PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI (Studi Kasus Pada Organisasi Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Disusun Oleh :
AHMAD SYARIFUDIN NIM. 121 07 043 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki,, maka skripsi Saudara : Nama
: AHMAD SYARIFUDIN
NIM
: 121 07 043
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI (Studi Kasus Pada Organisasi Santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta)
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, Pembimbing
Rachmad Hariyadi, M. Pd NIP.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: AHMAD SYARIFUDIN
NIM
: 121 07 043
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan oranglain yang terdapat dalam dlam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Penulis
Ahmad Syarifudin NIM. 121 07 043
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
Jangan menunda-nunda pekerjaanmu sampai esok hari jika kamu bisa mengerjakannya sekarang. PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Kedua orangtua saya, Bapak Nasiri, Ibu Sri Suharni, kakak, dan adikku beserta keluarga (orang yang paling kusayangi dan kucintai)
Sahabat-sahabati
terbaikku,
Pakdhe
Syamsodin, Jalpo, Anis, Dwi’, Nanik, Muarifin.
Teman-teman
Genkz
Madon
Club,
Core
Computer berkah Kridanggo.
Teman-teman T-PAI 2007, jangan lupakan kebersamaan saat-saat kuliah dalam mencari ilmu.
Pembaca yang budiman.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesailan. Shalawat dan slam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW, anak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Ialam. Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Tersusunnya skripsi ini tdak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Bapak Rachmat Hariyadi, M. Pd selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memeberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Fatchurrahman, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan agam Islam. 4. Para pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta baik mantan ketua OSTI maupun yanmg masih menjabat.
5. Kedua orangtuaku, kakak, adikku serta sanak familiku yang telah memberikan do’a serta motivasinya, baik moral maupun material. 6. Sahabat-sahabat angkatan 2007 transfer terutama PAI B serta lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang selalu mengisi hari-hari penuh keceriaan dan semangat. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini. Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, Penulis
AHMAD SYARIFUDIN NIM. 121 07 043
ABSTRAK Syarifudin, Ahmad. 2010. Pembentukan Karakter Melalui Organisasi (Studi Kasus pada Organisasi Santri Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Rachmat Hariyadi, M. Pd. Kata Kunci
: Pembentukan Karakter Melalui Organisasi.
Penelitian ini merupakan upaya strategis organisasi untuk membentuk karakter para santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah aktivitas mantan pengurus Organisasi Santri Ta’mirul IslamTegalsari Surakarta ketika mereka masih aktif ?, (2) bagaimanakah persepsi mereka mengenai pengaruh aktif di Organisasi Santri terhadap pembentukan karakter ?, (3) bagaimanakah pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan rancangan studi yang sumber datanya berasal dari manusia (human instrument). Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode interview, metode observasi, metode dokumentasi. Sedangkan tehnik analisis data peneliti menggunakan metode analisis data sebagi berikut : deduksi, induksi, reduksi data dan sintesis. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa aktif dalam kegiatan organisasi sangat dibutuhkan dalam membentuk karakter para santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta. Sedangkan jawaban dari pertanyaan di atas yang sesuai dengan hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut : (1) aktivitas para mantan pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI) selama mereka masih aktif berusaha memberikan kegiatan yang dapat membentuk karakter para santri menjadi positif, (2) persepsi para pengurus OSTI mengenai sikap aktif para santri dalam mengikuti kegiatan keorganisasian memperhatikan kedua factor yaitu, factor internal dan factor eksternal, kedua factor tersebut harus terpenuhi dengan baik, dan (3) pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri selepas dari Pesantren bisa ditunjukkan denagn sikap para santri yang memeliki tata krama, kesopanan dan kemampuan dalam memimpin suatu acara atau kegiatan yang ada di masyarakat.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan hidup manusia dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendukungnya, bukan hanya dari usaha lahiriah saja yang selalu harus diusahakan tetapi dari segi batiniah termasuk do’a yang utama sebagai penopang kehidupan (Megawangi, 2007 : 1). Oleh karena itu, kita dituntut untuk bekerja keras dalam setiap apa yang dikerjakan, maksudnya adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, tenaga dan pikiran seluruhnya dicurahkan kepada apa yang telah dibebankan. Dalam
kehidupan
tampak
dengan
jelas
bagaimana
peran
lingkungan terhadap perilaku manusia itu. Kalau diperhatikan apa yang terjadi di sekitar manusia itu dapat dikemukakan adanya bermacammacam kejadian yang berbeda antara satu dengan yang lain, selain itu juga ada kesamaannya. Banyak pakar filosof dan orang-orang bijak mengatakan bahwa faktor moral atau akhlak adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh para orang tua dan pendidik adalah melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak-anak kita, nilai-nilai moral yang ditanamkan akan
2
membentuk karakter yang mulia yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. (Megawangi, 2007 : 1). Dalam islam kita diajarakan untuk saling memperbaiki Akhlak. Allah mengutus Rasulullah SAW kepada umat manusia tidak lain untuk menjadi suri tauladan serta untuk memperbaiki akhlak mereka, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21 : 33
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9
∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$#
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia menyebut Allah” (Depag RI, 1980 : 670). Dari ayat diatas, kita dapat mengambil makna yang terkandung didalamnya seharusnya kita sadar bahwa kita sebagai manusia harus mempunyai penguasaan diri yang matang karena dari perilaku bisa timbul persaudaraan, dan dari perilaku pula dapat memunculkan pertikaian yang akan merugikan diri serta orang yang ada dalam lingkup yang kita tempati.
3
Apa yang ada di sekitar manusia itu pada garis besarnya dapat dibedakan ada benda mati dan benda hidup, ada lingkungan yang bersifat ke alam, dan ada lingkungan yang mengandung kehidupan. Dalam lingkungan alam kehidupan inilah terdapat lingkungan manusia atau lingkungan sosial. Hubungan antara individu dengan lingkungan sosial inilah yang menjadi fokus pembicaraan dalam kepribadian watak serta karakter (Walgito, 1990 : 25). Anak adalah gambaran masa yang akan datang, bila dari sekarang dan di usia dini anak telah diajari sesuatu untuk berbuat sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh norma agama maka jelas masa yang akan datang adalah masa emas buat kita dan bangsa yang akan datang, pepatah arab mengatakan balita sekarang adalah pemuda yang akan datang, jadi sudah seharusnya kita sebagai umat Islam selalu memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sebab dalam proses pendidikan kedudukan dan derajat manusia akan lebih tinggi dibanding makhluk-makhluk Allah yang lain. Pendidikan merupakan proses hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan dan kehidupan manusia. Bahkan keduanya pada hakikatnya adalah merupakan proses yang satu, bahwa seluruh hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan.
4
Kita memang manusia yang sempurna yang diciptakan oleh Sang Maha serba bisa, pada saat Allah menciptakan manusia maka Allah telah memberikan semua fasilitas untuk kita dari kedua tangan untuk mengerjakan yang baik, kedua telinga untuk mendengarkan nasihat dan berbagai fasilitas yang lain yang semua itu diperuntukkan untuk kemudahan manusia, tapi yang paling penting adalah penciptaan hati dan akal pikiran manusia, seseorang yang memiliki pikiran rusak maka hati akan mengingatkan dan meluruskan jalannya, tetapi bila hati yang rusak maka rusak semua yang dikerjakan oleh manusia. Manusia telah diajarkan bagaimana tata cara untuk bersosialisasi, bagaimana cara untuk hidup dalam sebuah masyarakat yang banyak sekali dinamika serta problem yang ada, keberadaan masalah yang ada merupakan sebuah pembentukan karakter dalam diri sebuah manusia, karakter seseorang merupakan pembawaan dari sifat manusia , tapi bukan berarti tidak bisa diubah, karakter tercipta karena kebiasaan yang dijalani seseorang secara terus-menerus, jadi yang terpenting dalam sebuah pembentukan karakter adalah bagaimana kebiasaan kita untuk membentuk sebuah karakter yang baik. Jiwa dan sifat yang baik akan muncul bila berada dalam suatu lingkup yang baik, maka harus bisa memilih wadah yang tepat sebagai rumah untuk berkembangnya kemampuan. Dalam suatu organisasi sering kita menemukan sosok orang yang bersikap tenang dan selalu bisa mencari
5
jalan pemecahan, bagus dalam bertutur kata dan berwibawa, hal seperti inilah yang dapat dijadikan contoh dan panutan untuk kita. Dalam sebuah tatanan masyarakat maupun lembaga baik formal maupun non formal tentu terdapat kelompok atau organisasi, didalamnya ada sejumlah orang yang sangat berpengaruh, mempunyai tugas yang berbeda-beda menurut kadar kemampuan yang dia miliki, demikian itu dinamakan dengan organisasi. Adapun ciri-ciri dari organisasi adalah: 1. Adanya komponen (atasan dan bawahan) 2. Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang) 3. Adanya tujuan 4. Adanya sasaran 5. Adanya keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati 6. Adanya wewenang dan koordinasi tugas-tugas. Dalam suatu organisasi semua harus bisa diajak untuk bekerja sama dari element paling bawah sampai yang paling atas. Anggota adalah obyek utama dalam menjalankan organisasi, maka untuk itu harus diketahui dahulu tingkat keaktifan anggota terhadap organisasi. Jika anggota mempunyai keaktifan yang bagus tentu pengarahan dalam semua ini akan tertata dengan baik, tetapi jika tingkat keaktifan rendah maka
6
perlu adanya trik khusus untuk mengarahkan anggota kepada yang lebih baik. Oleh karena itu, pembentukan karakter melalui organisasi sangat penting untuk kemajuan seseorang dalam kehidupannya, karena tidak ada rumus sederhana yang dapat menjamin keberhasilan seseorang, harus ada tehnik yang profesional dan lengkap yang dapat mengajari cara mengelola waktu serta keadaan yang ada. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti kegiatan organisasi yang dilakukan oleh pengurus-pengurus sehingga dapat membentuk karakter santri di Ta’mirul Islam Tegalsari dengan judul:
PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI ORGANISASI
(STUDI KASUS PADA MANTAN PENGURUS ORGANISASI SANTRI TA’MIRUL ISLAM TEGALSARI SURAKARTA) B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah aktifitas mantan pengurus Organisasi Santri ketika mereka masih aktif? 2. Bagaimanakah persepsi mereka mengenai pengaruh aktif di Organisasi terhadap pembentukan Karakter?
7
3. Bagaimanakah pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren? C. Tujuan Penelitian Melihat rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktifitas mantan pengurus Organisasi Santri ketika mereka masih aktif. 2.
Untuk mengetahui persepsi mereka mengenai pengaruh aktif di Organisasi terhadap pembentukan Karakter.
3. Untuk mengetahui pengaruh keaktifan dalam Organisasi Santri dalam kehidupan mereka selepas dari Pesantren. D. Kegunaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yang dapat penulis paparkan, dintaranya adalah: 1. Secara teoritik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan bagi masyarakat secara umum, khususnya pada santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan akhlak pada para santrinya.
