ARTIKEL HIBAH KOMPETITIF UPI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP
Oleh H. Yudha M. Saputra, M.Ed, dkk
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007
1
ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP Oleh H. Yudha M. Saputra, M.Ed., dkk
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan masih rendahnya perhatian kita terhadap para lansia. Padahal mereka juga manusia yang memerlukan perhatian dan perlakuan yang sama agar tetap berdaya dalam mengisi kehidupannya. Para lansia sering dibiarkan dalam kesendirian, sehingga dianggap mengganggu orang lain karena tidak mandiri. Aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi menjadi salah satu alternatif agar para lansia tetap berdaya dan mandiri dalam mengisi kehidupannya. Kebugaran menjadi target yang ingin dicapai dalam penelitian ini melalui dua jenis perlakuan yaitu kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi. Dengan pemberian pola hidup inilah, kebugaran lansia secara perlahan tapi pasti dapat meningkat. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus yaitu pengaruh pola hidup berupa aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap kebugaran para lansia. Secara teoritis, untuk meningkatkan kebugaran seseorang dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi yang seimbang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik observasi dan tes. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 perempuan lansia di panti sosial yang ada di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Secara signifikan aktivitas olahraga tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (2) Secara signifikan pemberian nutrisi tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran para perempuan lansia.
2
A. Pendahuluan Di Indonesia pada tahun 2050 jumlah penduduk lanjut usia (lansia) akan mencapai sepuluh juta jiwa. WHO telah memperhitungkan pada 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesaar 41,4% yang merupakan
sebuah
peningkatan
tertinggi
di
dunia.
Dengan
semakin
berkembangnya teknologi di bidang kesehatan serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka usia harapan hidup pada tahun-tahun ke depan diperkirakan mencapai 70 tahun, sehingga populasi lansia di Indonesia tidak saja akan melebihi jumlah balita bahkan menempati peringkat keempat dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. (WHO, 2007). Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Dengan berkembangnya program Keluarga Berencana di Indonesia, maka keluargakeluarga di masa yang akan datang rata-rata hanya mempunyai dua anak saja. Para lansia akan menghadapi keadaan yangmana semua anak mereka harus bekerja. Tentunya akan dipermasalahkan siapa yang akan merawat para lansia tersebut. Terbatasnya
aksesibilitas
perempuan
lansia
yang
menyebabkan
terbatasnya mobilitas serta terbatasnya hubungan lansia dengan lingkungannya, penurunan kesempatan kerja serta rendahnya penggunaan sumber daya yang ada menyebabkan masalah perempuan lansia menjadi topik yang perlu diperhatikan. Selain itu adanya hambatan dari menurunnya fungsi organ reproduksi yang berdampak pada meningkatnya pengeroposan tulang pada perempuan lansia menambah beban yang dialami perempuan lansia. Permasalahan yang sedemikian besar yang dihadapi oleh perempuan lansia telah memberikan inspirasi perlunya solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan tersebut. Terutama dalam hal mengatasi menurunnya kualitas hidup yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi organ reproduksi menjadi fokus yang akan diangkat dalam penelitian ini. Pola makan dan olahraga menjadi salah satu alternatif yang sederhana dan mudah untuk dilakukan dengan program yang dibuat secara sederhana pula diharapkan mampu mengurangi dan bahkan mengatasi berbagai persoalan menurunnya fungsi organ reproduksi tersebut.
3
Jadi road map dalam penelitian ini adalah mengangkat sebuah penomena personal dan sosial yang dihadapi perempuan lansia yang saat ini mereka berada dalam kondisi yang kurang stabil dalam menjalani kehidupannya. Ketidakstabilan tersebut lebih dikarenakan kurang berfungsinya organ reproduksi sehingga berdampak personal yaitu pada pengeroposan tulang khususnya pada perempuan lansia. Dampak sosialnya menjadikan kualitas hidup semakin menurun dan kurang berdaya dalam menjalankan aktivitasnya. Berdasarkan kepedulian atas kondisi perempuan lansia itulah peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian untuk memberdayakan perempuan lansia dengan mengadakan upaya dan tindakan-tindakan yang merubah pola hidup perempuan lansia. Perubahan pola hidup yang akan diteliti meliputi perubahan pola makan dan pola olahraga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan lansia perlu dilakukan pembinaan berupa program nutrisi dan olahraga secara tepat. Pembinaan melalui pemberian program ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan perempuan lansia, maka fokus penelitian ini adalah pemberdayaan perempuan lanjut usia melalui perubahan pola hidup, yakni dengan program pemberian nutrisi dan olahraga secara teratur. Pemberdayaan perempuan lansia dengan sasaran akhir terwujudnya kinerja perempuan lansia yang lebih baik. Jadi pola pengembangan pembinaan lansia dimaksudkan sebagai suatu sistem dalam konteks manajemen diri, khususnya pemberdayaan perempuan lansia di Kota Bandung. Adapun yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: (1) Seberapa besar pengaruh pemberian nutrisi terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? (2) Seberapa besar pengaruh pemberian program olahraga terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? dan (3) Apakah ada perbedaan signifikan antara pengaruh pemberian program olahraga dan pola nutrisi terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? Dengan tujuan tujuan adalah untuk menggali informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan implementasi pemberdayaan perempuan lanjut usia di Kota Bandung. Urgensi hasil penelitian ini akan dikembangkannya sebuah program pemberdayaan perempuan lanjut usia di wilayah Kota Bandung.
