SMK.
1. Alokasi Tenaga Pengajar Ketepatan alokasi potensi dan kemampuan tenaga pengajar dengan tepat menunjukkan tingginya daya guna mereka. Alokasi tenaga pengajar yang tepat menurut Kir Haryana dan Amat jaedun (1994) adalah bahwa tenaga pengajar yang mengajar memang berwenang mengajar, sesuai dengan tuntutan kebutuhan kurikulum atau bidang studi yang harus dipenuhi terhadap keadaan jumlah tenaga pengajar senyatanya di sekolah dan kesesuaian antara latar belakang pendidikan dengan bidang studi yang diajarkan oleh tenaga pengajar. Kesesuaian antara beban jam mengajar dengan yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Pasal 5, ayat 1 dan 5 Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pendidikan
dan
Kebudayaan
dan
Kepala
Badan
Administrasi
Kepegawaian Negara, Nomor: 0433/P/1993; Nomor: 25 Tahun 1993. dituliskan bahwa jam wajib penyajian program pengajaran atau praktik adalah sekurang-kurangnya 18 jam pelajaran perminggu. Tenaga pengajar yang kurang jam wajib pelajaran tatap muka perminggu diberi angka kredit secara proporsional, dengan ketentuan Kepala Sekolah
-6-
wajib
memberi
penugasan
kepada
tenaga
pengajar
yang
bersangkutan setara dengan jam wajib. Selanjutnya ketepatan alokasi tenaga pengajar dapat diukur dari kesesuaian antara tugas tenaga pengajar menurut aturan normatif yang tersurat dengan implementasi tugas tenaga pengajar di sekolah. Proses pelaksanaan tugas keguruan tenaga pengajar adalah suatu mekanisme yang menggambarkan tingkat upaya tenaga pengajar merencanakan proses belajar-mengajar, implementasi perencanaan belajar-mengajar, membimbing dan melatih siswa menilai hasil proses belajar-mengajar,
mengembangkan
diri
dan
pengabdian
pada
masyarakat. Tugas tenaga pengajar tidak terbatas dalam mentransfer ilmu pengetahuan atau mengajarkan ilmu saja, tetapi harus mampu memindahkan nilai-nilai perilaku yang mulia, dapat di contoh atau diteladani oleh peserta didiknya. Singkat kata, tenaga pengajar mempunyai tugas mengajar, membimbing dan mendidik. Usman (1994)
mengemukakan
dikelompokkan
dalam
bahwa tiga
tugas
bagian
tenaga utama,
pengajar yakni
dapat
mengajar,
membimbing dan mendidik. Tugas pokok tenaga pengajar menurut yang tersurat dalam buku 'Himpunan Peraturan Kepegawaian Republik Indonesia 1995 1996 (Anonim, 1996) meliputi: (1) menyusun program pengajaran, menyajikannya, evaluasi hasil belajar, analisis hasil evaluasi belajar, serta menyusun perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya; (2) menyusun program bimbingan, analisis hasil program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
-7-
Jabatan tenaga pengajar sebagai jabatan fungsional memiliki banyak tugas, baik yang terkait dengan dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Berkaitan dengan itu, maka tugas tenaga pengajar harus pula disesuaikan dengan jabatan fungsionalnya. Namun demikian, variasi tugas yang diemban oleh tenaga pengajar berdasarkan jabatan fungsional nya merupakan penjabaran dari dua unsur bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugasnya, yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Jika
mengimplementasikan
tugas
tenaga
pengajar
yang
dimaksudkan di atas berlangsung dalam lingkup SMK, maka seorang tenaga pengajar harus mengintegrasikan pelaksanaan tugasnya dengan
berbagai
kemampuan
atau
kompetensi,
di
antaranya
mengetahui dan mampu mewujudkan tujuan SMK yang ditempati nya bertugas; mengalami dan mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar; mengetahui ciri-ciri tenaga pengajar yang efektif dan mampu mewujudkannya; serta mengetahui dan mampu melaksanakan peran tenaga pengajar.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Guna Tenaga Pengajar Tenaga pengajar sebagai bagian dari suatu sistem, mulai dari si stem yang paling sempit, yakni sistem pengajaran hingga ke sistem yang lebih besar, yakni sistem pendidikan, senantiasa berinteraksi dengan komponen sistem lain yang ada disekelilingnya. Interaksi tersebut akan turut mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga pengajar. Suharsimi (1988) mengemukakan bahwa SMK dapat dipandang sebagai suatu sistem sosial, yaitu sistem sosial terbuka. Sistem sosial terbuka tidak dapat menghindar dan pengaruh lingkungannya. Di dalam kegiatan operasionalnya, sekolah kejuruan akan sangat
-8-
dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan memang sekolah kejuruan harus dan dengan sengaja mencari informasi dari lingkungan yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pendapat di alas menunjukkan bahwa tenaga pengajar dalam melaksanakan tugasnya selama berinteraksi dengan komponen yang ada di dalam sistem SMK, juga harus mampu berinteraksi dengan komponen-komponen lain yang ada di luar sistem SMK. Dengan demikian, mekanisme interaksi yang dialami oleh tenaga pengajar tersebut akan turut mewarnai sikap dan bentuk perilakunya. Bentuk perilaku yang direfleksikan tenaga pengajar merupakan potensi yang menentukan optimal tidaknya daya guna tenaga pengajar di SMK. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut ada yang bersumber dari dalam din tenaga pengajar sebagai faktor internal, seperti kemampuan umum tenaga pengajar. Ada pula yang bersumber dari lingkungan dari luar diri tenaga pengajar sebagai faktor eksternal, seperti: peserta didik, sarana dan prasarana sekolah serta kepemimpinan kepala sekolah. Slamet (1995) dan Suharsimi (1993) mengemukakan bahwa faktor internal tenaga pengajar dapat diklasifikasikan sebagai (a) faktor jasmaniah meliputi kesehatan secara umum dan cacat tubuh; (h) faktor psikologis meliputi Intelegensi, perhatian. minat dan bakat, motivasi kematangan dan kesiapan; dan (c) kelelahan. Sedangkan menurut A. Tabrani Rusyan dkk. (1994) faktor internal meliputi kelengkapan fisik, tingkat kematangan, kesehatan tubuh, kecakapan umum, kecakapan khusus, dan kelemahannya, sikap, minat, dorongan, prasangka, perasaan tidak menentuh kebiasaan dan latar belakang pendidikan. Berdasarkan konsep faktor internal di atas nampak bahwa setiap individu, termasuk tenaga pengajar dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari minimal ada dua aspek ulama pada dirinya
-9-
yang harus diperhatikan, yakni: kemampuan umum tenaga pengajar dan sikap tenaga pengajar terhadap jabatan profesional tenaga pengajar. Hal ini, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi (1993). la mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang turut menentukan kualitas seorang tenaga pengajar, yakni kemampuan umum, persepsi terhadap jabatan tenaga pengajar dan sikap sebagai tenaga pengajar. Namun demikian. penulis menyimpulkan bahwa bagi seorang tenaga pengajar persepsinya terhadap jabatan tenaga pengajar akan tercermin pula pada sikapnya sebagai tenaga pengajar. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi daya guna tenaga pengajar dilihat dari sisi tenaga pengajar, meliputi lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah Suharsimi (1988). Pernyataan tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang terjadi dan akan turut mempengaruhi, baik antar tenaga pengajar, tenaga pengajar dan kepala sekolah, tenaga pengajar dan siswa, tenaga pengajar dan tenaga administrasi serta keterkaitan tenaga pengajar dengan semua komponen yang ada dalam lingkungan sekolah. Selain itu, hal tersebut juga mengisyaratkan adanya peluang bagi tenaga pengajar untuk melakukan hubungan dengan lingkungan di luar sekolah, baik melalui sekolah maupun tanpa melalui sekolah. Adanya hubungan atau interaksi antara tenaga pengajar dan lingkungan di luar sekolah akan turut mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga pengajar.
a. Kemampuan Umum Tenaga pengajar Suharsimi (1993) mengutip pendapat T. Raka Joni, bahwa ada tiga komponen kemampuan yang mencirikan kemampuan umum yang dimiliki oleh seorang tenaga pengajar, yakni kemampuan profesional, kemampuan personal dan kemampuan sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan profesional terkait
- 10 -
erat dengan tingkat pendidikan formal yang berkaitan dengan profesi seorang tenaga pengajar. Sementara kemampuan personal dan sosial sangat terkait dengan pen gal am an kerja tenaga pengajar. termasuk masa kerja, pangkat-golongan dan pelatihan atau penataran terkait yang pernah diikuti oleh tenaga pengajar. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan SMK ditinjau dari sisi pemberdayaan tenaga pengajar, perlu tenis ditingkatkan kemampuan tenaga pengajar. Upaya tersebut harus dijadikan prioritas mama oleh pihak SMK, terutama pimpinan SMK. Hal ini dikemukakan, dengan asumsi bahwa cermin atau indikator utama yang menjadi ukuran adanya proses pengembangan sumberdaya yang berlangsung pada suatu lingkup organisasi adalah adanya peningkatan kualitas produk] yang dihasilkan. Jadi. indikator utama yang menjadi ukuran berlangsungnya proses pengembangan pada suatu
SMK
adalah
peningkatan
kualitas
lulusannya,
yang
dibuktikan oleh tingginya jumlah lulusan yang diserap oleh pasar kerja yang bersesuian dengan bidang keahlian mereka. Sementara itu, kualitas lulusan sangat ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran yang mereka alami selama di sekolah yang secara langsung dikelola oleh tenaga pengajar. Pengembangan kemampuan tenaga pengajar sebagai salah satu bagian dari pemberdayaan tenaga pengajar, sebagaimana dinyatakan oleh T. Raka Joni dalam Suharsimi (1993) di atas meliputi
tiga aspek.