8
2. Secara praktis Dalam penelitian ini ada dua manfaat secara praktis yaitu: - Bagi masyarakat umum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan contohcontoh, dan pelajaran yang berharga bagi masyarakat tentang bagaimana cara membentuk karakter yang baik yang bisa menjadi suri teladan bagi masyarakat sekitar. - Bagi pondok pesantren. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pondok pesantren bagaimana cara
untuk
menentukan kebijakan dalam ukuran prilaku santri serta cara yang efektif
untuk
mengarahkan
mereka
dalam
pembentukan
kepribadian. - Bagi penulis Melalui penelitian ini diharapakan penulis mendapatkan ilmu
pengetahuan
yang
lebih
terutama
dalam
bidang
keorganisasian. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahfahaman terhadap penafsiran judul, maka perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok
9
maupun kata-kata yang menjadi variabel dalam penelitian ini. Adapun batasan istilah tersebut adalah: 1. Pembentuan Karakter Dalam kamus Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak. Sedangkan
menurut
Al-Ghazali
di
kutip
oleh
Desie
(http://kaderisasi kammi: akses 2010 : 56), yaitu akhlak atau karakter adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses berfikir. 2. Organisasi Organisasi ialah kesatuan yang terbentuk karena penggabungan dari beberapa orang dan sebagainya dalam suatu perkumpulan yang mempunyai tujuan tertentu (Depdiknas 1998: 803). Menurut Sadler (1994 : 115), organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui seseorang dibawah pengarahan pemimpin untuk mengejar tujuan bersama. F. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur dan berpikir secara kritis untuk mencapai suatu tujuan yang
10
dimaksud. Metode ini diperlukan guna mencapai tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil secara optimal. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003 : 90). Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif. 2. Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian maka, peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data-data yang valid. Dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti menjadi pelajar yakni belajar dari orang yang diwawancara yang menjadi sumber data. 3. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah mantan pengurus dan pengurus OSTI yang kami ambil adalah ketua OSTI yang dipilih melalui musyawarah dewan asatidz yang telah disaring baik dari pemikiran, prestasi, keteladanan serta yang lainnya.sekarang dan kami sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
11
TABEL I DAFTAR NAMA RESPONDEN NO 1
NAMA
KETERANGAN
Amin Zainuddin
Mantan Ketua OSTI periode 20012002
2
Prihanto
Mantan Ketua OSTI periode 20022003
3
Fursan Fikri
Mantan Ketua OSTI periode 20032004
4
Wulan Al Fitra
Mantan Ketua OSTI periode 20042005
5
Mukhlis Febriantoro
Ketua OSTI sekarang
4. Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan karakter dan organisasi. Secara umum, data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam mempermudah
rangka
untuk
jalannya
memperoleh
penelitian
penulis
data
serta
membantu
menggunakan
metode
pengumpulan data. Adapun tehnik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
12
a) Interview/wawancara. Menurut Hadi (1995 : 115) metode wawancara adalah suatu proses tanya-jawab di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri suaranya. Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1986 : 129), “metode interview adalah metode penelitian yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, dengan bercakapcakap berhadapan muka dengan orang itu” Metode ini digunakan sebagai metode bantu untuk mendapatkan data tentang persepsi pembentukan karakter melalui organisasi sehingga data yang diperoleh benar-benar valid. b) Metode observasi Menurut Hadi (1994: 136), “pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki”. Agar data – data sesuai dengan kenyataan yang ada dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu digunakan tehnik pengumpulan data yaitu observasi. Metode observasi diartikan sebagai fenomena yang diselidiki, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung atau terhadap objek yang akan diteliti.(Keraf 1980: 162) Metode ini dilakukan sebagai penjajagan awal dan seterusnya
13
terhadap lapangan penelitian agar penulis lebih memahami kondisi sesungguhnya sehingga memperoleh data yang valid c) Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Dalam penggunaan metode dokumen ini, guna menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, buku administrasi yang lain dan sebagainya (Arikunto, 2002 : 128). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang sudah tertulis dan terwujud dalam bentuk dokumentasi, yaitu karakter dan organisasi. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber data yaitu 4 mantan ketua OSTI dan 1 ketua OSTI sekarang. Kami sajikan dalam bentuk tabel : TABEL II DAFTAR NAMA RESPONDEN NO 1
NAMA Amin Zainuddin
KETERANGAN Mantan Ketua OSTI periode 20012002
2
Prihanto
Mantan Ketua OSTI periode 20022003
3
Fursan Fikri
Mantan Ketua OSTI periode 20032004
14
4
Wulan Al Fitra
Mantan Ketua OSTI periode 20042005
5
Mukhlis Febriantoro
Ketua OSTI sekarang
Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh dan telah dikumpulkan oleh pihak lembaga pendidikan yang meliputi: a. Pengasuh Pondok Pesantren Ta’mirul Islam sebagai pengontrol semua santri serta kegiatannya. b. Dewan asatidz sebagai pemantau dalam setiap tatanan kehidupan santri. 6. Analisa Data Dalam analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data dengan menguraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar dapat menyajikan hasil penelitian. 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk
menguji
keabsahan
data
yang
diperoleh,
penulis
menggunakan cara perpanjang kehadiran peneliti di lapangan, Observasi yang diperdalam dan juga analisis kasus negatif, dan lain-lain sampai data dapat diuji kebenarannya.
15
8. Tahap-tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan Karakter dan juga yang berhubungan Karakter Organisasi, kemudian membuat kerangka atau bahan untuk memulai penelitian. b. Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang Karakter, kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung peran Pondok Pesantren dalam pembentukan Karakter. c. Penelitian sebenarnya. Penulis melakukan penelitian secara langsung dilokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian. 9. Metode Analisis Data Analisis data menurut Patton (1980), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Hasan, 2006 : 29). Untuk lebih memahami penelitian ini, maka penulis memilih metode analisis sebagai berikut : a. Deduktif
16
Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenal suatu fenomena (teori) dan merealisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi) (Anwar, 2007 : 40). Pendekatan Deduktif dalah berfikir dari suatu keadaan yang abstrak kepada yang konkret. Dengan kata lain deduktif adalah kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus. Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini yaitu membantu untuk menyimpulkan hal-hal yang bersifat umum menjadi
khusus
atau
konkret
dalam
penelitian
ini
untuk
mengumpulkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan antara lain tentang data pembentukan karakter melalui organisasi santri. b. Induktif Induktif adalah proses logika yang berengkat dari data empiric, lewat observasi menuju kepada suatu teori (Anwar, 2007 : 40). Pendekatan induktif pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtiarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas dalam analisis data kualitatif.
17
Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada OSTI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta tahun 2010 yang mengenai aktivitas pengurus OSTI, dan data-data yang dimiliki oleh OSTI. c. Reduksi data Reduksi data ialah data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk urutan atau laporan yang terperinci (Nasution, 2003 : 129). Penyajian data dilakukan untuk pemahaman informasi yang terkumpul, memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan di identifikasikan secara sederhana yang sesuai dengan data yang diperoleh yaitu tentang aktivitas pengurus OSTI, persepsi serta pengaruh keaktifan dalam organisasi ketika di dalam masyarakat. Kemudian data-data tersebut disusun secara terperinci dalam bentuk laporan atau uraian. d. Sintesis Sintesis yaitu suatu penanganan suatu obyek tertentu dengan cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang
18
lainnya, sehingga menghasilkan suatu pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif dan kritik. Penerapan sintesis dalam hal ini yaitu menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan yakni mengenai bagaimana aktifitas mantan pengurus OSTI, persepsi, dan pengaruh kektifan dalam OSTI di masyarakat, kemudian dari hasil data-data tersebut telah disusun secara sistematis kemudian data-data tersebut digabungkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.
G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika skripsi sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang beberapa hal yaitu: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, metode penelitian ini mencakup tentang, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, metode pengumpulan data, tehnik analisis data dan sistematika penulisan.
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang landasan teori yang meliputi : Pengertian karakter, macam-macam karakter, factor-faktor yang memengaruhi karakter, factor-faktor pembentuk karakter, upaya membentuk karakter. Organisasi, yang meliputi : Pengertian organisasi, macam-macam organisasi, manfaat organisasi, keaktifan seseorang dalam organisasi. Organisasi santri ta’mirul islam yang meliputi : pengertian santri dan pondok pesantren, organisasi dipondok pesantrren, organisasi sebagai salah satu wahana pendidikan di pondok pesantren.
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini membahas paparan dan temuan penelitian yaitu : sejarah pondok pesantren, visi dan misi pondok pesantren, motto pesantren, panca jiwa pesantren, pendidikan dan pengajaran, kegiatan pondok pesantren, pengasuhan santri,
BAB IV
PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas tentang analisis data yang disertai dengan penyajian tabel-tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut: Analisis Deskriptif (masing-masing variabel) Pembahasan
20
BAB V
PENUTUP Dalam bab ini penulis menyajikan : Kesimpulan yang memuat
aktifitas mantan pengurus OSTI, persepsi pengurus mengenai pengaruh aktif OSTI terhadap pembentukan karakter, pengaruh keaktifan dalam OSTI dalam kehidupan mereka selepas dari pesantren, saran-saran, dan penutup.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Karakter Manusia dan Pembentukannya. 1. Pengertian karakter. Fajri menguraikan, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat, watak yang menjadi ciri khas seseorang (Depdiknas, 2007 : 442). Menurut Al Ghazali sebuah perilaku terjadi karena peran dari junud Al qalb atau tentara hati. Dalam diri manusia terdapat dua junad al Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa anggota tubuh yang berperan sebagai alat, dan yang besifat psikis, yang bersifat psikis yang terwujud dalam dua hal yaitu syahwat dan ghadob. Akhlak juga mendapatkan tempat tertinggi dalam AlQur’an serta merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT berfirman dalam beberapa surat yang diturunkan kepada Rasul-Nya, antara lain: Surat Al-qalam ayat : 4
∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 7‾ΡÎ)uρ
22
Artinya : ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”(Depag RI, 1980 : 960). Dari firman Allah SWT diatas kita dapat mengambil makna bahwa seorang Rasul utusan Allah SWT sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia memiliki akhlak yang mulia, untuk itu kita sebagai umatnya dapat mencontoh sikap, budi pekerti beliau untuk menjalani kehidupan ini. Surat Al-Ahzab ayat :21
tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x. yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9
∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$#
Artinya : ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Depag RI, 1980 : 21).
Karakter atau watak seseorang dengan orang lainpun tidak akan sama meskipun mereka dilahirkan sebagai orang yang sama atau kembar, situasi yang dialami oleh seseorang dengan orang lain akan selalu mempengaruhi kehidupan serta cara dalam pembentukan karakter jiwa serta wataknya.
23
Keadaan perasaan seseorang pada suatu saat dapat dinyatakan dengan menetapkan rasa senang, sedih, gembira, melegakan, mengharukan atau bahkan menegangkan, berdasarkan keadaan yang dialami dan dorongan serta kebutuhan untuk memenuhinya. Dalam diri manusia ada dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Simandjuntak menjelaskan dalam garis besarnya dorongan dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu. a. Daya pendorong yang berdasarkan pada keadaan-keadaan jasmani, seperti, kehidupan dalam masyarakat, kehidupan besosialisasi dengan orang lain, kebutuhan seksual serta kebutuhan yang lain. b. Daya pendorong yang timbul oleh situasi-situasi paksa. Dasar pendorong-pendorong itu kita temukan pada keadaan-keadaan khas di alam luar, seperti situasi bahaya, kekangan, rintangan. c. Daya pendorong yang tertuju kepada hal-hal yang objektif, seperti keinginan untuk menjelajah, mengenali suatu benda, eksplorasi, manipuilasi dan seterusnya. Maka setelah karakter manusia itu bisa dipahami mereka akan selalu berfikir untuk jauh lebih kedepan dalam memperbaiki keadaan yang ada, tidak monoton terfokus kepada suatu keadaan yang tercipta oleh satu lingkungan saja.
24
Untuk membentuk suatu karakter harus dimulai sejak dini, semenjak ia bayi, karena karakter itu dibentuk secara bertahap. Anis (2002 : 1) menerangkan tahapan perkembangan karakter yaitu dimulai sejak : 1) (0 – 10 tahun) Perilaku
lahiriyah,
Metode
pengembangannya
adalah
pengarahan, pembiasaan, keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi. 2) ( 11 – 15 tahun) Perilaku
kesadaran,
metode
pengambangannya
adalah
penanaman nilai melalui dialog, pembimbingan, dan pelibatan 3) ( 15 tahun ke atas) Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung jawab. http://forum-tanyajawab.blogspot.com/2008/07/tahapan perkembangan perilaku.html 2. Macam-macam karakter. Hipocrates dalam Darwis (2009) menggolongkan manusia dalam empat jenis karakter, yaitu : a. Sanguine : Pembicara Karakter sanguin sangat gampang dikenali. Dia pusat perhatian, selalu riang, ramah, bersemangat, suka bergaul atau luwes dan suka berbicara. Segala sesuatu yang dihadapi dianggap
25
sangat penting hingga dilebih-lebihkan tapi selalu pula dapat dilupakan begitu saja. Inilah salah satu kejelekan mereka disamping tidak disiplin, tidak bisa tenang atau gelisah, tidak dapat diandalkan dan cenderung egois. b. Kolerik : Pemimpin Karakter kolerik amat suka memerintah. Dia penuh dengan ide-ide, tapi tidak mau diganggu dengan pelaksanaannya sehingga lebih suka menyuruh orang lain untuk menjalankannya. Kemauannya yang keras, optimistik, tegas, produktif dipadu dengan kegemaran untuk berpenampilan megah, suka formalitas dan kebanggan diri menjadikannya seseorang yang berbakat pemimpin. Tapi karena dia juga senang menguasai seseorang, tidak acuh, licik, bisa sangat tidak berperasaan ( sarkastis) terhadap orang dekatnya sekalipun, akan menjadikan dia sangat dibenci. c. Melankolik : Pelaksana. Segala sesuatu amat penting bagi dia. Perasaannya adalah hal yang paling utama. Justru karena itu dia melihat sisi seni sesuatu, idealis, cermat, dan amat perfeksionis. Kelemahannya ialah ia selalu berpikir negatif, berprasangka buruk, yang membuatnya khawatir, dan sibuk berpikir.
26
d. Flegmatik : Penonton. Pembawaan tenang, lembut, efisien, kurang bergairah, tapi juga
tidak
gampang
kena
pengaruh.
