PEMBENTUKAN KOMPETENSI PRIBADI-SOSIAL MENURUT ALFRED ADLER DAN RELEVANSINYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI-SOSIAL
Oleh: Arina Mufrihah15
Abstract: One area of guidance and counseling services are personal-social counseling. Forms of personal-social services in schools in general have a lot we find in some references. Therefore in this article suggests a form other than the personalsocial services in general, specifically the authors also propose forms of personal-social counseling services from the perspective of Alfred Adler, because the theory of individual psychology Adler in a great deal about personal and social competence, where a kegiataan humanity each individual views of the development of social concerns. Here the authors see that in giving personal-social counseling services, an alternative that can be used is the Adler thinking about a personal relationship with a healthy sense of social sensitivity owned, that social care is a benchmark in assessing the whole person. Departing from the concept, the authors look at how the formation of personal and social competence according to Adler, Adler thought relevance with personal-social counseling, and an implementation of Adlerian-School Counseling in schools that tend to drive the adaptive behavior of students in order to meet their needs and help students develop skills socializing in the school environment.
Ke y wo rds: guidanc e, p e rso nal-so c ial, Adlre rian-Sc h o o l Co unse ling
Mahasiswi Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam Prodi Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adisucito Yogyakarta, 55281 email:
[email protected] 15
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
A. Latar Belakang Alfred Adler dengan Psikologi Individualnya, atau dikenal juga dengan Psikologi Adlerian, menyajikan sebuah pandangan yang optimistik tentang manusia dengan menitikberatkan sepenuhnya pasa konsep kepedulian sosial (social interest), yaitu sebuah kepekaan terhadap kondisi masyarakat yang ada di sekitar individu tersebut. Motivasi dalam bertindak menurut Adler adalah karena adanya pengaruh dari dinamika sosial, dimana dengan dukungan lingkungan sosial itu, seseorang mampu mewujudkan keberhasilannya. Dan Adler sangat meyakini bahwa terbentuknya kepribadian seseorang merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari individu tersebut, karena setiap individu mampu menentukan siapa dirinya dan akan menjadi apa diri mereka. Dalam tulisan ini, penulis akan lebih jauh menjelaskan teori Adlerian mengenai terbentuknya sebuah kepribadian yang merupakan satu kesatuan dinamikan unik dari dua komponen utama yang menumbuh kembangkan setiap individu, yaitu dinamika fisik dan psikis. Kemudian bagaimana sebuah kepribadian yang utuh dapat mewujudkan kepedulian sosial serta mengembangkan aspek sosial yang ada dalam lingkungan baik itu lingkungan keluarga maupun masyarakat. Selain kedua hal tersebut, yang dapat diungkap lagi dari perspektif Adlerian ini adalah bagaimana pandangan tokoh ini mengenai pribadi abnormal, apa saja batasan-batasannya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk terus mengembangkan pribadi yang normal. Tidak hanya berakhir dengan pandangan Adler tentang kompetensi pribadi dan sosial, karena dalam kaitannya dengan kehidupan pribadi dan sosial setiap individu, maka hal ini erat kaitannya dengan bidang layanan dalam bimbingan dan konseling, yaitu Bimbingan Pribadi dan Bimbingan Sosial. Bagaimana konsep dasar dari BK Pribadi dan Sosial jika dihubungkan dengan pandangan Adler, dan bagaimana bentuk implementasi BK Pribadi dan Sosial di sekolah dalam melayani peserta didik sebagai sasaran layanan dari penyelenggaraan bimbingan dan konseling, khususnya bidang layanan pribadi dan sosial. B. Kajian Teori Adler menekankan adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai.16 Bagi Adler, manusia itu lahir dalam keadaan tubuh yang lemah dan tak berdaya. Kondisi ketakberdayaan itu menimbulkan
16
12
Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2010), 63.
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
perasaan inferiorita dan ketergantungan terhadap orang lain. Oleh karena itu, individu merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Dengan adanya kepedulian sosial antara individu, maka hal itu menjadi syarat utama kesehatan jiwa. 1. Unit y and Se lf-Co nsist e nc y o f Pe rso nalit y Setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-pecah. Adler menekankan pentingnya unitas kepribadian. Fikiran, perasaan dan kegiatan semuanya diarahkan untuk mengejar satu tujuan. Adler menemukan beberapa ciri operasi secara keseluruhan dengan kesatuan dan konsistensi diri individu. a.
