PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA KEGIATAN PRAMUKA MELALUI HIKING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK Tumisem*) Abstract: Integrated science learning is able to create the real learning situation for students. Students are able to develop their ideas so that they can give more systematic and complete answers. The students’ ideas expand. It can be seen from their understanding towards the items learned from surrounding real life situation. Integrated science learning through hiking was able to develop and improve students’ behaviour, responsibility, appreciation towards others, cooperation among students, honesty, courtesy in speaking, and self confidence. Keywords: Science, integrated, hiking, complete and systematic
Dalam pendidikan formal dari jenjang terendah sampai perguruan tinggi, muatan kurikulum pendidikan di Indonesia berisi materi yang sangat padat, sehingga penambahan dan pengayaan materi pengajaran dari jenjang yang terendah sampai perguruan tinggi kurang memungkinkan. Hal ini tidak saja memberatkan peserta didik, namun membuat kurikulum tidak fokus dan tidak memberikan hasil yang efektif. Kurikulum seperti ini juga membuat peserta didik tidak dapat menjadi manusia yang kritis terhadap Iptek, sehingga mengakibatkan daya saing Ipteks Indonesia rendah (Puskur, 2002). Dampak lain dari kurikulum yang padat tersebut adalah penambahan dan pengembangan materi terkait dengan peningkatan pemahaman siswa terhadap IPA kurang memungkinkan. Keberhasilan Jepang dalam daya saing kemampuan sains salah satunya disebabkan karena aspek penekanan pembelajaran yang difokuskan pada pemahaman, penguasaan keterampilan dasar sains, aplikasi dalam kehidupan seharihari, berkomunikasi secara sistematis, problem solving dan menggunakan pendekatan tematikterpadu. Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan akan kualitas sumberdaya manusia agar pada waktunya dapat berperan secara optimal dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembangunan, Depdiknas mensosialisasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan rangkaian dari kebijakan pemerintah terkait dengan komponen pendidikan yang mencakup standardisasi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan pra-
sarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. KTSP dikembangkan dengan prinsip-prinsip berpusat pada potensi yang mencakup kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungannya; keterpaduan dan relevan dengan kebutuhan hidup secara meyeluruh dan berkesinambungan (Siskandar, 2006). Salah satu kegiatan Pramuka yang terkenal adalah hiking. Menurut Sulaeman (2005) maksud dan tujuan hiking di alam terbuka dalam Pramuka antara lain: mendekatkan diri pada Tuhan, berekreasi agar tidak mengalami ketegangan, meningkatkan kecakapan atau keterampilan dan pemahaman terkait dengan bahasan yang ditentukan oleh pembina. Berdasarkan maksud dan tujuan tersebut, hiking dapat diarahkan pada perjalanan penjelajahan yang bersifat ilmu pengetahuan; atau latihan mental dan fisik. Oleh karena itu jenis-jenis kegiatan dalam hiking dapat mencakup: perjalanan spiritual, penjelajahan masyarakat, perjalanan penyelidikan, dan lainnya. Jenis hiking yang dikemas dalam perjalanan penyelidikan sangat membantu peserta didik mendalami IPA secara menyeluruh dari berbagai aspek kehidupan. Dari alasan ini maka kegiatan hiking dapat membantu meningkatkan pemahaman IPA secara terpadu mendukung KTSP. Kegiatan Pramuka di Indonesia aktif dilakukan pada hari Jumat atau Sabtu. Kegiatan ini tergabung dalam ekstrakurikuler. Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan dan bertujuan untuk membantu melengkapi dan mendukung kegiatan kurikuler (pembelajaran di
*) Tumisem adalah dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
kelas). Hal ini ditunjukkan dengan sasaran program Pramuka yang menyangkut enam aspek dalam pembentukan karakter individu (Gambar 1). Tapi pada kenyataannya sementara ini kegiatan Pramuka yang dilakukan secara rutin satu kali per minggu di masing-masing sekolah dari jenjang pendidikan SD sampai Perguruan
Tinggi hanya diisi dengan materi permainan, talitemali, tepuk tangan, bernyannyi, dan keterampilan/kecakapan khusus yang banyak menyangkut pada kreativitas dalam berkarya. Sedang untuk pengembangan sosial, intelektual dan emosional masih tidak dihiraukan.
