PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Etnografi di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur) Iriany Kesuma Wijaya STKIP YPUP Jln. Andi Tonro no 17 Makasar
[email protected] ABSTRACT This study aims to gain a deep and comprehensive understanding of the process of learning English language learners in the class II SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur by using a qualitative approach ethnographic method. The process involves the roles of teachers and learners. Teachers are able to create a good learning atmosphere that have a positive impact on student learning and therefore, the learning outcome become maximum. She also serves as director of activities, both individually and in groups. Learners will always feel safe because the teachers have always paid attention to students while they are learning independently. The approach based on assumptions about the nature of language how language learning is carried out. English learning is to develop English language skills contextually and acceptably. It is according to context, conditions and daily situation of the students. It is recommended that the result of the study needs to be integrated for the commonucation media which is appropriate to the needs of the students. Keywords : English language learning, etnography, teacher as guidance
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang proses pembelajaran bahasa Inggris pada peserta didik kelas II di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode etnografi. Proses pembelajaran melibatkan peran guru dan peserta didik. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran dengan baik sehingga berdampak positif pada proses belajar siswa dan akhirnya hasil belajar menjadi maksimal. Guru juga berperan sebagai pengarah kegiatan baik secara individu maupun secara berkelompok. Peserta didik akan selalu merasa aman dan diperhatikan karena guru selalu berada diantara peserta didik walaupun mereka belajar secara mandiri. Pendekatan mengacu pada asumsi-asumsi mengenai hakikat bahasa bagaimana pembelajaran bahasa dilakukan. Pembelajaran bahasa Inggris adalah mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris secara kontekstual dan berterima sesuai dengan konteks serta kondisi dan situasi keseharian peserta didik. Hal ini untuk menghasilkan bentuk pembelajaran bahasa Inggris yang lebih menyentuh kebutuhan berbahasa peserta didik. Temuan tersebut perlu diintegrasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan kegiatan belajar yang menekankan pada aspek bagaimana bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Kata kunci: Pembelajaran bahasa Inggris, etnografi, guru pengarah kegiatan Sekolah Dasar Negeri Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur, sebagai 120
salah satu bentuk pendidikan dasar di wilayah
Negara
Kesatuan
Republik
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
Indonesia, merupakan Sekolah Standar
pembelajaran
peserta
Nasional (SSN) sejak tahun 2008. Sekolah
pelajaran bahasa Inggris.
didik
dalam
Dasar ini terletak di Jalan Tipar, di
Brown (1994: 89) mengatakan
pertigaan dari Jalan Raya Pondok Kelapa
pembelajaran sering dianggap sebagai
Kota Administrasi Jakarta Timur Provinsi
terjemahan dari istilah “instructional”
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebagai
adalah proses interaksi peserta didik
Sekolah Standar Nasional (SSN) Sekolah
dengan pendidik dan sumber belajar pada
Dasar ini sudah memasukkan pelajaran
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
bahasa Inggris pada seluruh
dijelaskan oleh Gagne dan Briggs dalam
tingkatan,
atau kelas sejak tahun 2008. Peserta didik
Brown,
dari kelas I sampai kelas VI mendapatkan
tujuannya membantu orang belajar. Oleh
pelajaran bahasa Inggris sebagai muatan
karena
lokal (mulok).