Organ Diale c t Unitas kepribadian bukan hanya terkait aspek-aspek kejiwaan, tetapi juga meliputi
keseluruhan organ tubuh. Gejala-gejala fisik atau gangguan terhadap salah satu bagian tubuh, tidak bisa dilihat secara terpisah pada bagian fisik itu saja, namun gangguan tersebut mungkin menandakan tentang adanya tujuan individu, yang oleh Adler dinamakan organ dialect atau bahasa organ. Melalui organ dialect, tubuh mengucapkan suatu bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan menuntun opini individu lebih jelas daripada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata.17 Sebagai contoh, seorang anak laki-laki yang patuh pada orang tuanya, tiba-tiba mengompol pada suatu malam. Kejadian tersebut mengisyaratkan pesan bahwa anak itu tidak ingin mengikuti semua harapan orang tuanya. b. Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar Ciri kedua unitas kepribadian adalah harmoni di antara perilaku sadar dan perilaku bawah sadarnya. Adler mendefinisikan alam bawah sadar sebagai bagian dari tujuan yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak sepenuhnya dimengerti individu. Dengan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara alam bawah sadar dan alam sadar yang dianggapnya sebagai bagian yang bekerja sama dalam sistem yang unifi. Pikiran sadar adalah apa saja yang difahami dan diterima individu dapat membantu perjuangan menuju keberhasilan, sementara pikiran-pikiran bawah sadar adalah pikiran yang dianggap tidak dapat membantu
Jess Feist & Gregory J. Feist, Theories of Personality, terj. Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 67. 17
13
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
secara langsung dan akan ditekan, sehingga pikiran itu tak disadari.18 Namun kedua pikiran itu memiliki satu tujuan, yakni untuk mencapai kesuksesan atau superioritas. 2. So c ial Int e re st Perilaku manusia dapat dapat mengarah kepada gaya hidup sehat atau tidak sehat bergantung sepenuhnya kepada tingginya kepedulian sosial yang mereka kembangkan selama masa kanak-kanak setiap individu. Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang kepedulian sosial.19 Individu yang memiliki social interest berjuang bukan untuk superioritas pribadi, tetapi untuk kesempurnaan semua orang orang dalam masyarakat luas. Jadi social interest adalah sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan secara umum, serta empati kepada setiap orang. Wujudnya ialah kerjasama dengan orang lain untuk memajukan aspek sosial dalam sistem kemasyarakatan, dan sama sekali bukan untuk keuntungan pribadi. a. Sumber So c ial Int e re st Pada dasarnya minat sosial berangkat dari “potensi” dalam diri setiap individu, namun hal itu masih terlalu kecil jika tidak dikembangkan pada masa kanak-kanak awal. Minat sosial ini harus dikembangkan dalam keluarga, terutama oleh ibunya. Karena pada saat bayi, setiap individu selalu berada dalam buaian ibu. Dari situlah minat sosial anak mulai tumbuh, bayi tersebut sudah memiliki rasa kesatuan dengan ibunya dan ibunya pun telah menanamkan sejumlah kepedulian sosial dari caranya mengasihi bayinya. Oleh karena itu, setiap individu sudah memiliki benih-benih kepedulian sosial di awal kehidupannya. Tugas ibu adalah mendorong kematangan minat sosial anaknya, melalui ikatan hubungan ibu – anak yang kooperatif. Ibu harus memiliki cinta yang pusatnya pada kesejahteraan anak, bukan berpusat pada keinginan dan kebutuhan ibu. Hubungan cinta yang sehat berkembang dari kepedulian kepada orang lain. Cinta ibu kepada suaminya, kepada anak-anaknya yang lain dan kepada masyarakat lingkungannya menjadi model bagi anak. Dengan mengamati luasnya minat sosial ibunya, anak akan belajar bahwa ada orang lain yang penting di luar ibu dan dirinya sendiri. Begitupun dengan sosok Ayah, merupakan figur terpenting kedua dalam kehidupan anak. Dia harus memiliki sikap yang baik terhadap isteri, pekerjaan dan lingkungan masyarakatnya. Ayah yang ideal mampu
18 19
14
Alwisol, Psikologi, 70. Jess Feist & Gregory J. Feist, Theories, 68.