Gambar 1. Sasaran Kegiatan Pramuka Secara Umum (Benard & Jepersen, 2005)
Salah satu action agar kegiatan Pramuka sesuai dengan tujuan dan sasaran program, menyenangkan dan tidak membosankan anggota adalah mengatur dan merancang hiking sebagai kegiatan yang mendukung pembelajaran kurikuler untuk membantu peserta didik memahami fenomena/sains dan proses sains baik yang terjadi di komunitasnya maupun yang terjadi secara global. Hal ini sangat memungkinkan karena kegiatan Pramuka di sekolah dan perguruan tinggi merupakan suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di luar kelas, menarik, menyenangkan, terorganisasi, membina dan prakteknya dalam lingkungan terbuka. Corak ini membuatnya menjadi salah satu aktivitas pendidikan yang sesuai untuk memperoleh learning by doing tentang IPA terpadu. Jenis kegiatan hiking yang mendukung pembelajaran di kelas secara terpadu adalah perjalanan penyelidikan. Jenis kegiatan ini akan lebih baik diterapkan sejak dini yang dimulai dari SD (Sekolah Dasar) sehingga peserta didik memiliki basic skill dalam proses IPA ketika melanjutkan pada jenjang sekolah menengah dan perguruan tinggi. Melalui hiking, model kerja ilmiah dapat dikembangkan menjadi beberapa macam dan beberapa rangkaian penyelidikan sesuai dengan waktu yang akan digunakan. Prinsip kerja ilmiah dalam rangka mengembangkan pemahaman IPA terpadu menurut kurikulum 2004 diberikan mulai dari jenjang
pendidikan terendah antara usia 5--20 tahun dan diulang-ulang. Hal ini terkait dengan penanaman sikap dasar bagi anak. Umumnya manusia pada usia antara 5-20 tahun dapat dipengaruhi sedemikian rupa, sehingga kepribadian setelah umur tersebut menjadi stabil yang diharapkan menjadi suatu kebiasaan. Masa antara usia 5--20 tahun merupakan the formative years, dan pada umumnya kebiasan yang telah tersusun dalam the formative years ini tidak akan berubah lagi. Pembelajaran ini akan sesuai, memudahkan dan menunjang proses pembelajaran IPA di sekolah. Proses pembelajaran ini akan membuat peserta didik lebih terkesan dan tertarik, sehingga materi pembelajaran akan lebih lama terkenang dan tertanam dalam benak atau otak siswa (Bell Gredler, 1986; Santoso, 1981). World Scout Bureau (2002) mengemukakan bahwa tema-tema yang paling kuat dalam program yang telah dikembangkan Baden Powell adalah mengamati proses-proses alam, memahami dan melindunginya. Dengan melakukan kegiatan di alam terbuka dapat menunjukkan bagaimana orang berpikir kritis tentang beberapa fenomena yang berkaitan dengan Ipteks dan kekuasaan Tuhan, serta bagaimana memanfaatkan dan memeliharanya. Dalam hal ini Baden Powell berpendapat bahwa lingkungan merupakan sebuah laboratorium untuk mengamati fenomena alam, club untuk bermain dan tempat hidup.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan materi berbasis lingkungan sekitar sekolah. Oleh karena lingkungan sekitar SD penelitian terdiri atas banyak hutan mangrove dengan perairan payau, maka materi eksperimen yang diberikan dalam penelitian ini menyangkut seputar hutan mangrove dan perairan payau. Area kunci materi eksperimen mengacu pada kompetensi dasar dan silabus
mata pelajaran sains kelas 3 sampai dengan kelas 6 (Tabel 1). Masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok topik l dibagi dalam regu. Satu regu terdiri atas 5-6 anak. Pada kelompok eksperimen dilakukan jenis kegiatan hiking penyelidikan terkait dengan hutan mangrove dan perairan payau, sedang kelompok topik l diberikan materi kepramukaan yang antara lain baris-berbaris, permainan, tali temali, dan bernyanyi.
