PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE SINGLE INDEX MODEL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Hafidz Nurizal NIM : 1112081000127
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE SINGLE INDEX MODEL
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh : Hafidz Nurizal NIM : 1112081000127
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 6 Oktober 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa : 1. Nama
: Hafidz Nurizal
2. NIM
: 1112081000127
3. Jurusan
: Manajemen/MIPS
4. Judul Skripsi
: Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Hafidz Nurizal
NIM
: 1112081000127
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Jurusan
: Manajemen/MIPS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan Skripsi ini, Saya : 1.
Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. 3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah melakukan pembuktian yang telah dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Mei 2016 Yang menyatakan
Hafidz Nurizal
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Hafidz Nurizal
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 15 Desember 1993
3. Alamat
: Jl. Lembang I Rt. 001/06 No.40 Kelurahan Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang 15151, Provinsi Banten
4. Telepon
: 0812 9731 8948
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SDN Sudimara Barat 05
Tahun 1999-2005
2. SMP Muhammadiyah 2 Ciledug
Tahun 2005-2008
3. SMAN 13 Tangerang
Tahun 2008-2011
4. Program Profesional TI Perbankan Syariah,
Tahun 2011-2013
CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia 5. Program Sarjana Strata 1 (S-1) Manajemen,
Tahun 2012-2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Pelatihan Pengaplikasian MYOB Accounting
Tahun 2011
2. Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Rohis SMAN 13 Tangerang
Tahun 2008-2009
2. Divisi Humas Ikatan Remaja Musholah An-Nur
Tahun 2013-2014
3. Staff Departemen Olahraga BEM FEB
Tahun 2013-2014
4. Staff Departemen Ekonomi Kreatif DEMA FEB
Tahun 2015-2016
v
V. KEPANITIAAN 1. Koordinator Divisi Humas Muharram
2013 oleh Remaja Islam
Musholah An-Nur 2. Koordinator Divisi Humas Maulid Nabi 2013 oleh Remaja Islam Musholah An-Nur 3. Koordinator Divisi Bendahara Isra Mi’raj 2014 oleh Remaja Islam Musholah An-Nur 4. Anggota Acara OPAK 2014 (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) oleh BEM FEB UIN 5. Divisi Humas Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) FEB Acara Pemilihan Umum Raya UIN 2014 6. Mentor Acara OPAK 2015 (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan) oleh DEMA FEB UIN 7. Koordinator Divisi Fun Race Acara Economy Expo 2015 oleh DEMA FEB UIN
vi
ABSTRACT
This study purpose to analyze the formation of the optimal portfolio in mutual funds shares of sharia by using the Single Index Model (SIM). The variable in this study is the Composite Stock Price Index (CSPI) against the net asset value (NAV). The sample in this study is a company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) is a stock mutual funds sharia period 2011-2015. Syariah equity funds which have as many as seven syariah mutual fund shares. This analysis tool to compare the value of Excess Return to Beta (ERB) with a value of Cut Off Point (C *) in determining the optimal portfolio. ERB stock having a value greater than or equal to the cut-off point is the share that will be included in the candidate optimal portfolio, which certainly has the right proportions of each month. The results showed that there are five sharia mutual fund shares that are candidates for the optimal portfolio has ERB value greater than the value of the cut-off point is Trim Syariah Saham ERBTrim > C* with value 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* with value 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* with value 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* with value 1.1334 > 0.024471134 and Manulife Syariah Sektoral Amanah ERBManulife > C* with value 0.091404 > 0.025047421.
Keywords: Single Index Model, Optimal Portfolio, Syariah Mutual Fund Shares
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan portofolio yang optimal pada instrumen reksadana saham syariah dengan menggunakan Single Index Model (SIM). Variabel pada penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB). Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu reksadana saham syariah periode 2011-2015. Reksadana saham syariah yang dipilih sebanyak tujuh reksadana saham syariah. Alat analisis ini membandingkan nilai Excess Return to Beta (ERB) dengan nilai Cut Off Point (C*) dalam menentukan portofolio optimal. Saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut off point adalah saham yang akan masuk dalam kandidat portofolio optimal, yang tentunya memiliki proporsi yang tepat pada setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima reksadana saham syariah yang menjadi kandidat portofolio optimal karena memiliki nilai ERB lebih besar dibanding nilai cut off point-nya yaitu Trim Syariah Saham ERBTrim > C* yaitu 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C* yaitu 0.091404 > 0.025047421.
Kata Kunci : Single Index Model, Portofolio Optimal, Reksadana Saham Syariah
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang mengadakan dan Yang mengembalikan makhluk-Nya, Yang Maha Membuat apa yang Dia kehendaki. Pemilik arsy yang agung, Pemberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju aturan (manhaj)-Nya yang lurus dan “jalan” yang kokoh. Pemberi nikmat kepada mereka setelah menyatakan syahadat tauhid dengan memelihara akidah mereka dari kegelapan akibat keraguan dan kebimbangan. Syukur Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang telah dilimpahkan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: “ Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model “ Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ix
1. Ibunda Siti Wahyuni dan ayahanda Damsyik M Noor., S.IP tercinta yang telah memberikan dukungan moral, material, spiritual, kasih sayang, cinta, dan tidak pernah berhenti mendoakan serta mendidik penulis dengan penuh kesabaran. Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini yang tidak terhingga. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada ibunda tercinta, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah mereka berikan, Aamiin Ya Robbal ’Alamin. 2. Kakaku Hari Fauzi dan Hadi Maulana Serta Adikku tercinta Hani Rismawati yang turut memberikan dukungan serta doa kepada penulis. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada kalian aamiin Ya Robbal ’Alamin. 3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, M.H, sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., M.A, sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
7. Bapak Dr. Herni Ali HT, S.E., MM, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis. 8. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan
waktu
dan
pikirannya
untuk
membimbing
dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada penulis 9. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini. 10. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan memberikan jalan bagi kami di konsentrasi MIPS ini. 11. Ibu Titi Dewi Warnida, S.E., M.M, sebagai Ketua Jurusan Manajemen 12. Ibu Ella Patriana, M.M, sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen 13. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis 14. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Pak Ajib, Bu Halimah, Bu Ofa, Pak Rahmat, Pak Bonik, Pak Sofyan.
xi
15. Teman seperjuanganku selama di CCIT FTUI dan MIPS, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan. 16. Sahabat-sahabatku
yang
telah
kuanggap
sebagai
keluargaku
Masnurdiyansyah Gestama, Ahmad Rozali, Alfin Nurfaiz, Pramonosidi Wijanarko, Subarkah Yudi Wijaya, Riyan Apriansyah, Rindo Khossario.
17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, tetapi mampu memberi semangat moril untuk tetap melanjutkan penulisan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan karena hanya ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta, 20 Mei 2016
Hafidz Nurizal
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..........................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................
v
ABSTRACT ..................................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xx
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
14
1. Tujuan Penelitian ...........................................................
14
2. Manfaat Penelitian .........................................................
14
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
16
A. Landasan Teori ......................................................................
16
1. Investasi ..........................................................................
16
BAB II
xiii
2. Tingkat Keuntungan .......................................................
20
3. Tingkat Risiko ................................................................
21
4.
Portofolio .......................................................................
26
a. Pengertian Portofolio ..........................................
26
b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal ........
27
c. Penentuan Portofolio Optimal .............................
30
5. Portofolio Efisien ............................................................
34
6. Seleksi Portofolio Optimal ..............................................
35
7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .........................
37
8. Pasar Modal .....................................................................
37
9. Instrumen Pasar Modal ...................................................
39
10. Reksadana Syariah ..........................................................
41
11. Pihak-pihak yang terlibat ................................................
42
12. Jenis-jenis Reksadana......................................................
45
13. Keuntungan Reksadana Syariah ......................................
51
14. Risiko Investasi Pada Reksadana Syariah .......................
54
15. Nilai Aktiva Bersih (NAB) .............................................
55
16. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi
BAB III
Prinsip-prinsip Syariah ....................................................
56
B. Penelitian Terdahulu .............................................................
58
C. Kerangka Pemikiran .............................................................
66
D. Hipotesis ...............................................................................
68
METODE PENELITIAN .........................................................
69
xiv
BAB IV
A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
69
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................
69
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................
70
D. Metode Analisis Data ............................................................
71
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................
79
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
79
A. Hasil Penelitian ....................................................................
80
1. Mendeskripsikan Perkembangan NAB, IHSG dan SBI ....
80
2. Menghitung Realized Return, Expected Return, Standar Deviasi dan Varian dari Masing-masing saham Individual, IHSG dan SBI ...................................................................
84
3. Menghitung Alpha, Beta dan Variance Error Masingmasing saham....................................................................
85
4. Menghitung Nilai Excess Return to Beta (ERB) dan Nilai Ci Masing-masing saham ......................................................
87
5. Menentukan Cut Off Point (C*) ........................................
88
6. Menentukan Saham Kandidat Portofolio ..........................
90
7. Menentukan Portofolio Optimal dan Proporsi Dana Masing-masing Saham Pembentuk Portofolio .................
90
8. Menentukan Koefisien Korelasi dan Covariance Antar Saham Pembentuk Portofolio Optimal .............................
91
9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko Portofolio ..........................................................................
xv
94
B. Pembahasan ...........................................................................
96
PENUTUP ..................................................................................
107
A. Kesimpulan ...........................................................................
107
B. Implikasi ................................................................................
108
C. Saran ......................................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
111
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
112
BAB V
xvi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Reksadana Syariah ......................................
7
1.2
Perkembangan Reksadana Saham Syariah ...........................
9
2.1
Penelitian Terdahulu ............................................................
62
3.1
Sampel Reksadana Saham Syariah ......................................
70
3.2
Operasional Variabel Penelitian ...........................................
79
4.1
Data IHSG ............................................................................
81
4.2
Data Return IHSG ................................................................
81
4.3
Data SBI ...............................................................................
82
4.4
E(Ri), STDev dan Varian Saham Individual .........................
85
4.5
Alpha, Beta dan Variance Error Saham Individual..............
86
4.6
Hasil Perhitungan ERB dan Peringkat ERB Rekadana Saham Syariah .......................................................................
4.7
87
Perbandingan Nilai ERB dan C* pada Reksadana Saham Syariah ...................................................................................
89
4.8
Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan (Xi) ........................
90
4.9
Perhitungan Koefisien Korelasi dan Kovarians Reksadana Saham Syariah .......................................................................
4.10
Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio ...........................................................
4.11
91
Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk
xvii
92
Portofolio ..............................................................................
93
4.12
Perhitungan Return Portofolio Reksadana Saham Syariah ...
94
4.13
Perhitungan Risiko Portofolio Reksadana Saham Syariah ...
95
xviii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..............................................................
67
4.1
Proporsi Dana Investasi.........................................................
104
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Reksadana Saham Syariah yang Menjadi Sampel ........
113
2.
Data Rerturn Reksadana Saham Syariah setelah diolah .......
113
3.
Data IHSG Sebelum di Olah .................................................
115
4.
Data SBI Sebelum di Olah ....................................................
115
5.
Data Return IHSG Setelah di Olah .......................................
116
6.
Data (Rf) SBI Setalah di Olah ...............................................
116
7.
Hasil Perhitungan Nilai Cut Off Point (C*) ..........................
117
8.
Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB
117
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan era modern seperti saat ini kegiatan dan pengelolaan dana sangat berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan cara berinvestasi pada pasar uang maupun pasar modal. Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal (Astuti dan Sugiharto, 2005 : 251). Investasi yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito, SBI dan valuta asing, sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti saham dan obligasi. Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat memberikan banyak peluang bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Bagi investor yang suka dengan risiko dapat menanamkan modalnya di pasar modal berupa saham, dengan imbalan pendapatan (return) yang tinggi. Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : 103) risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Investor dalam berinvestasi, di samping menghitung return yang diharapkan juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus pandai-pandai mencari alternatif investasi yang menawarkan tingkat return diharapkan yang paling
1
1
tinggi dengan risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu pada tingkat risiko terendah. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menentukan strategi yang baik. Husnan (2005 : 54) menjelaskan bahwa untuk dapat meminimalkan risiko investasi, pemodal dapat melakukan diversifikasi yaitu dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka, dengan kata lain mereka membentuk portofolio. Untuk memperoleh tingkat keuntungan investasi yang masksimal dengan tingkat resiko yang tertentu maka sebaiknya investor memegang beberapa saham (Portofolio) dari perusahaan (Emiten) yang berbeda sektor industrinya. Hal ini merujuk pada nasehat-nasehat lama yaitu jangan menaruh sebuah telur dalam satu keranjang yang sama ini menunjukkan bahwa dengan memegang beberapa saham maka akan terjadi proses diversifikasi (penyebaran resiko). Artinya apabila salah satu saham investor mengalami penurunan harga maka investor tidak akan mengalami kerugian yang signifikan karena masih memiliki jenis saham yang lain. Karena risiko kerugian saham yang menurun harganya masih dapat dicover oleh saham yang lainnya yang harganya tidak mengalami penurunan. Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
2
Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Seorang investor yang rasional akan memusatkan perhatiannya pada 1) Tingkat return tertinggi dengan tingkat risiko tertentu, dan 2) tingkat return tertentu dengan risiko yang rendah. Kedua kondisi tersebut menunjukkan investasi pada kondisi yang optimal. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang optimal, investor harus menetukan strategi yang baik. Kalangan Fund Manager dan analis selalu merujuk nasehat-nasehat lama jangan menaruh telur dalam satu keranjang, di dalam investasi pun demikian jangan meletakkan dana hanya dalam satu jenis saham hal ini biasa disebut dengan istilah diversifikasi saham. Sehingga untuk mengurangi risiko, investor dapat melakukan diversifikasi saham dengan membentuk suatu portofolio saham. Masalah yang sering terjadi adalah investor berhadapan dengan ketidakpastian ketika harus memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi portofolio pilihannya. Sudah barang tentu hal jawabannya adalah tergantung preferensi risiko para investor itu sendiri. Para investor berhadapan dengan banyak kombinasi saham dalam portofolio. Pada akhirnya harus mengambil keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Seorang investor yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal (Jogyianto, 2013:
3
337) yang dapat meminimalkan risiko pada tingkat keuntungan tertentu atau mendapatkan return maksimal pada tingkat risiko tertentu. Pasar
modal
merupakan
salah
satu
wahana
investasi
bagi
masyarakat.Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana (Bapepam-LK, 2012:1). Reksadana merupakan wadah yang cukup diminati oleh sebagian besar investor di Indonesia. Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono, 2008:199). Saat ini Reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan
4
Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Dalam penyusunan portofolio investasinya, reksadana syariah hanya dapat menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas dari riba dan praktek-praktek tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau perusahaan atau pihak-pihak penerbit instrumen investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah seperti riba, perjudian, pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain. Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64) investor dalam berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: (1) reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi (2) reksadana syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam efek ekuitas serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang (3) reksadana pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang ditawarkan juga rendah (4) reksadana terproteksi, reksadana ini memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan
5
pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman. Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi. Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (Outstanding) yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer Investasi dan nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Januari 2011 – Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.1
6
Tabel 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. terdiri dari beberapa jenis reksadana yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Indeks dan Reksadana Campuran. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana syariah dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014 - 2015, yaitu naik 30% dari 70 reksadana syariah di tahun 2014 menjadi 85 reksadana syariah di tahun 2015. Selain jumlah reksadana syariah yang meningkat, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga 2015. Sampai September 2015 total NAB reksadana syariah mencapai Rp 10.770.74 miliar dan telah terdapat 86 reksadana syariah yang dinyatakan efektif
7
oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan reksadana syariah di Indonesia yang semakin baik hal ini juga mendorong minat para investor untuk mengalokasikan dananya pada produk reksadana saham syariah yang pertumbuhannya juga mengalami peningkatan yang sangat baik. dengan melihat jenis-jenis produk reksadana syariah yang memiliki karakterisitik yang berbeda-beda dengan melihat pertumbuhan reksadana saham syariah yang cukup baik menjadikan investor lebih tertarik untuk meninvestasikan dananya kepada produk reksadana saham syariah. Selain itu ketertarikan investor pada reksadana saham syariah ini ditunjang oleh potensi petumbuhan nilai investasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan reksadana yang lainnya. Dari definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK reksadana saham marupakan reksadana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat sekuritas (saham).
8
Perkembangan Reksadana Saham Syariah di Indonesia Januari 2011 – Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Perkembangan Reksadana Saham Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah Perkembangan reksadana saham syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.2 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana saham syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana saham syariah dari tahun 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksadana saham syariah pada tahun 2011 - 2014, yaitu dari Rp. 1.588.63 Miliar naik ke angka Rp. 6.135.79 Miliar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pertumbuhan dan meningkatnya jumlah reksadana saham syariah tetapi juga baiknya kinerja dari reksadana dan manajer investasi saham syariah dengan mengelola dana yang ditanamkan oleh para investor. Akan tetapi apabila melihat Nilai Aktiva Bersih dari reksadana saham syariah pada September
9
2015 NAB pada tahun berikut mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni turun dari Rp. 6.135.79 Miliar pada tahun 2014 ke Rp. 5.206.85 Miliar pada tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan roda perekonomian secara global yang sisebabkan oleh menguatnya nilai mata uang Dollar Amerika Serikat serta adanya devaluasi nilai mata uang Cina sehingga menyebabkan melemahnya nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika Serikat yang berdampak pada kegiatan investasi di Indonesia. Reksadana saham syariah yang saat ini mulai banyak dilirik oleh investor memiliki karakteristik yang berbeda daripada reksadana saham konvensional biasa, jenis kegiatan usaha perusahaan dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), unsur haram yang disyaratkan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI pada umumnya terkait dengan : Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi, Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi Konvensional (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008 : 169). Bagi investor muslim bukan hanya hal tersebut yang harus diperhatikan, akan tetapi sejauh mana investasi yang dilakukan tidak bertentangan dengan aspek syari’ah. Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi data maka semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi, peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang
10
efisien diberbagai instrumen investasi. Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi. Portofolio juga dapat diartikan gabungan dari beberapa aktiva, surat-surat berharga, saham atau kesempatan investasi. Untuk membentuk portofolio yang optimal, investor harus menentukan portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terendah, atau resiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih oleh seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien. Berbagai metode telah diaplikasikan dalam upaya untuk menentukan portofolio yang optimal salah satu cara diantaranya adalah dengan penggunaan Model Indeks Tunggal (Single Index Model). Investasi pada dasarnya adalah uang yang dipakai untuk menghasilkan uang. Uang diinvestasikan dalam objek yang telah memberikan hasil, tetapi perlu diingat bahwa investasi dapat bertambah dan dapat pula merosot nilainya, misalnya hasil yang didapat relatif kecil atau jumlah pokoknya merosot. Berarti melakukan investasi mengandung resiko. Resiko saham secara umum dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis (Systematic Risk) atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum, resiko ini tidak dapat dihindari. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas
return
suatu
investasi.
Sedangkan
risiko
tidak
sistematis
(Unsystematic Risk) merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara
11
keseluruhan. Resiko ini dapat dihindari melalui diversifikasi saham. Risiko perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Pada umumnya investor adalah Risk Averse. Risk Averse adalah investor yang jika dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan sama dan resiko berbeda, maka ia memilih investasi dengan tingkat resiko lebih rendah, dan jika mempunyai beberapa pilihan portofolio efisien, maka pirtofolio yang optimal yang akan dipilih. Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi merupakan penggunaan uang untuk obyek-obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan, dan selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur. Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik analisa portofolio optimal adalah menggunakan model indeks tunggal. Analisis atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan Excess Return to Beta (ERB) dengan Cut Off Point-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang memiliki ERB lebih besar darai Ci ( ERB > C*) dijadikan sebagai kandidat portofolio, sedang sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB ( ERB < C* ) maka tidak diikutkan sebagai kandidat portofolio. Pemilihan saham dan penentuan portofolio optimal yang dilakukannya didasari oleh pendahulunya Harry Markowitz, yang
12
dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, dan dianalisis untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap portofolio optimal dari atau sebaliknya. Analisis portofolio dengan model indeks tunggal yang dilakukan secara konsisten dapat digunakan untuk menentukan return maksimal pada risiko yang minimal, dengan cara menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat resiko masing-masing saham yang diamati, dan return saham yang dapat dilihat dari dividen yang dibagikan dan capital gain saham dalam beberapa periode pengamatan (Ryan Oktanto, 2007 : 1). Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (Volatility Return) suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto : 2013 : 405). Indeks beta merupakan salah satu alat ukur yang akurat untuk mengukur suatu portofolio yang mempunyai risiko terendah, maka saham yang dipilih adalah saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, portofolio saham dapat mengurangi resiko yang timbul (Yuli Kurniyati, 2007 : 5). Rasionalitas investor diukur sejauh mana investor melakukan prosedur pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dari data historis Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada reksadana saham syariah terdaftar. Permasalahan ini dapat dijawab melalui dua pendekatan, pertama dengan melakukan perhitungan untuk memilih saham dan menentukan portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal kedua menguji return dan resiko saham yang masuk dalam kandidat protofolio. Pemilihan Obyek-obyek penelitian dengan menggunakan produk reksadana saham syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK.
13
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model ” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : . Reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan sebagai kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model)? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengetahui reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan sebagai kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model). 2. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi para pembaca maupun penyusun khususnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1) Bagi Masyarakat Memperluas pengetahuan tentang ilmu ekonomi khususnya dalam pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham
14
syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model). 2) Bagi Investor Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bagi para investor dalam memilih saham-saham syariah yang terdapat pada produk reksadana saham syariah. 3) Bagi Akademisi Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan sebagai bahan tambahan tentang pasar modal dan investasi syariah. Menambah pengetahuan tentang pasar modal syariah dan pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham syariah dengan menggunakan Single Index Model.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Eduardus Tandelilin, 2010: 2). Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dollar pada masa depan (Sharpe, 1995: 1). Ini berarti adalah penanaman modal saat ini untuk diperoleh manfaatnya di masa depan. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya (Huda, 2008: 8). Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan lainnya. Tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan. Dalam konteks perekonomian dan Bisnis, menurut Eduardus Tandelilin (2010: 4) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain: 16
16
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak merupakan keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal tersebut di masa depan selalu akan dilakukan. 2. Mengurangi tekanan inflasi. Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindarkan dalam kehidupan Ekonomi dan Bisnis, yang dapat dilakukan adalah meminimalkan risiko akibat adanya inflasi, hal demikian karena variabel inflasi dapat mengoreksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam sebuah bisnis tertentu dapat dikategorikan sebagai langkah mitigasi yang efektif. 3. Sebagai dana untuk menghemat pajak. Di beberapa negara belahan dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada usaha tertentu Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995: 11), pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain:
17
1. Menentukan kebijakan investasi. Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. 2. Analisis sekuritas. Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari asset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknis yang meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham perusahaan tersebut. Klasifikasi kedua adalah analisis fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian
18
mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat. 3. Pembentukan portofolio. Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam
investasi mereka dengan kata lain
investor membentuk portofolio. Selektifitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap
sekuritas.
