Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
PEMBERDAYAAN DAN SOCIAL CAPITAL PADA PETANI TEMBAKAU DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK Oleh: MUHARSONO ABSTRAK Hasil analisa kesejarahan pola produksi tembakau dan pola hubungannya yang dibangun dalam aksi, reaksi dan jaringan untuk mencapai kesejahteraan hidupnya belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari pola produksi yang dibangun atas dasar stimulus kerja yang monoton dari uji coba tanam tembakau oleh penjajahan Belanda, dengan pola kerja paksa. Hal ini dikatakan bahwa pengendalian wilayah kekuasaan dibawah residen menjadikan kerajaan yang ada di Madura harus tuntuk dan patuh pada semua kebijakan, kewenangan dan keputusan untuk memikul tanggung jawab sebagai pelaksanaan. Otorisasi yang melekat sebagai tanggung yang melekat pada pelaksanaan oleh Benveniste (1997) disebut legitimate authority dan otoritas yang dilimpahkan (authorized authority rights). Sementara struktur masyarakatnya, Madura merupakan unit ekohistorikal tersendiri dengan konsep formasi sosial atau cara berproduksi dari konsep Marxian, tetapi bukan sebuah pendekatan sejarah Marxis. Sedangkan, produksi pertanian hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keseluruhan penduduk buat sekitar 3 – 4 bulan saja. Penanaman tembakau yang diperkenalkan sejak abad ke 17 dan abat 18 oleh orang-orang Portugis di nusantara Indonesia – hanya ditanam sebagai salah satu tanaman sampingan. Sebagai tanaman sampingan, maka banyak tembakau yang diimpor ke Madura, (dilihat laporan-laporan triwulan mengenai impor pada zaman pemerintahan
191
sementara Inggris (188-1817). Namun mengenai ekspornya sama sekali tidak terdapat keterangan. Pemberdayaan yang mampu diposisikan pada masyarakat petani tembakau secara objektif eksternal dan subjektif internal dalam proses produksi penanaman tembakau oleh perdagangan sebagai keputusan pilihan rasional masyarakat petani. Hal ini ditunjukkan oleh fakta lapangan sebagai berikut: adanya kenyataan bahwa Pemerintah daerah Kabupaten Pamekasan belum memiliki sebuah grand design yang dapat dijadikan sebagai acuan (guidnes) menciptakan sebuah model pemberdayaan didalam batasan ideal pembinaan dan pengalokasian dana stimulus modal produksi pada masyarakat petani. Produksi tanaman tembakau yang dihasilkan masyarakat petani, untuk pemenuhan modal usaha masih mengambil keputusan pilihan rasionalnya dengan cara utang pada rentener. Selain itu, kurang adanya penyuluhan atau pembinaan tentang bagaimana menghasilkan kualitas tembakau, dan kurang adanya pengembangan informasi akses mendapatkan modal usaha denan bunga rendah dan kurang terbangunnya mitra perdagangan dengan praktisi usaha dagang tembakau didalam dan diluar negeri yang dipandang dapat menguntungkan. Kata Kunci : Pemberdayaan, social capital, Petani Tembakau, Perspektif Administrasi Publik
192
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
BAB I
koordinasi sosial atau unit-unit dari
PENDAHULUAN
berbagai institusi, sehingga menghapus kesan
A. Latar Belakang Masalah Membahas
urusan
publik
sebuah
administrasi
publik
yang
berkembang
pesan.
Urusan
publik
mengacu
pada
dasarnya
pengaturan
secara
hirarkis (governing) lama, memaksa
merupakan
pada
adanya
dimensi
baru
semakin
dan
top-down.
kepemerintahan kesan
baru
Kesan ini,
akan
pada
kepemerintahan
lama
dari
memberi
peran
yang
fungsi produktif
akomodatif
dalam
penyelesaian yang substansial atas
persoalan
masyarakat
masalah masyarakat yakni hubungan-
Persoalan
hubungan antara unit pemerintahan
diminimalisir, juga merupakan tugas
dan pengelolaan pertumbuhan serta
dan
peran fungsi institusi sosial, ekonomi,
sehingga
politik,
demikian dapat memberikan citra baik
budaya,
psikologi
dan
administrasi Negara.
dalam
Sebagai suatu ilmu, administrasi publik
dalam
meminimalisir
masyarakat
(sosial). yang
tanggungjawab
dapat
pemerintah,
kepemerintahan
kemampuan
yang
menjembatani
kepentingan
memecahkan
perkembangannya
persoalannya. Segala bentuk persoalan
merupakan suatu teori kepemerintahan
yang dapat dipecahkan menjadikan
baru yang didefinisikan sebagai way of
masyarakat
social coordinator for resolving common
permasalahan akan lebih berdaya dan
problems (cara koordinator sosial untuk
dapat
memecahkan
dimensi dan implementasinya disegala
permasalahan
umum)
yang
diberdayakan
dalam
segala
atau dalam perspektif institusi disebut
bidang
institutions of social coordination for
hakekatnya
resolving common problems at various
terjadinya hidup yang lebih berdaya
levels (lembaga koordinasi sosial untuk
dan dapat diberdayakan, sebab jika
memecahkan
umum
umat manusia yang tidak menyadarinya
tingkatan-tingkatan)
pasti akan sulit dapat survive dalam
(Lee, 2003). Teori kepemerintahan itu
menempuh zaman yang pasti penuh
memberikan p pemahaman kepada
tantangan, perubahan dan peluang-
kita,
pada
permasalahan
berbagai
bahwa
kehidupan.
mengalami
Karena
manusia
pada
mengharapkan
keperintahan
dapat
peluang yang baru yang serba cepat
cara
yang
(Onny S Prijono dan A.M.W. Pranarka,
menggunakan
memungkinkan dapat menyelesaikan
1996).
berbagai
peluang-peluang
persoalan
sosial
melalui
Tantangan,
perubahan
inilah
yang
dan dapat
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
dijadikan sebagai tolok ukur manusia
Petani
didalam menjalankan proses kehidupan
untuk
untuk lebih berdaya dan berhasil guna.
hidupnya seperti sandang, pangan,
Keberdayaan dan keberhasilan
dihadapkan memenuhi
papan,
dan
pada
193
persoalan
kebutuhan
lain-lain
pokok
(keperluan
dalam proses kehidupan manusia tentu
seremonial, pendidikan, kesehatan dan
banyak
tuntutan-tuntutan lain); selain itu, petani
faktor
yang
dapat
mempengaruhi, baik yang mendorong
harus
atau yang menghambatnya. Sebagai
keharusan yang dipaksakan pihak lain,
contohnya,
terutama
penelitian
dalam ini,
permasalahan
tentang
masyarakat
tunduk
pada
para
pedagang
keharusan-
pengusaha
(Lansberger,
et
1974:119-124;
dianggap
Ketidakberdayaan petani ini, menjadi
pendorong
bagi
18-27).
petani tembakau adalah tumbuh dan
semakin
berkembangnya pengusahaan produksi
beberapa
pertanian
kelembagaan, dan pendidikan yang
professional,
tembakaunya
yang
tangguh
dan
serius
1983:
al.,
petani tembakau. Dimana, faktor yang sebagai
Wolf,
dan
karena
keterlibatan
seperti
kelemahan
faktor
rendah.
Artinya,
persoalan
berkelanjutan, sedangkan faktor lyang
merupakan
dipandang
penghambatnya
publik, yang berarti pula persoalan
adalah meradangnya harga, masalah
administrasi publik tidak terlepas dari
kesehatan
perdebatan pada tataran praktis dan
sebagai
yang
mengganggu
bagi
dipersepsi perokok,
dan
teoritis
persoalan
ini
tentang
administrasi
realitas
ketidakberdayaan masyarakat petani
ketergantungan
tembakau dalam memainkan peran
mekanisme hubungan produksi. Pada
fungsi proses produksi, pemasaran dan
tataran
dalam mekanisme pasar. Persoalan
konseptual
yang dipandang sebagai penghambat
bahwa jika industrialisasi pertanian bisa
ini dalam masyarakat petani tembakau
dimajukan, maka masyarakat petani
Madura
dengan sendirinya akan ikut maju. Hal
atau Jawa, setiap tahun
menyita perhatian publik
(kalangan
tersebut
praktis
petani
sosial
walaupun
ditegaskan
dapat
dalam
secara
ditegaskan
diwujudkan
karena
professional, analis atau akademis),
perusahaan-perusahaan yang bergerak
serta kepemerintahan lokal, regional
dalam proses industrialisasi pertanian
dan nasional. Kompleksitas persoalan
bisa
yang dihadapi petani terjadi di berbagai
petani dengan sendirinya akan ikut
Negara Asia dan Afrika Utara, kurang
maju. Hal tersebut dapat diwujudkan
lebih menunjukkan hal yang sama.
karena
dimajukan,
maka
masyarakat
perusahan-perusahaan
yang
194
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
bergerak dalam proses industrialisasi
Sistem
dapat
Soepeno (Penyunting, Supratno, 2003).
mentransportasikan teknologi
secara tepat dan cepat serta dapat
Glebagan
Dari
oleh
Bambang
perdebatan
pandangan
mendorong partisipasi masyarakat tani
tataran praktis dan teoritis itu, dapat
secara luas. Tetapi dalam realitanya
dikatakan hampir merupakan bahasa
masih
politik, sebab sejauh ini kebijakan-
dijumpai
penerapan
model
hubungan produksi yang memposisikan
kebijakan
pemerintah
untuk
petani
meningkatkan
kesejahteraan
petani
sebagai
mitra
kerja
yang
tergantung (Bredahl, 1991: Sharples
baik melalui kredit usaha tani maupun
dan Milham, 1990; Fillerton, 1994;
kenaikan
Lapped an Collins, 1997; Susan, 1997,
ternyata tidak diikuti oleh peningkatan
Feder,
kesejahteraan
1997).