4
B. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini ada dua hal penting yang perlu dikaji secara teoritik yaitu: (1) faktor gizi dan (2) olahraga. 1. Faktor Gizi Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang akan merawat manula merupakan pencegahan yang amat penting. (Hartono, 1991). Direktorat Bina Gizi Masyarakat – Depkes RI (1991) telah membuat buku Petunjuk Menyusun Menu bagi Usia Lanjut, yang isinya dapat disaring sebagai berikut : a. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan
yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.` b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari
Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). c. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori. d. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori. e. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber
pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap. f.
Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan.
g. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar, seperti kacang-
kacangan, hati,daging, bayam atau sayuran hijau. h. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung
garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat. i.
Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna.
j.
Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
5
2. Olahraga Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30-50%. (Kusmana, 1992). Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan di atas, yaitu jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki, misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil, dan olahraga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia usia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. Dalam perkembangannya, konsep pola hidup ini telah digunakan dalam berbagai situasi, termasuk untuk situasi panti sosial. Implementasi konsep pola hidup dalam kondisi ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian sebagai berikut: a. Pola hidup merupakan suatu keputusan bertindak dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Lingkungan di sini adalah lingkungan yang memungkinkan para lansia dan pembina panti sosial. Sedangkan kondisi dimaksudkan sebagai suatu iklim konduktif dalam kegiatan pembinaan di panti sosial. b. Dalam program pembangunan bangsa, pentingnya peran serta masyarakat termasuk kelompok perempuan lanjut usia, merupakan suatu kebutuhan mendesak yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Program tersebut setidaknya sejalan dengan 3 (tiga) isi kunci pembangunan yang meliputi: (1) peningkatan kualitas hidup, (2) pelibatan peran serta masyarakat, dan (3) pelestarian lingkungan. Tanpa adanya peran serta masyarakat, termasuk kaum perempuan lanjut usia secara optimal, sangat mustahil kebutuhan peningkatan kualitas hidup dan pelestarian lingkungan dapat dicapai. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kelompok perempuan lanjut usia mempunyai peranan yang
6
harus dilibatkan. Strategi merupakan garis besar haluan, bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar utnuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. c. Beberapa kelebihan yang dimiliki kaum perempuan lanjut usia, sebagai berikut: (1) Dengan jumlah perempuan > 50% dari jumlah penduduk dunia telah menjadikan potensi yang tiada terbatas untuk terus diberdayakan. Sehingga perempuan, baik sebagai individu maupun kelompok, merupakan sumberdaya manusia yang potensial bila diberdayakan. (2) Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih peduli terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkungannya. d. Beberapa kelemahan yang dimiliki kaum perempuan yang selama ini menjadi sorotan, merupakan dampak konstruksi sosial yang ada, antara lain: (1) Masih banyak dijumpai rendahnya status dan kedudukan perempuan dalam masyarakat. (2) Adanya hambatan kultural bagi perempuan untuk berperan serta secara aktif dalam pembangunan. (3) Adanya hambatan material berupa rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan sebagian besar perempuan. (4) Rentannya posisi perempuan (dan anak-anak) dalam masyarakat, sehingga apabila masyarakatnya miskin, maka perempuan dan anak-anaklah yang paling berat menanggung akibatnya. (5) Rendahnya akses/peluang dan kontrol perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. e. Perlunya pola hidup yang lebih baik untuk memfasilitasi para lansia dalam mengisi hidupnya dengan aktivitas yang positif dan berguna bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan olahraga menjadi salah satu langkah positif untuk dapat dimanfaatkan optimal oleh setiap lansia agar memiliki tubuh yang fit dan mampu bergerak tanpa harus dibantu orang lain. Demikian pula halnya dengan pola makan yang baik dapat pula mendukung terhadap peningkaan tubuh yang bugar, sehingga tidak mudah terkena penyakit diusianya yang sudah renta tersebut. f.
