Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi ProLinas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Abdul Latief, Mardalena dan Suhessy Syarif Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi Abstrak Konsep integrasi sawit – sapi mulai diadopsi sejak revitalisasi pertanian peternakan dan kehutanan (RPPK) diluncurkan Presiden RI pada tahun 2005. Pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit berpeluang besar untuk dikembangkan di Kecamatan Geragai mengingat potensi perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup luas. Gagasan integrasi usaha peternakan sapi potong ke dalam usaha perkebunan kelapa sawit dapat mengatasi masalah kelangkaan lahan yang menjadi sandungan obsesi pencapaian swasembada daging sapi nasional. Ini sesuai dengan Surat Kementerian BUMN Nomor S-50/D1.MBU/2012 tanggal 22 Februari 2012 tentang Pola Integrasi Peternakan Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit dan Surat Menteri BUMN Nomor S240/MBU/2012 tanggal 09 Mei 2012 perihal Penugasan Pelaksanaan Program Integrasi Sapi Sawit. Kegiatan pruning pohon kelapa sawit akan dihasilkan limbah berupa pelepah sawit. Satu hektar lahan dengan 130 pohon kelapa sawit didapat 20.000 kg pelepah segar/tahun atau 6400-7500 pelepah pertahun. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pakan serat berkualitas rendah yang dikandung pelepah sawit, perlu teknologi fermentasi dengan probiotik ProLinas. Hasil penelitian Afdal dan Syarif (2008) bahwa bahwa pemberian pelepah sawit sampai 50% sebagai pengganti rumput mampu meningkatkan pertumbuhan sapi potong. Dengan pemberian ProLinas (Probiotik Limbah Nenas) pada pelepah sawit melalui teknik fermentasi akan mampu meningkatkan kecernaan pakan di dalam rumen ternak sapi. Teknologi fermentasi pakan dipandang sebagai langkah yang strategis dalam meningkatkan kualitas ransum karena probiotik dapat meningkatkan kualitas pakan, kecernaan dalam rumen, pakan dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama serta urin dan feses dapat diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Dengan sendirinya pupuk organik dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi kelapa sawit anggota kelompok tani sehingga terwujud pertanian terpadu dengan konsep Zero Waste di Kecamatan Geragai. Metode yang dilakukan melalui pelatihan, diskusi, percontohan dan pendampingan pada anggota kelompok tani. Pelepah sawit yang merupakan limbah perkebunan kelapa sawit dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pelepah sawit terlebih dahulu dihaluskan dengan mesin chopper, kemudian difermentasi dengan probiotik ProLinas, selanjutnya diberikan ke sapi potong yang dipelihara petani. Urine dan feses sapi diolah menjadi pupuk organik cair dan padat menggunakan probiotik ProLinas. Pupuk juga diolah menjadi sumber energi dengan membuat digester biogas. Pupuk organik yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk anorganik untuk lahan perkebunan kelapa sawit petani. Semua proses yang dilakukan akan menciptakan pertanian terpadu dengan konsep zero waste. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa anggota kelompok tani sangat tinggi partisipasi serta keterlibatannya dalam menerapkan program KKN PPM ini. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan anggota kelompok tani pada saat aplikasi kegiatan Kata Kunci : Pemberdayaan masyarakat, ProLinas, zero waste. PENDAHULUAN Kecamatan Geragai merupakan salah satu Kecamatan dengan penduduk eks transmigrasi yang di datangkan dari Jawa Timur, Bali, NTB, Jawa Barat, DKI Jakarta pada tahun 1982 di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Potensi utama daerah ini adalah sektor perkebunan terutama kelapa sawit dan memilki wilayah perkebunan kelapa sawit terbesar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bertani merupakan mata pencarian
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 1
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