Tabel 1. Area Kunci Materi Pembelajaran IPA dari Kelas 3 sampai 6 Melalui Hiking Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Mendeskripsikan opicciri dan kebutuhan makhluk hidup
Ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup
Melakukan penyelidikan awal
Terintegrasi dalam pembelajaran
Berkomunikasi ilmiah
Terintegrasi dalam pembelajaran
Menunjukan kreativitas dalam memecahkan masalah
Terintegrasi dalam pembelajaran
Bersikap ilmiah
Terintegrasi dalam pembelajaran
Mengidentifikasi opic-ciri mahkluk hidup Membedakan antara makhluk hidup dan benda tak hidup berdasarkan pengamatan opic-cirinya Mengemukakan pendapat tentang suatu opic untuk mendata yang telah diketahui Menulis semua permasalahan yang ada di lingkungan sekitar Mendiskusikan sesuatu yang didengar atau dilihat Melakukan penyelidikan sederhana dengan dua atau tiga langkah, misalnya: mengumpulkan hewan-hewan kecil Melakukan pengamatan dan pengukuran dengan menggunakan alat Membuat catatan hasil pengamatan dan pengukuran Mengelompokan informasi/data Menganalisis data Menafsirkan hasil analisis Membuat kesimpulan dari hasil penyelidikan Mendeskripsikan hasil penyelidikan ilmiah sederhana dalam bentuk laporan Menyusun informasi sains dengan menggunakan sarana dan sumber yang ada Menyajikan informasi sains dengan berbagai cara Mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari Menetapkan masalah spesifik yang ingin dijawab Mencari kemungkinan pemecahan masalah Memilih cara yang tepat untuk memecahkan masalah Mengamati lingkungan secara aktif Mengajukan pertanyaan tentang obyek yang ditemukan Bekerja sama dalam kegiatan kelompok Memberikan gagasan atau ide Bekerja dengan tekun dan teliti dalam memecahkan suatu masalah Merespon instruksi yang berkaitan dengan kepedulian terhadap sesuatu Melakukan suatu tindakan secara bertanggungjawab Mengomunikasikan manfaat dan kerugian yang terjadi akibat hubungan antar makhluk hidup Memprediksi kemungkinan yang akan terjadi bila lingkungan berubah Mengidentifikasi terjadinya perubahan lingkungan Mengidentifikasi cara mencegah erosi tanah dan abrasi
Menyimpulkan adanya saling ketergantungan antar makhluk hidup dan dengan lingkungan Menghubungkan antara perubahan lingkungan dan prosesnya dengan kondisi daratan
Saling ketergantungan antar makhluk hidup Perubahan lingkungan fisik dan prosesnya
Kelas
III
IV
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Mendeskripsikan keterkaitan antara sumberdaya alam, lingkugan, teknologi, dan masyarakat Mengaitkan ciri-ciri makhluk hidup dan lingkungan hidupnya
Keterkaitan antara sumber daya alam, lingkungan, teknologi, dan masyarakat Penyesuaian makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya
Memanfaatkan saling keterkaitan antara ciri makhluk hidup dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
Keterkaitan antara ciri makhluk hidup dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
Menyimpulkan bahwa makhluk hidup menggunakan sumberdaya alam yang berasal dari bumi dan matahari
Sumber daya alam dan penggunaannya
Menyimpulkan adanya hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki makhluk hidup dan lingkungan hidupnya
Menjelaskan bahwa kegiatan manusia dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
Ciri-ciri makhluk hidup dan lingkungan hidupnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem
Indikator
Kelas
