PEMBELAJARAN BERBASIS BLENDED LEARNING DISERTAI NILAI KARAKTER DI FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO Handoko Santoso1, Agil Lepiyanto2, Swaditya Rizki3 1,2,3
FKIP Universitas Muhammadiyah Metro, Kota Metro Email:
[email protected] 2
[email protected] 3
[email protected] Abstrak
Perkembangan zaman saat ini menuntut perubahan dalam dunia pendidikan. Seiring berkembangnya zaman yang ditandai adanya perubahan dalam dunia ICT tentu harus diimbangi dengan perubahan dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Pembelajaran selama ini yang belum berpusat pada peserta didik (teacher centered) tentu saja harus berubah, bergeser ke arah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered). Perubahan paradigma pendidikan harus menyeluruh dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Menyadari hal tersebut, maka Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia tentu harus menyiapkan calon-calon guru (tenaga pendidik) yang bisa dan cakap beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Pendidik dituntut tidak hanya menguasai materi namun juga memiliki kompetensi tentang ICT, serta memiliki karakter yang kuat. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kompetensi calon pendidik sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah pembelajaran berbasis blended learning disertai nilai karakter.Penelitian ini menggunakan metode R&D melalui 4 langkah yaitu: define, design, developt, and disseminate untuk mengembangkan perangkat blanded learning. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh ahli melalui angket. Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran baik/layak digunakan.
242
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
1. PENDAHULUAN Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran harus terus dilakukan oleh tenaga pendidik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui peningkatan kualitas proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran diantaranya ditandai oleh terjadinya interaksi dan aktivitas selama pembelajaran. Interkasi dapat terjadi secara face to face atau secara tidak langsung yaitu melalui fasilitas internet (IT). Bentuk pembelajaran demikian diantaranya model pembelajaran berbasisi blended learning. Rovai and Jordan (2004:3) menyatakan model blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to face learning). Lewat model blended learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan (conventional) akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun. Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009:82), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak. Peningkatan interkasi akan meningkatkan pengalaman dan hasil pembelajaran. Dari pendapat di atas, blended learning merupakan suatu pembelajaran yang menerapkan penggabungan dua kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran tradisional yang berupa pembelajaran tatap muka, serta pembelajaran e learning yaitu pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet sebagai pembelajaran online. Blended learning, praktek penmbelajaran yang menggabungkan metode pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran online yang dapat mengatasi berbagai masalah yang
selama ini menjadi penghalang belajar yaitu terbatasnya jarak. Penelitian awal yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 diperoleh hasil validasi model Web Blended Learning menunjukkan hasil valid, yang berarti bisa digunakan namun demikian masih perlu dilakukan ujicoba (Santoso: 2015). Perangkat pembelajaran yang menjadi muatan dalam web tersebut perlu dikembangangkan untuk dilakukan validasi agar diperoleh perangkat yang valid. 2. METODE Penelitian dilakukan mengunakan metode R & D melalui langkah-langkah 4-D, yaitu define, design, develop, and disseminate (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel 1974). Adapun langkah metode research and development (R&D) dapat dilihat pada Gambar berikut.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
243
Analisis Awal akhir Analisis Siswa
Analisis Tugas
D E F I N E
Analisis Konsep
Spesifikasi Tujuan Penyusunan Tes Pemilihan Media
D E S I G N
Pemilihan format
Rancangan Awal
D E V E L O P
Validasi Ahli
Uji Pengembangan Uji Validasi Pengemasan
DISSEMINATE
Penyebaran dan Pengabdosian Gambar 1. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D (Thiagarajan, Semmel, dan Semmel, 1974) . Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan langkah– langkah berdasarkan model prosedural yang ditetapkan yaitu model Research and Develompen (R&D). Tahapan penelitian ini adalah 1.
Tahap Pendefinisian (Define) Tahap ini terdiri atas 5 langkah pokok yaitu analisis ujung depan, analisis mahasiswa, analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan
2.
Tahap Perancangan (Design)
244
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Tahap ini terdiri empat langkah yaitu penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media yang sesuai dengan materi, pemilihan format dengan cara mengkaji berbagai format yang telah ada. 3.
Tahap Pengembangan (Develop) Tahap ini menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi validasi perangkat oleh pakar, simulasi, uji coba terbatas. Tahap pengembangan diawali dengan validasi oleh ahli, yaitu ahli pendidikan biologi dan ahli perangkat pembelajaran, ahli media belajar. Uji coba dilakukan di Universitas Muhammadiyah Metro pada program studi pendidikan biologi dengan jumlah
50 mahasiswa yang sedang
menempuh matakuliah biologi umum. 4.
Tahap Pendeseminasian (Dissseminate) Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi literature, angket
dan tes. Berikut ini merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. a.
