PEMBELAJARAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR KURIKULUM ABRSM DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL: KAJIAN TERHADAP MASALAH DAN SOLUSINYA
TESIS
Oleh:
ANDRY PERMANA BARUS NIM: 127037004
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
PEMBELAJARAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR KURIKULUM ABRSM DASAR I DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL: KAJIAN TERHADAP MASALAH DAN SOLUSINYA
TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh ANDRY PERMANA BARUS NIM: 127037004
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
iii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Musik adalah sebuah organisasi bunyi yang sangat berperan aktif dalam
kehidupan manusia. Peran penting musik juga sangat dibutuhkan dalam sebuah kebudayaan baik melalui vokal, instrumen, maupun gabungan keduanya. Musik selalu berkembang bentuk, guna, dan fungsinya di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Di antara fungsi musik adalah sebagai media hiburan, ritual, peribadatan, maupun sebuah pendidikan. Musik adalah salah satu bagian dari kesenian yang dinikmati melalui pendengaran melalui warna suara (tone color/ timbre), ritme (rhythm), melodi (melody), harmoni (harmony), dan dinamika (dynamic) yang terajut dalam suatu tekstur yang dapat menghasilkan suatu ekspresi. Dengan struktur yang demikian, maka musik membentuk suara maupun bunyi yang berbentuk
vokal dan
instrumen, yang menjadi indah ketika diperdengarkan. Dalam sebuah pendidikan musik, memahami musik dalam bentuk saintifik, diperlukan pengetahuan yang mendukung. Pengetahuan ini mencakup teknik permainan, permasalahan teknik, metode pembelajaran, cara membaca sebuah notasi baik angka, huruf, maupun notasi balok, interpretasi, teori dalam sebuah komposisi musik, bahan yang tertulis dalam buku panduan serta kurikulum ketika memainkan dan mempelajari instrumen musik.
2
Permainan instrumen tanpa sebuah teknik yang baik, dapat menyulitkan seorang musisi dalam pencapaian interpretasi. Hal ini dikarenakan hasil dari sebuah teknik permainan seorang musisi, maka bunyi atau nada dari instrumen tersebut menjadi indah diperdengarkan, ketika memainkan sebuah karya maupun materi lagu. Melalui permasalahan ini maka seorang musisi harus memiliki teknik permainan yang baik ketika memainkan sebuah lagu. Permasalahan teknik dalam permainan sebuah instrumen tidak hanya pada seorang musisi ketika memainkan sebuah lagu maupun komposisi, tetapi terdapat juga pada seorang pelajar yang sedang mempelajari sebuah instrumen melalui buku panduan dari sebuah kurikulum musik. Buku panduan adalah sebuah bahan ajar seorang guru, yang digunakan dalam proses belajar-mengajar diaplikasikan melalui sebuah metode, dilakukan seorang guru kepada siswa dalam proses pembelajaran instrumen. Namun hal yang sering terjadi ketika menggunakan buku panduan dalam proses pembelajaran adalah teknik permainan pada awal pembelajaran atau tingkatan pada great dasar, ketika mempelajari sebuah instrumen, sering sekali berbeda aplikasi teknik yang tertulis dalam buku panduan dengan seorang pelajar yang mengaplikasikan buku panduan tersebut. Hal ini sering sekali terjadi pada sebuah pembelajaran baik pada sebuah sekolah, instansi dan juga lembaga-lembaga musik lainnya. Dalam hal ini pembelajaran yang dilakukan seorang siswa selalu menurut kemudahan siswa bermain, baik melalui penjarian maupun teknik permainan lagu. Permasalahan ini menjadikan seorang guru harus dapat mengerti cara mengajarkan siswa untuk melatih sebuah teknik melalui latihan-latihan yang diberikan seorang guru kepada siswa ketika mengaplikasikan teknik yang terdapat
3
pada buku panduan, sesuai dengan yang tertulis, ketika siswa mengaplikasikan buku panduan dalam proses pembelajaran instrumen musik. Pembelajaran praktik instrumen melalui buku panduan dari sebuah kurikulum, dilakukan pelajar dengan menggunakan notasi balok. Namun kenyataannya, tidak sedikit keinginan seorang pelajar yang sedang mempelajari instrumen tanpa menggunakan sebuah notasi. Hal ini menunjukkan anak lebih suka penyampaian secara lisan (oral) dan lebih cepat meniru secara langsung apa yang dilakukan seorang guru. Persoalannya adalah ketika anak mempelajari instrumen pada tingkatan yang lebih tinggi, anak tidak akan mampu meniru apa yang dilakukan gurunya, karena bahan yang cukup sulit dan panjang untuk ditirukan. Permasalahan ini bukan hanya terdapat kepada seorang siswa, tetapi juga terdapat pada seorang instruktur atau pengajar musik yang harus mengerti ketika mengajarkan anak melalui sebuah buku panduan. Buku panduan adalah sebuah bahan ajar yang sangat penting dalam proses pembelajaran pada pendidikan musik. Buku panduan tercipta oleh karena adanya sebuah kurikulum dalam pembelajaran instrumen yang terdapat disebuah instansi, sekolah maupun kursus musik. Pembelajaran instrumen musik merupakan bidang yang menjadi pusat perhatian pekerja musik baik pada seorang konseptor musik, komposer, arranger maupun musisi, yang terlibat dalam sebuah proses pembelajaran instrumen melalui buku panduan. Seorang konseptor dalam bidang pendidikan musik selalu memikirkan sebuah pelatihan bertahap yang ditulis dalam sebuah buku panduan instrumen. Untuk kepentingan pembelajaran seorang siswa memainkan sebuah lagu, berbeda halnya dengan seorang komposer yang hanya menciptakan sebuah karya untuk
4
dimainkan, sesuai dengan kepentingan seorang komposer, kemudian arranger yang menggubah lagu tersebut agar indah dan harmonis ketika dimainkan instrumen baik dalam sebuah melodi maupun sebuah iringan musik, serta seorang musisi yang memainkan sebuah karya dengan teknik yang baik ketika memainkan sebuah instrumen yang diaplikasikan dengan indah ketika memainkan sebuah lagu diperdengarkan melalui sebuah suara instrumen. Melalui seorang komposer, arranger, musisi, serta seorang konseptor musik, buku panduan dapat tercipta. Seorang komposer, arranger, musisi, dapat langsung menulis sebuah bahan yang ditulis melalui sebuah notasi. Ironisnya seorang siswa maupun pelajar dapat langsung mengambil (download) bahan tersebut melalui internet untuk dimainkan dalam proses pembelajaran instrumen tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada seorang guru praktik instrumen. Akibatnya anak akan kesulitan memainkan bahan tersebut serta memaksakan kemampuan bermain untuk pencapaian teknik maupun interpretasi musik. Terlebih lagi sebuah buku panduan yang dipelajari seorang siswa ketika mempelajari instrumen musik memiliki perbedaan cara membaca notasi yang tertulis dalam buku panduan dengan cara membaca notasi sekolah, instasi maupun lembaga musik. Penulisan sebuah notasi yang digunakan seorang siswa pada pembelajaran praktik instrumen terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, seperti notasi balok, angka, maupun huruf, kemudian semua penulisan notasi tersebut dapat dibaca melalui solmisasi do – re –mi – fa – sol – la – si – do. Kerapnya pembelajaran instrumen menggunakan notasi balok dalam proses belajarmengajar di sebuah instansi, sekolah maupun kursus musik.
5
Notasi balok adalah sebuah penulisan yang ditulis secara berurutan, terdiri dari 5 (lima) garis dan 4 (empat) spasi yang sering disebut paranada atau sangkarnada, semua notasi ditulis tepat pada garis maupun spasi, dengan tangkai ke atas maupun dengan tangkai ke bawah, jika sebuah notasi lebih rendah dan tinggi jarak oktafnya, maka dalam notasi balok dapat menggunakan garis bantu di atas garis paranada untuk nada yang lebih tinggi, kemudian di bawah paranada untuk nada yang lebih rendah.
Notasi balok
Notasi angka adalah penulisan sebuah notasi dengan menggunakan angka 1 (satu) sampai 7 (tujuh), dimana notasi tersebut memiliki kesamaan dan perbedaan simbol ritme dengan notasi balok, jika notasi balok simbol ritme terletak pada tangkainya, maka notasi angka terletak sebuah ritme diatas angka– angkanya, kemudian jika posisi nada lebih rendah dan lebih tinggi jarak oktafnya, maka notasi angka menggunakan tanda titik, titik diatas untuk oktaf yang lebih tinggi dan titik dibawah untuk oktaf yang lebih rendah.
6
Notasi angka C = do
Notasi huruf (A, B, C) adalah sebuah notasi yang ditulis dengan huruf, proses pengerjaannya sama dengan notasi angka, tetapi seorang pencipta lagu, komposer, arranger jarang sekali menggunakan notasi huruf sebagai media penulisan lagu, maupun komposisi yang akan dimainkan oleh seorang musisi. Notasi huruf C = do C - C#- D – D#- E - F – F# - G – G# -A - A#- B - C Notasi adalah lambang atau tulisan musik, Sedangkan notasi balok adalah tulisan musik dengan menggunakan lima garis datar yang berguna menunjukkan tinggi rendahnya suatu nada (Pono Banoe, 2003:299). Peran sebuah notasi menjadi hal yang sangat penting dalam musik, yang dapat dibaca dan ditulis untuk kepentingan seorang komposer, arranger, dan konseptor musik untuk menuangkan sebuah nada yang akan dimainkan seorang musisi maupun seorang pelajar dengan kepentingan pembelajaran maupun pertunjukan. terlebih pada sebuah pendidikan praktik instrumen melalui Tinggi rendahnya sebuah nada, nilai nada (ritme), dinamika, maupun interpretasi, kemudian
aplikasi nada ketika dibunyikan
(Kodijat dan Marzoeki, 1984:4). Pada abad ke IX, muncul istilah solmisasi, yaitu cara baca solmisasi yang dipelopori oleh seorang pastor Katolik di Italia Guido
7
D‟ Arezzo, dikenal sebagai do-re-mi-fa-sol-la-si-do sebagai pernyataan c-d-e-f-ga-b-c (absolute) (Banoe, 2003:385). Sebutan nada-nada diatonis ini berasal dari rentetan kata-kata pujaan kepada Sancta Ioannis, murid termuda Yesus Kristus, yang isinya memohon kepadanya, agar suara para penyanyi yang menyanyikan pujian kepada Tuhan, tetap merdu dan tidak parau. Rentetan singkatan tersebut adalah sebagai berikut:
•
DO – Dominus
•
RE – Renorare
•
MI – Mira ges tuorum
•
FA – Famuli tuorum
•
SOL – Solve pollute
•
LA – Labii reatum
•
SI – Sancta Ioannis (Sylado, 1986:8)
Permasalahan teknik membaca sebuah notasi bukan hanya pada tingkatan dasar saja, tetapi pada tingkatan yang lebih tinggi ketika menginterpretasikan sebuah lagu. Teknik membaca sebuah notasi terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu, do tetap (fixed do) dan do bergerak (movable do) pada sebuah partitur maupun reportoar musik. Kedua teknik membaca tersebut memiliki kesulitan dan kemudahan dalam hal membaca atau menyanyikannya secara solmisasi. Permasalahan ini sangat berpengaruh terhadap pembelajaran dalam memainkan sebuah lagu maupun komposisi musik. Teknik membaca movable do adalah sebuah teknik membaca dengan nada dasar yang berubah sesuai dengan banyaknya tanda kres (#) dan tanda mol (b) yang tertulis pada garis paranada.
8
Movable do
Berbeda dengan fixed do dimana penyebutan nada tidak merubah apapun walaupun seberapa banyak tanda kres (#) dan tanda mol (b) terhadap penulisan garis paranada.
Fixed Do
Salah satu permasalahan teknik membaca movable do dan fixed do, pada sebuah kurikulum terdapat pada sebuah instansi maupun sekolah atau kursus musik, memiliki sebuah perbedaan dan tidak sesuai dengan teknik baca yang diinginkan sebuah kurikulum antara movable do dan fixed do, yang dipakai seorang instruktur ketika mengajar. Terlebih lagi sugesti membaca notasi yang dianggap sulit dimainkan oleh seorang pelajar ketika mengaplikasikan buku panduan dari sebuah kurikulum. Menjadi hal yang cukup penting dimengerti standarisasi yang disesuaikan oleh sebuah instansi, sekolah maupun kursus musik ketika memilih sebuah kurikulum yang akan digunakan guru dalam proses pembelajaran instrumen.
9
Movable do adalah sebuah teknik membaca dengan nada dasar yang tidak tetap, sesuai dengan banyaknya tanda (#) kres dan tanda (b) mol. Hal ini membuat proses pembelajaran praktik instrumen musik menjadi sangat lama, dikarenakan seorang pelajar instrumen harus mengetahui sebuah teori, pemahaman 1# sampai 7# kemudian 1b sampai 7b. Begitu pula untuk mengetahui simbol, serta banyaknya tanda kres dan tanda mol ketika mengaplikasikan teknik membaca movable do untuk mempelajari instrumen. Akibatnya seorang pelajar akan merasa kesulitan terhadap pembelajaran praktik instrumen melalui movable do. Alasannya anak harus mengerti pembelajaran teori musik pada tahap awal pembelajaran, bukan permainaan sebuah instrumen melainkan pembelajaran pendukung praktik instrumen seperti pelajaran teori musik, harmoni, dan solfegio. Terlebih lagi seorang pelajar yang mengikuti teknik baca movable do, harus mengetahui jarak nada (interval) yang sering dinyanyikan melalui solmisasi, seperti jarak 1 laras (prime), 2 laras (seconde), 3 laras (ters), 4 laras (kwart), 5 laras (kwint), 6 laras (sekta), 7 laras (septime) sampai pada oktaf berikutnya. Kemudian persoalan sebuah jarak nada yang dinaikan setengah laras maupun diturunkan setengah laras, semakin memperlambat terhadap proses pembelajaran instrumen, peran instruktur sangat dibutuhkan kembali dalam hal ini, agar tidak memaksa pelajar pada tingkatan dasar harus mengerti sebuah teori untuk pembelajaran instrumen dengan teknik membaca movable do. Hal ini mungkin dapat dilakukan pada sebuah sekolah musik yang setiap hari dan selalu mempelajari musik baik dari sebuah teori maupun praktik instrumen musik, tetapi bagaimana dengan sebuah instasi maupun kursus musik, yang mana sebuah pelajaran teori menjadi sebuah pilihan untuk seorang pelajar
10
dan proses pembelajaran praktik instrumen dilakukan sekali dalam seminggu, empat kali dalam sebulan dan libur pada minggu kelima pada instasi atau kursus musik lainnya. Perbedaan movable do dan fixed do juga memiliki permasalahan di kalangan musisi ketika bermain bersamaaan dalam bentuk duet, trio, kuartet, ansambel, dan juga orkestra, ketika memainkan sebuah lagu yang memiliki sebuah panduan yang berbentuk sebuah notasi. Hal ini mengakibatkan sebuah perbedaan aplikasi dalam proses permainan musik. Maka dalam hal ini seorang pelatih maupun seorang pemimpin dalam sebuah kelompok musisi harus mengerti kedua teknik membaca tersebut. Agar sesama musisi ketika memainkan sebuah komposisi musik memiliki kesamaan tujuan walaupun terdapat sebuah perbedaan teknik membaca sebuah notasi. Terlebih lagi permasalahan teknik membaca movable do dan fixed do yang digunakan pada sebuah pembelajaran dasar instrumen, untuk kepentingan merasakan wujud dalam sebuah lagu melalui solmisasi (sight singing) dalam sebuah partitur sebelum diaplikasikan pada sebuah instrumen, sering sekali berbeda pengucapan antara seorang guru dan murid ketika mempelajari melalui buku panduan tersebut, permasalahan ini mengakibatkan sebuah perbedaan komunikasi dalam proses pembelajaran dan lebih menyulitkan guru dan murid. Pembelajaran praktik instrumen dengan persoalan teknik membaca yang memakai sebuah buku panduan memiliki kesulitan tersendiri dalam sebuah pembelajaran, baik terhadap sebuah teknik permainan, maupun teknik membaca, terlebih pada instrumen gitar. Gitar adalah alat musik petik yang dimainkan melalui teknik tangan kanan dan tangan kiri.
11
Tangan kanan dalam sebuah pembelajaran kelima jari yang sering disimbolkan dengan ibu jari (P), jari telunjuk (I), jari tengah (M), dan jari manis (A), kemudian jari kelingking (CH) yang jarang sekali digunakan dalam pembelajaran gitar, penjarian tangan kanan digunakan sebagai petikan yang diaplikasikan bergantian maupun digunakan secara bersamaan dalam memainkan instrumen gitar. Berbeda dengan simbol jari pada tangan kiri dalam permainan instrumen gitar jari telunjuk disimbolkan dengan (1), jari tengah disimbolkan dengan (2) jari manis disimbolkan dengan (3) dan jari kelingking disimbolkan dengan (4), permainan jari pada tangan kiri dilakukan dengan menekan senar pada kolom-kolom gitar maupun Fret gitar, dilakukan secara bergantian maupun dilakukan secara bersamaan yang membentuk sebuah bentuk jari atau frame jari, jika dibutuhkan bermain sebuah akor dalam pembelajaran. Terlebih lagi permasalahan penjarian dalam pembelajaran sering sekali terdapat sebuah hafalan yang dilakukan seorang siswa melalui letak notasi pada garis dan spasi pada sebuah paranada, kemudian menerapkan penjarian untuk kolom-kolom instrumen sesuai dengan notasi pada garis paranada yang dibaca melalui kedua teknik baca. Pembelajaran tersebut bukan bermain musik melalui instrumen, melainkan memainkan sebuah permainan hapalan yang dilakukan oleh jari terhadap sebuah kolom atau fret. Permasalahan yang terdapat ketika murid melakukan hal tersebut adalah seorang murid hanya akan mengerti jari dan notasi, tanpa memikirkan interpretasi, solmisasi, sebuah akor, modulasi, dan hal-hal lainnya dalam elemen-elemen musik. Hal ini dikarenakan anak telah fokus dengan hapalannya ketika bermain instrumen, permasalahan ini juga menjadi sebuah bahan pemikiran, terhadap
12
sebuah instrumen yang tidak memiliki kolom maupun fret, bagaimana seorang pelajar dapat merasakan nada yang dimainkan sudah tepat, karena anak telah fokus dalam penjarian yang dihafal melalui letak sebuah notasi. Ironisnya hal ini dikembangkan oleh seorang konseptor dengan menggunakan warna sebagai media hapalan untuk pembelajaran musik. Permasalahannya adalah bagaimana jika sebuah lagu didasari dengan nada dasar yang berbeda. Akibatnya pelajar yang menggunakan teknik membaca dengan menghapal penjarian dan memainkan sebuah nada, tidak akan menghiraukan nada yang dihasilkan, apakah sudah cukup berkualitas, dikarenakan pelajar sudah fokus dengan hapalan letak jari maupun warna pada kolom dan letak not pada garis paranada, yang diaplikasikan pelajar dengan mengisi kolom dengan jari untuk menghasilkan sebuah nada. Hal ini menjadi sebuah permasalahan terhadap pembelajaran, namun pertimbangan penghasilan terhadap kehidupan seorang instruktur lebih diutamakan, sehingga merubah segalanya menjadi tepat dan dapat dipakai. Permasalahan ini dimengerti seorang instruktur senior, tetapi bagaimana dengan sebuah instansi, sekolah musik, kursus musik yang memilih sebuah kurikulum berdasarkan tren sebuah masa, untuk kepentingan bisnis instansi, sekolah, maupun kursus musik. Dalam hal ini sering terlihat ketika seorang pelajar mengikuti sebuah ujian dengan memakai sebuah kurikulum. Permasalahan dalam sebuah sebuah kurikulum maupun buku panduan adalah sebuah simbol, buku panduan memiliki simbol penjarian tangan kanan dan tangan kiri, dituliskan tepat diatas sebuah notasi balok. Simbol-simbol tersebut tidak diperdulikan oleh siswa maupun pelajar gitar, ketika mempelajari instrumen gitar melalui buku
13
panduan. Maka dalam hal ini pembelajaran melalui buku panduan selalu dengan kemampuan siswa tanpa mengerti sebuah pencapaian teknik yang terdapat pada buku panduan. Akibatnya pelajar yang memainkan instrumen gitar tidak akan berkembang karena selalu dengan tingkat kemampuan siswa, bukan pada sebuah teknik yang tertulis pada buku panduan. Dalam hal ini seorang guru harus mengerti melatih siswa bermain dengan tingkat kesulitan dalam buku panduan. Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah pembelajaran praktik instrumen gitar kurikulum ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) dasar I melalui tiga lagu di sekolah Chandra Kusuma School. Selanjutnya penulis mengkaji masalah dan solusi pelatihan untuk memainkan lagu yang terdapat pada pembelajaran instrumen gitar, baik pada proses pembelajarannya maupun untuk kepentingan ujian internasional, yang dilakukan siswa secara individu. Sekolah Chandra Kusuma School, instansi, maupun kursus musik menggunakan kurikulum ABRSM sebagai buku panduan untuk proses pembelajaran maupun ujian praktik instrumen. Ujian ABRSM tersebut juga dapat dilakukan perorangan terlepas dari sebuah sekolah, instansi dan kursus musik, selagi dapat mengikuti kualifikasi pada buku panduan dan persyaratan ujian. Kurikulum yang dipakai untuk ujian ABRSM adalah kurikulum yang diciptakan dari kerjasama seluruh universitas yang ada di Eropa, direvisi dan dikembangkan selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut dipakai sebagai proses pembelajaran dan bahan untuk ujian pelajar melalui instrumen khususnya pada instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma School.
14
Sekolah Candra Kusuma School terletak di Kota Medan disebuah perumahan Cemara Asri, dimana sekolah tersebut menggunakan Kurikulum ABRSM untuk mendukung proses pembelajaran instrumen sebagai pelajaran musik program dan privat di Sekolah Chandra Kusuma School untuk kepentingan pembelajaran serta ujian yang dilakukan siswa Chandra Kusuma School. Sekolah ini memiliki kelas yang disebut musik program untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih dispesifikasikan. Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang sangat diminati siswasiswi di sekolah Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari intrumen musik klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan piano. Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School menggunakan mata pelajaran ekstrakurikuler untuk dapat mempelajari alat musik klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran yaitu: mempelajari alat musik angklung, gondang seperti taganing, suling,
15
garantung, gong, hasapi, kemudian pianika, rekorder, violin, viola, cello, contrabass, flute, piano, gitar, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan memainkan alat musik. Proses pembelajaran instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan musikalitas siswa-siswi. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok instrumen. Salah satu instrumen yang dipelajari di sekolah Chandra Kusuma School adalah instrumen gitar. Gitar klasik berkembang dengan sangat mengesankan. Perkembangan
yang
terjadi
tidak
hanya
dari
jumlah
pemusik
yang
memainkannya, tetapi juga lagu-lagu yang diciptakan khusus untuk gitar klasik. Hal ini ditandai dengan munculnya banyak pendidikan gitar klasik di mancanegara, baik berupa program sarjana maupun pendidikan dasar untuk penikmat musik. Terlebih sebuah instansi dan kursus musik yang membuat kelas spesial bagi seorang pelajar yang ingin mempelajari musik, hanya untuk memainkan sebuah instrumen dengan lagu yang disenangi pelajar, bukan mengikuti kurikulum atau aturan teknik membaca yang digunakan instruktur, kurikulum pada instansi maupun kursus musik, yang mendukung pembelajaran praktik instrumen gitar klasik.