mendukung
Hal
ini
komunikasi bahasa
disebabkan
antarbangsa Inggris
sebagai
itu
ada
upaya
orang
lima
yang
asumsi
pembelajaran,
yang
yaitu
(1)
oleh
pembelajaran mesti direncanakan agar
memerlukan
memperlancar belajar peserta didik, (2)
bahasa
baik fase pendek maupun fase jangka
internasional, sehingga dalam pendidikan
panjang dimasukkan dalam rancangan
di
pembelajaran,
Indonesia
sebagai
kemampuan
berbahasa
(3)
perencanaan
Inggris merupakan salah satu keterampilan
pembelajaran hendaknya tidak asal-asalan
yang harus dikuasai oleh peserta didik
dan
sejak awal. Dalam hal ini, pembelajaran
lingkungan
bahasa Inggris diarahkan pada empat
pembelajaran mesti dirancang dengan
keterampilan di dalam bahasa Inggris
ancangan sistem, dan (5) pembelajaran
antara
harus
lain:
kemampuan
mendengar
tidak
semata-mata asuh
saja,
dikembangkan
menyediakan (4)
usaha
berdasarkan
(listening), berbicara (speaking), membaca
pengetahuan tentang bagaimana orang itu
(reading),
belajar.
dan
kemampuan
menulis
(writing). Saat ini untuk di sekolah –
Pada bagian lain, Uno (2007:54)
sekolah dasar, pelajaran bahasa Inggris
menyatakan bahwa pembelajaran dapat
masih diajarkan secara include dalam satu
diartikan sebagai suatu proses interaksi
kesatuan tema lalu langsung diajarkan 4
antara peserta belajar dengan pengajar/
keterampilan tersebut, sehingga untuk
instruktur dan atau sumber belajar pada
mengetahui
suatu ingkungan belajar untuk mencapai
tersebut
penguasaan
dapat
dilihat
keterampilan sebagai
hasil
tujuan belajar tertentu. Di sini terlihat bahwa
pembelajaran
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
adalah
proses 121
interaksi
antara
pesertadidik
dengan
suatu negara. Sementara Bahasa asing
Iingkunganya sehingga menjadi perubahan
biasanya diajarkan sebagai salah satu mata
prilaku kearah yang Iebih baik. Dalam
pelajaran di sekolah dengan tujuan
proses pembelajaran, prinsip utamanya
berkomunikasi dasar serta menguasai 4
adalah adanya proses keterlibatan seluruh
skill berbahasa (menyimak, membaca,
atau sebagaian besar potensi diri siswa dan
menulis, berbicara) dalam bahasa tersebut
kebermaknaanya
dalam batasan tertentu.
bagi
diri
dan
kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang.
Sementara
itu
Hapsari
(2012)
menyatakan pengajaran bahasa Inggris di Lebih lanjut Gagne dan Briggs
Indonesia untuk siswa SD berlandaskan
dalam Brown (1994: 9-10) menjelaskan
SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
bahwa ada beberapa ciri pembelajaran,
No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari
yaitu (1) menarik perhatian agar peserta
tentang dimungkinkannya program bahasa
didik
(2)
Inggris sebagai mata pelajaran muatan
memberitahukan tujuan pelajaran, (3)
local SD, dan dapat dimulai pada kelas 4
merangsang timbulnya ingatan atas ajaran
SD (depdiknas). Kebijakan ini diambil
sebelumnya, (4) presentasi bahan ajaran
karena
dan alat bantu belajar (5) memberikan
berpartisipasi
bimbingan belajar, (6) membangkitkan
Dalam perkembangannya bahasa Inggris
timbulnya unjuk kerja dalam belajar, (7)
yang awalnya adalah mata pelajaran
memberikan umpan balik, (8) menilai
muatan lokal pilihan menjadi mata
unjuk kerja, dan (9) memperkuat retensi
pelajaran muatan lokal wajib di beberapa
dan transfer belajar.
daerah.
siap
menerima
pelajaran,
Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing. Istilah
adanya
kebutuhan
dalam
era
untuk
globalisasi.
Lebih lanjut pelajaran bahasa
Inggris yang pada mulanya dimulai pada kelas 4 SD dimulai pada kelas 1,2 dan 3.