Orang-orang
akan
menyangka dia tidak berminat atau tidak tertarik disebabkan oleh lamanya dia mengambil tindakan atas sesuatu. Dia bertindak atas dasar keyakinannya bukan atas dorongan naluri. Suka melindungi diri,
tidak
tegas,
penakut,
kikir
adalah
kelemahannya.
http://pembentukan-karakter.blogspot.com/2008/07/lingkungan karakter.html Dari keempat temperamen diatas, seseorang mungkin memiliki suatu jenis kepribadian utama yang dipengaruhi oleh kepribadian lain. Jadi bagaimana cara kita agar karakter yang kita bentuk sesuai dengan apa yang kita inginkan. Setelah karakter yang kita inginkan sudah kita temukan maka selanjutnya kita hanya berusaha untuk terus melanjutkan karakter seperti apa yang telah kita munculkan dari awal tadi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakter. Banyak perubahan yang tercipta ketika suatu pola diterapkan kepada suatu keadaan tertentu, begitu juga dengan sebuah watak dan karakter. Karakterpun akan berubah sesuai dengan keadaan serta lingkungan yang mempengaruhinya. Semua pengetahuan dan kecekatan mempunyai nilai praktis dalam hidup,kita
harus
selalu
memenuhi
tuntutan
kebutuhan
27
mempertahankan
diri
serta
bagaimana
cara
kita
untuk
mengembangkannya. Hal yang paling penting dalam proses pengembang diri adalah bagaimana cara kita belajar dari lingkungan yang berada disekitar kita, karena pengetahuan yang kita dapatkan akan selalu memunculkan kepribadian serta watak yang berbeda. a. Karena karakter itu akan terbentuk setelah melalui beberapa proses yaitu :
adanya nilai yang diserap seseorang dari
berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya. b. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk rumusan visinya. c. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas. d. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap. e. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian. Perilaku seseorang tidak bisa diperoleh secara tiba-tiba tetapi didapatkan dengan lama berjalannya waktu, serta lingkungan dan pergaulan yang di tempatinya. Firman Allah dalam surat At-Tin
∩⊆∪ 5ΟƒÈθø)s? Ç|¡ômr& þ’Îû z≈|¡ΣM}$# $uΖø)n=y{ ô‰s)s9
28
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. At-Tin( 95 ):4 dari ayat diatas maka sudah jelah fitrah manusia adalah baik oleh sebab itu diperlukan lembaga-lembaga khusus yang dapat melaksanakan tugas untuk membentuk suatu karakter yang baik sesuai dengan konsep dan kerangka yang diletakkan serta dianjurkan oleh Al-Quran Manusia adalah individu dalam komunitas. Ia baru akan menyadari kemanusiaanya apabila berada di dalam komunitas yang terdiri atas sejumlah kekuatan sosial yang dijalin oleh berbagai kemaslahatan dan ikatan. 1) Aspek Bawaan serta tingkah laku. Berdasarkan definisi psikologi umum maka obyek dari karakter adalah tingkah laku individu, relasinya dengan alam sekitar. Tingkah laku ini bila diteliti memiliki tiga masalah persoalan. Persoalan ini dapat dilukiskan dalam tiga pertanyaan yaitu, a. Apa yang dilakukan individu? b. Mengapa dilakukan? c. Bagaimana ia melakukannya? Dalam ketiga pertanyaan itu tersimpul tiga faktor yaitu : a) Tujuan. b) Dorongan yang menjadi daya penggeraknya untuk mencapai tujuan. c) Cara yang ditempuh untuk menuju kearah tujuan itu
29
2) Pengaruh Karakter Dalam Kehidupan Seseorang. Tidaklah mudah untuk membentuk sebuah karakter yang tepat dalam diri seseorang, karena karakter seseorang itu akan selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang ada, terkadang karakter dari orang yang berada dari luar daerah kita akan berubah seiring dia berada didalam lingkungan kita, jadi keseimpulannya karakter akan terbentuk oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Faktor-faktor pembentuk karakter. Allah berfirman dalam alquran dalam surat at aariq
t t
9,Ïù#yŠ&!$¨Βt ÏΒ,Î=äz∩∈∪,Î=äzßÌ §ΝÏΒ ≈|¡ΡM}$#ÝàΨu‹ù=sù Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, Adapun faktor-pembentukan karakter karakter meliputi:
a. Factor internal Faktor internal meliputi beberapa aspek antara lain sebagai berikut: 1) Instink biologis, seperti rasa lapar, dorongan untuk makan yang berlebihan dan berlangsung lama jika kebiasaan ini berlanjut akan menimbulkan penyakit fisik maupun penyakit hati serta akan membentuk suatu sifat jelek yaitu :
30
rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya. 2) Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri. 3) Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya. b. Sedangkan Faktor eksternal yaitu meliputi : 1) Lingkungan keluarga. Keluarga memang menjadi faktor yang paling penting untuk memunculkan karakter pada anaknya, karena keluargalah yang paling sering berada dekat dengannya. Karakter yang terbentuk akan mengikuti apa yang dia lihat dirumah, karena mental anak itu terjadi setelah melihat kebiasaan yang ada dilingkupnya. 2) Lingkungan sosial. Manusia sering sekali kita sebut sebagai mahluk individu, ada juga yang menyebutkan sebagai mahluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia mesti mempunyai hubungan dengan manusia dan masyarakat sekitarnya. Masyarakat adalah tempat dimana berkumpulnya orangorang dengan semua kebiasaan watak sifat yang berbeda yang diperoleh dari tempat asal mulanya.
31
Lingkungan
sosial,
yaitu
merupakan
lingkungan
masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi individu dengan individu yang lain, lingkungan sosial dibagi dalam dua bagian, yaitu : a) lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara individu satu dengan individu yang lain. b) lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial dimana hubungan individu satu dengan yang lain agak longgar, individu satu kurang mengenal dengan individu yang lain (Walgito, 1990 : 26). Dapat kita simpulkan bahwa antara individu dengan lingkungan sosial tidak hanya berlangsung searah, dalam arti tidak hanya lingkungan sosial saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, tetapi antara individu dengan lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik. 3) Lingkungan pendidikan. Dalam lingkungan Pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer, tetapi merupakan proses yang lebih besar dari sekedar perbedaan
pembelajaran, dalam
dengan
lingkungannya,
mengesampingkan merupakan
proses
pengembangan sosial yang akan mengubah individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar
32
hidup bersama realitas zaman dan masyarakat, dengan kata lain
secara
tidak
langsung
lingkungan
pendidikan
merupakan proses pentransferan sifat sosial-kemanusiaan kepada lingkungannya (Aly, 2000 : 25). 1. Upaya pembentukan karakter. Seperti apa yang telah dipaparkan diatas bahwa perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka yang menjadi persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Walgito (1996 : 26) pembentukan karakter itu terbagi tiga sebab : a. Pembentukan karakter dengan kodisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentukalah perilaku tersebut. Cara ini didasarkan atas teori belajar kodisioning baik yang dikemukakan oleh pavlov maupun oleh Thorendike dan Skiner. b. Pembentukan karakter dengan pengertian. Di samping pembentukan karakter dengan kondisioning atau kebiasaan, pembentukan karakter atau perilaku dapat ditempuh dengan pengertian atau insight. Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar disertai dengan disertai adanaya pengertian.
33
c. Pembentukan karakter dengan model. Di samping cara-cara pembentukan karakter maupun perilaku seperti tersebut diatas, pembentukan karakter masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang dipinpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara didasarkan atas teori belajar sosial (sosial leraning theory) atau observational learning theory yang dikemukan oleh bandura. Dari penjelasan diatas, untuk membentuk karakter para santri yang ada di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, maka dilakukan kebiasaan seperti halnya bangun malam dan melaksanakan sholat malam secara berjamaah, mengaji dalam waktu-waktu tertentu, melalui penertian seperti halnya mendengarkan ceramah atau kultum dari para ustadz. B. Keaktifan Dalam Organisasi. 1. Pengertian Organisasi. a. Menurut Purwodarminto (2006 : 814), organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai bagian (orang) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. b. Menurut Subroto (1988 : 1000), organisasi berarti memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan atau penempatan
34
orang-orang dalam suatu kelompok kerjasama dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajibankewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing c. Hicks (1987 : 114) mengungkapkan beberapa pendapat para tokoh tentang pengertian organisasi : 1) Menurut Victor A. Thomson “Organisasi adalah suatu integrasi dari sejumlah spesialis yang bekerja sama sangat rasional untuk mencapai tujuan spesifik yang telah diumumkan sebelumnya”. 2) Menurut Stoner “Organisasi adalah suatu pola hubunganhubungan yang melalui orang-orang di bawah pengarahan manajeman untuk mengejar tujuan bersama”. 3) Chester I. Bernard “Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih”. 4) James
D.
Mooney
“Organisasi
adalah
bentuk
setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama”. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa, organisasi tidak hanya menghargai bakat dan kemampuan yang berbeda untuk saling melengkapi seseorang dengan yang lainnya, melainkan organisasi dapat meningkatkan kemampuan untuk mencapai sasaran dalam jangka waktu yang spesifik (Hicks, 1987 : 114). Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, selain itu organisasi sebagai suatu pengaturan orang-orang yang sengaja untuk
35
mencapai tujuan tertentu. Diberbagai bidang. Misal pada instansi sekolah, pemerintahan, kampus, bank. 2. Macam-macam Organisasi. Organisasi sering kita temukan, bukan hanya organisasi formal saja tapi banyak juga organisasi non formal yang ada. Contoh : Seperti dalam suatu universitas adalah organisasi kemahasiswaan, tetapi yang bersifat ektra kampus yang pada umunya terkait dengan aliran politik atau idiologi tertentu. Seperti HMI, PMII, IMM, KAMMI, RACANA dan sebagaimya.. Untuk kegiatan menengah atas (SMA) maupun menengah pertama (SMP) sesuai dengan murid contohnya OSIS (Organisasi Siswa Intra sekolah), kepramukaan, PMR, olahraga, rohis dan sebagainya.. Sedangkan untuk tingkatan daerah ada juga wahana organisasi yang berguna untuk mengembangkan bakat minat dari pemuda yang ada yaitu karang taruna. Yang berguna untuk menjalin solidaritas antar sesama pemuda. 3. Manfaat Organisasi. Manfaat dari organisasi bagi yang ikut didalamnya sangat banyak dan berguna untuk membangun jiwa serta mental mereka, beberapa manfaat dari organisasi yaitu: a. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
36
b. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat menjadi dan memiliki pola hidup sehat. organisasi kepramukaan, akan menciptakan generasi mudah yang tangguh dan ksatria. c. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi. d. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang seiring dengan munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu pengetahuan. Orang yang mengetahui akan pentingnya hidup akan selalu mengusahakan apa yang terbaik untuk diri mereka, begitu juga dengan sarana yang dibutuhkannya, organisasi merupakan wahana yang sangat tepat untuk mereka yang ingin selalu lebih maju, Sedangkan mereka yang selalu aktif dalam berorganisasi pasti akan mempunyai etos kerja yang tinggi, gunnar Myrdal dalam bukunya asian drama seperti yang dikutip oleh Asifudin (2004 : 37)mengemukakan tiga belas sikap yang menandai etos kerja tinggi pada seseorang sebagai berikut : 1) Efisien
37
2) Rajin 3) Teratur 4) Disiplin/Tepat waktu 5) Hemat 6) Jujur dan Teliti 7) Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan. 8) Bersedia menerima perubahan. 9) Gesit dalam memanfaatkan kesempatan. 10) Energik. 11) Ketulusan dan percaya diri. 12) Mampu bekerja sama. 13) Mempunyai visi yang jauh kedepan (Asifudin, 2004 : 37). 4. Keaktifan seseorang dalam organisasi. Keaktifan
seseorang
dalam
berorganisasi
akan
memunculkan sikap yang selalu ingin lebih dari yang lain, entah itu dalam segi ilmu, pengalaman, pengetahuan, maupun dalam hal yang lain. Orang dikatakan aktif dalam organisasi pertama-tama adalah orang tersebut terlibat dalam keanggotaan organisasi tersebut, selanjutnya mempunyai peran dalam kegiatan organisasi tersebut, ciri orang yang aktif dalam organisasi lainnya adalah, sebagai berikut: a. Mempunyai peran di dalam organisasi
38
Sebagai anggota dari organisasi seseorang tidak sekedar bekerja, namun juga memiliki peran. Peran formal tidak hanya menentukan pekerjaan yang harus dilakukan serta tindakan lain yang berhubungan dengan pekerjaan, namun juga mencakup faktor lain yang berhubungan dengan cara menempatkan diri di dalam organisasi. Orang dikatakan berperan dalam organisasi apabila ada elemen-elemen seperti berikut: 1) Hubungan Hubungan
dalam
organisatoris
menunjukkan
bagaimana
seharusnya sebuah peran tertentu berhubungan dengan peran lain, dan adanya pelaporan, hubungan antar rekan kerja dan keanggotaan organisasi. 2) Hak dan kewajiban Suatu pernyataan mengenai hak dan kewajiban tidak terlepas dari apa yang menjadi hak pemegang peran dan apa yang diharapkan darinya, misalnya ketepatan waktu atau kesediaan lain dalam memberikan peran untuk ikut berkontribusi di dalam penyelenggaraan kegiatan organisasi. 3) Mentati tata tertib Seorang yang ikut dalam berorganisasi harus mengenakan atribut atau aturan-aturan yang disepakati dalam organisasi untuk mencapai tujuan umum dari organisasi tersebut.