16
Gitar klasik pada awalnya merupakan alat musik utama yang digunakan dalam pertunjukan seni Flamenco di Spanyol. Karena gitar digunakan sebagai alat musik dalam flamenco maka sebelum istilah gitar klasik muncul, masyarakat lebih mengenal gitar dengan enam buah senar yang terbuat dari usus sapi itu sebagai Gitar Flamenco. Ciri dari alat musik ini adalah suara yang indah namun lemah dalam kekuatan suara. Istilah ‘Gitar Klasik’ mulai lazim digunakan sekitar tahun 1920 setelah pemusik kenamaan Andres Segovia mulai mempertunjukkan karyakarya arus utama seni musik Eropa. Intrumen gitar terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu gitar klasik, gitar akustik dan gitar elektrik, masyarakat Indonesia lebih meminati gitar akustik, hal ini dikarenakan gitar akustik lebih mudah dimainkan tanpa harus menaati sebuah peraturan yang ada ketika bermain instrument gitar . Gitar akustik memiliki sebuah fret yang lebih kecil dan lebih mudah untuk dipegang ketika memainkannya, badan gitar akustik juga lebih kecil dibandingkan gitar klasik dan memiliki sebuah kesamaan terhadap gitar elektrik. Senar gitar akustik terbuat dari logam dan kawat. Gitar elektrik berbeda dengan gitar akustik, secara organologi, gitar elektrik menghasilkan suara dengan bantuan speaker dan sound, perbedaan elektrik dengan gitar akustik juga terdapat pada alat-alat pendukung suara seperti efek. Gitar klasik berbeda dengan gitar akustik dan elektrik, gitar klasik memiliki digunakan dalam bentuk ansamble yang menggunakan buku panduan berbentuk notasi balok, memainkan gitar klasik lebih sulit dengan sebuah teknik yang dituliskan dalam sebuah partitur, Gitar klasik memiliki senar yang terbuat dari nilon (nylon) yang memiliki bentuk seperti senar untuk memancing (untuk
17
dawai pertama sampai ketiga). Sedangkan di dawai ke- 4 hingga ke- 6 menggunakan nylon yang dibungkus oleh lilitan kawat. Chandra Kusuma School mempelajari instrumen gitar klasik dengan buku panduan kurikulum ABRSM, dalam mempelajari instrumen gitar klasik di sekolah tersebut, ada beberapa peraturan yang di terapkan oleh guru gitar klasik seperti cara memangku gitar, posisi penjarian, posisi tangan, posisi badan, cara memetik tangan kanan, cara menekan senar tangan kiri, agar bermain instrumen gitar dengan baik. Permasalahan teknik tangan kanan dan tangan kiri menjadi sebuah permasalahan terhadap pembelajaran instrumen gitar klasik di sekolah Chandra Kusuma School yang dilakukan oleh siswa-siswi dalam proses pembelajaran maupun bahan yang akan diujiankan yang memakai sebuah kurikulum ABRSM. Oleh sebab itu penulis akan menganalisis pembelajaran instrumen gitar klasik dengan memakai kurikulum ABRSM di sekolah Chandra Kusuma School yang dikhususkan penulis pada tiga lagu yang berjudul “Here There, and Everywhere”, “Ode to Joy”, dan “Nel Cor Piu Non Mi Sento” yang terdapat pada buku panduan Times Pieces kurikulum ABRSM. Ketiga Lagu tersebut juga dipilih seorang pelajar untuk kepentingan ujian yang terdapat pada kurikulum ABRSM. Kurikulum yang diujiankan memiliki sebuah pilihan dari 3 (tiga) list A, B, dan C yang masing-masing list terdapat tiga buah lagu untuk pilihan pelajar mengikuti ujian pada instrumen gitar. Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School.
18
Penulis hanya memfokuskan pada satu buku panduan saja, diharapkan dengan meneliti penerapan ketiga lagu tersebut, melalui teknik-teknik tangan kanan dan tangan kiri serta permainan teknik lainnya yang mendukung proses pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Penulis juga melihat permasalahan-permasalahan eksternal dan internal belajar yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma sebagai penghambat
dan pendukung proses
pembelajaran instrumen gitar. Kemudian dengan melihat permasalahanpermasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses pembelajaran, penulis menawarkan solusi pembelajaran yang diaplikasikan di Chandra Kusuma melalui permasalahan internal dan eksternal serta teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar, untuk pencapaian proses pembelajaran instrumen gitar yang baik di Chandra Kusuma School. Penelitian yang dilakukan penulis dengan melihat permasalahan teknik, masalah internal dan eksternal pembelajaran serta memberikan solusi dari permasalahan, kemudian dituangkan penulis dalam sebuah Tesis pengkajian seni Universitas Sumatra Utara (USU) dengan judul: “Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya”.
1.2
Rumusan Masalah Penulis mengambil tiga buah lagu (pieces) yang berjudul Here There, and
Everywhere, Ode to Joy, dan Nel Cor Piu Non Mi Sento dengan transkripsi notasi balok, yang diambil dari kurikulum ABRSM untuk kepentingan pembelajaran dan ujian pelajar praktik instrumen gitar dasar I di sekolah Chandra Kusuma School. Kemudian lagu tersebut diaplikasikan dalam proses pembelajaran dengan teknik-
19
teknik yang terdapat pada tangan kanan dan tangan kiri kemudian memberikan sebuah solusi yang berbentuk bahan latihan siswa untuk mempelajari ketiga lagu yang dipilih sebegai proses dan ujian siswa. Dalam hal ini penulis akan menggunakan teknik membaca movable do dan fixed do untuk mendukung proses pembelajaran instrumen gitar yang menjadi bahan ajar guru melalui sistem untuk melatih siswa-siswi sebelum mengaplikasikan teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri pada sebuah lagu yang terdapat pada buku panduan yang telah dipilih seorang siswa untuk sebuah ujian dan proses pembelajaran instrumen gitar klasik. Kemudian setelah menganalisis buku panduan melalui penerapan kedua teknik tangan kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar klasik di Sekolah Chandra Kusuma School, penulis akan menuliskan sebuah solusi pelatihan dari sebuah permasalahan yang terdapat pada buku panduan serta memberikan latihan maupun contoh-contoh untuk mempelajari kesulitan dalam pembelajaran instrumen gitar yang terdapat dalam buku panduan kurikulum ABRSM dengan memilih teknik membaca mana yang lebih tepat pada pembelajaran gitar terhadap ketiga buah lagu. Kemudian penulis juga menggunakan kedua teknik membaca movable do dan fixed do, untuk pencapaian sebuah interpretasi maupun pengenalan sebuah lagu yang dilakukan seorang guru melalui solmisasi. Semua permasalahan penelitian ini dilakukan penulis melalui penulisan trankripsi atau notasi balok, yang diambil dari buku panduan kurikulum ABRSM great I, Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah: bagaimana praktik pembelajaran gitar pada tiga buah lagu yang terdapat pada buku panduan Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School? Masalah seperti
20
apa yang ditemukan dan bagaimana solusinya ketika siswa mempelajari instrumen gitar Chandra Kusuma School ? Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang bersifat dekriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana permasalahan teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri, bagaimana permasalahan faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pembelajaran instrumen gitar.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian teknik tangan kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar melalui sebuah partitur, untuk mengetahui bagaimana permasalahan dalam pembelajaran instrumen. Kemudian menerapkan teknik tangan kanan dan tangan kiri yang telah tertulis dalam buku panduan baik jari maupun teknik permainan lainnya pada instrumen gitar klasik tersebut, melalui permasalahan dan memberikan sebuah solusi setelah diaplikasikan teknik tangan kanan dan tangan kiri tersebut terhadap sebuah pembelajaran instrumen gitar. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan pengertian bagi seorang instruktur, pelajar, musisi, dan masukan bagi seorang konseptor musik dalam bentuk pelatihan pembelajaran, kemudian pengajaran dan permainan, serta melihat bagaimana proses pembelajaran terhadap sebuah partitur, dengan teknik tangan kanan sebagai penjarian dan tangan kiri sebagai petikan yang diaplikasikan melalui beberapa instrumen.
21
1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut:
Menambah referensi tentang teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap sebuah instrumen musik.
Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan musisi,
instruktur,
konseptor,
kondukter
agar
dapat
mengetahui
permasalahan teknik teknik pada tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen musik khususnya gitar.
Menambah pengetahuan bagi penulis, mahasiswa, pelajar, dan musisi, instruktur, konseptor, baik melalui sebuah permasalahan dan solusi teknik pembelajaran untuk mempraktikkan instrumen gitar.
Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks seni musik di Indonesia.
1.4
Studi Kepustakaan Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis
mengadakan studi kepustakaan antara lain: Skripsi Eka Lianta Ginting dengan judul “Penerapan Teknik Petikan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gitar Klasik di Flow Musik Medan”. Penulis skripsi ini mengkaji tentang proses pembelajaran dasar gitar klasik, yang mana siswa diberi materi seperti penguasaan teknik petikan, penjarian dan teori dasar musik. Pada permainan gitar klasik, yang terdapat aturan-aturan dan tata cara
22
memainkan sebuah gitar klasik, salah satunya adalah cara memetik gitar dengan benar ataupun teratur. Teknik petikan dalam bermain gitar klasik terdapat dua jenis petikan yaitu Apoyando dan Tirando. Apoyando ialah memetik senar dengan menyandarkan jari pada senar yang lainnya, sedangkan Tirando ialah memetik senar dengan tidak menyandarkan jari pada senar lainnya setelah jari memetik senar . Skripsi Dian Marsa Peli dengan judul “Penerapan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dalam pembelajaran musik ensambel di kelas V SD”. Skripsi ini membahas tentang pentingnya pendidikan bagi pembinaan sumber daya manusia sangat diharapkan oleh setiap orang. Serta upaya membimbing siswa agar sadar dan terarah serta berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil yang baik, pengajar atau guru hendaklah dapat mengelola berbagai kondisi belajar dengan baik. Untuk itu, guru perlu dibekali beberapa kemampuan
diantaranya
menganalisis
kurikulum,
merancang
rencana
pembelajaran melaksanakan kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut dirancang untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dikarenakan semakin baik perencanaan yang dirancang maka makin mudah dan efektif pula pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajarnya. Tesis Wonter Lesson Purba yang berjudul “Analisis Musikal Aransemen Lagu Etnik Pada Gitar Tunggal kajian studi kasus pada karya-karya Jubing Kristianto”. Tesis ini menganalisis tentang aransemen lagu etnik pada gitar tunggal dengan studi kasus pada karya-karya Jubing kristianto. Tesis ini menjelaskan bagaimana sistem kerja aransemen lagu etnik yang diaplikasikan
23
pada gitar tunggal, untuk menentukan akor, musik iringan, bas dan harmoni, serta gaya permainan (style) gitar yang di aransemen Jubing Kristianto. Hal ini merupakan kontribusi sebuah ilmu pengetahuan khususnya ilmu aransemen pada praktik instrumen gitar bagi pendidikan musik yang mampu membawakan dan mewakili berbagai genre lagu-lagu etnik kedalam seni pertunjukan Indonesia. Tesis Sopian Loren Sinaga dengan judul “Pembelajaran Praktik Instrumen Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I”. Penulis tesis ini mengkaji sebuah permasalahan yang dilakukan sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, menjadi sebuah wadah untuk tempat pembelajaran musik, melalui praktik instrumen biola, yang menggunakan kurikulum melalui sebuah metode dalam bentuk buku panduan seperti seperti Suzuki Violin A Tune A Day. Kemudian meneliti guru mengajarkan ketiga buku panduan kepada peserta didik, diterapkan pada peserta didik pada tingkatan pradasar dan dasar I di Sekolah Candra Kusuma School. Melalui sebuah bentuk pengajaran, metode dan teknik permainan biola. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005) Bernstein & Picker (1972) mengatakan bahwa musik adalah suara-suara yang diorganisasikan dalam waktu dan memiliki nilai seni dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan ide dan emosi dari komposer kepada pendengarnya. Pendapat lain dari Eagle mengatakan musik sebagai organisasi dari
24
bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu (Eagle Jr, 1996). Musik adalah seni penataan bunyi secara cermat yang membentuk pola teratur dan merdu yang tercipta dari alat musik atau suara manusia. Musik biasanya mengandung unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna bunyi (Syukur, 2005). Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa musik adalah bunyi yang diatur menjadi sebuah pola yang tersusun dari bunyi atau suara dan keadaan diam (sounds and silences) dalam alur waktu dan ruang tertentu dalam urutan, kombinasi,
dan
hubungan
temporal
yang
berkesinambungan
sehingga
mengandung ritme, melodi, warna bunyi, dan keharmonisan yang biasanya dihasilkan oleh alat musik atau suara manusia yang dapat menyenangkan telinga dan mengekspresikan ide, perasaan, emosi atau suasana hati. Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk buku panduan sebagai materi bahan penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan teknik membaca ketika dimainkan sebuah instrumen, untuk kepentingan pembelajaran pada sebuah tingkatan. Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa cuplikan-cuplikan rekaman. Buku Douglass M. Green
Form in Tonal Music: An Introduction to
Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal, beserta dengan contoh tabel.
25
Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ. Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dari lima bagian, bentuk-bentuk ganda, bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis. Leon Stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya. Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis meneliti iringan untuk metode pembelajaran untuk permasalahan movable dan fixed do. Benjamin Dale, Gordon Jacob & Hugo Hanson, dalam harmony, Counterpoint & Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri dari tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan improvisasi khususnya pada piano. Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice (1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara vertikal beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX. Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori harmoni musik abad ke XX dan penerapannya, dalam buku ini seluruh latihan serta penerapan teori harmoni dilakukan dengan membuat komposisi, Bukan pada sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat komposisi musik.
26
Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada, modus, dan pola-pola yang bersifat melodi. Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966) berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya Messiaen. Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan peran orkestra dalam musik klasik barat. Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya. Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh Christian J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran yang tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat dalam pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah pembelajar instrumen melalui teknik membaca movable do dan fixed do. Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup komposer pada jaman klasik sampai pada masa modern saat ini. Kamus Musik Pono Bonoe yang membantu untuk mengerti akan simbol dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis. Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui
27
membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok instrumen biola maupun instrumen lainnya.
1.5
Konsep dan Teori
1.5.1 Konsep Konsep yang terpenting digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran praktik instrumen gitar, kurikulum ABRSM dengan melihat permasalahan dari teknik serta permasalahan eksternal dan internal dalam praktik instrumen gitar. Kemudian penulis menawarkan solusi dari permasalahan yang terdapat pada praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk praktik sebuah instrumentasi, dilakukan dengan menggunakan tulisan notasi yang dapat dibaca, ditulis dan dibunyikan dari tujuan pembelajaran. Kemudian diajarkan dalam bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen gitar yang menggunakan sebuah metode. Metode yang dimaksud oleh penulis adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh. Menyangkut cara kerja seorang guru menyampaikan sebuah permasalahan yang terdapat pada tulisan notasi yang bertujuan untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu bagi siswasiswi atau peserta didik dalam mempelajari instrumen. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
28
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu
peserta
didik
agar
dapat
belajar
dengan
baik
(Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Maret 2014). Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas (Dewi, 2004:1). Psikologi yang dimaksud penulis dalam penelitian ini sebagai pendukung lancarnya penyampaian sebuah metode yang disampaikan guru melalui bahasa lisan kepada siswa-siswi, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika mengajar peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, dengan teknik baca serta penerapan tangan kanan, tangan kiri pada instrumen gitar. Cepat lambatnya peserta didik dalam belajar gitar sangat erat kaitannya dengan metode yang dipakai karena berpengaruh dengan cocok apa tidaknya metode itu diterapkan. Suatu metode mempunyai cara-cara yang berbeda dengan metode yang lain sehingga harus melihat lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Oleh karena itu salah satu yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah guru.
29
Kurikulum ABRSM adalah sebuah buku panduan dengan tulisan notasi yang digunakan dalam proses pembelajaran maupun digunakan untuk ujian. Kemudian diterapkan melalui instrumen gitar, hasil dari buku panduan ketika diterapkan adalah sebuah nada atau bunyi dengan teknik- teknik permainan gitar. Dalam kurikulum ini penulis mengambil tiga buah lagu yang dimainkan siswa untuk proses ujian yang diteliti penulis melalui teknik permainan, yang terdapat pada lagu kurikulum ABRSM. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang beragam peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya. Kegiatan-kegiatan peserta didik di sekolah khususnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum (muttaqinhasyim. wordpress.com: 14 Februari 2014). Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakurikuler dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran gitar berjalan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Chandra Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat kecerdasan peserta didik. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: a. Pembinaan minat dan bakat
30
siswa, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan mengembangkan minat yang ada pada peserta didik serta memupuk bakat yang dimiliki peserta didik. b. Sebagai wadah di sekolah, dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis peserta didik telah membentuk wadahwadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar peserta didik dan sekaligus
dapat
belajar
dalam
mengorganisir
setiap
ekstrakurikuler. c. Pencapaian prestasi yang optimal,
aktivitas
kegiatan
beberapa cabang
ekstrakurikuler baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (ekskulabsky. multiply.com: 14 Februari 2014). Permasalahan teknik dalam permainan instrumen gitar yang dimaksud oleh penulis dengan menggunakan kurikulum ABRSM, menerapkan sebuah notasi yang memiliki tingkat kesulitan dalam memainkan repertoar atau bahan ajar kurikulum ABRSM. Permasalahan faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran gitar adalah sebuah permasalahan eksternal dan internal yang menjadikan proses pembelajaran kurang menguntungkan baik pada minat seorang siswa, bakat, kemampuan, pemilihan lagu, banyaknya mata pelajaran yang diambil siswa, orang tua, pelajaran yang dianggap penting, siswa yang mengangagap pelajaran musik hanya menjadi pelengkap dan mengisi kekosongan waktu, daya tangkap siswa yang lemah, membuat tertinggalnya murid, sehingga tidak ingin melanjutkan kembali pembelajaran tersebut, rasa percaya diri yang kurang, sikap siswa yang ingin bermain ketika proses pembelajaran kelas musik program praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School.
31
Kemudian penulis juga menawarkan solusi dari permasalahan teknik serta faktor internal dan eksternal penghambat siswa, agar dapat diatasi dan saling bekerjasama antara semua pihak, untuk keberhasilan seorang anak dalam mempelajari instrumen musik khususnya instrumen gitar yang dilakukan dengan baik dalam pembelajaran kelas maupun pembelajaran individu (face to face).
1.5.2 Teori Penelitian ini menggunakan pendekatan teori behaviorisme yang menyatakan tumbuh dan berkembangnya pembelajaran seorang siswa adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran adalah hasil evolusi (berkembang secara bertahap) dari satu pemikiran kepada pemikiran selanjutnya. Teori belajar behaviorisme adalah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Behaviorisme menyimpulkan bahwa perubahan tingkah laku yang ditunjukkan oleh seorang pelajar adalah suatu perwujudan nyata dari keberhasilan atas sebuah pembelajaran. Jika keadaan yang berlaku sebaliknya, maka pembelajaran dianggap tidak berhasil. Contoh seorang siswa belum mampu untuk memainkan tangga nada G mayor dengan teknik permainan penggabungan dua tangan. Sebagus apapun strategi pengajaran yang digunakan oleh sang guru dalam mengajarkan tangga nada tersebut, dan murid tetap tidak mampu untuk memainkannya maka pembelajaran belum dapat dinyatakan berhasil. Teori ini sangat memfokuskan perhatiannya pada stimulus (input / masukan) dan respon (output / keluaran). Segala sesuatu yang berada diluar dari
32
daerah ini sama sekali tidak mendapat perhatian, semua stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati dan diukur secara pasti atau eksplisit. Selain stimulus dan respon, reinforcement atau penguatan juga dianggap sebagai faktor lain yang penting dalam aplikasi teori ini. Penguatan ini dapat digolongkan sebagai apa saja yang dapat memperkuat timbulnya sebuah respon. Dibagi menjadi dua yaitu penguat positif dan penguat negatif. Kedua penguatan ini bekerja secara bergantian, apabila penguat positif ditambahkan maka penguat negatif harus dikurangi agar dapat memperkuat respon. Penerapan dari metode ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan psikomotor dan pembelajaran yang mengandung unsur kecepatan spontanitas. Sangat
sesuai untuk diterapkan kepada anak-anak yang masih
membutuhkan peran guru atau orang tua, karena pada dasarnya teori ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya peran pembimbing tersebut. Pembelajaran yang dilakukan bersifat satu arah, maka semua pemberian stimulus atau materi pembelajaran total berpusat pada guru, murid hanya pasif mendengarkan. Selain dari cara pengajaran, teori ini dapat dikatakan sebagai teori yang bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Berikut adalah contoh dari penerapan pembelajaran behaviorisme dalam musik.
Langkah pertama, murid mendapatkan stimulus berupa materi-materi pembelajaran yang berupa lagu.
Langkah kedua, murid akan meresponi materi-materi atau lagu tersebut dengan cara mencoba untuk memainkannya. Dalam langkah kedua ini stimulus dapat ditambahkan lagi jika diperlukan, seperti guru akan
33
memberikan materi-materi baru sebagai pelengkap dari materi-materi yang diberikan dalam langkah yang pertama.
Langkah ketiga, respon tersebut akan menghasilkan sebuah perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut ditunjukkan dengan mampu atau tidaknya murid memainkan lagu.
Langkah keempat, guru akan memberikan pujian atau hukuman atas hasil yang dicapai, apabila hasil memuaskan guru akan memberikan pujian, jika hasil berada pada kondisi sebaliknya guru dapat memberikan hukuman.
Langkah kelima, apabila murid masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, hukuman tersebut dapat dikurangi dengan harapan respon yang dihasilkan akan semakin bertambah dan mendatangkan sebuah perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Secara tidak langsung penerapan dari teori behaviorisme ini membangun
sebuah kemampuan yang kuat untuk mencari masalah secara baik problem solving yang dianggap sesuai. Maka murid-murid akan berlomba-lomba untuk mencari tahu solusi pembelajaran yang dihadapinya.
1.6
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumbersumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis, permasalahan teknik permainan pada tangan kiri serta permasalahan internal,
34
eksternal dalam permbelajaran gitar akan diteliti penulis disebuah sekolah Chandra Kusuma School, untuk melengkapi proses penulisan tentang teknik membaca tersebut dalam pembelajaran praktik instrumen. Kemudian penulis meminta bantuan atau pendapat kepada beberapa instruktur dan pelajar instrumen, yang berguna untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul, data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap praktikum, dan tahap penulisan.
1.7
Teknik Mengumpulkan Data Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian
lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.
1.7.1 Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu
langsung
kepada instruktur, melihat instruktur mengajar peserta didik untuk mempelajari sebuah instrumen. Menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, merevisi, analisis dan menggabungkan kedua teknik membaca, kemudian memilih teknik baca mana yang baik terhadap salah satu instrumen musik. Penulis akan melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk memperoleh kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis dari teknik tangan
35
kanan dan tangan kiri pada pembelajaran instrumen gitar. Melalui observasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kesulitan-kesulitan dalam proses praktik instrumen. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai pemain
dan instruktur musik. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah
merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.
1.7.2 Wawancara Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teknik tangan kanan dan tangan kiri terhadap siswa pada pembelajaran instrumen gitar. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada instruktur, musisi kemudian pelajar yang sedang mempelajari instrumen musik, guna mengetahui tingkat pemahaman instrumen bagi para siswa gitar, dan dilakukan juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka mempelajari instrumen gitar dengan teknik-teknik yang terdapat pada buku panduan yang mereka ketahui.
1.7.3 Tahap analisis Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya dilakukan analisis.
36
1.7.4 Perekaman Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan proses praktik pembelajaran instrument gitar dengan kajian masalah dan solusi pembelajaran, maka penulis melakukan perekaman. Perekaman musik dan wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuran waktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam Sony.