Sebagai
mitra
secara
periodic
petani.
harga
Sementara,
tergantungnya, baik secara ekonomi
aspek “kemandekan” dan intervensi
maupun secara politis (Sargih, 1997;
birokrasi yang bersentuhan langsung
Arief dan Santoso, 1990; White, 1990;
dengan petani menjadi salah satu
Barchriadi, 1995). Perdebatan ditataran
sebab
teoritisi
ketidakberdayaan petani. (Prijono dan
modernisasi
utama
melembaganya
merekomendasikan
perlu
adanya
Pranarka, 1996). Hal seperti itu, terjadi
kerjasama
petani
dengan
pada hidupnya kembali hukum Roma
komunitas lain yang lebih “modern” dan
yang dipandang sebagai dasar bagi
intervensi penguasa melalui kebijakan-
kejatuhan kelas petani, demikian juga
kebijakan yang memposisikan petani
bagi
sebagai
dan
Kasus-kasus
dari
penerapan asas-asas hukum Roma
teoritisasi
adalah tidak menguntungkan kepada
ketergantungan
petani. Hukum Roma bukanlah basis
antara
kelompok
tereksploitasi. persoalan
subordinasi
Untuk
tersebut,
struktural merekomendasikan
keluar para
supaya
petani
yang
perkembangan
tidak
kapitalisme.
yang
bisa
didalamnya,
ditinggalkan
bagi
terhindar kerjasama dengan pihak lain
perkembangan kapitalisme (Weber, alih
yang
bahasa:
mendapat
proteksi
dari
Hartono
H).
Menurut
pengusaha (Baran, 1973; Frank, 1969,
Konseptualisasi Moore (seperti yang
1979; Cardoso, 1977, 1982; dan Evans,
diringkas oleh Potter 1992), dirumuskan
1987) – lihat Kajian Fungsionalisme
bahwa
Struktural
segolongan borjuasi yang kuat dan
Petani
tentang:
dalam
Ketergantungan
Hubungan
Produksi
dalam
independent
kondisi
muncul
dimana
dengan
kepentingan yang bertentangan dengan
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
rezim
masa
lalu
mampu
meradang pada setiap tahun terhadap
menerapkan control atas kebijakan
masyarakat petani tembakau Madura
nasional (sementara pada waktu yang
hampir sama, bahwa jatuhnya proses
sama suatu pertimbangan kekuatan
produksi
antara kelas atas pemilik tanah dengan
mekanisme
Negara
dan
tembakau di Madura karena salah satu
dimana pengaruh petani lemah sekali
yang dipandang sebagai faktornya yaitu
atau bahkan tidak ada karena telah
campur
ditransformasikan
kebijakan-kebijakan
tetap
dan
195
dipertahankan),
atau
dihancurkan
dan
perdagangan pasar
tangan
dalam
untuk
petani
pemerintah
melalui yang
oleh para tuan tanah dan piak-pihak
memposisikan
lain
kelompok subordinasi dan terekploitasi
yang
terlibat
komersialisasi 1991).
dalam
pertanian
Artinya,
proses
(Mas`oed,
tidak
ralistik
petani
pemerintah
dan
sebagai
mempertahankan
hubungan kelompok borjuasi yang kuat
memposisikan petani untuk berharap
dan
setiap
kepentingan dan mampu menerapkan
orang
akan
menerima
independent
kontrol
Sebab, didalam perencanaan untuk
(sementara pada waktu yang sama
empowerment
suatu perimbangan kekuatan antara kelas
yang
adanya
Negara tetap dipertahankan). Kata lain,
perubahan (Cook & Macaulay alih
untuk konteks jatuhnya proses produksi
bahasa Tyas R, 1997). Viking glass dari
dan
hasil
bahwa
pasar untuk petani tembakau di Madura
merupakan
dapat dicontohkan (seperti, Peraturan
didalam
Daerah Kabupaten Pamekasan nomor
berarti
2 tahun 2002 tentang Pengelolaan
timbul
risetnya
ketidak
karena
menemukan
percayaan
hambatan
nomor
empowermentperubahan
satu
seringkali
didalam
peranan
dan
pemilik
perdangan
Tembakau
dalam
Madura).
tanggungjawab pada saat pembuatan
secara
konseptual
keputusan
(idem).
dibuat
tersebut
pembuatan
keputusan
dapat dijadikan
Saat inilah
terjadi yang
sebagai barometer
tanah
nasional
memperkirakan perbedaan-perbedaan akan
atas
kebijakan
dengan
empowerment dengan tanpa ragu-ragu.
sebaiknya
atas
muncul
dengan
mekanisme
Dimana
yang
keputusan
yang
untuk
mengangkat
harkat dan martabat petani tembakau, tetapi
dalam
realitasnya,
dengan
terwujudnya keberhasilan menciptakan
Peraturan itu pembeli (orang-orang
keberdayaan.
borjuis atau badan baik dengan uang
Dari kisah Roma itu, jika dikaitkan
sendiri atau uang pihak lain) dapat
dengan kasus fluktuasi harga yang
menjadikan sebagai alat berdalih untuk
196
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
memposisikan harga tembakau untuk
Tidak berdayanya petani tembakau
kepentingannya.
ini
Maduara yang juga dirasakan oleh
dicontohkan harga bisa rendah apabila
petani tembakau ketika menghadapi
produksi tembakau bukan varitas asli
peranan kapitalis dan kekuatan borjuasi
Madura
dalam
yang
tembakau
Dalam
hal
dibudidayakan
Madura
yang
atau
dicampur
mekanisme
mereka
sangat
pasar.
Karena,
tergantung
kepada
dengan tembakau luar Madura (lihat
kekuatan peran kapitalis dan borjuis
keputusan penetapan peraturan daerah
serta kepada kebijakan dan mekanisme
Kabupaten
pasar
Pamekasan
tentang
yang
berlaku.
Sementara,
pengelolaan tembakau Madura, bab I).
pemerintah dan pengusaha dipandang
selain itu, masyarakat petani tembakau
sebagai mitra yang mampu dijadikan
tidak percaya terhadap peranan dan
tumpuhan dan harapan masyarakat
tanggung jawab aktor pemerintah saat
petani tembakau Madura. Selain itu,
pembuatan keputusan dan pada saat
juga
pelaksanaannya. Hal ini sebagaimana
memitoskan bahwa tembakau Madura
dinyatakan
merupakan suatu produk
oleh
Abdullah
(petani
masyarakat
petani
Madura
pertanian
tembakau) dari hasil wawancara pada
unggulan dan dambaan kesejahteraan
saat studi pendahuluan yang dilakukan
hidup
dilapangan, menyatakan “kaule (artinya
Madura.
saya) sebagai petanin tidak pernah
menjadikan para petani tembakau tidak
dilibatkan dalam proses perumusan
mungkin melepaskan diri dari kegiatan
pembuatan
atau
penanaman diluar tanaman tembakau
pengambilan keputusan daerah yang
pada musim tanam, apapun resikonya.
terkait dengan pertembakauan, dan
Selain
pada saat rasia tembakau dari Jawa
melepaskan pada diri kekuatan peran
yang dibawa ke Pamekasan, masih
kapitalis atau borjuasi, dan kebijakan
banyak juga yang lolos razia “. Dari
pemerintah
pernyataan itu dapt dikatakan sebagai
dalihnya yang dirasakan atau yang
yang merupakan salah satu hambatan
diharapkan tidak sesuai. Hal yang
dalam
peraturan
daerah
empowerment,
membawa
dampak
diharapkan,
yang
penentuan
harga
untuk
masyarakat
Mitos
itu,
yang
juga
apapun
demikian,
tidak
mungkin
dampak
dan
telah
demikian
yang
tidak
proses produksinya jadi statis dan lebih
gilirannya
ketergantungan. Artinya, asumsi yang
produksi
dari
dalam
di
dan
pada
ini,
petani
melaksanakan
dimitoskan itu, sebagai konsekuensi
masyarakat petani tembakau Madura
logis
munculnya
dampak
yang
sama sekali tidak mempunyai daya.
diharapkan dan yang tidak diharapkan.