Studi pustaka dan studi dokumentasi untuk pengembangan Model pembelajaran biologi berbasis blended learning disertai nilai karakter
b.
Tes dikembangkan melalui latihan-latihan yang diberikan pada setiap model pembelajaran untuk setiap pertemuan.
c.
Angket dikembangkan untuk menjaring pendapat tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan. Data angket diperoleh dari mahasiswa dan dosen yang mencobakan model pembelajaran biologi. Angket (lembar validasi) juga digunakan untuk memperoleh data penilaian vilditas produk pengembangan.
d.
Lembar wawancara dosen
e.
Observasi dikembangkan untuk mengamati proses dan hasil pelaksanaan model pembelajaran biologi berbasis blended learning diserta nilai karakter Aspek yang dinilai dari produk hasil pengembangan adalah aspek isi, penyajian, dan
pedagogi. Masing-masing aspek dikembangkan lagi menjadi beberapa indikator. Penilaian dalam bentuk kualitatif terbagi dalam 5 skala yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB), Kurang Baik (KB), dan Tidak Baik (TB). Skor kualitatif jika diskor dengan angka maka SB=5, B=4, CB=3, KB=2, dan TB=1. Hasil perhitungan persentase, kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria interpretasi skor seperti Tabel berikut.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
245
Tabel 1. Kriteria Tingkat Kelayakan Menurut Ahli dan Pengguna Skor 0-20% 21-40% 41-60% 61-80% 80-100% Sumber Riduwan dan Akdon (2007)
Kategori Tidak baik Kurag baik Cukup baik Baik Sangat baik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Data Hasil Validasi Ahli Materi Bahan Ajar/LKM Tabel 2. Hasil Validasi Ahli Materi Bahan Ajar/LKM Validasi Tahap 1 No
Indikator
Kesesuaian LKM 1 dengan Kompetensi Dasar Kesesuaian 2 indikator dengan Kompetensi Dasar Kesesuaian pokok 3 materi dengan Kompetensi Dasar Pemilihan bahasa 4 pada LKM mudah dipahami mahasiswa Materi pokok terurut dan sangat 5 membantu mahasiswa Pertanyaan diskusi 6 mengacu pada materi pokok Langkah Kegiatan LKM dapat 7 mengembangkan karakter mahasiswa Jumlah
Validasi Tahap 2
Validator
RataRata
%
%
Validator 1 2
3
53.33
4 4
3
3,666 7
73,33
3.33
66.67
4
5
4
4,33
86,67
3
3
60
4
4
4
4
80
4
3
3.33
66.67
4
5
4
4,33
86,67
2
3
3
2.67
53.33
3
4
4
3,67
73,33
3
3
3
3
60
4
4
4
4
80
3
3
2
2.67
53.33
4
4
3
3,67
73,33
20
23
19
1
2
3
3
3
2
2.67
3
4
3
3
3
3
Ratarata:5 9.047
b. Ahli Desain Bahan Ajar/LKM Tabel 3. Hasil Validasi Ahli Desain Bahan Ajar/LKM 246
RataRata
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Ratarata 79,047
No
1
2
3
4
5
6
7
Indikator Ukuran huruf sudah cukup terlihat jelas. LKM Menunjukkan langkah pembelajaran berbasis blended learning Alat dan bahan percobaan sesuai dengan kebutuhan Mahasiswa Prosedur percobaan urut dan mudah dipahami Jawaban atas pertanyaan diperoleh melalui percobaan Pertanyaan yang diajukan dapat membimbing mahasiswa untuk dapat menarik kesimpulan LKM menunjukkan pengembangan karakter Mahasiswa Jumlah
Validasi Tahap 1 Validator 1 2 3
Ratarata
%
2
3
2
2.33
46.67
2
3
3
2.67
53.33
4
3
3
3.33
66.67
3
3
3
3
60
3
3
3
3
60
3
3
3
3
60
3
3
2
2.67
53.33
20
21
19
Ratarata 57.14
Validasi Tahap 2 Validator 1 2 3
Ratarata
%
4
3
3,33
66,67
3
4
4
3,667
73,33
5
4
4
4,33
86,67
4
4
4
4
80
4
4
4
4
80
4
4
4
4
80
4
4
3
3,67
73,3
3
Ratarata 77,14
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
247
c. Data Hasil Validasi Ahli Desain SAP Tabel 4. Hasil Validasi Ahli Desain SAP
No
1
2
3
4
5
6
Aspek yang Dinilai Konsistensi Kelengkapan komponenkomponen SAP Keterkaitan komponenkomponen SAP dengan LKM Kesesuaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Dosen dengan model pembelajaran berbasis blended learning Kesesuaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa dengan model pembelajaran berbasis blended learning Komponenkomponen dan kegiatan pada SAP mendorong partisipasi aktif mahasiswa Pembelajaran dalam SAP dapat mengembangkan karakter mahasiswa
Validasi Tahap 1 Validator
RataRata
%
Validator
1
2
3
2
3
3
2.67
53.33
2
3
3
2.67
53.33
4
3
3
3.33
66.67
3
3
3
3
60
3
3
3
3
60
2
2
3
2.33
46.67
16 Jumlah
17
18
1
Ratarata 56.67