1.7.5 Kerja laboratorium Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan teknik tangan kanan dan tangan kiri, kemudian memilih yang lebih tepat dalam pembelajarannya. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis dalam pembelajaran instrumen, dan data mana yang tak dapat dipergunakan dilakukan dalam kerja laboratorium. Instruktur dan pelajar instrumen yang dalam prosesnya tersebut direkam di atas pita kaset BASF dan kamera Nikon D7000, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
37
1.7.6 Tahap pengumpulan data Pada tahap pengumpulan data ini dikumpulkan data yang diperlukan yaitu buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu dalam pemaparannya. Kemudian mengamati proses pembelajaran gitar di Chandra Kusuma School, megambil foto dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di Chandra Kusuma School, merekam proses wawancara terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam penelitian penulis dalam pembelajaran instrumen gitar, memvideokan penerapan solusi teknik yang aplikasi dalam pembelajaran praktik instrumen
gitar
di
sekolah
Chandra
kusuma
School.
Kemudian
mengklasifikasikan dan memverifikasikan data yang didapat dari sekolah Chandra Kusuma School.
1.8
Sistematika Penulisan Dari hasil penelitian pmbelajaran praktik instrumen gitar kurikulum
ABRSM melalui penerapan buku panduan. Data yang terkumpul, maka dilanjutkan pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis yang terdiri dari (6) enam bab. Ke enam bab tersebut terdiri dari bab pertama yang membahas permasalahan-permasalahan gitar dan proses pembelajarannya secara deskiptif, yang dirangkum dalam latar belakang masalah. Bab kedua membahas tinjauan proses pembelajaran musik dan praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma School. Bab ketiga membahas tentang penerapan dasar pembelajaran praktik instrumen gitar menurut guru dengan kurikulum yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma School. Bab keempat membahas tentang masalah-masalah
38
faktor penghambat dan teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab kelima mambahas tentang solusi dari permasalahan faktor penghambat dan teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab keenam adalah penutup yang ditutup dengan kesimpulan dan saran.
39
BAB II TINJAUAN PEMBELAJARAN MUSIK DAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
2.1
Pendidikan Seni Musik di Chandra Kusuma School Pendidikan formal di sekolah mempunyai peranan yang cukup besar
dalam membentuk manusia. Sekolah Chandra Kusuma telah menyusun sebuah kurikulum guna mewujudkan sistem pendidikan dalam proses belajar-mengajar. Dalam setiap mata pelajaran terdapat sebuah kurikulum untuk memberikan arah yang jelas pada tujuan pembelajaran dari sebuah mata pelajaran. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, berlangsung melalui proses belajar-mengajar antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Selain pendidikan formal dan non-formal juga terdapat pendidikan informal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang lebih umum, berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, media massa, dan tempat bermain. Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma merupakan salah satu mata pelajaran yang mengisi kurikulum persekolahan, di samping pendidikan mata pelajaran Agama, Pancasila, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma memiliki keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estestis dalam bentuk kegiatan
40
berekspresi, berkreasi, dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni. Seni musik termasuk salah satu aspek mata pelajaran seni budaya di sekolah Chandra Kusuma, hal ini dikarenakan pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran saja, masuknya pelajaran kesenian dalam kurikulum persekolahan merupakan salah satu kepedulian akan pentingnya apresiasi seni bagi masyarakat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat dapat menikmati dan memiliki sikap menghargai seni budayanya. Tujuan yang lebih luas lagi adalah untuk perkembangan kreativitas siswa. Aspek-aspek yang dinilai dalam pembelajaran musik di sekolah Chandra Kusuma bukan hanya meliputi keterampilan bermain musik atau bernyanyi, tetapi juga tentang wawasan musik dan sikap terhadap seni musik. Dalam hal ini, tiap siswa memiliki wawasan dan pengetahuan tentang musik yang berbeda-beda. Pengetahuan dan pengalaman tentang musik mereka dapatkan bukan hanya dari sekolah saja, tetapi juga informasi-informasi dari internet, buku tentang musik, acara musik yang mereka lihat di televisi, mendengar dari radio, melihat acara festival musik. Terkadang mereka mendapatkan pengetahuan musik tersebut karena kegemaran dan ketertarikan mereka terhadap musik. Informasi dan wawasan tersebut juga mereka dapatkan dari lingkungan sesama siswa. Akan tetapi, setiap siswa memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman musik yang berbeda-beda. Informasi dari hal tersebut, dapat menambah wawasan siswa mengenai seni musik. Semakin banyak sumber pengetahuan lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar, para siswa akan lebih mudah dan lebih memahami hal-hal yang bersifat kongkrit.
41
Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma School adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik sekolah tersebut selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan pengajaran musik itu dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam sebuah kurikulum yang berlaku dan tujuan umum. Salah satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di Sekolah Chandra Kusuma sebagai berikut. Meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan kepekaan terhadap dunia di sekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang musik.
2.2
Tujuan Pengajaran Musik di Chandra Kusuma School Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma dijabarkan menjadi
beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut sesuai dengan pengelompokan unsur-unsur musik yang esensial yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. Untuk pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma ini dirumuskan kembali sebagai berikut.
42
Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melodi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.
Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harmoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk / struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.
43
2.3
Guru Sekolah Chandra Kusuma School Guru harus dapat memilih dan merencanakan kemampuan dan materi yang
akan diajarkan, yang hasilnya langsung dapat diamati. Hasil yang ingin dicapai ini dirumuskan dalam tujuan-tujuan pengajaran terkecil, yang disebut tujuan Instruksional yang selalu mengarah kepada usaha pencapaian. Proses belajar-mengajar dapat di sekolah Chandra Kusuma terjadi bila ada yang belajar, yang belajar ini ialah murid. Murid-murid ini datang dari lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan yang selalu mendengarkan musik akan mempercepat perkembangan rasa musik anak. Pengalaman mendengar dan meniru suara yang sering dilakukan anak memberikan kemampuan bernyanyi bagi seorang anak, sehingga ketika anak mempelajari instrumen, seorang anak juga sudah dapat menyanyikan beberapa lagu dengan cukup baik. Pengajaran musik yang dimulai dengan kegiatan bernyanyi akan memberikan kesenangan bagi seorang anak. Untuk dapat melaksanakan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma dengan baik, guru harus memahami peranan komponen-komponen proses belajar mengajar serta hubungan saling keterkaitannya dalam pengajaran musik. Guru yang mengajar memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain adalah sebagai berikut : a.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam bidang musik, sehingga menguasai isi atau materi pengajaran musik yang disajikan.
44
b. Memiliki pengetahuan dan pandangan tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat proses belajar musik, serta sifat dan hakikat pengajaran musik. c.
Memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan
bernyanyi
dengan
menggunakan teknik bernyanyi yang baik. d.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memainkan alat-alat musik yang digunakan dalam memberikan pengajaran musik
e.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan menggunakan berbagai macama metode penyajian yang diperlukan untuk memberikan pengajaran musik.
f.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjajaki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kematangan murid, untuk dapat menentukan materi dan bahan pengajaran musik yang sesuai bagi murid-muridnya; guru haruslah cepat dapat melihat bagian mana dari materi dan bahan pengajaran itu yang sudah dikuasai murid dan mana pula yang belum mereka ketahui. Pengajaran harus selalu disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid untuk menerimanya.
g.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menentukan lagu-lagu atau komposisi musik yang sesuai dengan kondisi murid-murid, sebagai bahan pengajaran untuk menyampaikan materi pengajaran musik.
45
h.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mencari dan memilih serta menggunakan sarana dan media yang dapat digunakan untuk memberikan pengajaran musik
i.
Memiliki keterampilan memberikan bahan pengajaran melalui kegiatan pengalaman musik
j.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode-metode pengajaran musik yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapi
k.
Memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang cara memberi penilaian terhadap pencapaian hasil belajar murid
2.4
Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran dan
penciptaan kondisi belajar peserta didik secara aktif. Apabila strategi pembelajaran dapat mendorong timbulnya aktifitas peserta didik. Maka proses belajar peserta didik juga akan semakin banyak terjadi dan hasil belajar peserta didik akan semakin meningkat. Gagne dan Briggs (1997) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar. Suatu set peristiwa itu mungkin dilakukan oleh pengajar sehingga disebut pembelajaran, mungkin juga dilakukan oleh peserta didik sendiri dengan menggunakan buku, gambar, program televisi atau kombinasi berbagai media, baik oleh pengajar maupun oleh peserta didik sendiri, kegiatan itu haruslah terencana secara sistematik untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran.
46
Romizowski (1981) berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu pendekatan menyeluruh yang dapat dibedakan menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan inquiri/diskoveri (penemuan). Kedua strategi ini dapat dipandang sebagai dua ujung yang sejalan dalam suatu kontinum strategi. Hal ini erat sekali kaitannya dengan pendekatan deduktif dimana strategi ini dimulai dengan penyajian informasi mengenai prinsip atau kaidah kemudian diikuti dengan tes penguasaan dan penerapan dalam bentuk contoh dan penerapan pada situasi tertentu, sedangkan strategi inquiri/diskoveri didasarkan pada teori belajar pengalaman yang disebut juga teori belajar pengalaman. Moedjiono
dan
Dimyati
(1999)
menjelaskan
bahwa
untuk
mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen sistem pembelajaran lainnya, tenaga pengajar harus mengkonsistensikan tiap-tiap aspek dari komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut dan dapat melakukan hal tersebut dengan berbagai siasat. Kegiatan tenaga pengajar mengupayakan konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran dengan siasat tertentu inilah yang disebut dengan istilah strategi pembelajaran. Dari paparan diatas dapatlah dimaknai bahwa strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan kedalam empat pengertian yaitu: urutan kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pengajaran dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik, metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan pengajar dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dan waktu yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.
47
Dalam menggunakan strategi pembelajaran hal utama yang harus diperhatikan adalah karakteristik peserta didik. Seels dan Richey (1994) berpendapat bahwa karakteristik peserta didik adalah segi-segi latar belakang pengalaman yang berpengaruh terhadapt efektivitas proses belajarnya, Dick dan Carey (1996) menjelaskan bahwa dalam pengembangan pembelajaran penting sekali mempertimbangkan karakteristik peserta didik untuk memilih pendekatan yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai prosedur desain dan pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum, (2) melakukan analisis instruksional, (3) menganalisis karakteritik peserta didik dan konteks, (4) pengembangan instrument penilaian, (5) mengembangkan strategi pembelajaran, (6) mengembangkan dan memilih bahan-bahan pembelajaran, (7) merancang dan menyusun evaluasi formatif pembelajaran, (8) merancang dan menyusun evaluasi sumatif pembelajaran, dan (9) revisi untuk setiap langkah pengembangan pembelajaran. Pembelajaran
kontekstual
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Belajar dalam pembelajaran kontekstual bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung. Melalui proses pembelajaran tersebut diharapkan perkembangan peserta didik secara utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Selain itu, pembelajaran tersebut mendorong
48
siswa-siswi membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam Konstruktivisme berkaitan dengan proses aktif pada diri peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan. Peran tenaga pengajar memfasilitasi proses tersebut dengan cara (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik, (2) memberikan kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Sehingga pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menemukan (inquiry) berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat faktafakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Tenaga pengajar merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya. Untuk itu dalam hal ini agar bisa menemukan sendiri maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh peserta didik tersebut yaitu: (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan (5) penyimpulan (conclussion). Pengetahuan yang dimiliki peserta didik bermula dari bertanya. Bertanya dalam pembelajaran di pandang sebagai kegiatan tenaga pengajar untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi peserta didik kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
49
apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Masyarakat belajar (learning community), konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu kepada yang belum tahu. Kelompok harus bertanggung jawab dalam mencapai tujuan dan setiap individu harus bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibagikan. Dalam kelas, tenaga pengajar disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pintar mengajar yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul. Pemodelan (modelling). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu biasanya berupa cara mengoperasikan sesuatu, model karya tulis, atau peseta didik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik, seorang peserta didik bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara mengerjakan soal. Peserta didik itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Refleksi (reflection) merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Peserta didik mengedepankan apa yang baru yang merupakan
50
pengayaan atau rivisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Penilaian
yang
sebenarnya
(Authntic
Assessment)
yaitu
proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik menagalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran.
2.5
Sarana dan Media Pengajaran Musik Pengajaran
musik
diberikan
melalui
pengalaman
musik,
yang
menimbulkan bermacam-macam bunyi. Oleh sebab itu pengajaran musik di Chandra Kusuma ini dilaksanakan di dalam kelas yang khusus dan agak terpisah, sehingga tidak mengganggu kelas-kelas lain yang belajar pada waktu yang sama. Untuk menuntun murid-murid dalam kegiatan pengalaman musik di sekolah Chandra Kusuma menyediakan alat musik pengiring yang tepat digunakan adalah sebuah piano. Piano berguna untuk menjelaskan materi pengajaran musik kepada murid. Jika tidak ada piano di sekolah dapat juga digunakan alat musik lainnya seperti keyboard, gitar, dan alat musik lainnya yang lain seperti organ, jika organ atau accordion juga tidak ada, sekurang-kurangnya guru harus dapat menyediakan sebuah gitar. Untuk membahas unsur melodi hendaknya dapat disediakan alat-alat musik melodi seperti glockenspiel, silopon, melodika, pianika, recorder, harmonika, atau alat musik melodi apa saja yang dapat disajikan seperti kolintang,
51
angklung, suling bambu, dan sebagainya. Untuk menentukan tinggi nada disediakan pula garpu tala dan puput tala. Untuk membahas unsur harmoni hendaknya dapat disediakan alat musik harmoni seperti harmonika akor, ukulele, gitar, atau kalau mungkin disediakan otoharpa, yaitu sejenis kecapi yang dapat menghasilkan beberapa macam bunyi akor sesuai dengan yang diinginkan.
2.6
Materi dan Bahan Pengajaran Musik Pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma adalah sebuah pengajaran
tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik. Unsur-unsur musik sebagai materi pengajaran musik yaitu merupakan suatu kesatuan yang berkaitan erat, membentuk sebuah lagu atau komposisi musik. Untuk kepentingan materi pengajaran musik, unsur-unsur musik di bagi atas lima komponen seolah-olah dapat dipisah-pisahkan yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, unsur musik inilah yang dijadikan pokok bahasan yang esensial dengan sub-sub pokok bahasan dan uraiannya.
2.7
Metode Pengajaran Musik Metode pengajaran musik ini didasarkan atas tahap tingkat urutan kegiatan
belajar musik. Urutan kegiatan musik haruslah mengikuti tahapan syarat tingkat urutan kemampuan bermusik dan tingkat urutan materi pengajaran musik yang logis. Metode yang digunakan seorang guru musik akan sangat tergantung kepada
52
pandangannya tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat belajar musik, sifat dan hakikat pengajaran musik. Pendidikan musik di sekolah Chandra Kusuma School diperlukan untuk mendukung pendidikan seni yang lebih baik. Minat belajar seni musik pada siswa-siswi sekolah Chandra Kusuma School sangat banyak diminati. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tersebut yang banyak melibatkan alat musik baik dari instrumen tradisional maupun instrumen barat seperti biola, cello, contra bass, flute, clarinet maupun trompet. Kemudian dari banyaknya pembelajaran kelas dan privat musik (face to face) yang dilakukan di instansi musik Ipac, dibawah pimpinan sekolah Chandra Kusuma School yang terletak disamping kiri sekolah Chandra Kusuma. Pembelajaran musik baik teori dan praktik disekolah Chandra Kusuma terbagi menjadi 2 (dua) bidang kelas yaitu musik program dan musik regular.
2.7.1 Musik reguler Musik reguler di sekolah Chandra Kusuma adalah pelajaran musik yang di spesifikasikan pada pembelajaran kelas yang dilakukan lebih dari sepuluh siswa siswi tanpa uang tambahan dilakukan seperti pembelajaran teori. Seperti pelajaran solfegio, teori musik, komposisi, kemudian terdapat juga pembelajaran praktik namun berbentuk kelas seperti pelajaran rekorder, pianika, paduan suara. Hal ini dilakukan seperti pelajaran kesenian lainnya. Pembelajaran musik di sekolah Chandra kusuma adalah salah satu pelajaran seni yang memiki perbedaan dengan sekolah
lain,
perbedaannya
adalah
sekolah
Chandra
Kusuma
tidak
menggabungkan pelajaran musik dengan pelajaran seni lainnya seperti drama,
53
lukis, kria, tari. Sekolah Chandra kusuma memberikan guru yang berkompeten dibidangnya masing-masing dengan keahlian jurusan. Pembelajaran musik reguler di sekolah Chandra Kusuma juga memiliki keunikan, dengan mempelajari etnis yang terdapat di Indonesia Khususnya kota Medan. Pembelajaran tersebut memerlukan sumber tenaga dari luar (part time) yang dipanggil khusus mengajar musik tradisi, kerapnya individu yang berkompeten dari Universitas Sumatra Utara (USU) jurusan etnomusikologi. Terlebih lagi pembelajaran paduan suara, rekorder dan pianika, pembelajaran tersebut dilakukan per’kelas yang lebih dari sepuluh orang pemain, guru yang mengajar sering sekali melakukan dengan cara membagi siswa permelodi atau berbentuk sopran, alto, tenor, bass dengan format ansambel, hal ini dilakukan guru agar para siswa-siswi tidak bosan dengan satu melodi dan bermain secara bersamaan, yang berbentuk tim untuk pengelompokannya.
2.7.2 Musik program Musik program adalah pembelajaran musik yang lebih spesifik yang banyak diminati seorang anak, pembelajaran ini menggunakan uang tambahan untuk belajar instrumen baik biola, piano, vocal, gitar, cello, flute, dan trompet. Pembelajaran ini dilakukan perkelas tetapi dalam satu kelasnya maksimal terdapat delapan orang pemain, atau siswa-siswi. Pembelajaran tersebut menggunakan bahan reportoar maupun kurikulum dalam proses pembelajaran. Musik program menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak diminati siswa dalam bidang seni. Musik program terbentuk dari keinginan siswa dengan seni musik khususnya instrumen gitar. Dalam pelaksanaan musik program
54
diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu kelas. Ansambel gitar selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara-acara lainnya dalam bidang musik. Musik program memiliki lebih dari 50 siswa dan dibagi menjadi dua kelas ansambel, yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas memiliki ketrampilan yang berbeda, untuk pemula, biasanya siswa yang belum bisa bermain tetapi mempunyai keinginan untuk belajar bersama. Kelas lanjut biasanya siswa yang sudah mampu memainkan lagu-lagu kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar instrumen. Kurikulum yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah kurikulum ABRSM, kurikulum tersebut digunakan sebagai bahan ajar seorang guru kemudian dimainkan siswa-siswi dan akan diujiankan jika siswa telah siap untuk program ujian. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan bermain satu melodi untuk semua siswa. Agar siswa yang daya tangkap bermainnya kurang dapat mengikuti temannya dan tidak tertinggal begitu jauh. Selain pembelajaran kelas, musik program juga membuka pembelajaran individual yang dilakukan seorang guru dan murid (face to face) pembelajaran ini dilakukan ketika seorang anak telah menunjukkan permainan yang jauh dari teman-teman kelasnya, dan jika dipaksakan terus didalam kelas musik program, anak yang berkemampuan tinggi tersebut akan tetap bermain bahan yang sama dengan teman-temannya persoalan ini menjadi hal yang harus dimengerti sebuah instansi untuk dikatakan anak dalam proses pembelajaran praktik instrumen, khususnya instrumen gitar.
55
Pembelajaran praktik instrumen gitar tidak memiliki sebuah perbedaan terhadap instrumen lainnya, persoalannya hanya pada orang tua yang menganggap tanpa mengikuti pelajaran praktik instrumen gitar, pengetahuan tentang memainkan gitar dapat ditemui diluar sekolah, pembelajaran praktik instrumen gitar dilakukan dengan permainan kelas, tetapi kerapnya pembelajaran tersebut dilakukan perorangan karena anak lebih suka sendiri diajar seorang guru dalam permainan instrumen gitar. Pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma awalnya memiliki banyak peminat dari kalangan sekolah dasar, tetapi kebijakan sekolah Chandra Kusuma menutup program instrumen gitar untuk anak pada tingkatan sekolah dasar (SD). Hal ini mengakibatkan minat pembelajaran gitar semakin sedikit, dikarenakan permainan gitar hanya dilakukan untuk tingkatan SLTP ketingkatan yang lebih tinggi. Pembelajaran instrumen gitar dilakukan dengan memakai kurikulum ABRSM hal ini dilakukan karena pembelajaran melalui Kurikulum tersebut sangat efektif dalam proses pembelajarannya. Melalui sebuah jari maupun teknik permaianan tangan kanan dan tangan kiri, yang telah disesuaikan dengan tingkatan great pada pembelajaran instrumen gitar. Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler yang dispesifikasikan terhadap musik program sangat baik untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan siswa di berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga siswa dapat menyalurkan bakat dan minat pada musik program ketika ingin memainkan istrumen.
56
2.8
Pendukung Proses Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School Proses Awal Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School berbentuk
Kinestetik yang merupakan tahapan pembelajaran musik yang pertama, tipe pembelajaran ini memungkinkan anak didik untuk melihat, mendengarkan, dan meniru permainan yang diperagakan oleh pengajar/instruktur/guru musik. Pada tahap ini murid masih belum diajarkan untuk belajar mandiri, sama halnya dengan bayi, mereka menirukan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Tipe pembelajaran ini disarankan untuk diberikan kepada murid pemula, atau yang belajar dari “nol”. Kemudian mengenalkan anak pembelajaran teori sebelum memasuki praktik instrumen gitar dalam proses pembelajaran praktik instrumen gitar secara akademisi dibutuhkan anak dapat menulis dan membaca sebuah notasi dalam memainkan instrumen gitar, hal tersebut yang membuat pentingnya teori dalam permainan instrumen gitar diawali dengan mengenalakan anak nilai notasi dan nilai istirahat (rest)
Tabel 2.1 Notasi balok
57
Mengenalkan siswa-siswi macam-macam dinamik adalah pp (pianissimo) yaitu sangat lembut, p (piano) yaitu lembut, mp (mezzopiano) yaitu agak lembut, mf (mezzoforte) yaitu agak keras, f (forte) yaitu keras, ff (fortissimo) yaitu sangat keras, crescendo yaitu bertambah keras, decrescendo yaitu bertambah lembut, dan dimin yaitu bertambah lemah Lambang artikulasi yang dimaksudkan adalah lambang-lambang notasi pada not balok maupun not angka. Prier (1991) menjelaskan bahwa notasi musik secara umum dikenal sekitar abad XI dengan tokohnya Guido Arezzo (19951050) yang menemukan cara membaca dengan menggunakan suku kata do, re, mi, fa, sol, la, si. Suku kata ini berasal dari syair lagu Santo Yohannes. Lambang artikulasi pada notasi musik antara lain: Staff adalah sangkar nada atau paranada yaitu tempat penulisan not. Staff terdiri dari lima garis dan empat spasi. Spasi sebagi ruang garis juga berfungsi untuk penulisan not-not. Not-not yang ditulis pada garis disebut not garis sedangkan not yang ditulis pada spasi disebut not spasi. Contoh staff sebagai berikut:
Kepala not dan tangkai not ada yang terbuka da nada yang tertutup. Besarnya kepala not harus disesuaikan dengan sangkar nada. Jika kepala not terletak dibawah garis ketiga, tangkai not mengarah keatas, jika kepala not berada diatas garis ketiga, tangkai not mengarah kebawah, sedangkan not yang terletak pada garis ketiga notnya boleh ke atas atau ke bawah sebagaimana tertera berikut ini
58
Bendera not, bendera not arahnya kekanan, baik tangkai yang keatas maupun kebawah.Ujung bendera not tetasp mengarah ke kepala not.