utama masyarakat disamping peternakan. Usaha peternakan yang telah lama digeluti adalah pemeliharaan ternak ruminansia diantaranya ternak sapi sehingga memungkinkan diterapkan konsep integrasi sawit – sapi. Konsep integrasi sawit – sapi mulai diadopsi sejak revitalisasi pertanian peternakan dan kehutanan (RPPK) diluncurkan Presiden RI pada 2005. Pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit berpeluang besar untuk dikembangkan di Kecamatan Geragai mengingat potensi perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup luas. Gagasan integrasi usaha peternakan sapi potong ke dalam usaha perkebunan kelapa sawit dapat mengatasi masalah kelangkaan lahan yang menjadi sandungan obsesi pencapaian swasembada daging sapi nasional. Ini sesuai dengan Surat Kementerian BUMN Nomor S50/D1.MBU/2012 tanggal 22 Februari 2012 tentang Pola Integrasi Peternakan Sapi di Perkebunan Kelapa Sawit dan Surat Menteri BUMN Nomor S240/MBU/2012 tanggal 09 Mei 2012 perihal Penugasan Pelaksanaan Program Integrasi Sapi Sawit (Yusuf, 2012) Hasil pruning pohon kelapa sawit akan dihasilkan limbah berupa pelepah sawit. Pelepah sawit berdasarkan penelitian Mathius et al., (2005) satu hektar lahan dengan 130 pohon kelapa sawit bisa didapat 20.020 kg pelepah segar/tahun atau 6400-7500 pelepah pertahun. Satu pelepah sawit akan menghasilkan 3,3 kg daun sawit. Semua limbah sawit mempunyai potensi nutrisi yang memungkinkan digunakan sebagai pakan serat yaitu kandungan gizinya terdiri dari protein kasar (PK) 5- 7 %, serat kasar (SK) 4050% dan TDN 30-40 %. Pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan petani di Kecamatan Geragai masih ekstensif yaitu ternak sapi dilepaskan pada pagi dan sore hari dikandangkan tanpa adanya sentuhan teknologi dalam meningkatkan produktifitas ternak. Pemanfaatan pelepah sawit belum dilakukan oleh petani di
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Kecamatan Geragai. Pada saat pruning, pelepah sawit yang dihasilkan ditumpuk begitu saja sepanjang jalur pepohonan sawit. Hasil penelitian sudah membuktikan bahwa pelepah sawit dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Pemanfaatan pelepah sawit untuk ternak sapi sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan pakan saat musim kemarau. Sebagai pakan, pelepah dan daun sawit termasuk golongan pakan serat bermutu rendah, dengan kandungan lignin yang tinggi dan palatabilitasnya rendah sehingga penggunaan dalam jumlah besar masih terbatas. Peningkatan fermentabilitas pakan berserat tinggi diupayakan dengan melakukan teknologi pengolahan fermentasi dengan probiotik. Menurut Amin (2007) penggunaan probiotik dalam pakan ternak ruminansia bertujuan untuk memanipulasi ekosistem rumen sehingga dapat meningkatkan efisiensi fermentasi rumen dengan cara memaksimalkan degradasi serat kasar, sintesis protein mikrobial dan meminimalkan produksi metan. Keuntungan penggunaan probiotik dalam pakan adalah untuk meningkatkan utilisasi pakan, menurunkan jumlah mikroba patogen, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan pertumbuhan Untuk mengoptimalkan pemanfaatan pakan serat berkualitas rendah yang dikandung pelepah sawit, perlu teknologi fermentasi dengan probiotik ProLinas. Hasil penelitian Afdal dkk. (2014) bahwa ProLinas merupakan probiotik yang berasal dari fermentasi limbah nenas. Teknologi fermentasi pakan dipandang sebagai langkah yang strategis dalam meningkatkan kualitas ransum karena probiotik mengandung anti bakteri dan anti jamur sehingga dapat meningkatkan kualitas pakan, kecernaan dalam rumen, pakan dapat disimpan dalam waktu yang lama serta urin dan feses dapat diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi. Dengan sendirinya pupuk organik dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi kelapa sawit anggota kelompok tani sehingga terwujud pertanian terpadu
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