Penentuan
waktu
disebut
juga
sebagai
macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu. 4. Melakukan revisi portofolio. Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk
19
portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri. 5. Evaluasi kinerja portofolio. Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Untuk melakukan kegiatan investasi, khususnya investasi saham dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana yang harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham. 2. Tingkat Keuntungan Tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi saham adalah adanya keuntungan yang diterima dimasa depan, karena investasi
saham mengandung resiko, maka keuntungan yang
diharapkan belum tentu sama dengan keuntungan yang sesungguhnya. Keuntungan dan pendapatan investasi saham berupa Capital Gain dan Deviden. Capital Gain diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli sedangkan Deviden diperoleh dari pembagian laba bersih perusahaan. Expected return Tingkat pengembalian yang diharapkan diterima dari suatu investasi, rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas
20
atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang terjadi. Perhitungan tingkat pengembalian yang diharapkan dapat dinyatakan dalam suatu pernyataan yaitu : E(Rs) = ∑ Tingkat pengembalian (Return) return dari suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut. Rp
∑
3. Tingkat Resiko Seorang investor yang hanya menghitung return saja untuk suatu investasi
tidaklah
diperhitungkan.
cukup.
Risiko
dari
investasi
juga
perlu
Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak
terpisah, karena pertimbangan
suatu investasi merupakan trade-off
dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 20013: 257). Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan adalah risiko apabila hasil keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnnya dengan pasti, akan tetapi tahu probabilitasnya (nilai kemungkinan), dimana ketidak pastian tersebut (uncertainly) dapat diukur dengan probabilitas. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi tiga (Abdul Halim, 2005: 42) yaitu:
21
1. Risk Seeker, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi yang risiko lebih besar. Biasanya investor jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. 2. Risk Neutrality, merupakan investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko, investor jenis ini umumnnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan investasi. 3. Risk Averter, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua
pilihan
investasi
yang
memberikan
tingkat
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi yang dengan risiko yang lebih kecil, biasanya investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan
secara
matang
dan
terencana
atas
keputusan investasinnya. Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 103), Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:
22
1. Risiko suku bunga Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun harga saham naik. Mengapa demikian? Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa menarik minat investor
yang
sebelumnya
berinvestasi
di
saham
untuk
memindahkan dananya dari saham ke dalam deposito. Jika sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka banyak investor yang menjual saham, untuk berinvestasi dalam bentuk deposito. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual saham, cateris paribus, maka harga saham akan turun. 2. Risiko pasar Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi Ekonomi dan Bisnis, kerusuhan ataupun perubahan politik.
23
3. Risiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investoe biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya. 4. Risiko bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. 5. Risiko finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 6. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bila diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu
24
sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 7. Risiko nilai tukar mata uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (Negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang Negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk). Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua (Abdul Halim, 2005:43) yaitu : a. Risiko sistematis (Systematic Risk) Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro dipengaruhi faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan sebagai contoh faktorfaktor makro tersebut adalah perubahan tingkat bunga, kurs valas, dan kebijakan pemerintah. Sehingga sifatnya umum dan berlaku bagisemua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko ini juga disebut undiversiable riks. b.
Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk) Merupakan risiko yang dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya dalam suatu perusahaan atau industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda anatara satu saham dengan saham lain. Karena perbedaan inilah,
25
maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur asset tingkat likuiditas, dsb. Risiko ini juga disebut diversifiable riks. 4. Portofolio a. Pengertian Portofoilo Menurut Irham dan Yovie (2009:2) Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi secara
seminimal
mungkin,
termasuk
salah
satunya
dengan
menganekaragamkan risiko tersebut. Teori ini disebut teori portofolio karena mempunyai cara mengestimasikan dana kedalam bentuk suratsurat berharga, teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa pemilik modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat berharga dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan kemudian ingin mendapatkan santunan (penghasilan) yang lebih tinggi. Dalam teori ini resiko investasi dalam saham didefinisikan sebagai investasi standar dan tingkat keuntungan. Menurut Jones (2003:3), “ Portfolio is the securities held by an investor taken as a unit ” Artinya Portofolio adalah sejumlah sekuritas yang di pertahankan oleh investor dalam satu kesatuan. Resiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin membentuk portofolio
26
yang meimiliki resiko rendah, maka saham-saham yang dipilih bukanlah saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah, apabila portofolio tersebut mewakili kesempatan investasi yang ada, maka portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar. Manajer yang ingin mengubah resiko pasar yang dihadapinya dapat melakukan hal tersebut dengan jalan merevisi beta dari portofolio. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyeimbangkan kembali portofolio saham yang akan menghasilkan beta yang diinginkan dalam proses minimisasi
risiko potorfolio, varian
(standar deviasi)
pengembalian merupakan alat ukur resiko portofolio, sebagai tambahan kemungkinan tidak tercapainya pengembalian diharapkan dapat dihitung. Jenis analisis ini disebut analisis resiko kerugian. Portofolio normal merupakan tolak ukur yang disesuaikan terdiri dari sekumpulan sekuritas yang umumnya dipilih dan ditimbang manajer yang umumnya dilakukan. Pembentukkan portofolio normal bukanlah merupakan hal yang mudah dilakukan. Kesimppulan yang didapat portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga. b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Single Index Model Metode Single Index adalah metode yang dikembangkan oleh Sharpe. Metode ini dapat digunakan untuk menyederhanakan
27
perhitungan dari Metode Markowitz dengan menyediakan parameterparameter input yang dibutuhkan di dalam Metode Markowitz. Di samping itu, metode indeks tunggal dapat juga digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan juga risiko portofolio (Jogiyanto, 2013:369). Metode
indeks
tunggal
mengasumsikan
bahwa
tingkat
pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam metode (Abdul Halim, 2005: 82). Metode indeks tunggal dapat digunakan dalam penentuan portofolio optimal dengan cara membandingkan excess return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci). Excess return to beta (ERB) merupakan kelebihan return saham atas return aset bebas risiko (risk free rate) yang disebut dengan return premium per unit risiko yang diukur dengan beta. Cut-off-rate (Ci) merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap variance error saham. Konsep penghitungannya didasarkan pada metode perhitungan Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan ranking (urutan) saham-saham yang memiliki ERB tertinggi ke ERB yang lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui kelebihan return saham terhadap return bebas resiko per unit resiko. Saham -
28
saham yang mempunyai excess return to beta (ERB) sama dengan atau lebih besar dari cut-off-point (C*) merupakan kandidat dalam pembentukan portofolio optimal. Metode ini mengaitkan perhitungan return setiap asset ada return indeks pasar. Secara matematis, metode indeks tunggal adalah sebagai berikut (Eduardus Tandelilin, 2010:132). Ri = αi + βi Rm + ei Dimana: Ri = return sekuritas i Rm = return indeks pasar αi = bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar βi = ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar ei = kesalahan residual Perhitungan return sekuritas dalam metode indeks tunggal melibatkan dua komponen utama (Eduardus Tandelilin, 2010: 132), yaitu: 1. Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan dilambangkan dengan αi 2. Komponen return yang terkait dengan pasar dilambangkan dengan βi Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadiankejadian
mikro
yang
hanya
mempengaruhi
perusahaan
bersangkutan. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar
29
menyangkut
kejadian-kejadian makro yang
mempengaruhi
seluruh perusahaan. Komponen kesalahan residual (ei) merupakan perbedaan antara sisi kiri persamaan (Ri) dengan sisi kanan persamaan (αi + βi Rm). Kerena metode indeks tunggal, per definisi, merupakan persamaan, maka sisi kanan dan sisi kiri harus sama. Beta (β) merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return pasar. Asumsi yang dipakai dalam metode indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respons yang sama terhadap return pasar (Eduardus Tandelilin, 2010: 133). c. Penentuan Portofolio Optimal Penentuan portofolio optimal dengan menggunakan single index model (SIM). 1). Investasi Portofolio Teori portofolio pertama kali dikembangkan oleh Harry Markowitz (1952). Menurut Markowitz, Portofolio adalah mengajarkan tentang berinvestasi dengan cara memecah
dana
yang
diinvestasikan
tersebut
untuk
kemudian meletakannya bukan pada satu jalur namun pada jalur yang berbeda-beda (Irham dan Yovi, 2009:58)
30
Dengan demikian, portofolio merupakan investasi dalam bentuk sekuritas saham-saham yang memiliki risiko, sehingga investor harus dapat memperkirakan berapa keuntungan yang diharapkan, serta berapa penyimpangan yang terjadi dari hasil yang diharapkan (Expected Return) dari portofolio secara sederhana adalah rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masingmasing saham. Faktor penimbang adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham (Abdul Halim, 2006:37) Dalam hal ini Expected Return dari portofolio atau tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dari sahm i (Abdul Halim, 2006:37). 2). Proses investasi Untuk
mencapai
tujuan
investasi,
investasi
membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan
tersebut sudah mempertimbangkan
ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko juga risiko yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995:11), pada dasarnya ada beberapa tahapan dakam pengambilan keputusan investasi antara lain
31
a. Menentukan kebijakan investasi Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi
dan
kemampuan/kekayaannya
yang
dapat
diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh memahami
banyak bahwa
keuntungan ada
saja,
kemungkinan
tetapi
juga
risiko
yang
berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. b.
Analisis sekuritas Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari asset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknis yang meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham perusahaan tersebut. Klasifikasi
32
kedua adalah analisis fundamental berupaya meramalkan saat
dan
besarnya
aliran
tunai
dan
kemudian
mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat. c.
Pembentukan portofolio Pada
tahapan
ketiga
ini
adalah
membentuk
portofolio yang melibatkan identifikasi assett khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata lain investor membentuk portofolio. Selektifitas juga disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan waktu disebut juga sebagai macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi konstruksi
portofolio
sedemikian
rupa
sehingga
meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.
33
d. Melakukan revisi portofolio. Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan
waktu,
investor
mungkin
mengubah
tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri. e. Evaluasi kinerja portofolio Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan. Untuk melakukan kegiatan investasi, khususnya investasi saham dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana yang harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham. 5. Portofolio Efisien Portofolio efisien (Efficient Portfolio) adalah portofolio yang berada didalam kelompok yang layak menawarkan kepada para investor ekspektasi return maksimum atas berbagai level resiko dan juga resiko minimum untuk berbagai level ekspetasi
34
return. Efisien selalu dilihat dari segi biaya, maka portofolio yang efisien juga melihat dari segi biaya yang paling efektif dari berbagai portofolio yang ditawarkan, karena setiap investor tidak menginginkan menginvestasikan dananya pada tempat-tempat yang dianggap tidak efisien. Investor dapat menentukan kombinasi dari aspek-aspek dan membentuk portofolio, baik yang efisien maupun tidak efisien. Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat memberikan kombinasi tingkat resiko dan keuntungan yang optimal. Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi kondisi berikut (Abdul Halim, 2005:54) : a. Memberikan ER (Expected Return) terbesar dengan resiko yang sama, atau b. Memberikan resiko terkecil ER (Expected Return) yang sama. 6. Seleksi Portofolio Optimal Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu. Karakteristik seperti ini disebut sebagai portofolio yang efisien. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien (Eduardus Tandelilin, 2010: 157).
35
Pembentukan portofolio yang efisien kita harus berpegang pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang diambilnya. Salah satu asumsi yang paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai risiko. Investor seperti ini jika dihadapkan pada dua pilihan investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang berbeda, akan cenderung memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulam portofolio efisien. Tentunya investor memilih portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap
return
maupun
terhadap
risiko
yang
bersedia
ditanggungnya. Sebagaimana telah disebutkan di bagian awal, dalam teori portofolio dikenal adanya konsep portofolio efisien dan portofolio optimal. Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan return maksimal bagi investor dengan tingkat risiko tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien. (Eduardus Tandelilin, 2010: 158) Pemilihan portofolio optimal didasarkan pada preferensi investor terhadap return yang dihadapkan dan risiko yang ditunjukkan oleh kurva
36
indiferen.