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
197
Dampak yang diharapkan yang trend
cukai itu, pemerintah melalui peraturan
kita dengar dan selalu didengungkan
menteri
oleh
adalah
60/PMK.07/2007, telah ditetapkan dana
dengan hasil produksi tembakau dapat
alokasi cukai hasil tembakau tahun
meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
anggaran 2008 diatur oleh Peraturan
diri kebutuhan keluarga dan pendidikan
Menteri
untuk
sebagai
60/PMK.07/2008. Dari dana alokasi
tanggungjawabnya. Dampak yang tidak
cukai hasil tembakau, untuk daerah
diharapkan sebagai yang dipersepsi
Propinsi Jawa Timur sebesar 200
membahayakan kesehatan yang trend
miliar. Demikian itu, bagi hasil cukai
dipublikasikan (seperti merokok dapat
aka nada pengaruh langsung yang
menyebabkan kanker, impotensi dsb).
ditimbulkannya (baik yang diharapkan
Sehingga
hal
dijadikan
dan yang tidak diharapkan), seperti
sebagai
dalih
kelompok
pemberdayaan dan terbentuknya social
masyarakat
Madura
akan-anak
kepentingan melemahkan
ini
dapat dari
tertentu, produksi
Keuangan,
dalam
Nomor
masyarakat
petani.
pemberdayaan
perdagangan dalam ketidakberdayaan
diharapkan
dalam
petani
masyarakat, dipersepsi dapat menjadi
memaksimalkan
dan
capital
nomor:
Terbentuknya
untuk
usaha
untuk
keuangan,
hasil
yang
kehidupan
produksi yang dipertahankan sebagai
pendorong
kebutuhan yang penting dalam trend
ekonomi. Hal ini sebagaimana yang
model suplay and demand.
terjadi pada lahirnya aliran alternatif
Ekspor
tembakau
Indonesia,
dalam
nonkeagamaan
membangun
yang
determinis
setiap tahun rata-rata mencapai $ 71
tentang sistem yang ditumpukan atas
juta, sedangkan cukainya mencapai
kemerdekaan
sekitar Rp 2,3 triliun (Hartana, 1996).
melihat
Dari
sebagai nilai utama (social), yang pada
sumbangan
pendapatan
cukai
Negara
inilah semakin
yang
mana
kebebasan,
manusia
kemerdekaan
gilirannya
independensi,
otonomi,
meningkat, dimana pada tahun 1998
liberalisasi,
dan
peningkatan pendapatan Negara dari
merupakan
cukai mencapai Rp 6,7 triliun, dan pada
segera
tahun 1999 mencapai Rp 10,1 triliun
pendorong
(Isdijoso, 2000). Kemudian tahun 2000
tentang terjadinya perubahan struktur
cukai mencapai 17,1 triliun dan pada
ekonomi (dalam Onny S. Prijono dan
tahun berikutnya 2001 cukai mencapai
A.M.W. Pranarka [Penyunting], 1996).
sebesar Rp 23 triliun. Dari pendapatan
Terbentuknya
emansipasi
sudah
konsep-konsep
yang
muncul.
Juga
lahirnya
social
kekuatan
Eropa
capital
modern
yang
198
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
diharapkan
dalam
kehidupan
yang
‘pergi-itu-sendirian’
dalam
masyarakat petani dapat dibaca hasil
perspektif pemerintah. Juga hasil riset
kajian yang dilakukan oleh peneliti atau
dari
pakar menyatakan bahwa social capital
(2006) yang membuahkan hasi bahwa
terbukti berkolerasi aktif dan dinamis
ada korelasi antara social capital, politik
dalam aktivitas kehidupan masyarakat,
dan
misalnya yang dilakukan oleh Putman
terhadap kinerja administrasi public dan
(1993, 1995, 2002). Fukuyama (1999,
studi Riggs (1985) tentang masyarakat
2002)
transisi layak mendapatkan perhatian
dan
Coleman
(1990),
juga
Klingner,
Nalbandian,
ekonomi
berimplikasi
meneliti atau pakar lainnya yang telah
(yang
melakukan kajian tentang social capital.
penting menggunakan konsep yang
Artinya
mengandung karakteristik itu sendiri.
terbentuknya
social
capital
intinya
yang
Romsek
Selain
dampak, baik secara social, ekonomi
menghasilkan pengaruh ganda pada
atau dalam mekanisme pasar bahkan
kegiatan ekonomi yang lain, misalnya
secara politik. Korelasi
perbankan, telekomunikasi, transportasi
capital,
politik
dan
ekonomi
yang
tembakau
juga
percetakan dan jasa.
terbentuk yang dianggap berimplikasi terhadap administrasi public,
usaha
transisi
dalam masyarakat diakui membawa
antara social
itu,
masyarakat
Usaha tanaman tembakau telah
dapat
dilakukan oleh para petani dalam kurun
dibaca kajian Kooiman: yang berjudul
waktu yang lama pada masing-masing
Societal Governance: Levels, Modes,
daerah pengembangan di Indonesia,
and
Social-Political
dan umumnya usaha tani tembakau
Interaction (Penguasaan Masyarakat:
didanai sendiri oleh petani (swadana).
Tingkatan-tingkatan,
dan
Kemandirian usaha ini terjadi, karena
pesanan dari interaksi Social-Political)
para petani tembakau sebagian besar
yang menyatakan “attention was draw
kurang
to
mendapatkan kredit usaha
Orders
recent
of
gaya-gaya
development
interactions
with
a
in
those
public-private
mengetahui
perbankan.
bagaimana tani dari
Berdasarkan pengalaman
character, offset against a ‘go-it-alone’
pihak perbankan enggan membiayai
government
(artinya,
usaha tembakau karena dipandang
menuju
beresiko tinggi. Disamping usaha tani
perhatian
perspective
“
ditarik
pengembangan-pengembangan terbaru
dengan
didalam
usaha memberikan sebagian modal
interaksi-interaksi
mereka
swadana,
pinjaman
beberapa
yang
mitra
dengan suatu karakter pribadi-publik,
tunai
nantinya
melawan kompensasi terhadap sesuatu
diperhitungkan ketika ada transaksi
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
(dalam Laporan Kegiatan Pengusahaan
Virginia
Tembakau Jember, 2005). Mitra usaha
penjelasan
ini
upaya
tembakau tersebut diolah kerosok fc.
mendukung aktivitas pertanian yang
atau lainnya. Hanya dijelaskan setelah
menjadi budaya sebagian masyarakat
situasi politik mulai tenang, tembakau
(misalnya,
petani
Madura telah merebut posisi yang baik
tembakau Madura). Hasil pertanian
dipasaran. Daerah pengembangannya
tembakau Madura, dapat menjanjikan
di
dan
dilaksanakan
sebagai
pada masyarakat
menjadikan
ke
Madura. secara
Kabupaten
Tidak
199
rinci
ada
apakah
Pamekasan
dan
taraf
hidup
Sumenep, dan konsumennya adalah
meningkat,
serta
pabrik rokok kretek di Jawa Timur dan
menghasilkan
Jawa Tengah. Sejak tembakau pertama
keuntungan besar dalam setiap musim
kali masuk sampai dengan terjadinya
tanam
tembakau Madura yang dikenal saat ini
kesejahteraan dipandang
dapat
tembakau
tanaman
lain
dibandingkan pada
daerah
telah
melalui
proses
panjang.
pengembangan yang memiliki varitas
Tembakau pertama kali masuk Madura
lokal-dengan rasa dan aroma spesifik.
pada tahun 1830, kedua terjadi pada
Harga hasil tanamanpun berbeda pula
tahun 1861, dan ketiga terjadi sekitar
pada setiap lahan tanam.
100
Kesemua hal itu tidak terlepas dari
faktor
penanaman
kesejahteraan tembakau
di
dari
Madura.
tahun
kemudian
berupa
penanaman tembakau Virginia oleh BAT. Adanya variasi fenotipe tembakau Madura
yang
ada
pada
saat
ini
Menurut de Jonge (1989), percobaan
memperkuat dugaan bahwa selama
penanaman
Madura
waktu yang panjang tersebut telah
dimulai pada tahun 1830, keahlian
terjadi intercrossing atau persilangan
menanam
dari
antar tanaman atau populasi, kemudian
diperkebunan
diikuti dengan terjadinya seleksi alam,
tembakau di Jawa. Pada tahun 1861
seleksi artifisial dan proses adaptasi.
terdapat tiga orang swasta Eropa yang
(Dalam
menanam tembakau Madura menjadi
1999).
tembakau
tembakau
pengalaman
bekerja
di
diperoleh
lebih konstan. Sekitar tahun 1920
Monograf
Tahun
Balittas,
1971
dengan
1980,
meningkat pesat, terutama oleh BAT
pertanaman tembakau sekitar 92,16
dan Faroka. Karena ketegangan politik
persen,
di Jawa sekitar tahun 1950, BAT
diusahakan oleh perkebunan Negara
mengalihkan
dan
tembakau
kecil
4.,
penanaman tembakau di Jawa Timur
penanaman
petani
sampai
No.
mengusahakan
sedangkan
perusahaan
swasta
selebihnya
(Santoso,
200
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
1991). untuk
Usaha
pertanian
masyarakat
petani
tembakau
Timur
kala
Sampang – wilayah barat). Dalam
itu,
(perbatasan
merupakan tumpuhan dan harapan
proses
hidup
perdagangannya,
yang
dipandang
memberikan kebutuhan
nilai dalam
mampu
pemenuhan keberlangsungan
Kabupaten
perkembangan tembakau
Madura
mampu menghasilkan peredaran uang yang
cukup
besar.