dengan konsep Zero Waste di Kecamatan Geragai. Kecamatan Geragai merupakan salah satu kecamatan di Provinsi Jambi yang terpilih sebagai lokasi KKN mahasiswa Universitas Jambi. Setiap tahun Universitas Jambi menempatkan mahasiswa untuk belajar mengaplikasikan ilmunya di masyarakat. Melalui program KKN-PPM mahasiswa mampu memberikan solusi dari permasalahan yang ada pada masyarakat di pedesaan. METODE PELAKSANAAN 1. Persiapan dan Pembekalan 1.1. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan KKN -PPM 1. Sosialisasi pada kelompok sasaran dan instansi terkait 2. Penguruzan perizinan 3. Pembekalan mahasiswa 4. Penerjunan mahasiswa 5. Sosialisasi program KKN-PPM pada kelompok sasaran 6. Diskusi dan tanya jawab dengan kelompok sasaran mengenai program yang akan ditransfer 7. Pelatihan dan praktek materi program pada setiap kelompok sasaran 8. Penchopperan pelepah sawit kemudian difermentasi dengan Prolinas 9. Pembuatan pupuk organik 10. Pembuatan digister biogas 11. Monitoring dan evaluasi 12. Laporan 1.2. Materi Persiapan dan Pembekalan KKN -PPM Penunjang tema kegiatan program KKNPPM yang direncanakan adalah : 1. Teknologi tepat guna untuk pedesaan, inovasi dan strategi usaha serta managemen usaha 2. Teknologi pembuatan pupuk organik dengan ProLinas 3. Strategi membuat pertanian terpadu dengan pola zero waste 2. Pelaksanaan 2.1. Langkah-langkah dalam bentuk program yang akan dilaksanakan untuk mencapai hasil
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
yang diharapkan dari tema KKNPPM adalah : 1. Program membuat pupuk organik cair dari limbah pertanian dan kotoran sapi 2. Program pertanian terpadu dengan pola zero waste 2.2. Metode yang digunakan dalam pemberdayaan kelompok sasaran adalah: Metode yang digunakan dalam melakukan pemberdayaan kelompok sasaran adalah pelatihan, diskusi, percontohan dan pendampingan. 2.3. Langkah-langkah operasional yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang dideskripsikan pada latar belakang sebagai berikut : 1. Penempatan mahasiswa KKN-PPM dari berbagai program studi di lingkungan Universitas Jambi. Masing-masing desa ditempatkan 15 orang mahasiswa. 2. Sosialisasi cara membuat pupuk organik dari limbah pertanian dan kotoran ternak dengan ProLinas 3. Sosialisasi cara men chopper/menghaluskan pupuk organik 4. Sosialisasi membuat konsep pertanian terpadu dengan pola zero waste 3. Rencana Keberlanjutan Program Kegiatan KKN-PPM direncanakan pelaksanaannya selama 3 (tiga) bulan yaitu dengan rincian dua bulan efektif pelaksanaan KKN-PPM oleh mahasiswa bersama masyarakat dengan pendampingan oleh DPL dan satu bulan berikutnya pendampingan berkelanjutan oleh tim teknis yang ada di lapangan (teknisi, PPL) dan monev berkelanjutan oleh DPL terhadap hasil program kegiatan. Program KKN-PPM ini akan ditindak lanjuti oleh mitra kerja yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Muaro Jambi dan Dinas Peternakan Provinsi Jambi. Kedua dinas mempunyai kepentingan dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan semua program pengembangan sapi potong di
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
lingkungan wilayah kabupaten maupun provinsi. Hal ini sebagai wujud adanya link kerjasama yang erat antara perguruan tinggi sebagai lembaga pentranfer Ipteks ke masyarakat dan dinas terkait sebagai lembaga pengontrol perkembangan usaha ternak yang dikelola olah masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani ternak. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan KKN-PPM yang dilakukan adalah : A. Pembekalan Mahasiswa
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Sebelum mhs diberangkatkan ke lokasi KKN, terlebih dahulu Tim Program KKN-PPM melakukan pembekalan kepada mhs yang berisi arahan apa yang harus dilakukan di lapangan sesuai dengan tema program KKN PPM.Jumlah mahasiswa yang dilibatkan dalam program KKN PPM ini berjumalah 30 orang yang berasal dari berbagai program studidi lingkungan Universitas Jambi. Pembekalan secara reguler masih tetap dilaksanakan oleh LPPM Universitas Jambi bagi seluruh mahasiswa tersebut.
