ARTIKEL
PEMBELAJARAN MELALUI STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DANBERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMK DI KOTA TASIKMALAYA
Artikeldiajukansebagaisalahsatusyarat untuk MemperolehGelar Magister PendidikanMatematika di Universitas Terbuka setelahdinyatakan LULUS padasidangTugasAkhir Program Magister (TAPM)
Disusun oleh :
Linda Herawati NIM. 016970246
LEARNING THROUGH REACT STRATEGY TO INCREASE THE CAPABILITY OF UNDERSTANDING AND CRITICAL THINKING MATHEMATICS OF VOCATIONAL SCHOOL STUDENT IN TASIKMALAYA
By: Linda Herawati
[email protected]
Abstract
The research was conducted to analyze increasedof the capability of understanding mathematics and critical thinking mathematics of studentbetwenthe student through REACT strategieswith conventional learning and analyze a difference of the capability of understanding mathematics and critical thinking mathematics of student compared to students who obtained through REACT strategieswith conventional learning in terms of high-level capabilities, medium, and low. The method of this study was quasi experiment and non randomized pretest-postes control group design was applied in this study. The population of this study was one of vocational school in Tasikmalaya. The data were collected trough pretest and posttest of the capability of understanding and critical thinking mathematics of student. The data were analyzed quantitativaley. The results showed that : (1)
Students who obtained learning through
REACT strategy experiencing significantly increasedof the capability of understanding mathematics of student better than students who obtained conventional learning (2) Students who obtained learning using the REACT strategy indicated there is a difference of the capability of understanding mathematics of student compared to students who obtained conventional learning in terms of high-level capabilities, medium, and low (3)Students who obtained learning through REACT strategy experiencing significantly increasedof the capability of critical thinking mathematics of student better than students who obtained conventional learning (4) Students who obtained learning using the
REACT strategy indicated there is a difference of the capability of critical thinking mathematics of student compared to students who obtained conventional learning in terms of high-level capabilities, medium, and low. This means that the REACT strategy can increase the capability of understanding and critical thinking mathematics of student.
Keywords:the REACT strategy, the capability of understanding, critical thinking mathematics
PEMBELAJARAN MELALUI STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TASIKMALAYA
Oleh: Linda Herawati
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis siswa antara yang mengikuti pembelajaran melaluistrategi REACT dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional dan menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis siswaantara yang mengikuti pembelajaran melaluistrategi REACT dengan yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Metode penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan desain penelitian non randomized pretest-postes control group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X dari salah satu sekolah kejuruan di Tasikmalaya. Instrumen yang digunakan adalah pretes dan postes kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis siswa. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Siswa yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT secara signifikan mengalami peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang lebihbaikdaripada siswa yang mengikutipembelajarankonvensional (2) Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategiREACTmenunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah (3) Siswa yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT secara signifikan mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang lebih baik daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional (4) Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini berarti strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis siswa.
Kata kunci: Strategi REACT, kemampuan pemahaman dan kemampuan berpikir kritis matematis.
PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sehingga diperlukan kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Oleh sebab itu, matematika harus dipelajari siswa pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sumarmo (2003) dalam kajiannya tentang pembelajaran matematika sekolah bahwa dari penerapan strategi melayani siswa secara sama diubah menjadi memerhatikan siswa sesuai dengan kebutuhannya; semula guru menetapkan tujuan pembelajaran
dimana siswa mengingat
informasi
dan prosedur