Memberi contoh berbagai sumberdaya alam dan hasilnya Mengumpulkan informasi tentang dampak pengambilan sumberdaya alam tanpa ada usaha pelestarian terhadap lingkungan Memberikan contoh cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya Mendeskripsikan ciri khusus pada beberapa tumbuhan untuk melindungi dirinya, misalnya memiliki racun, duri, atau daun yang tajam Mengaitkan antara ciri khusus tumbuhan dengan tempat hidupnya Menentukan cara untuk mencegah kepunahan hewan dan tumbuhan Menjelaskan kerugian yang dialami manusia karena hilangnya jenis makhluk hidup tertentu Mencari informasi cara-cara pelestarian makhluk hidup Mengidentifikasi beberapa jenis sumberdaya alam yang digunakan Membedakan antara sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui Mendeskripsikan beberapa cara penggunaan sumber daya alam yang digunakan Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhannya Mendeskripsiskan ciri khusus hewan yang ada di sekitarnya Mengaitkan antara ciri khusus yang dimiliki hewan tersebut dengan lingkungan hidupnya Memberi contoh tumbuhan yang mempunyai ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya dan mendeskripsikan ciri khusus tumbuhan yang ada disekitarnya Mengaitkan antara ciri khusus yang dimiliki tumbuhan tersebut dengan lingkungan hidupnya Menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem Membuat karangan dengan tema pelestarian lingkungan Menjelaskan berbagai cara penanggulangan pemusnahan hewan atau tumbuhan
Evaluasi kegiatan dilakukan bersama dengan pembina/guru. Evaluasi yang dilakukan mencakup: hasil kerja siswa (LKS) secara portofolio, form evaluasi yang meliputi kondisi siswa, materi yang diberikan, dan efektifitas waktu pelaksanan. Untuk menguji pemahaman yang diperoleh siswa, masing-masing regu menyampaikan hasil kerjanya di hadapan regu lain secara lisan, regu lainnya menanggapi. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan uji t dan analisis gain pada kelas kontrol dan eksperimen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan melalui N-gain di-
V
VI
peroleh selisih antara skor pretes-postes kelompok kontrol sebesar 0.253. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor sebesar 25.30%. Hasil perhitungan N-gain pada kelompok eksperimen diperoleh selisih skor pretes-postes sebesar 0.59. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor sebesar 59%. Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa pembelajaran IPA terpadu dapat meningkatkan pemahaman peserta didik baik pada kelompok kontrol maupun eksperimen. Hasil perhitungan uji prasyarat homogenitas terhadap skor tes menggunakan SPSS versi 10.0 diperoleh nilai Fhitung=1.949 dan signifikansi 0.164. Fhitung =1.949
homogen (Alhusin, 2002). Hasil perhitungan uji prasyarat normalitas terhadap skor tes menggunakan SPSS versi 10.0 menunjukkan nilai Asym. Sig (probabilitas) sebesar 0.838. Probabilitas sebesar 0.838>0.05, sehingga dapat dinyatakan sampel penelitian berdistribusi normal (Alhusin, 2002). Oleh karena berasal dari sampel yang homogen dan berdistribusi normal, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Dari hasil perhitungan uji t (independent samples t test) diperoleh thitung sebesar -5.011. Pada daftar distribusi t, diperoleh nilai ttabel dengan signifikansi 0.05 dan df=∞ sebesar 1.960. Dengan demikian thitung sebesar -5.011>ttabel sebesar -1.960, sehingga dapat dinyatakan bahwa rerata (mean) postes antara kelompok kontrol dengan eksperimen berbeda nyata. Berdasarkan analisis secara statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA terpadu melalui
hiking mampu meningkatkan pemahaman siswa. Dari hasil analisis rata-rata skor LKS kelompok eksperimen menunjukkan pembela-jaran IPA terpadu mampu memberikan gambaran nyata pada peserta didik sehingga peserta didik dapat menjawab pertanyaan secara tepat sebesar 33.33%. Hal ini juga mengakibatkan peserta didik mampu mengembangkan gagasannya, sehingga memberikan jawaban yang lebih lengkap dan sistematis daripada kelompok kontrol dengan penyebaran skor seperti pada Gambar 2. Pada Gambar 2 terlihat bahwa rata-rata skor LKS pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu melalui hiking dapat: mengembangkan gagasan peserta didik, sehingga peserta didik mampu menjawab pertanyaan secara lengkap dan sistematis; serta memberikan gambaran fakta, sehingga peserta didik mampu menjawab pertanyaan secara tepat.