Kurva
indiferen
merupakan
suatu
kurva
yang
menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikan tingkat pengembalian yang sama (indifference) bagi investor. Kemiringan (slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal dari tingkat pengembalian dan risiko. (Abdul Halim, 2005: 61). 7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite stock price index menggunkan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. Sebagai contoh
IHSG
dimasing-masing
negara
memiliki
tingkat
perkembangan yang berbeda. Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat disuatu bursa efek. Maksud gabungan seluruh saham ini adalah kinerja saham yang dimaksudkan dalam perhitungan seluruh saham yang tercatat dibursa tersebut. 8. Pasar Modal Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, pasar modal
didefinisikan sebagai
“Kegiatan
yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
37
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Samsul (2008: 43), mengartikan pasar modal sebagai sarana atau tempat bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Pada dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 1). Pasar modal memiliki peran besar bagi Ekonomi dan Bisnis suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus fungsi Ekonomi dan Bisnis dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi Ekonomi dan Bisnis karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak
yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak
yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
38
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Dengan adanya pasar modal, diharapkan aktivitas perekonomian dan bisnis dapat meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan meningkatkan
pendapatan
perusahaan
dan
kemakmuran
masyarakat luas (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 3). 9.
Instrumen Pasar Modal Bentuk instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa: (1) saham (2) obligasi (3) bukti right dan (4) produk turunan atau biasa disebut derivative. (Samsul, 2006: 45). a. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya
disebut
juga
sebagai
pemegang
saham
(shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham (DPS).
39
b. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi
(bondholder)
dan pemegang obligasi
akan
menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali. c. Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham lama, harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price atau exercise price). d. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang obligasi pada saat perusahaan menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun.
40
10. Reksadana Syariah Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN/-MUI/IV/2001, Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Shahibul maal / rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil pengguna investasi, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguunaan investasi. Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang beratrti kelola atau pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokokpokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79). Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah Investment Trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similiar financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad
41
Rodoni, 2009:80). Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip – prinsip syariah. Dari sisi tujuan reksadana syariah dapat disejajarkan dengan Social Responsible Investment (SRI) atau Etihcal Investment,
Socially
Aware
Investment
dan
Value-Based
Investment. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini tanpa harus mengabaikan keinginan investornya (Sofiyanti Ghufron dkk, 2005:15-16 ). 11. Pihak-pihak yang Terlibat Menurut Ahmad Rodoni (2009:87) seorang calon investor yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu: 1. Perusahaan Reksadana Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham Reksadana.
42
2. Manajer Investasi Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari BapepamLK sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan Reksadana. Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor. Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi akan
melakukan
pengelolaan
investasi,
sesuai
dengan
kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses
43
investasi yang dilakukan, antara lain: a) Melakukan analisis makro dan mikro b) Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek utang atau efek saham). c) Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih) d) Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi e) Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker) f) Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio 3. Agen Penjualan Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung kepada masyarakat cabangnya
atau
subagensi
pemodal melalui cabanglainnya.
Transaksi
jual-beli
berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi. 4. Kustodian Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang
berhubungan
dengan
keputusan
investasi.
Untuk
menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan manajer investasi. Kustodian umumnya
44
adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari BapepamLK sebagai kustodian. Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam-LK untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee. 5. Transfer Agent Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang saham yang uptodate. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan kepada kustodian. 12. Jenis-jenis Reksadana Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu: 1. Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum a) Reksadana berbentuk perseroan Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana)
45
merupakan suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT Reksa Dana akan
memperoleh
keuntungan
dalam
bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang memiliki saham pada perusahaan tersebut. b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor.
Dengan
begitu
reksadana
KIK
bukan
merupakan reksadana yang berbentuk badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank
kustodian
diberikan
wewenang
untuk
melaksanakan investasi penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah
46
reksadana berbentuk KIK. 2. Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (close-end). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham tersebut dilakukan melalui manajer investasi. Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) / Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.
47
3. Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi menjadi empat kategori, yaitu: a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF) Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang yaitu efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi, serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun). b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund / FIF) Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko relatif besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan
48
investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF) Reksadana
saham
adalah
reksadana
yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini
memiliki
tingkat
risiko
yang paling
tinggi
dibandingkan dengan jenis reksadana lain, tentunya juga memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi
berupa
capital
gain
melalui
pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen.
49
d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF) Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan. Reksadana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Perkembangan terakhir, Bapepam-LK mengeluarkan aturan baru berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang sedikit berbeda dari reksadana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksadana tersebut adalah sebagai berikut (Mohamad Heykal, 2012:96) : a. Reksadana
Terproteksi
(Capital
Protected
Fund) Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi. Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor masih punya peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih).
50
b. Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund) Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi dan bank kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk mengawasi ketaatan manajer investasi). Manajer
investasi
wajib
menginvestasikan
sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang yang masuk kategori layak investasi. c. Reksadana Indeks Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang menjadi bagian indeks acuan. 13. Keuntungan Reksadana Syariah Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa
51
keuntungan dalam menginvestasikan melalui reksadana: 1. Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan likuiditas disini adalah kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya. 2. Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang handal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari reksadana tersebut. 3. Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan seluruh dana di dalam suatu satu peluang investasi, dengan maksud membagi risiko. 4. Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor sehingga besarnya kemampuan
52
melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi yang murah. Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Ahmad Rodoni, 2009:94) : a) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten) merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana. b) Meningkatkan
peranan
swasta
nasional
dalam
menghimpun dana masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan
capital
outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca pembayaran (balance of payment). c) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal
Indonesia,
likuiditas
bursa
sehingga dan
dapat
kapitalis
meningkatkan pasar
(market
capitalization). Tingginya transaksi perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing (capital inflows)
sehingga
makin
menguatkan
neraca
pembayaran.
53
d) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank ke capital market. 14. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor berinvestasi di reksadana, antara lain: a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya nilai unit penyertaan. b. Risiko Likuiditas Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut. c. Risiko Politik dan Ekonomi Perubahan
kebijakan
di
bidang
politik
dan
ekonomi
mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang mempengaruhi efek yang termasuk dalam portofolio reksadana. d. Risiko Wanprestasi Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang
54
mengasuransi harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat mempengaruhi penurunan NAB yang bersangkutan. 15. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang timbul selama reksadana diperdagangkan. Aktiva reksadana berasal dari nilai porttofolio reksadana, yang dapat berupa Kas, Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Saham, Obligasi dan Efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee Manajer Investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar, fee pialang yang belum dibayar, pembelian efek yang belum dilunasi dan pajak-pajak belum dibayar. Unit penyertaan (UP) adalah sauan kepemilikan investor atas reksadana. Sedangkan NAB per Unit penyertaan berarti nilai NAB dibagi dengan Unit Penyertaan (UP) yang beredar (Outstanding). Secara singkat NAB/Unit dapat dijelaskan sebagai harga beli per Unit penyertaan jika investor ingin berinvestasi direksadana, sekaligus sebagai harga jual per Unit penyertaan jika
55
investor ingin mencairkan investasinya. Informasi NAB/Unit menjadi indikator untung ruginya investasi, dengan mengetahui pada harga berapa investor membeli dan pada harga berapa investor menjualnya. 16. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam – LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah (Indonesia Stock Exchange, 2010: 13): 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2.
Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli risiko yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan : a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram lidzatihi). b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan
56
atau c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 4.
Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI. Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah: 1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas. 2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa
dan
perdagangan
dengan
penawaran dan permintaan palsu 3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut: a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%). b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan
dengan
total
pendapatan
(revenue) tidak lebih dari 10%.
57
B. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Riska Rosdiana (2012), mengenai “Analisis optimalisasi portofolio saham syariah (studi kasus pada jakarta islamic index tahun 2006-2010) “ dalam anailisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas, dengan menggunakan metode single index model dan cosntant correlation peneliti menemukan portofolio optimal yang terbentuk dengan metode single index model memberikan hasil rata-rata return portofolio yaitu sebesar (Rp) 0.1437 dan rata-rata resiko portofolio sebesar 0.3716 sedangkan portofolio yang terbentuk dengan metode constant correlation memberikan hasil rata-rata return portofolio sebesar (Rp) 0.1170 dan rata-rata resiko portofolio sebesar 0.005712. Penelitian yang dilakukan oleh Edgar Pandu Putra (2012), mengenai
“Optimalisasi
portofolio
pada
index
LQ-45
dengan
membandingkan metode single index model dan constant correlation periode agustus 2009 - juli 2012 “ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode
single
index
model
dan
constant
correlation.
Dengan
menggunakan metode single index model peneliti menemukan sahamsaham syariah yang terdiri dari UNTR, GGRM, KLBF, ASII, BBRI, BBCA, INDF, BBNI, dan BMRI. Dari portofolio tersebut didapat expected return sebesar 18,828% dan risk sebesar 2,494%. Sedangkan portofolio yang dibentuk oleh metode constant correlation terdiri dari
58
ASII, GGRM, INTP, JSMR, KLBF, PTBA, SMGR, dan UNTR. Dari portofolio tersebut didapat expected return 19,707% dan risk sebesar 1,584%. Penelitian yang dilakukan oleh J. Francis Mary, G. Rathika (2015), mengenai “ The single index model and the construction of optimal portfolio with CNXPHARMA SCRIP ” pada periode September 2010 – September 2014 dengan menerapkan metode single index model sharpe menggunakan harga penutupan bulanan 10 sample perusahaan yang terdaftar pada NSE dan harga indeks CNX PHARMA. Peneliti menemukan bahwa hanya ada satu perusahaan yang terpilih untuk keputusan investasi dengan nilai cut off point -0.111182. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2011), mengenai “ Analisis pembentukkan portofolio optimal pada saham LQ-45 dan JII di Bursa efek indonesia dengan metode single index model dan cut off point “ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode single index model dan cut off point. Pada periode 2006 - 2010 Dengan menggunakan metode single index model peneliti menemukan saham LQ-45 yang terbentuk yaitu terdiri AALI, ASII, BBCA, BDMN, BMRI, BNBR, BNGA, BNII, INDF, INKP, ISAT, PGAS, MEDC. Sedangkan saham JII yang terbentuk terdiri dari BUMI, INCO, INTP, KLBF, PTBA, UNTR dan UNVR. Penelitian yang dilakukan oleh Renta Wachya (2006), mengenai “ Pembentukan
portofolio
optimal
pada
reksadana
saham
dengan
59
menggunakan metode markowitz “ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode markowitz. Dengan menggunakan metode markowitz peneliti menggunakan
16
sample
reksadana
saham
yang
secara
aktif
diperdagangkan dari Januari 2001 – Desember 2005 dengan nilai average return bulanan positif. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa investor dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya yaitu 100% pada Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus, dengan menginvestasikan 100% maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar 42,33% dengan standar deviasi 23,19% serta indeks reward to variability ratio sebesar 1,2953. Lalu dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe terdapat tujuh reksadana saham yang kinerjanya berada diatas pasar yaitu Reksadana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phisnisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citer reksadana Ekuitas dan Bahana. Penelitian yang dilakukan oleh Jiwa Adisetya (2006), mengenai “ Pembentukan portofolio optimal pada instrumen reksadana saham menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz “dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz. Sampel yang digunakan sebanyak 16 sampel reksadana saham pada periode 2001 - 2005. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksadana saham yang terpilih menjadi
60
pembentuk portofolio optimal antara metode single index model dan efficient frontier markowitz adalah sama. Yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas dan Si Dana Saham. Penelitian yang dilakukan oleh Ardi Sanjaya Hamdani (2015), mengenai “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Indeks Kompas 100 Periode 2013-2014“ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return saham yang masuk kedalam indeks kompas 100 dengan menggunakan metode single index model. Pada periode 2013 - 2014 Dengan menggunakan metode single index model dalam penelitian didapatkan hasil bahwa portofolio oprimal yang terbentuk dari indeks kompas adalah BBRI, BBCA, BMRI, ASII, GGRM, SMCB, INTP, JSMR, BBKP, MEDC, AKRA, ENRG, BBNI, PNLF, AALI, BSDE, CTRA dan CPIN.