penyelesaian berubah menjadi pencapaian pemahaman mendalam, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan siswa menemukan makna konsep yang dipelajari karena mereka aktif belajar selama pembelajaran. Bagi seorang siswa keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang cemerlang. Matematika akan menunjang dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan matematika dapat menyiapkan siswa untuk bersaing dan kompetisi di berbagai bidang. Rendahnya prestasi belajar dalam matematika juga merupakan sebuah kenyataan yang ada di masyarakat, didukung fakta belum memuaskannya pemahaman matematis terlihat dalam nilai rata-rata matematika siswa SMK pada Ujian Nasional lima tahun terakhir, relatif merupakan nilai terendah dari semua mata pelajaran yang diujiankan (Depdiknas, 2006). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil survey tersebut menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan jika dihadapkan kepada persoalan yang memerlukan kemampuan matematis. Kemampuan pemahaman matematis adalah menjadi tujuan utama dalam pembelajaran matematika.Kemampuan pemahaman matematis menjadi prasyarat
untuk memiliki kemampuan-kemampuan matematis lainnya. Implikasi dari tujuan pembelajaran matematika tersebut adalah bahwa peserta didik memahami pengertian-pengertian dalam matematika, dan memiliki keterampilan untuk memecahkan persoalan dalam matematika, maupun pelajaran lain serta dalam kehidupan sehari-hari. Dalam NCTM (2000) disebutkan bahwa pemahaman matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika.Siswa dalam belajar matematika harus disertai pemahaman, hal ini merupakan visi dari belajar matematika. Selanjutnya, disarankan oleh peneliti sebelumnya untuk melakukan pembelajaran kontekstual melalui REACT. Menurut Marthen (2010), REACT menjelaskan bahwa lima aspek yang merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu menghubungkan (Relating), melakukan pencarian dan penyidikan yang dilakukan oleh siswa secara aktif untuk menemukan makna konsep yang dipelajari (Experiencing), penerapan pengertian matematika dalam penyelesaian masalah (Applying), memberikan kesempatan kepada siswa belajar melalui bekerjasama dan berbagi (Cooperating), dan memberikan kesempatan kepada siswa melakukan transfer pengetahuan matematika dalam penyelesaian masalah matematika dan pada bidang aplikasi matematika lainnya (Transferring). Pembelajaran yang menekankan pada lima aspek yang dijelaskan pada REACT mengenai penerapan pendekatan pembelajaran terdapat aspek refleksi terhadap proses pembelajaran yang melibatkan pengajar dan pembelajaran. Menurut Marthen (2010) terdapat kaitan antara tiga aspek yaitu: 1) mengaitkan bahan ajar yang baru dengan bahan ajar sebelumnya, 2) menentukan dan memillih langkah terbaik untuk mencapai tujuan serta keterampilan dan informasi yang diperlukan, dan 3) merenungkan tentang kualitas pembelajaran yang dihasilkan, apa yang dapat dipelajari, dan aspek apa yang dapat digunakan kembali. Karena sebagai seorang pengajar selalu dituntut berinovasi agar peserta didik dalam pembelajaran matematika tidak hanya dapat mengerjakan suatu permasalahan matematik.Akan tetapi diharapkan siswa mampu meningkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis
dalam menyelesaikan suatu
permasalahan matematik yang dituntut dalam perkembangan zaman saat ini.
Berdasarkan latar belakang permasalahan dari penelitian ini, timbul beberapa permasalahan yaitu: apakah peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui strategi REACT dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran melalui strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui strategi REACT dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
KAJIAN LITERATUR DAN TEORI Menurut pendapat Ruseffendi (1991: 251), strategi belajar mengajar adalah seperangkat kebijaksanaan terpilih mengenai kurikulum material yang bila bersama-sama dengan tujuan bahan pelajaran, metode mengajar dan media pengajaran
modul
atau
pengajaran
terprogram
menjadi
rancangan
pelajaran.Strategi belajar matematika merupakan rangkaian aktivitas pikir dalam mengelola dan menyajikan materi sehingga mencapai taraf penguasaan yang diharapkan.Dengan adanya strategi belajar mengajar matematika diharapkan pembelajaran dapat disajikan dengan sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.Dengan demikian pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Strategi belajar mengajar matematika yang digunakan untuk mencapai hal tersebut salah satunya dengan menggunakan strategi REACT. Menurut Hidayat (2010: 23) Strategi tersebut disingkat REACT yang terfokus pada pembelajaran konteks. Semua strategi tersebut harus digunakan selama
proses
pembelajaran.
Secara
singkat,
harapan
yang
ingin
dicapai dari
pembelajaran dengan strategi REACT, tampak seperti pada tabel berikut: Tabel Bentuk Pembelajaran dengan Tahapan REACT Tahap
Harapan
Relating (mengaitkan)
Belajar dalam konteks mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup
Experiencing (mengalami)
Belajar dalam konteks penemuan dan daya cipta
Applying (menerapkan)
Belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi
Cooperating (bekerjasama)
Belajar dalam konteks bekerjasama berkomunikasi antar sesama pelajar
Transferring (mentransfer)
Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau membina dari apa yang sudah diketahui.