yakni:
aspek
kemampuan
profesional,
kemampuan personal dan kemampuan sosial. Pengembangan kemampuan profesional dan sosial tenaga pengajar sangat bergantung pada aturan normatif yang berlaku dan kebijakan kepala sekolah. Guru yang ingin dikembangkan kedua aspek kemampuannya
tersebut
terkadang
memaksa
mereka
- 11 -
meninggalkan sekolah dalam waktu tertentu. Hal itu berarti dalam waktu yang bersamaan mereka harus meninggalkan tugasnya sebagai tenaga pengajar di sekolah. Misalnya, guru ditugasi untuk melanjutkan pendidikan formalnya dan atau mengikuti program kerja pada industri tertentu. Seorang guru harus meninggalkan sekolah dalam rentang waktu tertentu untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti program kerja di industri tertentu dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan Peraktek Kerja Industri (prekerin). Dalam kondisi seperti ini, kepala sekolah dituntut dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang menejer atau pimpinan dalam mengelola sumberdaya tenaga pengajarnya dengan baik, yang proporsional dan adil Pengambilan kepala sekolah
dalam
kondisi
seperti
itu
akan
mencerminkan
kemampuannya dalam membaca tanda-tanda dan peluang pasar. Sementara itu, pengembangan kemampuan tenaga pengajar pada aspek kemampuan personal sangat bergantung pada motivasi, inovasi dan kreatifitas guru dalam memperluas wawasan nya,
terutama
yang
berkaitan
langsung
dengan
bidang
keahliannya. Tentu saja kemampuan managerial kepala sekolah turut menentukan. Misalnya, pihak sekolah (kepala sekolah) menyediakan berbagai fasilitas penunjang seperti komputer. Kemudian
guru
memanfaatkannya
untuk
mengembangkan
kemampuan penguasaan penggunaan komputer dalam berbagai keperluan.
Mengunjungi
berbagai
Web
site
internet
untuk
memperoleh berbagai informasi aktual dan up to date (mutakhir) dan lain sebagainya.
- 12 -
b. Sikap Tenaga Pengajar terhadap Jabatan Profesional Guru Bagaimana tenaga pengajar memandang dan menyikapi profesinya akan sangat menentukan keberhasilannya dalam mengelola proses pembelajaran, karena pandangan tentang apa yang dijalani akan menentukan bagaimana yang menjalani tersebut bersikap, berprilaku dalam proses pembelajaran, (Suharsimi, 1993). Dengan demikian pandangan tenaga pengajar terhadap jabatan atau tugas tenaga pengajar akan tercermin pada sikap dan prilaku tenaga pengajar, baik saat ia melaksanakan tugas guru di sekolah maupun melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pihak sekolah di tempat lain. Oleh karena itu, kalau ingin menjadi guru, jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali. Berhasil tidaknya pendidikan yang dialami peserta didik sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya, (Usman, 1994). Dengan demikian, di tangan gurulah dimulainya gambaran asa depan bangsa suram tidaknya sangat bertgantung pada guru
C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Pengembangan SMK dapat dilakukan melalui berupa cara, salah satu cara diantaranya adalah pemberdayaan tenaga pengajar SMK b. Pemberdayaan tenaga pengajar SMK dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan daya guna dan mengembangkan tiga aspek kemampuan tenaga pengajar, yakni: kemampuan profesional, personal dan kemampuan sosialnya c. Daya guna tenaga SMK ditentukan oleh faktor ketetapan alokasi dan kemampuan umum yang dimilikinya
- 13 -
d. Pengembangan kemampuan tenaga pengajar harus dititik beratkan pada tiga aspek kemampuan, yakni kemampuan profesional, personal dan sosial e. Pengembangan kemampuan profesional dan sosial tenaga kerja pengajar sangat bergantung pada aturan normatif dan kebijakan atau kepemimpinan kepala SMK. Sementara pengembangan kemampuan personal tenaga pengajar sangat bergantung pada motivasi, inovasi dan kreativitas tenaga pengajar SMK itu sendiri yang didukung oleh kemampuan manajerial kepala sekolah f. Selain itu seluruh aspek yang berkaitan dengan pengembangan tenaga pengajar sangat ditentukan oleh setiap tenaga pengajar SMK terhadap jabatan guru 2. Saran a. Dalam rangka pengembangan SMK, Kepala sekolah sebagai manajer harus mampu menjalankan fungsi manajerialnya dengan baik pengajar yang berlaku dibawah naungan tanggungnya berdaya juga b. Pendayagunaan tenaga pengajar menuntut tugas tenaga pengajar dengan tepat menurut aturan berlaku. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus
mampu
mengatur
pengajarnya dengan baik hingga
pengakolasian
tenaga
diperoleh kesesuaian antara
tugas pengajar yang digariskan dalam aturan berlaku dengan pelaksanaan tugasnya disekolah c. Selain itu daya guna tenaga pengajar perlu terus ditingkatkan melalui
pengembangan terus-menerus terhadap kemampuan
umum tenaga pengajar.