61
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
1.
J. Francis, The Single Index 1. Menggunakan 1. Penelitian Peneliti menemukan G. Rathika Model And The Single Index menggunakan bahwa hanya ada satu (2015) Construction Of Model. sampel perusahaan yang Optimal Portfolio sebanyak 7 terpilih untuk with Reksadana keputusan investasi CNXPHARMA saham syariah. dengan nilai cut off SCRIP 2. Variabel yang point -0.111182. digunakan adalah Resadana Saham Syariah. 3. Periode penelitian yaitu pada Bulan Januari 2011 – Desember 2015.
2.
Ardi Sanjaya Hamdani (2015)
Pembentukan 1. Menggunakan 1.Penelitian Portofolio Single Index menggunakan Optimal Pada Model. sampel Indeks Kompas sebanyak 7 100 Periode Reksadana 2013-2014 saham syariah. 2.Variabel yang digunakan adalah Resadana Saham Syariah. 3. Periode penelitian yaitu pada Bulan menggunakan variabel suku bunga Januari 2011 – Desember 2015
Dalam penelitian didapatkan hasil bahwa portofolio oprimal yang terbentuk dari indeks kompas adalah BBRI, BBCA, BMRI, ASII, GGRM, SMCB, INTP, JSMR, BBKP, MEDC, AKRA, ENRG, BBNI, PNLF, AALI, BSDE, CTRA dan CPIN.
62
No
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
3.
Riska Rosdiana (2012)
Analisis 1. Menggunakan 1.Penelitian Optimalisasi Single Index menggunakan Portofolio Saham Model. sampel Syariah Pada JII sebanyak 7 Tahun 2006-2010 Reksadana saham syariah. 2. Variabel yang digunakan adalah Resadana Saham Syariah. 3.Periode penelitian yaitu pada Bulan Januari 2011 – Desember 2015. 4.Menggunakan Metode Constant Correlation
Peneliti menemukan portofolio optimal yang terbentuk dengan metode single index model memberikan hasil rata-rata return portofolio yaitu sebesar (Rp) 0.1437 dan rata-rata resiko portofolio sebesar 0.3716 sedangkan portofolio yang terbentuk dengan metode constant correlation memberikan hasil rata-rata return portofolio sebesar (Rp) 0.1170 dan ratarata resiko portofolio sebesar 0.005712.
4.
Edgar Pandu (2012)
Optimalisasi 1. Menggunakan 1.Penelitian Portofolio pada Single Index menggunakan Index LQ-45 Model. sampel dengan sebanyak 7 Membandingkan Reksadana Metode Single saham syariah. Index Model dan 2. Variabel yang Constant digunakan Correlation adalah Resadana Saham Syariah. 3. Periode penelitian yaitu pada Bulan Januari 2011 – Desember 2015. 4. Menggunakan Metode
Peneliti menemukan saham-saham syariah yang terdiri dari UNTR, GGRM, KLBF, ASII, BBRI, BBCA, INDF, BBNI, dan BMRI. Dari portofolio tersebut didapat expected return sebesar 18,828% dan risk sebesar 2,494%. Sedangkan portofolio yang dibentuk oleh metode constant correlation terdiri dari ASII, GGRM, INTP, JSMR, KLBF, PTBA, SMGR, dan UNTR.
63
No
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan Constan Correlation
5.
Yuliati (2011)
6.
Renta Wachya (2006)
Dari portofolio tersebut didapat expected 4 return 19,707% dan risk sebesar 1,584%. Analisis 1. Menggunakan 1.Penelitian Peneliti menemukan Pembentukan Single Index menggunakan saham LQ-45 yang Portofolio Model. sampel terbentuk yaitu terdiri Optimal Pada sebanyak 7 AALI, ASII, BBCA, Saham LQ 45 Reksadana BDMN, BMRI, dan JII di Bursa saham syariah. BNBR, BNGA, BNII, Efek Indonesia 2. Variabel yang INDF, INKP, ISAT, dengan Metode digunakan PGAS, MEDC. Cut Off Point adalah Sedangkan saham JII Resadana yang terbentuk terdiri Saham Syariah. dari BUMI, INCO, 3. Periode INTP, KLBF, PTBA, penelitian yaitu UNTR dan UNVR. pada Bulan Januari 2011 – Desember 2015. Pembentukan 1. Variabel 1.Penelitian Hasil penelitian Portofolio yang diteliti menggunakan menunjukan bahwa Optimal pada Reksadana sampel sebanyak investor dapat Reksadana Saham 7 Reksadana melakukan investasi Saham dengan saham syariah portofolio sepenuhnya Menggunakan dan 16 yaitu 100% pada Metode Reksadana Reksadana saham Markowitz Saham. Schroder Dana Prestasi 2.Periode Plus, dengan penelitian yaitu menginvestasikan pada Bulan 100% maka akan Januari 2011 – mendapatkan tingkat Desember 2015. return portofolio 1. sebesar O 42,33% dengan standar deviasi 23,19% serta indeks reward to variability ratio sebesar 1,2953.
64
No
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian
Variabel dan Metode Penelitian Persamaan
7.
Jiwa Adisetya (2006)
Hasil Penelitian
Perbedaan
Pembentukan 1. Variabel 1. Penelitian Portofolio yang diteliti menggunakan Optimal pada Reksadana sampel Instrumen Saham sebanyak 7 Reksadana Reksadana Saham 2. Menggunaka saham syariah Menggunakan n metode dan 16 Metode Single Single Index Reksadana Index Model dan Model Saham. Efficient Frontier 2. Periode Markowitz penelitian yaitu pada Bulan Januari 2011 _ Desember 2015. 3. Menggunakan Metode Efficient Frontier Markowitz Sumber : Hasil Kesimpulan Penelitian Terdahulu
Lalu dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe terdapat tujuh reksadana saham yang kinerjanya berada diatas pasar yaitu Reksadana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phisnisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citerreksadana Ekuitas dan Bahana. Reksadana saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal antara metode single index model dan efficient frontier markowitz adalah sama. Yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas dan Si Dana Saham.
65
C. Kerangka Pemikiran Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal (Astuti dan Sugiharto 2005 : 251). Investasi yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito, SBI dan valuta asing, sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti saham dan obligasi. Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat memberikan banyak peluang bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Bagi investor yang suka dengan risiko dapat menanamkan modalnya di pasar modal berupa saham, dengan imbalan pendapatan (return) yang tinggi. Definisi portofolio optimal adalah yang mampu memberikan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko yang lebih rendah untuk membentuk suatu portofolio yang optimal maka dilakukan terlebih dahulu adalah
memilih
saham-saham
berdasarkan
dengan
kriteria,
memeringkatkan saham dengan menentukan cut off rate (C*), setelah saham-saham tadi dapat dikatakan optimal dengan menentukan proporsi masing-masing saham yang akan memberikan portofolio optimal.
66
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Bursa Efek Indonesia
Return Pasar (IHSG) (X)
BAPEPAM-LK
Return NAB (Nilai Aktiva Bersih) (Reksadana Saham Syariah) (Y)
()
Varian Saham dan Pasar
SBI
Risiko Saham Sistematis dan Tidak Sistematis
ERB > C*
Masuk Kandidat Portofolio Optimal
ERB < C*
Tidak Masuk Kandidat Portofolio Optimal
Kesimpulan, Implikasi, Saran
67
D. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana sebagai berikut : Hipotesis perbandingan antara Excess Return to Beta (ERB) dengan Cut Off Point (C*) pada Reksadana Saham Syariah dengan menggunakan Single Index Model (SIM). H0 : ERB < C* Tidak termasuk kandidat saham portofolio optimal pada reksadana saham syariah Ha : ERB > C* Termasuk kandidat saham portofolio optimal pada reksadana saham syariah
68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah saham reksadana syariah yang terdaftar (Listing) pada BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) data yang digunakan adalah data sekunder yaitu yang diperoleh dari publikasi BAPEPAM-LK berupa data Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan, publikasi Bank Indonesia (BI) berupa data Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulanan selama tahun 20112015, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam penelitian ini saham yang dijadikan sebagai penelitian adalah saham-saham reksadana syari’ah yang secara aktif masuk dalam periode penelitian selama Januari 2011 sampai Desember 2015., mampu bersaing dengan saham-saham lainnya. B. Metode Penentuan Sampel Populasi sampel dalam penelitian ini adalah data NAB reksadana saham yang diperdagangkan selama periode Januari 2011 sampai Desember 2015. Data yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan adalah reksadana saham syariah yang aktif beroperasi selama periode penelitian. Jumlah reksadana saham syariah yang aktif beroperasi itu sebanyak 7 reksadana saham syariah. Sementara beberapa reksadana saham syariah lain yang tidak diperdagangkan secara simultan tidak
69
69
dimasukkan kedalam data penelitian. Ke 7 reksadana saham syariah yang termasuk dalam obyek penelitian itu dapat dilihat pada tabel 3.1 Tabel 3.1 Sampel Reksadana Saham Syariah
Sumber : BAPEPAM-LK, data diolah C. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas : 1. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), merupakan indeks gabungan seluruh saham yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari masing-masing reksadana saham syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK. 3. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan suku bunga tahunan. Sekuritas ini yang termasuk bebas resiko (Risk Free). Data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini mencakup periode Januari 2011 – Desember 2015, selain data-data diatas penulis menggunakan data indeks bulanan Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Nilai Aktiva Bersih (NAB).
70
D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini perhitungan return dan risiko saham secara individual berdasarkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham syariah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode ini digunakan untuk mencari persamaan regresi. Beta sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel dependen dan returtn pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data ini akan menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama periode penelitian, akan tetapi bila periode penelitian terlalu lama, anggapan bahwa beta konstan dan stabil adalah kurang tepat, karena sebenarnya beta berubah dari waktu kewaktu (Jogiyanto, 2013:431). Persamaan regresi yang digunakan untuk mengasumsikan beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal dengan rumus : Ri = αi + βi ( Rm ) + ei Dimana: Ri
= return sekuritas i
Rm
= return indeks pasar
αi
= bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
βi
= ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar
ei
= kesalahan residual
71
Persamaan tersebut diatas merupakan persamaan regresi linear sederhana yang dihitung dengan Ri sebagai variabel tergantung dan Rm sebagai variabel bebas. Adapun langkah-langkahnya sebagai beerikut : 1) Memilih reksadana saham syariah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu reksadana saham syariah yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar yang berpengaruh terhadap IHSG dan selanjutnya perhitungan-perhitungan yang diperlukan sebagai berikut : a. Menghitung Return dan Standar Deviasi Reksadana saham syariah
Rm = Keterangan : Rm
= Return bulan bersangkutan
NABperunitn
= NAB perunit bulan bersangkutan
NABperunitn-1
= NAB perunit bulan sebelumnya
b. Menghitung Return Pasar
Rm = Keterangan :
Rm
= Return pasar
IHSGt
= Harga saham penutup (Close)
IHSGt-1
= Harga saham pembuka (Open)
72
c. Menghitung Standar Deviasi digunakan untuk mengukur resiko dari realized return, yang dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan : σ
= Standar Deviasi (SD)
Xi
= Realized Return ke-i saham i = Rata-rata realized return saham i
n
= Jumlah realized return saham
Varian digunakan untuk mengukur resiko expected return saham i. Varian dapat dihitung dengan cara, yaitu menkuadratkan standar deviasi. d. Menghitung resiko sistematis saham dilambangkan dengan beta. Beta adalah resiko unik dari saham individual, menghitung keseorangan (slope) realized return suatu saham dengan realized return pasar (IHSG) dalam periode tertentu. Beta digunakan untuk menghitung Excess Retrun to Beta (ERB) dan βi yang diperlukan untuk menghitung cut off point. Beta dapat dihitung dengan program
Excel
menggunakan
rumus
dibawah
ini
atau
menggunakan SPSS 21.