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
bekerjasama dengan istrinya dalam mengasuh anak. Menurut Adler, ayah yang sukses tidak akan melakukan dua kesalahan, mengabaikan anak atau otoriter kepada anak. Dampak awal lingkungan sosial sangat penting; hubungan anak dengan ibu dan ayahnya begitu kuat hingga setelah usia lima tahun, dampak hereditas menjadi kabur karena pengaruh lingkungan sosial. Dan sejak saat itu pengaruh lingkungan sosial telah memodifikasi, bahkan membentuk hampir setiap aspek kepribadian seorang anak.20 b. Pentingnya So c ial Int e re st Kehidupan sosial dalam pandangan Adler merupakan tolak ukur untuk menentukan kesehatan psikologis seseorang dan satu-satunya kriteria nilai-nilai kemanusiaan. Kepedulian sosial adalah satu-satunya alat yang digunakan untuk menilai harga sebuah pribadi.21 Jadi dalam pandangan Adler, sebuah pribadi yang sehat adalah pribadi yang dapat memberikan makna lebih dalam kehidupan sosialnya, dengan menjadikan superioritasnya bermanfaat bagi kesejahteraan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang yang sehat, akan peduli pada orang lain, dan memiliki tujuan untuk sukses yang mencakup kebahagiaan semua umat manusia. Hidup hanya menjadi berharga jika dapat memberikan kontribrusi pribadi kepada kehidupan orang lain. Social interest merupakan standar untuk menentukan betapa bermanfaatnya hidup seseorang.22 c. Perkembangan Abnormal Satu faktor yang melandasi semua jenis perilaku menyimpang (maladjusment) adalah kepedulian sosial yang tidak berkembang. Selain itu, para penderita neurotik cenderung: (1) menetapkan tujuan akhir yang terlalu tinggi; (2) hidup di dunia pribadi mereka sendiri; (3) memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis. Tiga ciri ini merupakan konsekuensi tak terelakkan dari ketidakpedulian sosial. Singkatnya, manusia menjadi gagal dalam hidupnya karena mereka terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga kurang memerhatikan orang lain. Pandangan mereka tentang dunia tidak mencakup adanya individu-individu lain.
Ibid., 69. Ibid., 22 Alwisol, Psikologi, 72. 20 21
15
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
Ada tiga faktor yang yang bisa membuat seseorang bisa menjadi salah suai, tidak perlu ketiga faktor itu muncul bersama, satu faktor saja sudah cukup untuk membuat perkembangan seseorang menjadi abnormal. Tiga faktor itu adalah:23 1. Cacat Fisik Kelemahan-kelemahan fisik entah bawaan, hasil kecelakaan atau penyakit yang disertai dengan perasaan-perasaan inferiortas yang berlebihan akan mengundang perilaku menyimpang. Seseorang yang memiliki kecenderungan untuk selalu menangisi kelemahan fisiknya akan mengembangkan perasaan inferioritas secara berlebihan. Mereka tidak memiliki rasa percaya diri, tidak punya keberanian, dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain serta menyelesaikan masalah-masalah dengan cara egoistik. 2. Gaya Hidup Manja Gaya hidup manja menjadi salah satu sumber penyebab sebagian besar penderita neurosis. Orang-orang ini memiliki kepedulian sosial yang lemah namun hasrat kuat untuk dimanja selalu ingin ia ulangi, sebuah hubungan parasitik yang awalnya mereka miliki dari hubungan dengan salah satu atau kedua orangtuanya. Mereka seringkali mengharapkan orang lain memerhatikan, melindungi dan memenuhi kebutuhankebutuhan mereka. Mereka selalu menganggap orang lain adalah hanya untuk melayani mereka, mengharapkan orang lain memanjakan dirinya seperti cara orang tua dalam memanjakannya, mereka melihat dunia dengan kaca mata pribadi, terlalu sensitif, tidak sabar, memiliki emosi yang berlebihan, dan percaya bahwa mereka harus menjadi yang pertama dalam segala urusan. 3. Gaya Hidup Diabaikan Faktor ketiga yang memberikan kontribusi bagi perilaku menyimpang adalah penolakan. Anak-anak yang merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. Mereka mendendam orang lain, tidak percaya pada dirinya sendiri, tidak mampu bekerja sama untuk tujuan bersama. Mereka memandang masyarakat sebagai musuh, merasa terpisah dari semua orang dan cemburu pada keberhasilan orang lain.
23
16
Jess Feist & Gregory J. Feist, Theories, 72 – 75.
