Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI AGAMA Oleh : Umi Hanik.1 ABSTRAK. Fenomena adanya anak jalanan yang sering ditemui baik di kota-kota besar maupun di kota kecil, ini menggambarkan betapa banyaknya orang tua yang tidak mampu memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu umat Islam berkewajiban mengentaskan anak jalanan dari pandangan masyarakat yang menilai bahwa anak jalanan itu sangat negatif. Kehadiran mereka dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan orang lain, membahayakan diri sendiri, tindak kriminalitas dan kesan kurang baik terhadap citra bangsa. Oleh karena itu, anak jalanan tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena secara psikologis hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan anak untuk mencapai masa depannya. Dakwah yang efektif dalam menangani permasalahan ini adalah salah satu solusi untuk membantu dalam pemberdayaan, yaitu dakwah yang dilakukan melalui bimbingan agama Islam, baik itu di lembaga-lembaga sosial maupun rumah pengenapan, atau karangtina. Sebab dikhawatirkan anak jalanan tanpa adanya bimbingan agama Islam akan menjadi generasi yang lemah, tanpa arah dan tujuan yang benar. Tentu setiap bimbingan agama pada anak jalanan sebaiknya diberikan secara intensif dan berkesinambungan sebab diharapkan dalam pribadi anak jalanan terdapat penjiwaan agama yang baik, oleh karena itu hendaknya dibimbing sesuai dengan perkembangan psikologinya. Penjiwaan agama benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Kata Kunci : Anak jalanan, Perilaku, Bimbingan Agama Islam PENDAHULUAN Anak adalah buah jantung belahan hati dari seorang ibu, juga merupakan keturunan yang kedua dari orang tua. Seorang anak memerlukan orang lain dalam membentuk kepribadian anak 1
Dosen tetap IKIP PGRI Jember, FKIP Program Studi Bimbingan Konseling
~ 43 ~
Umi Hanik
sehingga anak bisa tumbuh dewasa. Secara psikologis, seorang anak mempunyai kebutuhankebutuhan pokok, antara lain kebutuhan akan rasa kasih sayang, rasa aman, kebutuhan akan harga diri, rasa kebebasan, rasa sukses, dan kebutuhan akan mengenal dirinya sendiri. Inilah yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada seorang anak. Anak merupakan amanat yang diberikan Allah SWT. Kepada orang tua. Orang tua, yang mempunyai kewajiban memelihara dan mendidik anak anaknya. Oleh karena itu peranan orang sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku keagamaan seorang anak. Tanggung jawab orang tua terhadap anak ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi saw. : Artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, dan Majusi.”(HR. Muslim)2 Diletakkannya tanggung jawab kepada orang tua dalam mendidik anak, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tuanya, yang kelak akan dipertanggungjawabkan atas pendidikan anak-anaknya.3 Fenomena adanya anak jalanan yang sering ditemui baik di kota-kota besar maupun di kota kecil menggambarkan betapa banyaknya orang tua yang tidak mampu memenuhi kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu umat Islam berkewajiban mengentaskan anak jalanan dari pandangan masyarakat yang menilai bahwa anak jalanan itu sangat negatif. Kehadiran mereka dianggap mengganggu ketertiban dan keamanan orang lain, membahayakan diri sendiri, tindak kriminalitas dan kesan kurang baik terhadap citra bangsa. Oleh karena itu, anak jalanan tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan anak untuk mencapai masa depannya. Oleh sebab itu diperlukan adanya dakwah yang efektif dalam menangani permasalahan ini, yaitu dakwah yang dilakukan melalui bimbingan agama Islam, baik itu di lembaga-lembaga sosial maupun rumah singgah. Sebab Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur'an, 1971, hlm. 951 3 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 178 2
~ 44 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