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 III Eksp.
III Kntrl
IV Eksp Ketepatan
IV Kntrl Gagasan
V Eksp Kelengkapan
V Kntrl
VI Eksp
VI Kntrl
Sistematika
Gambar 2. Perbandingan Skor LKS postes pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Hasil observasi kinerja peserta didik di lapangan mencakup aspek keaktifan dalam tindakan, tanggungjawab, menghargai orang lain, kerjasama, jujur, sopan dalam bertutur, dan percaya diri. Observasi terhadap kinerja peserta didik dilakukan oleh guru (pembina) dikoordinasi oleh koordinator Pramuka. Penilaian masing-masing aspek menggunakan 3 kategori yaitu baik, sedang (cukup) dan jelek. Skor kinerja kelompok kontrol berkisar antara jelek dan sedang dengan kategori 1–2. Kelompok eksperimen berkisar antara sedang dan baik dengan kategori 2–3 pada semua aspek (Gambar 3). Pada Gambar 3 terlihat bahwa rata-rata skor kinerja peserta didik pada kelompok ekspe-
rimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam bertindak, rasa tanggung jawab, menghargai orang lain, kerjasama antar peserta didik maupun kelompok, rasa percaya diri dan dapat mengembangkan sikap jujur dan sikap sopan dalam bertutur. Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan skor sebesar 25.3%. Peningkatan skor ini disebabkan karena soal pretes dan postes yang diberikan sama, sehingga peserta didik pada saat mengerjakan postes telah mengoreksi jawabannya berdasarkan pengalaman dari teman yang dikenai eksperimen atau jeda selama kegiatan
berlangsung telah terjadi diskusi baik dengan teman dan/atau orangtua/keluarganya. Kondisi ini belum menjamin bahwa peserta didik telah
memahami materi pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil skor LKS yang rendah.
3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 III Eks
III Kntrl Aktif
IV Eks
Tanggungjawab
IV Kntrl Hormat
V Eks
Kerjasama
V Kntrl Jujur
Sopan
VI Eks
VI Kntrl
Percaya diri
Gambar 3. Rata-rata Skor Kinerja Peserta didik antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen
Pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan skor sebesar 59% disebabkan karena peserta didik telah memahami konsep dan proses materi pembelajaran. Peningkatan pemahaman peserta didik ditunjukkan juga dari ketepatan jawaban yang diberikan dalam lembar kerja. Ketepatan jawaban yang diberikan masingmasing kelompok disebabkan karena secara langsung peserta didik melihat kondisi nyata yang dapat memberikan jawaban benar. Peningkatan pemahaman dalam kegiatan ini dilakukan dan dicapai melalui pendekatan inkuiri, konstruktivisme, kontekstual, dan problem solving. Semua aplikasi pendekatan ini memacu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir. Gerakan pengajaran ini berorientasi pada lingkungan sekitar peserta didik yang mencakup: pendidikan tentang, di dan untuk lingkungan sekitar. Materi pendidikannya tidak hanya digunakan sebagai isi materi dalam pengajaran, tetapi juga menjadi kajian empirik melalui kerja ilmiah. Kajian empirik peserta didik melalui kerja ilmiah dilakukan melalui pengamatan (observasi), mengajukan dugaan, pengumpulan data, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan ini, bukan hanya hasil dari mengingat seperangkat fakta, tetapi merupakan hasil dari menemukan sendiri. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran inkuiri. Oleh karena itu pembelajaran IPA terpadu melalui hiking merupakan pembelajaran