βi =
(rm)
73
Keterangan :
βi
= Beta saham i
σi
= Standar deviasi saham i
σm
= Standar deviasi pasar
rm
= Korelasi realized return saham i dengan realized return pasar
e. Menghitung Alpha. Alpha merupakan intercept realized return saham i dengan realized return pasar (IHSG), membandingkan perhitungan realized return pasar (IHSG) dalam periode waktu tertentu. Alpha dihitung dengan rumus atau menggunakan program SPSS 21.
α = R i – β i * Rm Keterangan :
α
= Alpha saham i
βi
= Beta saham i
Rm
= Return pasar
2) Menentukan peringkat, saham berdasarkan ERB tertinggi sampai terendah. a. Menghitung Excess Return to Beta (ERB). ERB digunakan untuk mengukur return premium saham relatif terhadap 1 unit resiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. ERB menunjukkan hubungan antara return dan resiko yang merupakan
74
faktor penentu investasi.
(
)
ERB =
Keterangan : ERB
= Excess Return to Beta
E(Ri) = Expected Return Rf
= Risk free rate of return
b. menentukkan Cut of Point (C*) yaitu titik pembatas (Ci) yang merupakan nilai C untuk saham ke i yang dihitung dari akumulasi nilai-nilai A1 sampai dengan nilai Ai dan nilai-nilai B1 sampai dengan nilai Bi. Nilai Ci merupakan hasil bagi varian pasar dan sensitifitas saham individual terhadap variance error saham. Cut off Point (C*) merupakan nilai Ci terbesar dari sederetan nilai Ci saham. Unique cut off point ini menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien. ∑ ∑
c. Menentukkan Portofolio Optimal Jika ERB > C* maka saham masuk kedalam portofolio optimal. Jika ERB < C* maka saham tidak dimasukkan kedalam portofoilo optimal.
75
d. menentukkan skala timbangan saham atau investasi relatif saham (Zi)
[
Zi =
(
)
]
Keterangan : βi
= Beta saham i = Variance error saham i
ERB
= Excess return to beta saham i
C*
= Cut off point
e. Menentukkan proporsi dana untuk portofolio optimal
Xi =
∑
Keterangan : Xi
= Prosentase dana saham i
Zi
= proporsi dana saham i
∑
= Jumlah Xi
f. Menentukan alpha portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari alpha masing-masing saham. Alpha ini digunakan untuk menhitung expected return portofolio atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Persamaannya adalah :
αp
=
∑
76
Keterangan :
αp
= Alpha portofolio saham
= Proporsi saham = Alpha saham i g. Menentukan beta portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari beta individual masing-masing saham pembentuk portofolio. Dihitung dengan menggunakan rumus :
βp
=
∑
Keterangan :
βp
= Beta portofolio
∑
= Proporsi dana saham i = Beta saham i
h. Menentukan expected return portofolio E(Rp) merupakan rata-tara tertimbang dari return individual masing-masing saham pembentuk portofolio, dihitung dengan rumus :
E(Rp) = ∑
(
)
Keterangan :
E(Rp)
= Expected return portofolio
∑
= Proporsi dana saham i
(
)
= Expected return saham i
77
i. Menentukan resiko suatu portofolio optimal yang dihitung berdasarkan model indeks tunggal menggunakan persamaan sebagai berikut (Jogianto, 2013:387) : =
∑
Keterangan : = Resiko portofolio saham = Beta portofolio saham = Resiko indeks pasar = Proporsi saham i = Varian dari keseluruhan residu saham i
78
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Definisi variabel penelitian ini adalah return pasar (Market Return), yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode Januari 2011 sampai Desember 2015. Data IHSG mewakili data pasar, diperlukan untuk menghitung tingkat return (Rm) dan resiko pasar. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah market return (Rm) adalah prosentase perubahan harga penutupan bulanan indeks sekarang pada bulan ke t dikurangi harga penutupan indeks sebelumnya pada hari ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan saham A pada hari ke t-1
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah return NAB. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah realized return (Rt) adalah prosentase perubahan NAB A pada bulan ke t dikurangi harga penutupan NAB A pada hari ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan NAB A pada hari ke t-1.
RM =
Rn =
–
79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Adapun indikator untuk melakukan pemilihan reksadana saham syariah yang menjadi kandidat portofolio dengan Model Indeks Tunggal perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 21. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB), IHSG dan SBI Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang timbul selama reksadana diperdagangkan. Aktiva reksadana berasal dari nilai porttofolio reksadana, yang dapat berupa Kas, Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Saham, Obligasi dan Efek lainnya. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tercatat pada BAPEPAM-LK setiap bulan selama periode Januari 2011 – Desember 2015. Data kedua yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode tahun 2011 – 2015 yang diperoleh dari laporan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Risiko pasar
80
80
(σ2m). Untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) digunakan rumus :
Rm
=
Tabel dibawah ini menunjukkan data IHSG dan return IHSG tahun 2011 - 2015 Tabel 4.1 Data IHSG
Sumber : Laporan BEI Tahun 2011 – 2015, Data diolah Tabel 4.2 Data Return IHSG
Sumber : Hasil Olah Data 81
Data diatas adalah data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai terendah atau minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai terendah untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari nilai tersebut dapat dilihat nilai tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013. Data ketiga yang diperlukan adalah data tingkat suku bunga SBI per bulan yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia selama periode tahun 2011 – 2015. Data SBI per bulan ini digunakan sebagai proxy return aktiva bebas risiko atau risk free rate of return (Rf) dengan pertimbangan bahwa return dan risiko saham juga dihitung secara bulanan. Seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 DATA SBI
Sumber : Laporan Bank Indonesia setelah diolah Tahun 2011 – 2015
82
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan pengolahan data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan Return Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected Return market sebesar 0.0045. Apabila Expected Return positif, dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi investor. Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka waktu 1 bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan sertifikat yang bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan secara perbulan yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari tingkat suku bunga SBI selama periode 2011 – 2015 tersebut. Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan rata-rata risk free rate pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor menanamkan dananya pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata pertahun investor akan
memperoleh
bunga
sebesar
6.15%
dari
dana
yang
ditanamkannya. Dalam penelitian ini, karena harga saham reksadana saham syariah adalah data saham per bulan. Maka dari itu antara Expected return E(Rm) dan tingkat suku bunga dibandingkan untuk menentukan portofolio optimal dalam 1 bulanan. Jika tingkat E(Rm) > SBI maka dipasar modal lebih memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dari Rf yaitu rata-rata risk free rate pertahun dibagi 12 bulan, dan didapatkan nilai sebasar 0.51% per bulan. Adanya tingkat pengembalian bebas risiko sebesar 0.51% per bulan, serta tingkat
83
pengembalian pasar sebesar 0.0045. 2. Menghitung realized return, expected return standar deviasi dan varian dari masing-masing saham individual, IHSG dan SBI menggunakan program Excel atau SPSS 21. Realized return diperoleh dari prosentase perubahan harga penutupan saham i pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham i pada bulan ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham penutupan saham i pada bulan ke t-1. Expected return dihitung dengan rumus Average, Standar deviasi dihitung dengan rumus STDev dan varian dihitung dengan rumus Var. Hasil perhitungan realized return masing-masing diperlihatkan pada lampiran. Dalam penelitian ini yang menjadi alat investasi adalah reksadana saham syariah pada periode 2011 – 2015 dengan menggunakan Single Index Model dalam menganalisis. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian (expected return) dan risiko (standar deviasi) dan varian dari masingmasing saham individual terlihat pada tabel 4.4 berikut ini.
84
Tabel 4.4 E(Ri), STDev dan Varian Reksadana Saham Syariah Individual
Sumber : Hasil Olah Data Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2 saham yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri
Investa
Atraktif
Syariah.
Sehingga
dapat
diperoleh
kesimpulan bahwa Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa saham itu layak untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi. Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539 3. Menghitung Alpha, Beta dan variance error masing-masing reksadana saham syariah. Untuk menghitung alpha, beta dan variance error masing-masing saham menggunakan Excel. Alpha dihitung dengan rumus intercept, merupakan perbandingan return realisasi suatu saham dengan return pasar pada suatu periode tertentu. Beta dihitung dengan rumus slope, mencerminkan volatilitas return suatu saham terhadap return pasar. Variance error merupakan risiko unik atau unsysmetric risk suatu
85
saham. Hasil perhitungan alpha, beta dan variance error masingmasing saham individual terlihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Alpha, Beta Dan Variance Error Reksadana Saham Syariah Individual
Sumber : Hasil Olah Data Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
regresi
tersebut
akan
menghasilkan nilai αi (merupakan ukuran return sekuritas I yang tidak terkait dengan return pasar atau nilai yang menunjukkan pengharapan dari bagian tingkat saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar). Dan β (menunjukkan besarnya slope yang mengindikasikan peningkatan return harapan pada sekuritas i untuk setiap kenaikan return pasar sebesar 1% atau alat pengukur sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar). Variance error merupakan varian dari kesalahan residu sekuritas ke – i. Perusahaan yang memiliki nilai alpha tertinggi dari reksadana saham syariah adalah reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah sebesar 0.006 sedangkan perusahaan yang memiliki nilai beta tertinggi pada reksadana saham syariah adalah reksadan saham syariah Manulife Syariah Sektoral Amanah sebesar 0.13.
86
Dilihat dari tabel diatas secara umum saham yang peka terhadap kondisi pasar ditunjukkan oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat bernilai posotif dan negatif. Jika beta positif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta negatif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan return saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan bernilai positif pada reksadana saham syariah. Besarnya koefisien beta yang normal adalah β = 1. Bila β < 1 disebut sebagai saham yang lemah (defensive stocks), yang berarti jika ada kenaikan return pasar sebesar X%, maka return saham akan naik kurang dari X% dan begitu pula sebaliknya. Β > 1 disebut saham agresif (aggresive stocks), yang berarti jika return pasar naik sebesar X% maka return saham akan mengalami kenaikkan lebih dari X% dan begitu pula sebaliknya saham dalam penelitian ini semuanya bernilai positif. 4. Menghitung nilai Excess Return to Beta (ERB) dan nilai Ci masingmasing saham. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Excess Return to Beta (ERB) & Peringkat ERB Reksadana Saham Syariah 2011 – 2015
Sumber : Hasil Olah Data
87
Dilihat dari perhitungan pada tabel 4.6 berdasarkan hasil perhitungan diatas kemudian dihitung nilai excess return to beta (ERB) dan nilai Ci masing-masing saham. Nilai ERB yang diperoleh diurutkan atau diranking dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB yang terkecil. Nilai Ci merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance residual error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap variance residual error saham. Nilai ERB yang dipilih untuk masuk kedalam portofolio optimal adalah saham-saham yang memiliki ERB positif. Pada reksadana saham syariah terdapat 5 saham yang memiliki ERB positif. Sedangkan untuk saham yang ERB-nya bernilai negatif hanya 2 saham saja yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri Investa Atraktif Syariah. saham-saham yang memiliki ERB negatif tidak memenuhi syarat untuk membentuk portofolio yang optimal. 5. Menentukan Cut Off Point (C*) Nilai cut off point (C*) adalah nilai Ci maksimum dari sederetan nilai Ci saham. Nilai cut off point (C*) digunakan sebagai titik pembatas untuk menentukan saham yang masuk kandidat dengan yang tidak masuk kandidat portofolio.
