TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Halaman 29-37 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi
PEMBELAJARAN KREATIF PERSPEKTIF BIMBINGAN & KONSELING Faizah Binti Awad
[email protected] IAIN Kendari Abstrak Pembelajaran kreatif terus dibahas sejak pembelajaran itu ada sebab bukan hal yang baru dan bahkan dibutuhkan oleh semua pihak. Namun oleh karena pembelajaran selama ini hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik, sehingga pembelajaran yang bernuansa kreativitas terabaikan, semestinya ketiga aspek tersebut diupayakan berjalan secara simultandan kreatifitas mutlak merupakan bagian atau satu kesatuan dengan pembelajaran itu sendiri. Karakteristik individu yang memiliki bakat kreatifitas adalah memiliki etos kerja yang tinggi, cepat dalam mengambil keputusan, berpikir feleksibel, penuh ide, hasrat ingin tahu, cenderung melakukan tugas –tugas yang berat dan sulit. Dalam bimbingan konseling setiap individu atau peserta didik memiliki potensi yang dapat dikembangkan, termasuk potensi kreativitas.Perlu dibangun dan ditumbuh kembangkan sejak dini, namun ia tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan melalui tiga pilar yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya dituntut mampu menciptakan lingkungan yang dibutuhkan berupa: Fleksibilitas dalam kesempatan, contoh yang positif, bimbingan dan dukungan, rasa humor, empati. Demikian pula utamanya bagi guru/konselor diharapkan mengedepankan prinsip-prinsip yaitu: prinsip understanding,acceptance, flexibility, kepekaan dan keahlian yang dikemas dalam tiga proses layanan yakni,counseling itu sendiri, consulting, dan coordinating. Kata kunci: Pembelajaran Kreatif, Bimbingan & Konseling. Pendahuluan Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan terkait dengan berbagai aspek. Dalam UU. RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 20 di sebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidk dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar1. Guru / Konselor akan berhadapan dengan peserta didik yang bervariasi intelegensi, sikap, perilaku, serta keterampilannya, atau dengan kata lain bermakna individual deferences. Peserta didik yang memiliki kepribadian yang unik seperti kepribadian kreatifmembutuhkan pelayanan secara khusus dibanding peserta didik lainnya. Bagi guru yang belum atau tidak 1
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Cemerlang Jakarta: UU.RI tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)Jakarta: h.106
menyadari hal ini tentu akan mengeneralisir peserta didik dan jika demikian maka akan memberi dampak dan akan mendatangkan mudarat bagi generasi bangsa di masa mendatang. Padahal apabila kepribadian kratif dirangsang, dipelihara dan ditumbuhkembangkan maka akan melahirkan kreativitas peserta didik yang memiliki kemampun yang handal dan tangguh dalam berkompetisi secara nasional maupun internasional. Belakangan ini pembelajaran kreatif telah mendapat perhatian dari berbagai pihak utamanya pihak pendidik, meskipun harus di akui ditinjau dari referensinya masih terbatas atau minim, akibat secara general terfokus pada pembelajaran yang dilhami oleh aliran konstruktivistikyang menunjukkan bahwa peserta didik selama ini terbelenggu dengan sistem menghafal, dan mengejar sistem satuan pelajaran sehingga tidak ada
29
kebebasan dan terasa tidak nyaman secara psikologis.
(B.Duffy, Supporting Creativity And Imagination In The Early Years, p.10).”5
Hal ini cukup beralasan oleh karena kini, menjadi trend dalam setiap statement bahwa mutu pendidikan yang rendah di duga adalah salah satu akibat dari sistem pembelajaran yang menitik beratkan pada aspek kognitif semata,disamping itu sistem evaluasi yang menggunakan multiple choice dan melupakan aspek bakat, minat serta keterampilan yang dapat diukur pada kreatifvitas peserta didik. Bimbingan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan yang kaya akan teori-teori bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas dalam sistem pembelajaran.
Penggunaan kata ‘kreatif’semakna dengan kreativitas berasal dari bahasa Inggeris dari akar kata creative yang berarti berhubungan dengan penggunaan atau upaya memfungsikan kemampuan mental produktif dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah atau upaya pengembangan bentuk-bentuk artistik dan mekanis6.
Pengertian Pembelajaran Kreatif Sebelum kita membicarakan tentang apa itu pembelajaran kreatif , sebaiknya kita mengetahui sekelumit apa yang dimaksud dari kedua suku kata ini yakni “pembelajaran” dan “kreatif” . Dalam kamus besar bahasa Indonesia kosa kata “pembelajaran” adalah suatu proses,cara perbuatan menjadikan orang atau makluk hidup belajar2. Pembelajaran juga didefisinisikan dengan pengaruh yang reletif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman3. Betapa banyaknya pengaruh yang terkait dengan pembelajaran itu maka betapa besar pula yang perlu diketahui dan dikuasai guru/konselor, itulah sebabnya sering orang mengatakan bahwa pembelajaran adalah sangat kompleks dan dinamis. “Each year, the school has altered the focus of the project, gradually inducting all members of staff (including Teaching Assistant) into creative, collaborative approaches to learning.”4 “Creativity is about representing one’s own image, not reproducing someone else’s. 2
KBBI. web. Id./ajar. Jhon W. Santrock, Educational Psycology 2nd Edition , McGraw-Hill Company, Inc. Terj. Tri Wibowo B.S. Psikologi Pendidikan (Cet. 2 PT. Kencana Prenada Media Group; Jakarta: 2008), h.266. 4 Hannah Wilmot, A New Direction-Change School Case Study: Creative Teaching And Learning,2011, 8. 3
30
“John Kao, the writer of Jamming: the art and discipline in business creativity (1996), mentions that human has impressive creativity ability which actually can be taught and learnt.”7 Dobbi De Porter bersama Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning yang diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman mengemukakan bahwa proses kreatif mengalir melalui lima tahap yaitu : persiapan: mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan. Inkubasi: mencerna faktafakta dan mengolahnya dalam pikiran. Iluminasi mendesak kepermukaan, gagasangagasan bermunculan. Verifikasi: memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Aplikasi, mengambil langkahlangkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut 8 . Dalam referensi lain dikemukakan bahwa kreatifitas adalah sikap yang di miliki seseorang yang diwujudkan dalam perilaku yang menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan 5
B. Duffy, Supporting Creativity And Imagination In The Early Years, Buckingham: Open University press, dalamSkinner, An Approach To Creative Learning In The Early Years, 2007 h.1 6 J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, Ed. Revisi, New York : Dell Publishing Co. Inc. Terj. Kartini Kartono, Kamus lengkap Psikologi, (Cet 4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 117 7 Eva Imania Elisa, Games As A Method Of Creativity In Guidance And Counselling, (Yogyakarta) h.5 8 Dobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Unleashing The Genius In You. Terj. Alwiyah Abdurrahman Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Cet VI Bandung: 2000), h. 301.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
bangsa... Dari sekian banyak konsepsi kreatif diantaranya adalah watak kerja keras, beretos kerja tinggi, bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas9.Menurut Elizabeth B. Hurlock terdapat banyak arti kreativitas yang populer namun delapan yang sering digunakan, di antaranya: 1) menekankan pada pembuatan sesuatu yang baru dan berbeda. 2) perbuatan sesuatu yang baru dan orisinal secara kebetulan. 3) apa saja yang diciptakan selalu baru dan berbeda dari yang telah ada dan karenanya unik. 4) proses mental yang unik. 5) kecerdasan tinggi. 6) kegeniusan yang diwariskan 7) sinonim dengan imajinasi dan fantasi. 8) pencipta10. Jadi pembelajaran kreatif adalah sangat berhubungan dengan ketermpilan guru/konselor dalam mncermati dan menangani kreativitas peserta didiknya. Dengan kata lain bahwa peserta didik yang memiliki kepribadian kreatif membutuhkan akan bimbingan dan konseling dari guru BK, karena mereka memiliki perilaku unik dan khusus yang jauh berbeda dengan peserta didik lainnya. Keunikan itu ditandai oleh adanya ide-ide baru yang yang tampak pada perilaku peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut perlu guru BK mengetahui dan memahami apa saja karakteristik peserta didik kreatif, yaitu : 1) memiliki hasrat ingin tahu. 2) panjang akal. 3) berkeinginan untuk menemukan atau meneliti. 4) cenderung melakukan tugas-tugas yang berat dan sulit. 5) senang menyelesaikan masalah. 6) bergairah dan penuh dedikasi dalam melakukan pekerjaan. 7) berpikir fleksibel. 8) cepat menanggapi atau menjawab pertanyaan -pertanyaan dan memiliki kebiasaan – kebiasaan memberikan jawaban lebih banyak. 9) mampu melakukan sintesis dan melihat implikasi –implikasi yang baru. 10) memiliki semangat inquiry. Dan 11) memiliki latar belakang kemampuan membaca yang luas.11