dan
Salah satu harapan yang ingin dicapai dengan menggunakan strategi REACT dalam pembelajaran matematika yaitu ingin meninggkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis siswa. Menurut Sumarmo (1987), ada beberapa jenis penelitian menurut para ahli yaitu salah satunya menurut Skemp yang membedakan dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dimana siswa mampu menghapal rumus/prinsip, dapat menerapakan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan perhitungan algoritmik dan pemahaman relasional, dimana siswa mampu mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari prosesnya. Johnson (2011: 183) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Johnson juga berpendapat bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Appelbaum (1999) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis didalam proses belajar matematika di sekolah, dapat dilakukan dengan cara menemukan algoritma serta mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah, membuat generalisasi, menentukan hubungan fungsional diantara satu variabel dengan variabel lain, menggunakan berbagai cara dalam mempelajari suatu topik,
mempelajari bagaimana matematika disajikan atau dipresentasikan beserta alasannya, mengumpulkan data yang ditemukan siswa ringkasan materi yang mereka pelajari untuk dijadikan bahan diskusi lebih lanjut. Kemampuan berpikir kritis matematis yang dikaji dalam penelitian ini meliputi menggeneralisasi, menganalisis algoritma, dan memecahkan masalah. Hal ini disesuaikan dengan jenjang sekolah, kategori kemampuan siswa dan materi matematika yang akan diteliti melalui pembelajaran dengan strategi REACT.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Desain penelitian ini adalah βnon randomized pretest-posttest control group designβ karena penelitian ini menggunakan kelompok kontrol, adanya dua perlakuan yang berbeda, dan pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan data yang ditawarkan oleh pihak sekolah. Kelompok yang ada diberikan pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes. Secara singkat, disain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Kelas Eksperimen
:
O
Kelas Kontrol
:
O
X
O O
Keterangan: O
= Pretes atau Postes
X
= Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK di salah satu kota
Tasikmalaya yang tiap kelasnya dikelompokkan dalam kategori tinggi, sedang dan rendah berdasarkan kemampuan awal matematika. Pada awal pertemuan dilakukan pretes dan setelah melakukan pembelajaran melalui strategi REACT menggunkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dilakukan tes kemampuan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matematis siswa untuk mengetahui pengingkatan terhadap kedua kemampuan tersebut setelah menggunakan pembelajaran melalui strategi REACT. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
Gain ternormalisasi (g) =
π ππππ ππ π‘π‘ππ π‘ βπ πππππππ‘ππ π‘ π ππππππππ βπ πππππππ‘ππ π‘
(Meltzer, 2002)
Prosedur penelitian ini diawali melalui uji homogenitas varians dan uji normalitas. Berdasarkan uiji normalitas yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka uji perbedaan rata-rata pada penelitian ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat kesalahan ο‘ = 5%.
TEMUAN A. Kemampuan Pemahaman Matematis Uji yang pertama dilakukan pada skor tes kemampuan pemahaman matematis siswa adalah uji normalitas skor pretes dihitung dengan uji statistic One-Sample Kolmogorov-Smirnov menggunakan IBM SPSS Versi 21.0.Hasil perhitungan skor pretes kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Asymp.Sig. (2-tailed) >ο‘ = 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.Sehinnga harus dilanjutkan dalam uji non-parametrik, yaitu dengan menggunkan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka skor pretes tidak dapat dilanjutkan pada uji homogenitas. Akan tetapi dilanjutkan pada uji kesamaan rataan skor pretes, dilihat nilai Sig. (2-tailed) > (ο‘ = 0,05). Jika Asymp. Sig. (2-tailed) < (ο‘ = 0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretes kemampuan pemahaman matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan kata lain kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama (setara) pada pemahaman matematis. Dilanjutkan uji skor gain kemampuan pemahaman matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji skor gain kemampuan pemahaman matematis siswa terhadap kedua kelas tersebut memiliki Asymp.Sig. (2-tailed) >ο‘ = 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.Sehinnga harus dilanjutkan dalam uji non-parametrik, yaitu dengan menggunkan uji MannWhitney.
