PEMBELAJARAN MENYIMAK CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING
Oleh : Cece Gosul NIM.08.21.0838 Email :
[email protected] PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012 ABSTRAK Judul penelitian ini adalah “ Pembelajaran Menyimak Cerpen Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning “. Judul tersebut diambil atas permasalahan dalam menyimak yang penulis temukan baik dalam lingkungan sekolah ataupun pada kehidupan sehari – hari. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah.2) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012.Atas dasar itu, peneliti menetapkan hipotesis sebagai berikut :1)Kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah.2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen pada prinsifnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab-akibat. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :1)Kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah. Ini terbukti dengan diperolehnya nilai rata – rata pretes sebesar 54,82 karena masih di bawah nilai rata – rata yang penulis tetapkan, yaitu 60. 2)Rata – rata postes adalah 75,29Nilai postes didapat setelah sampel diberi treatment ( metode cooperative learning ). Artinya terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari sebelumnya (pretes) sebesar 20,46. 3)Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Ini terbukti dengan diperolehnya harga thitung sebesar 6,912 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95% adalah 2,052 dengan derajat keabsahan db= 27. Hal ini berarti t hitung > ttabel atau 6,912 > 2,052. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa Pembelajaran Menyimak Cerpen Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning baik dan efektif , sehingga mudah dipahami dan mendorong keefektifan siswa
Kata Kunci : Menyimak, Cerpen , Cooperative Learning
PENDAHULUAN Sekolah menengah pertama merupakan lembaga pendidikan lanjutan dan sangat menentukan untuk jenjang pendidikan berikutnya. Oleh sebab itu siswa harus memiliki modal untuk mencapai keberhasilan
tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia pada sekolah menengah pertama meliputi empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Peranan keterampilan menyimak dalam proses pembelajaran sangat penting. Bahkan merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan belajar seseorang. Tarigan ( 1986 : 61 )
mengemukakan bahwa Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh siswa didapat dengan menyimak. Menurut Tarigan ( 1986 : 1 ), kegiatan belajar mengajar tentang bahasa di sekolah formal diarahkan untuk meningkatkan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Latihan-latihan menyimak itu sangat perlu diberikan kepada anak-anak sejak mereka duduk di sekolah dasar, karena mempunyai nilai formal, yaitu melatih fungsi pendengaran dan pemusatan perhatian. Latihan-latihan itu besar sekali artinya untuk menambah perbendaharaan kosakata dan bahasa.Latihan-latihan menyimak itu dapat dikatakan sebagai dasar bagi pengajaran bahasa terutama bahasa Indonesia. Oleh karena itu latihan-latihan menyimak harus diajarkan. Inovasi dalam metode pembelajaran merupakan bagian dari desain pembelajaran dan dihasilkan dari adanya daya kreatifitas guru dalam melakukan penelitian terhadap metode dan teknik yang baik ketika pembelajaran berlangsung. Penggunaan pendekatan, metode atau teknik yang baik sangat mempengaruhi hasil akhir dari kegiatan tersebut. Untuk itu, kegiatan pengajaran menyimak pun haruslah dilakukan dengan menggunakan salah satu pendekatan, metode atau teknik yang cocok. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
sejauh mana kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 ? b. Apakah ada pengaruh dari penggunaan metode Cooperative Learning dalam pembelajaran menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 ? tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kemempuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. b. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari penggunaan metode Cooperative Learning dalam pembelajaran menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 masih rendah. b. Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode Cooperative Learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP AL-RUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012.