9
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Cet I, Baduose Media, Jakarta: 2011), h.38. 10 Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak; (Ed.6 , Erlangga, Jakarta: 1999), h. 3 11 Sund Robert, B. And Leslie W, Teaching Science By Inquiry In The Secondary
Pengertian Bimbingan dan Konseling Rachman Natawidjaya dalam karya Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan memberikan definisi tentang bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat serta kehidupan umumnya. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarkat umumnya. Bimbingan jugabermaknamembantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.12 Tulisan ini tidak akan mengurai satu demi satu definisi bimbingan oleh karena sungguh sangatlah banyak para ahli telah memberikan karyanya dalam mendefisikan istilah bimbingan ini, meskipun satu dengan yang lain tampak berbeda namun titik temunya bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh seseorang (ahli) terhadap orang lain agar dapat memahami dirinya, dan lingkungannya demi untuk menata masa depannya melalui keterampilan penyesuaian diri dan pengambilan keputusan. Shetzer & Stone yang dikutip Achmad Juntika mengartikan “counseling is an interaction process which facilitates meaningfull understanding of self and environment and result in the establisment and/or clarification of goals and values of future behavior”13. Konseling menurut American School Assosiation (ASCA) merupakan hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor (guru BK) kepada siswa, dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
School(Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company, 1973) p. 350 12 Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Cet. 2. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2006), h.6. 13 . Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan &Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Cet I. PT Revika Aditama, Bandung: 2006), h. 10
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
31
untuk membantu siswa mengatasi masalahmasalahnya14. Sebagaimana kata bimbingan sangat banyak pula paraahlidalammendefinisikan kata konseling sehingga tidaklah perlu kiranya untuk membahas secara panjang lebar tentang istilah tersebut,singkatnya, konseling adalah bersifat tehnis dan khusus dalam proses pelayanannya dan dari aspek masalah yang di alami individu bila tergolong berat maka penanganannya adalah secara pendekatan konseling. Kedua istilah baik bimbingan maupun konseling senantiasa digunakan bersamaan dan bermakna sama tetapi tak serupa, sebagaimana yang telah di uraikan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapatlah di simpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan konselor kepada peserta didik agar memahami potensi dirinya, memahami lingkungannya, dan merencanakan masa depannya, dalam rangka menuju kepada penyesuaian diri pada segala aspek kehidupan. Dengan kata lain bahwa upaya bimbingan dan konseling (BK) sedapat mungkin peserta didik mengenal,menerima diri sendiri dan mengenal dan menerima linngkungan secara positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peran yang diinginkan di masa depan. Pilar-pilar Pembelajaran Kreatif “Games as one technique in guidance and counseling, was suggested by children counselling experts, Katryn Geldard and her husband David Geldard (2001). In their book, they discuss some playing techniques as a communication bridge in counseling children. The use of games as a medium in children counselling aims at: 1. Gaining self control toward the self problems 2. Gaining strength inside himher 3. Expressing emotions 4. Developing problem solutions and decisions-making ability 5. Developing social ability 14
Ibid.
32
6. Developing self concept and self esteem 7. Increasing ability to communicate 8. Enriching insights.”15 Selanjutnya, masih dalam kajian bimbingan dan konseling bahwa pembelajaran kreatif dapat di desain melalui tiga pilar utamayaitu: Pertama, melalui pilar keluarga atau orang tua.Kedua, Sekolah; ketiga, Masyarakat. Ketiga pilar ini sangat berhubungan antara satu dengan lainnya sebab itu saling mempengaruhi di antara ketiganya. Untuk lebih jelasnya sebaiknya ketiga pilar tersebut kita bahas satu demi satu seperti uraian berikut. 1. Lingkungan Keluarga. “fifty years ago, creativity was a minor concern of parents and educators . each year, however, it appears that more and more concern is expressed about how to make our children more creative.”16 Berbagai teori hasil temuan para ahli dalam berbagai bidang ilmu bahwa orang tua adalah peletak dasar kepribadian manusia, termasuk kepribadian kreatif. Sebagai contoh teori psikoanalisis bahwa kemampuan kreatif anak adalah ciri kepribadian yang menetap pada usia lima tahun pertama dari kehidupannya. Tugas orang tua adalah mengidentifikasi bakat, minat dan potensi anak sejak dini17. Bertolak dari itu maka orang tua perlu menumbuhkan, merangsang, dan mengembangkan kepribadian kreatif anak sejak usia dini melalui pemberian kasih sayang, kebebasan yang terkendali, menumbuhkan rasa 15
Eva Imania Elisa, Games As A Method Of Creativity In Guidance And Counselling, (Yogyakarta)h.5 16 MihalyCsikzentmihalyi, Reflections On Some Dangers To Childhood Creativity (Learning Landscapes; Creativity : Insights, Directions, And Possibilities. Autumn 2012 Vol.6 No.1) h. 24 17 Suyadi , Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untiuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), (Cet. I. Diva Press, Yogyakarta: 2009), h. 172.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
percaya diri dengan menghargai segala bentuk karyanya meskipun bagi orang dewasa karya tersebut mungkin tidaklah berarti dan lain sebagainya. “So the first thing children need is to discover a passion, or at least an interesting a particular aspect of the world. And then they need the help of parents and teachers to develop their interest in creative ways-by understanding the context, the causes, and the consequences of the knowledge they are acquiring. They may not become Mozarts or Einsteins in the process, but their lives are likely to become meaningful and productive.”18 2. Lingkungan Sekolah Pelayanan bimbinggan merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan sekolah dan telah dilaksanakan sejak kurikulum 1975. Menurut Millerdalam Munandar, bimbi-ngan adalah proses untuk membantu individu memperoleh penger-tian tentang diri sendiri dan pengarahan diri yang perlu untuk penyesuaian diri yang maksimal di sekolah , rumah , dan masyarakat. Senada dengan ini Munandar juga menjelaskan bahwa tujuan dari konseling ialah untuk membantu semua individu menyesuaikan diri dan tumbuh di dalam lingkungan menuju perkembangan diri yang maksimal. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 yang tercantum pada pasal 5 ayat 4 dinyatakan bahwa “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”19. Demikian pula dalam UU No. 22 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya
sesuai dengan minat dan bakatnya20. Undang –undang ini mengisyaratkan bahwa kepribadian kreatif perlu mendapatkan perhatian hkusus dan hal itu adalah tanggungjawab guru/konselor di sekolah. 3. Lingkungan Masyarakat Melengkapi dua pilar sebelumnya yaitu orang tua dan sekolah pilar ketiga adalah masyarakat. Dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian kreatif, pilar masyarakat juga ikut memikul tugas dan tanggung jawab terhadap persoalan tersebut. Meskipun harus diakui bahwa dua pilar sebelumnya adalah paling utama, namun yang sangat diharapkan keterlibatan ketiganya haruslah bersinergis antara satu dengan lainnya agar lebih mudah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kreatifitas setiap anak di tengah-tengah masyarakat. Tidaklah terlalu sulit bila masyarakat memiliki kepedulian atas apa yang menjadi kajian tulisan ini sebab person yang berada di posisi komite sekolah ialah dari unsur masyarakat meskipun merupakan perwakilan orang tua peserta didik. Notabene unsur inilah yang dapat dijadikan sebagai wadah untuk turut serta dalam membenahi pembelajaran demi untuk peningkatan kreatifitas anak bangsa. “ The culture context for education can be very different in different places. It is affected by the economic, social and political development and history of a country or region. Overall context includes the regulations and cultural framework for schools, which then create their own local cultures and traditional practices for teachers and learners. These culture affect which types of learning are considered valuable and encouraged, which types of teaching are expected and supported and whether people and schools are open –minded about trying
18
Opcit . Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Cemerlang Jakarta: UU.RI tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)Jakarta: h.110. 19
20
. Ibid.
