PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIF LEARNING PADA SISWA KELAS VI SDN 007 WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA : IMPLEMENTASI LESSON STUDY Purwanto Guru SD di Penajam, Paser Utara Abstrak: Pembelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan sekitar bukanlah hal yang baru, namun dalam pelaksanaanya guru sering menemukan kendala. Implementasi penerapan pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran sangat diperlukan guru guna menghindari verbalisme. Pembelajaran IPA dengan memanfaatkan lingkungan telah dilaksanakan di SDN 007 Waru Penajam Paser Utara secara kolaboratif. Implementasi pembelajaran dilaksanakan dengan lesson study untuk meningkatkan kompetensi guru yang melibatkan Kelompok Kerja Guru di Gugus II Waru. Kegiatan dilaksanakan dengan siklus plan-do-see. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model cooperatif learning. Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat dan ditemukan ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, baik dari sisi guru maupun siswa. Kata kunci: cooperative learning, lesson study
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip–prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat memberi pemahaman dan wawasan bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006:484). Pembelajaran IPA memberi kesempatan pada siswa, khususnya siswa sekolah dasar, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai warga negara yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Melalui pendidikan IPA, diharapkan siswa dapat memahami dan peduli terhadap kejadian atau peristiwa di lingkungan tempat tinggalnya. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberikan pengalaman langsung, menjelajahi, dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2006:
484). Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pembelajaran IPA tersebut memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru di kelas. Upaya untuk melaksanakan pembelajaran IPA yang memberikan pengalaman langsung pada siswa belum terlaksana secara optimal di sekolah, termasuk pembelajaran IPA di kelas VI SDN 007 Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Pada pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan, guru cenderung memberikan pembenaran diri atas segala pelaksanaan pembelajarannya. Kegiatan yang dilaksanakan di kelas dianggap merupakan sesuatu yang paling benar menurut pengetahuan dan pengalaman guru. Pembelajaran di kelas VI SDN 007 Waru selama ini belum pernah diamati oleh pihak lain, kecuali pengawas dan kepala sekolah. Pengamatan pembelajaran yang dilakukan pengawas dan kepala sekolah cenderung bersifat formalitas dengan sedikit masukan bagi guru. Hal ini menyebabkan guru tidak mengetahui kekurangan pembelajarannya dan beranggapan bahwa pembelajaran yang dilakukannya sudah 56
Purwanto, Pembelajaran Model Kooperatif Learning, 57
optimal. Padahal, pembelajaran yang dilaksanakan guru mengutamakan proses ceramah, siswa diajak untuk menghapal materi, mendengarkan cerita dan penjelasan guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak memiliki pengalaman untuk mengamati, bereksplorasi, diskusi antar kelompok, dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPA yang dapat memperbaiki proses belajar siswa. Salah satu upaya peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas VI SDN 007 Waru Kabupaten Penajam Paser Utara dilakukan dengan lesson study. LESSON STUDY Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Lewis 2002 dalam Ibrohim, 2010). Lesson study bukan merupakan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan yang dapat menerapkan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan komunitas pembelajaran serta berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Lewis (2002, dalam Ibrohim, 2010) menyatakan bahwa lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan peningkatan sistem pendidikan yang luas. Lewis menguraikan bagaimana hal tersebut dapat terjadi dengan membahas lima jalur yang dapat dicapai lesson study yaitu 1) membawa tujuan standar pendidikan ke alam nyata di dalam kelas, 2) menggalakkan perbaikan dengan dasar data, 3) mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, 4) menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan pembelajaran, dan 5) menjunjung tinggi nilai guru. Lesson study memungkinkan guru untuk 1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi
pokok yang diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan siswa, 5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, 6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, 7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui „mata‟ siswa dan kolega (Lewis 2002 dalam Ibrohim, 2010). Lesson study dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memahami siswa dengan lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama dengan guru lain (Rahayu. 2006). Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama dan menentukan salah satu guru untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan guru lainnya mengamati belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru tersebut berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi (Richardson, 2004). Lesson study adalah kegiatan bersama yang mengembangkan pembelajaran melalui rangkaian siklus Plan-Do-See. Plan merupakan kegiatan merencanakan pembelajaran yang akan diimplementasikan di kelas pembelajaran. Termasuk dalam tahap ini adalah membuat kesepakatan seorang guru yang diberi tugas mengimplementasikan rancangan pembelajaran, pembagian tugas observer, penentuan moderator dan notulen pada saat refleksi. Do merupakan kegiatan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang dihasilkan pada tahap plan. See merupakan kegiatan mengamati pembelajaran oleh guru lain (observer). Pengamatan dilakukan oleh seluruh anggota kelompok (guru yang tidak bertugas mengajar, dosen dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan plan). Fokus pengamatan kegiatan ini adalah perilaku siswa (aktivitas, sikap dan cara berpikir siswa) selama pembelajaran. Refleksi dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi untuk membahas kekurangan dalam mengimpelemtasikan rancangan pembelajaran yang dihasilkan pada tahap plan yang ditemukan selama pengamatan. Meskipun fokus pengamatan dilakukan
58, J-TEQIP, edisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011
pada perilaku siswa, hasil refleksi merupakan perbaikan terhadap cara guru untuk membelajarkan siswa (Lewis, 2002:1). Pelaksanaan lesson study di SD Negeri 007 Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara ditujukan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Pembelajaran IPA dilaksanakan dengan menerapkan cooperative learning (pembelajaran kooperatif) yang memanfaatkan lingkungan sekolah. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar siswa, baik yang hidup maupun tak hidup, yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung bagi kehidupan siswa. Dalam hal ini termasuk hewan, tumbuhan dan organisme lain serta manusia dengan segala aktivitas di dalamnya. Seberapa terpencilnya suatu sekolah minimal memiliki empat jenis sumber belajar diantaranya masyarakat di sekeliling sekolah, lingkungan fisik meliputi bendabenda di sekolah, bahan-bahan sisa yang tidak terpakai, dan peristiwa alam yang mungkin terjadi. Pemilihan pembelajaran kooperatif didasarkan pada kurang maksimalnya pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan sehingga tidak menarik bagi siswa dan kesepakatan guru-guru yang tergabung dalam kelompok guru di SD Negeri 007 Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan dapat memupuk kerja sama siswa antar anggota kelompok dan terjadi interaksi yang baik antar anggota kelompok. PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) Cooperative learning (CL) atau pembelajaran kooperatif yang membuat siswa yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, dan meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok (Suyanto, 2008).
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa, yang dapat terwujud dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, serta saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi dan mampu membangun hubungan interpersonal. Pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah: (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) berbicara secara produktif dan saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, dan (8) siswa aktif (Stahl, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Pendekatan tersebut diintegrasikan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari, serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan, seperti perpustakaan, alam sekitar, atau para pakar. Kegiatan seperti ini memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan
Purwanto, Pembelajaran Model Kooperatif Learning, 59
kelompoknya, untuk mengembangkan pengetahuannya. Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan tumbuhnya rasa bebas mengeluarkan pendapat di antara siswa dengan siswa ataupun antara siswa dengan guru dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras dan saling berdiskusi dalam kelompok. Selanjutnya guru serta siswa lain dapat melacak pendapat siswa tersebut tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji di dalam kelompok. Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi keterampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai bidang studi, seperti bahasa, masalah-masalah sosial ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta keterampilan dan masalah-masalah lainnya (Suyanto, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada dasarnya pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar bukan hal yang baru, namun tidak bisa dipungkiri dalam pelaksanaanya sering menemui kendala, artinya banyak guru yang merasa kesulitan dalam mengemas lingkungan dan membawanya kedalam pembelajaran. Namun demikian sebagai guru dituntut untuk selalu kreatif dan menciptakan hal-hal yang baru sehingga pembelajaran akan selalu segar, dan menyenangkan. Salah satu kegiatan Lesson Study yang memanfaatkan lingkungan sebagai media belajar, telah dilaksanakan oleh di
Kecamatan Waru dan Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara. Kegiatan lesson study dilakukan dengan 3 tahap, yaitu plan-do-see. Tahap Persiapan (Plan) Tahap persiapan merupakan tahap yang paling penting dalam rangka menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam perencanaan ini disusun perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan lembar observasi. RPP disusun dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Materi yang dibelajarkan didasarkan pada Standar Kompetensi, yaitu Memahami faktor penyebab perubahan benda, dan Kompetensi Dasar, yaitu Menjelaskan faktorfaktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan. RPP disusun bersama oleh beberapa guru kelas VI. Kegiatan yang dilakukan pada penyusunan RPP ini tidak hanya menyusun saja, tetapi juga membahas tentang kelebihan-kelebihan dan kekurangankekurangan RPP yang disusun. Selanjutnya, RPP yang sudah tersusun dibahas dalam forum KKG untuk mencermati halhal yang perlu ditambahkan dan dikurangi. Dengan demikian, RPP yang tersusun diharapkan dapat membelajarkan siswa, membangkitkan partisipasi aktif siswa akan tercapai, yang pada akhirnya siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan hasil diskusi pada tahap plan, ada beberapa perbaikan pada penyusunan dan pembahasan RPP, yaitu; a. Pada tujuan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan siswa tidak perlu dituliskan, misalnya “Melalui pengamatan siswa mampu mendeskripsikan perubahan benda, dikoreksi menjadi “Siswa mampu mendeskripsikan perubahan benda”. Alasan perbaikan adalah dikawatirkan siswa hanya melakukan pengamatan saja, padahal banyak cara yang dapat dilakukan siswa agar dapat mendeskripsikan perubahan benda.
60, J-TEQIP, edisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011
b. Gambar-gambar pelapukan benda lebih diperjelas agar siswa lebih fokus terhadap jenis pelapukan yang terjadi. c. Perlu perbaikan redaksi pada beberapa bagian RPP sehingga lebih mudah dipahami guru. Tahap Pelaksanaan (Do) Tahap Do merupakan tahap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun pada tahap plan. Tahap ini biasa disebut tahap open class. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di SDN 007 Waru Kecamatan Waru pada tanggal 24 Nopember 2010 tahun pelajaran 2010/2011. Open class dihadiri oleh guruguru peserta lesson study dari anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus II Waru, kepala sekolah, dan dosen pembimbing dari UM. Pada tahap pelaksanaan (do), kegiatan yang dilakukan adalah menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap plan. Penulis bertindak sebagai guru model sedangkan guru-guru yang lain dan pendamping bertindak sebagai pengamat (observer). Pengamatan yang dilakukan oleh para observer diarahkan pada aktivitas belajar siswa dengan berpedoman pada tata tertib menjadi observer dan pedoman pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Observer bukan mengamati guru mengajar, tetapi mengamati siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum pelaksanaan do, satu minggu sebelumnya, guru model meminta siswa untuk mencari kayu yang lapuk dan ditumbuhi jamur, batu yang berlumut, batu yang terkikis oleh panas dan hujan, buah yang busuk, serta rayap. Kegiatan ini dilakukan secara kelompok dengan anggota 4 orang per kelompok. Penetapan anggota kelompok dilakukan secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru model. Guru model menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan, prosedur kegiatan siswa di setiap kelompok, dan teknik pengamatan pada media yang telah disiapkan. Selanjutnya guru
model mengajak siswa ke luar kelas untuk mengamati media yang telah disiapkan. Siswa mengamati dan mencermati media kayu yang lapuk dan ditumbuhi jamur, batu yang berlumut, batu yang terkikis oleh panas dan hujan, buah yang busuk, serta rayap. Selama pengamatan, guru model bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa belajar. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru lain yang bertindak sebagai observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa. Selama pengamatan, observer tidak diperkenankan memberikan bantuan kepada siswa dalam bentuk apapun, namun memberikan pengamatan secara obyektif pada siswa bahkan ekspresi dan respons siswa pun tidak luput dari pengamatan observer. Hasil pengamatan pembelajaran oleh observer menunjukkan bahwa siswa telah belajar dengan aktif tanpa diminta guru. Hal ini teramati oleh pengamatan hampir semua observer yang menyatakan bahwa siswa telah melakukan pembelajaran sejak awal pembelajaran ketika siswa melakukan pengamatan pada media bunga nyata di kelompok masing-masing. Hal ini membuktikan betapa media nyata yang siswa bawa telah memberikan pengetahuan dan kenyamanan belajar yang luar biasa, sehingga siswa seakan merasa sedang bermain-main namun sebenarnya siswa telah mempelajari ilmu pengetahuan yang begitu mudahnya dan telah melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Setiap anggota kelompok telah aktif belajar dengan sendirinya, sementara guru sedikit bicara dan bertindak sebagai fasilitator serta mendampingi siswa dalam belajar. Disinilah terjadi lompatan-lompatan pengetahuan dimana siswa banyak menemukan fakta, diantaranya bagian bunga seperti serbuk sari, putik bakal buah, mahkota bunga, kelopak bunga mereka identifikasi satu persatu yang akhirnya siswa benar-benar melihat fakta dari bunga yang diamati siswa. Penggunan media nyata mampu meningkatkan kekritisan siswa terhadap sesuatu yang ditemukan dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan. Selain itu, belajar kelompok mampu menumbuhkan
Purwanto, Pembelajaran Model Kooperatif Learning, 61
rasa kebersamaan dan kerja sama antar anggota kelompok yang tercermin dalam interaksi dan tanya jawab antar siswa. Tahap Refleksi (See) Setelah guru model melaksanakan pembelajaran, tahap berikutnya adalah refleksi sebagai bentuk perenungan dan evaluasi pelaksanaan Lesson Study. Refleksi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan belajar siswa, kreativitas, kerja sama, dan proses belajar siswa secara keseluruhan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakannya. Kegiatan refleksi dipimpin oleh moderator. Guru model diberi kesempatan untuk mengungkapkan proses pembelajaran dan hasil refleksinya. Selanjutnya, seluruh observer diberi kesempatan untuk mengemukakan hasil pengamatannya berdasarkan fakta-fakta yang teramati selama pembelajaran. Selama kegiatan refleksi, moderator memandu kegiatan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran yang muncul dan bersama-sama dengan guru lainnya menemukan solusi kontruktif terhadap permasalahan tersebut. Moderator juga memantau kegiatan diskusi berdasarkan rambu-rambu kegiatan refleksi.