39
4) Status Dari peran yang dimiliki, seorang anggota organisasi akan menemukan posisinya di dalam sistem status dan ia akan sangat diharapkan untuk bertingkah laku sesuai dengan serapan orang lain terhadap status tersebut (Sadler, tt : 15). b. Memiliki integrasi dan mampu berkoordinasi Seorang anggota organisasi mampu untuk melakukan halhal sebagai berikut: 1) Koordinasi Koordinasi yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas perorangan atau kelompok yang saling berkaitan berjalan sedemikian rupa sehingga mereka saling melengkapi satu sama lain dan memberikan sumbangan yang maksimal pada pencapaian tujuan keseluruhan organisasi. 2) Integrasi. Integrasi ini merujuk pada proses yang berkelanjutan dan berdasarkan penyatuan berbagai organisasi yang khusus dan berbeda-beda, sehingga menjadi kesatuan yang padu (Sudjadi, 1989 : 45). Di dalam mengikuti organisasi untuk mencapai tujuan bersama-sama maka diperlukan upaya-upaya keaktifan dan hal-hal sebagai berikut: Pertama, mewujudkan tingkat pengendalian yang semestinya atas kegiatan anggota organisasi. Kedua, mewujudkan
40
tingkat koordinasi dan integrasi yang cukup atas kegiatan orang sehubungan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Ketiga, menyediakan hubungan timbal balik yang efektif dengan aspek utama dari
lingkungan
organisasi
yang
bersangkutan.
Keempat,
mempengaruhi motivasi dan komitmen para anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Kelima, memperoleh inovasi dan fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk cepat tanggap terhadap kebutuhan untuk berubah (Shadler, : 13).
C. Organisasi Santri di Pondok Pesantren. 1. Pengertian santri dan Pondok Pesantren. a. Santri berarti orang yang mendalami agama islam, atau orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh, atau bisa juga dengan orang yang shaleh (kamus besar bahasa Indonesia 2007 : 803). Menurut Zamakhsyari dhafier, bahwa sebelum tahun 60-an pusat islam pendidikan di Jawa dan Madura dikenal dengan nama pondok, barangkali berasal dari pengertian asrama, asrama para santri untuk tempat tinggal yang berasal dari bambu, atau berasal dari bahasa arab yang berarti hotel atau asrama. Kareel a steen brink, mendefinisikan secara terminologi dapat dijelaskan bahwa pondok pesantren dilihat dari segi bentuk dan sistemnya berasal dari india, sebelum proses penyebaran islam di Indonesia sistem tersebut telah digunakan secara umum untuk
41
pendidikan dan pengajaran agama hindu di Jawa. Sistem tersebut kemudian diambil oleh islam. Istilah pesantren sendiri seperti halnya mengaji bukan berasal dari istilah arab, melainkan dari india, demikian juga istilah pondok, langgar di Jawa, surau di Minang Kabau rang-rang di Aceh, bukanlah merupakan istilah arab tetapi arti istilah yang terdapat di India. Jadi arti kata santri sangat luas yang tidak terbatas hanya pada orang yang berada dilingkup pesantren saja, tetapi santri disini lebih bermakna kepada pengetahuan yang dia miliki. b. Pengertian pondok pesantren. Pondok adalah bangunan untuk tempat tinggal sementara atau bangunan yang berpetak-petak berdinding bilik beratap rumbai. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan pesantren meliputi pendidikan Islam, da'wah, serta pengembangan kemasyarakatan. Sedangkan
menurut
kamus
besar
bahasa
indonesia
pesantren adalah asrama atau tempat tinggal santri atau murid-murid untuk belajar mengaji atau mondok (2007 : 866). Jadi dari arti kata pesantren diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pondok pesantren adalah tempat untuk menimba ilmu sebagai sarana pendidikan non-forma, untuk
42
mendalami keagamaan menentramkan hati yang ingin lebih dekat kepada tuhannya. c. Tujuan pondok pesantren. Sejak
awal
pertumbuhannya,
tujuan
utama
pondok
pesantren adalah: 1)
Menyiapkan santri mendalami ilmu agama Islam dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal dengan tafaqquh fid-din, yang diharapkan dapat mencetak kaderkader utama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, kemudian diikuti dengan tugas.
2)
Da'wah menyebarkan agama Islam.
3)
Benteng
pertahanan
umat
dalam
bidang
akhlak
(Departemen Agama RI, 2003:9). Tidak hanya keagamaan saja ilmu yang ada didalam pesantren tetapi ada juga ilmu tentang kemasyarakatan, karena kehidupan didunia ini bukan hanya baina Allah saja tetapi juga baina Annas. 2. Organisasi di Pondok Pesantren. Sebuah organisasi adalah pola hubungan, banyak hubungan yang terjalin secara simultan yang menjadi jalan bagi orang dengan pengarahan dari pimpinan organisasi untuk mencapai sasaran bersama, sasaran ini merupakan hasil dari proses pembuatan keputusan. Anggota sebuah organisasi memerlukan kerangka kerja
43
yang stabil dan dapat dipahami, yang menjadi landasan mereka bekerja sama kearah sasaran organisasi (Sindoro, 1996 : 7). Organisasi
pada
pondok
pesantren
bertujuan
untuk
menyatukan, mengembangkan membentuk serta memfasilitasi apa yang akan menjadi bekal untuk hari kemudian, karena tujuan dari utama dari organisasi pesantren adalah untuk membentuk jiwa yang berkepribadian matang,
berpengetahuan luas,
cekatan dalam
tindakan, serta mempunyai mental dalam melaksanakan suatu kebenaran yang haq. Sebelum organisasi itu didirikan maka pesantren lebih dahulu merumuskan visi, misi, serta tujuan apa yang nantinya akan bisa diharapkan melalui organisasi tersebut, jadi organisasi itu dibentuk sebagai kontrol bagi para anggotanya agar mampu menjadi apa yang diharapkan oleh pesantren. 3. Organisasi Santri sebagai salah satu wahana Pendidikan di Pondok Pesantren. Tujuan utama dalam pembentukan organisasi adalah sebagai wadah untuk menyalurkan serta membina para santri kearah yang lebih baik, dengan wahana seperti inilah santri bisa membentuk mental, sigap tanggap terhadap lingkungan, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggung jawab serta mempunyai pemimpin.
sifat
44
Tingkat bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh individu saling mengisi secar luas. Karena dari segi pendidikan serta latang belakan yang berbeda. Organisasi dapat mengambil manfaat dari perbedaan-perbedaan ini dengan menempatkan individu pada posisi tersebut dimana bakat mereka dapat digunakan untuk mencapai target organisasi secara keseluruhan. Ilmu yang kita dapatkan, pengalaman yang kita alami serta rasa sosial yang tercipta semua itu tidak akan lepas dari proses pendidikan yang telah kita dapatkan, entah itu dari sebuah lembaga pendidikan ataupun dari lingkungan yang kita tempati. Pesantren
sebagai
lembaga
pendidikan
semestinya
mempunyai wadah yang tepat untuk mengembangkan bakat minat ketrampilan bagi para santrinya, untuk itu sebuah organisasi harus dimiliki untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Organisasi santri dibentuk sebagai wujud perhatian pesantren terhadap perkembang para santrinya, karena jika para santri tidak diberi tempat tersendiri untuk menyalurkan bakat serta potensi yang dimilikinya maka bagi para santri akan merasa terkekang oleh keadaan lingkungannya.. Sebagai salah satu wadah yang dijalankan oleh para santrinya maka organisasipun akan terus berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam pesantren, karena peraturan yang
45
diterapkan kepada santri yang lain berjalan pula bagi para pengurus organisasi. Organisasi santri merupakan satu-satunya wadah kegiatan santri di dalam pesantren dengan jalur pembinaan para pengurus serta asatidz yang ada untuk mendukung tercapainya visi, misi serta tujuan pesantren. Organisasi juga merupakan sebagai penggerak jalannya roda tatanan kehidupan serta aturan di pesantren. Membentuk pribadi yang berjiwa sosial, mampu beradaptasi dengan lingkungan. Hal itu sejalan
dengan
undang-undang
pedoman
umum
organisasi
kemahasiswaan BAB II pasal tiga ayat dua yang berbunyi “mengembangkan
dan
menyebarluaskan
ilmu
pengetahuan,
tehnologi bakat dan minat serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan tata kehidupan masyarakat serta memperkaya kebudayaan nasional yang bernuansa islami dan berwawasan kebangsaan.
46
BAB III PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum 1. Sejarah singkat Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Pada hakekatnya Pondok Pesantren Ta’mirul Islam ini telah direncanakan sejak berdirinya masjid Tegalsari Surakarta pada tanggal 28 Oktober 1928 oleh para ulama yang berada di desa Tegalsari. Namun cita-cita suci tersebut tidak dapat terwujud dikarenakan suatu hal yang tidak memungkinkan, yang pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Tahun 1968, cita-cita untuk mendirikan pondok pesantren mulai dirintis dengan dibentuknya Yayasan Ta’mirul Masjid Tegalsari Surakarta, Yayasan ini kemudian mendirikan SD Ta’mirul Islam. Dan pada tahap perkembangannya, pada tahun 1979 didirikan SMP Ta’mirul Islam. Untuk menjawab tantangan zaman dan harapan masyarakat sekitar, pada tanggal 14 Juni 1986 Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta resmi berdiri dengan diawali kegiatan berupa Pesantren Kilat atau yang populer disebut Pesantren Syawal, karena dilaksanakan pertama kali di bulan Syawwal. Pendirian Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta diprakarsai oleh :
47
a. KH. Naharussurur ( Pimpinan Pondok ) b. Hj. Muttaqiyah ( Almh ) c. KH. Muhammad Halim, SH. ( Direktur Utama KMI ) d. Muhammmad Wazir Tamami, SH. (Direktur SDM ) Keberadaan pondok ditengah-tengah kampung Tegalsari ini disambut baik oleh masyarakat sekitar pondok maupun masyarakat luas. Khususnya bagi mereka yang ingin mempelajari dan menelaah ilmu-ilmu duniawi serta ukhrawi, mengingat manusia tidak bisa dipisahkan oleh dua hal ini. 2. Visi dan Misi Visi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam adalah: menciptakan kader ulama bagi ummat. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 5 yang berbunyi :
'ِ ِ #ب ا َ )َا َ ْ*ُ+َ َْ ,َ ْ َوَأ ِ ِ َ ًُُ ََْهَ ر َ َو َ ََِ ِ َ ْ َء ا# ا$َوَ َ& ْ َز /٥Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala” (QS. Al-Mulk, 67:5).