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
33
and developing different ways of learning and teaching”. 21 Lingkungan Yang Dibutuhkan Utami Munandar menyarankan bahwa untuk membina anak-anak kreatif diperlukan dukungan lingkungan sebagai berikut: 1). Fleksibilitas dalam kesempatan; artinya, memberi kesempatan secara fleksibel kepada anak-anak kreatif atau dengan kata lain tidak banyak membatasi oleh karena hal itu akan memberi perasaan flustrasi di banding anak-anak lain yang tidak memiliki kepribadian kreatif, bahkan akan menimbulkan sikap menentang, distorsi, dan membenci. 2). Contoh yang positif, anak kreatif membutuhkan sosok model yang baik dan dapat memberi gambaran yang komprehensif dalam bidang minat khusus mereka sembari menumbuhkan motivasi. Modeling terdiri dari dari beberapa jenis, yaitu: 1) modeling langsung. 2) modeling simbolis. 3) diri sendiri sebagai model. 4) modeling partisipan. 5) modeling tertutup. 6) modeling kognitif22. 3). Bimbingan dan dukungan, prestasi yang dihasilkan oleh anak kreatif membutuhkan penguatan berupa pujian serta respon positif dari lingkunganya. Namun pujian dimaksud tidaklah berlebihan dan selektif. Karena pujian yang positif dan konstruktif akan mendukung partumbuhan kemampuan kreatif dan kepercayaan diri. 4). Rasa humor, lingkungan yang di barengi dengan humor akan mampu menyalurkan kreativitaspeserta didik melalui lisan dan tulisan, drama dan 21
RominaCachia, dkk, Creative Learning And Innovative Teaching Final Report On The Study On Creativity And Innovation In Education In The EU Member States, (Europe :Joint research centre, 2010) h.40 22 . Soli Abimanyu dan M. Thayeb Manrihu. Tehnik Dan Laboratorium Konseling,(Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Jakarta: 1996), h.256.
34
karya seni dapat menjadi dasar atas kepemimpinan yng berhasil di antara teman sebaya. 5). Empati, anak kreatif memerlukan rasa empati dari konselor, karena konselor di harapkan dapat menghindarkan kepercayaan bahwa ada sesuatu yang “salah” dibandingkan anak yang lain yang tidak memiliki kepribadin khusus bahwa mereka adalah “sama seperti yang lain”23 Prinsip –prinsip Dalam Bimbingan dan Konseling Untuk Menumbuhkembangkan Kreativitas 1). Prinsip understanding; yakni pemahaman, salah satu prinsip yang tidak kalah penting diketahui oleh guru BK atau konselor memahami peserta didik secara hakiki dalan rangka menumbhkan kompetensi yang telah ada pada dirinya melalui kepribadian kreatif. Hal tersebut menuntut konselor harus dapat mencermati makna dari segala ekspresi yang muncul disaat proses konseling sehingga terasa pula bagi peserta didik/klien bahwa apa yang telah dinyatakan benar-benar telah dimengerti pula oleh konselor. Perlu dikethaui oleh konselor bahwa “Dalam konseling yang diperlukan bukan kebenaran yang obyektif melainkan bagaimana peserta didik /klien melihat kebenaran itu”.24 Bila ini dihubungkan dengan pembelajaran kreatif maka proses pembelajaran didalam kelas mengharapkan guru memahami akan segala karakterisik peserta didiknya yakni “invidual deferencesis”, meliputi bakat, minat, sikap, intelegensi, sampai kepada yang berkepribadian khusus seperti kepribadian kreatif dan sebagainya. 2). Prinsip acceptance; prinsinsip ini bermakna penerimaan yang berarti pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh peserta didik tanpa menyertakan pengakuan terhadap tingkah lakunya atau tanpa keterikatan 23
. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak berbakat,( Cet. 3, Rineka Cipta, Jakarta: 2009 ), h. 271 24 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. (PT. Prenhallindo, Jakarta: 2001), h. 230.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
emosional yang terdapat di pihak guru BK yang bersangkutan25. Oleh sebab itu guru BK harus menerima peserta didik apa adanya dan melihat secara keseluruhan serta meyakini akan kemampuan peserta didik tersebut dalam mengambil keputusan sendiri, yang bersifat bijak dan bertanggung jawab26. 3). Prinsip kebebasan dan keamanan psikologis, dalam layanan konseling bahwa kebebasan dan kenyamanan mental peserta didik menjadi prioritas bagi guru/konselor. Kebebasan dalam bertindak, bereksperesi dalam bentuk mengutarakan pendapat atau gagasan dan ide-ide akan menumbuhkan rasa keamanan psikologis, dan berdampak positif terhadap kreatifitasnya baik kini maupun masa yang akan datang. 4). Prinsip fleksibilitas; usaha dalam layanan bimbingan haruslah bersifat flexible yakni sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan keadaan masyarakat, dan oleh karena itu guru BK /konselor diharapkan bersikap luwes dan tidak kaku serta dapat menyesuaikan diri atas perubahan selama proses konseling27. 5). Prinsip keahlian. Keahlian bagi guru/konselor merupakan persyaratan mutlak dalam melaksanakan proses layanan bimbingan dan konseling. Peserta didik yang memiliki kepribadian kreatif terkadang dianggap sebagai anak yang menimbulkan masalah di sekolah dimana ia berada. Bila guru/konselor tidak memiliki keahlian maka besar kemungkinan layanan yang disajikan justru akan semakin memperparah peserta didik tersebut28. 25
. J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, Ed. Revisi, New York, Dell Publishing Co. Inc. Terj. Kartini kartono, Kamus lengkap Psikologi, (Cet 4, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 1997), h.4. 26 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa.(PT. Prenhallindo, Jakarta: 2001), h.229. 27 Lihat Bimo Walgito, Bimbingan Dan Penyuluhan di Sekolah (ed. 4, Yogyakarta: Andi Offset, 1993), h.23 dan Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan konseling, h. 229. 28 Hallen, Bimbingan dan Konseling; (Cet. 1, Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 65.