KAJIAN TEORI DAN METODE Menurut Susilana (2006 :98), pembelajaran adalah suatu interaksi antara guru dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Beliau juga mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha untuk menjadikan seseorangmelakukan kegiatan belajar. Di antara dua pandangan di atas, yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa, itu harus seimbang , yakni adanya komunikasi timbale balik antara siswa dan guru, serta siswa dengan siswa sehingga lingkungan belajar menjadi tempat yang paling nyaman untuk belajar bagi setiap siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. (Sudjana, 1989 : 28). Sedangkan menurut Witherungton (1952), belajar merupakan suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau kepandaian. Rudi Susilana (2006 : 93) berpendapat bahwa proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi dimana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan yang diinginkan.belajar adalah memfasilitasi individu untuk menjadi sebagai peserta belaiar, kebutuhan akan sumber pendorong, situasi belajar, yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar Secara sekilas antara kata mendengar dan kata mendengarkan dan kata menyimak tidak ada perbedaan, tetapi bila ditelaah lebih lanjut ternyata mempunyai makna yang berbeda. Hal ini juga diungkapkan oleh Tarigan ( 1994 : 27 ) bahwa “ Terdapat perbedaan antara kata mendengar dan menyimak. Dalam bahasa Inggris mendengarkan berarti to hear, sedangkan menyimak berarti to listen atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing yaitu hearing dan listening”. Berdasarkan uraian tersebut, mendengar dapat dibatasi dengan suatu proses menerima bunyi bahasa dari suatu alat dengar tanpa disertai perhatian dan
pemahaman serta diterima tanpa ada unsur kesengajaan, sedangkan menyimak dapat dibatasi sebagai suatu proses mendengar, kemudian mampu menginterpretasikan lambang-lambang yang disampaikan secara lisan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tarigan (1994 : 28 ) bahwa “ menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Tarigan ( 1994 : 57 ) dalam bukunya “ Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa” menyipulkan tujuan menyimak ada delapan, yaitu : 1. Menyimak untuk belajar, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. 2. Menyimak untuk menikmati, yaitu untuk mendapatkan kenikmatan terhadap suatu dari materi yang diujarkan atau didengarkan atau dipagelarkan. 3. Menyimak untuk mengkomunikasikan ideide, gagasan-gagasan, maupun perasaanperasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. 4. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu untuk menilai apa –apa yang dia simak itu ( baikburuk, indah-jelek, dan lain-lain ). 5. Menyimak untuk mengapresiasi, yaitu untuk menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya. 6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, mana bunyi yang membedakan arti dan bunyi yang tidak membedakan arti. 7. Menyimak untuk memecahkan masalah, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8. Menyimak untuk meyakinkan dirinya teradap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan. Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek). cerpen mempunyai ciri – ciri, ceritanya pendek, bersifat rekaan ( fiction ), bersifat naratif, dan memiliki kesan tunggal. Cerpen sebagai karya fiksi dibangun dari dua unsur yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca
karya sastra. Unsur inrtinsik pada cerpen adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur tersebut adalah tema, plot. Penokohan, pelataran, sudut pandang, bahasa dan moral (amanat). Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga terdiri dari beberapa unsur, yaitu : Keadaan subyektif individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Psikologi, baik pengarang maupun pembaca. Pandangan hidup suatu bangsa. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Menurut Anita Lie dalam bukunya “ Cooperative learning “, bahwa metode Cooperative Learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur – unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal – asalan. Roger dan Dafid Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bias dianggap Cooperative learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu :Saling Ketergantungan Positif ;Keberhasilan suatu sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.Tanggung Jawab Perseorangan ; Jika tugas dan pola penilaian dibuat prosedur metode Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam metode Cooperative Learning membuat persiapan dan menyususn tugas sedemikian rupa sehingga masing – masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.Tatap Muka.;Dalam Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekuranganKomunikasi Antar Anggota.;Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. Evaluasi Proses Belajar ;Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerjasama dengan lebih efektif Menurut Winarno Surakhmad ( 1989 : 131 ), Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mencpai suatu tujuan. Misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan teknikteknik serta alat-alat tertentu. Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sukardi ( 2003 : 179 ), metode penelitian eksperimen pada prinsifnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab-akibat. Agar peneliti mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antara variabel yang ada dalam konteks penelitian dan apa yang hendak dilakukan oleh seorang peneliti, oleh karena itu peneliti membuat desain penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian model praeksperimen ( Sukardi, 2003 : 184 ). Untuk memperoleh data penelitian yang lengkap, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai berikut : a.
Telaah Pustaka, dengan teknik ini penulis menggunakan buku-buku yang berkenaan dengan teknik pembelajaran menyimak. Selain itu juga menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa. Khususnya menyimak dan buku pendukung lainnya. b. Penugasan, penulis memberikan tugas kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Tugas yang dikerjakan siswa yaitu menyimak cerita pendek yang disajikan oleh penulis dan kemudian siswa mengerjakan soal latihan yang penulis berikan. c. Teknik Tes, teknik tes dilakukan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan menyimak siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali. Tes pertama dilakukan sebelum pembelajaran ( pretes ), dan tes kedua dilakukan setelah kegiatan pembelajaran ( postes ). Data yang diperoleh melalui pengumpulan data ini, selanjutnya penulis olah untuk menghasilkan suatu hasil penelitian. Teknik yang penulis gunakan dalam mengolah data penelitian adalah sebagai berikut :
a.