dikhawatirkan anak jalanan tanpa adanya bimbingan agama Islam akan menjadi generasi yang lemah. seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT. surat an- Nisa’ ayat 9 :4 Artinya :“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. an-Nisa’ : 9) Oleh karena itu, bimbingan terhadap anak jalanan ini sangatlah diperlukan untuk menjawab persoalan di atas. Bimbingan agama pada anak jalanan sebaiknya diberikan secara intensif dan berkesinambungan sebab diharapkan dalam pribadi anak jalanan terdapat penjiwaan agama yang baik, karena itu dibimbing sesuai dengan perkembangan psikologinya. Penjiwaan agama benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya dikemudian hari. Dengan demikian bimbingan agama sebagai salah satu metode dakwah memiliki andil yang sangat besar dalam rangka pembinaan ajaran agama pada anak jalanan, agar terbentuk kepribadian Islami dalam kehidupan sehari-hari meskipun mereka hidup di jalanan maupun tempat-tempat umum, sehingga timbul suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup sekarang dan masa yang akan datang. ANAK JALANAN 1. Pengertian Anak Jalanan Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan atau tempat-tempatnya. Sedangkan menurut Odi Salahuddin, anak jalanan adalah seseorang yang berumur 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya5 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang Depag RI., 1971. Al-Qur'an dan Terjemahnya,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur'an. 5 Odi Salahudin, Anak Jalanan Perempuan, Semarang : Yayasan Setara, 2000, hlm. 5 4
~ 45 ~
Umi Hanik
dimaksud dengan anak jalanan adalah seorang anak baik laki-laki maupun perempuan yang sudah sangat biasa hidup tidak teratur di jalan raya maupun tempat-tempat umum lainnya untuk bekerja atau hanya menggelandang sepanjang hari, dan usia mereka berkisar dari bayi sampai dewasa. 2. Karekteristik Anak Jalanan. Anak jalanan merupakan sebuah fenomena sosial yang banyak terdapat di kota-kota besar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mereka yang sering berrkeliaran di jalan-jalan maupun di tempat-tempat umum, pada dasarnya yang dinamakan anak jalanan adalah:6 a. Mereka anak-anak yang berusia antara 6-18 tahun b. Waktu yang dihabiskan di jalanan lebih dari 4 jam setiap harinya. c. Anak jalanan biasanya mempunyai ciri-ciri fisik seperti warna kulitkusam, pakaian tidak terurus, rambut kusam dan kondisi badan tidak terurus. d. Ciri-ciri psikisnya : acuh tak acuh, mobilitas tinggi, penuh curiga, sensitif, kreatif, semangat hidup tinggi, berwatak keras, berani menanggung resiko dan mandiri. e. Intensitas hubungan dengan keluarga: masih berhubungan secara teratur minimal bertemu sekali setiap hari, frekuensi berkomunikasi dengan keluarga sangat kurang, misalnya hanya seminggu sekali; sama sekali tidak ada komunikasi dengan keluarga. f. Tempat tinggal bersama orang tua, tinggal berkelompok dengan teman-temannya, tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap. g. Tempat tinggal anak jalanan sering dijumpai di : pasar, terminal bis, stasiun kereta api, taman-taman kota, daerah lokalisasi WTS, perempatan jalan atau di jalan raya, pusat perbelanjaan/ mall, kendaraan umum, tempat pembuangan sampah. h. Aktivitas anak jalanan : Penyemir sepatu, pengasong, calo, menjaja koran/majalah, pengelap mobil, pemulung, Departemen Sosial, Modul-modul Kepelatihan Pekerja Sosial Rumah singgah, Analisis Kehidupan Anak Jalanan, hlm. 25 6
~ 46 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
pengamen, kuli, menyewakan payung. i. Sumber dana untuk melakukan kegiatan: modal sendiri, modal kelompok, modal majikan, stimulan / bantuan. j. Permasalahan: Korban eksploitasi, rawan kecelakaan, ditangkap petugas, konflik dengan anak lain, terlibat tindak kriminal, ditolak masyarakat/lingkungan. k. Kebutuhan anak jalanan: Aman dalam keluarga, kasih sayang, bantuan usaha, pendidikan, bimbingan ketrampilan, gizi dan kesehatan, hubungan harmonis dengan orang tua, keluarga dan masyarakat. PERILAKU 1. Pengertian Perilaku Ada beberapa pengertian yang diungkapkan oleh beberapa pakar tentang perilaku, diantaranya :7 a. Menurut Kurt Lewin dalam buku Sikap dan Manusia yang dikarang oleh Drs. Saifuddin Azwar, MA, Perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan lingkungan yaitu karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motiv, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku, faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku bahkan kadang-kadang kekuatanya lebih besar daripada karakteristik individu hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih komplek.8 b. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed Perilaku dapat merupakan fenomena (gejala) dari keadaan psiokologis yang terlahir dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.9 Dari definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perrilaku adalah tindakan atau gerakAchmad Mubarok, Al Irsyad an Nafsi, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara, 2000, hlm. 91-9 8 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003. hlm. 10-11 9 Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1997, hlm. 5 7