Gibbs dalam Mulyasa mengemukakan bahwa berbagai hasil penelitian menyimpulkan melalui proses pembelajaran kreatifitas dapat dikem-bangkan melalui beberapa hal yaitu: 1. Mengembangkan rasa percaya diri peserta didik dan tidak ada perasaan takut. 2. Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah. 3. Melibatkan dalam mennntukan tujuan dan evaluasi belajar. 4. Memberikan pengawasan yang tdak terlalu ketat dan tidak otoriter. 5. Melibatkan secara aktif dn kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan29. Bila diamati dilapangan diketahui bahwa kelima point yang merupakan hasil penelitian tersebut belum terimplementasikan secara sempurnah sebab kurikulum yang menjadi acuan pada tahun-tahun sebelumnya masih menganut sistem pembelajaran dengan mengedepankan aspek kognitif dari pada afektif dan psikomotorik. Selain itu, berbicara tentang bidang ilmu Bimbingan dan Konseling, di negara kita masih menomorduakan atau memandang sebelah mata terhadap pentingnya eksistensi dan keterlibatan sumberdaya manusia (SDM) yang berlatar belakang pendidikan bimbingan konseling dalam proses pembelajaran.Semula dengan terbitnya kurikulum tahun 2013 ini merupakan “berita gembira” atau angin segar bagi praktisi bimbingan konseling oleh karena telah melibatkan konselor yang notabene berlatar belakang Bimbingan Konseling, sehingga diharapkan dengan keterlibatan mereka pembelajaran kreatif terlaksana relevan dengan kebutuhan peserta didik teristimewa bagi yang memiliki kepribadian kreatif.Kenyataannya kini (2014 ) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Prof. Anis Baswaden menganulir pemberlakuan kurikulum 29
. Mulyasa E, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Cet. 7. PT. Remaja Rosdakarya Bandung: 2008 ), h. 165.
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
35
tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP). Dengan demikian pupuslah harapan bahwa Bimbingan konseling teringerasi secara penuh dengan sistem pembelajaran di Indonesia. Secara teori, tiga proses dasar yang penting dilakukan konselor yaitu: counseling, consulting dan coordinating dengan uraian sebagai berikut: a. Counseling Pertama; kepekaan konselor terhadap setiap kekuatan , baik eksternal maupun internal, yang dapat menghambat atau membatasi perkembagan potensi peserta didik. Utamanya terhadap perbedaan individual dari setiap pribadi kreatif. Kedua; perlu ada keragaman pelayanan sebagai bentuk tanggung jawab konselor, namun tidak boleh bertentangan antara kendala internal dan eksternal, hal ini membutuhkan kerja sama antara konselor dengan guru. Ketiga, layanan konseling hendaknya bersifat pengembangan dan proaktif, yakni dengan memprakarsai pelatihan dalam jabatan untuk meningkatkankesadaran guru tentang kemungkinan bahwa siswa berbakat kreatif menjadi bosan dengan kegiatan kelas yang rutin. Hal ini bentuk antisipasi timbulnya masalah. b. Consulting Untuk tercapainya keberhasilan layanan bimbingan konseling pada pembelajaran kreatif penting adanya perundingan anatara konselor dengan personel sekolah yaitu kepala sekolah, guruguru, orang tua, dan mayarakat demi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kreatifitas anak dipupuk sejak dini.bentuk kerjasama ini akan melahirkan iklim sekolah yang menunjang perkembangan kreatifitas. c. Coordinating Untuk meningkatkan kesempatan bagi peserta didik dalam belajar dan terus tumbuh konselor diminta mengkoordinasikan yang terkait dengan perencanaan tujuan dan sasaran program bimbingan, menguji
36
program, catatan prestasi peserta didik, kegiatan dan material bimbingan didalam kelas, serta pendidikan karier30. Dari ketiga pendekatan ini tidak selamanya dapat dilaksanakan secara keseluruhan, tetapi konselor mempertimbangkan mana yang paling efektif digunakan sesuai dengan situasi peserta didik, namunpun demikian ketiga pendekatan tersebut saling melengkapi. SIMPULAN Pada era kompetitif seperti sekarang ini pembelajaran kreatif masih sangat dibutuhkan untuk dilaksanakan secara terus menerus baik langsung maupun tidak langsung. Langsung melalui orang tua dan sekolah, sedang tidak langsung melalui masyarakat, agar tumbuh dan berkembang mayarakat yang unggul dan tangguh dalam menghadapi kehidupan yang semakin menantang dan keras. Konten pembelajaran kreatif mengandung makna akan melahirkan peserta didik-peserta didik yang handal, beretos kerja tinggi, bertanggung jawab, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran tersebut untuk menangani peserta didik yang memiliki kepribadian kreatifoleh karena mereka berbeda dengan peserta didik lainnya. Indikator perbedaan itu pada perilaku mereka yang unik dan khas diantaranya, sangat kritis, bosan dengan proses belajar yang bersifat statis dan rutin, lebih cepat dalam mengambil keputusan, kaya akan ide dan gagasan, penuh kreasi dan inovatif. Solusi yang mumpuni ditawarkan untuk diterapkan adalah menyediakan lingkungan yang diharapkan oleh mereka berupa fleksibilitas dalam kesempatan, contoh yang positif, bimbingan dan dukungan, rasa humor, empati, lingkungan –lingkungan tersebut tepatnya dilakoni oleh tiga pilar yaitu orang tua, sekolah dan masyarakat. Khusus bagi guru BK atau konselor untuk menghadapi peserta didik yang memiliki kepribadian kreatif, setidaknya memberikan layanan bimbingan konseling dengan mengikuti prinsip-prinsip diantaranya prinsip understanding, acceptance, kebebasan dan keamanan psikologis, fleksibilitas, dan 30
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
. Lihat Utami Munandar, h. 273
2338-6673 E ISSN 2442-8280
keahlian. Proses layanan juga penting dipertimbangkan bentuk kerja sama berdasarkan tiga hal yaitu: counseling, consultingdancoordinatingsehingga keunikan yang terdapat pada peserta didik tersebut akan tersalurkan dengan baik dan bila tidak maka akan memberi dampak pada perilaku yang bersifat destruktif baik bagi dirinya, bangsa dan negaranya. Daftar Pustaka Abimanyu Soli dan M. Thayeb Manrihu, 1996, Tehnik dan laboratorium Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga akademik. Cachia, Romina, dkk, 2010, Creative Learning And Innovative Teaching Final Report On The Study On Creativity And Innovation In Education In The EU Member States. Europe : Joint Research Centre. Chaplin J.P, 1997, Dictionary of Psychology. Ed. Revisi, New York: Dell Publishing Co. Inc. Terj. Kartini kartono, Kamus lengkap Psikologi, (Cet 4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) Csikszentmihalyi, Mihaly, 2012, Reflections On Some Dangers To Childhood Creativity (Canada :Learning Landscapes; Creativity : Insights, Directions, And Possibilities. Autumn 2012 Vol.6 No.1) De Porter Dobbi & Mike Hernacki, 2000, Quantum Learning: Unleashing The Genius In You. Terj.Alwiyah Abdurrahman Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, Cet VI Bandung. Duffy, B., 1998, Supporting Creativity And Imagination In The Early Years. Buckingham: Open University press, dalam Skinner, 2007, An Approach To Creative Learning In The Early Years. E Mulyasa, 2008, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan. Cet. 7 Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Gunawan Yusuf, 2001, Pengantar Bimbingan Dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Prenhallindo. Hallen, 2002, Bimbingan dan Konseling. Cet. 1Jakarta: Ciputat Press. Hurlock Elizabeth, 1999, Perkembangan Anak. Ed. 6 Jakarta: Erlangga. Juntika Achmad Nurihsan, 2006, Bimbingan &Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Cet I Bandung: PT Revika Aditama. KBBI. web. Id./ajar. Muhammad Amin Maswardi, 2011, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Cet IJakarta: Baduose Media. Munandar Utami, 2009, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Cet. 3Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Cemerlang Jakarta: UU.RI tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Robert, B Sund. and , Leslie W, 1973, Teaching Science By Inquiry In The Secondery School.Colombus Ohio: Charles E. Merril Publishing Company. Santrock.Jhon W. Educational Psycology 2nd Edition. McGraw-Hill Company, Inc. Terj. Tri Wibwo B.S. 2008, Psikologi Pendidikan. Cet. 2 Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group. Suyadi , 2009, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untiuk PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Cet. I. Yogyakarta: Diva Press. Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling. Cet. 2Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Walgito Bimo, 1993, Bimbingan Dan Penyuluhan di Sekolah. Ed. 4, Yogyakarta: Andi Offset dan Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan Dan Konseling. Wilmot, Hannah, 2011, Change School Case Study: Creative Teaching And Learning. A New Direction.