'bahasa asing' dalam bidang
Terkait dengan fokus penelitian
pengajaran bahasa berbeda dengan 'bahasa
etnografi,
kedua'. Bahasa asing adalah bahasa yang
mengemukakan bahwa ”there are two
yang
alat
general focuses of ethnografi study that
komunikasi di negara tertentu di mana
particularly relevant to the field of second
bahasa tersebut diajarkan. Sementara
language acquisition and teaching. These
bahasa kedua adalah bahasa yang bukan
are
bahasa utama namun menjadi salah satu
Artinya, studi etnografi terdapat dua fokus
bahasa yang digunakan secara umum di
umum, studi etnografi yang secara khusus
122
tidak
digunakan
sebagai
Johnson
educationally
(2000:
12-13)
communication.”
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
relevan dengan bidang pemerolehan dan
(8) desain penelitiannya berkembang di
pembelajaran
lapangan.
etnografi
bahasa
(kedua),
pendidikan
etnografi
Hasil penelitian relevan dengan
12-13)
masalah yang dibahas pernah dilakukan
menambahkan tentang definisi etnografi
oleh Juanda pada tahun 2010 mengadakan
pendidikan yaitu sebagai studi tentang
penelitian yang berjudul: “Pembelajaran
suatu atau semua proses pendidikan,
Keaksaraan Fungsional Orang Dewasa dan
apakah berhubungan dengan sekolah atau
Faktor Sosial Budaya (Penelitian Etnografi
tidak. Dia juga mendefinisikan etnografi
di Sulsel)” Suatu Disertasi yang diajukan
adalah sekolah sebagai studi tentang proses
untuk
pendidikan dan lingkungan pendidikan,
dalam
serta proses enkulturatif yang berhubungan
Penelitiannya
dengan
komunikasi.
Johnson
sekolah
internasional, sekolah
dan
yakni
(2000:
memenuhi
sebagai
mendapatkan
persyaratan
gelar
menerapkan
Doktor. metode
dan
persekolahan
kualitatif dengan pendekatan etnografi.
termasuk
aspek-aspek
Penelitian ini mengelompokkan beberapa
dengan
aspek, yaitu (1) tema budaya, (2) faktor
yangberhubungan
kehidupan peer groups.
sosial
budaya
dalam
pembelajaran
Creswell (2008: 473) menjelaskan
keaksaraan fungsional, dan (3) faktor-
bahwa etnografi adalah prosedur penelitian
faktor yang mempengaruhi proses belajar
kualitatif
untuk
mendeskripsikan,
mengajar berjalan efektif. Berkait dengan
dan
menginterpretasikan
pengelompokan yang dilakukan, penelitian
suatu kelompok berkaitan dengan kultur
ini lebih berfokus pada pemberantasan buta
mengenai pola tindakan, keyakinan dan
aksara melalui pembelajaran. Untuk itu,
bahasa.
penelitian
menganalisis
Pendekatan
kualitatif
dipilih
yang
berkait
dengan
karena penelitian etnografi dapat dilakukan
pembelajaran bahasa Inggris dengan fokus
dengan
yang lain perlu dilakukan.
pengamatan
(participation
berperan
observation).
serta
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
etnografi memiliki karakteristik sebagai
memperoleh pemahaman yang mendalam
berikut: (1) sumber data diperoleh dari latar
dan komprehensif tentang: (1) bagaimana
alami, (2) peneliti adalah instrumen kunci,
proses pembelajaran bahasa Ingggris, (2)
(3) laporannya sangat deskriptif, (4)
pendekatan dan metode pembelajaran
analisisnya bersifat induktif, (5) verifikasi
bahasa Inggris, (3) peran guru sebagai
data dilakukan melalui triangulasi, (6)
sumber dan alat bantu belajar dalam
partisipan
pembelajaran bahasa Inggris di SDSN
dilakukan
sejajar
dengan
peneliti, (7) sampelnya bersifat purposive,
Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur.