Pola hidup melalui kegiatan olahraga dan pola nutrisi yang seimbang dan tepat sasaran akan dapat memberdayakan para lansia untuk lebih dapat diterima di luar komunitasnya karena tidak lagi banyak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Kemandirian menjadi target utama dari pembentukan pola hidup
7
bagi para lansia yang sering dicap sebagai manusia lemah dan tidak produktif bahkan sering menjadi penghambat bagi kaum produktif. Asumsi ini harus dibuang jauh, karena para lansia yang dapat mengisi hidupnya dengan pola gerak dan nutrisi yang tepat akan menjadi bagian dari masyarakat yang berkontribusi dalam pembangunan. Atas dasar pertimbangan teori tersebut, maka rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebanyak pertanyaan penelitian yang telah diajukan, yaitu sebagai berikut : (a) Pemberian pola hidup berolahraga pada lansia secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran. (b) Pemberian pola hidup berupa nutrisi pada lansia secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran. (c) Tidak ada perbedaan secara signifikan antara pemberian pola hidup berupa olahraga dan nutrisi pengaruhnya terhadap kebugaran. C. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh pola nutrisi dan olahraga terhadap pemberdayaan perempuan lanjut usia di Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan data berupa hasil perolehan yang menunjukkan tingkat pemberdayaan berupa kinerja perempuan lanjut usia. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil pola hidup dengan nutrisi dan olahraga ini dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan perubahan antara kemampuan sebelum dan sesudah memperoleh perlakuan (treatment) yang digambarkan dalam desain penelitian. Untuk merealisasikannya diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen
menurut
pandangan Leedy (1985:211)
menguraikan bahwa “The experimental method deals with the phenomenon of cause and effect.” Maksudnya metode eksperimen berhubungan dengan fenomena-fenomena sebab dan akibat. Sedangkan Hyllegard, et.al (1996:424) menjelaskan bahwa “Experiments are conducted to investigate cause and effect relationships.” Maksudnya eksperimen dilakukan untuk menyelidiki yang berhubungan dengan sebab akibat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan tiga variabel terikat. Gambar 1 di bawah ini menjelaskan mengenai hubungan antara variabel yang terlibat dalam penelitian.
8
Variabel Bebas
Variabel Terikat
X1
Y2
X2 Gambar 1. Hubungan Sebab Akibat antara pola nutrisi (makan) dan pola olahraga terhadap kebugaran Keterangan: X1 = Pola Makan (Nutrisi) X2 = Pola Olahraga Y1 = Kebugaran Dalam suatu penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain yang sesuai dengan kebutuhan variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian. Untuk itulah, maka desain yang sesuai dengan penelitian eksperimen ini adalah “True experimental designs.” (Leedy, 1985:214), dimana studi ini melakukan pretest dan posttest. Untuk lebih jelasnya dapat pada gambar 2 di bawah ini.
Sampel
Pretest
Kelompok A
O1
X1
O2
Kelompok B
O3
X2
O4
Keterangan: O1, dan O3, = Tes awal (Pretest) O2, dan O4, = Tes akhir (Posttest) X 1 = Perlakuan dengan pola makan X 2 = Perlakuan dengan pola olahraga
Posttes
9
Sampel diperoleh dari data-data perempuan lansia dari 2 panti sosial yang ada di kota Bandung. Setiap kelompok dipilih secara acak sederhana 10 orang sampel. Terdapat 2 kelompok perlakuan dengan pembagian kelompok sebagai berikut. Kelompok I
: Kelompok yang diberi perlakuan olahraga saja selama 15 menit, 3x dalam seminggu
Kelompok II
: Kelompok yang diberi perlakuan perubahan pola nutrisi setiap hari
Untuk penelitian lapangan sampai dengan tersusunnya hasil penelitian diperlukan instrument yang digunakan adalah tes kebugaran. Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Pencatatan data-data anggota masing-masing kelompok, (2) Penilaian pretes masing-masing kelompok sebelum perlakuan, (3) Pengujian perlakuan terhadap masing-masing kelompok, (4) Penilaiaan posttes masing-masing kelompok setelah perlakuan, dan (5) Pencatatan dalam format penilaian. Adapun tes yang digunakan untuk mengukur kebugaran para lansia sebagai berikut: 1. Tes Fleksibilitas 2. Tes Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan 3. Tes Fungsi Koordinasi Syaraf 4. Tes Daya Tahan Kardiovaskular Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil tes kebugaran dan wawancara. Dengan jumlah data yang sedemikian banyaknya, maka setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah selanjutnya mengadakan analisis. Data-data hasil penelitian dicatat, dikelompokkan dan dilanjutkan dengan analisis Uji Beda (uji t) untuk menilai signifikansi signifikansi pengaruh perlakuan terhadap kebugaran perempuan lansia. D. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan skor-skor mentah dan masih belum berarti. Untuk mendapatkan kesimpulan atau makna dari data-data tersebut harus diolah dan dianalisis secara statistik. Pengolahan data ini dihitung secara manual dengan menggunakan komputer program “SPSS.”