Elisa, Eva Imania, Games As A Method Of Creativity In Guidance And Counselling. Yogyakarta.
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
37
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Halaman 38-49 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi
PROFESIONALISME GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM Buhari Luneto IAIN Sultan Amai Gorontalo
[email protected] Abstrak Profesional dalam Islam khususnya di bidang pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik. Dalam menunjang nilai-nilai keprofesionalan seorang guru, perlu untuk memilik prinsip- prinsip secara terstruktur. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam lingkup sejarah, pendidikan telah dilakukan oleh manusia pertama dimuka bumi, yaitu sejak nabi Adam. Bahkan dalam Al-Quran dinyatakan bahwa proses pendidikan terjadi pada saat Adam berdialog dengan Allah. Pendidikan Ini muncul karena adanya motivasi pada diri Adam serta kehendak Allah sebagai pendidik langsung Adam untuk mengajarkann beberapa nama.1 Hal ini dijelaskann dalam al-Quran surat alBaqarah ayat 31. Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia karena, dengan pendidikan manusia akan bisa berjaya dimuka bumi ini. Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, 1
Moh. Roqib. . Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Intregatif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.( Yogyakarta: LKiS 2009). hal. 16
38
pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dan lingkungan.2 Diantara kedelapan aspek tersebut satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Karena aspek tersebut saling berkaitan sehingga membentuk satu sistem. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendiidikan adalah aspek pendidik atau guru. Begitu besar peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan, oleh karena itu seorang pendidik dituntut harus mewujudkan pendidikan yang berkalitas. Pendidikan sebagai tonggak utama penentu keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidiikan. Tugas formal seorang guru tidak sebatas berdiri dihadapan peserta didik selama berjam-jam hanya untuk mentransfer pengetahuan pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga menyandang predikat sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru oleh peserta didik dalam segala aspek kehidupan,hal inilah yang menuntut agar guru bersikap sabar, jujur, dan penuh pengabdian. Sebab dalam konteks pendidikan, sosok pendidik mengandung makna model atau 2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam.( Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010) hal. 90.
sentral identifkasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahkan konsultan bag peserta didiknya. Semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan peserta didik. Guru sangat berperan dan mempunyai peran yang cukup besar terhadap kematangan intelektual, spiritual, dan emosional peserta didik.3 Dalam dunia pendidikan, komponen guru sangatlah penting, yakni orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik, dan bertanggungjawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam rangka membina anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa. Peran guru sebagai pelaksana dari sebuah kegiatan pendidikan tentu harus didukung dengan beberapa separangkat keahlian. Dalam istilah lainnya, guru juga mempunyai batasan-batasan tertentu sehingga ia dikatakan sebagai pendidik atau guru yang profesional. Hal ini perlu ditekankan, mengingat banyak orang yang berprofesi sebagai guru tapi tidak bertindak dan berakhlak layaknya seorang guru profesional. Dari potret pendidikan yang terjadi di Indonesia tentu peran guru tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Dalam hal peningkatan profesionalisme seorang guru, pemerintah juga telah banyak melakukan terobosan separti disyaratkannya ijazah Strata 1 untuk menjadi seoranng guru di lembaga pendidikan formal dari jenjang SMA sederajat sampai dengan kebawah. Strata 2 bagi dosen di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Meski Pemeritah telah membuat batasan-batasan guru professional yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, tentu permasalahan pendidiikan dalam ruang lingkup guru tidak bisa selesai begitu saja. Hal ini dikarenakan sedikitnya rujukan profil guru yang profesional. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profesionalisme guru dalam perspektif Islam?
3
Rama Yulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya,( Jakarta: Kalam Mulia.2009) hal 138
2. Bagaimana paradigma tentang guru dalam perspektif Islam beserta implikasinya dalam proses pendidikan Islam? LANDASAN TEORI Pengertian Profesionalisme Profesionalisme berasal dari kata profesi. Mc Cully mengartikann profesi adalah “a vocation in which professed knowledge of some departement of learning or science is used in its aplication to the affairs of others or in the practice of an art founded upon it”. Hal ini mengandung makna bahwa dalam suatu pekerjaan profesional selalu digunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari, dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain.4 Sedangkan dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah’’. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.5 Ciri- ciri Profesi Dalam literatur ditemukan berbagai macam deskripsi tentang ciri-ciri atau unsurunsur esensial suatu profesi. Meskipun rumusan-rumusan tentang profesi tersebut dinyatakan dalam kata-kata yang berbeda pada hakekatnya memperlihatkan persamaan yang besar dalam substansinnya. Beberapa ciri pokok profesi yang diadaptasi dari pendapat Achmad Sunasi adalah:6 4
Arif Rohman, “pendidik dan peserta didik”, dalam Dwi Siswono dkk (ed,) Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: UNY Press, 2007),. hal. 123 5 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005. 6 D. Deni Koswara Halimah, Seluk-Beluk Profesi Guru, (Bandung: PT Pribumi Mekar,2008) hal.36
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
39
Pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan mengabd kepada masyarakat. Dipihak lain, pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih penting dari pengakuan pemerintah. Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Proses pemerolehan keterampilan ini bukan hanya rutin, melainkan bersifat pemecahan masalah. Jadi, dalam suatu profesi, independent judgement berperan dalam mengambil keputusan bukan sekedar menjalankkan tugas. Ketiga,profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan sekedar serpihan atau hanya common sense. Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik. Pengawasan terhadap ditegakkannya kode etik dilakukan oleh organisasi profesi. Kelima, sebagai kensekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi baik secara perorangan maupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materil. Sebagai bahan bandingan Oteng Sutisna, memberikan kesimpulan bahwa profesi yang ideal memiliki unsur-unsur: a. Penguasaan Teori yang Sistematis Teori ialah suatu sistem asas dan proposisi abstrak yang secara umum menguraikan jenis-jenis fenomena yang menjadi pusat perhatian profesi. Bagi seorang profesional, teori berfungsi sebagai alat maupun pedoman praktik. Keterampilan yang menandai suatu profesi diturunkan dari dan didukung oleh teori. Jadi, teori dan praktik itu merupakan suatu perpaduan. Untuk menghasilkan teori yang sahih, yang akan menyediakan dasar kuat bagi teknik-teknik profesional, diperlukan penerapan metode ilmiah terhadap maalah-masalah profesi. b. Memilliki Kewenangan Profesional Pendidikan yang ekstensif dalam suatu bidang ilmu menjadikan seseorang memiliki jenis pengetahuab tertentu.