48
Bintang dari kehidupan di dunia adalah ulama, maka ulama-lah yang akan menjaga umat manusia dari kenistaan hidup di dunia yang sifatnya hanya sementara. Adapun misi yang di embank Pondok pesantren Ta’mirul Islam Surakarta adalah: a. Memperbaiki serta meningkatkan akhlaq para penerus bangsa. Hal ini merupakan kelebihan pondok pesantren dari lembaga pendidikan lain. Yaitu keuntungan yang bersifat batiniyah dan dlohiriyah. b. Mempersatukan dan mempererat hubungan antar ummat. Untuk itu Ta’mirul Islam ber-kedudukan untuk semua golongan dan tidak di bawah satu golongan. c. Membentuk generasi yang Tarbawi dan Islami 3. Motto Pondok Pesantren Ta’mirul Islam a. Iso Ngaji Lan Ora Kalah Karo Sekolah Negeri. Dengan motto ini diharapkan santri dapat memperdalam ilmu-ilmu yang bersifat ukhrowi maupun duniawi. b. Al-Qur’an Taajul Ma’had (Al-Quran Mahkota Pondok). Motto ini mendorong para santri untuk dapat menerapkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apa yang dilakukan santri diharapkan selalu sesuai dengan Al-Quran. c. Al-Lughotul Libaasul Ma’had (Bahasa adalah Pakaian Pondok). Dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai pengantar
49
dalam kegiatan keseharian di Pondok, diharapkan semua santri mampu mendalami semua disiplin ilmu. Karena kedua bahasa tersebut telah menjadi bahasa internasional. 4. Semboyan Panca Jiwa Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta Disamping motto yang ada, Ta’mirul Islam mempunyai panca jiwa yang menjadi ruh pondok dalam setiap aktivitas sehari-hari. Lima jiwa itu yaitu : a. Jiwa keikhlasan (sepi ing pamrih). Bukan karena didorong oleh keinginan mencari keuntungan tertentu, tapi semata-mata karena Allah SWT. Hal ini meliputi segenap kehidupan di pondok. Ustadz/Ustadzah ikhlas dalam mengajar, para santri pun ikhlas dalam belajar. b. Jiwa kesadaran. Segenap pengasuh, ustadz maupun ustadzah serta para santri melaksanakan perannya masing-masing dengan penuh kesadaran. Semua tahu dan mengerti akan tugasnya, yaitu beribadah lillahi ta’ala. c. Jiwa kesederhanaan. Kehidupan di pondok diliputi suasana kesedehanaan tapi agung. Sederhana belum tentu pasif atau miskin, tetapi sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati dalam menghadapi perjuangan hidup dengan kesulitan. d. Jiwa keteladanan. Setiap orang harus siap menjadi teladan dalam kebaikan bagi orang lain. Seorang Kyai akan selalu diteladani oleh para guru dan santrinya, para ustadz dan ustadzah harus menjadi
50
teladan yang baik untuk para santrinya. Santri yang junior harus mau meneladani kakak-kakaknya yang baik dan begitu seterusnya. Sehingga satu sama lain saling meneladani dalam hal kabaikan. e. Jiwa kasih sayang. Kasih sayang menjadi ruh pendidikan. Kesombongan, kebodohan, kemalasan, dan kemarahan hanya dapat diluruskan dengan kasih sayang. Kasih sayang yang benar yang tidak menghalamgi ditegakkan disiplin dan peraturan. Seorang anak yang mendapatkan sangsi dari pengasuhnya, bukanlah sedang dihukum karena dendam atau kemarahan, tetapi semata-mata adalah untuk perbaikan dengan penuh kasih sayang. 5. Program pengajaran dan pendidikan Kegiatan Belajar Mengajar Ta’mirul Islam meliputi beberapa unit kegiatan, yaitu : a. Kulliyatul Mu’allimin/at Al-Islamiyyah Ta’mirul Islam (pendidikan setingkat SMP/MTs dan SMA/MA) b. Madrasah Tsanawiyah Ta’mirul Islam c. Tahfidzul Quran. d. Pengajian Manasik Haji e. Ma’had ‘Aly (Setingkat Perguruan Tinggi) f. KB/TK Ta’mirul Islam g. Al-Quran
51
Para santri yang sudah lancar membaca Al-Quran baik fashohahnya maupun tajwid diwajibkan menghafal juz’amma. Hafalan tersebut harus benar-benar baik bacaannya dari sisi ilmu tajwid. Santri yang telah duduk di kelas tiga yang memiliki hafalan yang kuat wajib menghafal Al-Quran minimal satu juz setiap tahunnya. Sehingga mereka lulus dari Pondok Pesantren Ta’mirul Islam setidaknya memiliki hafalan Al-Quran empat juz,
untuk
melaksanakan progam tersebut dibuat kurikulum terdiri mengenai AlQuran ini, yaitu : 1) Tahsinul Qiroah (perbaikan bacaan). 2) Hifdzul Juz’amma. 3) Qiroah 30 juz didepan Ustadz. 4) Halaqoh dan Tahfidz. 5) Ta’limul Quran h. I’tikaf dan Da’wah Kegiatan berlaku bagi semua santri dari kelas satu sampai kelas enam walaupun tidak bersifat wajib. Progam ini diadakan setip kamis siang sampai jum’at sore. Kegiatan berupa I’tikaf secara berkelompok dimasjid-masjid sekitar Solo. Para santri bermukim selama sehari samalm dimasjid tersebut. Selain itu mereka harus mengajak masyarakat disekitar masjid untuk turut dalam kegiatan yang mereka laksanakan, setidaknya dalam hal sholat berjama’ah dan membaca Al-Quran.
52
Program I’tikaf ini semata-mata ditujukan untuk melatih santri mengajarkan ajaran Nabi Muhammad secara maksimal dan mengenalkan mereka pada masyarakat yang kelak akan menjadi obyek da’wah mereka. i. Kulliyatul-Mu'allimin/at Al-Islamiyah (KMI) Kulliyatul Mu'allimin/at al-Islamiyah (KMI) adalah salah satu lembaga yang menangani pendidikan tingkat menengah di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Lembaga ini didirikan tanggal 20 Agustus 1989. Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah (KMI) merupakan lembaga Pendidikan Guru Islam yang mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental, dan penanaman ilmu pengetahuan Islam. Dalam
sejarah
perjalanannya,
KMI
pada
awalnya
merupakan singkatan dari Kulliyatul Mujahidin Al-Islamiyyah, kemudian pada tahun 2003 berubah nama menjadi Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah sampai sekarang. Hal ini tidak terlepas dari misi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam yakni membentuk generasi tarbawi dan Islami. Terdapat dua macam program yang ditempuh santri di KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, program reguler dan program intensif. a. Program Reguler. Program ini diperuntukkan bagi siswa lulusan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtida'iyah (MI), dengan masa belajar 6
53
tahun, yakni ditempuh dari kelas 1 (setingkat kelas VII SMP/MTs) secara berurutan sampai kelas VI (setingkat kelas XII SMA/MA). b. Program Intensif/Takhossus Program ini diikuti oleh siswa-siswi lulusan SMP atau MTs dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas I, III, V, dan VI. Kelas intensif sebenarnya hanya diselenggarakan pada kelas I dan III, karena itu disebut kelas I intensif dan III intensif. Sedangkan di kelas V mereka belajar secara reguler bersama-sama dengan lususan SD atau MI yang juga sudah duduk di kelas V, demikian pula halnya dengan kelas VI. Pada program intensif (kelas I dan III), sebagian materi umum tidak diajarkan, sedangkan mata pelajaran Matematika diajarkan dengan alokasi waktu setengah dari waktu kelas reguler. Adapun mata pelajaran Bahasa Inggris tetap diajarkan secara seimbang dengan kelas reguler. Alokasi waktu mata pelajaran umum yang tidak diajarkan diisi dengan mata pelajaran kelompok Bahasa Arab dan kelompok Dirasah Islamiyah. Di samping kedua program ini, bagi santri baru yang pernah belajar di pondok-pondok yang dikelola alumni Gontor ataupun pondok-pondok lain, setelah mereka lulus mengikuti ujian masuk; baik di kelas intensif maupun reguler, yang bersangkutan dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian ke kelas yang lebih tinggi, dan begitu seterusnya hingga kelas 5.
54
c. Jam Belajar Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00 14.40 WIB, dengan waktu istirahat 2 kali, yakni pada jam 09.4010.10 dan jam 12.10-14.00. Waktu belajar tersebut dibagi menjadi 8 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 40 menit dan khusus untuk jam ke-8 mendapat alokasi waktu 50 menit. d. Tujuan Tujuan pembelajaran di KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam adalah mencetak santri yang tarbawi dan islami, mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari'at Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara. e. Kurikulum Kurikulum yang diterapkan di KMI dapat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut: Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh mata pelajaran ini menggunakan bahasa Arab), Kependidikan dan Keguruan, Bahasa Inggris (dengan bahasa Inggris), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Kewarganegaraan/Ke-Indonesiaan. Komposisi kurikulum yang ditetapkan tersebut tentunya mempunyai
tujuan
tertentu.
Pengetahuan
Bahasa
Arab
dimaksudkan untuk membekali santri kemampuan berbahasa Arab
55
yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam Bahasa Inggris. Dalam kurikulum KMI diupayakan terwujudnya keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan pengetahuan umum (IPA dan IPS). Mata pelajaran ke-Indonesiaan atau kewarganegaraan adalah untuk memahami dan menghayati dan menghargai tradisi, budaya, dan nilai-nilai luhur yang diwariskan bangsa Indonesia. 6. Tenaga Pengajar Guru yang mengajar di KMI Ta’mirul Islam adalah alumni dari Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, Pondok Modern Gontor Ponorogo, serta para praktisi pendidikan dan alumni dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri/Swasta baik yang ada di dalam maupun luar negeri. 7.
Siswa Siswa KMI memiliki latar belakang pendidikan yang berbedabeda, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Mereka berasal dari seluruh pelosok Nusantara dan beberapa diantaranya berasal dari Singapura dan Malaysia.
56
8. Pengakuan-Pengakuan Di samping memperoleh pengakuan dari Pemerintah Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor: 240/C/KEP/MN/2003), Ijazah KMI Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga dapat pengakuan dari luar negeri, yakni dengan mu'adalah (persamaan) Universitas al-Azhar, Mesir tahun 2008 dengan surat keputusan tertanggal 31 Maret 2008. 9. Kegiatan-Kegiatan Kegiatan yang dimaksudkan di sini tidak hanya yang bersifat intra-kurikuler, tetapi meliputi segala kegiatan yang dilakukan oleh lembaga KMI, karena ada yang bisa digolongkan ke dalam kegiatan ko-kurikuler atau bahkan ekstra-kurikuler. Sebagaimana disebutkan di atas kegiatan KMI ini terdiri dari harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan. a. Kegiatan Harian 1) Supervisi proses pembelajaran, dilakukan oleh bagian Kegiatan Belajar Mengajar dan Sumber Daya Manusia. 2) Pengecekan persiapan mengajar, dilakukan oleh guru-guru senior yang bertugas secara bergantian sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. 3) Pengawasan disiplin masuk kelas, agar tidak ada santri yang terlambat masuk kelas.
57
4) Pengontrolan kelas saat pelajaran berlangsung oleh guru piket. Pengontrolan kelas untuk mengecek apakah ada kelas yang tidak ada gurunya dan untuk mengetahui ketepatan waktu hadir guru di kelas. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap kelas ada guru pengajarnya dan bahwa guru pengajar masuk tepat waktu. 5) Pengontrolan asrama santri saat pelajaran berlangsung oleh guru yang bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada siswa yang tidak masuk kelas, kecuali dengan izin. Di samping itu guru juga mengontrol kebersihan, keasrian, dan kenyamannan asrama. 6) Pengawasan belajar malam yang dimulai setelah sholat Isya’ sampai pukul 21.00 dan dilanjutkan dengan muwajjah bersama wali kelas atau ustadz terjadwal, berlangsung pada jam 21.0021.30. 7) Pembagian tugas "Jum'at bersih" untuk tiap kelas, agar kebersihan kelas tetap terjaga. 8) Musyawarah guru KMI ba’da Zhuhur guna mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama sehari. b. Kegiatan Mingguan / Bulanan 1) Pertemuan guru KMI setiap Kamis pada akhir bulan berjalan, untuk mengevaluasi kegiatan belajar mengajar selama sebulan. Forum ini juga digunakan oleh Pimpinan Pondok untuk menyampaikan program-program dan masalah-masalah Pondok secara keseluruhan.
58
2) Pertemuan ketua-ketua kelas (Jum'at malam) untuk menyampaikan informasi seputar aktifitas belajar-mengajar dan disiplin dalam kelas. 3) Musyawarah rutin dua minggu sekali setiap malam Rabu, guna mengevaluasi dan mempleno kerja dan program kerja setiap bagian. c. Kegiatan Tengah Tahunan Program tengah tahunan di KMI adalah ujian mid semsester, semester I (Gasal) dan II (Genap). Panitia ujian ini terdiri dari beberapa guru dibantu oleh seluruh siswa kelas VI. d. Kegiatan Tahunan Kegiatan
ini
lebih
merupakan
kegiatan
penunjang
keberhasilan belajar siswa. Program ini meliputi: 1) Fath al-Kutub: Kegiatan ini adalah latihan membaca kitab (terutama kitab klasik) untuk kelas V dan VI, juga sebagai wahana menguji kemampuan mereka dalam berbahasa Arab. Santri diberi tugas untuk membahas persoalan-persoalan tertentu dalam bidang aqidah, fikih, hadis, tafsir, akhlak, dll. Para santri diharuskan menyerahkan laporan tertulis mengenai hasil kajiannya kepada guru pembimbing. Kegiatan ini berlangsung seminggu. 2) Fath al-Mu'jam: latihan dan ujian membuka kamus berbahasa Arab untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan berbahasa
59
Arab santri, terutama dalam menelusuri dan mencari akar dan makna kosa kata. 3) Amaliyat al-Tadris, yakni ujian praktik mengajar (micro teaching) untuk siswa kelas 6. 4) Al-Rihlah al-Iqtishadiyah (vocational guidance): orientasi tentang dunia usaha dan kewiraswastaan. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan jiwa kewiraswastaan kepada para santri. Kegiatan ini diberikan melalui ceramah-ceramah dan kunjungan ke obyek usaha di Jawa Timur dan Jawa Tengah. 5) Penulisan karya ilmiah berupa takhrijul hadits mengenai diterima atau tidaknya sebuah hadits dalam bahasa Arab sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas keilmuan santri kelas 6. 6) Pembekalan wawasan mengenai berbagai persoalan untuk santri kelas VI menjelang tamat belajar di KMI. Pembekalan ini meliputi kegiatan-kegiatan berikut: (a) Orientasi tentang metode dakwah, belajar di perguruan tinggi, wawasan
pengembangan
kemasyarakatan,
kepesantrenan,
perpustakaan, studi Islam, dan pers dan jurnalistik. (b) Ceramah dan dialog mengenai berbagai macam aliran dalam Islam baik yang ada di Indonesia manupun luar negeri. (c) Kursus komputer dan penataran untuk mengajar TPA/Q. (d) penerimaan santri baru setiap awal tahun pelajaran (bulan Juni s.d. pertengahan Juli)
60
10. Pengasuhan Santri Pengasuhan santri adalah lembaga yang membina seluruh kegiatan santri di luar kelas. Lembaga ini ditangani oleh Pengasuh Pondok yang sekaligus juga Pimpinan Pondok, KH. Naharussurur dan KH. Muhammad Halim, SH. Selaku wakilnya. Beliau berdua dibantu oleh para staf pengasuhan, baik di tingkat perguruan tinggi (Ma’had ‘Aly) maupun di tingkat KMI guna mengkoordinir penegakkan disiplin, tata tertib dan sunnah-sunnah Pondok Pesantren. Adapun pola pembinaan yang diterapkan untuk mengasuh santri, di antaranya : a. Fungsi Peningkatan Iman dan Taqwa Meningkatkan Ubudiyah santri melalui penyelenggaraan sholat tahajjud, I’tikaf, puasa sunnah, da’wah, mujahadah dan pembinaan membaca Al-Quran. b. Fungsi Pemahaman Pemahaman tentang diri santri terutama oleh santri sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing. Pemahaman tentang lingkungan santri, termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan lingkungan pondok pesantren, terutama oleh santri sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas termasuk didalamnya informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, lapangan kerja, budaya dan lain-lain.