Pada
musim
hidup. Keberlangsungan hidup dalam
tembakau tahun 2002 dengan produksi
keberhasilan usaha tani tembakau,
19.800 to rajangan kering, harga rata-
memungkinkan
meningkatkan
rata Rp 20.600,- maka uang yang
kesejahteraan, dan dapat memberikan
beredar dari perdaganan tembakau
pengaruh positif terhadap pertumbuhan
sebesar
perekonomian. Sejarah tersebut telah
Dampak lain terhadap perekonomian,
membuktikan bahwa untuk masyarakat
apabila panen tembakau, maka banyak
petani, tembakau adalah merupakan
masyarakat
tumpuhan
yang
penjualan kendaraan bermotor dan
lebih
perhiasan emas banyak terbeli, banyak
dapat
harapan
menjanjikan
dan
hidup
menjadikan
Rp
407.800.000.000,-.
membangun
menguntungkan dibandingkan dengan
petani
tanaman pertanian lainnya hingga kini.
memperlancar
Keuntungan
tanaman
retribusi dan sebagainya. Dari segi
tembakau, terletak pada geografis atau
sosial, jumlah petani yang menanam
kondisi cuaca dan harga tembakau
tembakau sebanyak 95.895 KK dan
yang setiap kali panen cukup tinggi
tenaga kerja yang terserap dalam
terutama
budidaya
budidaya
tembakau
Tembakau
di
Madura
Madura. merupakan
menunaikan
rumah,
dan
menghasilkan
petani
secara
Tembakau
Madura
masyarakat
turun sebagai
haji, PBB,
diperkirakan
sebanyak kurang lebih 287.685 orang. Budidaya
oleh
pembayaran
tembakau
pertanian andalan yang cukup besar dilaksanakan
ibadah
tembakau secara
yang ekonomis,
temurun.
Perkebunan Negara dan swasta, telah
bagian
melakukan penelitian dan penyuluhan
jenis tanaman keras, hanya cocok
tentang
dengan cuaca atau iklim panas (musim
tembakau. Namun dari hasil yang
kemarau).
dilakukan,
Dalam
wujud
nyata
intensifikasi
belum
cukup
tanaman
untuk
perkembangan budidaya dari tanaman
meningkatkan produktivitas – terutama
tembakau di Madura telah meluas
dikalangan petani kecil. Sementara jika
sampai ke Kabupaten Sampang dan
produktivitas tembakau di Indonesia
Kabupaten Bangkalan-wilayah paling
tetap rendah, dan permintaan dalam
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
negeri
(konsumsi
cenderung analisis
tembakau)
meningkat konsumsi
(lihat
hasil
tembakau
di
201
terus, sedangkan meningkatnya nilai impor
tembakau
disebabkan
dan
cengkeh
(a)
semakin
oleh
Indonesia), maka pada suatu saat
meningkatnya permintaan rokok, (b)
Indonesia akan terbalik menjadi Negara
harga
pengimpor
terbesar.
dibandingkan dengan harga tembakau
Mengingat permintaan tembakau untuk
dalam negeri, (c) perusahaan rokok
bahan baku pembuatan rokok makin
tersebut
lama makin meningkat didalam negeri.
rasanya, sebab beda jenis tembakau
Kecenderungan
akan
tembakau
meningkatnya
impor
relative
lebih
rendah
mempertahankan
mempengaruhi
rasa.
Impor
konsumsi perkapita rokok (4,3% per
tembakau
tahun yang lebih tinggi dari pada
Negara-negara:
kecenderungan
Thailand, Taiwan dan Amerika serikat.
meningkatnya
Indonesia
kualitas
berasal
RRC,
dari
Philipina,
penduduk (2,1 % per tahun) antara
Semakin
tahun 1976 s.d. 1980. Demikian pula
tembakau dan cengkeh kemungkinan
hasil analisis konsumsi tembakau di
juga
Indonesia
Susenas
kualitas tembakau. Tingginya harga
gejala
tembakau dalam negeri selain faktor
meningkat. Di Indonesia permintaan
suplai yang kurang, kemungkinan juga
rokok kretek (75,12%) lebih besar
karena sistem pemasarannya dalam
dibandingkan dengan permintaan rokok
negeri
putih
oligopsoni, (dalam Dirjen Perkebunan,
dengan
1978/1979
data
menunjukkan
((24,88%),
rokok
kretek
cenderung meningkat, sebaliknya rokok
meningkatnya
disebabkan
yang
oleh
impor
harga
cenderung
dan
bersifat
1981).
putih ada kecenderungan menurun
Hasil penelitian Joedjono dkk.
permintaannya. Persoalannya adalah,
(1981)
untuk
diperlukan
perdaganan tembakau Virginia dikuasai
sedangkan
oleh
rokok
campuran
kretek cengkeh
menunjukkan
pemilik
atau
bahwa
pengusaha
produksi cengkeh dalam negeri belum
omprongan, perusahaan pengolahan
mampu memenuhi kebutuhan tersebut,
dan atau gudang-gudang tembakau
sehingga masih impor sekitar 48,16
pabrik rokok (dalam Santoso, 1991).
persen dari total kebutuhan cengkeh
Perdagangan seperti itu menjadikan
untuk rokok kretek. Tembakau dengan
harga tembakau berfluktuasi secara
tipe dan kualitas tertentu untuk bahan
terus menerus, yang pada gilirannya
baku membuat rokok dan beberapa
cenderung
campuran
petani. Kecenderungan merugi inilah
rokok
kretek
meningkat
merugikan
pada
pihak
202
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
yang menurunkan motivasi berproduksi
Ilmu Sosial – Kumpulan Ringkasan
dan berprestasi para petanni dalam
Desertasi
kompetisi, sebab dipandang kurang
Sosial
memenuhi
Universitas
harapan
kesejahteraan
hidup pada diri dan keluarga serta
membangun
aktivitas
nyata
kelangsungan
dalam
mencapai
produktivitas kerja.
Program
Studi
Ilmu-Ilmu
Pasca
Sarjana
Airlangga
Surabaya,
Penyunting Supratno, 2003).
pemberdayaan secara sosial ekonomi dalam
Program
Dalam
proses
perkembangan
adaptasinya, pada setiap hamparan tumbuh mewarnai suasana kehidupan ragamnya
pesona
alam
pertanian.
Aktivitas nyata dalam mencapai
Keragaman pesona alam pertanian
produktivitas kerja petani merupakan
untuk masyarakat di Madura, tembakau
konsekuensi
logis
menjadi tanaman komoditas andalan
pemenuhan
kebutuhan
dari
corak secara
dan
tembakau
Madura
dijadikan
ekonomi. Artinya jenis ekonomi itu
sebagai tanaman tanaman yang dapat
sebagai unit produksi keluarga dan
memberikan
semata-mata untuk tujuan bekal hidup
pemenuhan kebutuhan diluar pangan.
dalam
keluarga
Luas areal tanaman tembakau yang
seutuhnya lahir maupun batin. Sahlins
mewarnai ragamnya pesona pertanian
(1972)
dasar
selama 5 tahun terakhir di Kabupaten
ekonomi berkarakteristik yang disebut
Pamekasan mengalami turun dan naik.
production for use atau lebih tepat
Turun – naiknya luar areal tanaman
production for provisioning adalah low
tembakau di Pamekasan dapat dilihat
production for limited want.
pada tabel berikut ini.
mencapai
cita-cita
menyatakan,
logika
Mereka
berproduksi rendah, karena tuntutan kebutuhan
yang
Karenanya, bahwa dikalangan berkiblat
mau
Sahlins
menjelaskan
norma petani pada
dipenuhi.
kesejahteraan lebih
taraf
condong
kesejahteraan
“lapisan orang kebanyakan”, bukan mengacu
pada
taraf
kesejahteraan
tumpuhan
harapan
Tabel 1: Areal Tanaman Tembakau di Kabupaten Pamekasan Gunung Tegal Sawah Jumlah Tahun (Ha) (ha) (Ha) (Ha) 1999 3.792 14.221 6.452 24.465 2000 6.226 17.480 6.782 30.488 2001 6.226 17.480 10.858 34.564 2002 5.341 16.821 11.300 33.462 2003 6.598 14.505 10.862 31.965 Jumlah 28.183 80.507 46.254 154.944 Rata-Rata 5.637 16.101 9.251 30.989 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pamekasan
Tembakau
Madura
sangat
segelintir orang di “lapisan puncak”
dibutuhkan oleh industri rokok kretek
norma kesejahteraan mereka biasanya
karena
lebih bersandar ke “bawah” ketimbang
aroma dan rasanya gurih. Perkiraan
ke “atas” (dalam Konstruksi Teori Ilmu-
populasi tanaman yang digunakan oleh
mutunya
yang
khas,
yaitu
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
petani
sawah,
tegal
dan
gunung
tani
tembakau
Madura
dalam
masing-masing adalah 30.000, 25.000
perekonomian
dan 20.000 tanaman per ha. Namun
yang
dalam pengujian yang dilakukan oleh
Monograf
Suwarno
et.al.
populasi
menegaskan bahwa tembakau Madura
tanaman
terbaik
33.000
mempunyai dua persen yang menonjol
tanaman per ha, baik untuk sawah,
yaitu peranannya dalam racikan sigaret
tegal dan gunung. Tembakau tegal dan
kretek
gunung cenderung mendapat air yang
perekonomian
lebih sedikit, dan jarak tanam yang
tangga) maupun makro (wilayah).