40
Kenyataan ini menjadi dasar bagi kewenangan seorang professional. Unsur kewenangan ini menjadi alasan mengapa orang-orang profesional menuntut otonomi dan tanggung jawab dalam pekerjaan mereka. Akan tetapi, kewenanngan ini tidak tanpa batas, fungsinya terbatas hanya pada bidang-bidang khusus tempat seorang profesional telah dididk dan dilatih. Jadi, seorang profesional tidak dapat menetapkan petunjuk mengenai segi-segi kehidupan klien karena kemampuan teoritisnya tidak berlaku. c. Adanya Perlindungan Hukum dan Sanksi Setiap kelompok profesi berusaha agar masyarakat menguatkan kewenangannya dengan memberikan sejumlah kekuasaan dan hak khusus tertentu baik yang bersifat formal maupun informal. Pengakuan formal ialah kesepakatan yang diperkuat oleh kekuatan hukum. Diantara kekuasaannya itu ialah pengawasan profesi terhadap calon-calon melalui pusat-pusat ppendidikannya. Ini dicapai melalui suatu proses akreditasi, yaitu pengakuan bahwa program pendidikan yang dijalnkan oleh suatu pusat pendidikan telah memenuhi standar-standar yang diminta oleh lembaga akreditasi dari organsasi profesi. Ijazah yang diperoleh dar lembaga pendidikan professional yang telah diakui itu (accredited) memberikan kewenangan untuk menjalankan praktik. Kekuatan hukum mendukunng lisensi itu, dan orang-orang yang melakukan praktik professional tanpa ijin dapat dihukum. d. Memiliki Kode Etik Profesi Profesi yang ideal menggambarkan suatu kelompok yang angota-anggotanya memiliki motivasi dan sikap yang slalu memikirkan dan mmmbantu orang lain. Kode etiknya sangat mnekankan pngabdian kepada masyarakat, profesinya, dan kebaikan kliennya srta menolak penyalahgunaan kterampilan proofesional untuk tujuan pribadi. e. Adanya Budaya Profesi Budaya profesi terdiri atas nilai-nilai, norma-norma, simbol-simbol, dan konsep karir,yang paling penting diantara nilai-nilai ini ialah nilai esensial dari jasa yang disampaikan oleh kelompok profesional kepada masyarakat. Norma-norma kelompok profesional ialah pedomman bagii perilaku dalam situas
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
sosial. Ada cara-cara yang layak untuk memperoleh izin untuk memasuki profesi, untuk meningkat dalam hierarki jabatan, untuk memproleh klien, untuk menerima dan menolaknya.singkatnya, ada satu norma perilaku yang mengatur setiap situasi antarpribadi yang mungkin trjadi dalam kehidupan klompok profesional. f.
Memiliki Persatuan (Organisasi) Profesi
Suatu profesi adalah lebih dari sekelompok individu yang berwenang, karena suatu profesi secara keseluruhan mempunyai tanggung jawab atas kualitas jasa sosialnya yang unik, nyata, dan esensial. Tanggung jawab serupa itu dapat dibebenkan hanya bila profesi memiliki suatu bentuk organisasi, termasuk mekanisme untuk merumuskan kebijakan yang memaksa para anggotanya untuk patuh. Syarat - syarat Profesi Robert W. Richey mengemukakan syarat-syarat profesi sebagai berikut: 1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsipprinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. 3. Memilki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 4. Memilki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. 5. Membutuhkann suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya. 7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. 8. Memandang profesi suatu karir hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen.7 Profesionalitas Guru
7
Profesional dalam Islam khususnya dibidang pendidikan, seseorang harus benarbenar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:8 Atinya: Apabila suati perkara diberikan kepada yang bukan ahlinya mak tunggulah akan kehancurannya (HR. Bukhari). Di dalam al-Qur’an Allah juga berfirman dalam Q.S. al-Isra’ ayat 84 yaitu: Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. Menurut Porter sebagaimana yang dikutip oleh Karl Tan Beng San tenaga profesional yang akan mampu menghadapi persaingan dunia global dalam era milenium ini sekurang-kurangnya memiliki lima karakteristik ketrampilan yaitu:9 1. Memiliki Keterampilan Dasar (basic skill) Keterampilan dasar yang dimaksud di sini adalah ilmu dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang memiliki kualitas profesional harus menguasai subtansi bidang keahliannya. Hal ini berarti sikap prifesional mengisyaratkan akan pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus menerus agar mampu mengahadapi berbagai persoalan yang berkaitan dengan bidang keahliannnya secara kontekstual. Adapun profil bagi kemampuan dasar seorang pendidik adalah: a. Menguasai materi pembelajaran, baik dalam kurikulum maupun aplikasinya dalam materi pembelajaran. b. Mampu mengelola program pembelajaran dengan merumuskan tujuan instruksional, menggunakan metode 8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) hal. 16-20 9 Karl Tan Beng San,Peluang dan Tantangan-tantangan Tenaga Profesional Tingkat Menengah di Asia Pasifik pada Abad ke-21”, (Makalah Seminar) (Palembang : Politeknik Negeri Sri Wijaya.1998)
Udin Syaefudin Saud. Op.cit hal. 15
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
41
c.
d.
e.
f.
mengajar dan prosedur instruksioinal yang tepat, serta memahami kemampuan siswa. Mampu mengelolo kelas ( ruang belajar ) dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusip. Menggunakan media atau sumber belajar terutama dalam memanfaatkan laboraterium dan perpustakaan dalam proses pembelajaran. Menguasai landasan-landasan kependidikan, baik secara konseptual maupun praktikal. Mampu mengelola intraksi proses pembelajaran dan memberikan penilaian yang komprehensip kepada siswa.
2. Menguasai Ketrampilan Khusus (spesialisasi) Saat ini kecenderungan dunia kerja akan bertumpu pada spesialisasi Tenaga kerja yang memiliki leahliuan khusus akan mampu bertahan dan bersaing di abad mendatang. Di masa sekarang sangat dibutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan secara motodologi untuk menerapkan keahliannya dalam kehidupan dunia nyata dan selanjutnya maupun merancang dan meneropong perkembangan bidang keahliannya dari waktu ke waktu. 3. Menguasai Keterampilan Komputer. Penggunaan komputer kini telah merambah dunia. Hampir semua sisi kehidupan ummat manusia tidak terlepas dari peran komputer. Kehidupan manusia di abad mendatang akan sangat tergantung pada pelayanan komnputer. Hubungan komonikasi dengan internet, jaringan online dalam perbankan dan dunia bisnis semuanya menggunakan prangkat komputer termasuk juga dunia pendidikan. Oleh karena itu, sosok tenaga kerja yang dibutuhkan di masa ini adalah mereka yang mengertikan dan menguasai komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. 4. Menguasai Keterampilan Berkomonikasi dengan Bahasa Asing Berkomonikasi dengan bahasa asing, terutama dengan bahasa inggris mutalk diperlukan di era globalisasi ini. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan komonikasi
42
profesional tugasnya.
dalam
mengemabangkan
5. Menguasai Keterampilan Manajerial dan Kepemimpinan Seorang yang profesional, di manapun mereka berada akan memiliki keamapuan untuk bekerja sama, saling percaya dan dapat mengatur strategi terbuka menerima ide-ide baru, mencari, melihat, dan memecahkan masalah serta mengumpulkan dan menganalisis data, sekaligus meningkatkan kemapuan pribadi untuk menanganinya dan bukan sekedar mengikuti standar prosedur pemecahan masalah yang dipraktekkan dalam masyarakat. Tanggung jawab Guru Bagi guru PAI tugas dan kewajiban guru merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Allah Berfirman dalam Al-Qur’an Surah. AnNisa’ Ayat: 58: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. An-Nisa’ (4) : 58).10 Tanggungjawab guru adalah meyakinkannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional secara tepat. Pekerjaan guru menurut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, perginya posisi dan persyaratan para “pekerja pendidikan’’ atau orang-orang yang disebut pendidik karena pekerjaannya ini patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh pula. Pertimbangan tersebut dimaksudkan agar usaha pendidikan tidak jatuh ketangan orang-orang yang bukan ahliya, yang dapat mengakibatkan banyak kerugian. Rasulullah Saw mengingatkan hal ini didalam hadits sebagai berikut:
10
.Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya . (Revisi Terbaru) (Semarang: Diterbitkan CV: Asy Syifa 1999).