Teknik Analisis, teknik analisis digunakan uintuk mengolah serta menganalisis data penelitian mulai dari penyusunan silabus, model pembelajaran, praktek pelaksanaan sampai pada hasil proses belajar mengajar. b. Teknik Uji t, teknik ini digunakan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut dilakukan dengan cara menghitung hasil tes ( pretes dan postes ) secara statistik. Rumus statistika digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai antara pretes dan postes, atau untuk mengetahui taraf signifikan antara pretes dan postes. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan rumus Distribusi t yang dikembangkan oleb W.S Gosset pada tahun 1908 ( Usman, 2006:112 ). Untuk mengetahui nilai thitung penulis menggunakan rumus penghitung yang dikembangkan oleh Gosset (Suharsimi, 2006: 306) yaitu sebagaimana terlihat di bawah ini a. Menghitung mean deviasi (Md) dengan rumus:
d
b.
Md = 𝑛 Mengitung nilai kuadrat deviasi dengan rumus: (∑𝑑)2
c.
∑𝑋 2 𝑑 = ∑𝑑2 − 𝑛 Mencari nilai koefisien t atau thitung dengan 𝑀𝑑 rumus: t = 2 ∑𝑥 𝑑 𝑛 (𝑛 −1)
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nilai hasil perhitungan maupun pengukuran pada siswa kelas VII SMP ALRUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 54 siswa. Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti, peneliti mengambil sampel semua anggota populasi, yaitu siswa kelas VII A SMP ALRUSTALA Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Bogor Tahun Pelajaran 2011 / 2012 sebanyak 28 orang. Hal ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto ( 1989 : 100 ). Jika populasi lebih dari 100 siswa, maka sampel dapat diambil 10%, 15%, 25% atau lebih dan jika kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa a.
Rata – rata nilai pretes adalah 54,82 Rata – rata nilai pretes dapat digunakan sebagai gambaran awal dari sampel sebelum ada treatment yaitu berupa variabel terikat ( metode cooperative learning ).
b.
c. d. e.
Tujuan yang pertama dari penelitan ini adalah untuk mengetahui kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Dengan diperolehnya nilai rata – rata pretes sebesar 54,82, ini membuktikan bahwa kemampuan menyimak pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala masih rendah karena dibawah nilai rata – rata yang penulis tetapkan, yaitu 60. Rata – rata postes adalah 75,29 Nilai postes didapat setelah sampel diberi treatment ( metode cooperative learning ). Artinya terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari sebelumnya (pretes) sebesar 20,46. Mean deviasi ( Md ) adalah 20,46. Jumlah kuadrat deviasi ( x2d ) adalah 6638,96 Mencari koefisien t hitung 𝑀𝑑 t hitung = 2 ∑𝑥 𝑑 𝑛 (𝑛 −1)
kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 ?. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretes dan postes yang dilakukan pada sampel penelitian. Dengan rata – rata pretes sebesar 54,82 dan rata – rata postes sebesar 75,29 , ini artinya terdapat peningkatan nilai rata – rata sebesar 20,46. Berdasarkan statistik diperoleh harga thitung sebesar 6,896 dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95% adalah 2,052 dengan derajat keabsahan ( db ) 27. Hal ini berarti thitung > t tabel. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode cooperative learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. DAFTAR PUSTAKA
t hitung = 6,912 Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode cooperative learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Ho :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode cooperative learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012. Hipotesis nol ( Ho ) kemudian di uji dengan menggunakan uji t. Berdasarkan perhitungan didapat nilai thitung sebesar 6,912. Dari hasil uji tes didapat ttabel sebesar 2,052 dengan taraf signifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan derajat keabsahan ( db ) sebesar 27. Dengan demikian thitung > ttabel , maka hipotesis nol ( Ho ) ditolak dan hipotesis altenatif diterima dengan tingkat kepercayaan 95%. hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode cooperative learning terhadap kemampuan menyimak cerita pendek pada siswa kelas VII A SMP Al-Rustala kecamatan Tanjungsari kabupaten Bogor tahun pelajaran 2011 / 2012 SIMPULAN Simpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, yaitu : Apakah ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode cooperative learning terhadap
Anita Lee. 2004. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. [1-30] Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Sukardi. 2003. Metodologi penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT. Bumi Aksara. P [179-185] Tarigan, HG. 1994. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa. P [1-61]
.