(1992) adalah
lebih besar, maka mutu tembakau
memiliki
203
dapat
arti
penting
ditonjolkan.
Dalam
Balittas,
dan
No.
peranannya baik
4
1999
terhadap
mikro
(rumah
Seiring dengan perjalanan waktu,
rajangannya lebih aromatik, rasa lebih
dan
berat,
produksi rokok yang dilaksanakan oleh
berdaun
berwarna
lebih
lebih
tebal,
dan
gelap
dari
pada
seiring
industri
dengan
pabrik
menjamurnya
rokok
(perusahaan
tembakau sawah. Tembakau Madura
besar, menengah, kecil dan home
lebih dikenal sebagai tembakau dengan
industry
rasa dan aromanya yang tidak dijumpai
produksi rokok dan kebutuhan akan
pada tembakau lokal lain. Tembakau
tembakau terus meningkat. Pada tahun
Madura sebagian besar daunnya (70-
1997 produksi rokok sekitar 177,05
80%)
rajangan,
milyar batang, dan pada tahun 2000
sehingga dikenal sebagai tembakau
telah mencapai 208,937 milyar batang
rajangan
dan
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
digunakan
1-1,5 %. Hal ini diikuti juga dengan
sebagai bahan baku pembuatan rokok
kebutuhan akan tembakau yang terus
kretek. Dalam pembuatan rokok kretek,
meningkat yakni mencapai 141.948 ton
mutu
pada tahun 1997, dan pada tahun 2000
diproses
(Tirtosastro,
Machfudz,
1996)
tembakau
sebagai
menjadi
Mukani
dan
Madura
bahan
digunakan
campuran
yang
dibutuhkan
maka
setiap
sebesar
tahunnya
202.755
ton
menentukan rasa dan aroma rokok
(Suwarso, Herwati, Isdijoso, Rochman,
kretek.
dan
Slamet, Supriyadi dan Yasin, 2001a).
menyatakan
dari produksi rokok tersebut, sekitar
kebutuhan tembakau Madura untuk
90% merupakan rokok kretek, dan
bahan baku pembuatan rokok kretek
sisanya
cukup besar yang mencapai 14-22%.
(Tobaco International, 2000). Mengikuti
Besarnya
Isdijoso,
Joyosupeno
Djufafan
(1996),
peranan
bakupembuatan,
merupakan
rokok
putih
sebagai
bahan
perkembangan produksi dan kebutuhan
menjadikan
usaha
bahan tembakau
tentu tidak bisa
204
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
dilepaskan dari perkembangan luas
besar untuk mengusahakan tembakau,
arealnya,
karena nilai ekonominya yang tinggi.
yang
digunakan
sebagai
tanaman tembakau. Rata-rata areal
Walaupun
nilai
ekonomi
penanaman tembakau Madura setiap
tembakau cukup tinggi dibandingkan
tahun mencapai 50.000 hektar dengan
tanaman palawija agaknya tidak cukup
hasil yang berkisar antara 0,40 hingga
mampu merubah hasibnya untuk lebih
0,55 ton per hektar (Suwarso, 1992,
sejahtera lahir dan batin. Ini terjadi
Suwarso,
karena pada setiap musim
panen
tembakau,
selalu
Heriwati,
Rachman
dan
Isdijoso, 1999). Hasil
itu,
rendah
berfluktuasi. Fluktuasinya, cenderung
tipe
berfluktuasi kearah penurunan harga
tembakau daerah lain seperti Waleri
dan fluktuasi harga yang demikian itu,
yang mencapai 0.664 ton per hektar,
biasanya diikuti juga dengan besarnya
Boyolali 0,836 ton per hektar dan Piton
tingkat kerawanan tindakan kekerasan
0.942 per hektar (Isdijoso, dkk, 1996).
atau kejahatan (seperti carok karena
Hasil tembakau Madura yang rendah
hutang tidak dibayar serta pencurian
mengakibatkan
kebutuhan
untuk
ternak dan sepeda motor). Penurunan
industri
belum
terpenuhi.
harga dapat dicontohkan pada tahun
tembakau
1997,
dibandingkan
dengan
rokok
Terpenuhinya
lebih
harganya
hasil
kebutuhan
dimana
produksi
tembakau
Madura, pada tahun 1995 mencapai
Madura sebesar 33.279 ton harganya
23.085 ton, sedangkan hasil tembakau
antara Rp 5.100,00 – Rp 9.100,00 per
yang rendah namun menurut Hartana
kilogram rajangan (dalam Monograf
(1999) nilai ekonomi mengusahakan
Balittas,
tanaman
jenis
meradangnya harga tembakau puncak
tanaman yang lain, seperti palawija. Hal
ketidakberdayaan petani terjadi pada
ini dapat dilihat dari peredaran uang di
kahir Juli atau awal Agustus dari tahun
Madura pada musim panen tahun 1997
2000 sampai 2005 sampai dibawah Rp
yang
rupiah
5.000. sementara berdasarkan hasil
1999).
studi pendahuluan dilapangan melalui
tembakau
mencapai
(Mukani
melebihi
232
dan
milyar
Isdijoso,
No.
4,
1999).
Pengusahaan tembakau Madura dapat
wawancara
menyumbangkan pendapatan petani
pengurus asosiasi petani tembakau dair
sebesar
Kecamatan Galis, menyatakan bahwa
60-80%
(Suwarso,
2000).
dengan
Fluktuasi
jika
petani
penanaman sampai menjadi tembakau
keinginan
yang
rajangan,
usaha
dari
biaya
satu
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa mempunyai
dianalisa
salah
produksi
proses
tanaman
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
205
tembakau tidka merugi apabila harga
Dempo Timur, Tlonto, serta kecamatan
tembakau per kilonya Rp 15.000. hal
Gululuk-Guluk Kabupaten Sumenep,
yang
meliputi Desa Gululuk-Guluk, Pordepor,
sedikit
agak
menganalisa
sinis
dalam
tentang
terjadinya
yang
cenderung
Kabupaten Pamekasan, meliputi Desa
oleh
Ali
Pakong, Klompangan dan Lebek. Pada
(pelaku
tahun 1998 – 1999 daerah penghasil
pemasaran tembakau) dan Moh. Romli
tembakau gunung harga mencapai Rp
pegawai
25.000,00 – Rp 35.000,00 per kilogram,
fluktuasi
harga
menurutn, Usman,
diungkapkan Wawang,
Samsul
Dinas
Kehutanan
Perkebunan
di
Pamekasan
dan
melalui
Pajuddan
dan
sedangkan
Kecamatan
pada
tahun
Pakong
2000-2005
wawancara pada saat melakukan studi
berkisar Rp 15.000,00 – Rp 25.000,00
pendahuluan
bahwa
per kilogram. Mutu 03 berwarna kuning
fluktuasi harga dan ketidak berdayaan
terang elastic dengan aroma khas
petani tembakau Madura, terjadi karena
tembakau gunung-tegal dan disebut
harga banyak ditentukan oleh para
tembakau
konsumen, bukan produsen (petani
dihasilkan dari daerah ketinggian 40 –
tembakau sebagai pemilik yang ada di
100 m diatas permukaan laut, dan
Madura
sebagian
di
dan
lapangan,
memanggilnya
para
gunung-tegal.
besar
Mutu
tembakau
ini
Madura
pimpinan Gudang kepercayaan untuk
terletak pada daerah dengan kategori
rapat.
wilayah
Dari
hasil
rapat
tersebut,
kecamatan,
misalnya
di
pimpinan gudang atau cabang yang
Kecamatan Lenteng (Lenteng; Ellak
ada
Laok,
di
Madura
sudah
memegang
Ellak
daya,
Kambingan),
platfon harga dari pabrik, sehingga
kecamatan BAtang-Batang (Totosan,
dengan memegang platfon harga itu,
Jananger, Batangan) dan Kecamatan
para pimpinan gudang atau cabang
Gancing (Gadu Barat, Batal Gadu
leluasa bergerak memasok tembakau
Timur, Gandingan) (idem). Tembakau
dari petani dengan dalih harga yang
mutu 03 ini harga pada tahun 1998 –
telah disetujui atau ditetapkan pabrik.
1999 berkisar antara Rp 15.000,00
Tembakau
gunung
yang
sampai Rp 25.000,00 per kilogram, dan
dikatakan baik, daerah yang diwakilinya
harga
adalah
mencapai Rp 10.000,00 sampai Rp
kecamatan
Pasosongan
pada
2000
Mutu
2005
20.000,00
Desa Pancak, Cempaka, Montorna,
berwarna kuning kurang
dan
Kabupaten
bau kurang harus jika dibandingkan
Pamekasan, meliputi Desa Tampojung,
dengan tembakau gunung tegal atau
Waru
kilogram.
–
Kabupaten Sumenep, yang meliputi
Kecamaten
per
tahun
02,
terang dan
206
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
tembakau gunung. Tembakau jenis ini
(Pabean,
disebut
kecamatan
tembakau
tegal-gunung.