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Diriwayatkan dari Abu Huraerah: Ketika Nabi saw. Berada di dalam mejelis dan berbicara kepada kaum, seorang Arab Badwi datang seraya bertanya “Kapankah kiamat tiba?” Rasulullah saw. Terus saja berbicara (seakan-akan tidak mendengar pertanyaan orang tersebut). Sebagaian orang berkata “Beliau mendengar pertanyaan tadi, tetapi tidak suka dengan apa yang ditanyakan” “Sebagaimana lain berkata, “Bahkan beliau tidak mendengarkan. “ Baru ketika pembicaraannya selesai beliau bertanya, “Mana orang yang bertanya tentang kiamat tadi?” orang yang bertanya menjawab, “ini saya, ya Rasulullah” Beliau menjawab” Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kiamat” Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu? “Beliau menjawab. “ Apabila suatu urusan diserahkan bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat itu” (HR. al-Bukahary). Tanggung jawab guru PAI terhadap amanatnya sebagaimana dikemukakan di atas, seharusnya diwujudkan dalam upaya mengembangkan profesionalismenya yaitu, mengembangkan mutu, kualitas dan tindak tanduknya. Tugas Guru Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasioinal (UUSPN) Pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu, ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah . Tiga tugas ini mewujudkan tiga dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh guru kepada pelajar dan tiga peranan yang harus dijalankannya. Tiga layanan di maksud adalah: 1. Layanan instruksional. 2. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling) serta. 3. Layanan administrator kelas. Adapun tiga peranan guru adalah: 1. Sebagai pengajar. 2. Sebagai pembimbing dan 3. Sebagai administrator kelas. Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Tugas yang
mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi empat pokok yaitu: 1) Menguasai bahan pengajaran 2) Merencanakan, memimpin dan mengelola proses belajar serta 3) Menilai kegiatan belajar mengajar. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar mengajar berkaitan erat dengan berbagai masalahdi luar kelas yang bersifat non-akademis. Tugas guru sebagai administrator mencakup keterlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah, memanfaatkan prosudur dan mekanesme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan. Standar Kualifikasi Guru 1. Kualifikasi Akademik Guru a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma mpat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
43
yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi. e. Kualiifikasi Akademik Guru SDLB/ SMPLB/ SMALB Guru pada SDLB /SMPLB /SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi. f. Kualiifikasi Akademik Guru SMK/MAK Guru pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi.11 Esensi Kode Etik Guru Guru harus diberdayakan. Lebih utama lagi, guru harus, mampu memberdayakan diri dipandu oleh Kode Etik dan etika kerja tertentu. Jadi, keutamaannya adalah guru itu sendirilah yang harus memberdayakan diri. Guru madani adalah mereka yang mampu melakukan prakarsa pemberdayaan diri, tanpa menafikan inisiatif struktural. Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Kode etik merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman sikap dan perilaku dimaksud adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menuniakan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi 11
63-64
44
D. Deni Koswara Halimah, Op.Cit, hal
peserta didik, serta pergaulan sehari-hari didalam dan di luar sekolah. Sebagai pedoman sikap dan perilaku Kode Etik ini bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindung Undang-Undang. Kode Etik dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Istilah norma disini bermakna sesuatu yang baik atau buruk dilihat dari persepsi komunitas penyandang profesi atau masyarakat pada umumnya.12 PEMBAHASAN Profesionalisme Guru dalam Perspektif Islam Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni merupakan panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam harus dilakukann Karena Allah SWT. Hal ini akan megukur sejauh mana nilai keikhlasan dalam perbuatan. Dalam Islam pun, apapun setiap pekerjaan (termasuk seorang guru), harus dilakukan secara professional.13 Maka, dua hal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang mewarnai tanggung jawab untuk terbentuknya profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam. Selain itu, ada ungkapan yang tersirat saat Islam mendefinisikan terminologi “profesionalisme’’. Ada aspek yang melibatkan kata profesionalime, yakni melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya.14 Dalam menunjang nilai-nilai keprofesionalan seorang guru, perlu untuk memilik prinsip- prinsip secara terstruktur yaitu: 1. Prinsip Administrasi
12
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta 2010), hal 99-100 13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992) hal. 113 14 Ibid., hal. 113-114
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Prinsip administrasi adalah prinsip yang mengarah kepada sebuah proses dalam menjadi seorang guru profesional. Dalam hal ini, guru harus memilki sertifikasi guru, sebagai bukti sebuah syarat kualifikasi akademik, kompetensi, dan sehat jasmani. Selain itu, guru harus mengikuti pengembangan profesi guru, lewat PPG atau pendidikan profesi guru, di mana pendidikan ini setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.15
hal pendidik, perlu kiranya disesuaikan dengan nafas Islam yang berlandaskan alQur`an dan as-Sunnah. Harapan dan cita-cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif Islam, lebih mengarahkan guru untuk bersikap baik, sopan, moral dan spritualitas. Selayaknya guru dalam tulang punggung pendidikan Islam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memilki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.17 2. Prinsip Operasional Menurut Sulani, agar tujuan Dalam prinsip ini bagaimana pendidikan tercapai seorang guru harus menguraikan seputar kerja taktis seorang memliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok guru. Ada banyak uraian dalam prinsip ini, yang dimaksud adalah: salah satu di antaranya, empat cakupan 1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang kompetensi sebagaimana teramanahkan diandalkan) dalam PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang 3 dan Permendiknas No 16/2007, yakni mumpuni) pedagogik, kepribadian, profesional, dan 3. Syarat Idofiyah (mengetahui, mengahayati, sosia.16 dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk Tentunya yang menjadi tolak ukur membawa anak didik menuju tujuan yang keahlian seorang guru dalam mencapai titik ditetapkan) profesionalisme adalah sejauhmana mampu memenuhi dua syarat yakni prinsp administrasi dan prinsip operasional. Guru dalam Islam sebagai pemegang Tentunya bila aspek ini diabaikan, maka jabatan professional membawa misi ganda tinggal menunggu sebuah kehancuran atau dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi tujuan dari penddikan tidak terpenuhi. agama dan misi ilmu penngetahuan. Misi Mungkin di antara banyak dampak agama menurut guru untuk menyampaikan yang terjadi, salah satunya, guru tidak nilai-nilai ajaran agama kepada murid, memiliki kecakapan intelektual sehingga sehingga murid dapat menjalankan kehidupan berdampak pada kualitas peserta didik yang sesuai dengan norma-norma agama tersebut. menjadi binaannya. Atau juga, melahirkan Misi ilmu pengetahuan menuntut guru pendidik yang tidak bermoral sehingga menyampaikan ilmu sesuai dengan implikasi terhadap anak didik pun ikut tidak perkembangan zaman. bermoral, dan lain sebagainya. Dengan demikian keseluruh Dari hasil analisis terhadap sejumlah komponen atau elemen yang mendukung literature, secara umum profesionalisme guru sikap akan terbentuknya profesionalismenya sebagai pendidik Islam adalah: seorang guru, dalam perspektif Islam, guna 1. Bertaqwa mensejatikan posisi pendidikan Islam dalam Dalam kamus Munjid, kata Taqwa berasal dari kata ”Waqo-Yaqy-Wiqoyah” yang berarti menjaga, menghindari, menjauhi, 15 takut, dan berhati-hati. Dengan demikian, Mansur Muslich, Sertifikasi Guru taqwa bukan hanya sekedar takut, akan tetapi menuju Profesionalisme Pendidi,. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 9. juga merupakan kekuatan untuk taat kepada 16
Peraturan Pemerintah, nomor 19 pasal 28 ayat 3, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, nomor 16 tahun 2007.