Tanda kunci, untuk mengetahui nama-nama not pada sangkar nada dibuatlah tanda kunci.Tanda kunci selalu dituliskan pada awal paranada.Terdapat tiga macam tanda kunci, yaitu:
kunci G,
kunci F,
kunci C.
kunci G disebut juga treble clef yaitu staff untuk penulisan not-not tinggi. Dalam staff kunci G menunjukkan letak not “g” yaitu pada garis kedua, kunci G disebut juga kunci gitar dan semua not yang terletak pada garis kedua bernama not G. dibawah garis kedua adalah spasi satu yaitu not F sedangkan dibawah spasi kesatu adalah tempat untuk not E. kunci F disebut juga kunci bass atau bass cleft dimana dalam staff, kunci F berfungsi untuk tempat penulisan not-not rendah dan kunci F berpusat pada garis ke empat, apabila letak not F sudah diketahui maka
59
letak not-not lain dapat pula diketahui. Kunci C dipergunakan untuk penulisan suara menengah (alto dan tenor) dimana letak kunci C menunjukkan letak not C. kunci C boleh juga diletakkan pada sembarang tempat, apabila demikian halnya kunci C mempunyai berbagai kunci do dan sumbunya selalu menunjukkan do. Tanda titik ditempatkan dibelakang not. Tanda titik berfungsi untuk memperpanjang nilai not di depannya. Hal ini berlaku untuk notasi balok maupun notasi angka. Namun demikian nilai titik pada notasi balok tidak sama dengan nilai titik pada notasi angka. Pada notasi balok jika tanda titik ditempatkan dibelakang not atau tanda diam maka nilainya setengah dari nilai not yang di depannya. Jika dalam satu partitur dijumpai pemakaian dua titik sekaligus dibelakang not maka nilai titik yang kedua adalah setengah dari nilai titik yang pertama. Sedangkan pada notasi angka, nilai satu titik adalah satu ketukan, dua titik maka nilainya dua ketukan. Tanda tempo, Largo (besar sangat lambat), adagio (tenang, tentram, lebih lambat dari andante, lebih cepat dari largo), lento (menunjukkan tempo lambat), moderato (menunjukkan tempo sedang), andante (sedang, menunjukkan sifat seperti berjalan), andantino (lebih cepat dari andante), allegro (senang, gembira, tempo cepat sesuai dengan karakter atau sifat dari gembira), vivace (tempo cepat), presto (tempo cepat) Tanda accidental, yaitu: (1) kreis (memindahkan letak dan bunyi nada setengah ke atas). Tanda kreis hanya berlaku untuk letak dan bunyi nada yang mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, (2) mol (memindahkan letak dan bunyi nada setengah laras ke bawah). Tanda mol harus berlaku untuk letak dan
60
bunyi nada yang mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, dan (3) pugar (mengembalikan letak dan bunyi nada ke asalnya). Legato tanda yang menghubungkan dua nada atau lebih sedangkan ligature yaitu tanda yang menghubungkan dua nada yang sama secara berturut. Pembelajaran membaca notasi dan menyanyikan nada-nada bukanlah persoalan sederhana, tetapi memiliki prosedur yang kompleks. Mursell (1995) menjelaskan untuk belajar notasi musik adalah sama halnya dengan bagaimana mengerti tentang musik itu sendiri. Nilai seluruh lambang-lambang membantu mengerti musik lebih baik lagi. Tanpa sebuah pengertian dari lambang tersebut maka pengertian akan musik akan ketinggalan, sama halnya dengan angka-angka, maka pengertian akan aritmatika juga akan ketinggalan. Maka pelajaran tentang membaca musik adalah program yang harus dilakukan dalam perencanaan untuk memajukan pendidikan musik. Solfeggio merupakan suatu pengetahuan musik yang mempelajari teknik membaca dan menulis notasi musik yang mencakup notasi irama dan notasi melodi. Notasi melodi dibaca atau dinyanyikan secara solmisasi sedangkan notasi irama dimainkan dengan tepukan. Menulis notasi musik mencakup aplikasi sence of music terhadap melodi yang diperdengarkan melalui instrument musik piano, melodi tersebut kemudian ditulis dengan tepat sesuai dengan frekuensi setiap nada (pitch). Jarak-jarak tertentu pada tangga nada ditandai dengan pola jarak: 1-11/2-1-1-1-1/2. Tangga nada demikian disebut tangga nada mayor. Dalam bentuk asli (netral) deretan nada-nadanya adalah: c d e f g a b c’. setiap susunan tangga
61
nada mayor jika dinyanyikan dengan solmisasi berbunyi: do re mi fa sol la si do. Nada pertama dari tangga nada disebut root. Hartoyo (1994) menjelaskan interval adalah perbedaan tinggi nada (pitch) antara dua nada. Cara mempelajarinya biasanya lebih mudah melalului tangga nada yaitu dengan cara menyebutkan perbedaan tinggi nada antara nada do (C) dengan nada-nada sesudahnya dan dihitung dari do (C) sebagai nada pokok dalam tangga nada C. Movable do adalah pembelajaran solfeggio dengan menggunakan “do” yang dapat berpindah-pindah sesuai dengan nada yang di pergunakan. Dalam movable do ada sebutan tambahannyaitu untuk nada-nada kromatis yaitu: (1) nada kromatis naik dan (2) nada kromatis turun. Untuk nada kromatis naik seperti nada-nada : di, ri, fi, sel, dan li. Sedangkan untuk nada kromatis turun seperti nada-nada : sa, le, sal/fi, ma dan ra. Selanjutnya dijelaskan rangkaian nada untuk tangga nada mayor selalu 11-1/2-1-1-1-1/2, maka ditemukan: (1) dalam tangga nada D mayor, muncul kreis kedua yang berlaku untuk setiap nada do (C), di samping kreis pertama yang sudah lebih muncul pada tangga nada G mayor. Pada tangga nada A mayor, muncul kreis yang ketiga yang berlaku untuk setiap nada sol (G), disamping kreis pertama dan kedua yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada G mayor dan D mayor, dan (2) dalam tangga nada Bes mayor, muncul mol kedua yang berlaku untuk setiap nada mi (E), disamping mol pertama yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada F mayor, dan pada tangga nada Es, muncul mol ketiga yang berlaku untuk setiap nada La (A) disamping mol pertama dan kedua yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada nada F mayor dan tangga nada Bes mayor.
62
Proses penerapan selanjutnya di sekolah Chandra Kusuma dilakukan seorang murid untuk menerapkan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen gitar seperti teknik pada tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian dilakukan berbentuk kelas dan dapat dilakukan antara seorang guru dan murid. Dalam Tahapan pembelajaran instrumen gitar. Siswa selalu menginginkan pembelajaran yang mudah, menarik, menyenangkan, dan bertahap. Tetapi beberapa siswa dan orangtua menginginkan pembelajaran yang instan (cepat bisa). Hal ini menunjukan peran seorang guru untuk mengajarkan teknik-teknik lanjutan dalam pembelajaran gitar sangat dibutuhkan. Kesabaran, ketekunan, ketelitian, Konsisten terhadap sebuah bahan yang diberikan sangat penting dilakukan seorang siswa dalam mempelajari instrumen gitar.
Kemudian sekolah Chandra Kusuma melakukan Tahap pembelajaran
instrumen gitar secara visual, tahapan ini adalah sebuah tahapan yang memfokuskan dengan melihat materi yang disajikan, yaitu mulai mengajarkan membaca. Mengenal not, tanda baca, dan materi lain yang kaitannya dengan visual (melihat). Pembelajaran visual mulai mengajarkan kepada murid untuk belajar mandiri, misalnya pengajar musik tidak ada dan yang ada hanya partiture/tablature maka murid masih bisa belajar. Dan bahkan murid bisa belajar lebih dari yang diajarkan pengajar ketika sudah menguasai materi sebelumnya. Kemudian secara auditory yang merupakan tahapan pembelajaran musik yang berkaitan dengan pendengaran dan pembelajaran adalah tahap paling tinggi pada pembelajaran musik. Murid yang bisa menguasai pembelajaran Auditory biasanya mempunyai rasa “FEEL” yang bagus dalam menebak nada dan memainkannya dalam alat musik. Tahapan pembelajaran ini dilakukan setelah
63
siswa mempelajari dasar-dasar awal yang mendukung siswa dalam permainan gitar. Setelah melihat anak mampu dalam tahapan-tahapan pembelajaran sekolah Chandra Kusuma melakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dalam pembelajaran gitar di Chandra Kusuma School dilakukan seorang guru dengan cara memantau perkembangan siswa dan memberikan nasehat-nasehat serta peringatan kepada seorang siswa, jika hal itu penting untuk kebaikan siswa dan kelancaran proses belajar-mengajar di sekolah Chandra Kusuma. Terlebih lagi evaluasi yang dillakukan guru kepada seorang siswa untuk mengambil nilai dari pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma. Penilaian yang nilai seorang guru dari absensi siswa mengikuti praktik instrumen gitar, teknik yang baik dalam permainan instrumen gitar, tugas latihan yang diberikan seorang guru untuk dilatih dirumah kepada siswa, teknik membaca yang baik dilakukan seorang siswa jika mendapat bahan ajar dari seorang guru. Kemudian pengambilan nilai yang dilakukan secara ujian kepada seorang siswa untuk melihat hasil belajar yang baik kepada seorang siswa. Dalam hal penilaian terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan dengan yang sudah direncanakan dalam proses pembelajaran (RPP), yaitu penilaian dari jumlah konsultasi setiap kelompok. Penilaian ini tidak terdapat pada RPP akan tetapi guru melakukan penilaian ini dalam pembelajarannya, dengan tujuan agar siswa mampu berlatih dengan rajin serta konsultasi kepada seorang guru untuk mendapat masukan-masukan dari guru agar memperbaiki hasil belajar praktik instrumen gitar dengan menggunakan sebuah metode yang baik dari seorang guru.
64
Pembelajaran gitar di sekolah Chandra kusuma masih membutuhkan masukan dalam segala aspek pembelajaran hal ini menunjukan untuk perkembangan instrumen gitar disekolah Chandra Kusuma agar semakin pesat, baik dalam proses pembelajaran, ujian maupun sebuah pertunjukan untuk dipertontonkan kepada masyarakat Indonesia khususnya kota Medan.
65
BAB III PENERAPAN KURIKULUM ABRSM PADA PEMBELAJARAN INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
3.1
Ekstrakurikuler Hampir semua Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
di tanah air memiliki ekstrakurikuler. Kegiatan diluar jam pelajaran itu menawarkan sejumlah pelatihan sesuai bakat dan minat siswa. Ekstrakurikuler biasanya dilaksanakan satu kali dalam satu minggu selama satu setengah sampai dua tahun. Pelatih atau guru pengajar ekstrakurikuler kebanyakan guru sekolah yang bersangkutan. Sekolah yang mampu biasanya mendatangkan pelatih profesional dari luar. Ekstrakurikuler di sekolah Chandra Kusuma School adalah sebuah kegiatan yang dilakukan siswa di luar jam belajar kurikulum standar. Namun yang terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, pembelajaran musik program instrumen dilakukan sama seperti mata pelajaran lainnya dan setiap siswa dikenakan biaya yang mengambil pembelajaran musik program. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai pada universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar maupun
66
didalam jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari ekstrakurikuler disekolah Chandra Kusuma School berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswasiswi sekolah tersebut. Terdapat beberapa syarat yang mendasari pembentukan ekstrakurikuler, di sekolah Chandra Kusuma School yaitu: 1. Adanya pembina atau pembimbing maupun instruktur yang spesialis terhadap sebuah bidang dalam ekstrakurikuler tersebut 2. Adanya seksi OSIS yang mengurusi ekstrakurikuler tersebut 3. Memiliki sejumlah anggota dan peserta 4. Disetujui dan didukung oleh sekolah dan orang tua siswa Ekstrakurikuler dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Ekstrakurikuler olah raga, seni, hobi, penalaran. Ekstrakurikuler yang meliputi musik program dengan berbagai instrument seperti gitar, piano, biola, trompet, flute, biola alto, cello, dan contra bass, ansamble dan paduan suara. Sekolah Chandra Kusuma School terdapat pembelajaran instrumen yang dilakukan pada musik program yang salah satu bagian dalam ekstrakurikuler seni.
3.2
Silabus Pembelajaran Chandra Kusuma School Silabus progam pembelajaran musik klasik dengan instrumen gitar
disekolah Chandra Kusuma School adapun silabus progam pembelajaran musik program dengan instrumen gitar di Chandra Kusuma School sebagai berikut: 1. Program pembelajaran diproyeksikan untuk 100 jam yang terbagi dalam 3 tingkatan
67
2. Materi pembelajaran diambil dari kurikulum Suzuki, kurikulum Trinity, ABRSM dan diperkaya dengan repertoar yang relevan. 3. Pengajar dipersilahkan melakukan pengembangan materi pembelajaran.
Rincian pembagian jam pembelajaran:
3.3
a. Organologi/pengenalan instrumen
: 3 jam
b. Teknik-teknik pada tangan kanan dan tangan kiri
: 10 jam
c. Penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri
: 10 jam
d. Nilai nada
: 5 jam
e. Scale/tangga nada
: 12 jam
f. Etude/teknik
: 15 jam
g. Lagu
: 30 jam
h. Bermain duet, kwartet, ansambel
: 10 jam
i.
: 5 jam
Ujian dan konser
Tujuan Pendidikan Ekstrakurikuler Musik Program Instrumen Gitar Chandra
Kusuma
School merupakan
lembaga
pendidikan,
yang
menampung peserta didik maupun siswa, dibina agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan dan keterampilan. Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara berkoordinasi dan terarah. Siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan. Dalam pembinaan siswa di sekolah, banyak wadah atau program yang dijalankan demi menunjang proses pendidikan yang kemudian atas prakarsa sendiri dapat meningkatkan kemampuan, ketrampilan kearah pengetahuan yang lebih maju.
68
Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah Chandra Kusuma School adalah kegiatan musik program. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Melalui kegiatan musik program yang beragam siswa dapat mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya dalam bidang musik khususnya instrumen gitar. Kegiatankegiatan siswa di sekolah khususnya kegiatan musik program merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum. Kegiatan terkoordinasi di sini adalah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya kegiatan musik program dibimbing oleh guru, sehingga proses pembelajaran gitar berjalan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan musik program di sekolah Chandra Kusuma School dapat memberikan kontribusi dalam menciptakan tingkat kecerdasan. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahkan dapat dilaksanakan di antara penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah (Amal, 2005: 378). Secara garis besar kegiatan musik program (ekstra kurikuler) mempunyai tiga tujuan dasar, yaitu: 1. Pembinaan minat dan bakat siswa Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat membina dan mengembangkan minat yang ada pada siswa serta memupuk bakat yang dimiliki siswa. 2. Sebagai wadah di sekolah
69
Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, secara otomatis siswa telah membentuk wadah-wadah kecil yang di dalamnya akan terjalin komunikasi antar anggotanya dan sekaligus dapat belajar dalam mengorganisir setiap aktivitas kegiatan musik program (ekstrakurikuler). 3. Pencapaian prestasi yang optimal Beberapa cabang musik program baik secara perorangan maupun kelompok diharapkan dapat meraih prestasi yang optimal, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah Akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan musik program secara garis besar adalah sebagai wadah pembinaan minat dan bakat siswa di sekolah Chandra Kusuma School, dan pencapaian prestasi yang optimal dan didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah pada musik program yang mempelajari instrumen.
3.4
Hasil Pembelajaran praktik Instrumen Gitar Hasil pembelajaran praktik instrumen gitar dengan menerapkan metode
dari seorang guru dalam memainkan instrumen gitar melalui buku panduan dan kurikulum ABRSM pada kelas SMP, sekolah Chandra Kusuma School pada instrumen gitar sangat baik. Hal ini disebabkan dengan adanya buku panduan peserta didik lebih terbantu dan lebih semangat untuk saling berlomba-lomba mengetahui tentang materi ajar dari ketiga buku panduan. Peserta didik juga tidak merasa jenuh menggunakan ketiga buku panduan yang tediri dari sebuah lagu dan teknik, kemudian peserta didik juga dapat saling bersosialisasi dan berinteraktif dengan timnya masing-masing. Dengan menggunakan buku panduan, peserta
70
didik juga tidak hanya menjalin sosial pada sesama siswa, tetapi dapat juga menjalin keakraban dengan guru yang mengajar. Komunikasi yang dibentuk dalam
pembelajaran
instrumen
gitar,
menjadikan
peserta
didik
berani
mengemukakan pendapatnya, presentasi laporan, memanjangkan kegiatannya untuk melatih bahan ajarnya. Pembelajaran praktik instrumen gitar melalui buku panduan siswa merasakan kesenangan dan kemudahan dalam mempelajari instrumen gitar. Dapat disimpulkan, bahwa dengan memakai buku panduan tercipta hubungan yang baik antara peserta didik dan seorang guru. Maka hasil dari pembelajaran pada instrumen gitar musik program di Sekolah Chandra Kusuma School dapat dilihat dari tabel penilaian berikut:
STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No 01 02 03 04 05
NAME
January Ujian
Absensi
Teknik
Jennifer Lauditta
75
80
80
78
Emmeline
75
85
82
80
Alvin Lianto
80
70
75
75
Vintya
75
65
70
70
Stephen
80
80
85
82
Tabel 3.1 Nilai hasil akhir siswa bulan Januari
Jumlah
71 STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No 01 02 03 04 05
NAME
February Ujian
Absensi
Teknik
Jumlah
Jennifer Lauditta
80
75
85
80
Emmeline
80
80
85
82
Alvin Lianto
80
75
80
78
Vintya
75
70
70
72
Stephen
75
85
85
85
Tabel 3.2 Nilai hasil akhir siswa bulan februari
STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No 01 02 03 04 05
NAME
March Ujian Primavista
Absensi
Teknik
Jennifer Lauditta
90
80
80
80
82
Emmeline
80
90
90
80
85
Alvin Lianto
80
70
80
70
75
Vintya
80
70
70
60
70
Stephen
90
80
90
80
85
Tabel 3.3 nilai hasil siswa akhir bulan Maret
Jumlah
72 STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No 01 02 03 04 05
NAME
April Ujian
Absensi
Teknik
Jumlah
Jennifer Lauditta
75
80
85
80
Emmeline
75
85
85
82
Alvin Lianto
75
65
70
70
Vintya
75
65
70
70
Stephen
90
90
90
90
Tabel 3.4 Nilai hasil akhir siswa bulan April
STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No
NAME
01 02 03 04 05
May Tugas Ujian latihan
Absensi
Teknik
Primavista
Jumlah
Jennifer Lauditta
75
80
80
75
90
80
Emmeline
85
85
90
80
85
85
Alvin Lianto
80
70
70
80
75
75
Vintya
75
70
70
70
65
70
Stephen
90
90
90
90
90
90
Tabel 3.5 Nilai hasil akhir siswa bulan Mei
73 STUDENTS SCORE LIST MUSIc PROGRAM – CLASSIC GUITAR CHANDRA KUSUMA SCHOOL, KOMP. CEMARA ASRI BLOK O PERCUT SEITUAN - DELI SERDANG
No 01 02 03 04 05
NAME
MONTH March April
January
February
May
Jennifer Lauditta
78
80
82
80
80
Emmeline
80
82
85
82
85
Alvin Lianto
75
78
75
70
75
Vintya
70
72
70
70
70
Stephen
82
85
85
90
90
June
Tabel 3.6 Nilai hasil akhir siswa bulan Juni
3.5
Rapor Deskriptif Kepada Orangtua Melalui Guru Gitar Chandra Kusuma
Nama: Jennifer Kelas: VIII A Jennifer, seorang siswi yang memiliki minat besar dalam bermain musik. Hal ini yang memudahkannya dalam pembelajaran instrumen gitar dari teknik dasar petikan, penjarian tangan kanan, tangga nada mayor (G, F, D, A), semua dapat dilakukan dengan baik oleh Jenifer. Dalam proses pembelajaran, perkembangan Jenifer cukup pesat, hanya sedikit memiliki kendala, Jenifer butuh sedikit kesabaran dalam berlatih, Teliti, feeling nada, ritme, dan intonasi yang lebih lagi dilatih agar mendapatkan kualitas yang baik ketika memainkan sebuah lagu. Jennifer memainkan gitar klasik pada repertoar klasik dan lagu Pop
74
(Modern). Bermain solo maupun Ansambel, kemampuan Jenifer dapat diandalkan. Jennifer juga unggul dalam pembacaan partitur (sight reading atau primavista) dan kontrol tempo yang tepat. Saran buat Jennifer, banyak berlatih dengan sabar untuk teknik strumming dalam bermain akord.
Nama: Emmeline Kelas: VIII A Emmeline adalah seorang siswi yang mengikuti kelas gitar klasik yang lebih tertarik pada musik Pop. Perkembangan Emmeline yang sangat signifikan terlihat dari cara membaca partitur lagu secara langsung (primavista), teknik petikan tangan kiri, dan bermain akord serta tangga nada, semua dapat dilakukannya dengan baik dan benar. Tidak hanya itu saja, Emmeline sudah sering mengikuti pertunjukan (performance) dalam beberapa kegiatan di dalam maupun di luar lingkungan sekolah dengan bermain ansambel gitar. Hal penting yang harus dilakukan oleh Emmeline adalah menumbuhkan rasa percaya diri dalam bermain gitar solo dihadapan penonton.
Nama: Alvin Kelas: VIII A Alvin merupakan siswa yang sudah belajar gitar klasik sebelumnya, sehingga Alvin sangat mudah mengikuti kelas praktik instrumen gitar disekolah Chandra Kusuma School. Materi pembelajaran yang dipelajari Alvin saat ini menggunakan materi yang sama dipelajarinya di tempat lain, sehingga lagu-lagu yang dimainkan dan penguasaan teknik menjadi semakin baik. Alvin juga
75
mempelajari teknik strumming dalam bermain akord pada gitar, memiliki intonasi yang baik, permainan lagu yang cukup baik. Kemajuan Alvin dalam bermain gitar dapat mengikuti ansambel dalam mengisi acara di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Alvin
adalah siswa yang baik, perkembangannya pada
pembelajaran gitar sangat memuaskan, dukungan dari guru dan orangtua sangat dibutuhkan untuk Alvin dalam mempelajari instrumen gitar. Namun semua ini dapat terlupakan apabila hubungan guru, orangtua kepada Alvin tidak terjalin komunikasi yang baik.
Nama: Vinthya Kelas: VIII A Vhintya termasuk siswi yang tidak memiliki dasar(basic)dalam bermain musik, tapi memiliki minat yang besar ketekunan dalam berlatih rajin, semangat dan pintar, banyaknya kesibukan pada les pembelajaran yang lain membuat Vinthya letih, dan tidak memiliki waktu untuk mengulang kembali proses pembelajaran gitar yang dilakukan di Chandra Kusuma School. Intonasi, ritme, bermain lagu, cukup memuaskan untuk saat ini, kemudian Vinthya juga mengikuti kelas teori dasar musik dengan baik. Keunggulan Vinthya dalam membahas lagu-lagu atau repertoar dari instrumen gitar dapat secara baik memainkan teknik-teknik yang sulit. Perkembangan Vinthya terlihat pada penguasaan tangga nada mayor, teknik petikan dan strumming, sight reading, sehingga Vinthya dapat membahas lagu-lagu dengan baik dan benar. Saran penulis vinthya perlu banyak berlatih, giat dalam membahas lagu-lagu, dan mengulangi kembali materi-materi sebelumnya.
76
Nama: Steven Sempana Kelas: VIII A Steven bermain gitar klasik bergaya pop (memainkan lagu pop dengan menggunakan instrumen serta teknik gitar klasik). Steven memiliki bakat dalam bermain gitar klasik dan didukung musikalitasnya yang sangat baik. Hal ini terlihat dari interpretasi ketika memainkan semua lagu dengan baik. Steven juga mengaransemen kembali lagu-lagu itu dengan gaya permainan Steven sendiri. Steven juga memiliki kekurangan dalam mengatur sebuah tempo ketika bermain instrumen musik. Disarankan kepada Steven untuk mulai menggunakan metronome dalam bermain musik. Pertahankan prestasimu, trus semangat dalam belajar instrumen musik, jaga emosi, tenaga, konsistensi dalam bermain sebuah lagu dan sempatkan latihan serta hasil perkembangan yang cukup memuaskan. Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari instrumen gitar dengan menggunakan buku panduan dan kurikulum ABRSM, dapat menambah tingkat kemahiran siswa dalam penilaian intonasi, teknik penyajian, interpretasi. Hal ini disebabkan meningkatnya rasa kepedulian sesama siswa dan nalar otak untuk mempelajari materi ajar secara mendalam. Selain nilai kelompok dan individu, biasanya para guru untuk mengetahui hasil dari nilai akhir peserta didik di sekolah dasar (SD) maupun sekolah Lanjut tingkat pertama (SLTP) Chandra Kusuma School menggabungkan nilai dari kelompok dan individu.