10
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut peneliti menuangkannya dalam bentuk tabel-tabel agar mudah dibaca dan dipahami. Tabel 1 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Kegiatan Olahraga pada Lansia di Kota Bandung No 1
2
3
4
Item Tes Fleksibilitas: Rata-rata Simpangan Baku Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata Simpangan Baku Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata Simpangan Baku Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata Simpangan Baku
Pretest
Posttest
T-skor Pretest
T-skor Posttest
0,6 cm 3,87
1,4 cm 3,57
50,10 10,01
51 9,07
2,18 liter 0,63
2,46 liter 0,63
49,90 9.91
50,4 9,4
26 unit 12,87
44,6 unit 14,16
49,9 10,04
50,10 10,10
241,1 meter 66,85
263,3 meter 78,24
50 9,85
50,10 10,00
Tabel 2 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Pemberian Nutrisi pada Lansia di Kota Bandung No 1
2
3
4
Item Tes Fleksibilitas: Rata-rata Simpangan Baku Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata Simpangan Baku Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata Simpangan Baku Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata Simpangan Baku
Pretest
Posttest
T-skor Pretest
T-skor Posttest
1,4 cm 2,38
1,45 cm 2,94
50,10 10,17
50,3 9,75
1,44 liter 0,68
1,70 liter 0,64
49,50 10,88
50,5 10,43
19,5 unit 11,88
25,6 unit 15,81
50 9,88
50,10 10,01
254,10 meter 49,81
255,6 meter 39,16
49,9 10,04
50,40 9,39
11
Berdasarkan hasil pengolahan data selanjutnya penulis menganalisis guna membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapun pengujiannya sebagai berikut: H1: Pola hidup berolahraga dapat meningkatkan kebugaran secara signifikan pada perempuan lansia di Kota Bandung Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 ≠ µ2 Untuk menentukan apakah pola hidup melalui aktivitas olahraga ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pola Hidup Berolahraga pada Perempuan Lansia No
Data
t hitung
t table
Hasil Uji
(0,05)
1 2 3 4 5
Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran
1,077 0,340
2,262 2,262
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
0,089 0,031 0,335
2,262 2,262 2,262
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,335 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,262. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara signifikan pada α = 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kebugaran stabil.
12
H2: Pola hidup melalui pemberian nutrisi dapat meningkatkan kebugaran secara signifikan pada perempuan lansia di Kota Bandung Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 ≠ µ2 Untuk menentukan apakah pola hidup melalui pemberian nutrisi ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia No
Data
t hitung
t table
Hasil Uji
(0,05)
1 2 3 4 5
Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran
0,132 0,696
2,262 2,262
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
0,074 0,370 0,631
2,262 2,262 2,262
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,631 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,262. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara signifikan pada α = 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya pemberian nutrisi bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat menopang aktivitas sehari-hari. H3: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia di Kota Bandung
13
Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 ≠ µ2 Untuk menentukan apakah kedua pola hidup melalui aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi ini memberikan pengaruh berbeda terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Beda kedua Pola Hidup Berolahraga dan Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia No
Data
t hitung
t table
Hasil Uji
(0,05)
1
Kebugaran
0,039
2,101
Tidak Signifikan
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,039 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,101. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga maupun nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi secara teratur bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat berfungsi dalam melakukan aktivitasnya setiap hari. E. Pembahasan Tujuan pemberian nutrisi maupun aktivitas olahraga bagi perempuan lansia adalah untuk mendukung aktivitasnya agar mandiri dan memberi kontribusi bagi kehidupan bangsa. Peningkatan yang terjadi melalui kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi sebenarnya ada namun kurang berarti. Peningkatan itu biasanya berbentuk kemajuan untuk selalu dapat menjaga diri dan mandiri dengan tidak selalu menggantungkan dirinya kepada orang lain. Tubuh yang tetap terpelihara
14