No 1
2
3
4
Bila ada observer yang memberikan kritik langsung terhadap guru berdasarkan opisi dan pengalamannya, moderator langsung memberikan teguran pada observer tersebut agar memberikan hasil pengamatannya berdasarkan fakta yang ditemukan selama pelaksanaan pembelajaran (DO). Di akhir kegiatan refleksi, moderator membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi dan memberikan kesempatan kepada pakar (dosen pembimbing dari Universitas Negeri Malang) untuk memberikan masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan lesson study. Secara keseluruhan, hasil observasi pembelajaran oleh observer terhadap pelaksanaan pembelajaran tentang bagianbagian bunga dalam kegiatan Lesson Study di SDN 00 Kecamatan Waru terlaksana dengan baik. Berdasarkan data respon siswa dalam pelaksanaan kegiatan Lesson Study menunjukan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran IPA tentang bagian-bagian bunga. Hal ini ditunjukkan dengan antu-siasme siswa yang terangkum dalam for-mat pengamatan yang dilakukan oleh observer. Hasil pengamatan observer terkait kegiatan belajar siswa dapat dilihat dalam rekapitulasi hasil pengamatan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran. Permasalahan Hasil Observasi Apakah semua siswa benar-benar Dari 5 observer menyatakan bahwa siswa telah mengikuti telah belajar tentang topik dengan baik pada tiap – tiap kelompok ketika media berupa pembelajaran hari ini? Bagaimana bunga diberikan pada siswa, dan antusiasme siswa sangat proses mereka relajar? terlihat. Siswa mana yang tidak dapat Terdapat 3 siswa yang kurang dapat belajar, sesuai fakta mengikut kegiatan pembelajaran siswa tersebut tidak kebagian bunga mengingat ada beberapa pada hari ini? bunga pada kelompok tersebut bunganya rusak karena berebut ingin mengamati. Mengapa siswa tersebut tidak dapat Beberapa temuan yang diperoleh observer ada siswa yang belajar dengan baik? Menurut tidak dapat belajar dengan baik karena berkelompok dengan Anda apa penyebabnya dan siswa laki-laki bagaimana alternatif solusinya Pada kelompok III terdapat siswa yang uring-uringan karena menurut Anda? melihat kelompok lain dalam melakukan pengamatan terlalu ribut. Bagaimana usaha guru/dosen Guru telah berupaya memberikan motifasi pada seluruh dalam mendorong siswa, melalui bimbingan pada kelompok kelompok yang 5siswa/mahasiswa yang tidak aktif mengalami kesulitan untuk belajar? Motivasi diberikan secara baik sehingga siswa belajar dengan lebih kreatif danmenyenangkan Siswa merasa mendapatkan perhatian lebih dari guru
62, J-TEQIP, edisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011
5
Pelajaran berharga apa yang dapat Anda petik dari pengamatan pembelajaran hari ini?
sehingga mereka merasakan kasih sayang dari guru lebih maksimal. Terjadi lompatan materi, dimana siswa menemukan fakta sebagai hasil dari pengamatan bersama kelompoknya. Terjadi kerja kelompok dimana ada salah satu siswa yang tidak mau berteman dengan siapapun, ketika pelaksanaan Lesson Study dengan senang hati ia mau berteman dan sejak saat itu ia mau berteman dengan siapa saja. Guru tidak perlu banyak bicara mengingat siswa telah dengan baik melakukan proses belajar, sehingga peran guru sebagai fasilitator telah berjalan sebagaiman mestinya.
Hasil refleksi menunjukkan adanya kekurangan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil refelksi tersebut selanjutnya dilakukan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Hasil perbaikan RPP dapat digunakan oleh seluruh guru yang bertindak sebagai observer sehingga diharapkan perbaikan RPP tersebut dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran di masing-masing kelas. Dengan demikian, diharapkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.
1.
SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam kegiatan Lesson Study dengan memanfaatkan media alam sekitar di SD 007 kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara dapat disimpulkan bahwa:
3.
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas, 2006. Permendiknas 2006: Standar Isi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional. Ibrohim. 2010. Panduan pelaksanaan Lesson Study. Malang: Universitas Negri Malang. Lewis, C. C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philedelphia, PA: Research for Better School, Inc.
2.
Kegiatan Lesson Study dapat dijadikan sebagai alternatif pelatihan bagi guru untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang diimplementasikan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa, siswa tampak senang, antusias dan sangat aktif dalam melaksanakan seluruh kegiatandalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan pemanfaatan media nyata mampu meningkatkan pengetahuan siswa dari segi afektif Guru dan siswa bersikap positif terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan, sebab guru secara langsung dapat mempraktekan prinsipprinsip pembelajaran IPA dengan baik, sedangkan siswa dapat belajar dengan baik karena mendapatkan cara belajar yang menyenangkan.
Rahayu, S. 2006. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Lesson study. Makalah. Disajikan dan Workshop Lesson study yang diselenggarakan oleh FMIPA Universitas Negeri Malang, 6 April 2006. Suyanto, K. 2008. Model Pembelajaran. Bahan Pelatihan PLPG. UM