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
123
Penelitian
menggunakan
informan bahwa tahap awal pembelajaran,
pendekatan kualitatif metode etnografi.
peserta didik memberi salam kepada guru
Metode
untuk
kemudian guru merespon peserta didik,
proses
setelah itu dilakukan doa bersama, dan
(2)
yang terakhir mengecek kehadiran peserta
pendekatan dan metode pembelajaran
didik. Pada awal pembelajaran dimulai
bahasa Inggris,
(3) peran guru sebagai
dengan cerita lucu atau guessing game
dan alat bantu belajar dalam
berupa tebakan sederhana yang dilakukan
pembelajaran bahasa Inggris di SDSN
oleh guru, atau menyuruh salah seorang
Pondok Kelapa 03 Pagi
peserta didik untuk bercerita dalam bahasa
tersebut
menjelaskan
digunakan
aspek-aspek
pembelajaran
sumber
ini
bahasa
(1)
Ingggris,
Teknik yang digunakan untuk
Inggris di depan kelas. Kegiatan seperti ini
mengumpulkan data dalam penelitian ini
dilakukan untuk menumbuhkan motivasi
adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3)
peserta didik agar belajar lebih giat
kajian dokumen dan rekaman. Prosedur
sehingga mampu berkomunikasi bahasa
analisis data dilakukan dengan cara (1)
Inggris dengan baik. Namun kegiatan ini
analisis domain, (2) analisis taksonomi, (3)
tidak selalu dilakukan guru pada setiap
analisis komponen, (4) anaalisis tema
awal pembelajaran, ada kalanya guru
budaya.
memotivasi peserta didik dengan cara
Pemeriksaan
keabsahan
data
dalam penelitian dilakukan dengan cara
memberi nasehat kepada peserta didik.
credibility, transferability, dependability, dan confirmability.
Kegiatan merupakan
Proses pembelajaran bahasa Inggris
inti
pembelajaran
pelaksanaan
pembelajaran
yang sesungguhnya, di mana guru dan
di SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta
peserta
Timur, di awali dengan memotivasi peserta
pengalaman belajar yang dilakukan di
didik dengan cara bercerita yang dilakukan
dalam maupun di luar kelas. Tahap ini
oleh guru atau salah seorang peserta didik
dimulai dengan menginformasikan peserta
di depan kelas. Kegiatan inti merupakan
didik
proses dan pengalaman belajar di dalam
pembelajaran
maupun di luar kelas , dan dengan kegiatan
Kemudian membahas materi pelajaran
akhir dilakukan untuk merefleksi kegiatan
secara klasikal, mendiskusikan pokok
yang sudah dilakukan peserta didik
bahasan secara kelompok, dan meminta
Kegiatan awal pembelajaran dapat
didik
tentang
berinteraksi
topik yang
dan akan
dalam
tujuan dicapai.
peserta didik memberi solusi pada pokok
dilihat dan diketahui oleh peneliti dari hasil
bahasan
pengamatan
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
124
dan
wawancara
dengan
secara
individual.
Hal
ini
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
peserta didik memahami pokok bahasan
kata
yang sedang dibelajarkan. Pada proses
mendengar dari pelafalan dari guru (proses
pembelajaran
sekaligus
struktural). Kata tersebut lalu dianalisis
dilakukan evaluasi, karena penilaian pada
menjadi suku kata, huruf-huruf / sesuai
pembelajaran bahasa Inggris dilakukan
dengan pelafalannya (proses analitik).
bukan
proses
Langkah terakhir adalah menggabungkan
pembelajaran saja, tetapi juga dilakukan
kembali huruf-huruf menjadi suku kata,
pada saat proses pembelajaran berlangsung
suku kata menjadi kata, dan kata-kata
yang disebut penilaian autentik.
menjadi kalimat (proses sintetik).
berlangsung
hanya
pada
Kegiatan merupakan
akhir
akhir
kegiatan
pembelajaran merefleksi
dan
dengan
bantuan
gambar
dan
Berdasarkan pengamatan peneliti, dengan menggunakan metode SAS guru
mengevaluasi pengetahuan peserta didik
tidak
tentang pokok bahasan yang baru saja
mentransfer materi kepada peserta didik.