61
c. Fungsi Pencegahan Mengupayakan pencegahan agar santri terhindar dari permasalahan yang mengganggu, menghambat atau menimbulkan dalam proses perkembangan serta dalam proses belajar. d. Fungsi Perbaikan Mengupayakan pemecahan atas berbagai permasalahan yang dialami oleh santri. e. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan. Mengupayakan agar dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimiliki santri. Mengarahkan dan membina keterampilan berorganisasi dan melatih kepemimpinan santri.
B. Organisasi Santri Kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh Pengasuhan Santri ini meliputi kegiatan santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (Ma’had ‘Aly). Kegiatan santri di tingkat menengah meliputi kegiatan-kegiatan dalam Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI) dan kegiatan Kepramukaan, sedangkan kegiatan santri tingkat perguruan tinggi (mahasiswa) adalah kegiatan yang dikelola oleh Dewan Mahasiswa.
62
1. Kegiatan Santri a) Kegiatan berorganisasi Kegiatan berorganisasi di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam telah diadakan sejak 5 Januari 1989. Hal ini dimaksudkan untuk memberi bekal para santri agar dapat memimpin masyarakatnya kelak. Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri dan tentu saja orang lain. Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam Pondok diatur oleh mereka sendiri dengan dibimbing oleh para guru/asatidz. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh Panca Jiwa Pondok Pesantren, yakni keikhlasan, kesadaran, kesederhanaan, keteladanan, dan kasih sayang. Kelima jiwa ini ditanamkan secara terus-menerus dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan Pengasuh. b) Organisasi Santri Ta’mirul Islam Pengurus OSTI adalah santri-santri yang duduk di kelas V semester genap yang terpilih secara demokratis dan terpimpin sampai mereka duduk di kelas VI semester gasal akhir. Pemilihan Presiden OSTI dan Pengurus Kabinetnya diadakan setahun sekali. Calon-calon yang akan duduk sebagai pengurus OSTI berasal dari utusan tiap-tiap Mantiqoh (organisasi asrama) yang dipilih melalui
63
mekanisme pemilihan yang demokratis. Utusan atau wakil-wakil Mantiqoh tersebut diseleksi oleh pembimbing OSTI berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian pembimbing OSTI menyeleksi 2 atau 3 calon Presiden untuk di pilih oleh seluruh santri pada pemilihan umum presiden. Hasil dari pemilu presiden kemudian dimintakan restu kepada bapak Pimpinan Pondok. Kemudian staff pengasuhan memilih di antara mereka formatur cabinet selengkapnya. Pada setiap bulan Februari atau setelah ujian semester gasal, mereka mengadakan
Musyawarah
Kerja
untuk
mengevaluasi
dan
merancang Program Kerja. Pada setiap akhir masa jabatan, seluruh pengurus Organisasi
ini
melaporkan
kegiatan-kegiatan
yang
telah
dilaksanakan selama setahun di depan seluruh santri dan guru-guru serta Pengasuh dan Pimpinan Pondok untuk mendapatkan tanggapan maupun evaluasi. Seusai laporan pertanggungjawaban diadakan serah terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus baru terpilih. Kegiatan-kegiatan santri di dalam Pondok diurus oleh Kabinet OSTI. Pengurus kabinet tersebut adalah: Presiden OSTI, Sekretaris Kabinet, Bendahara Kabinet, Departemen Bahasa, Menteri Pengajaran, Menteri Kepanduan, Departemen Keamanan, Menteri Kesenian, Departemen Olahraga, Menteri Koperasi,
64
Menteri Urusan Pangan, Menteri Urusan Logistik, Departemen Kesehatan, Departemen Kebersihan dan Pertamanan, Menteri Urusan Tamu, Menteri Penerangan. Organisasi Santri Ta’mirul Islam ini membawahi beberapa organisasi, antara lain: organisasi asrama, klub-klub olahraga, klub-klub kursus kesenian, klub-klub kursus ketrampilan, dan klubklub kursus bahasa. c) Organisasi Kepramukaan Kegiatan kepramukaan di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam merupakan sesuatu yang penting karena sebagai sarana pendidikan kepribadian dan sikap mental untuk bekal para santri dalam hidup bermasyarakat. Seluruh santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam adalah anggota Pramuka. Kegiatan kepramukaan ini ditangani oleh organisasi yang disebut Koordinator Gugus Depan 011059 (putra) dan 011014 (putri) Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, di bawah pengawasan Majelis Pembimbing Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Pesantren Ta’mirul Islam mengkordinir 6 Andalan dan 9 Gugusdepan. Pergantian pengurus organisasi ini diadakan setelah mereka menunaikan masa baktinya selama setahun dan setelah memberikan laporan pertanggungjawaban di hadapan para Pimpinan Pondok, para pembina dan andika.
65
Untuk meningkatkan kualitas kepramukaan para santri, Pondok Pesantren Ta’mirul Islam selalu mengadakan kursuskursus orientasi. Di antaranya adalah: Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD), Kursus Masa Pengembangan dan Pamantapan (MPP), Kursus Drumb Band, Kursus Orientasi Bhayangkara, Kursus Orientasi Gladian Pimpinan Regu dan Sangga, Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK), Latihan Search And Rescue (SAR) Di samping itu Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga mengikuti Lomba Perkemahan Penggalang dan Penegak (LP3) antar Gerakan Pramuka Pondok Alumni Gontor dan mengadakan Lomba Tingkat (LTII) Antar Gugus Depan khusus Santri Baru. d) Kegiatan Mahasiswa (Dewan Mahasiswa) Dewan Mahasiswa Ma’had ‘Aly adalah organisasi yang bernaung di bawah struktur pengasuhan santri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Dewan Mahasiswa bertugas membantu Pengasuh Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dalam mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan–kegiatan ektra kurikuler kemahasiswaan di lingkungan Ma’had ‘Aly Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Tugas tersebut dilakukan dengan mengupayakan peningkatan kualitas spiritual, moral, dan intelektual mahasiswa serta menyalurkan aspirasi dan mengembangkan minat dan bakat serta kreatifitas
66
mereka untuk mencapai tujuan pendidikan Pondok danTri Darma Perguruan Tinggi. Departemen-departemen yang ada di bawah Dewan Mahasiswa terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen keilmuan
dan
kerohanian,
Departemen
Kesenian
dan
Pengembangan Minat dan Bakat, Departemen Komunikasi dan Publikasi, dan lainnya. 2. Kegiatan Harian. Adapun kegiatan harian yang dilakukan oleh para santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam di tunjukkan dalam bentuk table.
TABEL III DAFTAR KEGIATAN HARIAN NO
WAKTU
KEGIATAN 1. Bangun tidur 2. Sholat Tahajud
1
03.30-05.30
3. Shalat Subuh berjama’ah. 4. Membaca al-Qur’an 5. Penambahan kosa kata (Arab atau Inggris) 1. Olahraga
2
05.30-06.15
3
06.15-06.50
4
07.00-12.10
Masuk kelas pagi
5
12.10-14.00
1. Keluar kelas
2. Mandi 1. Makan pagi 2. Persiapan masuk kelas
67
2. Shalat dzuhur berjama’ah 3. Makan siang 4. Persiapan masuk kelas sore 6
14.00-14.50
7
14.50-15.30
8
15.30-16.45
Masuk kelas siang. 1. Shalat `Ashar berjama’ah 2. Dzikir + pengumuman Aktivitas bebas / ekstra kurikuler 1. Mandi dan persiapan ke Masjid untuk
9
16.45-17.15
jama’ah Maghrib 2. Makan malam 1. Shalat Maghrib berjama’ah
10
17.15-19.00 2. Membaca al-Qur’an
11
19.00-19.30
Sholat Isya’
12
19.30-21.00
Belajar malam
13
21.00-21.30
Muwajjahah dengan wali kelas
14
21.30-03.30
Istirahat dan tidur
Deskripsi dari tabel di atas adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan santri sehari-hari diawali dengan bangun pagi, shalat Tahajjud secara individu, kemudian shalat Subuh berjama’ah di masjid, Setelah dzikir dan wirid ba’da shalat Subuh dilanjutkan dengan membaca al-Qur’an secara individu dengan pengawasan dari pengurus OSTI. Kemudian pemberian kosakata atau struktur kalimat bahasa Arab atau Inggris selama 15 menit dan dilanjutkan dengan kegiatan bebas, ada yang belajar, mencuci dan mandi, berolahraga dan lainnya. Pada jam 06.15 bel berbunyi tanda bahwa semua kegiatan dan
68
olahraga sudah harus berhenti, kemudian mandi, makan pagi, dan persiapan masuk sekolah. 2. Jam 06.50 bel berbunyi tanda berakhirnya waktu makan pagi dan santri sudah mengosongkan asrama, kamar mandi, dapur, dan tempattempat lain untuk masuk kelas. 3. Pukul 07.00 mulai kegiatan belajar mengajar di kelas-kelas sampai jam 14.50, dengan dua kali istirahat, jam 09.40-09.10 dan jam 12.1014.50. 4. Pada jam 12.10 saat istrirahat kedua, dipergunakan santri untuk sholat dhuhur di kamar masing-masing bagi kelas I s/d kelas V dan di masjid bagi kelas VI. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang dan istirahat sekedarnya sebelum kemudian pada jam 14.00-14.50 santri-santri kembali masuk kelas untuk materi ke-8. Pada materi ke-8 ini, diperbanyak mata pelajaran bahasa dan mata pelajaran lain untuk menunjang program kelas di pagi hari. Sebagian besar pengajar materi ke-8 bagi kelas I s/d III dan I Takhassus adalah santri kelas VI, sebagai wahana latihan mengajar, dan selebihnya adalah guru haqiqi, khususnya untuk mengajar kelas IV, V dan kelas III Takhassus. 5. Jam 14.50 bel berbunyi tanda berakhirnya materi ke-8 dan kemudian shalat `Ashar berjama’ah dan dilanjutkan dengan zikir serta pengumuman dari OSTI. 6. Jam 15.30 bel berbunyi lagi tanda dimulainya waktu kegiatan bebas setelah shalat `Ashar. Kegiatan bebas ini sama dengan kegiatan bebas
69
pada pagi hari. Jam 16.45 seluruh kegiatan berhenti dan para santri bersiap-siap untuk shalat Maghrib berjama’ah serta makan malam. Jam 17.15 seluruh santri harus sudah berada di Masjid guna membaca al-Qur’an menyongsong datangnya shalat Maghrib berjamaah. 7. Lepas shalat Maghrib para santri membaca al-Qur’an di depan Asatidz dan santri yang sudah dipercaya untuk mengajar al-Qur’an. 8. Jam 19.00-19.30 shalat Isya' berjamaah dan pembacaan ta’lim ba’da Isya. Seusai shalat Isya para santri belajar malam untuk mengulangi pelajaran dan mempersiapkan diri untuk pelajaran hari esok. Belajar malam ini dilakukan secara bersama di bawah bimbingan wali kelas masing-masing. Belajar malam ini terkadang digunakan oleh guruguru untuk menambah pelajaran pagi yang belum sampai target. Pukul 22.30 memasuki waktu istirahat malam dan tidur, untuk kemudian bangun esok hari jam 04.00.
1) Kegiatan Mingguan. Selain kegiatan harian yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam juga dilaksanakan kegiatan mingguan sebagai berikut.