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
a. Safe guarding Tende nc ie s Semua penderita neurotik menciptakan pengamanan terhadap dirinya sendiri. Gejala itu berperan sebagai kecenderungan pengamanan, memproteksi inflasi image diri dengan mempertahankan gaya hidup neurotik. Kecenderungan safeguarding ini mirip dengan konsep mekanisme pertahanan dari Freud. Kecenderungan pengamanan dalam bentuk ringan dapat dilakukan semua orang, tetapi jika yang dilakukan terlalu berlebihan dan kaku, maka hal tersebut merupakan gejala neurotik. Seseorang akan mengkompensasi ketakutannya dengan membangun kecenderungan pengamanan untuk melindungi diri dari rasa malu akibat perasaan inferior yang berlebihan. Ada tiga kecenderungan pengamanan yang umum dipakai, yakni exuces, agresi dan withdrawal. 3. Relevansi Pokok Pemikiran Adler Dalam BK Pribadi dan Sosial Adler sangat menekankan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara dinamika pribadi dan dinamika sosial, bahwa pribadi yang sehat ialah yang dapat membentuk kesadaran diri dalam kehidupan sosialnya. Seorang pribadi yang memiliki prestasi atau superioritas dalam tujuan hidupnya, maka tidaklah sekali-kali ia akan merugikan lingkungan sosialnya. Keunggulan yang dibenarkan adalah kesuksesan pribadi yang dapat merangkul dan memberikan manfaat bagi lingkungan sosial. Seseorang dinilai bermanfaat jika ia mampu menciptakan perasaan sosial dalam dirinya sehingga dapat berbuat dan menciptakan kegiatan yang bermakna bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan lebih luas pada lingkungan sosialnya. Pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian setelah anak menjadi orang dewasa. Banyaknya pengalaman kebahagiaan mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagi dan untuk menjadi orang yang memiliki sifat sosial. Sedangkan berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap pengalaman sosial dan terhadap orang pada umumnya. Pengalaman tidak menyenangkan yang terlau banyak juga mendorong anak untuk menjadi tidak sosial dan anti sosial. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah. 24
24
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 256.
17
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
Dalam hal ini, apa yang telah Adler paparkan mengenai keterkaitan antara aspek pribadi dan aspek sosial sangat erat kaitannya dengan bidang layanan dalam bimbingan dan konseling, yakni bimbingan pribadi dan sosial. Bimbingan ini mengarahkan peserta didik untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kepribadiannya itu, sehingga ia memiliki kematangan emosional yang berpengaruh pada penyesuaian dirinya dalam lingkungan sosial dan berinteraksi secara tepat dengan anggota masyarakatsecara luas. Untuk mengembangkan pokok pemikiran Adler mengenai keutuhan kepribadian dan pentingnya social interest, maka setidaknya terdapat dua hal yang harus diperhatikan, agar aspek pribadi dan sosial dapat mencapai perkembangan yang maksimal dan saling bersinergi positif dalam kehidupan setiap individu untuk mencapai kesuksesannya. Kedua hal tersebut adalah kompetensi pribadi dan kompetensi sosial. Dalam membahas kedua hal ini, penulis secara
khusus
akan
memaparkan
aspek-aspek
yang
perlu
diperhatikan
dalam
mengembangkan kompetensi-kompetensi tersebut sesuai dengan perspektif Adlerian. a. Kompetensi Pribadi Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa kepribadian merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan, dalam setiap diri individu ada wilayah fisik dan wilayah psikis, kedua wilayah inilah yang membentuk kepribadian setiap individu. Dengan demikian dalam melihat dinamika kepribadian, maka seseorang perlu mengetahui secara akurat kesesuaian antara bahasa organ dan bahasa lisan individu. Ketepatan makna ucap lisan bisa dilihat dari bahasa tubuh, demikian sebaliknya respon pada tubuh seseorang dapat memperlihatkan apa yang terjadi pada psikis seseorang. Aspek-aspek yang membentuk wilayah ini ialah: (1) kasih sayang tulus dari ibu; (2) kerjasama antara ibu dan ayah dalam mendidik anak; (3) kasih sayang yang seimbang pada setiap anggota keluarga; (4) tidak memanjakan dan atau mengabaikan kebutuhan anak; (5) posisi dan peran setiap anak dalam keluarga; (6) kepedulian terhadap masyarakat sekitar; dan (7) superioritas pribadi yang bermanfaat bagi sesama. b. Kompetensi Sosial Kepedulian seseorang sangat dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat, perhatian pada lingkungan sekitar akan memberikan makna tersendiri dalam kehidupan, kepedulian ini dapat berkembang hanya jika kita mau memperhatikan apa yang ada di sekitar kita. Dengan melihat keadaan sosial yang melingkupi kita, maka kita akan belajar membaca kebutuhan 18
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
orang lain, kita menyadari bahwa sebagai makhluk sosial kita saling membutuhkan dan yakin bahwa sebagai pribadi kita memiliki manfaat untuk dibagikan pada sesama manusia. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar mampu mengembangkan kompetensi sosial setiap individu ialah: (1) hubungan yang baik dengan ayah, ibu, dan saudara lainnya; (2) kepedulian sosial sebagai gaya hidup; (3) memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan; (4) superioritas pribadi diarahkan pada kemaslahatan masyarakat; (5) mengembangkan empati pada setiap orang; (6) bekerjasama dengan orang lain untuk membangun lingkungan yang kondusif. 