Paberrasan,
Kacongan),
Pademawu
(Lemper,
Tembakau tegal gunung dan gunung
Bunder,
tegal sebenarnya terletak pada daerah
Sarongi (Talang, Muangan, Saronggi),
yang sama. Namun tembakau tegal-
kecamatan
gunung
Prageen,
cenderung
lebih
banyak
Buddagan),
kecamatan
Prageen Larangan
(Prenduan, Pereng)
dan
mendapatkan air sehingga produktivitas
daerah-daerah sepanjang Pamekasan
lebih tinggi, tetapi aroma lebih rendah
sampai Sampang (idem). Tembakau ini
dibanding mutu gunung tegal (idem).
harganya mencapai Rp 5.000,00 – Rp
Daerah tegal gunung adalah sebagian
10.000,00
berada pada Desa Kambingan Barat,
namun
Lenteng Ambunten dan lain-lain yang
mencapai harga Rp 2.000,00 sampai
mendapat air cukup dari pembangunan
Rp
sumur
tersebut.
harga yang terjadi di lapangan masih
Tembakau jenis ini harganya antara Rp
melihat mutu. Mutu masih dibagi lagi
12.000,00 sampai Rp 20.000,00 per
menjadi tiga kelas dari masing-masing
kilogram pada tahun 1998 – 1999, dan
daerah sebagai disebut diatas, yakni
pada
(1) plus (+) berarti mendapat bonus
pompa
tahun
di
2000
daerah
–
2005
harga
pada pada
7.000,00.
tahun
1998-1999,
tahun
2000-2005
Sementara
mencapai Rp 5.000,00 sampai Rp
tambahan
5.000,00 hingga Rp 15.000,00. Mutu
misalnya
01, berwarna kuning terang, cenderung
tercampur
kehijauan, bau kurang harusm, kurang
kuran
elastic dan disebut tembakau sawah.
sempurna, dan (3) nol (0) artinya tidak
Daerah sawah terletak pada ketinggian
ada bonus dan tidak ada pengurangan
40 m diatas permukaan laut sampai
harga (idem) (dalam Monograf Balittas,
daerah pantai. Air pengairan terletak
No. 4, 1999).
pada
ketinggian
40
m
diatas
harga
transaksi
warna
menunjukkan
Air
mengkalsifikasi
dan
siraman
cukup
bahkan sering berlebih. Tanah kering
mutu
dalam
otomatis
keadaan
pertumbuhan,
basah
selama
lain,
rajangan
harga terbagi,
berfluktuasi.
harga dengan
kurang
diatas, cara
berdasarkan maka
harga
Fluktuasinya
cukup
berdasarkan pada keragaman jenis
tinggi. Daerah sawah sebagai produsen
yang telah ditetapkan. Terlepas dari
tembakau
luas.
fluktuasi harga yang bisa dimainkan
Sumenep
dalam penentuan harga oleh pabrikan,
Misalnya
produksinya
yang
bahwa
(2)
seragam,
penjemuran
gambaran
permukaan laut sampai daerah pantai. pengairan
kurang
tembakau
grapi,
Dari
pembelian,
Madura di
cukup
Kecamatan
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
juga
pabrikan
pembeliannya
dalam
dnegan
proses
cara
Graer
meradangnya
harga
untuk
207
petani
tembakau di Madura itu, juga dialami
mengambil stempel untuk diperiksa
oleh
atau
kemudian
Jombang yang ditengarai lebih parah
mengambilnya dengan dalih “sebagia
dibandingkan tembakau Madura. Hal ini
conoth”. Dari pengambilan contoh itu,
sebagaimana diberitakan dalam media
menunjukkan
cetak “Republika”.
dicium
dan
bahwa
gudang
petani
tembakau
lain
dari
diuntungkan dari sisi contoh yang
Awal Agustus lalu 2003 hasil
terkumpul. Karena berdasarkan hasil
produksi tembakau milik petani tidak
hasil pengamatan studi pendahuluan
laku
dilapangan
contohnya
membuat hasil panen tembakau petani
oleh Grader tidak sedikit, diperkirakan
menjadi mangkrak di lahan pertanian.
kurang lebih sampai satu kiloan dan
Tembakau milik para petani tidak terbeli
contoh yang diambilnya tersebut jadi
oleh pabrik rokok, khususnya hasil
atau tidak jadi dibeli dikembalikan pada
tembakau dari petani di Jombang.
pemason/penjualnya. Jadi, keuntungan
Menurut pengakuan Harto (50 tahun)
cukup besar pada pembeli, karena
petani asal Desa Kedu, Kecamatan
pembeli bisa main harga dan juga
Kudus, nasib para petani tembakau di
bermain
pengambilan
Kabupaten Jombang nasibnya benar-
sampel per balnya yag diambil dengan
benar mengenaskan jika dibandingkan
dalih “dijadikan dokumen”. Padahal
dengan nasib petani di daerah lain
melalui
tembakau
seperti Madura atau daerah di Jawa
menguntungkan
Tengah. Meski harga tembakau anjok,
kedua belah pihak. Tujuannya sebagai
panenan tembakau di daerah itu masih
upaya masyarakat petani untuk dapat
laku dijual. Bisa dibayangkan jika tidak
meningkatkan
ada
pengambilan
dengan
cara
perdagangan
diharapkan
dapat
kesejahteraan
hidup
dipasaran.
pedagang
Kecenderungan
yang
mau
ini
beli
serta dapat meningkatkan jumlah uang
tembakau, bagaimana nasib petani.
yang beredar dengan likuiditas yang
Hasil panenan tembakau lalu untuk
tinggi, sehingga dapat memberikan
apa. Padahal sebagai petani kami pasti
akibat
ekonomi
mengharapkan hasil panen. Kemudian
yang sangat cepat. Namun dalam
lebih lanjut, Hartono menambahkan “
kenyataan ini, petani tembakau jadi
padahal kualitas tembakau hasi panen
meradang dari sisi harga dan dari sisi
tahun ini untuk petani Jombang cukup
diambilnya tembakau sebagai contoh
bagus, ini jika dibandingkan dengan
oleh
hasil panenan tahun lalu, bahkan tidak
pada
pihak
pertumbuhan
pabrikan.
Pengalaman
208
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
kalah dengan kualitas tembakau yang
tersebut
dihasilkan daerah lain seperti Madura
musim. Penurutan juga terjadi pada
atau Jawa Tengah “. (Dalam Kalam
tembakau Kasturi, sejak tahun 2002
Jawa Timur, Republika, 2 September
sampai dengan 2005 masing-masing
2004- 17 Rajab 1425).
sebesar 22.83 dan 19.24%. produksi
Hal yang bernasib sama juga dialami
oleh
petani
tembakau
di
diakibatkan
pergeseran
total lebih rendah dari luas areal, berarti bahwa
produktivitas
masih
rendah
Jember, dimana perkembangan luas
kemungkinan karena teknik budidaya
areal dan produksi total tembakau
yang belum optimal, waktu tanam
BesNO/NOTA
2002
kurang tepat dan penggunaan varitas
sampai dengan 2005 menunjukkan
lokal yang tidak terseleksi dengan baik
penurunan, pada luas areal sebesar
serta
14,01 % dan produksi sebesar 8.45%.
Sedangkan produksi total tembakau
pada realisasi pembelian oleh eksportir
Rajang
Nampak telah sesuai dengan produksi
Rengganis
total, tetapi realisasi pembelian selama
perkembangan areal dan produksinya
4 tahun terakhir mengalami penurunan
sejak tahun 2003 sampai dengan 2005
sebesar 7.00%. hal ini kemungkinan
tidak
karena permintaan dari luar negeri
masing-masing hanya sebesar 1,09%
mengalami
terhadap
dan 13,26% Rencana dan ralisasi
kualitas filler dan omblad. Sementara
pembelian tembakau Rajang belum
produktivitas tembakau BesNO/NOTA
dapat dipantau, pendapatan tembakau
sudah
Rajang baru dimonitor
mulai
tahun
penurupan
cukup
baik
meskipun
benih
yang
yang
kurang
terdiri dan
mengalami
dari
murni.
Rajang
Curahnongko,
penurunan
yaitu
sejak tahun
pengelolaan tanaman dilahan belum
2003. Tembakau White burley-rencana
mencerminkan sandar budidaya yang
dan realisasi pembelian sudah sesuai
baik. Karena produksi total tanaman
dengan
belum mencerminkan produksi kualitas
penanamannya
seperti
yaitu
kemitraan penuh. Perkembangan aral
presentase daun Dekblad + Omblad
dan produksi total pada tembakau
(Dek/Omb) harus lebih tinggi dari filler.