70
TABEL IV DAFTAR KEGIATAN MINGGUAN NO
1
KEGIATAN Muhadlarah (Latihan Pidato)
2
3
4
5
Pramuka
WAKTU
KETERANGAN
Ahad
14.00 – 1500
Bahasa Inggris
Kamis
12.10 – 13.30
Bahasa Arab
Kamis
20.00 – 21.15
Bahasa Indonesia
Kamis
14.00 – 16.00
Selasa
05.15 – 05.30
Jum’at
05.15 – 05.30
Selasa
05.30 – 06.00
Jum’at
05.30 – 07.30
Jum’at
07.30 – 08.30
Muhadatsah
Percakapan dengan bahasa Arab atau Inggris
Olahraga Umum Bersih Lingkungan
6
HARI
Ekstra Kurikuler
Lari pagi
Setiap sore
15.30 – 16.45
Terjadwal
2) Kegiatan Tahunan. Seperti halnya program kerja yang ada di sekolah formal di Pondok pesantren Ta’mirul Islam juga memiliki program kerja yaitu berupa program kerja tahunan kegiatan ini dilakukan setiap tahun, dan penulis sajikan dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :
71
TABEL V DAFTAR KEGIATAN TAHUNAN NO 1
2
3
4
5 6 7
KEGIATAN
WAKTU
KETERANGAN
Pekan Khutbatul
Awal tahun
Seluruh santri dan
‘Arsy
pelajaran
dewan Asatidz
Awal tahun
Seluruh santri dan
pelajaran
dewan Asatidz
Apel dan Karnaval Panggung Gembira
Setelah Khutbatul
Kelas VI
‘Arsy
KMD Pramuka
Nopember
Kelas V
Lt-1 dan Kemah
Akhir bulan
Dakwah
Nopember
Out Bound
Awal bulan April
Kelas I - V
Bulan Ramadlan
Kelas V - VI
Syi’ar Dakwah Ramadlan
8
Awal bulan
-
Khotaman al-Qur’an
Akhir Tahun Pelajaran
Seluruh santri
-
3) Struktur organisasi. Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik, untuk mencapai tujuan tersebut masing-masing melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, pada pengelolaan sekolah baik masalah pendidikan di Pondok Pesantren, pendidikan di formal serta pengasuhan para santri. Adapun struktur
72
organisasi Pondok Pesantren Ta’mirul Islam surakarta dapat dilihat pada bagan dibawah ini. STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
Wali Santri
Pimpinan Pondok
IKAT Islam
Sekretaris
Bendahara
Humas
Publising/Akrab
Dewan Masyayikh
KMI
Ma’had ‘Aly
Research & Development
Pengasuhan
Pembangunan, Pemeliharaan & URT
SDM
Ket. Garis : ----------_______
BUMP
Akomodasi
Koperasi
Kebersihan
: Garis Konsultatif : Garis Instruktif
73
STURUKTUR ORGANISASI KULLIYATUL MU’ALLIMIN/AT AL-ISLAMIYYAH (KMI) PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA DIrektur Putra
Putri
Tata Usaha
Laboratorium
Pengajaran
KBM
Kurikulum
Wali Kelas
Asatidz
Santri
Ket. Garis : ----------_______
: Garis Konsultatif : Garis Instruktif
Perpustakaan
74
STURUKTUR ORGANISASI PENGASUHAN SANTRI PONDOK PESANTREN TA’MIRUL ISLAM SURAKARTA
Pengasuhan
Bahasa & Muhadhoroh
Extra & Pramuka
Al-Qur’an
Pramuka
Nasyid
Sepakbola
Komputer
Hadrah
Futsal
Sablon
Kaligrafi
Badminton
Dekorasi, letter,
Teater
Ping-pong
Aikido
Body Building
Takraw
Santri
75
C. Data tentang Aktifitas Pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam Surakarta Dari keterangan mantan pengurus OSTI tahun 2001-2002 yaitu Amin Zaenudin tentang aktifitas semasa menjabat sebagai ketua OSTI yang menjadi pemimpin di depan bagi para anggota maka harus memiliki sikap serta tanggung jawab terhadap tugas-tugas dari ketua dan berusaha melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan memenuhi apa yang menjadi hak-hak dari para anggota. Hal ini diharapkan agar kegiatan organisasi yang sudah ada dapat bertambah baik dan memberikan dampak yang positif bagi perubahan karakter para santri. Sedangkan menurut mendapat Prihanto ketua OSTI tahun 20022003 aktifitas pengurus organisasi dalam suatu kegiatan yang ada di organisasi sangat diharapkan, karena dengan aktifnya para pengurus dalam menangani kegiatan maka akan memberikan kemajuan pada organisasinya itu dan akan tercapai tujuan organisasi, dengan begitu karakter positif yang diharapkan dapat terbentuk. Begitu juga dengan pendapat Fursan Fikri ketua OSTI periode 2003-2004, yang utama dalam kegiatan agar tercapai tujuannya adalah sikap aktif dari para pengurus terutama dari ketua, sehingga tujuan dari kegiatan yaitu memberikan perubahan karakter bagi para anggota dapat tercapai, sama juga dengan penuturan Wulan Al-Fitra ketua OSTI tahun 2004-2005 dan penturan Mukhlis Febriantoro ketua OSTI sekarang, yaitu seorang ketua harus aktif dalam setiap kegiatan, merencanakan dan
76
melaksanakan kegiatan yang dapat bermanfaat bagi para anggota terutama yaitu dapat memberikan dampak pada perubahan karakter yang positif.
D. Data tentang Persepsi Pengurus mengenai Pengaruh aktif di Organisasi terhadap Pembentukan Karakter Persepsi kami tentang pengaruh aktif di organisasi terhadap pembentukan karakter dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor yang muncul dari dalam diri serta faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan dari pengaruh lingkungan sekitarnya. 1. Faktor internal mengenai kebutuhan psikologis Persepsi kami mengenai faktor kebutuhan psikologis terhadap pembentukan karakter juga dapat menjadi faktor utama, karena kebutuhan terhadap segala sesuatu akan memberikan semangat yang kuat terhadap individu untuk mencapainya. Jika para santri sadar dan merasa butuh terhadap kegiatan yang ada di OSTI maka akan dengan mudah para pengurus melaksanakan kegiatan, sehingga tujuan yang diharapkan dari kegiatan akan tercapai yaitu pembentukan karakter yang positif akan mudah terbentuk, menurut penuturan dari semua nara sumber yang saya wawancarai. 2. Faktor kebutuhan pemikiran Mengenai kebutuhan pemikiran, persepsi para pengurus terhadap hal ini ada pengaruhnya dalam pembentukan karakter para santri, karena dalam setiap kegiatan organisasi selain diberikan
77
kegiatan yang berupa pembiasaan juga berupa pemikiran agar para santri dapat berfikir secara kritis dalam menghadapi segala persoalan yang ada, terutama setelah mereka lulus dari Pondok Pesantren, menurut penuturan dari nara sumber yang saya wawancarai. 3. Faktor instink biologis Mengenai instink biologis kami memberikan persepsi kegiatan juga merupakan sesuatu yang dibutuhkan bagi para santri, keinginan yang kuat terhadap kegiatan itu akan mendorong para santri untuk aktif dalam kegiatan, maka karakter positif dapat terbentuk melalui keinginan yang kuat terhadap kegiatan yang sudah ada. 4. Faktor eksternal mengenai lingkungan keluarga Mengenai lingkungan keluarga, kami memberikan persepsi bahwa lingkungan keluarga juga dapat memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter, karena keluarga merupakan tempat yang utama dimana pendidikan awal terbentuk. Sehingga karakter awal seorang anak dapat terbentuk, terdidik dan terarahkan semuanya itu dimulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dapat memberikan gambaran, jika lingkungan keluarga yang ditempatinya itu mendidik, mngajar serta mnegrahkan dengan baik maka karakter yang terbentuk pun juga baik, menurut penuturan semua nara sumber yang saya wawancarai.
78
5. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial juga dapat menjadi faktor yang utama dalam
pembentukan
karakter,
lingkungan
yang
mayoritas
masyarakatnya berwatak baik maka karakter yang terbentuk pun akan baik. Kami sebagai pengurus tetap memantau kegiatan para santri jika mereka keluar dan bergaul dengan masyarakat sekitar, hasil wawancara dari nara sumber atau para pengurus OSTI. 6. Lingkungan pendidikan Mengenai pembentukan
karakter
lingkungan juga
pendidikan
dapat
menjadi
dalam
pengaruh
pengaruh,
karena
lingkungan pendidikan dapat dibilang sebagai lingkungan kedua dalam memberikan pengajaran, pendidikan dan pembiasaan setelah lingkungn keluarga, terkadang keluarga sudah percaya dan yakin sepenuhnya kepada lingkungan pendidikan untuk membentuk karakter anak-anak mereka. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan yang baik dengan suasana yang nyaman, bersih, menyenangkan akan memberikan kenyamanan terhadap peserta didik, selain itu seluruh komponen yang ada di lingkungan pendidikan jug menyenangkan. Apabila semuanya itu terpenuhi, maka dengan mudah membentuk karakter positif bagi para santrinya, menurut hasil wawancara dari nara sumber.
79
E. Data tentang Aktifitas setelah Lulus dari Pesantren Melihat kenyataan di lapangan saat ini, banyak lulusan santri yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitarnya terutama dalam bidang keagamaan, misal untuk memimpin do’a, memimpin pengajian-pengajian, menjadi guru atau ustadz di TPA , menjadi guru ngaji, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan, ketika mereka berada di Pesantren dan aktif dalam kegiatan yang ada diberikan bekal tidak hanya berupa materi dan teori tentang keagamaan saja melainkan juga diberikan bekal praktek untuk bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga setelah mereka lulus dari pesantren tidak merasa canggung dan malu dalam bermasyarakat di lingkungannya, menurut penuturan para pengurus OSTI atau nara sumber.
80
BAB IV PEMBAHASAN
A. Aktifitas Pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam Surakarta (OSTI) ketika Masih Aktif Sebagaimana yang telah diuraikan di depan, bahwa setiap pendidikan
baik
pendidikan
formal
maupun
informal
dalam
menyelenggarakan pendidikan memiliki suatu organisasi, di setiap organisasi memiliki pengurus yang melaksanakan setiap rumah tangganya. Organisasi yang ada di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta sesuai dengan temuan di lapangan berjalan dengan baik, kepengurusan yang pertama sejak tahun 2001 dan sampai sekarang organisasi tersebut masih aktif. Dibawah pimpinan yang bertanggung jawab, para pengurus secara aktif melaksanakan segala kewajiban yang ada dan memenuhi hak-hak dari para anggotanya. Salah satu tujuan utama OSTI (Organisasi Santri Ta’mirul Islam) adalah membentuk karakter para anggota sehingga menjadi insan kamil melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren. Para pengurus pesantren yakin bahwa melalui organisasi, akan memberikan dampak perubahan karakter yang positif bagi santri, yang mana dapat dimanfaatkan di lingkungan sosial selepas mereka keluar dari pesantren.
81
Sabagaimana teori yang diungkapkan oleh Foerster yaitu tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Dalam hal ini organisasi merupakan salah satu pendidikan yang bersifat non-formal. Keterkaitan antara teori dan temuan sebelumnya dengan penjelasan yang diungkap dari lapangan persamaannya adalah temuan yang sebelumnya dengan temuan yang baru sama-sama memberikan kesan bahwa tujuan utama dari setiap kegiatan baik pendidikan maupun organisasi adalah membentuk karakter subyek.
B. Persepsi Ketua OSTI tentang Mutu Organisasi Santri di Pondok Pesantren 1. Kualitas organisasi dalam pendidikan Pondok Pesantren Berdasar dari pengertian sebelumnya persepsi dapat juga diartikan sebagai asumsi bahwa apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Demikian juga dengan persepsi ketua OSTI tentang organisasi santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta adalah mengenai kualitas organisasi dalam pondok pesantren secara umum sudah baik hal ini terlihat dari keaktifan para santri dalam mengikuti kegiatan yang ada, serta perhatian dari para pengurus atau para ustadz dalam kedisiplinan santri, meskipun pada dasarnya OSTI sama dengan OSIS yang berada
82
dalam
pendidikan
umum,
namun
dari
sebagian
narasumber
berpendapat OSTI lebih menekankan pada aspek keagamaan sehingga benar-benar dapat memberikan dampak yang positif bagi pribadi santri. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada keseluruhan pengalaman yang telah diterima melalui proses berpikir, belajar dan berlatih, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu yang terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap
obyek
psikologis.