4. Layanan BK Pribadi dan Sosial Di Sekolah Untuk mencapai kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan maka siswa tidak cukup hanya diberi pelajaran bidang studi. Sekolah berkewajiban memberi bimbingan dan konseling yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi, sosial, belajar, dan karier agar peserta didik secara komprehensif mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Jika peserta didik mengalami hambatan dalam penerimaan diri dan penyesuain dalam lingkungan maka akan menimbulkan masalah-masalah kurang kesadaran emosi yang mengganggu penyesuaian diri remaja dengan lingkungannya. Sebab jika hubungan interpersonal kurang baik, seperti hubungan dengan orang tua, teman, guru, dan ditambah lagi dengan konflik internal dari dalam diri siswa maka akan membentuk kurangnya kesadaran emosi yang pada akhirnya akan mengganggu hubungan antara siswa dengan lingkungan, sehingga berakibat pada siswa yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jika demikian, alangkah baiknya jika seseorang memiliki kesadaran emosi, karena ia akan menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan atau menguasai emosi dan kemampuan untuk menenangkan diri. Kemampuan mengendalikan emosi diri erat merupakan bagian dari kecerdasan emosional yang merupakan kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Lima wilayah kecerdasan emosi: (1) Kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, (2) Kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi diri dengan tepat, (3) Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, (4) Kemampuan untuk mengenali orang lain, (5) Kemampuan membina hubungan yang baik
19
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
dengan orang lain25.
Seseorang yang peka dengan suasana hati adalah mereka yang
tergolong memiliki kepintaran dalam emosi. Kemampuan menyadari dan mengendalikan emosi merupakan suatu kebutuhan, yang harus dimiliki oleh setiap individu. Artinya apabila seseorang mampu menyadari dan mengendalikan emosi, maka mereka akan mempunyai sikap yang stabil. Selanjutnya kesadaran dan pengendalian emosi, kemampuan untuk menciptakan hubungan dinamis antara guru dan siswa, teman sebaya, orang tua, kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, kemampuan bertingkah laku dengan menjunjung tinggi tata krama, norma yang berlaku di masyarakat merupakan kegiatan-kegiatan dalam layanan bimbingan pribadi-sosial.26 a. Layanan Bimbingan Pribadi Pengembangan pribadi siswa melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah bisa diwujudkan melalui layanan bimbingan pribadi. Bidang bimbingan ini membantu para peserta didik agar mandiri dalam kehidupannya, mengembangkan kompetensi diri, juga menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi. Salah satu hal yang penting dalam layanan bimbingan pribadi ini adalah mengenai kemampuan peserta didik dalam memahami diri. Santrock mendefinisikan dan menyebutkan tiga aspek dalam pemahaman diri sebagai berikut: “Self-understanding is a child’s cognitife representation of the self, the subtance and content of the child’s self-conception. Though not the whole of personality identity, self-understanding provides its rational underpinnings. Three facets of self-understnading are: (1) personal memories, (2) representation of the self, (3) theories of the self. Personal memories are auothobiographical episodes that are especially important in thougts obout oneself. These might include memories of s fight with one’s parent, a day spent with a friend, a teacher saying what good one’s work is, and so on. Representation of the self include the generalized ascriptions individuals make about their self. Theories of the self enable individuals to indentify wich characteristics of the self are relevant, arrange these characteristic in hierarchical order of importance, and make calim about how these characteristic are related to each other. Theories of the self provide an individual with a sense of identity and a source of orientation to the world”.27
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), 72. Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 19. 27 John W. Santrock, Child Development 7th (New York: McGraw-Hill, 2004), 385. 25 26
20
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
Dari pengertian diatas, maka untuk membantu peserta didik dalam pencapaian pemahaman dirinya secara utuh, baik kekurangan maupun kelebihannya, maka bidang bimbingan pribadi dapat dirinci dalam pokok-pokok sebagai berikut: 1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME. 2. Pemanatapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatankegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalm kehidupan sehari-hari maupun untuk perannya di masa depan. 3. Pemantapan pemahan tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya pada atau melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif. 4. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya. 5. Pemantapan kemampuan pengambilan keputusan. 6. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya. 7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.28 Dalam situasi tertentu, peserta didik dihadapkan pada situasi rumit yang bersumber dari dalam dirinya sendiri. Masalah ini bisa muncul karena mereka tidak berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dalam dirinya. Masalah juga bisa timbul akibat gagalnya peserta didik dalam mempertemukan antara aspek-aspek pribadi di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain.29 Aspek-aspek individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi adalah: (a) kemampuan individu memahami diri; (b) kesanggupan menerima keadaan diri; (c) kemampuan mengambil keputusan; (d) kemampuan memecahkan masalah; (d) bertanggung jawab atas segala perilaku diri. b. Layanan Bimbingan Sosial Layanan bimbingan sosial membantu peserta didik agar mampu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya, untuk itu konselor perlu memperhatikan
28 Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), 12. 29 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011),124.