yang mengembangkan pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri memacu peserta didik melakukan proses ilmiah untuk menemukan fakta dan membangun konsep atau prinsip secara ilmiah. Konsep dan prinsip dibangun sendiri oleh peserta didik, berdasarkan pemahaman dan pengalamannya setelah berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep tersebut identik dengan pendapat Rush et al. (1999) yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis alam merupakan pendidikan yang merefleksikan pengajaran tentang lingkungan, untuk lingkungan dan dilaksanakan di lingkungan. Dari hasil observasi di lapangan, pembelajaran IPA terpadu melalui hiking menjadikan guru dapat memperagakan materi dan memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif mengamati secara lansung. Hal ini berarti guru/ pembina dapat memberikan gambaran nyata secara menyeluruh berdasar fakta dan membawa peserta didik pada situasi yang lebih bermakna. Pernyataan ini sesuai dengan J Ligthart dalam Sagala (2005) yang menjelaskan bahwa gerakan pendidikan yang beorientasi pada lingkungan sekitar peserta didik memiliki prinsip (1) guru dapat memperagakan materi secara langsung sesuai dengan sifatnya; (2) memberikan kesempatan agar peserta didik aktif; (3) memungkinkan memberikan pengajaran totalitas, maksudnya: tidak mengenal pembagian mata pelajaran, merupakan pengajaran yang menarik minat, memungkinkan segala materi pengajaran
berhubungan satu sama lain secara teratur; (4) memberikan materi apersepsi intelektual yang tidak verbalitas; dan (5) memberikan materi apersepsi emosional.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu melalui hiking mampu meningkatkan pemahaman materi pembelajaran di kelas secara komprehensif sebesar 59%. Kegiatan pembelajaran ini juga mampu meningkatkan aktivitas siswa, kemampuan berkomunikasi dan penalaran, menulis secara sistematis, rasa tanggungjawab, dan kerja sama. Bagi para pengelola pendidikan (terutama guru dan Kepala Sekolah) disarankan agar kemampuan pemahaman materi peserta didik lebih meningkat secara efektif dapat menyelenggarakan pendidikan terpadu yang memadukan kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler. Sebagian besar materi pelajaran yang bersifat teoretis diberikan pada saat kegiatan intrakurikuler yaitu pada saat peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler berisi kegiatan belajar di luar sekolah yang bersifat aplikatif. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain dapat berbentuk karya wisata, perkemahan, berkebun, penelitian, pameran dan hiking. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menunjang pelaksanaan kegiatan intrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik dihadapkan pada masalah di mana mereka harus memecahkannya sendiri baik secara individual maupun secara berkelompok.
DAFTAR RUJUKAN
Alhusin. S. 2002. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS 10 for Windows. Yogyakarta: J & J Learning. Pusat Kurikulum. 2002. Standar Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. Bell Gredler. 1986. Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Macmillan Publi.Co Benard & Jepersen. 2005. Renewed Approach to Programme Worl Scouting. Printed in France by: ICN Rush, et al. 1999. Towards a Set of Principles for Effective Environmental Education Stra-
tegies and Programmes and Their Evaluation. Wellington: Agriculture New Zealand Ltd. Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Santoso, S.I. 1981. Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Siskandar. 2006. Perkembangan Pendidikan Di Indonesia. Makalah seminar nasional di sampaikan UNNES tanggal 23 Desember 2006. Sulaeman, I. 2005. Hiking Penerbit: AkuSuka. Bandung World Scout Bureau. 2002. Scouting and Environment. Genewa. Switzerland.