Berdasarkan hasil uji normalitas, maka skor pretes tidak dapat dilanjutkan pada uji homogenitas. Akan tetapi dilanjutkan perhitungan uji perbedaan rataan gain dengan memperoleh nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,000. Hubungan nilai signifikansi Asymp.Sig.(1-tailed) = Β½ Asymp.Sig.(2-tailed) sehingga nilai Asymp.Sig.(1-tailed) = 0,000. Jika diambilο‘ = 0,05 maka Asymp.Sig.(1-tailed)<ο‘ sehingga H0 ditolak secara signifikan. Kesimpulannya peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mengikuti strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. B. UjiPerbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis antara Kelompok
Model
Pembelajaran
dengan
Kategori
Kemampuan
Matematika Hasil pengelompokan kategori kemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada kelas yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi REACT pada kelas eksperimendari 54orang siswa pada kelas eksperimen, terdapat 12 orang siswa termasuk kategori tinggi, 25orang siswa termasuk kategori sedang, dan 17orang siswa termasuk kategori rendah. Pada kelas yang memperoleh pembelajaran konvensionaldari 59orang siswa pada kelas eksperimen, terdapat 13orang siswa termasuk kategori tinggi, 27orang siswa termasuk kategori sedang, dan 19 orang siswa termasuk kategori rendah. Setelah dilakukan perhitungan uji perbedaan rataan gain dengan KruskallWillis, memperoleh hasil Asymp.Sig = 0,000, maka nilai signifikansi Asymp.Sig<ο‘ = 0,05 maka H0 ditolak secara signifikan. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui strategi REACT dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman matematis ditinjau berdasarkan strategi pembelajaran dan kategori tingkat kemampuan matematika siswa, dilihat berdasarakan skor rataan gain kemampuan pemahaman matematis siswa dan uji statistik dengan menggunakan Mann-Whitney yang menunjukkan hasil secara signifakansi peningkatan kemampuan pemahaman matematis ditinjau berdasarkan pembelajaran melalui strategi REACT dan kategori tingkat kemampuan matematika siswa lebih baih daripada pembelajaran konvensional.
C. Kemampuan Berpikir Kritis Mateamtis Hal yang sama seperti uji kemampuan berpikir kritis, yang pertama dilakukan pada skor tes kemampuan pemahaman matematis siswa adalah uji normalitas skor pretes
dihitung
dengan
uji
statistic
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov
menggunakan IBM SPSS Versi 21.0. Hasil perhitungan skor pretes kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki Asymp.Sig. (2-tailed) >ο‘ = 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.Sehinnga harus dilanjutkan dalam uji non-parametrik, yaitu dengan menggunkan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka skor pretes tidak dapat dilanjutkan pada uji homogenitas. Akan tetapi dilanjutkan pada uji kesamaan rataan skor pretes, dilihat nilai Sig. (2-tailed) > (ο‘ = 0,05). Jika Asymp. Sig. (2-tailed) < (ο‘ = 0,05) maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil uji statistik H0 diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretes kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan kata lain kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama (setara) pada berpikir kritis matematis. Dilanjutkan uji skor gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji skor gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa terhadap kedua kelas tersebut memiliki Asymp.Sig. (2-tailed) >ο‘ = 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal. Sehinnga harus dilanjutkan dalam uji non-parametrik, yaitu dengan menggunkan uji MannWhitney. Berdasarkan hasil uji normalitas, maka skor pretes tidak dapat dilanjutkan pada uji homogenitas. Akan tetapi dilanjutkan perhitungan uji perbedaan rataan gain dengan memperoleh nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,000. Hubungan nilai signifikansi Asymp.Sig.(1-tailed) = Β½ Asymp.Sig.(2-tailed) sehingga nilai Asymp.Sig.(1-tailed) = 0,000. Jika diambilο‘ = 0,05 maka Asymp.Sig.(1-tailed)<ο‘ sehingga H0 ditolak secara signifikan. Kesimpulannya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti strategi REACT lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
D. UjiPerbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis antara Kelompok Model Pembelajaran dengan Kategori Kemampuan Matematika Seperti halnya pada perhitungan uji perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa sebelumnya dengan uji rataan gain dengan KruskallWillis, uji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa memperoleh hasil Asymp.Sig = 0,000, maka nilai signifikansi Asymp.Sig<ο‘ = 0,05 maka H0 ditolak secara signifikan. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pembelajaran melalui strategi REACT dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau berdasarkanstrategi pembelajaran dan kategori tingkat kemampuan matematika siswa, dilihat berdasarakan skor rataan gain kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan uji statistik dengan menggunakan Mann-Whitney yang menunjukkan hasil secara signifakansi peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau berdasarkan pembelajaran melalui strategi REACT dan kategori tingkat kemampuan matematika siswa lebih baih daripada pembelajaran konvensional.