77
3.6
Pembahasan dan Rencana Proses Pembelajaran Serta Penerapan Menurut Penjelasan Guru Gitar Chandra Kusuma School
Mengenalkan siswa tentang anotomi instrumen gitar klasik
Gambar 3.1 Elemen-elemen instrumen gitar (sumber: ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.1 Proses penerapan pengenalan instrumen gitar Pertemuan pertama (I) anak diberikan pengenalan terhadap instrumen gitar, pada bagian-bagian gitar dan fungsi terhadap bunyi dan organologi instrumen tersebut yang diawali:
1. Headstock, adalah "kepala gitar" yang berfungsi untuk tempat pemasangan tuning pegs (beberapa perusahaan membuat gitar headless, sehingga posisi tunning keys berada di body)
78
2. Tuning pegs/tuning machine/tuner, sering juga disebut dryer, adalah unit yang berfungsi untuk mengatur ketegangan dawai sehingga sesuai dengan nada pada senar instrumen gitar (untuk men-stem) 3. Nut, yaitu unit yang berfungsi untuk bantalan dan pengatur ketinggian dawai pada neck agar dawai tidak menyentuh fret, sehingga dawai dapat bergetar 4. Neck, atau leher gitar, merupakan bagian gitar yang berfungsi sebagai tempat dipasangnya fretboard 5. Fret, yaitu papan tipis (kurang lebih 5 mm) selebar neck yang ditempelkan pada neck, berfungsi sebagai tempat untuk memasang fret 6. Fretwire, adalah kawat khusus (biasanya terbuat dari tembaga atau stainless steel) yang dipasang pada fretboard, fungsinya adalah untuk memproduksi tingkat ketinggian nada yang berbeda dengan jalan menempatkan jari-jari pada ruang-ruang di antara logam-logam fret 7. Dawai/string, sering disebut senar, yaitu kawat/nilon tipis yang direntangkan dari head stock sampai bridge gitar, yang berfungsi untuk menghasilkan suara 8. Table, Body,atau badan gitar, pada gitar klasik body gitar berfungsi sebagai penguat getaran dawai 9. Sound hole, adalah lubang pada body gitar akustik yang berfungsi sebagai tempat keluarnya suara 10. Saddle, adalah plastik (bisa juga logam atau tulang) yang fungsinya sama dengan nut namun terletak pada bridge gitar.
79
Mengajarkan posisi yang baik dalam bermain instrumen gitar klasik
Gambar 3.2 Posisi bermain gitar klasik (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.2 Proses penerapan posisi duduk Kemudian setelah memperkenalkan bagian-bagian gitar kepada siswa dilanjutkan dengan siswa kembali diajarkan memegang gitar dengan posisi duduk yang baik dalam belajar memainkan gitar, hal ini berfungsi untuk mempercepat dan membuat siswa rileks dalam memainkan penjarian pada fretbroad gitar, dikarenakan memegang dan cara duduk berpengaruh kepada daya jangkau penjarian dalam bermain melodi maupun untuk membentuk kunci gitar yang memerlukan bentangan jari yang jauh. Pada dasarnya bentuk memegang gitar dan cara duduk dalam bermain gitar ada 2 cara yaitu, posisi klasik dan posisi casual. Posisi klasik biasa di
80
lakukan oleh para pemain gitar yang beraliran klasik seperti neoclassical dan flamenco/ flamengo (Klasik Spanyol dan Latin). Sedangkan posisi casual lebihsering di mainkan oleh para pemain gitar yang terbilang lebih modern, seperti gitaris zaman sekarang.
Mengajar siswa cara memegang leher (neck) gitar pada tangan kiri
Gambar 3.3 Posisi tangan kiri bermain gitar klasik (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.3 Proses penerapan penjarian Siswa diajarkan melalui penjarian ibu jari pada tangan kiri, yang akan memegang pertengahan leher gitar dan tidak dapat melewati leher gitar serta tidak dapat dilipat, telapak tangan tidak dapat mengenai neck gitar, dikarenakan ketika seorang siswa tidak mengikuti aturan yang telah di jelaskan siswa akan mengalami kesulitan dalam kecepatan bemain antara sebuah fret dengan fret yang lain. Cara memegang seperti ini di anggap cara memegang gitar yang sangat efektif oleh kebanyakan guru gitar.
Mengajar siswa posisi tangan kanan pada instrumen gitar
81
Gambar 3.4 Posisi tangan kanan bermain gitar klasik (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.4 Proses penerapan posisi tangan kanan Mengajarkan posisi tangan kanan pada instrumen gitar yang diawali melalui sebuah teknik petikan kepada seorang siswa dan telapak tangan tidak dapat bersentuhan dengan senar gitar, hal ini dikarenakan jika seorang siswa memainkan dengan cara tangan kanan bersentuhan dengan senar yang akan mengakibatkan kesulitan untuk mengaplikasikan penjarian tangan kanan yang terdiri dari P, I M, A sebagai media pemetik gitar.
Mengenalkan siswa pada keenam senar serta peletakan senar pada alat stem (pegs) instrumen gitar
Gambar 3.5 Headstock gitar (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
82
Mengenalkan siswa pada keenam senar, serta peletakan senar pada alat stem (pegs), yang diawali pada senar 1 dengan nada E, yang terletak pada pegs I, senar 2 dengan nada B yang terletak pada pegs II, senar 3 dengan nada G, yang terletak pada pegs III, senar 4 dengan nada D, yang terletak pada pegs IV, senar 5 dengan nada A, yang terletak pada pegs senar V, senar 6 dengan nada E, yang terletak pada pegs VI.
Mengenalkan anak pada register senar lepas instrumen gitar
Gambar 3.6 Register open string pada instrumen piano (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.5 Proses penerapan register senar lepas Pertemuan kedua guru mengenalkan siswa pada register senar lepas instrumen gitar terhadap jarak oktaf nada-nada senar lepas gitar (open string), yang diaplikasikan pada register piano, hal ini agar seorang siswa tahu nada yang rendah sampai nada yang paling tinggi terhadap instrumen gitar serta mengeneralkan steman jika permainan gitar bermain dengan alat musik lainnya seperti, gitar dan biola, gitar saxsofon, gitar dan piano.
Mengajarkan cara muda menyetem senar gitar
83
Gambar 3.7 Nada-nada open string pada instrumen gitar (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.6 Proses penerapan menyetem Mengajarkan anak cara menyetem instrumen gitar dengan cara yang manual jika nada pada senar 6 sudah standar dengan nada E, yang disamakan dengan alat bantu stem (tuner), diawali dengan menekan senar 6 pada kolom lima yang menghasilkan nada A kemudian disamakan dengan senar 5, menekan senar 5 pada kolom lima yang menghasilkan nada D kemudian disamakan dengan senar 4, menekan senar 4 pada kolom lima yang menghasilkan nada G kemudian disamakan dengan senar 3, menekan senar 3 pada kolom empat yang menghasilkan nada B kemudian disamakan dengan senar 2, menekan senar 2 pada kolom lima yang menghasilkan nada E kemudian disamakan dengan senar 1,
Memperkenalkan siswa nama-nama penjarian tangan kanan dan tangan kiri
84
Gambar 3.8 Penjarian tangan kiri dan tangan kanan pada gitar klasik (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.7 Proses penerapan simbol penjarian Mengenalkan siswa dengan simbol atau nama penjarian yang nantinya akan dijumpai siswa ketika bermain gitar, memakai buku panduan penulisan sebuah notasi terdapat simbol yang tertulis siswa dapat dengan cepat memainkan sesuai dengan tulisan maupun simbol yang terdapat pada sebuah notasi pada tangan kanan p (pulgar) pada ibu jari, i (indice) pada jari telunjuk, m (middle) pada jari tengah, a (anular) pada jari manis dan tangan kiri jari telunjuk disimbolkan dengan angka 1, jari tengah disimbolkan dengan angka 2, jari manis disimbolkan dengan angka 3, jari kelingking disimbolkan dengan angka 4.
Mengajarkan teknik memetik senar lepas (Open String) secara tirando dengan posisi yang baik
85
Gambar 3.9 Posisi bermain gitar dengan petikan tirando (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.8 Proses penerapan tirando Tirando adalah teknik memetik senar gitar dengan jari pada petikan menjahui senar atau mengayun kebagian telapak tangan. Petikan tirando tidak bersandar dengan senar dimana petikan ini dilakukan dengan cara memetik senar gitar kearah luar sampai senar gitar berbunyi dan jari tidak boleh menyentuh senar lainnya. Teknik tersebut digunakan untuk memainkan not ganda atau sebuah akord.
Mengajarkan teknik memetik senar lepas (Open String) secara apoyando dengan posisi yang baik
86
Gambar 3.10 Posisi bermain gitar dengan petikan apoyando (sumber : ebook, play classical guitar by David Braid)
3.6.9 Proses penerapan apoyando Teknik apoyando adalah teknik memetik gitar yang bersentuhan dengan senar lainnya. Petikan senar gitar berhenti ketika menyentuh dawai berikutnya diatas dawai yang sedang dipetik atau jari tidak boleh menyentuh telapak tangan.
Mengenalkan bentuk dan nilai notasi balok untuk pembelajaran instrumen gitar 1.
2.
3.
87
4.
5.
6.
7.
3.6.10 Proses penerapan pengenalan lambang Mengenalkan anak sebuah lambang dalam penulisan notasi yang dimulai dari sangkar nada sebagai tempat menulis tinggi rendahnya sebuah nada, sukat agar siswa bermain dengan patren (ketukan), birama sebagai kolom untuk menulis sebuah notasi, barline sebagai pembatas sebuah birama, dan nilai notasi semibreve yang terdiri dari 4 ketukan, minim 2 ketukan, crochet 1 ketukan, quever ½ ketukan, kemudian mengajarkan anak tanda istirahat (rest), kemudian birama ganda sebagai penutup frase maupun akhir sebuah kalimat lagu.
88
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari tengah (m) dan jari telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, hitungan, pada senar lepas 1 (E’) dan 2 (B) instrumen gitar
3.6.11 Proses penerapan teknik tirando Siswa diajarkan memetik gitar dengan teknik tirando yang diaplikasikan melalui tangan kanan pada jari tengah (m) dan jari telunjuk (i) pada senar 1 (E’) dan senar 2 (B) tanpa melihat permainan tangan kanan, kemudian guru lebih menekankan sebuah hitungan ketukan sukat 4/4 yang dilatih sebanyak 4 birama, dimana pada birama ketiga dilakukan sebuah variasi.
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari tengah (m) dan jari telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, hitungan, pada tiga senar
lepas
3.6.12 Proses penerapan memainkan tiga senar berurutan Siswa diajarkan memainkan 3 senar secara berurutan, pada senar E’, B, dan senar G yang dilakukan dengan cara yang sama pada tangan kanan dengan menggunakan jari tengah dan jari telunjuk. Kemudian guru juga harus mengingatkan agar siswa tidak melihat permainan tangan kanan dengan teknik tirando dan tidak melupakan hitungan ketuk.
89
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan jari manis (a), tengah (m) dan jari telunjuk (i) pada tangan kanan melalui simbol, pada senar lepas
3.6.13 Proses penerapan teknik tangan kanan Guru mengajarkan teknik yang sama pada tangan kanan kepada siswa, dengan penambahan jari manis (a) untuk mempraktikkan teknik memetik secara tirando dengan menggunakan ketiga senar gitar melalui E’, B, dan senar G.
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan sebuah perbedaan notasi dan teknik
3.6.14 Proses penerapan tingkat permainan lebih sulit Guru mengajarkan kepada siswa teknik yang sama dengan contoh sebelumnya dengan tingkat permainan yang lebih sulit untuk dimainkan siswa, guru juga harus memerhatikan siswa ketika membunyikan sebuah senar agar siswa tidak salah ketika memetik senar pada jari tengah, telunjuk, dan jari manis, pada tangan kanan.
90
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan sebuah perbedaan ritme
3.6.15 Proses penerapan teknik crossing Kembali guru mengajarkan teknik memetik dengan tingkat kesulitan yang sama pada contoh dalam sebuah partitur, dengan teknik memetik senar yang tidak berurutan (crossing).
Mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan penjarian yang sama dengan sebuah perbedaan ritme
3.6.16 Proses penerapan teknik arpeggio Guru dapat melatih kembali contoh pada pertemuan sebelumnya, agar ketika siswa memainkan teknik dan penjarian yang sama dengan tingkat permainan yang lebih sulit, siswa dapat mengikutinya, teknik ini berfungsi memudahkan siswa dalam memainkan arpeggio.
Guru mengajarkan kepada siswa tangga nada C mayor pada posisi satu.
91
3.6. 17 Proses penerapan tirando Kemudian guru memperkenalkan sebuah target dalam penjarian, pada tangga nada posisi I, dimana hal ini disampaikan seorang guru agar siswa dapat membentuk dan memainkan penjarian pada tangan kiri dengan menggabungkan teknik memetik tirando melalui penjarian tangan kanan.
Mengajarkan menggunakan jari 2 yang berpedoman pada tangga nada C mayor yang diawali dari senar 3 (G)
3.6.18 Proses penerapan tangan kiri pada nada A Mengajarkan siswa menggunakan tangan kiri pada jari 2 nada (A) pada fret 2 senar G, tetapi hanya menggunakan 2 jari pada tangan kanan yaitu jari tengah (m) dan jari telunjuk (i).
Mengajarkan menggunakan jari 2 dengan menambahkan senar 2 (B)
92
3.6.19 Proses penerapan tangan kanan pada jari manis Hal yang sama diajarkan guru kepada siswa dengan perbedaan menggunakan tangan kanan pada jari manis (a) terlebih dahulu.
Mengajarkan menggunakan jari 2 dengan sebuah variasi ritme
3.6.20 Proses penerapan etude Hal yang sama diajarkan guru kepada siswa dengan menekankan konsistensi kestabilan ketika memainkan etude yang menggunakan jari tangan kanan dan tangan kiri, melalui sebuah ritme yang beraturan.
Mengajarkan menggunakan jari 1 yang berpedoman pada tangga nada C mayor yang diawali dari senar 2 (B)
93
3.6.21 Proses penerapan jari 1 posisi 1 Guru mengajarkan penjarian pada senar B jari 1 pada fret 1, yang berpanduan pada tangga nada C mayor, terdiri dari empat birama.
Mengajarkan siswa menggunakan jari 1 posisi I dengan menambahkan senar 3 (G)
3.6.22 Proses penerapan jari 1 senar B Guru mengajarkan hal yang sama pada jari 1 senar B pada tangan kiri dan menggunakan tangan kanan untuk memetik senar pada jari tengah dan jari telunjuk dan disertai senar lepas.
Siswa menggunakan jari 1 pada senar B dan jari 2 pada senar G
3.6.23 Proses penerapan penjarian 1 senar B dan 2 senar G Guru mengajarkan penjarian 1 pada senar B dan 2 pada senar G yang diaplikasikan pada posisi I serta mengaplikasikan petikan pada tangan kanan yang menggunakan jari tengah dan jari telunjuk.
94
Siswa menggunakan jari 1 dan jari 3 pada senar B
3.6.24 Proses penerapan penjarian 1 dan 3 pada senar B Guru mengajarkan penjarian 1 dan 3 pada senar B yang dilakukan melalui sebuah petikan jari tengah dan jari telunjuk pada tangan kanan.
Menggabungkan sebuah contoh-contoh latihan melalui senar lepas, jari 1,2,3 pada posisi I
3.6.25 Proses penerapan menggabungkan jari 1, 2, 3 Guru mengajarkan siswa dengan teknik menggabungkan jari 1,2, dan jari 3, dilakukan pada posisi I didua senar G dan B, dengan teknik petikan crossing yang dilakukan jari tengah dan telunjuk pada tangan kanan.
Siswa memainkan lagu dengan menggunakan contoh-contoh yang ada
95
3.6.26 Proses penerapan jari 1, 2, 3 posisi I Guru menerapkan sebuah penjarian 1,2 dan jari 3 pada posisi I, senar G dan B pada sebuah lagu yang didasari dari tangga nada G mayor.
Siswa memainkan lagu dengan menggunakan contoh-contoh yang ada, dengan akord minor
3.6.27 Proses penerapan open string Kembali siswa memainkan sebuah lagu pada tangga nada minor dengan mengaplikasikan teknik yang telah dipelajari siswa sebelumnya, dengan menggunakan jari 1, 2, dan jari 3, posisi I, senar B dan G kemudian menggunakan memainkan senar E secara lepas (open String)
Siswa melatih penjarian 1, 2, 3 dan senar lepas
96
3.6.28 Proses penerapan jari 1, 2, 3, posisi I Kembali siswa mengaplikasikan jari 1, 2 dan jari 3 pada posisi I dengan mengaplikasikan tangan kanan melalui penjarian tengah dan telunjuk, dimana siswa lebih mengarah pada tangga nada G mayor ketika memainkan bahan yang ada.
Pengaplikasian penjarian pada tangan kanan
3.6.29 Proses penerapan tangan kanan jari tengah Guru mengajarkan teknik memetik pada tangan kanan melalui jari tengah, manis, dan jari telunjuk, dengan menggunakan senar E,B dan senar G.
Siswa mengaplikasikan penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri
97
3.6.30 Proses penerapan tangan kanan pada penjarian untuk memetik Kembali guru mengajarkan tangan kanan pada penjarian untuk memetik dan tangan kiri yang menggunakan jari 1, 2, dan jari 3 tanpa simbol penulisan yang terdapat pada notasi maupun buku panduan dan dilakukan pada B dan G.
Siswa mengaplikasikan penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri dengan menambahkan senar 1 (E) dan variasi ryhtem
3.6.31 Proses penerapan ritme yang lebih sulit Kembali guru mengajarkan kepada siswa hal yang sama dengan perbedaan ritme yang lebih sulit, kemudian menggunakan senar lepas E, serta tidak memiliki sebuah simbol penulisan dalam sebuah notasi maupun buku panduan.
Hal yang sama dilakukan siswa dengan teknik yang lebih sulit
3.6.32 Proses penerapan permainan yang lebih sulit Guru mengajarkan hal yang sama dengan tingkat permainan yang lebih sulit melalui jarak antara nada dan perbedaan sukat melalui 3 ketukan dalam satu birama.
Guru mengajarkan kepada siswa senar 4 (D), 5 (A), 6 (E), pada ibu jari (p)
98
3.6.33 Proses penerapan Guru mengajarkan mengaplikasikan ibu jari (p) pada tangan kanan, yang diaplikasikan melalui senar 4 (D), 5 (A) dan senar 6 (E) yang dilakukan melalui empat ketukan.
Melatih senar 4 (D), 5 (A), pada ibu jari
3.6.34 Proses penerapan Guru mengajarkan teknik tangan kanan melalui petikan ibu jari pada senar D dan senar A, yang dilakukan masing-masing nada 2 ketukan. Siswa Melatih senar 5 (A), 6 (E) pada ibu jari
Melatih senar 5 (A), 6 (E), pada ibu jari
3.6.35 Proses penerapan Kembali guru mengajarkan teknik tangan kanan melalui petikan ibu jari pada senar A dan senar D, yang dilakukan variasi pada contoh sebelumnya.
99
Kembali siswa senar 4 (D), 5 (A), 6 (E), pada ibu jari (p) dengan kesulitan yang lebih tinggi
3.6.36 Proses penerapan Guru mengaplikasikan permainan tangan kanan yang diaplikasikan melalui ibu jari dengan menggunakan senar D, A, dan senar E.
Siswa diajarkan crossing string dari senar 4 (D), 5 (A) ke senar 6 (E)
3.6.37 Proses penerapan Guru mengaplikasikan permainan tangan kanan yang diaplikasikan melalui ibu jari dengan menggunakan senar D, A, dan senar E. dengan perbedaan teknik crossing senar dan variasi nada.
Siswa melatih bass dan melodi secara bergantian
100
3.6.38 Proses penerapan Guru mengajarkan dengan menggabungkan teknik penjarian tangan kanan yang dilakukan ibu jari sebagai register bass dan jari tengah register melodi, masing-masing
teknik
dimainkan
secara
bergantian
terhadap
proses
memainkannya.
Siswa melatih menggabungkan teknik permainan bass dan melodi yang diawali bass terlebih dahulu
3.6.39 Proses penerapan Siswa menggabungkan teknik tangan kanan yang dilakukan ibu jari, sebagai register bass dan jari tengah, telunjuk dan jari manis sebagai register melodi dan menggunakan tangan kiri pada jari 1, 2, dan jari 3 diposisi I
Siswa kembali melatih menggabungkan teknik permainan bass dan melodi dengan sukat 3/4
101
3.6.40 Proses penerapan Kembali siswa menggabungkan teknik tangan kanan yang dilakukan ibu jari, sebagai register bass dan jari tengah, telunjuk dan jari manis sebagai register melodi dan menggunakan tangan kiri pada jari 1, 2, dan jari 3 diposisi I dengan perbedaan mengaplikasikan senar D dan senar E.
Penggunaan jari 1 dan jari 3 pada senar E dan B diposisi I
3.6.41 Proses penerapan Guru mengajarkan permainan teknik yang dilakukan pada senar E dengan menggunakan tangan kiri pada jari 1 dan 3 pada posisi I
Siswa memainkan bass dan melodi secara bersamaan
3.6.42 Proses penerapan Guru mengajarkan siswa dengan menggabungkan teknik penjarian tangan kanan melalui jari p,i,m,a dengan menggunakan teknik tangan kiri 1,2 dan jari 3 tanpa melibatkan senar D yang dimainkan secara bersamaan pada buku panduan.
102
Siswa memainkan bass dan melodi secara bersamaan dengan melatih penjarian dan sukat ¾ serta menggunakan kedua senar
3.6.43 Proses penerapan Kembali siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan tanpa menggunakan senar G dan E
Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato
3.6.44 Proses penerapan Kembali siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan, dengan perbedaan sebuah teknik sambung (slur).
Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato dan disertai bass sebagai akor melodi
103
3.6.45 Proses penerapan Siswa memainkan semua teknik tangan kanan dan teknik tangan kiri dengan memainkan ibu jari (p) dan jari tengah (m) secara bersamaan dengan tingkat permainan yang lebih sulit pada nada sambung (slur).
Siswa melatih penjarian dengan menggunakan legato pada bass
3.6.46 Proses penerapan Siswa melatih hal yang sama dengan menggunakan jari 4 pada tangan kiri dan teknik nada sambung yang lebih panjang.
Hal yang sama dilakukan siswa dengan menggunakan iringan waltz
104
3.6.47 Proses penerapan Kembali siswa melatih hal yang sama pada tangan kiri yang memiliki nada sambung pada jari 1 dan tangan kanan register bass.
Siswa melatih sebuah lagu dengan teknik-teknik yang telah dilatih dan menambahkan jari ke empat
3.6.48 Proses penerapan Guru mengajarkan semua teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri yang dipelajari siswa dalam proses pembelajaran, kemudian diaplikasikan pada sebuah lagu.
Siswa melatih penjarian untuk memetik pada tangan kanan dengan ritme yang lebih cepat pada 1 senar
105
3.6.49 Proses penerapan Guru mengajarkan ritme baru dengan notasi 1/8 seperdelapan pada senar E’ dengan penjarian tangan kanan melalui jari tengah dan jari telunjuk.