~ 47 ~
Umi Hanik
gerik seseorang yang timbul karena adanya rangsangan yang ada, dimana individu tersebut berada untuk mencapai tujuan. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku. Setiap perilaku individu secara psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut W.A. Garungan manusia dalam berperilaku digerakkan oleh motif dan ditentukan oleh sikap. Motif mendorong sikap untuk memilih atau tidak memilih terhadap sesuatu di luar dirinya. Apabila sikap telah menjatuhkan pilihan, maka jadilah bentuk perilaku, sedangkan secara pokok mengenai motif manusia itu sendiri terdiri dari: 10 a. Motif tunggal, atau motif bergabung b. Motif biogenetis c. Motif sosiogenetis d. Motif teogenetis. Dengan demikian peilaku seseorang tergantung dari motif yang muncul, apakah berkaitan dengan kebutuhan biologis, sosial atau kebutuhan agama. Kesimpulnya bahwa yang mempengaruhi perilaku individu ada dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. a. Faktor Internal Motif biogenetis adalah salah satu motif yang timbul dari dalam diri manusia. Motif ini sangat kuat peranannya dalam menggerakkan perilaku. 11 Perlu diketahui bahwa yang dimaksud motif internal, yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri manusia, yang ikut serta menentukan atau mempengaruhi perilaku sehari-hari. Untuk itu diperlukan adanya pengendalian diri terhadap semua perilaku yang ada, sehingga semua aktivitas individu tersebut dapat terkontrol dan terarah dengan baik. Karena motif ini merupakan kebutuhan pokok yang mutlak yang harus dituruti.
10 11
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung : Eresco, 1986, hlm. 140-144 Ibid.hlm. 146
~ 48 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
b. Faktor Eksternal. Adapun faktor eksternal adalah datangnya dari luar diri manusia. Hal ini sesuai dengan motif sosiologi, sebagai motif yang akan datang dari lingkungan kebudayaan, dimana tempat individu berada dan berkembang. Motif ini dapang ke dalam kepribadian manusia dan menjadi pola laku, akibat adanya interaksi sosial. Seseorang dalam berperilaku biasanya tidak lepas dari tradisi yang ada dan berlaku di dalam lingkungannya, sehingga wajar apabila sesuatu ketika seseorang berperilaku berdasarkan diri pada tradisi. Berbagai tinjauan di atas pada dasarnya menunjukkan pada sebuah tradisi atau adat kebiasaan yang memiliki kekuatan memikat pada seseorang untuk membentuk pola perilakunya kemudian menjadi dasar perilakunya secara eksternal.12 BIMBINGAN AGAMA ISLAM 1. Bimbingan Keagamaan Kata “bimbingan” dalam bahasa Inggris disebut “guidance”. Bimbingan menurut Prof. Dr. Bimo Walgito adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitankesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.13 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, pemberian petunjuk, pemberian tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan.14 Menurut Prof. Attia Mahmud Hana bimbingan adalah suatu proses teknis yang teratur, bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang cocok terhadap kesukaran yang dihadapinya dan membuat rencana untuk mencapai penyelesaian tersebut, serta menyesuaikan diri terhadap suasana baru yang Ibid.hlm. 147 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta : Andi Offset, 1995, hlm. 20 14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2, Jakarta : Balai Pustaka, 1997), loc.,cit, hlm. 747 12 13
~ 49 ~
Umi Hanik
membawa kepada penyelesaian itu.15 Sedangkan menurut H. Koestroer,S.Psy., bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain.16 Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang pada orang lain yang membutuhkannya dalam menyelesaikan problema-problema yang ada, baik itu perorangan atau kelompok untuk menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupannya. Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” , sehingga membentuk kata baru yaitu keagamaan. Keagamaan adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta ajaran dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.17 Jadi, bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan baik berupa petunjuk (penjelasan), cara mengerjakan tentang keagamaan (agama Islam) kepada orang lain yang membutuhkan. Adapun dasar bimbingan keagamaan Islam banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an yang berupa bimbingan nasehat diantaranya, seperti dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 125. Yang Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat daru jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ”
Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidika dan Pekerjaan, Jakarta : Bulan Bintang, tth, hlm.53 16 Koestoer Partowisastro, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah, Jilid I, Jakarta : Erlangga, 1985, hlm. 12 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, balai Pustaka, Jakarta, loc., cit, hlm 10 15
~ 50 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
(QS. An-Nahl : 125) 18 Dalam ayat yunus juga di jelaskan yang Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan poetunjuk serta rahmat bagi orangorang yang beriman.” (QS. Yunus : 57).19
2. Metode dan Materi Bimbingan Keagamaan Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam bimbingan keagamaan yang dalam hal ini adalah bimbingan agama Islam, dimana sasarannya adalah mereka yang berada dalam kesulitan spiritual disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dari dalam dirinya sendiri seperti tekanan batin, gangguan perasaan dan tidak mampu berkonsentrasi. Dan faktor lain yang berasal dari luar dirinya seperti pengaruh lingkungan hidup yang menggoncangkan perasaan (seperti ditinggalkan oleh orang yang dicintainya) dan penyebab lain, yang banyak menimbulkan hambatan batin anak. Untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menjadi sebab munculnya kesulitan mental spiritual atau sebabsebab yang banyak menimbulkan tekanan batin, maka dalam upaya mengadakan bimbingan keagamaan menurut pendapat Drs. M. Arifin, M.Ed.,dapat digunakan metode-metode sebagai berikut :20 a. Metode Interview (Wawancara) Adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan pemecahan masalah, Walaupun hal ini dikritik oleh sebagian orang, akan tetapi sebagai salah satu cara untuk memperoleh data dan fakta, tetap masih banyak manfaatnya. b. Metode Kelompok (Group Guidance) Dengan menggunakan kelompok pembingbingan atau penyuluhan akan dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungan menurut penglihatan orang lain dalam kelompok itu ingin mendapatkan Depag RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya,, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al- Qur'an, 1971, hlm. 421 19 Ibid. hlm. 315 20M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, tth, hlm. 52-55 18
~ 51 ~
Umi Hanik
pandangan baru tentang dirinya dari orang lain. Dengan metode ini dapat timbul kemungkinan diberikannya group terapy yang fokusnya berbeda dengan individu konseling. c. Metode yang dipusatkan pada keadaan klien (client-centeredmethod) Metode ini sering disebut non directive (tidak mengarahkan). Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klien sebagai makhluk yang bulat yang mempunyai kemampuan berkembang sendiri. Metode ini lebih cocok dipergunakan oleh konselor agama. Karena akan lebih memahami keadaan klien yang biasanya bersumber dari perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainnya. d. Directive Counseling Merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena konselor secara langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problem yang oleh klien disadari menjadi sumber kecemasannya. Metode ini tidak hanya digunakan oleh para konselor saja melainkan juga oleh para guru, dokter, sosial wolker, ahli hukum, dan sebagainya dalam rangka usaha mencari informasi tentang keadaan diri klien. e. Metode Educative (Metode Pencerahan) Metode ini hampir sama dengan metode client centered, hanya perbedaannya terletak pada lebih menekankan pada usaha mengorek sumber perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan batin klien serta mengaktifkan kekuatan atau tenaga kejiwaan klien (potensi dinamis) dengan melalui pengertian tentang realitas situasi yang dialami olehnya. Metode ini diperkenalkan oleh DR. Seward Hiltner yang menggambarkan bahwa counseling agama itu sebagai “Turning the Corner” yakni konseling agama perlu membelokkan sudut pandangan klien yang dirasakan sebagai problem hidupnya kepada sumber kekuatan konflik batin, kemudian mencerahkan konflik tersebut serta memberikan “insight” ke arah pengertian mengapa ia merasakan konflik batin. f. Metode Psychoanalistis Adalah juga terkenal dalam konseling yang mula-mula diciptakan oleh Sigmund Freud. Metode ini berpangkal pada pandangan bahwa semua manusia itu bilamana fikiran dan perasaannya tertekan oleh kesadaran dan perasaan atau motif-