Faktor-faktor
struktural
meliputi
lingkungan keadaan sosial, hokum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Keterkaitan antara teori dan temuan sebelumnya dengan penjelasan dari temuan yang diungkap dari lapangan persamaannya adalah temuan yang sebelumnya dengan temuan yang baru sama-sama memberikan kesan bahwa persepsi merupakan proses belajar dan pengalaman. Sedangkan perbedaannya adalah yang terkait dengan faktor struktural yaitu lingkungan keadaan sosial serta nilai-nilai dalam masyarakat, karena persepsi ketua OSTI dalam meningkatkan mutu organisasi santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari
83
Surakarta adalah memberikan keoptimalan dalam kegiatan yang dapat memberikan efek positif terhadap sikap atau karakter para santri di Pon-Pes
Ta’mirul
Islam
Tegalsari
Surakarta
sehingga
dapat
memberikan nilai-nilai yang positif bagi masyarakat. Baik yang berupa sumberdaya atau kemampuan dari para santri, keefisienan kegiatan, lingkungan pesantren dan kualitas para pengurusnya. 2. Lingkungan Pondok Pesantren Seperti temuan yang sudah dipaparkan sebelumnya, persepsi ketua
OSTI
tentang
lingkungan
Pondok
Pesantren
dalam
meningkatkan mutu keorganisasian santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta adalah sangat mempengaruhi, karena jika lingkungan pondok nyaman, bersih, tenang dan indah, maka proses pelaksanaan kegiatan keorganisasian akan berjalan lancar. Dari paparan diatas, penulis mengungkapkan pengertian persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu keadaan secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi dari lingkungannya. Bila dikaitkan antara teori sebelumnya dengan penjelasan dari temuan yang diungkap dari lapangan adalah temuan sebelumnya dan temuan yang baru sama-sama melakukan proses pengamatan dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungan, dan dipengaruhi oleh faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, dalam hal ini adalah Pondok Pesantren..
84
3. Kualitas para pengurus Persepsi ketua OSTI tentang kualitas para pengurus untuk meningkatkan mutu keorganisasian di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta adalah sangat berpengaruh karena dapat memberikan hasil yang positif bagi sikap atau karakter para santri secara maksimal, dengan mengawali pembangunan kualitas dan kedisiplinan dalam melaksanakan segala kewajiban serta tugas, sehingga dapat berperan untuk meningkatkan mutu keorganisasian. Pengertian persepsi disini adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera, Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada keseluruhan pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berfikir, balajar dan berlatih, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu. Bila dikaitkan dengan teori sebelumnya dan temuan yang diungkap dari lapangan, terdapat kesamaan yaitu sama-sama dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu dan faktor personal yaitu obyek psikologis dan motif kemauan. 4. Pengelolaan kegiatan keorganisasian Sabri
mendefinisikan
persepsi
sebagai
aktifitas
yang
memungkinkan. Manusia mengendalikan rangsanga-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan.
85
Berdasar uraian sebelumnya persepsi ketua OSTI tentang pengelolaan kegiatan keorganisasian secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi sikap atau karakter para santri, dan minat para santri dalam mengikuti kegiatan dan kualitas organisasi di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta, karena suatu kegiatan yang menyenangkan dan positif akan banyak diminati para santri serta dapat memberikan hasil yang bbaik bagi para santri dalam kehidupan sehari-harinya. Dari paparan temuan di lapangan dan dikaitkan dengan teori sebelumnya adalah sama-sama menggunakan alat indera dalam memberikan persepsi, serta dipengaruhi oleh faktor personal yaitu kebutuhan akan informasi. Selain itu, juga dipengaruhi oleh faktor struktural yaitu menyangkut nilai-nilai dalam masayarakat. 5. Proses kegiatan organisasi Proses kegiatan organisasi yang ada di Pondok Pesantren ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta sudah baik. Karena adanya kedisiplinan para pengurus, serta kewibawaan para pengurus, adanya kerjasama antar pengurus, kasih sayang, keteladanan, kelembutan terhadap para anggota, tindakan tegas dalam mengarahkan tanpa membuat para anggota merasa terkekang, sikap demokratis dalam setiap musyawarah, dan pemilihan kegiatan yang berkualitas kondisi para anggota.
dan disesuaikan dengan
86
Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mar’at (1981 : 49) persepsi disini adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Serta dipengaruhi oleh faktor personal yang meliputi
pengalaman,
proses
belajar,
kebutuhan,
motif
dan
pengetahuan terhadap motif. Bila dikaitkan antara teori sebelumnya dengan temuan di lapangan adalah sama-sama memberikan kesan yaitu persepsi merupakan proses belajar, pengalaman, dan pengetahuan terhadap motif. Karena dalam setiap kegiatan mengandung materi yang dapat dijadikan sarana sebagai proses belajar, menambah pengalaman serta pengetahuan. Sehingga materi-materi kegiatan yang diadakan harus dipertimbangkan kegunaanya. 6. Sistem kegiatan Untuk meningkatkan mutu keorganisasian dalam Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta, persepsi ketua OSTI adalah sebatas kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan oleh santri sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari dan dikaitkan dengan pengalaman yang didapat dari hasil rapat dan buku acuan yang dipakai dalam organisasi. Menurut Sabri persepsi sebagi aktifitas yang memungkinkan, manusia
mengendalikan
rangsangan-rangsangan
yang
sampai
kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah
87
dimungkinkan
individu
mengenali
lingkungan
pergaulannya.
Sedangkan Mar’at, persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Berdasarkan uraian diatas dan dikaitkan antara temuan yang di dapat di lapangan dengan temuan yang sebelumnya sama-sama dipengaruhi oleh faktor personal yaitu kebutuhan, serta sama-sama melakukan prose pengamatan dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. C. Pengaruh Aktif dalam Organisasi Santri dalam Kehidupan sesudah dari Pesantren Di
dalam pesantren para santri selain diberikan bekal-bekal
pengetahuan agama juga diberikan bekal pengalaman yang diperoleh dari organisasi, melalui kegiatan-kegiatan. Seperti halnya peranan organisasi yang dapat mendatangkan manfaat bagi santri setelah mereka lulus dari pesantren, sebagaimana memiliki nilai-nilai keagamaan, memiliki kesadaran berbangsa , bernegara, dan cinta tanah air, memiliki kepribadian serta budi pekerti yang luhur, mampu memimpin suati keorganisasian, memiliki ketrampilan, mandiri serta percaya diri, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki jiwa seni yang tinggi. Sesuai dengan temuan di lapangan, organisasi santri Ta’mirul Islam berupaya memberikan hasil yang optimal bagi para santrinya
88
setelah mereka aktif di kegiatan organisasi, supaya hal tersebut dapat dimanfaatkan di lingkungan masyarakat masing-masing. Adapun bekal tersebut antara lain : 1. Meningkatkan nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Melalui kegiatan pengajian yang menjadi rutinitas pesantren, pendidikan agama yang lebih ditekankan. Sehingga nantinya dimasyarakat dapat memimpin jama’ah pengajian yang ada dengan baik dan membentuk karakter masyarakat yang baik pula, meluruskan kebiasaan masyarakat yang salah. 2. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air Melalui kegiatan sosialisasi di luar pesantren, mematuhi peraturan yang telah ditetapkan di pesantren, mengadakan diskusi antar santri secara demokratis. 3. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur Di Pondok Pesantren tata krama, kesopanan dalam bahasa, berpakaian, makan, minum, bahkan berjalan benar-benar di tekankan agar setiap para santri memiliki kesopanan tersebut. Menurut
para
pengurus
kebiasaan seseorang cermin
dari
kepribadian seseorang. Jadi, jika kebiasaannya baik maka kepribadiannya atau budi pekeertinya baik, begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, kepribadian atau budi pekerti yang luhur benar-
89
benar harus dimiliki oleh setiap santri, supaya dapat memberikan nilai baik dimata masyarakat. 4. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan. Organisasi santri di Ta’mirul Islam selain mencetak para santri yang memiliki watak atau karakter yang baik juga mencetak para santri yang mampu serta berani menjadi pemimpin yang baik. 5. Meningkatkan ketrampilan, kemandirian, dan percaya diri Untuk meningkatkan hal ini melalui kegiatan akhir tahunan seperti Akhirossanah atau khotmil Qur’an, dengan kegiatan ini para santri di percaya pengurus untuk menyiapkan segala sesuatu dari dekorasi sampai hidangan, sambutan, hafalan dari sinilah para santri di beri bekal dapat memasak, merias, serta kepercayaan diri dapat di tanamkan. Keterkaitan antara teori dengan temuan yang ada di lapangan sama-sama ingin memberikan manfaat yang positif bagi anggota organisasi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian para narasumber mengatakan santri yang lulus dari pesantren akan lebih banyak berperan aktif di dalam masyarakat, jadi ilmu pengetahuan yang didapat melalui organisasi dapat di manfaatkan secara penuh.
90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah
peneliti
mendapatkan
data-data
yang
diinginkan
mengenai aktivitas pengurus OSTI, persepsi pengurus OSTI dan pengaruh keaktifan para santri dalam kegiatan Organisasi Santri Ta’mirul Islam (OSTI) di Surakarta dan menguraikannya secara sistematis, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Aktifitas pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam Surakarta (OSTI) ketika masih aktif Organisasi yang ada di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta sudah berjalan dengan baik, kepengurusan yang pertama sejak tahun 2001 dan sampai sekarang organisasi tersebut masih aktif. Salah satu tujuan utama OSTI (Organisasi Santri Ta’mirul Islam) adalah membentuk karakter para anggota sehingga menjadi insan kamil melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren. Para pengurus pesantren yakin bahwa melalui organisasi, akan memberikan dampak perubahan karakter yang positif bagi santri, yang mana dapat dimanfaatkan di lingkungan sosial selepas mereka keluar dari pesantren. Semua itu tak lepas dari dukungan serta pantauan dari keluarga serta para Kyai di Pondok Pesantren itu sendiri.
91
2. Persepsi Ketua OSTI tentang mutu organisasi santri di Pondok Pesantren Persepsi para pengurus OSTI baik yang mantan maupun yang masih menjabat sampai sekarang mutu organisasi sntri di Ta’mirul Islam Surakarta adalah sudah baik terlihat dari keaktifan para santri dalam mengikuti kegiatan yang ada, serta perhatian dari para pengurus atau para ustadz dalam kedisiplinan santri, meskipun pada dasarnya OSTI sama dengan OSIS yang berada dalam pendidikan umum, namun dari sebagian narasumber berpendapat OSTI lebih menekankan pada aspek keagamaan sehingga benar-benar dapat memberikan dampak yang positif bagi pribadi santri. Meskipun demikian, masih ditemukan kendala-kendala dalam membentuk karakter para santri melalui organisasi ini, salah satunya santri merasa bosan dan malas mengikuti kegiatan yang ada. 3. Pengaruh aktif dalam organisasi santri dalam kehidupan sesudah dari Pesantren Bekal-bekal pengetahuan agama yang telah diberikan juga bekal pengalaman yang diperoleh dari organisasi, melalui kegiatan-kegiatan, santri akan siap mengahadapi masyarakat setaelah ia lulus dari Pondok Pesantren. Karena didalam setiap kegiatan yang dilaksanakan mengandung manfaat bagi santri, antara lain memiliki sikap ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sikap cinta tanah air, memiliki kepribadian yang baik, memiliki ketrampilan, kepercayaan
92
diri, memiliki kemampuan dalam memimpin. Dengan kata lain, melalui organisasi para santri akan memperoleh pengalaman yang sangat berguna serta dapat membentuk karakter yang positif. B. Saran Berdasarkan kesimpualan penelitian seperti tersebut diatas, maka penulis memberikan beberapa saran bagi pengembangan keorganisasian OSTI yaitu bagi para pengurus OSTI dan para santri di Pondok Pesanttren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta adalah sebagai berikut : 1. Saran bagi para pengurus OSTI a. Agar semua pengurus dapat bekerjasama semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga keberhasilan dapat tercapai. b. Bagi para mantan pengurus OSTI hendaknya tetap mengadakan sosialisasi dengan pengurus baru, sehingga dapat berjalan secara bersama-sama, saling tukar pikiran sehingga dapat membenahi kegiatan yang dianggap masih kuarang. 2. Bagi para santri a. Ikuti kegiatan yang telah ada dengan baik, sehingga dapat memperoleh manfaat yang benar-benar dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari selepas lulus dari Pondok Pesantren. C. Penutup Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan lindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
93
skripsi ini dengan baik, tanpa halangan apapun. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah mengentaskan kita dari jaman kegelapan ke jaman yang terang benderang serta membebaskan kita dari jaman Jahiliyyah menuju kehidupan yang agamis dengan ketentraman hati. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan
dosen
pembimbing,
untuk
itu
dengan
terselesainya
penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis ucapkan terimakasih teriring doa semoga amalnya diterima oleh Alla SWT sebagai amal baik di sisi-Nya. Selanjutnya pada pembaca, saran dan kritikan yang bersifat membangun dan membenarkan, sangat penulis harapkan demi terciptanya kkarya yang lebih baik. Atas perhatian dan partisipasinya tidak lupa penulis sampaikan terima kasih.