Siswa melatih penjarian untuk memetik pada tangan kanan dengan ritme yang lebih cepat pada 3 senar
3.6.50 Proses penerapan Guru mengajarkan ritme yang sama dengan menggunakan penjarian tangan kanan dan tangan kiri.
Siswa memainkan melodi dengan bass secara bersamaan dengan ritme yang lebih cepat
106
3.6.51 Proses penerapan Siswa kembali memainkan teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri dengan ritme yang lebih cepat pada sebuah lagu.
Siswa diperkenalkan dengan tanda kromatis kreis
3.6.52 Proses penerapan Siswa diajarkan memainkan teknik tangan kiri dan tangan kanan dengan menggunakan nada-nada yang telah dinaikkan yang mengarah pada tangga nada G mayor dengan tempo yang lebih cepat ketika mengaplikasikan teknik penjarian.
Siswa diperkenalkan dengan tanda kromatis pugar
3.6.53 Proses penerapan Kembali siswa diajarkan memainkan teknik tangan kiri dan tangan kanan dengan menggunakan nada-nada yang telah dinaikkan yang mengarah pada tangga nada G minor dengan tempo yang lebih cepat ketika mengaplikasikan teknik penjarian.
Siswa memainkan tanda kromatis kreis dan pugar pada lagu
107
3.6.54 Proses penerapan Guru mengajarkan semua teknik penjarian tangan kanan dan tangan kiri, teknik nada sambung, notasi yang dinaikkan, kemudian semua diaplikasikan pada sebuah lagu.
3.7
Tangga Nada Tangga nada adalah susunan nada yang teratur dari nada dasar tertentu
sampai oktafnya. Permainan tangga nada ini dilakukan oleh seorang siswa Setelah mempelajari teknik penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri untuk mengerti permainan teknik dan nada dasar ketika memainkan sebuah lagu.
Proses penerapan
108
Guru mengajarkan sebuah tangga nada C kepada siswa yang diawali permainan jari 3 tangan kiri pada senar A dilakukan pada kolom 3 nada C atau do dan dipetik pada tangan kanan melalui ibu jari (m), dan dilanjutkan pada senar lepas 4 nada D atau re tetap menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada tangan kiri jari 2 dikolom 2 dengan nada E atau mi sama dengan penjarian ibu jari yang sama pada tangan kanan. Dilanjutkan dengan jari 3 pada tangan kiri nada F atau fa di senar pada senar A dikolom 3 dengan teknik yang sama pada tangan kanan, dilanjutkan dengan senar lepas pada nada G atau sol dengan teknik tangan kanan pada jari telunjuk, dilanjutkan pada senar G dengan teknik penjarian tangan kiri jari 2 nada A atau la dengan menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada senar lepas 5 nada B atau si dengan menggunakan jari telunjuk sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan jari 1 pada senar B kolom 1 dengan jari tengah pada tangan kanan, kembali dilanjutkan dengan permainan jari 3 tangan kiri pada senar B dilakukan pada kolom 3 nada D’ atau re” dan dipetik pada tangan kanan melalui jari jari telunjuk (i), dilanjutkan pada senar lepas E, nada E atau mi yang menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan jari 1 pada senar E kolom 1 dengan jari telunjuk pada tangan kanan sebagai petikan, kemudian diakhiri permainan jari 3 tangan kiri pada senar E dengan nada G’ yang dilakukan pada kolom 3 dan dipetik pada tangan kanan melalui jari tengah (m), setelah semuanya dimainkan melalui teknik tangan kanan dan tangan kiri yang menggunakan ke enam senar gitar, jari-jari yang telah diaplikasikan digunakan kembali secara berurutan pada nada yang semakin rendah sampai pada penjarian ketiga diawal permaianan tangga nada C mayor.
109
Guru mengajarkan sebuah tangga nada G kepada siswa yang diawali permainan jari 3 tangan kiri pada senar E dilakukan pada kolom 3 nada G atau do dan dipetik pada tangan kanan melalui ibu jari (p), dan dilanjutkan pada senar lepas 5 nada A atau re tetap menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada tangan kiri jari 2 dikolom 2 dengan nada B atau mi sama dengan penjarian ibu jari yang sama pada tangan kanan. Dilanjutkan dengan jari 3 pada tangan kiri nada C atau fa disenar pada senar A dikolom 3 dengan teknik yang sama pada tangan kanan, dilanjutkan dengan senar lepas pada nada D atau sol dengan teknik tangan kanan pada jari telunjuk, dilanjutkan pada senar D dengan teknik penjarian tangan kiri jari 2 nada E atau la dengan menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, dilanjutkan pada senar jari 4 nada Fis atau si dengan menggunakan ibu jari sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan dengan senar lepas pada senar G dengan jari telunjuk pada tangan kanan, kembali dilanjutkan dengan permainan jari 2 tangan kiri pada senar G dilakukan pada kolom 2 nada A’ atau re” dan dipetik pada tangan kanan melalui jari
jari tengah (m), dilanjutkan pada senar lepas B, nada B atau mi yang
110
menggunakan jari tengah sebagai petikan disebuah senar, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan jari 1 pada senar B kolom 1 dengan jari tengah pada tangan kanan sebagai petikan, kemudian dilanjutkan jari 3 tangan kiri pada senar B dengan nada D’ yang dilakukan pada kolom 3 dan dipetik pada tangan kanan melalui jari tengah (m), dilanjutkan dengan senar lepas E kemudian jari 2 nada Fis pada senar E dan diakhiri dengan jari 3nada G pada senar E. Setelah semuanya dimainkan melalui teknik tangan kanan dan tangan kiri yang menggunakan ke enam senar gitar, jari- jari yang telah diapklikasikan digunakan kembali secara berurutan pada nada yang semakin rendah sampai pada penjarian ketiga diawal permainan tangga nada G mayor.
Siswa diajarkan dengan tangga nada D mayor, diawali dengan memetik senar D lepas dengan ibu jari (p) dilanjutkan dengan jari 1 nada E dan jari 3 nada Fis, kemudian siswa memainkan senar lepas dengan jari telunjuk pada senar G dilanjutkan dengan jari 1 nada A dengan menggunakan jari tengah (m), setelah itu siwa diajarkan memainkan senar B lepas dilanjutkan dengan jari 2 nada Cis dan
111
jari 3 nada D, kemudian siswa diajarkan memetik senar lepas E dan dilanjutkan dengan jari 1 nada Fis, jari 2 nada G dan diakhiri dengan jari 4 nada A.
Siswa diajarkan untuk memainkan tangga nada A minor harmonis, diawali dengan memetik senar A lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, kemudian jari 2 nada B, jari 3 nada C, kemudian siswa memainkan senar D lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, dilanjutkan dengan jari 2 nada E, dan jari 3 nada F, kemudian pada senar G siwa memetik senar dengan jari telunjuk dan jari 1 pada tangan kiri nada Gis, kemudian dilanjutkan dengan jari 2 nada A dengan menggunakan jari tengah (m), setelah itu siswa diajarkan memetik senar B lepas dengan jari tengah (m), kemudian dilanjutkan dengan jari 1 nada C, jari 3 nada D dan diakhiri dengan senar lepas pada senar E.
112
Siswa diajarkan untuk memainkan tangga nada A minor melodis, diawali dengan memetik senar A lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, kemudian jari 2 nada B, jari 3 nada C, kemudian siswa memainkan senar D lepas dengan ibu jari pada tangan kanan, dilanjutkan dengan jari 2 nada E, dan jari 4 nada Fis, kemudian pada senar G siswa memetik senar dengan jari telunjuk dan jari 1 pada tangan kiri nada Gis, kemudian dilanjutkan dengan jari 2 nada A dengan menggunakan jari tengah (m), setelah itu siswa diajarkan memetik senar B lepas dengan jari tengah (m), kemudian dilanjutkan dengan jari 1 nada C, jari 3 nada D dan diakhiri dengan senar lepas pada senar E. Namun memiliki perbedaan penjarian
saat memainkan tangga nada minor melodis dengan posisi turun
(descending) dikarenakan ketika memainkan minor melodis dengan posisi naik (ascending) nada ke F dan nada G naik ½ laras, dengan menggunakan jari 4 pada senar D dan jari 1 pada senar G posisi I pada gitar, namun ketika dimainkan dengan posisi turun kembali ke minor asli dimana nada F dan G dinetralkan kembali, nada F yang terdapat pada senar D dipetik dengan jari 3 dan nada G dengan posisi senar lepas.
113
Siswa diajarkan dengan memetik senar gitar dengan penjarian p, i, m, a secara berurut, dimana di setiap birama ibu jari (p) berperan sebagai bass yang dimainkan selama 4 ketuk disetiap birama dan setiap melodi.
114
BAB IV PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
4.1
Masalah Dalam Pembelajaran Banyak ahli mengemukakan pengertian sebuah masalah pembelajaran
praktik instrumen. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang siswa dalam proses pembelajaran dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak disukai oleh seorang siswa, menurut penulis masalah akan menimbulkan sebuah kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain. Masalah belajar yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma adalah suatu faktor-faktor penghambat yang dialami oleh seorang siswa dan menjadikan lambatnya kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan, permasalahan-permasalahan tersebut kerapnya terjadi pada seorang guru seperti karakter seorang guru tidak menyenangkan, kemudian permasalahan kurang tepatnya seorang guru dalam pemilihan bahan ajar, tidak adanya bagi siswa motivator yang baik dalam memberikan dorongan. Kondisi tersebut berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berhubungan dengan sebuah lingkungan yang tidak menguntungkan bagi seorang murid khususnya di sekolah Chandra Kusuma School.
115
4.2
Permasalahan Faktor-Faktor Internal Belajar Masalah dari faktor-faktor internal belajar dalam mencapai sesuatu yang
baik dan akan menemukan kendala dalam permasalahan yang merintangi tercapainya tujuan. Pendidikan seni dan budaya di sekolah Chandra Kusuma juga memiliki banyak kendala, adapun kendala yang muncul dapat dilihat dari minat anak terhadap sebuah metode pendidikan praktik instrumen yang didapat seorang siswa. Kejadian ini kerap terjadi terutama bagi anak yang terlibat dalan pendidikan seni musik secara aktif, mungkin anak merasa bosan karena ia tidak menemukan sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Kemudian dari aspek seorang guru pada sebuah pembelajaran praktik instrumen yang diberikan seorang guru tidak menimbulkan ketertarikan siswa serta menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan. Dalam sebuah interaksi belajar-mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar-mengajar selama proses belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Proses belajar merupakan aktivitas dengan bahan belajar, aktivitas belajar yang dialami oleh siswa sekolah Chandra Kusuma sebagai sebuah proses, aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru diajarkan kepada siswa melalui bahan ajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadi atau tidak sebuah pembelajaran. Faktor internal yang sering dialami oleh seorang siswa yang berpengaruh para proses belajar siswa adalah faktor jasmani.
116
4.2.1 Permasalahan faktor kesehatan Permasalahan
faktor
kesehatan
sangat
dibutuhkan
dalam
proses
pembelajaran praktik disekolah Chandra Kusuma School. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit. Kesehatan yang dimaksud penulis adalah keadaan atau kondisi yang sempurna tanpa suatu kekurangan dari organ tubuh. Kesehatan seorang siswa berpengaruh terhadap proses pembelajaran, agar seorang siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
4.2.2 Permasalahan faktor intelektual (intelegensi) Intelektual besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Dalam situasi yang sama, siswa yang berintelektual tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang berintelektual rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya, hal ini disebabkan karena belajar adalah proses yang bukan hanya mengandalkan intelektual
seorang
pelajar
saja,
tetapi
dengan
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Siswa yang mempunyai tingkat intelektual normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik dan tekun.
4.2.3 Permasalahan perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, sebab jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa maka timbulah kebosanan, sehingga
117
seorang siswa tidak lagi suka untuk mempelajari instrument musik. Perhatian tersebut dalam mempelajari instrumen musik agar siswa dapat mengingat, mengulang, mengembangkan serta menerapkan sebuah pembelajaran tanpa seorang guru.
4.2.4 Permasalahan minat Minat yang dimaksud penulis adalah sebuah kegiatan yang diminati oleh seseorang siswa, kemudian diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang untuk mempelajarinya. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses pembelajaran praktik instrumen, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik bagi seorang siswa. Permasalahan tersebut sering sekali terjadi di sekolah Chandra Kusuma School, seorang siswa sering sekali mengambil kelas praktik instrumen dan setelah mengambilnya beberapa bulan kemudian siswa tidak masuk lagi dalam mata pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan seorang siswa tidak segan-segan untuk memberhentikan proses belajar tersebut, dengan alasan siswa hanya melihat dan mendengar suara instrumen yang indah, tetapi ketika mendapat kesulitan dalam memainkan siswa tidak ingin mempelajarinya. Terlebih lagi persoalan siswa tidak hanya pada kesulitan ketika mempelajari instrumen musik, tetapi minat orang tua yang tertarik pada satu jenis instrumen tertentu, dimana menjadi tugas seorang anak tanpa memikirkan minat si anak lebih tertarik pada instrumen yang lain. Kemudian permasalahan siswa yang menganggap dapat memainkan semua instrumen yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma School. Melihat teman
118
bermain biola, anak ingin bermain biola, melihat teman bermain drum, anak ingin bermain drum, melihat teman bermain gitar anak ingin bermain gitar. Masalah tersebut dikarenakan siswa tidak memperoleh kepuasan dari setiap pelajaran instrumen. Akibatnya anak tidak pernah bisa mempelajari instrumen dengan baik dan terampil dikarenakan belum sampai kepada tingkat yang lebih tinggi dan sulit namun anak sudah beralih ke instrumen yang lain.
4.2.5 Permasalahan bakat Bakat adalah sebuah kemampuan untuk belajar. Bakat yang dimaksud oleh penulis adalah kemampuan seorang siswa dalam memainkan instrumen musik melalui sebuah bahan ajar melalui sebuah notasi. Namun persoalan bakat tidak menjadi yang utama, keuletan dan ketekunan mengulang, mempelajari, melatih sebuah instrumen dengan tekun menjadi hal utama yang harus didasari seorang siswa dalam mempelajari praktik instrumen musik. Hanya saja, persoalan siswa atau pelajar yang berbakat lebih cepat menerapkan dan mengembangkan dalam mempelajari praktik instrumen. Permasalahannya, anak yang memiliki bakat lebih terkadang cepat mengambil keputusan tanpa mengkonsultasikannya terhadap seorang guru. Akibatnya anak akan mengalami banyak kesulitan karena tidak memiliki trik untuk mengatasi sebuah permasalahan yang terdapat pada bahan praktik. Dari uraian di atas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang sesuai dipelajari siswa dan mendengar nasehat dari seorang guru dengan sebuah bakat, maka hasil belajarnya lebih baik, karena siswa senang belajar dan lebih terarah serta seorang siswa akan lebih giat lagi dalam belajar praktik instrumen gitar disekolah Chandra Kusuma. Terlebih lagi orang tua yang
119
mengekang seorang anak untuk mempelajari instrumen karena pemikiran terhadap bidang musik tidak menjanjikan dimasa depan.
4.2.6 Permasalahan kesiapan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seorang siswa. Dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran praktik instrumen musik. Kematangan yang dimaksud oleh penulis adalah Anak yang sudah siap (matang). Melalui fisik seperti sebuah jari, panjangnya tangan, kemudian pemikiran yang penting dalam sebuah proses pembelajaran akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Permasalahan yang sering terjadi disekolah Chandra Kusuma School terhadap orang tua yang sering sekali membuat anaknya mempelajari praktik instrumen musik di usia yang sangat muda sehingga daya tangkap anak kurang begitu baik, dikarenakan anak belum mengerti sama sekali dengan usia seorang anak yang lebih tertarik bermain. Kemudian persoalan tubuh yang masih begitu kecil ketika mempelajari instrumen gitar sampai ukuran instrumen terkecil juga tidak dapat standarisasi dengan anak yang mepelajari di usia muda.
4.2.7 Permasalahan rasa percaya diri Rasa percaya diri timbul dari keinginan diri seorang siswa bertindak untuk sebuah keberhasilan memainkan alat musik. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya sebuah lingkungan yang berkompetisi dengan baik. Dalam proses belajar praktik instrumen siswa sekolah Chandra Kusuma, prestasi merupakan tahap pembuktian yang diakui oleh guru. Semakin
120
siswa sering mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat, namun apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya. Permasalahan percaya diri tidak hanya terletak pada sebuah prestasi, kurangnya perhatian orang tua, alat yang kurang baik dimiliki siswa dan ejekan dari teman-teman disekitar membuat siswa tidak ingin tampil di depan teman-temannya sehingga mengakibatkan anak kurang merasa percaya diri memainkan instrumen. Hal ini mengakibatkan kurang baiknya proses pembelajaran pada praktik instrumen, kemudian munculnya grogi (nervous) siswa saat tampil di panggung ketika melakukan sebuah pertunjukan.
4.2.8 Permasalahan disiplin waktu Kebiasaan-kebiasaan
buruk
belajar
siswa
akan
mempengaruhi
kemampuannya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa ; baru akan belajar serius pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk gengsi, datang terlambat bergaya pemimpin. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dikarenakan oleh siswa yang kurang paham dengan arti belajar bagi diri sendiri, akibatnya siswa-siswi akan tertinggal dalam proses praktik pembelajaran instrumen musik, kemudian kebiasaan siswa yang selalu tidur di pagi hari membuat siswa ketika mempelajari instrumen mengantuk saat guru mengajar. Permasalahan ini diluar pengetahuan seorang guru, dan permasalahan ini adalah persoalan terhadap orang tua yang harus memperhatikan kegiatan anaknya dalam mempelajari instrumen musik.
121
4.2.9 Permasalahan faktor kelelahan Kelelahan pada seorang siswa sering sekali terjadi disekolah Chandra Kusuma School, hal ini dikarenakan banyaknya mata pelajaran yang diambil siswa pada satu hari, serta menempatkan pelajaran instrumen musik diakhir jadwal mata pelajaran. Akibatnya siswa akan lelah dan kurang berkonsentrasi terhadap sebuah pembelajaran praktik instrument. Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan kebiasaan siswa, sehingga timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan (borring), sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
4.2.10 Permasalahan motivasi belajar Dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk pembelajaran praktik instrumen gitar, karena seorang siswa memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat; pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka semangat seorang siswa harus dipelihara secara terus menerus. Motivasi belajar merupakan hal pendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar, selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
122
4.3
Permasalahan Faktor-Faktor Eksternal Belajar Proses belajar yang didorong sebuah motivasi dari dalam diri seorang
siswa menjadi sebuah faktor yang penting dalam pembelajaran, kemudian lingkungan siswa yang mendukung akan menjadi sangat baik dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan pesat apabila program pembelajaran disusun dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan seorang siswa. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan untuk mencerdaskan siswa dalam mempelajari sebuah bidang. Seorang guru di sekolah merupakan faktor eksternal dalam proses pembelajaran praktik instrumen tersebut. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar seorang siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.1 Permasalahan kesejahteraan guru Guru adalah tenaga pengajar yang mendidik. Seorang guru tidak hanya mengajar sebuah
bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga
menjadi pendidik bagi pemuda-pemudi generasi bangsa. Guru yang mengajar adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu, guru juga menghadapi masalah terhadap kehidupan sehari-hari dengan penghasilan yang diterimanya setiap bulan, ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru sempurna terhadap sebuah tugas. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Guru juga menumbuhkan rasa percaya diri secara profesional, ia bekerja dan bertugas
123
mempelajari profesi guru sepanjang hayat, mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut merupakan keberhasilan di Chandra Kusuma School kepada seorang siswa.
4.3.2 Masalah sarana dan prasarana pembelajaran Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas sekolah dan berbagai media pengajaran yang lainnya. Lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya prasarana dan sarana menentukan jaminan terselenggaranya proses pembelajaran praktik instrumen yang baik. Justru disinilah timbul masalahmasalah bagaimana mengelola (manage) prasarana dan sarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik. Prasarana dan sarana dalam proses pembelajaran siswa sering sekali tidak sesuai dengan keinginan; seperti alat yang kurang, atau instrumen yang sudah rusak, menjadikan proses pembelajaran instrumen gitar kurang begitu baik.
4.3.3 Masalah kebijakan penilaian Kebijakan penilaian merupakan hasil dari proses belajar untuk mencapai puncaknya pengetahuan pembelajaran praktik instrumen, hasil belajar siswa atau hasil kerja keras siswa. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru, dengan demikian hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi seorang
124
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif dan psikomotor. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru selesai. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi seorang guru. Sekolah Chandra Kusuma memberikan penilaian secara angka dan deskriptif melalui hal yang sering dilakukan siswa-siswi dalam proses pembelajaran kemampuan dan tidak kemampuan siswa mempelajari sebuah instrumen, semua penilaian diberikan kepada orang tua yang berbentuk bahasa Inggris. Hal ini dilakukan agar para orang tua mengetahui apa yang dilakukan anaknya dalam pembelajaran dan ketidakmampuan anak pada proses pembelajaran praktik instrumen gitar.
4.3.4 Masalah kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu, jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum
yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang dimaksud oleh penulis adalah kurikulum yang dipakai dalam proses pembelajaran praktik instrumen gitar, melalui sebuah reportoar dalam bentuk notasi balok. Sekolah Chandra Kusuma memakai sebuah kurikulum secara Internasional, yang diujikan sesuai dengan kesiapan siswa untuk maju mengikuti ujian siswa. Permasalahan sebuah
125
kurikulum adalah pada seorang guru yang kurang teliti menjalankan serta menerapkan sebuah kurikulum dengan baik. Akibatnya pembelajaran praktik instrumen kurang sesuai dengan sebuah kurikulum pembelajaran. Terlebih seorang guru tidak mengerti persoalan tujuan dari sebuah kurikulum mengakibatkan anak susah berkembang. Permasalahan sebuah kurikulum sekolah Chandra Kusuma adalah persoalan seorang guru dengan sebuah penerapan, tidak sedikit guru yang mengerti akan persoalan tujuan dari sebuah
kurikulum,
kemudian ketika menerapkan sebuah kurikulum untuk diujiankan guru tidak mengerti apa yang harus dilatih sebelum anak memainkan bahan yang akan diujiankan.
4.3.5 Masalah metode Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula, akibatnya siswa malas atau kurang semangat dalam proses belajar. Permasalahan sebuah metode mengajar seorang guru sering sekali tanpa sebuah tujuan kurikulum, sering sekali guru menyampaikan sebuah pembelajaran yang tidak mengerti hasil akhir dari sebuah pembelajaran; seperti pembelajaran yang tidak bertahap, melompat dan tidak sesuai dengan kemampuan seorang siswa. Akibatnya seorang siswa tidak dapat mengikuti sebuah proses pembelajaran.
126
4.3.6 Masalah mengajar Permasalahan mengajar, sering sekali seorang guru menjadi penghambat dalam proses belajar-mengajar seperti guru telat masuk pada mata pelajaran praktik instrumen gitar, kemudian permasalahan tidak memiliki bahan yang sama antara siswa dengan siswa yang lainnya ketika mempelajari instrumen gitar. Hal ini menjadi sebuah permasalahan pada pembelajaran gitar melalui sebuah pengajaran yang diberikan oleh seorang guru.
4.3.7 Masalah pengarahan Permasalahan-permasalahan pengarahan yang dilakukan seorang guru dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi proses belajar-mengajar sangat menjadi persoalan di Chandra Kusuma School, khususnya pada pembelajaran praktik instrumen musik. Kurangnya guru ber’orientasi terhadap pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, menjadikan siswa tidak mengenal bahan yang akan dipelajari. Kemudian guru yang hanya mengajar siswa melalui sebuah contoh tanpa menjelaskan teknik ketika mempelajari instrumen gitar, terlebih lagi guru memberikan bahan ajar (repertoar) yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa, mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalm pembelajaran praktik instrumen gitar.