17
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI, 2007) hlm. 27
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
45
perintah Allah SWT. Dengan kesedaran ini, membuat kita menyadari dan meyakini dalam hidup ini bahwa tidak ada jalan menghindar dari Allah, sehingga mendorong kita untuk selalu berada dalam garis-garis yang yang telah Allah tentukan. 2. Berilmu Pengetahuan Luas Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Allah sangat senang kepada umatnya yang suka mencari ilmu. Oleh karena itu seorang guru harus menambah keilmuannya. Karena dengan ilmu orang akan bertambah keimana dan derajatnya didepan Allah SWT. Seperti dalam firman Allah QS. Al-mujadilah 11 yaitu Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-mujadilah 11). 3. Berlaku Adil Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah menuju posisi yang diinginkan, adil juga berarti seimbang (balance) dan setimbang (equilibrium). Menurut Aminudin adil adalah ‘’ Meletakan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk memihak antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.’’ 4. Berwibawa Guru yang berwibawa dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Furqon ayat 63 dan 64 yaitu: Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”. 5. Ikhlas
46
Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162 yaitu: Artinya:“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. 6. Mempunyai Tujuan yang Rabbani Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, di mana segala sesuatunya bersandar kepada Allah dan selalu mentaatiNya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan mengenal sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani, maka dalam segala kegiatan pendidikan muridnya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut nama Allah dan merasakan keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa sejarah peristiwa melintas dihadapannya. Separti dalam firman Allah QS. Al-Anfal ayat:2 yaitu: Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS.Al-Anfaal ayat:2) 7. Mampu Merencanakan dan Melakukan Evaluasi Pendidikan Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian seorang guru harus mampu merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang mampu melakukan perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena sebuah perencanaan yang matang dalam sebuah proses belajar mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan dalam melihat masa depan, yang akan berhasil manakala rencana tersebut dilaksanakan dengan baik. Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “evalution”. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
pendidikan atau yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran, untuk melatih keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang telah diberikan. Jenisjenis evaluasi yang dapat dierapkan oleh seorang guru dalam pendidikan Islam yaitu “Evaluasi forrmatif, Evaluasi sumatif, Evaluasi penempatan, dan Evaluasi diagnostic”. Syarat-syarat yang dapat dieprgunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah : “Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan adalah ters tertulis (written test), tes lisan (oral test), tes perbuatan (Performance test). 8. Menguasai Bidang yang Ditekuni Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup dengan ilmunya. Guru tanpa ilmu yang dikuasainya bukanlah guru lagi. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar muridnya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia profesional dan menguasai keilmuannya.18 Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa strata pendidik perspektif pendidikan Islam, diantaranya yaitu: a. Allah SWT Dari berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tenntanng kedudukan Allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkan-Nya kepada nabi Muhhammad SAW. Allah memiliki penngetahuan yang amat luas. Ia juga sebagai pencipta.19 Diantara firmanNya: “Dan (Allah) allama ('mengajarkan) segala macam nama kepada Adam..” (Q.S. Al-Baqarah). Dilihat dari segi historis tentang eksistensi manusia dengan Tuhan, dapat 18
http://hermansembrani.blogspot.com/2013/05/prof esional-guru-dalam-pandangan-islam-.html diakses 9 Juni 2015 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hal. 56
diambil kesimpulan bahwa terminologi pendidik keduanya sangatlah berbeda. Allah sebagai pendidik yang mengetahui segala kebutuhan orang yang dididik-Nya sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.20 b. Nabi Muhammad SAW Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai “mualim” (pendidik). Bahwa Rasulullah SAW yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima Al-Qur’an, bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut, dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkan manusia.21 Diantara firmanNya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Q.S. Jumu’ah:02) c. Orang Tua Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua. Hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Objek utama dari pendidik di sini adalah anak-anak dari sebuah keluarga itu sendiri. Dalam konsep lingkungan pendidikan Islam, terdapat 3 aspek yang berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.22 Jadi, dari ketiga aspek tersebut mempunyai peranan yang penting sebagai penanggung jawab pendidikan. Diantara firmanNya: Artinya:’’Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, .
20
Ibid., hal. 59 M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007) hal. 83 22 Ramayulis, Op. Cit., hal. 60 21
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
47
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Al-Luqman:13). d. Guru Dalam arti, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam proses mentransformasikan sebuah keilmuan, kecakapan kepada peserta didiknya yang telah diamanatkan orang tua kepadanya. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut menjadi landasan seorang guru untuk mendidik dan mengarahkannya pada kecakapan-kecakapan yang diperlukan. Telah disebutkan di pengertian atas bahwasannya dari segi etimologi banyak kita jumpai istilah yang berdekatan dengan esensi arti dari pendidik tersebut Seperti “Murobbi”, “Mu’allim”, “Mua’addib”, ”mudarris”, “ustadz”, dan “mursyid”. Kata atau istilah “murabbi" misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.23 Sedangkan untuk istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.24Sedangakan ”mudarris”, “ustadz”,berarti guru. Istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di lokal.25 Paradigma Tentang Guru Dalam Perspektif Islam Beserta Implikasinya Pada Proses Pendidikan Islam 1. Kedudukan Guru dalam Islam Satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah 23 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 34 24 Ramayulis, Loc. Cit., hal. 60 25 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) hal.175
48
kedudukan Nabi dan Rasul.26 Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Tidak hanya itu saja, seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul. Hal ini dijelaskan Allah dan Rasulnya: ‘’Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’’. (Q.S. Mujadilah:11).
خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلﱠ َم ا ْلقُرْ أَنَ َو َعلﱠ َمه “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya” Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu Pengetahuan (pendidik).27 Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam. Sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. 2. Tugas Guru Dalam Proses Pendidikan Islam Pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praksis). Inti ajaran-Nya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepadaNya.28 Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan. Salah satu implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh seorang guru. Dalam hal ini S. Nasution menjadikan tugas guru menjadi tiga bagian berikut:
26
Ramayulis, Op. Cit., hal. 62 Ibid. 28 M. Basuki, Op. Cit., hal. 84 27
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
a) Sebagai orang yang meng-komunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini maka guru harus memiliki pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkan. Sebagai tindak lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh berhenti belajar, kerena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dia pelajari. b) Guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, se-hingga guru menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut. c) Guru yang menjadi model sebagai pribadi, ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya, atau yang menghidupkan idea-lisme dan luas dalam pandangannya.29 Kesimpulan Dari uraian diatas dapat dambil kesimpulan bahwa: a. Profesional dalam Islam khususnya dalam bidang pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilimuan kependidikan dan keinginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya. b. Keprofesional guru perlu adanya prinsip administrasi dan prinsip operasional. yang menjadi tolak ukur keahlian seorang guru dalam mencapai titik profesionalisme. c. Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni, merupakan panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam harus dilakukan karena Allah Swt. Hal ini akan mengukur sejauh nilai keikhlasan dalam perbuatan. d. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. e. Menurut Sulani, agar tujuan pendidikan tercapai seorang guru harus mempunyai syarat-syarat pokok yaitu: Syarat Syahsiyah , Syarat lmiah , dan Syarat Idofiyah.
29
Ahmad Tafsir, Op. Cit., hal. 76
f. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius. g. Dari hasil analisis terhadap sejumlah literature, secara umum profesionalisme guru sebagai pendidik Islam adalah bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan yang Rabbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendi-dikan, dan menguasai bidang yang ditekuni. Daftar Pustaka Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arif Rohman. 2007. “pendidik dan peserta didik”, dalam Dwi Siswono dkk (ed,) Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: UNY Press. Moh. Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Intregatif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.Yogyakarta: LKiS. Rama Yulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia. D. Deni Koswara Halimah. 2008. Seluk-Beluk Profesi Guru, Bandung: PT Pribumi Mekar. Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya Karl Tan Beng San, 1998. Peluang dan Tantangan-tantangan Tenaga Profesional Tingkat Menengah di Asia Pasifik pada Abad ke-21”, (Makalah Seminar) (Palembang : Politeknik Negeri Sri Wijaya. Zakiah Daradjat, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Tohirin, 2006. Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
49