88
Tabel 4.7 Perbandingan Nilai ERB dengan Cut Off Point pada Reksadana Saham Syariah 2011 -2015
Sumber : Hasil Olah Data = C* = 0.239235734 Setelah didapat hasil perhitungan cut off point (Ci) maka nilai ERB yang positif diperbandingkan dengan nilai cut off point (Ci) tersebut. Jika ERB suatu saham lebih besar dari cut off point-nya, maka saham tersebut memenuhi kriteria untuk masuk kedalam portofolio optimal dan jika ERB suatu saham lebih kecil dari cut off point-nya, maka saham tersebut tidak memenuhi kriteria untuk masuk dalam pembentukan portofolio optimal. Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa ada 5 saham pada reksadana saham syariah yang memenuhi kriteria untuk masuk kedalam pembetukan portofolio optimal, karena nilai ERB dari masing-masing saham tersebut lebih besar dari nilai masing-masing cut off point-nya. Reksadana saham syariah yang masuk dalam kandidat yaitu Trim Syariah Saham, Batavia Dana Saham Syariah, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah, Cipta Syariah Equity dan Manulife Syariah Sektoral Amanah. untuk penentuan unique cut off point (C*) yang merupakan nilai Ci tertinggi optimum berada pada angka 0. 239235734 atau pada reksadana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah unique cut off point ini
89
menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien. 6. Menentukan saham kandidat portofolio Saham yang menjadi kandidat portofolio adalah saham yang mempunyai nilai Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari atau sama dengan nilai cut off point. Tabel 4.7 telah memperlihatkan saham-saham yang menjadi kandidat portofolio optimal berdasarkan ERB > C*. 7. Menentukan portofolio optimal dan proporsi dana masing-masing saham pembentuk portofolio. Setelah mengetahui saham dari reksadana saham syariah yang terpilih untuk masuk ke dalam pembentukkan portofolio yang optimal, maka akan dihitung besarnya proporsi (Xi) yang layak diinvestasikan pada saham-saham terpilih tersebut. Terlebih dahulu akan ditentukan skala tertimbang dari masing-masing saham (Zi) yang akan ditunjukkan oleh tabel 4.8. Tabel 4.8 Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana (Xi) pada Rekasadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data
90
Dilihat dari tabel 4.8 mengenai perhitungan skala tertimbang (Zi) dan proporsi dana (Xi). Proporsi dana pada 5 rekasadana saham syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%. 8. Menentukan koefisien korelasi dan covariance antar saham pembentuk portofolio optimal. Setelah menentukan saham-saham pembentuk portofolio kemudian dihitung koefisien korelasi diperlukan untuk mengetahui hubungan return saham-saham pembentuk portofolio dan hubungan return saham dengan return pasar yang dihitung dengan SPSS 21. Covariance merupakan perbandingan perhitungan realized return saham A dengan realized return saham B. Covariance dihitung dengan program SPSS 21. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar saham pembentuk portofolio ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9 Koefisien Korelasi Dan Kovarians Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data Dilihat dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa korelasi memiliki nilai positif dari masing-masing reksadana saham syariah. Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien
91
korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna. Jika dua buak aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi +1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat di diversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat di diversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien korelasinya diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya. (Jogiyanto, 295:2013). Tabel 4.10 Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data
92
Tabel 4.11 Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data Kovarian menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return sekuritas satu dengan sekuritas lainnya. Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, yaitu jika satu meningkat yang lainnya juga meningkat atau jika satu menurun yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menujukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat yang lainnya menurun atau jika satu menurun yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel lainnya. (Jogiyanto, 2013:287) Reksadana saham syariah yang memiliki korelasi positif yang bernilai tinggi adalah reksadana saham Manulife Syariah Sektoral Amanah sebesar 0.281
sementara korelasi positif rendah yaitu
reksdana saham Cipta Syariah Equity sebesar 0.053 sedangkan untuk kovarians yang positif dimana kecenderungan dua sekuritas bergerak dalam arah yang sama. Jika return reksadana saham syariah naik maka return sekuritas IHSG naik, demikian sebaliknya. Saham yang
93
memiliki kovarians positif yang memiliki nilai tinggi adalah CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah sebesar 0.005. 9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko Portofolio Return harapan dari suatu portofolio dapat diestimasi dengan menhitung rata-rata tertimbang dari return harapan dari masingmasing aset individual yang ada dalam portofolio. Persentase nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap aset-aset individual dalam portofolio disebut sebagai bobot portofolio, yang dilambangkan dengan W. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah total 100% atau 1,0 artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan alpha portofolio, beta portofolio serta return portofolio : Tabel 4.12 Perhitungan Return Portofolio Reksadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data Dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa return portofolio reksadana saham syariah sebesar 0.096 atau 9.6% per bulan.
94
Tabel 4.13 Perhitungan Risiko Portofolio Reksadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data Dari hasil perhitungan tabel 4.11 tersebut didapatkan risiko portofolio pada reksadana saham syariah sebesar 0.001802057 atau 0.18%. Risiko portofolio tidak dapat dikurangi hanya dengan menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang ada dalam portofolio.
Menghitung
risiko
portofolio
tidak
sama
dengan
menghitung return portofolio, karena risiko portofolio bukan rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas individual dalam portofolio. Dengan menggunakan ukuran kovarians seperti yang telah dibahas, kita dapat menghitung besarnya risiko portofolio, baik yang terdiri dari dua buah sekuritas maupun n sekuritas. Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan yaitu : 1. Varians setiap sekuritas. 2. Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya. 3. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas.
95
B. Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa dari data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai terendah atau minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai terendah untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari nilai tersebut dapat dilihat nilai tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013. Sedangkan Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan pengolahan data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan Return Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected Return market sebesar 0.0045 atau 0.45%.
Apabila Expected Return
positif, dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi investor. Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka waktu 1 bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan sertifikat yang bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan secara perbulan yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari tingkat suku bunga SBI selama periode 2011 – 2015 tersebut. Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan rata-rata risk free rate pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor menanamkan dananya pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata pertahun investor akan memperoleh bunga sebesar 6.15% dari dana yang ditanamkannya.
96
Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 7 reksadana saham syariah selama periode tahun 2011-2015 dengan menggunakan Single Index Model (SIM) diperoleh kandidat portofolio : Dari perhitungan Expected return tertinggi reksadana saham syariah : a. E(Ri) CIMB = 0.143274 b. E(Ri) TRIM = 0.038066 c. E(Ri) BATAVIA = 0.030817 Dari perhitungan Expected return terendah reksadana saham syariah : a. E(Ri) MANDIRI = - 0.00457 b. E(Ri) PNM = - 0.019439 c. E(Ri) MANULIFE = 0.012999 Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2 saham yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri Investa Atraktif Syariah. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa saham itu layak untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi. Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539 Dari perhitungan Standar Deviasi tertinggi reksadana saham syariah : a. SD CIMB = 1.19539 b. SD BATAVIA = 0.17926
97
c. SD MANDIRI = 0.12911 Dari perhitungan Standar Deviasi terendah reksadana saham syariah : a.
SD PNM = 0.08781
b.
SD CIPTA = 0.08966
c.
SD MANULIFE = 0.09079 Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized
return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539 Dari perhitungan Alpha tertinggi reksadana saham syariah : a. Alpha PNM = 0.006 b. Alpha MANDIRI = 0.005 c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004 Dari perhitungan Alpha terendah reksadana saham syariah : a. Alpha TRIM = 0.002 b. Alpha MANULIFE = 0.003 c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004 Dari perhitungan Beta tertinggi reksadana saham syariah : a. BETA MANULIFE = 0.131 b. BETA PNM = 0.0.067 c. BETA TRIM = 0.059 Dari perhitungan Beta terendah reksadana saham syariah : a. BETA CIMB = 0.004 b. BETA BATAVIA = 0.021
98
c. BETA CIPTA = 0.025 Secara umum saham yang peka terhadap kondisi pasar ditunjukkan oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat bernilai posotif dan negatif. Jika beta positif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta negatif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan return saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan bernilai positif pada reksadana saham syariah. Dan perhitungan excess return to beta (ERB) dari 5 reksadana saham syariah diperoleh sebagai berikut : a. ERB CIMB = 35.56225 b. ERB BATAVIA = 1.418667 c. ERB CIPTA = 1.1334 d. ERB TRIM = 0.627813 e. ERB MANULIFE = 0.091404 Nilai excess return to beta (ERB) mencerminkan besarnya return yang dapat dihasilkan oleh suatu saham relatif terhadap suatu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Beta mencerminkan volatilitas return pasar. Mengukur systematic risk dari suatu saham relatif terhadap risiko pasar. Dengan demikian berarti masing-masing saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap perubahan pasar. Semakin besar koefisien beta saham berarti semakin peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai saham agresif.
99
Sedangkan βi = 1 berarti saham memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar. Oleh karena systematic risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, maka dalam pembentukan portofolio investor perlu mempertimbangkan nilai ERB tiap saham kandidat. Diversifikasi yang dilakukan berhasil menurunkan risiko dilihat dari risiko portofolio yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan risiko individual saham. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penting dalam diversifikasi portofolio adalah adalah korelasi yang rendah antar return asset pembentuk portofolio. Semakin rendah koefisien korelasi maka semakin besar pula potensi manfaat dari diversifikasi tersebut. Untuk mengetahui bahwa portofolio maka perlu dihitung ERB tiap saham dengan menggunakan basis periode per tahun. Hasil perhitungan ERB yang sudah diurutkan dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil kemudian dibandingkan dengan ranking ERB tiap saham kandidat yang dihitung menggunakan basis periode lima tahun. Hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi nilai ERB saham pembentuk portofolio yang dihitung dengan basis periode berbeda. Hasil perhitungan menunjukkan untuk tiap basis periode waktu nilai ERB tiap saham mengalami perubahan sehingga saham yang menjadi kandidat portofolio juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga saham antar waktu yang menyebabkan perubahan return
saham antar waktu dan selanjutnya menjadikan
100
perbedaan koefisien beta antar waktu. Beta saham yang tidak stabil tersebut akan mempengaruhi nilai ERB tiap saham yang menjadi faktor penentu kandidat portofolio. Dari perhitungan Cut Off Point (C*) 5 reksadana saham syariah : a. C* CIMB = 0.239235734 b. C* BATAVIA = 0.07579922 c. C* TRIM = 0.04394102 d. C* MANULIFE = 0.025047421 e. C* CIPTA = 0.024471134 Untuk penentuan Unique Cut Off Point (C*) yang merupakan nilai Ci tertinggi optimum berada pada angka 0.239235734 atau pada reksadana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah Unique Cut Off Point ini menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien. Dari perhitungan untuk menentukan proporsi dana masing-masing saham pembentuk portofolio dari 5 reksadana saham syariah : a. Xi CIMB = 0.57667626 b. Xi TRIM = 0.15016935 c. Xi BATAVIA = 0.11513191 d. Xi CIPTA = 0.10945259 e. Xi MANULIFE = 0.04856989 Proporsi dana pada 5 reksadana saham syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.