~ 52 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
motif tertekan tersebut tetap masih aktif mempengaruhi segala tingkah lakunya meskipun mengendap di dalam alam ketidak sadaran ( Das-Es) yang disebutnya “ Verdrongen Coplexen”. Sedangkan materi bimbingan keagamaan (agama Islam) meliputi semua ajaran agama Islam yang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) hal pokok yaitu aqidah, akhlak dan syari’ah. Pertama, Aqidah, Dalam Islam, Aqidah adalah iman atau kepercayaan. Hal ini harusnya menjadi keharusan yang mutlak dalam meyakini kepada Allah, pokok aqidah adalah Allah, SWT. itu sendiri, dengan percaya kepada Allah otomatis di dalamnya percaya kepada malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitabkitab-Nya, hari kiyamat-Nya, serta taqdir-Nya. Pembagian tersebut dinamakan arkanul iman. 21 Penghambaan manusia kepada Allah akan membebaskan manusia dari perbudakan lain selain kepadaNya. Kesadaran dalam menghamba kepada Allah akan membentengi dirinya agar tidak terjerumus ke lembah nista. Dengan demikian aqidah yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak akan menjadi bagian dari umur kepribadiannya, sehingga dapat menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan yang timbul karena keyakinan terhadap agama yang telah menjadi bagian dari kepribadian itu karena akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam. Apabila ajaran agama telah menjadi bagian dari mentalnya, yang telah terbina itu, maka dengan sendirinya ia akan menjahui segala larangan tuhan dan mengerjakan segala perintahnya, bukan karena paksaan dari luar, tetapi karena batinnya merasa lega dalam mematuhi segala perintah Allah itu, selanjutnya kita akan melihat bahwa nilai-nilai agama tampak tercermin dalam tingkah laku, perkataan, sikap dan moralnya pada umumnya. sehingga ia menjadi orang taqwa.22 Kedua, Akhlak, dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan akhlaknya yang baik dan kejatuhan nasib seseorang, masyarakat dan bangsa adalah karena kehilangan Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1973, hlm. 157 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta : Bulan Bintang, 1969, hlm. 68 21 22
~ 53 ~
Umi Hanik
akhlak yang baik atau jatuh akhlaknya.23 Ketiga, Syari’ah adalah tuigas umat manusia yanga menyeluruh meliputi moral, teologi dan etika pembinaan umat, aspirasi spritual, ibadah formal dan ritual yang rinci. Syari’ah mencakup mencakup semua aspek hukum publik dan perorangan, kesehatan, bahkan kesopanan Menurut penulis, syari’ah merupakan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT baik berupa ibadah khusus maupun umum, yang bermanfaat untuk manusia secara individual maupun sosial baik untuk dunia maupun akhirat.24
3. Fungsi Bimbingan Keagamaan Bimbningan merupakan pertolongan atau bantuan yangh diberikan oleh seseorang pada orang lain. Karena keberanika ragamnya permasalahan yang sering dialami oleh individu, maka Dr. Achmad Mubarok, M.A., dalam bukunya “Konseling Agama Teori dan Kasus” menjelaskan bahwa fungsi kegiatan bimbingan keagamaan terbagi menjadi empat tingkat yaitu;25 a. Fungsi preventif, yaitu suatu bimbingan keagamaan yang berfungsi untuk mencegah timbulnya suatu masalah. b. Fungsi Kuratif atau korektif, yaitu suatu bimbingan keagamaan yang berfungsi untuk membantu individu klien dalam memecahkan m asalah yang sedang dihadapi. c. Fungsi preservatif, yaitu suatu bimbingan keagamaan yang berfungsi untuk membantu klien yang sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang pernah dihadapi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk semacam club yang anggotanya para klien atau aks klien dengan menawarkan program-program yang berjadwal, seperti: ceramah- ceramah keagamaan atau keilmuan dan sebagainya. d. Fungsi pengembangan atau development yaitu suatu bimbingan keagamaan yang berfungsi untuk membantu klien Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996, hlm. 11 24 Akhmad Suaedy dan Amiruddin Arrani, Dekonstrukdi Syari’ah, LkiS dan Pustaka Pelajar Glagah, Jogjakarta, 1994. hlm. 25 25 Achmad Mubarok, Al Irsyad an Nafsi, Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara, 2000, hlm. 91-93 23