dibelajarkan secara keseluruhan. Kegiatan
Ketika ini terjadi, peserta didik akan
ini berupa umpan balik dari peserta didik,
merasa tertarik untuk mengungkapkan apa
hal ini dapat dilihat ketika peserta didik
yang ada dalam pikirannya dalam bahasa
melakukan dan merespon pembelajaran
Inggris (target) karena mereka termotivasi
dengan tindakan nyata seperti, mampu
dan tidak terikat pada aturan tata bahasa.
menjawab pertanyaan dan berbicara dalam
Biasanya, dalam kegiatan ini akan terlihat
bahasa Inggris dan menunjukkan hasil
adanya paksaan secara langsung kepada
karya berupa tulisan atau karangan dalam
peserta didik untuk mengetahui beberapa
bahasa Inggris. Data tentang prosedur ini
kata yang belum dikuasai oleh peserta
dapat ditemukan pada setiap aktivitas
didik, tentu hal ini sangat memberatkan
pembelajaran
karena banyaknya jenis atau pola kalimat
yang
ada
pada
setiap
lampiran pengamatan kegiatan kelas. Kegiatan pembelajaran tidak hanya
menemui
kesulitan
di
dalam
yang mesti di hafal. Hal ini karena adanya ketakutan
akan
membuat
kesalahan
dilakukan di dalam kelas, tetapi juga
kalimat atau ujaran yang benar sesuai
dilakukan di luar kelas, seperti: diruang
dengan pola kalimat yang dianjurkan.
laboratorium bahasa, teras sekolah atau
Tetapi fakta yang terjadi, justru peserta
taman dan lingkungan sekolah.
didik mampu mengungkapkan kalimat
Metode mengajar yang dipakai atau dipraktikkan oleh guru adalah metode SAS
dalam bahasa Inggris secara otomatis atau natural.
yaitu Struktural Analisis dan Sintetik. Pada SAS, peserta didik dilatih mengetahui kosa
Hasil bahwa
penelitian
pembelajaran
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
menunjukkan bahasa
Inggris 125
dengan metode SAS di SDSN Pondok
untuk
Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur, dilakukan
pengetahuan
dengan penerapan strategi kontekstual
aplikasinya
menggunakan metode SAS bagi peserta
sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan
didik kelas rendah yaitu Struktural Analisis
pekerjaan.
dan Sintetik. Pada SAS, peserta didik
membuat
hubungan
yang dalam
antara
diperoleh kehidupan
dan mereka
Dalam pandangan pembelajaran
dilatih mengetahui kosa kata dengan
modern
bantuan gambar dan mendengar dari
merupakan subjek pembelajaran. Dalam
pelafalan dari guru (proses struktural).
hal ini peserta didik tidak lagi dianggap
Kata tersebut lalu dianalisis menjadi suku
sebagai objek belajar dan guru tidak lagi
kata,
dengan
dianggap sebagai sumber informasi, tetapi
pelafalannya (proses analitik). Langkah
keduanya berkolaborasi dalam proses
terakhir adalah menggabungkan kembali
interaksi belajar mengajar di kelas untuk
huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata
mencapai tujuan yang ditetapkan. Peran
menjadi kata, dan kata-kata menjadi
peserta didik seperti dikemukakan di atas
kalimat (proses sintetik).
dapat disimak dalam pendapat Sanjaya
huruf-huruf
sesuai
Strategi pembelajaran menekankan keterlibatan
peserta
peran
didik
maupun
peserta
didik
guru
dalam
untuk
pembelajaran kontekstual yaitu; (1) Peserta
mengkaitkan materi pembelajaran yang
didik dipandang sebagai individu yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan
sedang berkembang. Kemampuan belajar
situasi
sehingga
peserta didik akan sangat ditentukan oleh
mendorong peserta didik untuk mampu
tingkat perkembangan dan pengalaman
menerapkannya dalam kehidupan atau
mereka. (2) Setiap peserta didik memiliki
lingkungan mereka sehari-hari.