PEMBAHASAN Hasil pretes secara umum menunjukkan bahwa para siswa dari kedua kelas mempunyai kemampuan yang relatif tidak jauh berbeda. Hasil dari gain ternormalisasi untuk kemampuan pemahaman maupun berpikir kritis matematis siswa pada kelas eksperimen termasuk kategori sedang dan
kelas kontrol
termasuk kategori rendah. Berdasarkan hasil pengujian pada gain terhadap kedua kemampuan ditemukan bahwa gain terhadap kemampuan pemahaman dan berpikir kritis tidak berdistribusi normal. Yang pengujiannya berupa nonparametrik dengan uji Mann-Whitney. Hipotesis yang diperoleh setelah pengujian tersebut, penolakan H0 mengenai perbedaan peningkatan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi REACT dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, mengindikasikan bahwa pendekatan pembelajaran berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis siswa. Kesimpulannya ialah kemampuan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi REACT secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Penolakan H0 mengenai perbedaan peningkatan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis siswa, antara siswa yang berkategori tinggi, sedang dan rendah mengindikasikan bahwa kategori tingkat kemampuan siswa secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis siswa.Perbedaan peningkatan pemahaman dan berpikir kritis masalah matematis siswa, antara siswa yang berkategori tinggi, sedang
dan
rendah
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
menggunakan
strategiREACT secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dan temuan selama pembelajaran menggunakan strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT), diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah: 1.
Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACTmenunjukkan peningkatan pemahaman matematis secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional.
2.
Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACTmenunjukkanterdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACTmenunjukkan berpikir kritis matematis secara signifikan lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional. 4.
Siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan strategi REACTmenunjukkanterdapat
perbedaan
kemampuan
berpikir
kritis
matematis siswa dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
SARAN Beberapa saran atau rekomendasi yang dapat dikemukakan: 1.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis matrematis yang lebih baik daripada
mennggunakan
pembelajaran
konvensional,
baik
ditinjau
berdasarkan kemampuan matematika siswa. Oleh karena itu disarankan pembelajaran dengan strategi REACT dapat dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis natematis siswa. 2.
Strategi REACT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya karena memerlukan beberapa langkah yang sudah ditentukan, sehingga jika guru ini ingin menggunakan strategi ini disarankan untuk melakukan persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dengan mempertimbangkan pengalokasian waktu pada setiap langkah-langkah tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga terciptalah proses pembelajaran yang efektif dan efisien sepanjang waktu yang sudah ditetapkan. (a) Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan harus mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi konsep dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti dari setiap tingkatan kemampuan matematika siswa baik tinggi, sedang dan rendah. (b) disarankan REACT diterapkan pada topik-topik matematika yang esensial yang dapat ditunjang oleh kegiatan hands-on untuk menunjang tahapan eksplorasi dan
penyelidikan sehingga konsep topic-topik ini dapat lebih dipahami secara mendalam. 3.
Untuk mengurangi kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemahaman dan berpikir kritis matematika yaitu guru hendaknya selalu memberi masalah-masalah pemahaman dan berpikir kritis matematika untuk dikerjakan di rumah baik secara individu maupun secara kelompok yang selanjutnya dibahas dan didiskusikan bersama. Hal ini diperlukan upaya untuk mengatasi keterbatasan waktu di sekolah.
4.
Untuk penelitian lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek-aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh penulis ini seperti ditinjau dari jenis kelamin, meneliti sekolah yang mewakili semua level sekolah yaitu sangat baik, baik, sedangt dan rendah.
5.
Keberlakuan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT masih kurang karena proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama maka disarankan untuk menggunakan strategi REACT pada topik-topik bahasan yang esensial saja.
DAFTAR PUSTAKA Appelbaum, P.M. (1999). Eight Critical Points for Mathematics.Diambil 31 Januari 2013situs World Wide Web.http://www.gergoyle.arcadia.edu/ appelbaum/8points.html. Depdiknas.(2006). Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.Jakarta : Depdiknas. Hidayat, R. (2010). Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT dalam Upaya Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Matematis Mahasiswa Bidang Bisnis.Desertasi Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung. Johnson, E B (2011).Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Media Utama Marthen, T (2010). Pembelajaran melalui Pendekatan REACT Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa SMP.Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11 No.2.Diambil 30 Januari 2013 situs World Wide Web http://www.jurnal.upi.edu/ file/11-Tapilouw_Mi.pdf.
Meltzer, D. F. (2002).The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics.American Journal of Physics.Vol. 70.Page.1259-1268. National Council of Theacher of Mathematics (NCTM) (2000).Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia. Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito. Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA dikaitkan denga kemampuan Penalaran Logik siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar.Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan. . (2003). Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah.Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA di FMIPA UPI Tanggal 25-26 Agustus 2003. Bandung: IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.