~ 54 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
yang sudah sembuh agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan yang lebih baik, contohnya seperti aktif sebagai pengurus dalam kegiatan organisasi keagamaan dan sebagainya. Jadi pada hakekatnya fingsi dari bimbingan keagamaan adalah untuk membantu atau menolong seseorang dalam rangka mencegah timbulnya suatu masalah atau bahkan memecahkan suatu problem yang berhubungan dengan masalah keagamaan, baik itu yang berhubungan dengan masalah keimanan, akhlak maupun yang lainnya. KESIMPULAN Seberapa liarnya seseorang dalam kehidupannya, kemungkinan besar masih memiliki potensi untuk berubah ke halhal yang lebih jinak dan bermartabat, karena dalam sebuah teori emperis mengatakan bahwa faktor lingkungan sekitar, baik intern maupun ekstern memberi peran yang cukup signifikan hingga 80% mampu merubah perilaku dasar seseorang menjadi terkontaminasi ke dalam lingkungan baru. Waktu yang digunakan oleh anak jalanan hampir terbuang sia-sia digunakan hanya untuk berhura-hura/bersenangsenang bersama teman sejenis dan sama sifatnya. Dan hampir tidak ada aturan yang mengikat terutama perintah agama (istilah ini yang penulis pakai dengan kata “liar). Melanggar aturan adat, aturan agama bisa jadi ditabrak begitu saja, bahkan dirinya pun tidak keurus baik dari sisi kesehatan maupun penampilan. Begitu banyak kelemahannya dan sisi negatifnya. Namun demikian Islam menawarkan untuk membimbing dan memberdayakan sehingga menjadi manusia yang berguna bagi lingkungan dan masyarakat. Sebab lingkungan dan ajaran mampu mengubah perilaku dan pola tingkahlaku, sebagaimana di dalam Islam hendaknya dibinalah seseorang tersebut dari tiga hal, pertama pelajaran tauhid (beriman kepada Allah) yang kedua, fiqh ibadah pelajaran ini memberi tahu bagaimana cara beribada mulai dari rukun syarat syah, syarat wajib kepada Allah. Yang ketiga pelajaran ahlaq adalah memberi pengatahuan tentang cara berinteraksi, berhungan dengan Allah, rasul, dan sesama manusia, sehingga perilakunya membawak dampak positif dan bermanfaat terhadap siapapun.
~ 55 ~
Umi Hanik
DAFTAR PUSTAKA Ahyadi, Aziz, Abdul, 1995. Psikologi Agama,Sinar Baru Algesindo, Bandung. Akta Notaris pendirian Yayasan Putra Nusantara Arifin, M., Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, tth Arifin, 1997 Psikologi Dakwah Suatu Pengantar,Jakarta : PT. Bumi Aksara. Azwar, Saifuddin, 2003. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya,Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN), 2000. Modul 2 Pelatihan Pekerja Sosial Rumah Singgah,Deputi Bidang Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Jakarta.. Daradjat, Zakiyah, 1970 Ilmu Jiwa Agama,Bulan Bintang, Jakarta. ___________, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,Jakarta : Bulan Bintang, 1969. Depag RI., 1971. Al-Qur'an dan Terjemahnya,Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur'an. Departemen Sosial, Modul-modul Kepelatihan Pekerja Sosial Rumah singgah, Analisis Kehidupan Anak Jalanan, Djatnika, Rachmat, 1996. Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia),Jakarta : Pustaka Panjimas. Gerungan, W.A, 1986. Psikologi Sosial,Bandung : Eresco. Gunarsa, Singgih D., dan Singgih, Gunarsa, D., Ny., 2000. Anak dan Remaja,Gunung Mulia, Jakarta. Hana, Mahmud, Attia, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan,Jakarta : Bulan Bintang, tth. Tt. Jalaluddin, 1998. Psikologi Agama,PT Raja Grapindo, Jakarta. Partowisastro, Koestoer, 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolahsekolah,Jilid I, Jakarta : Erlangga. Razak, Nasruddin, 2000. Dienul Islam,Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1973 Salahudin, Odi, Anak Jalanan Perempuan, Semarang : Yayasan Setara. Suaedy, Akhmad dan Arrani, Amiruddin, 1994. Dekonstruksi Syari’ah, LkiS dan Pustaka Pelajar Glagah, Jogjakarta. Walgito, 1977. Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,Yogyakarta : Andi Offset, 1995 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia,Bulan Bintang, Jakarta.
~ 56 ~