melalui olahraga dan pemberian nutrisi tidak lain untuk menjaga diri dengan tetap awet dalam berkarya. Khususnya dalam konteks pola hidup perempuan lansia yang ada di Kota Bandung yang umumnya sudah berusia > 65 tahun. Kemajuan hasil pemberian aktivitas olahraga dan nutrisi sangat diharapkan sekali terutama peningkatan kemampuan baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sekaitan dengan penggunaan pola hidup ini, hingga saat ini belum ada yang mengkajinya. Untuk itulah, peneliti merasa tertarik untuk mencermatinya secara lebih khusus. Penelitian yang membahas mengenai pemberdayaan perempuan lansia melalui pembentukan pola hidup, khususnya performa lokomotor, manipulatif, dan nonlokomotor serta kemampuan bergaul dalam komunitasnya telah memunculkan beberapa buah kesimpulan. Mengacu pada hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang telah menjawab pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian. Adapun hasil dan pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian aktivitas olahraga hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kebugaran tetap stabil, sehingga para lansia tersebut lebih percaya diri dan mandiri dalam berbuat sesuatu bagi dirinya maupun bagi orang lain. 2. Pemberian nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya pemberian nutrisi bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat menopang aktivitas seharihari, sehingga tidak mudah terkena penyakit. 3. Pemberian aktivitas olahraga maupun nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi secara teratur bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat berfungsi dalam
15
melakukan aktivitasnya setiap hari, sehingga para lansia tetap dapat berkarya dan tidak menjadi benalu bagi lingkungannya. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan yang telah menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian. Pada akhirnya dapat diajukan beberapa kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara signifikan 2. Tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara signifikan 3. Tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa bagi perempuan lansia yang sudah berusia > 65 tahun perlu diberikan berbagai aktivitas olahraga maupun nutrisi seimbang bukan untuk meningkatkan kebugaran, karena diusia lansia peningkatan kebugaran akan sulit diperoleh. Oleh karena itu, aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi dimaksudkan agar kondisi fisiknya tetap terjaga dan terhindar dari berbagai macam penyakit, sehingga masa hidupnya akan tetap bermakna dan tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain. Temuan hasil penelitian ini mengilhami berbagai cara tentang perlunya upaya memelihara kondisi perempuan lansia dari berbagai kendala hidup yang disinalir kurang berguna dan bahkan cenderung menyusahkan orang lain. Atas dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Pemberian aktivitas olahraga dan nutrisi harus terus dilakukan untuk memelihara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Cara ini dapat mendukung terhadap terciptanya stabilitas emosi para lansia. Tidak menutup
16
kemungkinan para lansia akan merasa enjoy saat bergerak bebas, sehingga terhindar dari stress dan penyakit lainnya. 2. Kepada para pembina di panti sosial khusus lansia agar secara rutin memberikan aktivitas gerak dan pemberian nutrisi seimbang guna menjaga tubuhnya agar lebih bugar dan tidak selalu menjadi beban bagi semua pihak. 3. Penelitian selanjutnya diperlukan dengan mengungkap berbagai soal yang belum diteliti pada saat ini, seperti menentukan bentuk-bentuk olahraga yang lebih sederhana dan sering membawa para lansia ke luar dari lingkungan panti. Dengan maksud, agar menambah pemahaman dan pengalaman mereka, sehingga hidupnya akan lebih berguna.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bermann N,D. 1982. Aging and the heart. Lexington: The Collamore Press. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, 1991. Petunjuk Menyusun Menu bagi Usia Lanjut. Departemen Kesehatan, Jakarta Hartono, A. 1991. Gizi bagi Manula, Kompas, 18 Agustus. Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Humaniora Kartari D,S, 1990. Manusia usia lanjut. Disampaikan dalam Diskusi Ilmiah Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta, 30 Januari. Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia Lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat pada Usia Lanjut. Bogor, 7 November. Murniati, N.A. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Magelang: Indonesia Tera Sadoso. 2005. Jangan Malas Depkes.co.id.
Berolahraga. Diambil dari Http://www.
Saptandari, Pinky. 2001. Tantangan dan Peluang Gerakan Perempuan dalam Menyongsong Otonomi Daerah. Yogyakarta. Jurnal Analisis Sosial. Vol. 6, No. 1 Februari 2001. Semiawan C,R. 1990. Aspek sosial gerontology. Jakarta: EGC. Suhartini, Rr., Halim., Khambali., Basyid.(2005). Model-model pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pelangi aksara WHO Expert Committee Report. 2007 . Health of the elderly Diambil dari Http://www.WHO.int/publications