21
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
perkembangan sosial, cara bersosialisasi dan cara mereka melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosial. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. menjadi orang yang mampu bermasyarakat memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Proses sosialisasi: 1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat seseorang tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang dapat diterima. 2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh anggotanya dan dituntun untuk dipatuhi. 3. Perkembangan sikap sosial. untuk bermasyarakat/bergaul dengan baik individu harus menyukai orang dan aktivitas sosial. jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.30 Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain, sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Setiap individu diharapkan agar dapat semakin menyesuiakan diri terhadap kehidupan sosial dan dapat memenuhi harapan sosial sesuai dengan usia mereka.31 Istilah penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian seorang individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Anak yang berpenyesuaian baik memiliki semacam harmoni, mereka memiliki perasaan puas dengan dirinya. Walaupun sewaktuwaktu ada kekecewaan dan kegagalan namun mereka terus berusaha untuk mencapai tujuan.
30 31
22
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan, 250. Ibid., 287.
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
Disamping membuat penyesuaian pribadi yang baik, siswa yang baik penyesuaiannya mempunyai hubungan harmonis dengan orang di sekitar mereka.32 Anak yang menerima dirinya, akan menerima orang lain sebagaimana ia menerima dirinya, dan itu menandakan penerimaan sosial yang baik dalam hidupnya. Semakin banyak orang yang menyukai dan menerima mereka, semakin senang anak dengan dirinya dan semakin kuat menerima dirinya. Ini menunjang penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.33 Selain hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, peserta didik juga dihadapkan pada dinamika sosial yang ada di sekitarnya dan hal ini selalu terkait dengan keberadaan orang lain, baik di rumah, di lingkungan masyarakat maupun di sekolah. Bidang bimbingan sosial dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut: 1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif. 2. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif. 3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum dan kebiasaan yang berlaku. 4. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar sekolah maupun di masyarakat pada umumnya. 5. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab. 6. Orientasi tentang kehidupan keluarga.34 Setiap perserta didik tidak hanya mengalami masalah pribadi, namun mereka juga akan menghadapi masalah yang bersifat sosial, seperti menglami kesulitan dalam berkenalan, berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain. Masalah ini bisa terjadi jika peserta didik tidak mampu berhubungan secara baik atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
Ibid., 257. Ibid., 258. 34 Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses, 13. 32 33
23
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
Selain problem diatas, aspek-aspek sosial yang membutuhkan layanan bimbingan sosial adalah: (a) kemampuan peserta didik dalam bersosialisasi dengan lingkungannya; (b) kemampuan melakukan adaptasi; (c) kemampuan berintraksi baik dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.35 c. Unsur-unsur dalam Bimbingan Pribadi-Sosial Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan di jenjang pendidikan sebagian disalurkan melalui bimbingan kelompok dan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa remaja dan mahasiswa; (2) Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern; (3) Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siswa dan mahasiswa; (4) Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa. Dalam unsur-unsur ini konselor perlu mengetahui dan memperhatikan informasi tentang tahap perkembangan dan menyampaikannya pada peserta didik dengan bahasa yang mudah mereka pahami sehingga informasi terus berlanjut menjadi aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dan orang tua siswa juga perlu mendapatkan informasi tentang pencapaian dan kebutuhan anak-anaknya sesuai dengan usia dan tahap perkembangan. Urgen sekali bagi peserta didik untuk mengerti tentang lingkungan masyarakatnya, terutama dalam perkembangan yang semakin modern, peserta didik selalu perlu untuk menyesuaikan diri agar mereka nyaman dan diterima dalam standar sosial lingkungan dimana mereka tinggal. Dengan informasi mengenai arah perkembangan modern peserta didik diharapkan untuk mengetahui “mengapa hidup modern” dan bukan “bagaimana hidup modern”. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa konselor akan mampu untuk memberikan layanan yang tepat jika dia benar-benar memahami dan mengenal peserta didik yang akan ia layani. Dan salah satu jalan untuk mengenal peserta didik adalah dengan pengumpulan data yang relevan, sehingga konselor mendapatkan informasi yang tepat mengenai kebutuhan-kebutuhan peserta didiknya.