101
Dari perhitungan koefisien korelasi antara return IHSG dengan return NAB reksadana saham syariah : a. KORELASI TRIM = 0.176 b. KORELASI BATAVIA = 0.085 c. KORELASI CIMB = 0.105 d. KORELASI CIPTA = 0.053 e. KORELASI MANULIFE = 0.281 Jika dua buak aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi +1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat di diversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat di diversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien korelasinya diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya. Dari perhitungan kovarian antara return IHSG dengan return NAB reksadana saham syariah : a. KOVARIAN TRIM = 0.001 b. KOVARIAN BATAVIA = 0.001 c. KOVARIAN CIMB = 0.005 d. KOVARIAN CIPTA = 0.000 e. KOVARIAN MANULIFE = 0.001 Kovarian menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai
102
return sekuritas satu dengan sekuritas lainnya. Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, yaitu jika satu meningkat yang lainnya juga meningkat atau jika satu menurun yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menujukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat yang lainnya menurun atau jika satu menurun yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel lainnya. Dari perhitungan Return Portofolio reksadana saham syariah : a. Return Portofolio = 0.096 Return portofolio reksadana saham syariah sebesar 0.096 atau 9.6% per bulan. Dari perhitungan Risiko Portofolio reksadana saham syariah : a. Risiko Portofolio = 0.001802057 Risiko portofolio pada reksadana saham syariah sebesar 0.001802057 atau 0.18%. Risiko portofolio tidak dapat dikurangi hanya dengan menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang ada dalam portofolio. Menghitung risiko portofolio tidak sama dengan menghitung return portofolio, karena risiko portofolio bukan
rata-rata
tertimbang
risiko
masing-masing
sekuritas
individual dalam portofolio.
103
Berdasarkan Hipotesis yang ada dari hasil penelitian Reksadana Saham Syariah yang menjadi kandidat portofolio optimal adalah Trim Syariah Saham ERBTrim > C* yaitu 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C* yaitu 0.091404 > 0.025047421. Selain itu investor dapat menanamkan modalnya pada masing-masing Reksadana Saham Syariah yang masuk dalam portofolio optimal adalah : Gambar 4.1 Proporsi Dana Investasi
Sumber : Hasil Olah Data Proporsi dana yang dapat Investor tanamkan pada 5 rekasadana saham syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.
104
Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Renta Wachya (2006), mengenai “ Pembentukan portofolio optimal pada reksadana saham dengan menggunakan metode markowitz “ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode markowitz. Dengan menggunakan metode markowitz peneliti menggunakan 16 sample reksadana saham yang secara aktif diperdagangkan dari Januari 2001 – Desember 2005 dengan nilai average return bulanan positif. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa investor dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya yaitu 100% pada Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus, dengan menginvestasikan 100% maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar 42,33% dengan standar deviasi 23,19% serta indeks reward to variability ratio sebesar 1,2953. Lalu dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe terdapat tujuh reksadana saham yang kinerjanya berada diatas pasar yaitu Reksadana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phisnisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citer reksadana Ekuitas dan Bahana. Hasil penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Jiwa Adisetya (2006), mengenai “ Pembentukan portofolio optimal pada instrumen reksadana saham menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz “dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz. Sampel yang digunakan sebanyak 16 sampel reksadana saham pada periode 2001 - 2005. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksadana
105
saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal antara metode single index model dan efficient frontier markowitz adalah sama. Yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas dan Si Dana Saham.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Proses pembentukan portofolio pada Reksadana Saham Syariah melalui beberapa penyeleksian saham dengan menggunakan Cut Off Point yang terlebih dahulu dibandingkan dengan Excess Return to Beta (ERB). Sekuritas yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut off point atau nilai ERB yang memiliki nilai positif. Dari perhitungan dengan menggunakan Single Index Model (SIM) terhadap 7 reksadana saham syariah, hasilnya menunjukkan terdapat 5 reksdana saham syariah yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut off point dan akan menjadi kandidat portofolio. Jadi dalam penelitian portofolio optimal dibentuk oleh 5 reksadana saham syariah yaitu Reksadana Saham Syariah yang menjadi kandidat portofolio optimal adalah Trim Syariah Saham ERBTrim > C* yaitu 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C* yaitu 0.091404 > 0.025047421. Serta besarnya proporsi yang dapat investor tanamkan pada masing-masing reksadana saham syariah adalah TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.
107
107
Penggunaan metode Single Index Model (SIM) untuk menentukan portofolio efisien berdasarkan besarnya nilai cut off point dan excess return beta mempunya kelebihan karena mempertimbangkan juga systematic risk saham yang diukur dengan beta. Saham yang mempunyai koefisien beta antar waktu relatif stabil berarti mempunyai excess return beta antar waktu relatif stabil juga. Oleh karena itu investor perlu membandingkan nilai excess return to beta tiap saham kandidat dengan basis periode waktu yang berbeda. Investasi pada saham selalu mengandung unsur risiko, baik unsystematic risk maupun systematic risk. Unsystematic risk dapat dihindari investor melalui diversifikasi, yaitu membentuk portofolio, sedangkan systematic risk dapat dihindari investor dengan memilih saham-saham yang mempunyai nilai excess return to beta yang besar. Informasi nilai beta dan nilai excess return to beta dapat dimanfaatkan untuk mempertimbangkan
alternatif investasi
dan
mengoptimalkan penyusunan
portofolio saham. B. Implikasi Implikasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan dalam bidang pasar modal khususnya mengenai instrumen pasar modal saham. Serta mengetahui bagaimana pentingnya memilih saham dan pembentukan portofolio optimal. 2. Bagi akademisi untuk menambah pengetahuan mengenai keuangan dan pasar modal khususnya mengenai investasi dalam portofolio. 3. Bagi
investor
penelitian
ini
dijadikan
bahan
acuan
dalam
108
mempertimbangkan suatu keputusan investasi dari berbagai alternatif investasi yang ditawarkan ketika investor menginginkan kekayaannya diinvestasikan. 4. Bagi perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana dapat menerbitkan saham dan menjualnya dipasar modal untuk memanfaatkan dana tersebut dalam mengembangkan proyek-proyeknya, tanpa harus membayar beban bunga tetap seperti jika meminjam dana pada Bank.
5. Bagi pemerintah dapat meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan kemakmuran masyarakat luas. C. Saran 1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Suku Bunga Indonesia (SBI), yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih bulanan sehingga kurang mencerminkan keadaan pada harian pengamatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan Nilai Aktiva Bersih harian sehingga kemungkinan dapat memberikan hasil yang baik. 2. Perluasan penggunaan sampel dengan memperhatikan sektor industrinya dapat dilakukan agar diketahui pengaruh sektor industrinya dapat dilakukan agar diketahui pengaruh sektor industri terhadap hasil penelitian. 3. Periode pengamatan penelitian cukup pendek hanya lima tahun yaitu dari tahun 2011-2015. oleh karena itu perlu untuk memperpanjang waktu pengamatan agar hasil penelitian lebih akurat.
109
4. Bagi perusahaan yang sahamnya belum memenuhi syarat untuk masuk dalam
portofolio
optimal,
dapat
melakukan
perbaikan
kinerja
perusahaannya, agar performa sahamnya menjadi lebih baik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009. Ahmad Rodoni, Herni Ali “Manajemen Keuangan Modern” Mitra Wacana Media, 2014. Ahmad Rodoni “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009. Ardi Sanjaya Hamdani “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Indeks Kompas 100 Periode 2013-2014” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya, Vol 4 No 2, 2015. Ch. Naveen “Application Of Sharpe Single Index Model to BSE” International Journal Of Management Studies, Vol 4 No 2, 2014. Edgar Pandu Putra “Optimalisasi Portofolio pada Index LQ-45 dengan Membandingkan Metode Single Index Model dan Constan Correlation Periode Agustus 2009-Juli 2012” 2013. Eduardus Tandelilin “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” Kanisius, Yogyakarta, 2010. Heykal, Mohamad. “Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah” PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012 Husain Ali Bkehet, Ali Matar “Risk Adjusted Performance : A Two Model Approach Application In Amman Stock Exchange (ASE)” International Journal Of Business and Science, Vol 3 No 7, 2012. Jiwa Adisetya “Pembentukan Portofolio Optimal pada instrumen reksadana saham menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz” 2006. Jogiyanto Hartono“ Teori Portofolio dan Analisis Investasi” Edisi ke Delapan, BPFE, Yogyakarta, 2013. Jones Charles P “Invesments : analysis and management” 9th Edition, New Jersey: Jonh Wiley & Sons, Inc, 2006. J. Francis Mary, G, Rathika “The Single Index Model and Thr Construction Of Optimal Portfolio With CNXPHARMA Scrip”
111
111
Kusuma, Marita “Pembentukkan Portofolio Saham-saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)” 2009. Rosdiana, Riska “Analisis Optimalisasi Portofolio Saham Syari’ah” Hal 1-5, 2012. Sarayut Nathaphan, Pornchai Cunhachinda “Estimation Risk Modeling In Optimal Portfolio Selection : An Empirical Study From Emerging Markets” Economics Research International, Vol 2010. Sekolah Pasar Modal Syariah, Bursa Efek Indonesia, 2015. Sigit Triharjono “Single Index Model Sebagai Alat Analisis Optimalisasi Portofolio Investasi Saham (Studi kasus pada Kelompok Saham LQ-45 di BEI Tahun 2009-2011)” Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis, Vol 4 No 1, 2013. Sutarti “ Analisis Saham-saham Jakarta Islamic Index untuk Membentuk Portofolio Optimal dengan Menggunakan Single Index Model” 2007. Yash pal Taneja, Shirpa Bansal “Efficient Security Selection : A Study Of Portfolio Evaluation Techniques” International Journal Of Business Economics and Management Research, Vol 1 Issue 3, 2011. http://artikel.staff.uns.ac.id/2009/01/05/pembentukan-portofolio-saham-yangoptimal-dengan-menggunakan-beberapa-model-analisis/ www.duniainvestasi.com aria.bapepam.go.id/reksadana Idx.go.id www.bi.go.id
112
Lampiran 1 Data Reksadana Saham Syariah yang Menjadi Sampel
Lampiran 2
113
114
Lampiran 3 Data IHSG Sebelum di Olah
Lampiran 4 Data SBI Sebelum di Olah
115
Lampiran 5 Data Return IHSG Setelah di Olah
Lampiran 6 Data (Rf) SBI Setelah di Olah
116
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Nilai Cut Off Point (C*)
Lampiran 8 Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB
1. TRIM Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
.036
.016
R_IHSG
.523
.385
Beta 2.206
.031
1.358
.180
1 .176
a. Dependent Variable: R_TRIM
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_TRIM
.0381
.12559
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
117
2. BATAVIA
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
Beta
(Constant)
.029
.023
R_IHSG
.361
.556
1.248
.217
.649
.519
1 .085
a. Dependent Variable: R_BATAVIA
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_BATAVIA
.0308
.17927
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
3. PNM
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -.021
.011
.291
.271
Beta -1.822
.074
1.076
.286
1 R_IHSG
.140
a. Dependent Variable: R_PNM
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_PNM
-.0194
.08780
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
118
4. CIMB
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
Beta
.130
.156
2.975
3.701
.835
.407
.804
.425
1 R_IHSG
.105
a. Dependent Variable: R_CIMB
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_CIMB
.1433
1.19539
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
5. MANDIRI
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
Beta
-.007
.017
.490
.397
-.406
.687
1.236
.222
1 R_IHSG
.160
a. Dependent Variable: R_MANDIRI
Descriptive Statistics Mean R_MANDIRI R_IHSG
Std. Deviation
N
-.0046
.12911
60
.0045
.04218
60
119
6. CIPTA
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
Beta
(Constant)
.029
.012
R_IHSG
.113
.279
2.461
.017
.404
.688
1 .053
a. Dependent Variable: R_Cipta
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_Cipta
.0294
.08966
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
7. MANULIFE
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
Beta
(Constant)
.010
.011
R_IHSG
.604
.271
.902
.371
2.228
.030
1 .281
a. Dependent Variable: R_Manulife
Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
R_Manulife
.0130
.09079
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
120