White Burley mengalami peningkatan
Pada kenyataannya produksi Dek/omb
masing-masing sebesar 70.98% sejak
ditingkat petani masih rendah berkisar
tahun 2003 sampai dengan unggul dan
20-30% dibandingkan keadaan normal
input pupuk yang tinggi. Selanjutnya,
sebesar
filler
tembakau Bawah Naungan (TBN) dari
mencapai 80-70%. Penurunan kualitas
r2001 sampai dengan 2005, Nampak
yang
diinginkan,
30-40%,
sedang
peroduksi
total
karena
lahan sistem
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
bahwa
areal
total
Madura). Ini ditunjukkan karena dari
naungan
sekian Perda yang ada dan yang
(TBN) mengalami penurunan masing-
dipandang bertujuan menjaga kualitas
masing sebesar 8.50% dan 13.31%
hasil produksi perkebunan tembakau
sedangkan TBN varietas lain (FIN, FIK,
dan
dan TS) relative stabil. Dari kejadian
memberikan
seperti ini, dapat dikatakan bahwa,
memungkinkan
khusus harga dan produksi tembakau
harga, atau minimal berlaku. Hal yang
di Jawa Timur mengalami penurunan
demikian
yang
merugikan
tembakau
dan
cerutu
cukup
produksi
209
bawan
signifikan-
kecuali
proteksinya,
kurang
dapat
harapan dapat
meningkatkan
dipersepsi pihak
yang
cenderung
petani
tembakau
tembakau White Burley yang meningkat
(misalnya spekulan, maling pemasok
baik areal, produksi dan pembeliannya,
tembakau
(dalam Laporan Kegiatan Pengusaha
permainan kartel dan trust). Kata lain
Tembakau Jember, 2005).
Perda dan perlakukan sistem pasar
Dari meradangnya produksi dan
Jawa
ke
Pamekasan,
dipandang sudah tidak mampu lagi
harga tembakau khusus di Madura dan
menjembatani
Jawa
umumnya
kebutuhan petani, sehingga pemerintah
menjadikan para petani tembakau di
dianggap kurang responsip terhadap
Madura
adanya
Timur
pada
khususnya
di
Pamekasan
kepentingan
penganiayaan
harga
hasil
tembakau
oleh
sering melakukan aksi protes yang
produksi
mengarah
dan
perusahaan rokok (pabrik atau gudang
tindakan musi tidak percaya dari para
tembakau), serta dipandang kurang
petanam kepada pihak pabrik rokok
memperjuangkan pembelian tembakau,
dan gudang atau perwakilan PR yang
dan
ada di Pamekasan dan pemerintah
memperhatikan
daerah.
petani
pada
anarkhisme
Bentuk protesnya adalah
pertanian
dan
juga
dan
dipandang kesejahteraan
pemberdayaan
kurang nasib kualitas
dengan mengabaikan segala bentuk
hasil-hasil produksi serta pemanfaatan
seruan
bahkan
peluang pasar ke luar negeri untuk
mengabaikan bentuk kebijakan tata
komunitas petani tembakau Madura
niaga tembakau yang dikeluarkannya-
khususnya Pamekasan.
atau
saran,
yang bernama Perda (seperti Perda
Namun
pada
kenyataannya,
Kabupaten Pamekasan Nomor 2/2002
harga tembakau tetap saja menurun
yang mengatur tata niaga tembakau
(bahkan menurunnya harga jauh dari
dan Perda Nomor 3/2002 tentang
harga
perlindungan
dicampur dengan tembakau Jawa).
keaslian
tembakau
ketika
tembakau
Madura
210
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
Karenanya, yang menjadi pertanyaan
memang dibutuhkan. Jadi the new
kemudian
governance an tentang isu publik (Amin
Apakah
adalah
gejala
indicator
apa
standart
ini?
kualitas,
dan
Hauser,
1997;
Pierre,
2000;
ataukan terjadinya dinamika kompetisi
Newman, 2000; Stoker, 2000). Konsep
dari kelompok capital (perusahaan)
ini
dengan
konsep
kelompok
capital
Lokal
sekaligus
menanai
administrasi
perubahan publik
dari
(pembeli lokal atau penimbum pasokan
government ke governance yang mulai
tembakau) ? Apakah hanya sekedar
berkembang dalam dua decade terakhir
terjadi
kepemimpinan
(lihat: UNDP, 1987, 1997; Salamon,
pemerintahan dan krisis kepemimpinan
1989; Peter dan Savoi, 1992; Bank
perusahaan
Dunia, 1992).
krisis
pemasok
tembakau
Madura ? Apakah hanya sekedar tidak adanya
sosialisasi
dan
interaksi
Terlepas dari pertanyaan diatas, penting
menyimak
kepentingan? Ini menjadikan sebagian
Laporan
besar
tidak
sebenarnya
paham telah
perdagangan Fenomena
Kegiatan
dari
Pengusahaan
apa
yang
Tembakau Jember, 2005 bahwa harga
menimpa
hasil
relative kurang stabil, relative fluktuatif
produksi ini
penjelasan
mereka.
sebenarnya
telah
sangat
tergantung
tembakau
yang
pada
suplai
ditanam
petani.
digambarkan oleh Beetham (1996),
Sebenarnyalah
bahwa
dalam
diseluruh dunia semenjak abad ketujuh
demokrasi berbeda dengan koordinasi
Masehi memiliki struktur oligopsoni,
bentuk pasar yang menunjuk pada
sehingga pasar lebih ditentukan oleh
adanya pertukaran suka rela, juga
pembeli. Sebagai informasi saat ini,
berbeda dengan koordinasi tipe hierarki
80% dari produk rokok di Indonesia
yang menekankan pada otoritas politik.
hanya diproduksi oleh kurang lebih 15
Sedangkan demokrasi, tidak seperti
pabrik
pada hierarki yang menekankan pada
menengah dari sejumlah 2.600 pabrik
otoritas politik. Sedangkan demokrasi
rokok
tidak
banyak industri rokok rumah tangga
koordinasi
seperti
dengan
pada
status
sosial
hirarki,
sama
pelaku
berpartisipasi
rokok
legal,
(home
pasar
kelas
tembakau
besar
disamping
industri)
itu
yang
dan
masih
sedang
secara aktif dalam menentukan aturan
berkembang. Sementara itu, produsen
dan
tembakau
kebijakan
kehidupan
dan
meliputi
kurang
lebih
8
mengkoordinir tindakan mereka secara
propinsi yang mencapai sekitar 6 s/d 8
suka rela dan tidak seperti pasar
juta
kebebasan mereka dibatasi selama
petani
tembakau.
Selain
itu
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
211
berdasarkan temuan hasil penelitian
tembakau, bersamaan dengan itu harus
dari:
pula dicegah kemungkinan timbulnya Sudjana, I Made Pasek dengan
berbagai penyakit akibat kerja. Penyakit
judul Faktor yang Berhubungan dengan
akibat kerja yang berhubungan dengan
Green Tobacco Sickness (GTS) pada
tanaman tembakau adalah terpejamnya
Petani
Daun
kulit dengan Zat nikotin yang terdapat
Tembakau: Studi Kasus Dilaksanakan
dalam daun tembakau, penyakit ini
di
disebut Green Tobacco Sickness (GTS)
Wanita
desa
Sikur
Kabupaten Nusa
Pemeik
Kecamatan
Lombok
Tenggara
Timur
Barat.
Sikur
Propinsi Indonesia
yang
diderita
oleh
pemetik
daun
tembakau yang kontak dengan daun
termasuk produsen sigaret ke tujuh
tembakau
terbesar
di
World
menggali tentang berbagai faktor yang
Tobacco
Situation,
Produksi
berhubungan dengan risiko GTS petani
sigaret ke tujuh terbesar di dunia,
wanita pemetik daun tembakau yang
menurut 2000.
dunia,
World Produksi
menjapai
209,
menurut 2000.
basah.
Penelitian
yang
Tobacco
Situation,
dilakukan secara “Observasional Cross
sigaret
Indonesia
Section Analysys “’ terhadap 30 orang
batang.
petani responden petani wanita pemeitk
4
miliar
Tembakau merupakan bahan baku
daun
utama
mempunyai
Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok
peranan ekonomi yang cukup luas dan
Timur Propinsi nusa Tenggara Barat.
penting
penyumbang
Pengumpulan data dilakukan dengan
pendapatan Negara melalui cukai dan
cara wawancara dengan menggunakan
pajak, sebagai seumber pendapatan
daftar pertanyaan yang telah diuji coba
utama petani tembakau dan sebagai
serta pemeriksaan kadar kotinin urin
penyediaan
secara
industri
rokok,
sebagai
lapangan
kerja
di
tembakau
“
di
Desa
Immunaosay
Sikur
kompetitif
pedesaan dan perkotaan, sehingga
dengan menggunakan Coti Trag dari
eikatakan
Serex,
perkebunan
tembakau
pengolahan
data
merupakan suatu usaha padat karya,
elektrikal
lebih pada waktu pemetikan daun
SPSS. Variabel yang diteliti sebanyak
tembakau lebih dari 98% menggunakan
tujuh faktor yang diduga ada hubungan
tenaga
terhadap GTS
kerja
wanita.