kecenderungan belajar hal-hal yang baru
kehidupan
didik
bahwa
peserta
nyata
Peran guru di SDSN Pondok
dan penuh tantangan. Oleh karena itu
Kelapa 03 pagi dalam pembelajaran bahasa
belajar bagi mereka adalah mencoba
Inggris adalah sebagai perancang atau
memecahkan
sumber belajar, motivator, fasilitator,
menantang. (3) Belajar bagi mereka, proses
pembimbing, model, pengarah, evaluator
mencari keterkaitan atau keterhubungan
dan partner (mitra belajar) peserta didik.
antara hal-hal yang baru dengan hal-hal
Pembelajaran menolong
mengkaitkan
persoalan
yang
yang sudah diketahui. (4) Belajar bagi
materi
peserta didik, proses menyempurnakan
pelajaran dengan situasi dunia nyata
skema yang telah ada (asimilasi) atau
peserta didik, dan memotivasi peserta didik
proses
126
guru
konstektual
setiap
pembentukan
skema
baru
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
(akomodasi). Dengan demikian dalam
pada diri peserta didik dan hal ini akan
proses pembelajaran, peserta didik sebagai
memotivasi peserta didik untuk terus
titik sentral belajar, lebih aktif mencari dan
berkompetisi dan bertanggungjawab pada
memecahkan permasalahan belajar, dan
proses belajar dirinya. Guru sebagai
tugas guru membantu kesulitan peserta
fasilitator dan nara sumber pada materi-
didik
dan
materi baru bagi peserta didik akan
dan
menghasilkan
yang
kesulitan
mendapat dalam
kendala,
memahami
memecahkan permasalahan. Mengingat
rasa
terfasilitasi
dan
menerima kebutuhan tiap individu peserta
keterbatasan
waktu
didik yang berbeda-beda.
yang peneliti miliki, masih terdapat beberapa aspek yang belum tersentuh
DAFTAR PUSTAKA
dalam penelitian ini, antara lain kegiatan ekstra
kurikuler.
Hal
ini
karena
pelaksanaan ekstra kurikuler memerlukan waktu di luar jam KBM dan memerlukan waktu yang banyak mengingat ekstra kurikuler di sekolah ini cukup banyak. Dari
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas II SDSN Pondok Kelapa 03 Pagi Jakarta Timur melibatkan peran guru dan peserta didik. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran dengan baik sehingga berdampak positif pada proses belajar siswa dan akhirnya hasil
Brown,
H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching, New Jersey: Prentice Hall Regents, 2007.
Creswell, John, Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, Third Edition, Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008. E, Mulyasa, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya 2009. Johnson, Donna M., Approaches to Research in Second Language Learning, New York: Longman, 2000.
belajar menjadi maksimal. Guru juga berperan sebagai pengarah kegiatan baik secara
individu
maupun
secara
berkelompok. Peserta didik akan selalu merasa aman dan di perhatikan karena guru selalu
berada
diantara
peserta
didik
walaupun mereka belajar secara mandiri. Sebagai penilai kemajuan prestasi belajar
Johnson, Elaine B., Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna diterjemahkan oleh Chaedar Alwasilah. Bandung: MCL 2012. Mantja, W., Etnografi; Disain Penelitian Kualitatif dan Manajemen Pendidikan, Malang” Wineka Media, 2005.
peserta didik berdampak pada rasa dihargai Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)
127
Richards, Jack C. dan Willy A. Renandya, Methodology Language Teaching: An Anthology of Current Practice New York: Cambridge University Press, 2002 Sanjaya, Wina “Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan” Jakarta-Kencana 2008.
128
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya 2014. Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya 2014. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Iriany Kesuma Wijaya : Pembelajaran Bahasa Inggris ....(120 - 128)