Gambar 1. Kegiatan Pembekalan Mahasiswa Program KKN PPM B. Kegiatan Program KKN PPM Program kegiatan KKN PPM terdiri dari berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pupuk organik. Program pembuatan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi yang dicampur dengan limbah pertanian dengan menggunakan ProLinas. Pupuk organik yang dihasilkan dapat ditaburkan pada lahan pertanian seperti tanaman holtikultura seperti sayur-sayuran dan tanaman perkebunan seperti pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik yang semakin mahal harganya serta merusak unsur hara tanah. Kelebihan pupuk organik dibanding anorganik adalah dapat memperbaiki unsur
hara dalam tanah sehingga menjamin peningkatan produksi hasil pertanian dan perkebunan secara kontinu dengan biaya produksi yang relatif murah serta mendukung program pertanian terpadu dengan pola zero waste yang dicanangkan pemerintah pada para petani. Adapun kegiatan dan program yang telah dilaksanaalkan adalah : 1.
Pembuatan Rumah Kompos Rumah kompos dibuat bertujuan untuk menjamin terlaksananya pembuatan kompos/pupuk organik secara aman, bersih, nyaman dan teratur. Rumah kompos dibangun seluas 4 x 8 meter yang diberi atas seng.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 4
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Gambar 2. Mahasiswa KKN melakukan GORO untuk pembuatan Rumah Kompos. 2.
Pembuatan Prolinas (Probiotik Kulit Nenas) Prosedur Pembuatan Prolinas adalah sebagai berikut: 1. Fermentasi Kulit Nenas 2. Isolasi BAL (Bakteri Asam Laktat) kulit nenas 3. Penyiapan Media Tumbuh BAL kulit nenas.
Gambar 3.
Rumah Kompos Program KKN PPM 2015
4. Sterilisasi semua bahan dan peralatan dengan alat autoclaf 5. Inkubasi larutan probiotik pada alat inkubator selama 48 jam pada suhu 37ºC 6. Penyimpanan Probiotik pada lemari pendingin
Gambar 4. Prolinas (Probiotik Kulit Nenas) 3. a.
b.
c. d.
Pembuatan Pupuk Organik / Kompos Lapisan 1. Kotoran ternak yg sudah kering ( 1 minggu)dimasukkan ke dalam bak pengumpul dan diratakan dengan tebal 10 cm(lapisan paling bawah). Lapisan 2. Rumput cabe-cabe yang sudah dicincang halus atau eceng gondok atau sisa pakan Lapisan 3. Kapur yang sudah halus Disiram dengan larutan Prolinas sampai rata.
e.
f.
g. h.
Lapisan berikut adalah sekam kayu yang halus atau dedak padi setengah abu. Tempat kompos ditutup agar composting sempurna dan dibiarkan selama 7 hari. Setelah 7 hari proses komposting, campuran diaduk secara merata Untuk membuat 1 ton bahan pembuatan kompos (kotoran ternak) membutuhkan 20 kg kapur, 50 kg serbuk gergaji, 100 kg abu sekam dan 2,5 liter dekomposer (Prolinas)
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 5
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
i.
telah matang dengan warna pupuk coklat kehitaman bertekstur remah dan tidak berbau.