Untuk
menggunakan
secara
dengan
program
skala
data
mendapatkan mutu tembakau yang
Nominal dan Ordinal. Analisis dan
lebih
pengujian data dilakukan dengan Uji
banyak
faktor
yang
harus
diperhatikan salah satu diantaranya
Regresi
Logistik,
terhadap
tujuh
adalah kesehatan petani pemetik daun
variabel yang diukur yaitu: (1) Umur,
212
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
(2) Tingkat Pendidikan (3) Masa Kerja
pemerintah. Hal itulah yang menjadikan
(4). Status Gizi dan (5) menemukan 20
para petani dalam memenuhi tuntutan
orang
orang
hidupnya melakukan segala macam
GTS.
cara
(66,7%)
responden
daTi
yang
30
menderita
terhadap
hasil
produksi
Keluhan yang sering ditemukan adalah
pertaniannya, karena keterbatasan skill
pusing, sakit kepala serta muntah.
dan
Tujuh
memperhatikan teori ekonomi yang
Variabel
(Umur,
Tingkat
akses,
sehingga
Pdndidikan, Masa Kerja, Status Gizi,
semestinya
yakni
Waktu
permintaan”
atau
Kontak,
Penggunaan
APD,
kurang
“penawaran kurang
dan
menjaga
Hygiene Perorangan), dari hasil Uji
kualitas dari produksinya, dan bahkan
Regresi Logistik, tidak berhubungan
selalu
nyata (non significant) terhadap GTS
pokoknya) laku-ketimbang tidak laku.
petani
Ini terjadi karena salah satu faktor yang
pemetik
Diperlukan
daun
penelitian
tembakau.
pokoe
(artinya
lanjut
mendukung produksi pertanian adalah
terhadap hubungan faktor lingkungan,
modal yang diperolehnya dari institusi
perlu
terpadu
pemberi pinjaman, rentenir, utang sama
(Dinas
tetangga atau pinjam modal dengan
Perkebunan, Dinas Kesehatan, Dinas
cara bagi hasil dan atau juga asumsi
Tenaga Kerja dan Assosiasi tembakau)
balik tenaga. Dari kerangka berpikir
mengenai GTS, menganjurkan kepada
itulah para petani dalam mencapai
petani
tembakau
tujuan produksi pertaniannya terbentuk
memakai alat pelindung diri antara lain
dengan sendirinya. Kemudian, untuk
baju lengan panjang dari plastic, sarung
mengatasi
tangan dari karet, mengganti pakaian,
tembakau
memotong kuku dan mandi setelah
pemerintah
bekerja.
pinjaman melalui institusi keuangan
adanya
antara
lebih
bersikap
penyuluhan
instansi
pemetik
terkait
daun
permodalan seperti
para di
mengeluarkan
petani Madura, paket
Jadi, petani tembakau semakin
yang disebut perbankan, seperti Bank
dibingungkan dan semakin jauh dari
Exim. Namun tidak semua petani dapat
pengetahuan
memperoleh pinjaman tersebut. Dari
serta
terjebak
tata
cara
pada
bertaninya, penuh
kesemua itu, pada gilirannya petani
ketergantungan, dan terkesan mudah
melawan, pasrah dan sebagian besar
dipermainkan
para
oleh
situasi
tangan-tangan
pemuda
desa
lebih
memilih
dalang yang mengontrol input-input
mencari kerja di kota dan keluar negeri
pertanian dari balik meja perusahaan
(misalnya ke Malaysia, Arab Saudi,
dan permainan dibalik campur tangan
Singapura dan Brunai Darussalam).
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
213
Pekerja memilih keluar negeri dan
Sisi lain, jumlah perusahaan di Jatim
menjadi
saat
masyarakat
urban
banyak
ini
tercatat
sebanayk
26.981
dilakukan oleh masyarakat Madura dan
perusahaan dengan jumlah pekerja
Jawa,
2.187.334 orang. Keadaan ini jika
sehingga
dapat
dipersepsi
menjadi salah satu faktor meningkatnya
dibandingkan
urbanisasi dan tingginya angka Tenaga
jumlah
Kerja
negeri.
berimbang dan diperparah lagi dengan
Sedangkan jumlah pencari kerja terus
adanya perusahaandalam kurun waktu
bertambah
2003 dan tahun 2004 diwarnai dengan
Indonesia
keluar
seiring
dengan
laju
dengan
angkatan
keberanaan
kerja
kurang
pertumbuhan penduduk dan ditambah
banyaknya
dengan lulusan pekerja formal. Data
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
statistic lulusan di negeri ini setiap
(PHK) massal. Langkah ini diambil
tahun mencapai 2 juta jiwa, namun
karena perusahaan tutup dan efisiensi
hanya 20% saja yang terserap untuk
tenaga kerja yang pada umumnya
memperoleh lapangan pekerjaan. Lalu
akibat kelesuan usaha. (Dalam Kalam,
kemana
Jawa Timur, Republika, 2 September
80%
mendapatkan Mayara,
lain
yang
pekerjaan? edisi
tidak (dalam
50/th.V/Oktober
2006/Ramadhan-Syawwal 1427 H).
itu,
2004
–
perusahaan
17
Rajab
yang
1425).
Ini
menunjukkan bahwa proses akumulasi dengan ciri adanya hubungan yang
Jika menyimak persoalan seperti
objektif antara tingkat pertumbuhan
Jawa
pendapatan
Timur
dihadapkan
pada
kelas
pekerja
masalah tingkat pengangguran yang
tingkat
selalu meningkat dan kualitas pencari
kekuatan produktif didalam negeri tidak
kerja yang masih rendah. Dimana
terjadi (Dalam Sritua Arif, 1990).
tingkat pengangguran terbuka di Jatim
perkembangan
dengan kekuatan-
Memperhatikan persoalan diatas,
mencapai sekitar .094 orang atau 4,81
maka
persen dari jumlah angkatan kerja yang
kompleks masalah sosial ekonomi yang
ada. Jumlah yang terserap dalam
dihadapi bangsa Indonesia di dalam
lapangan
tatanan wilayah pemerintahan daerah
kerja
baru
sebanyak
dapat
pusat.
dikatakan
Kompleksitas
semakin
17.228.156 orang atau 95,19 persen
dan
maslaah
dari angkatan kerja. Jumlah angkatan
sosial ekonomi yang seperti itu, yang
kerja di Jatim sendiri berdasarkan
menjadi tumpuhan harapan masyarakat
survey sosial ekonomi nasional tahun
adalah pemerintah yang dipandang
2003 sebanyak 18.098.250 orang atau
memiliki legalitas formal kompetensi
66,61 persen dari penduduk usia kerj.
tanggungjawab. “ Kepercayaan yang
214
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
dimiliki besar pada pihak ketiga untuk
kepentingan
melaksanakan
masyarakat kapitalis dan Pemerintah.
sasaran
publik
ini,
dan
kebutuhan
ternyata pada akhirnya telah menjadi pola
standar
operasi
dilingkungan menurut
pemerintahan
domestic
Lester
“
DAFTAR PUSTAKA
demikian
Salamon
dari
Universitas John Hopkins. Bentuk “ pemerintahan
pihak
ketiga”
menggunakan
“pemerintahan
ini untuk
melakukan apa yang terbaik dapat dilakukannya-menghidupkan
Abdul Wahab, Solichin, 1990, Analisis Kebijakan Negara, Rieka Cipta, Jakarta
berbagai
sumber daya dan menetapkan prioritas
Arif,
S. 1990, Dari Prestasi Pembangunan sampai Ekonomi Politik: Kumpulan karangan, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta.
kemasyarakatan melalui proses plitik yang demokratis seraya memanfaatkan sektor swasta untuk melakukan apa yang
terbaik
dapat
dilakukannya
mengorganisir produksi barang dan jasa (dalam Osborne & Gaebler, 1992). Jadi upaya yang hendak kita bangun
melalui
tulisan
memposisikan administrasi untuk
ini
adalah
kepentingan publik
sebagai
upaya
memungkinkan
dapat
memberikan kontribusi akademik dan
Islamy, Irfan, Strategi Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah: sebuah Outline, Makalah yang disajikan pada seminar Good Governance, pada tanggal 27 April 2002, FIA, Unibraw Malang. Imawan, Riswandha, Rektuitment Kepemimpinan di Daerah: Antara Keingingan dan Kebutuhan Masyarakat, Jurnal Ilmu Politik 17. Komaruddin, 1994, Ensiklopedia Manajemen, Cetakan pertama, Januari 1994, Bumi Aksara, Jakarta.
praktek terhadap fenomena proses produksi
dan harga tembakau yang
dipersepsi
merupakan
manifestasi
perubahan
yang
pelik
cukup
mendasar
dalam
pemberdayaan
dan
dan
konteks social
capital
sebagai pilihan rasional dengan pola berhubungan
koordinasi,
kolaborasi,
komunikasi, jejaring, aturan, norma antara
kepentingan
masyarakat
petani
dan
kebutuhan
Madura
versus
Lee, Myungsuk. 2001. New Public Management, and Administrative Reform. Social Science 40 (1): 145. Lee, Myungsuk. 2003. Conseptualizing the Institutional Analysis and Development Mini-Conference, May 3, 2003, Workshop in Political Theory and Policy Analysis, Indiana University, Boomington, Indiana, USA. Ramlan Surbakti, Membangun Masyarakat Kewargaan dari Segi Politik dan Ekonomi, Makalah
Muharsono, Pemberdayaan dan Social Capital pada Petani Tembakau Dalam Perspektif Administrasi Publik
disampaikan pada Seminar Pengembangan Ilmu Pemerintahan, IIP-Depdagri, Jakarta 9 Januari 1995. S. Prijono, Onny dan Pranarka A.M.W. (Penyunting), 1996, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi: Centre for Strategig and International studies, Jakarta. Perda Kabupaten Pamekasan No. 2/2002 tentang Tata Niaga Tembakau Kumpulan Ringkasan Disertasi Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, 2003.
215