4.3.8 Masalah isi dan urutan materi Dalam membuat rencana pengajaran pembelajaran (RPP), guru sekolah Chandra Kusuma memiliki masalah dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran, sering sekali guru kurang menguasai materi dalam pembelajaran praktik
127
instrumen gitar melalui sebuah bahan ajar (Reportoar). Kemudian materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan yang mengakibatkan siswa bingung karena dianggap teknik yang diajarkan guru tidak tepat dengan bahan yang sedang dipelajari seorang anak. Terlebih sebuah materi yang diberikan seorang guru sangat luas, akibatnya anak tidak akan menemukan tujuan dari sebuah pembelajaran. Kemudian persoalan guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu anak yang akan mengikuti sebuah ujian instrumen.
4.4
Masalah Lingkungan Permasalahan dalam sebuah lingkungan sangat mempengaruhi lancarnya
sebuah pembelajaran praktik instrumen gitar. Hal ini sering sekali terjadi disebuah areal sekolah dan halaman rumah yang begitu ramai sehingga menimbulkan sebuah keributan, suara bising dari orang yang lalu-lalang, suara kendaraan di area komplek Cemara Asri, banyaknya orang yang datang ke area tersebut menjadi sebuah persoalan untuk kelangsungan praktik instrumen bagi seorang siswa, permasalahannya adalah minat seorang siswa tidak ingin melatih kembali apa yang telah dipraktikkan dengan seorang guru dikarenakan gangguan tersebut, akibatnya siswa tidak akan melakukan kegiatan praktik, sebaliknya ia akan mencari teman untuk cerita atau bermain dengan menghabiskan waktu.
4.5
Masalah Orangtua Permasalahan pada orangtua adalah sebuah permasalahan yang cukup
kompleks. Tidak sedikit para orangtua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari instrumen khususnya gitar. Namun permasalahannya adalah
128
dukungan dari orangtua tidak terjadi pada seorang anak. Banyaknya para orangtua yang menganggap anaknya mahir dalam memainkan sebuah instrumen dikarenakan anak telah dapat bermain sebuah lagu dengan instrumen tanpa memikirkan keberlanjutan anak dengan instrumen tersebut. Terlebih pada keinginan orangtua yang ingin anaknya mempelajari semua alat musik tanpa memikirkan banyaknya mata pelajaran yang diambil seorang anak. Kesibukan orangtua bekerja menjadikan mereka tidak ingin anaknya hanya di rumah menghabiskan waktu, sehingga para orangtua membuat anak-anak mereka les tambahan untuk menghabiskan waktu sebelum orangtua pulang bekerja tanpa memikirkan persoalan anak dengan praktik instumen yang sedang dipelajari seorang anak. Permasalahan-permasalahan ini menjadi hal yang harus di mengerti orangtua dalam proses pembelajaran gitar disekolah Chandra Kusuma. Agar para orangtua dapat menempatkan posisi menjadi seorang motivator bagi anak-anak mereka serta menjadi partner terhadap sebuah pembelajaran anak, khususnya pembelajaran gitar.
129
4.6
Permasalahan Lagu “Here, There and Everywhere” Kurikulum ABRSM
130
Lagu memiliki sebuah struktur seperti (intro) mengawali sebuah lagu, (Verse) menjembatani untuk sebuah refren, (Chorus) disebut juga dengan reff, (Bridge) sebuah jembatan untuk memasuki sruktur lagu, (interlude) bagian yang dimainkan istrumen jarang sekali dengan suara/vocal, (Ending) bagian penutup dari sebuah lagu. Lagu Here, There and Everywhere, keseluruhan terdiri dari 29 birama, yang diawali sukat 4/4 yang terdiri dari:
Intro terdapat pada birama pertama sampai birama ketiga (bar 1 – bar 3)
Verse terdapat pada kamar II, birama 11 ketukan ke 3 dan 4
Chorus terdapat pada birama 13 sampai pada birama 17 ketukan ke 2
Bridge terdapat pada satu birama melainkan terdiri dari ketukan pada birama 3 ketukan 3 – 4, untuk mengawali sebuah lagu, birama 12 ketukan 4 untuk mengawali sebuah reffrein, birama 24 ketukan ke 3 untuk sebuah penghabisan lagu
Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran)
Ending terdapat pada birama 25 ketukan ke 4 (up) samapai pada birama 29
131
4.6.1 Permasalahan proses penerapan birama 4 sampai birama 6
Guru mengajarkan murid teknik tangan kanan pada petikan dan tangan kiri pada penjarian yang dilakukan melalui birama 4 sampai birama 6 dengan teknik tirando, dimana pada birama 4 murid memainkan posisi III yang teletak pada jari 1 nada D, kemudian dilanjutkan kembali dengan jari posisi 1 yang terletak pada jari 2 nada G.
4.6.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 dan birama 8
Guru mengajarkan teknik tangan kanan dan tangan kiri pada penjarian yang memiliki teknik nada sambung, jari telunjuk dan posisi 2 yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran dan diawali dari birama 7 dan 8. Diawali dengan murid memainkan posisi II yang terletak pada nada A senar 3 kemudian dilanjutkan dengan jari 3 pada senar A.
132
4.6.3 Permasalahan proses penerapan birama 9 sampai birama 11
Guru mengajarkan 3 buah posisi yang berbeda serta penjarian pada siswa yang diawali dengan murid memainkan posisi I nada C jari 1, kemudian menuju ke posisi IV yang terletak pada nada F# di senar B, kemudian posisi II jari 1 nada A pada senar G.
4.6.4 Permasalahan proses penerapan birama 13 sampai birama 15
Pada birama 13 terdapat modulasi, dari nada dasar D ke nada dasar Bes, murid diajarkan dengan posisi I pada lagu yang terdapat modulasinya, hal ini dikarenakan supaya siswa lebih memahami bagaimana memainkan posisi I bukan hanya di nada dasar yang sama.
133
4.6.5 Permasalahan proses penerapan birama 16 sampai birama 19
Birama 13 merupakan “jembatan” nada menuju ke nada dasar semula, murid diajarkan memainkan posisi I pada birama 13 dan juga posisi III pada birama 14 tetapi dengan nada dasar yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan posisi III dan posisi II seperti yang telah di jelaskan pada birama V.
4.6.6 Permasalahan proses penerapan birama 27 sampai birama 29
Birama 24 sampai 26 merupakan akhir dari lagu Here there and everywhere, penjarian yang digunakan siswa adalah posisi II, lagu Here there and everywhere lebih banyak menggunakan posisi II dan III dikarenakan tuntutantuntutan nada yang lebih nyaman, dimainkan selain di posisi I.
134
4.7
Permasalahan Lagu “Ode to Joy” Kurikulum ABRSM
Lagu Ode to joy, keseluruhan terdiri dari 15 birama, yang bermain dengan nada dasar G mayor diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :
Intro, tidak terdapat pada lagu Ode to joy, yang dimainkan langsung dengan melodi dasar
Verse terdapat pada birama 7, yang kembali pada akor I, bukan pada akord V atau V7
Chorus terdapat pada birama 8 sampai pada birama 11 tetapi terdapat sebuah penahanan nada (suspensi) sampai pada birama selanjutnya atau birama 12 ketukan pertama
Bridge tidak terdapat pada lagu Ode to joy
135
Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran)
Ending terdapat pada birama 12 ketukan ke 2 sampai pada birama 15
4.7.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 4
Pada lagu ode to joy memiliki pebedaan dengan lagu Here there and everywhere secara teknik, dimana penjarian tangan kanan ibu jari (p), siswa diajarkan untuk memainkan bass dan melodi dalam posisi I, dan lamban legato pada bass, penjarian yang digunakan adalah jari tengah (m) dan jari telunjuk (i), seperti yang terlihat dalam birama 1, dalam penjarian tangan kiri semua penjarian diajarkan pada lagu ini, seperti jari 4 yang terlihat pada birama 1 ketukan ke 4.
4.7.2 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 10
Pada birama 9 sampai birama 12 yang paling utama diajarkan pada siswa adalah tanda kromatis, seperti yang terlihat pada birama 11 nada Dis pada senar D dengan menggunakan jari 1, jika diperhatikan nada C pada birama 11 sengaja mneggunakan jari 2, yang pada dasarnya menggunakan jari 1 senar B, namun
136
guru mengajarkan jari 2 pada senar G, dikarenakan tuntutan nada Dis yang terdapat pada ketukan selanjutnya.
4.8
Permasalahan Lagu “Nel Cor Piu Non Mi Sento” Kurikulum ABRSM
Lagu nel cor piu non mi sento, keseluruhan terdiri dari 20 birama, yang diawali sukat 6/8 yang terdiri dari:
137
Intro tidak terdapat pada lagu nel cor piu non mi sento terdapat pada lagu tetapi memiliki sebuah okmat pada nada A Verse terdapat pada kamar birama 8 ketukan ke 2 dan ketukan 3-5 berhenti kemudian dilanjutkan dengan okmat Chorus terdapat pada birama 8 ketukan kelima sampai pada birama 14 ketukan ke 3 Bridge tidak terdapat pada lagu ini Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran) Ending terdapat pada birama 14 ketukan ke 6 sampai pada birama 20
4.8.1 Permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 2
Pada lagu nel cor piu non mi sento siswa diajarkan dengan birama 6/8, dimana nada A merupakan melodi awal lagu, yang dimainkan dengan jari 4 dengan jari tengah (m), dikarenakan nada selanjutnya Fis yang menggunakan jari 1. 4.8.2 Permasalahan proses penerapan birama 3 sampai birama 4
138
Siswa diajarkan dengan jari tengah (m), jari telunjuk (i), dan jari manis (a) pada birama 2 ketukan ke 3 sampai birama 4 ketukan ke 3 dengan menggunakan posisi III dan posisi V. Siswa diajarkan dengan posisi yang lebih sulit, bukan berarti tidak dapat dimainkan dengan posisi 1, agar siswa lebih mengenal dengan penjarian-penjarian selain di posisi I.
4.8.3 Permasalahan proses penerapan birama 5 dan birama 6
Siswa diajarkan dengan posisi III, banyak variasi posisi dalam lagu ini, pada birama 6 ketukan ke 4 merupakan posisi III.
4.8.4 Permasalahan proses penerapan birama 8 sampai birama 9
139
Pada birama 9 ketukan ke 6 siswa diajarkan kembali menggunakan posisi 4, dan terdapat kromati dalam birama 10, selanjutnya siswa diarahkan kembali untuk memainkan posisi II dengan nada G jari 2 pada tangan kiri.
4.8.5 Permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 14
Pada biarama 11, terdapat 2 penjarian yang sama pada jari telunjuk (i), siswa diajarkan dengan teknik itu supaya siswa tahu tidak selamanya penjarian tangan kanan harus berganti-ganti, namun ada harus tetap memainkan penjarian yang sama.
Sama halnya dengan birama 11 siswa diajarkan memainkan penjarian tangan kanan yang berurut, hanya saja nada yang berganti dan posisi penjarian.
140
Siswa kembali diajarkan dengan nada yang menggunakan tanda kromatis dengan posisi II, dan mengajarkan aplikasi tanda permata seperti yang terlihat pada birama 14.
4.8.6 Permasalahan proses penerapan birama 17 sampai birama terakhir
Pada birama 16 ketukan ke 6 sampai birama 18 siswa diingatkan kembali dengan penjarian yang telah di bahas di awal lagu dikarekan supaya siswa tidak lupa dengan penjarian-penjarian sebelumnya apabila dihadapkan dengan penjarian yang baru.
Birama 18 ketukan ke 6 sampai birama 20 merupan melodi terakhir pada lagu yang tetap dimainkan dengan posisi yang sama pada awal lagu. Lagu ini tidak memakai penjarian ibu jari(p), namun guru berfungsi sebagai pengiring untuk melodi yang dimainkan siswa.
141
BAB V SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL
5.1
Solusi Dalam Pembelajaran Solusi pembelajaran yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma sebaiknya
dilakukan melalui faktor-faktor pendukung yang dialami oleh seorang siswa yang sangat penting diperhatikan oleh sebuah sekolah maupun terhadap seorang guru agar terjadinya proses belajar yang baik dalam mempelajari praktik instrumen gitar. Dalam proses pembelajaran adanya Figur sebagai seorang guru menjadi ujung tombak kesuksesan dalam pembelajaran khususnya di sekolah Chandra Kusuma School, karena maju mundurnya pembelaajran terletak di tangan seorang guru. Dalam kondisi bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital dan penting. Demikian halnya dalam pengembangan pembelajaran praktik instrumen gitar di Chandra Kusuma School. Fungsi kontrol dari seorang guru ini terletak ditangan seorang guru yang membuat posisi seorang guru tetap penting dalam sebuah pembelajaran khususnya pembelajaran praktik instrumen gitar.
5.2
Solusi Permasalahan Faktor-Faktor Internal Belajar Solusi dari faktor-faktor internal dalam sebuah pembelajaran untuk
mencapai sebuah tujuan dari hasil proses belajar. Minat terhadap sebuah metode yang baik sangat diperlukan dalam sebuah pembelajaran agar siswa tidak merasa
142
bosan. Metode tersebut sebaiknya harus dimengerti oleh seorang guru agar ketika seorang guru menyampaikan sebuah metode kepada seorang siswa, seorang guru akan menimbulkan ketertarikan dan suasana yang menyenangkan, kemudian dari aspek seorang guru pada sebuah pembelajaran praktik instrumen yang diberikan Kemudian interaksi belajar-mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan selama proses belajar yang dilakukan oleh guru dan murid. bahan belajar yang dapat dimengerti seorang siswa yang disampaikan oleh seorang guru. Proses belajar menjadikan interaksi antara guru dan siswa menjadikan sebuah pembelajaran saling mengisi dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Faktor jasmani seorang siswa sangat penting menjadi sebuah perhatian seorang guru, sekolah dan juga para orangtua dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran praktik.
5.2.1 Solusi permasalahan faktor kesehatan Solusi dari sebuah permasalahan faktor kesehatan sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran praktik instrumen di Chandra Kusuma School. Hal ini dikarenakan tidak semua anak lahir dalam keadaan yang sempurna. Kekurangan anak melalui sebuah fisik yang kurang lengkap, maupun autisme tidak pernah diinginkan para orang tua. Maka dalam hal ini sekolah Chandra Kusuma mengkelompok anak-anak yang kurang mampu mengikuti pelajaran praktik instrumen melalui fisik yang kurang sempurna, atau hal lainnya. Tujuan pengelompokan tersebut dilakukan sekolah agar siswa yang memiliki kemampuan tidak merasa terganggu dan siswa yang memiliki kekurangan dapat belajar dengan
143
santai sesuai dengan keinginan siswa yang kurang sehat terhadap fisik maupun hal lainnya.
5.2.2 Solusi permasalahan faktor intelektual (inteligensi) Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Dalam situasi yang sama, siswa yang berintelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada mereka yang berintelegensi rendah. Dalam hal ini Chandra Kusuma School melihat anak yang berkemampuan tinggi diberikan pengajaran individual yang dilakukan antara seorang guru dan murid (face to face), kemudian sekolah juga terkadang mengelompokan anak-anak yang berkemampuan tinggi diberikan bahan ajar tambahan yang diambil dari lagu untuk dilatih dirumah, agar anak tidak merasa membuang waktu dan bahan tersebut akan dipertunjukan diacara sekolah maupun acara di luar sekolah.
5.2.3 Solusi permasalahan perhatian Dalam hal ini peran penting guru menguasai bahan yang dijadikan sebuah konsep dalam penyajian sangat penting dilakukan, agar seorang siswa dalam melakukan kegiatan praktik instrumen gitar tidak merasa kesulitan, kemudian guru harus memiliki pengetuhan, penguasaan bahan ajar, teknik, serta penyampaian yang baik agar seorang siswa tertarik dan memusatkan perhatiannya terhadap seorang guru dikarenakan hal ini menarik.
144
5.2.4 Solusi permasalahan minat Permasalahan minat penting terhadap sebuah pembelajaran instrumen gitar. Chandra Kusuma School mempertunjukan sebuah permainan segala instrumen kepada siswa dengan membuat sebuah pertunjukan baik dilakukan seorang guru maupun dilakukan seorang siswa, kemudian membuat sebuah klinik musik kepada siswa yang ingin mempelajari instrumen, dengan menyediakan berbagai pilihan instrumen. Kemudian siswa dapat mencoba memainkan istrumen yang dibantu instruktur yang berkompetesi dibidang instrumen masing-masing. Setelah membuat sebuah pertunjukan dan klinik, kemudian siswa yang ingin belajar mengisi sebuah formulir dan esok harinya berjumpa dengan guru praktik instrumen. Guru praktik instrumen mengaudisi sebelum menerima siswa mempelajari instrumen. Hal ini dilakukan agar siswa yang mempelajari instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma benar-benar berminat akan sebuah instrumen dan melihat sejauh mana keinginan anak mempelajari instrumen tersebut.
5.2.5 Solusi permasalahan bakat Permasalahan anak yang berbakat akan menjadi sebuah masalah jika seorang guru tidak mengawasi anak yang memiliki bakat dalam bermain musik. Hal ini terlihat pada pemilihan reportoar pembelajaran, anak yang berbakat akan selalu memilih bahan yang lebih sulit dari teman-temannya, persoalannya adalah bahan yang diambil seorang anak terlalu ketinggian dalam hal ini seorang guru harus mengawasi anak ketika memainkan bahan dan pemilihan bahan dalam mempelajari instrumen gitar. Kemudian persoalan orang tua yang menahan bakat anaknya terhadap sebuah pembelajaran instrumen musik, menjadi sebuah masalah
145
bagi seorang guru untuk menjelaskan kemampuan anak dan bakat yang dimiliki seorang anak kepada orang tua maupun wali siswa.
5.2.6 Solusi permasalahan kesiapan Permasalahan kesiapan guru harus dapat menjelaskan terhadap orangtua agar dapat menahan seorang anak untuk mempelajari instrumen di usia yang sangat muda dengan alasan tubuh yang masih kecil berhubungan dengan ukuran instrumen yang akan dipelajari anak kurang sesuai ukuran. Kemudian persoalan alat yang lengkap untuk mempelajari instrumen khususnya instrumen gitar.
5.2.7 Solusi permasalahan rasa percaya diri Sekolah Chandra Kusuma memiliki banyak siswa yang sangat berprestasi. Kebiasaan siswa sekolah Chandra Kusuma, jika salah satu menonjol terhadap sebuah bidang, akan diakui oleh teman-teman siswa lainnya bahwa anak tersebut berkompetensi dibidangnya. Hal ini menjadi sebuah budaya di sekolah tersebut yang mengakibatkan jika seorang anak yang lain ingin mendalami dan ingin menonjol dalam satu bidang anak yang lain akan mengejeknya. Permasalahan ini harus menjadi sebuah permasalahan bagi seorang guru bukan hanya terhadap orang tua. Seorang guru harus melakukan doktrin kepada seorang siswa yang baru saja mendalami sebuah bidang ilmu agar tidak mendengar ejekan maupun sindiran dari teman-teman. Kemudian solusi ketika anak yang mengalami grogi dalam mengikuti sebuah pertunjukan seorang guru harus benar-benar menyiapkan anak melalui bahan yang akan dipertunjukan, kemudian sebelum melakukan pertunjukan orangtua dan seorang guru harus memberikan semangat kepada
146
seorang murid yang akan tampil, serta membuat penampilan-penampilan kecil sebelum pertunjukan dilaksanakan.
5.2.8 Solusi permasalahan disiplin waktu Kebiasaan buruk ini harus diatasi dengan melibatkan sekolah Chandra Kusuma, guru dan para orangtua. Sekolah chandra Kusuma di akhir semester sering sekali mempertemukan siswa, guru dan orangtua untuk sebuah pertunjukan kecil yang dilakukan seorang anak. Kemudian membagikan laporan yang berbentuk rapot. Penilaian yang diberikan kepada seorang guru berbentuk nilai dan deskripsi. Kemudian guru diberi waktu untuk berbicara kepada orangtua untuk menjelaskan prilaku, permainan, kecerdasan serta keseharian ketika mempelajari instrumen musik khususnya gitar. sebaliknya orangtua juga dapat memberitahu kegiatan anaknya dirumah ketika anaknya mengulang pelajaran tersebut dirumah. Melalui hal ini seorang anak tidak dapat bermain ketika proses belajar-mengajar praktik instrumen musik berlangsung, dikarenakan kebanyakan siswa-siswi di Chandra Kusuma School takut terhadap orangtuanya.
5.2.9 Solusi permasalahan faktor kelelahan Solusi ketika seorang anak kelelahan menjadi permasalahan yang cukup penting karena sangat mengganggu proses belajar-mengajar. Permasalahan ini terjadi ketika praktik instrumen terjadwal dipelajaran akhir. Dalam hal ini guru harus dapat mencari fokus siswa dengan cara mengajak siswa bercerita sedikit tentang
kesukaannya
bermain
maupun
kegiatan-kegiatan
siswa
yang
147
menyenangkan, kemudian ketika seorang siswa sudah mulai semangat seorang guru kembali melajutkan praktik.
5.2.10 Solusi permasalahan motivasi belajar Solusi untuk sebuah motivasi siswa terhadap proses pembelajaran, seorang guru dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya kegunaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang tidak menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu, bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri, sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar praktik instrumen musik di sekolah Chandra Kusuma
5.3
Solusi Permasalahan Faktor-Faktor Eksternal Belajar Mendidik seorang anak dibutuhkan pengalaman yang baik serta
pengetahuan terhadap bidang yang ingin dipelajari anak khususnya pada instrumen gitar. Seorang pendidik juga harus memiliki talenta untuk memotivasi anak pada pembelajaran. Motivasi yang diberikan seorang guru kepada siswa menjadi
sebuah
faktor
yang
penting
dalam
pembelajaran.
Kemudian
permasalahan lingkungan siswa, aktivitas belajar siswa dapat meningkat dengan pesat apabila program pembelajaran disusun dengan baik oleh seorang guru yang sesuai dengan kebutuhan seorang siswa. Permasalahan-permasalahan tersebut jika
148
diatasi oleh seorang guru, sekolah dan para orangtua akan menjadi sebuah solusi dari faktor-faktor eksternal dalam pembelajaran gitar melalui :
5.3.1 Solusi permasalahan kesejahteraan guru Solusi permasalahan seorang guru disekolah Chandra Kusuma tidak begitu berpengaruh. Sekolah Chandra Kusuma menyediakan tunjangan hari besar, kemudian di akhir tahun pembelajaran setiap guru mendapatkan tunjangan berbentuk barang dan uang. Sekolah Chandra Kusuma memberikan gaji kepada seorang guru cukup besar dibanding sekolah-sekolah yang lain. Dalam permasalahan ini guru disekolah Chandra Kusuma tidak memiliki sebuah permasalahan kesejahteraan bagi seorang guru khususnya pada guru praktik instrumen musik.
5.3.2 Solusi permasalahan sarana dan prasarana pembelajaran Sekolah Chandra Kusuma tiap bulannya melihat kekurangan dari segala sarana dan prasarana, baik pada alat musik yang sudah rusak maupun ruangan dengan fasilitasnya. Terlebih lagi sekolah Chandra Kusuma menambah alat musik diawal tahun pembelajaran baru. Alat-alat musik yang sudah rusak, diperbaiki oleh orang yang berkompetensi terhadap bidang instrumen masing-masing, terlebih lagi sekolah Chandra Kusuma menyediakan alat-alat musik untuk siswa yang belum yakin serius terhadap pembelajaran instrumen, dapat meminjam alatalat musik tersebut dipakai untuk pembelajaran dan ketika anak sudah menyukai alat tersebut anak dapat membeli disekolah maupuin diluar sekolah.
149
5.3.3 Solusi permasalahan kebijakan penilaian Sekolah Chandra Kusuma melatih siswa sebelum ujian berlangsung, kemudian sekolah tersebut membuat pra ujian kepada siswa untuk mengujikan terlebih dahulu yang dinilai dari seorang guru yang berkompeten di bidang instrumen. Sekolah Chandra Kusuma juga membuat ujian susulan kepada siswa yang gagal untuk ujian, tetapi tidak pada pelajaran seni musik khususnya praktik instrumen dikarenakan ujian yang dilakukan siswa terlepas dari sebuah sekolah, secara Internasional yang bertempat di hotel J.W Mariott. Maka dalam hal ini sekolah harus benar-benar mempersiapkan anak untuk mengikuti ujian dengan kesiapan yang benar-benar baik.