Minggu kedua dilakukan pembalikan lagi. Demikian seterusnya sampai pada minggu keempat. Pada saat ini pupuk
4. Penghalusan Pupuk dengan Mesin Penghalus
Gambar 5. Proses Pembuatan Organik.
Pupuk
5. Pengemasan Pupuk Organik Pupuk organik yang sudah dipanen dan dihaluskan, dimasukkan ke dalam karung kapasitas 50 kg, kemudian dijahit dengan mesin karung. Pupuk organik
Gambar 6.
Mesin Penghalus Pupuk Organik.
dikemas dengan karung plastik yang sudah diberi label dan merk “KOMPOS PROLINAS PENGABDIAN KKN-PPM 2015”.
Gambar 7. Kemasan Pupuk Organik bermerek “Kompos Prolinas” 6. Pemasaran Pupuk Organik Pupuk diproduksi dalam jumlah banyak kemudian dipasarkan pada masyarakat yang meembutuhkan dan atau bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 7. Aplikasi pemanfaatan pupuk organik pada lahan pertanian dan perkebunan Pupuk organik yang diproduksi juga dimanfaatkan oleh anggota kelompok tani Bunga Indah desa Rantau Karya
Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk lahan pertanian dan perkebunan mereka. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan KKN PPM adalah meningkatnya kesejahteraan anggota kelompok tani dalam bentuk penambahan pendapatan dari hasil penjualan pupuk organik.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 6
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Saran Dilakukan kegiatan lanjutan penerapan teknologi Prolinas untuk meningkatkan kualitas pelepah sawit sehingga betul-betul tercapai program pemerintah yaitu pertanian terpadu dengan konsep zero waste. DAFTAR PUSTAKA Amin, M. 2007. Pengaruh penggunaan probiotik Sacharomyces cereciviae dan Aspergillus niger dalam ransum pada populasi mikroba, aktivitas fermentasi rumen, kecernaan dan pertumbuhan sapi perah dara. Program Pascasarjana. IPB, Bogor. Mathius, C.P. 2005. Protein and Energy Supplementationto Beef Cows Grazing New Mexico Rangelands.Circular 564. New Mexico State University CooperativeExtension Service. Afdal, M., Mardalena, U. Amri dan S. Erina. 2014. Pengembangan Usaha Sentra Budidaya Susu Sapi Perah Melalui Penerapan Teknologi Prolinas Guna Meningkatkan Kinerja Produksi dan Kualitas Susu di Kabupaten Muaro Jambi. Program Hi-Link Unive. Jambi. Novianti S, T. Kaswari, A. Latief, J. Andayani dan S Syarif. 2007. Evaluasi Kecernaan In Vitro dan In
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Sacco Penggunaan Pelepah Sawit Amoniasi Dalam Ransum Ternak Sapi. Penelitian PHK A2 Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UNJA. Afdal, M. Dan S.Syarif. 2008. Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi. Penelitian Hibah Bersaing DIKTI. Syarif, S. 2010. Kecernaan In Vitro Ransum yang Mengandung Pelepah Sawit (Digestibility Value of Diet Wich Included Palm of Frond/POF). Jurnal Embrio. ( 3) 2 .Program Studi Agroteknologi dan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang. Darlis dan S.Syarif. 2011. Pengaruh Penggunaan Pelepah Sawit Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan (BKS-PTN). Fakultas Pertanian UNSRI. Yusuf,. 2012. Integrasi Peternakan Sapi dan Perkebunan Kelapa Sawit dalam Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014. setkab.go.id/artikel-6434integrasi-peternakan-sapi-danperkebunan-kelapa sawit-dalammendukung-program-swasembadadaging-sapi-psds-2014.html Tanggal 23 Maret 2014.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 7
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 31, Nomor 1 Januari – Maret 2016
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Pro Linas Dengan Konsep Zero Waste Di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur 8