Oleh karena itu kepala sekolah harus
mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya hingga pihak tenaga pengajar
memperoleh
peluang
dan
dukungan
untuk
mengembangkan kemampuannya, antara lain, pemberian kepada
- 14 -
mereka untuk
melanjutkan pendidikan formalnya dan atau
mengikuti program pengembangan
diri pada industri
atau
perusahaan tertentu.
DAFTAR BACAAN Anonym. (1993). Keputusan Menteri Negara Daya Guna operator negara nomor 84 1993, tentang jabatan fungsional tenaga pengajar dan angka kreditnya Jakarta. Depdikbud Anonym (1995). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (UU RI No. 2 Th 1989) dan peraturan pelaksanaannya. Jakarta Sinar Grafika Anonym. (1996). Himpunan peraturan kepegawaian RI 1995/1996. Jakarta CV. Novindo Pustaka Mandiri Endarto. (1994). Kerja sama dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri makalah kejuruan pada seminar nasional forum komunikasi FPTK se-Indonesia di IKIP Surabaya, tanggal 28 November 1994. Faham & Sukanto. (1001). Studi tingkat profesionalisme tenaga pengajar dan industri menengah kejuruan tingkat atas di propinsi DIY dan Jawa tengah. Laporan penelitian. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta Gunawan, Ary. (1994) Polemik efisiensi dan inefisiensi pendidikan kejuruan. Forum komunikat, 002. p. 26 – 30 Haryana, Kir dan Jaedun. Amat. (1994) Studi efisiensi dan penyelenggaraan pendidikan di STM Muhammadiyah Imogiri, bantul, Yogyakarta. Laporan penelitian. Yogyakarta Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta Manullang Jorlin (1980). Peningkatan mutu tenaga pengajar tehnologi. Analisis Pendidikan. 2 p 134. Jakarta Dekdikbud ------------------(1994) sistem ganda pada SMK implementasi link and match dalam upaya peningkatan mutu pendidikan teknologi dan kejuruan.
- 15 -
Makalah disajikan pada seminar nasional Forum Komunikasi FPTK se-Indonesia di IKIP Surabaya tanggal 28 November 1994 ------------------
(1995)
indikator
keberhasilan
SMK.
Pendidikan Menengah Kejuruan . Direktorat
Jakarta
Direktorat
Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Makassar Lemlit UNM slamet, PIL (1993).Karakteristik
tenaga pengajar dan instruktur untuk
menunjang sistem ganda makalah disampaikan pada seminar nasional dan temua karya VII Forum Komunikasi FPTK/JPTK se-Indonesia di IKIP Surabaya. Surabaya panitia Pelaksana suharsimi, Arikunto. (1998). Organisasi dan administrasi Pendiikan teknologi dan kejuruan Jakarta P2LPTK Dekdikbud ------------------ (1993). Manajemen Pengajaran. Jakarta PT. RIneka Cipta sukamto (1995). Studi latihan jabatan bagi peningkatan kompetensi tenaga pengajar STM di daerah istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta Remaja Rosdakarya usman, Moh. Uzer, (1994). Menjadi tenaga pengajar profesional. Bandung PT. Remaja Rosdakarya
- 16 -
- 17 -