5.3.4 Solusi permasalahan kurikulum Solusi permalasahan sebuah kurikulum menurut penulis terdapat pada seorang guru yang menerapkan sebuah kurikulum. Seorang guru harus mengerti tujuan sebuah kurikulum agar siswa yang membelajarinya dapat mengerti kekurangan anak sampai dimana ketika memainkan bahan ajar tersebut melalui sebuah kurikulum, kemudian persoalan bagaimana seorang guru mengajarkan anak sebelum mempelajari bahan yang akan diujiankan, pastinya seorang anak akan memainkan bahan yang mendukung teknik-teknik yang terdapat pada buku panduan yang akan diujiankan siswa. Persoalannya bagaimana seorang guru akan memberikan bahan pendukung untuk anak yang akan ujian sedangkan seorang guru tidak mengerti akan persoalan bahan dari kurikulum tersebut. Dalam hal ini guru harus mengerti pada persoalan sebuah kurikulum baik dari sebuah tujuan maupun bahan pendukung untuk memainkan sebuah kurikulum, yang akan
150
diujiankan seorang anak serta mengerti kelemahan kurikulum agar seorang guru dapat memposisikan seorang siswa ketika mempelajari praktik instrumen khususnya gitar.
5.3.5 Solusi permasalahan metode Dalam hal ini seorang guru harus mengerti sebuah cara ajar yang baik, penulis melihat guru di sekolah Chandra Kusuma memiliki skill yang baik dalam mengajar, guru praktik instrumen di sekolah tersebut sering sekali mengajarkan anak bermain tanpa melihat buku panduan tetapi bahan yang dimainkan seorang anak untuk kepentingan bermain sebuah lagu sebuah kurikulum. Hanya saja persoalannya adalah anak jadi tidak suka bermain ketika membaca sebuah notasi dalam buku panduan. Kemudian persoalan cara guru yang tidak mengikuti bahan yang berurutan tertera di buku panduan tidak di ikuti oleh guru karena anak merasa sudah tidak penting memainkan bahan tersebut. Maka anak disuruh guru untuk melompati urutan bahan yang ada pada buku panduan. Dalam hal ini guru harus mengerti keinginan anak bermain tahap demi tahap kemudian jika daya tangkap anak sangat cepat guru harus memberikan reportoar tambahan untuk menambah tugas anak. Penyampaian yang dilakukan oleh guru adalah sebuah metode yang baik bagi seorang siswa sekolah Chandra Kusuma School. 5.3.6 Solusi permasalahan mengajar Solusi dari permasalahan sebelum guru mengajar, sebaiknya terlebih dahulu guru harus dapat mengatasi persoalan jadwal pada individu guru terlebih dahulu, agar dapat masuk tepat waktu. Kemudian menstandarisasikan bahan agar
151
tidak terdapat bahan yang mudah dan bahan yang sulit bagi anak, karena dapat mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri anak memainkan bahan yang mudah.
5.3.7 Solusi permasalahan pengarahan Dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajarmengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam berorientasi kepada tujuan pelajaran. Hal ini menunjukan bahwa anak harus fokus pada sebuah bahan yang akan diujiankan dan guru fokus kepada bahan ajar, kemudian mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa. Reportoar yang terdapat pada sebuah pembelajaran harus dijelaskan teknik permainan agar siswa dapat memainkan bahan melalui sebuah kurikulum. Setelah memahami teknik, seorang guru harus menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa mempelajari instrumen gitar. Persoalan-persoalan ini jika dilaksanakan dengan baik Siswa akan mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang diberikan guru sangat relevan dengan kebutuhannya serta bermakna bagi kehidupan siswa-siswi di kemudian hari.
5.3.8 Solusi permasalahan isi dan urutan materi Solusi dalam permasalahan isi dan urutan-urutan pembelajaran menurut penulis guru harus menguasai materi dalam pembelajaran gitar. seorang guru harus dapat memainkan atau mencontohkan teknik yang sulit ketika anak kesulitan memainkan teknik yang terdapat pada sebuah bahan atau reportoar. Kemudian seorang guru harus dapat mencontohkan teknik yang lain tetapi masih sesuai dengan kebutuhan seorang siswa mempelajari instrumen, hal ini agar tidak
152
membingungkan seorang siswa dalam pelatihan yang terdapat pada bahan yang dipelajari. Kemudian seorang guru harus mengajarkan siswa melalui bahan yang mudah sampai pada bahan yang sulit dipelajari oleh siswa. Hal ini dilakukan seorang guru agar siswa merasakan perkembangan terhadap sebuah pembelajaran prakti instrumen. Terlebih lagi guru harus memiliki konsep dalam membagi pertemuan siswa dalam mempelajari instrumen. Agar siswa siap ketika melaksanakan ujian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
5.4
Solusi Permasalahan Lingkungan Solusi permasalahan lingkungan menurut penulis perlu adanya sebuah
kerja sama antara orangtua, guru dan pihak sekolah untuk mendukung proses pembelajaran praktik instrumen gitar yang dipelajari oleh siswa Chandra Kusuma. Seorang guru sebaiknya melarang siswa berkumpul diruangan praktik instrumen. Dengan memberi tau wali kelas siswa-siswi tersebut. Kemudian pihak sekolah harus dapat mengkordinir mata pelajaran siswa yang tidak mengambil musik program atau pembelajaran praktik instrumen agar siswa-siswi tidak lalu lalang ketika mendapat mata pelajaran musik program dan musik reguler. Terlebih persoalan orang tua komplek Cemara Asri selain sebuah perumahan, komplek tersebut juga digunakan sebagai tempat berbisnis, tempat makan (restaurant), tempat rekreasi para masyarakat dengan adanya sebuah danau buatan menjadikan keramaian bagi orang yang ingin santai melihat danau, Berbelanja dan ingin melakukan sebuah kegiatan-kegiatan berbisnis, akibatnya dari keramaian tersebut sangat mengganggu anak yang tinggal diarea perumahan tersebut ketika mengulang pelajaran praktik instrumen dirumah.
153
5.5
Solusi Permasalahan Orangtua Solusi permasalahan orangtua sangat dibutuhkan dalam pembelajaran
praktik instrumen gitar sangat penting keikutsertaan orang tua dalam perkembangan seorang anak sangat dibutuhkan dalam mempelajari instrumen gitar. Persoalan dukungan, orangtua harus mengerti apa yang dilakukan anaknya ketika mempelajari instrumen gitar. kemudian orangtua harus mengerti kebutuhan seorang anak ketika mempelajari praktik instrumen seperti instrumen gitar baik, senar yang dipakai seorang anak, penyanggah kaki, buku pelajaran dan segala kebutuhan anak ketika berproses. Orangtua juga harus melihat waktu anak kesehariannya, apakah digunakan seorang anak dengan baik atau hanya mengikuti keinginan dari orangtua siswa. Kemudian orang tua harus menanyakan bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan anak dalam bermain instrumen gitar, apakah anak mengalami kesulitan pada bahan pembelajaran dan bagaimana seorang guru menyampaikan bahan ajar terhadap seorang anak permalahan ini snagat dibutuhkan untuk perkembangan seorang anak. Jika permasalahan ini diabaikan oleh orangtua maka seorang anak akan melakukan tanpa sebuah tujuan dan tanggung jawab terhadap apa yang anak pelajari.
154
5.6
Solusi Permasalahan Lagu “Here, There and Everywhere” Kurikulum ABRSM
155
Lagu memiliki sebuah struktur seperti (intro) mengawali sebuah lagu, (Verse) menjembatani untuk sebuah refren, (Chorus) disebut juga dengan reff, (Bridge) sebuah jembatan untuk memasuki sruktur lagu, (interlude) bagian yang dimainkan istrumen jarang sekali dengan suara/vocal, (Ending) bagian penutup dari sebuah lagu. Lagu Here, There and Everywhere, keseluruhan terdiri dari 29 birama, yang diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :
Intro terdapat pada birama pertama sampai birama ketiga (bar 1 – bar 3)
Verse terdapat pada kamar II, birama 11 ketukan ke 3 dan 4
Chorus terdapat pada birama 13 sampai pada birama 17 ketukan ke 2
Bridge terdapat pada satu birama melainkan terdiri dari ketukan pada birama 3 ketukan 3 – 4, untuk mengawali sebuah lagu, birama 12 ketukan 4 untuk mengawali sebuah reffrein, birama 24 ketukan ke 3 untuk sebuah penghabisan lagu
Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran)
Ending terdapat pada birama 25 ketukan ke 4 (up) samapai pada birama 29
156
5.6.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 4 sampai birama 6
Proses penerapan Anak melatih nada-nada yang tertulis dalam sebuah partitur secara berulang-ulang sesuai simbol untuk memperlancar anak bermain penjarian. Kemudian merilekskan anak dengan kesulitan yang terdapat pada bagian ini.
5.6.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 dan birama 8
Proses penerapan Dalam hal ini penulis membuat sebuah penjarian yang memainkan bentuk tangga nada yang diambil melalui nada-nada yang terdapat pada lagu Here, there and everywere. Solusi pembelajaran birama 8
Proses penerapan Kemudian melatih sebuah sinkopasi dalam sebuah notasi, agar siswa dapat bermain up tempo, dengan baik dan menggunakan rasa (feeling), serta tidak bingung ketika memainkan sinkop tersebut.
157
5.6.3 Solusi permasalahan proses penerapan birama 9 sampai birama 11
Proses penerapan Dimainkan dengan posisi I yang dimulai melalui tangan kanan jari telunjuk dilakukan berulang-ulang dengan penjarian yang benar. Solusi pembelajaran birama 10
Proses penerapan Penulis membuat sebuah penerapan penjarian yang dilakukan secara berurutan melalui bahan contoh pertama, tanpa mengelang jari (crossing) yang sesuai pada partitur lagu, birama ke 10 yang dihitung dari intro. Hal ini dilakukan penulis agar anak tidak merasa kesulitan dikarenakan sebelum memainkan teknik penjarian, posisi jari dan frame jari yang terdapat pada bagian sebuah lagu, anak memainkan sebuah teknik pengantar untuk sebuah teknik yang sulit pada lagu tersebut, kemudian setelah anak dapat memainkannya bahan contoh pertama secara baik, guru melatih nada dengan teknik yang terdapat pada lagu Here, there and everywhere.
158
5.6.4 Solusi permasalahan proses penerapan birama 13 sampai birama 15
Proses penerapan Mengajarkan anak tangga nada Bb mayor, hal ini dilakukan penulis dikarenakan terdapat sebuah modulasi pada lagu Here, there and everywhere, agar anak tidak merasa kesulitan melalui nada dan penjarian, ketika memainkan lagu Here, there and everywhere yang terdapat sebuah modulasi pada birama ke 10 pada ketukan ke 3 up tempo.
5.6.5 Solusi permasalahan proses penerapan birama 16 sampai birama
Proses penerapan Penulis memberikan sebuah contoh dengan melatih motif yang terdapat pada lagu Here, there and everywhere dengan aplikasi diberbagai posisi, yang dikhususkan penulis pada posisi ganjil I, III, dan V tanpa mengubah nada dari bagian lagu tersebut, hal ini dikarenakan dalam permainan instrumen gitar,
159
memainkan nada dengan sebuah teknik diberbagai posisi menjadi lebih menarik untuk dimainkan.
5.6.6 Solusi permasalahan proses penerapan birama 27 sampai birama 29
Proses penerapan Proses penerapan ini dilakukan sesuai dengan teknik arpeggio, tetapi dalam lesson ini, penulis membuat sebuah gubahan terhadap nada G yang digantikan menjadi F#. dikarenakan dalam lagu Here there and everywhere terdapat nada F# atau si pada Movable do dan fa pada fixed do.
160
5.7
Solusi Permasalahan Lagu “Ode to Joy” Kurikulum ABRSM
Lagu Ode to joy, keseluruhan terdiri dari 15 birama, yang bermain dengan nada dasar G mayor diawali sukat 4/4 yang terdiri dari :
Intro, tidak terdapat pada lagu Ode to joy, yang dimainkan langsung dengan melodi dasar
Verse terdapat pada birama 7, yang kembali pada akor I, bukan pada akord V atau V7
Chorus terdapat pada birama 8 sampai pada birama 11 tetapi terdapat sebuah penahanan nada (suspensi) sampai pada birama selanjutnya atau birama 12 ketukan pertama
Bridge tidak terdapat pada lagu Ode to joy Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran)
161
Ending terdapat pada birama 12 ketukan ke 2 sampai pada birama 15
5.7.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 4
proses penerapan Penulis membuat sebuah latihan kepada siswa untuk dapat memainkan melodi dasar dari lagu Ode to joy melalui sebuah petikan secara bersamaan yang dilakukan pada ibu jari P dengan M dipetik secara bersamaan melalui teknik tirando, tidak hanya pada jari P dan M tetapi guru dapat melatih P dan I secara bersamaan melalui bahan yang dibuat oleh penulis, jika anak masih kesulitan memainkan jari secara bersamaan.
proses penerapan Penulis kembali membuat permainan yang menggunakan jari secara bersamaan melalui P dan i, kemudian P dan M, kemudian P dan A, hal ini dikarenakan melodi dasar dan akord, bass maupun nada yang rendah pada lagu ode to joy, memiliki teknik yang jarak petikannya dari jarak merapat sampai pada menjauh, sebaliknya terdapat petikan dari menjauh hingga petikan merapat,
162
kemudian guru juga dapat melatih anak, melalui bahan yang dibuat oleh penulis dimulai dari birama terakhir dimainkan secara berurutan dengan tempo yang sama sampai pada birama pertama.
Proses penerapan Pada birama 5 sampai birama 8 tidak terlalu berbeda dengan birama 1 sampai 4, hanya saja siswa diajarkan dengan nada G jari 3 pada tangan kiri pada senar E yang terlihat pada ketukan terakhir birama 8.
5.7.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 10
Proses penerapan Penulis membuat
sebuah pelatihan dengan menahan nada bass
(suspension), kemudian setelah anak dapat bermain penahanan nada bass, guru dapat memberikan sebuah iringan kepada murid dengan mengikutsertakan melodi yang terdapat pada nada sopran.
163
5.8
Solusi Permasalahan Lagu “Nel Cor Piu Non Mi Sento” Kurikulum ABRSM
Lagu nel cor piu non mi sento, keseluruhan terdiri dari 20 birama, yang diawali sukat 6/8 yang terdiri dari : Intro tidak terdapat pada lagu nel cor piu non mi sento terdapat pada lagu tetapi memiliki sebuah okmat pada nada A Verse terdapat pada kamar birama 8 ketukan ke 2 dan ketukan 3-5 berhenti kemudian dilanjutkan dengan okmat
164
Chorus terdapat pada birama 8 ketukan kelima sampai pada birama 14 ketukan ke 3 Bridge tidak terdapat pada lagu ini Interlude (tidak terdapat hal ini dikarenakan lagu ini untuk sebuah pembelajaran) Ending terdapat pada birama 14 ketukan ke 6 sampai pada birama 20
5.8.1 Solusi permasalahan proses penerapan birama 1 sampai birama 2
Proses penerapan Penulis membuat tangga nada dengan sukat yang akan diajarkan seorang guru melalui patern 6\8. Dengan jari P, I, M, yang digunakan tangan kanan, kemudian 0,1,2,3 jari pada tangan kiri. Hal ini dilakukan penulis agar siswa dapat mengerti jarak sebuah nada baik naik dan turun dan sesuai dengan patren 6\8.
5.8.2 Solusi permasalahan proses penerapan birama 3 sampai birama 4
165
proses penerapan Penulis membuat sebuah pelatihan bertahap, melatih siswa dengan contoh pertama yang diulang terus-menerus sampai seorang siswa benar-benar mendapatkan penjarian yang baik dengan petikan yang sesuai dengan simbol penjarian. Kemudian setelah siswa dapat memainkan contoh pertama dengan baik, dilanjutkan dengan permainan yang menggunakan jari keempat. Hal ini dilakukan seorang siswa sampai menjadi sangat baik, kemudian setelah siswa dapat bermain dengan baik pada contoh pertama dan kedua, siswa memainkan nada yang sesuai dengan lagu nel cor piu non mi sento pada birama 3 dan 4.
5.8.3 Solusi permasalahan proses penerapan birama 5 sampai birama 6
proses penerapan Dalam hal ini penulis melatih sebuah penjarian secara bergantian yang berbentuk sebuah tangga nada, dilakukan siswa dengan posisi V yang mengikuti simbol penjarian pada tangan kiri.
5.8.4 Solusi permasalahan proses penerapan birama 8 dan birama 9
166
proses penerapan Penulis membuat frame yang sama pada posisi V dan posisi II dilakukan dengan melatih naik dan turun pada posisi V dan II, diawali dengan petikan apoyando kemudian guru dapat melatih siswa juga dengan petikan tirando, kemudian dapat ditambahkan dengan sebuah variasi ritme agar pembelajaran lebih menarik.
5.8.5 Solusi permasalahan proses penerapan birama 7 sampai birama 14
5.8.6 Solusi permasalahan proses penerapan birama 17 sampai birama terakhir
proses penerapan Penulis membuat sebuah pelatihan melalui posisi II secara crossing, pada jari 1,2 kemudian crossing terjadi pada jari ke 4, kemudian pergantian posisi dilakukan dengan mengubah penjarian yang dilakukan pada jari ke 4 posisi II, dimainkan pada jari 1 posisi V yang ditutup dengan jari ke 4 pada senar B.
167
Penulis mengharapkan, dengan membuat pelatihan tersebut, siswa dapat melatih pergantian posisi dan pergantian penjarian pada kolom yang sama.
168
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pendidikan musik. Faktor penghambat eksternal dan internal,
menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik.
Kemudian faktor orang tua, lingkungan belajar, guru, sekolah, menjadi hal utama untuk perkembangan siswa dalam pembelajaran praktik instrumen gitar. Kurangnya dukungan dari segala pihak menjadikan proses pembelajaran gitar di sekolah Chandra Kusuma menjadi kurang baik dan perkembangan siswa serta minat terhadap pembelajaran instrumen gitar menjadi menurun. Pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra kusuma tidak sepenuhnya mendapatkan permasalahan dari faktor penghambat eksternal dan internal, tetapi permasalahan kurang berminatnya anak dalam mempelajari bahan ajar dan mengembangkan bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma adalah sebuah pembelajaran yang menggunakan sebuah kurikulum. Kurikulum yang digunakan Chandra Kusuma adalah kurikulum ABRSM dengan sebuah metode yang diajarkan guru kepada seorang siswa ketika melakukan proses belajar-mengajar. Penerapan sebuah metode dan kurikulum adalah hal yang perlu diperhatikan seorang guru dan sekolah, ketika akan menggunakan sebuah kurikulum yang menjadi bahan ajar guru di sekolah kemudian diterapkan kepada seorang siswa melalui metode. Kurikulum ABRSM adalah sebuah kurikulum yang
169
digunakan seorang siswa untuk sebuah ujian dalam proses pembelajaran gitar di sekolah Chandra Kusuma School. Permasalahan kurikulum ABRSM sering terlihat dari kurangnya kesiapan seorang siswa mengikuti ujian, permasalahan ini terjadi karena kurang baiknya penyampaian seorang guru dalam pembelajaran, metode yang digunakan seorang guru kurang tepat dalam pembelajaran, kemudian permasalahan kurang mengertinya seorang guru terhadap sebuah kurikulum dalam pembelajaran praktik instrumen gitar.
6.2
Saran Permasalahan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan sebuah
kurikulum disekolah Chandra Kusuma memerlukan kerjasama yang baik antara seorang gura dan siswa. Guru dengan pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru dengan penyampaiannya yang menarik serta guru yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan ingin lebih dalam mempelajari praktik instrumen gitar di sekolah Chandra Kusuma. Terlebih seorang siswa yang menerima masukan dari seorang guru dalam pembelajaran instrumen gitar, sebaiknya siswa dapat mengembangkan dan mengulang kembali dirumah apa yang diberikan seorang guru ketika anak mempelajari instrumen gitar.
170
DAFTAR PUSTAKA Adler Samuel, The Study of Orchestration, New York, W.W. Norton and Company, 1989. Andhi Kurniawan Yohanes, Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi, Jakarta, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2011. Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta Bina Aksara, (2006).
Banoe Pono, Kamus Musik, Yogyakarta, PenerbitKanisius, 2003, Hal.223. Carlson Betty, Jane Stuart Smith, Karunia Musik, Surabaya, Penerbit Momentum, 2003. Dale, B.J.,Jacob& Anson, H.V., 1940, Harmony, counterpoint & Improvisation, Book 1, Borough Green Sevenoaks, Kent, 1940. Dewi, Damjanti Kusuma, “Definisi Pembelajaran”, dalam Jurnal Pembelajaran, 2004. Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta, Buku Baik, 2005). Gage, N.L., & Berliner, D. “Educational Psychology”, Second Edition, (Chicago: Rand Mc. Nally), 1979. Hucthing Arthur, Concerto dalam The New Grove Dictionary of Musik and Musicians (Stanley Sadie), Vol. 4, London,2002. Kamian Roger, Terj: Triyono Bramantyo, Pengantar Apresiasi Musik, Terjemahan dari buku Introduction to Music a Guide to Good, Yogyakarta, Institut Seni Indonesia, 1998. Lamb Norman, GUIDE TO TEACHING STRINGS, by Wm. United States of America, C. Brown Publishers, 1990. Mack Dieter, Ilmu melodi, Diatinjau dari segi Budaya Musik Barat Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995 Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 3, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995.
171
Mack Dieter, Sejarah Musik Jilid 4, Yokyakarta, Pusat Musik Liturgi, 1995. Messiaen Oliver , Translated by John Satterfield, The Technique of My Musical Language, AlphonseLeduc, Edition Muaicales,175, Paris, rue SaintHonore, 1966. Miller M. Hugh, History of Music, New York, 1973. Ottoman Robert W., Elementary Harmony, Theory and Practice-hall, Inc., USA, Englewood Cliffs, 1962. Persichetti, Vincent, Twentieth Century Harmony, Creative Aspect and Practice, Faber and Faber Limited, London, 3 Queen Square, 1978. Peter Larsen Jens, The New Grove Dictionary of Music & Musicians, Vol. 8 HHyporchema, London, 2002. Prier, SJ Karl-Edmund, Kamus Musik, Yogyakarta, Pusat Musik Liturgi, 2009, hal.92. Scholes A. Percy, The Oxford Companion to Musik, London, Oxford University Press, 1972. Stein Leon, Structure and Style, University of Music, New Jersey, 1979. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung, Alafabeta, 2009. Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (2009). Sukardi, Metodologi Penelitian Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2003.
Supriadi, “Psikologi Pendidikan”, dalam Jurnal Psikologi Pendidikan, 2006. Suryabroto, Soemadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada, 1995). Tabrani Rusyan Drs. A., dkk, “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1989. http://ratdix.wordpress.com/2008/08/23/tuning-stem-gitar/ (http://spitod.wordpress.com/2007/08/29/apa-itu-teknologi-apa-itu-teknik/
172
(http://generation-indonesia.niceboard.com/t383-gitar) Sumber Internet: http://banjirembun.blogspot.com/2012/04/pengertianprosespembelajaran. html http://kamusbahasaindonesia.org/teknik#ixzz2B28NgMT0 http://www.scribd.com/doc/99824013/Skripsi-ollie http://id.wikipedia.org/wiki/Gitar http://generation-indonesia.niceboard.com/t383-gitar http://www.jinkurakura.blogspot.com/2009/03/teori-scaledanchord-dasar.html http://www.scribd.com/doc/24558054/PENGERTIANMETODE
Drs. A. Tabrani Rusyan, dkk, “Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar”, 1989, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.