d. Hasil validasi silabus Tabel 5. hasil validasi silabus 248
Validasi Tahap 2
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
RataRata
%
2
3
4
4
3,67
73,33
3
4
4
3,67
73,33
5
4
4
4,33
86,67
4
4
4
4
80
4
4
4
4
80
3
3
4
3,33
66,67
3
Ratarata 76,667
No
1
2
3
4
5
Aspek yang dinilai Konsistensi isi Silabus dengan SAP/RPP Konsistensi isi antara Silabus dengan LKM Konsistensi isi Silabus dengan Instrumen Keterkaitan SK dan KD yang ada pada Silabus Keterkaitan KD, Materi dan integrasi nilai islam yang ada pada silabus
Jumlah
Validasi Tahap 1 Validator
Ratarata
%
1
2
3
3
3
3
9
60
3
3
2
8
53.33
3
3
3
9
60
3
2
3
8
53.33
3
2
4
9
60
15
13
15
Ratarata 57.33
Validasi Tahap 2 Validator 1 2 3
% Ratarata
4
4
4
80
4
4
3
3,67
73,33
4
4
4
4
80
4
3
4
3,67
73,33
4
3
5
4
80
3,87
Ratarata 77,333
4
3,6
4
4
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
249
e. Hasil validasi instrument evaluasi Tabel 6. Hasil Validasi Instrument Evaluasi Validasi Tahap 1 Aspek Validator RataNo
1
2
3
4
5
Instrumen evaluasi aspek aktivitas pembelajaran online Instrumen evaluasi aspek laporan akhir LKM sesuai dengan pembelajaran Instrumen aktivitas pembelajaran online dan laporan akhir LKM mudah digunakan Soal hasil belajar sesuai dengan kompetensi dasar Soal Hasil belajar sesuai dengan indicator pembelajaran Jumlah
1
2
3
rata
%
3
2
3
8
53.33
2
2
3
7
46.67
2
3
3
8
53.33
3
3
3
9
60
3
3
4
10
66.67
13 13 16
Ratarata 56
Validasi Tahap 2 Validator Rata1 2 3 rata
%
3
4
3,67
73,33
3
3
4
3,33
66,67
3
4
4
3,67
73,33
4
4
4
4
80
4
4
5
4,33
86,67
3,8
Ratarata 76
4
3,6
3,6 4,2
Menurut Carman (2005:2), ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan blended learning, yaitu: 1. Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu sama tapi tempat berbeda. 2. Self-Paced Learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja secara online. 3. Collaboration, mengkombinasikan-kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar. 4. Assessment, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen online dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes. 5. Performance Support Materials, pastikan bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline maupun online 250
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Khan (2010:2) menyatakan pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya (1) secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengatasi diri (2) melakukan kebebasan (3) dan penalaran (4) serta mengembangkan segala potensi diri (5) yang dimiliki anak didik. Menurut Kemdiknas (2011:7) Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni 4. KESIMPULAN Perangkat Pembelajaran Blended Learning yang dikembangkan peneliti setelah dilakukan validasi oleh ahli dinyatakan layak untuk digunakan .
DAFTAR PUSTAKA [1] Graham. Charles R. 2005. Introduction To Blended Learning. www. publicationshare.com. Diakses pada tanggal 22 Februari 2012 [2] Jusoff, K. & Khodabandelou, R. 2009. Preliminery study on the role of social presence in blended learning environment in higher education. (Versi elektronik).Journal of International Education Studies., vol 2 no 4, 82. [3] Kemdiknas. 2011. Panduan Pelaksanan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan penelitian dan Pengembangan Pusat kurikulum dan Perbukuan [4] Khan, Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publising [5] Riduwan dan Akdon (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta [6] Rovai, A.P., Jordan, H.M. 2004. Blended learning and sense of community: a comparative analysis with traditional and fully online graduate courses, International Review of Research in Open and Distance Learning, Vol. 5, Number 2, 1492-3831, diunduh 15 Februari 2012, dari http://www.irrodl.org [7] Santoso, Handoko. Lepiyanto, Agil. Riski, Swaditya. 2015. Pengembangan Web Pembelajaran Sebagai Inisisasi Media Pembelajaran Berbasis Blanded Learning. Makalah Disjikan dalam Seminar Nasional Transformasi Nilai-nilai Islam dalam Meningkatkan SDM Bangsa Indonesia. Universitas Muhammadiyah Metro. Kota Metro: 25 Nopember 2015
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
251