35
24
Tohirin, Bimbingan dan Konseling, 127.
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
5. Adle rian-Sc h o o l Co unse ling; Penerapan BK Pribadi-Sosial di Sekolah Perspektif Adlerian Teori konseling Alfred Adler memiliki pengaruh besar di sekolah pada akhir pertengahan abad. Pokok teori Adler adalah tentang kepedulian sosial. kepedulian sosial adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara kooperatif dengan orang-orang dalam kehidupan bermasyarakat. Kepedulian sosial merupakan kepekaan yang harus dikembangkan dan menjadi tolak ukur kesehatan pribadi. Adler percaya bahwa sekolah adalah tempat awal dimana anak-anak mengembangkan dan menyalurkan kepedulian sosial.36 Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat sosial konseli untuk kemudian mendidik kembali mereka agar mampu hidup di tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi bukan hanya menerima dan menuntut.37 Dalam pandangan Adler, perilaku negatif adalah hasil dari perasaan diabaikan dan perlakuan memanjakan anak. Maka Adler menghimbau para guru dan konselor, sebelum mereka mengatasi perilaku negatif siswa, untuk menanyakan terlebih dahulu pada mereka tentang tujuan dari perilakunya karena menurut Adler semua perilaku pasti memiliki tujuan. Adler meyakini bahwa jika sampai anak-anak memilih suatu perilaku tertentu maka mereka menginginkan perilaku itu dapat memenuhi kebutuhannya.38 Dengan menggunakan pandangan Adler mengenai pilihan perilaku akan membantu para pendidik menemukan cara yang lebih demokratis dengan siswa dalam menyepakati perilaku yang baru dan berbeda, jadi siswa bisa mengatasi problem perilakunya dengan mempelajari perilaku baru, dan hal ini lebih baik jika anak-anak mau mendapatkan pengalaman dan memahami konsekuensi logis dari setiap perilaku tertentu, kemudian setelah itu anak-anak bisa menilai sendiri perilaku mana yang dibutuhkan dalam mencapai tujuannya, jadi kuncinya ialah berkompromi secara tepat dengan anak. Beberapa anak mungkin menolak untuk mengakui ketidakpuasan perasaannya, inferioritasnya, atau harapan yang tidak bisa ia miliki. Maka tindakan yang bisa dilakukan disini ialah memberikan mereka beberapa dukungan dengan melibatkan mereka dalam kelompok atau kegiatan yang dinilai bisa meningktkan perasaan diri mereka.
Daniel T. Sciarra, School, 24. Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan, 212. 38 Daniel T. Sciarra, School, 25. 36 37
25
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
Sekolah bisa menjadi tempat yang bermakna dalam perkembangan kepedulian setiap siswanya. Sekolah dengan berbagai aktivitasnya, berfungsi sebagai tempat yaang mana anak-anak di dalamnya bisa mendapatkan pengalaman dalam menumbuhkan minat sosial. Tentu saja keluarga juga memiliki peran vital dalam perkembangan anak, namun sekolah juga memiliki peran penting dalam membantu perkembangan kepedulian sosial anak, yaitu dengan cara mereka berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok, baik dalam kegiatan belajar, olah raga, dan konseling kelompok.39 6. Keadaan Keluarga Sebagai Pertimbangan dalam Layanan BK Pribadi-Sosial Dalam terapi Adler hampir selalu menanyai konseli mengenai keadaan keluarga, yakni: urutan kelahiran, jenis kelamin, dan usia saudara-saudara sekandung. Bahasan mengenai keluarga dapat dijadikan pertimbangan bagi orang tua dalam mengasuh anakanaknya. Adler mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinan bahwa keturunan, lingkungan, dan kreativitas individual bergabung menentukan kepribadian. Dalam sebuah keluarga, setiap anak lahir dengan unsur genetik yang berbeda, masuk ke dalam setting sosial yang berbeda, dan anak-anak itu menginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda.40 Karena itu penting untuk melihat urutan kelahiran (anak pertama, kedua, dan seterusnya), dan perbedaan cara orang menginterpretasi pengalamannya. Menurut Adler, psikopatologi merupakan akibat dari kurangnya keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang berkembang. Jadi tujuan utama konseling ialah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferior, dan mendorong berkembangnya minat sosial. Adler yakin bahwa siapapun dapat mengerjakan apa saja. Keturunan memang sering membatasi kemampuan seseorang, dalam hal ini sesungguhnya yang penting bukan kemampuan, tetapi bagaimana orang menggunakan kemampuan itu. Melalui humor dan kehangatan Adler berusaha meningkatkan keberanian, harga diri, dan social interest konseli. Menurutnya, sikap hangat dan pelayanan yang diberikan konselor dapat mendorong konseli untuk mengembangkan minat sosial dalam tiga masalah kehidupan: (1) cinta/seksual; (2) persahabatan; dan (3) pekerjaan.41
Ibid., 26. Feist, Jess & Gregory J. Feist, Theories of Personality, 79. 41 Ibid., 81. 39 40
26
Pembentukan Kompetensi Pribadi-Sosial menurut Alfred Adler.... (Arina Mufrihah)
C. Kesimpulan Adler melihat kepribadian sebagai sosok yang tidak dapat dibagi-bagi dan dipisah, keperibadian menurut Adler ialah kesatuan antara wilayah fisik dengan wilayah psikis. Dan untuk melihat apa yang sebenarnya ingin seseorang sampaikan tentang perasaannya seringkali terlihat dari gejala fisiknya. Sebagai pribadi setiap manusia memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan itu setiap orang memiliki kekuatan atau kelebihan tersendiri dalam dirinya, kekuatan itu Adler sebut dengan superioritas pribadi. Superioritas ini adalah keinginan dan kemampuan manusia untuk unggul dalam mencapai kesuksesannya. Dan superioritas yang dibenarkan adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain, bisa menjadi kontribusi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya pribadi dengan kehidupan sosial sangat berkaitan. Bahkan minat sosial dalam diri seseorang sudah ada sejak masa kanak-kanak awal, dan berkembang tergantung dari seimbanganya kasih sayang yang diberikan seorang ibu, kepada ayah, anakanaknya yang lain dan lingkungannya. Jadi anak-anak akan belajar mengembangkan kepedulian sosial pada semua orang. Dan hal yang paling esensi dalam pendangan Adler, bahwa kepedulian ssosial merupakan satu-satunya tolok ukur pribadi yang sehat, kemampuan seseorang dalam mengembangkan minat sosial menandakan ia sebagai pribadi yang berguna, yang bisa mwmberikan manfaat pada manusia lain saat ia mencapai kesuksesan. Pandangan Adler tentang keterkaitan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan sosial ini memiliki kontribusi bagi pengembangan BK Pribadi-Sosial di Sekolah. Dengan perspektif Adlerian, konselor dapat membantu para siswanya agar lebih mengenal diri mereka dan melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi para siswa bisa berbuat dan memberikan manfaat pada lingkungan sosialnya. Konselor membentuk pribadi siswa yang sehat dengan mengajak mereka mengembangkan perilaku baru untuk mencapai kebutuhannya. Dan mengembangkan minat sosial siswa dengan mengajak mereka untuk berkontribusi dalam kegiatan sosial yanga ada di sekolah seperti kerja bakti, olah raga, belajar bersama, dan kegiatan ekstrakulikuler sekolah lainnya.
27
al-Tazkiah, Vol.3 No.1, 2013: 11-28
Daftar Pustaka Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Gerald Corey. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika Aditama. Jess Feist & Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. terj. Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Robert L Gibson & Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Elizabeth B Hurlock, 2010. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. ____, 2010. Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Yudrik Jahja, 2011. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana. Prayitno & Erman Amti. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. John W Santrock. 2004. Child Development 7th, New York: McGraw-Hill. Daniel T Sciarra. 2004. School Counseling Foundations and Contemporary Issues, USA: Thompson Learning. Dewa Ketut Sukardi & Desak P.E. Nila Kusumawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta. Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
28