Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
PEMBELAJARAN AL-QUR’AN DI UNIVERSITAS RIAU
SUBHAN Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN SUSKA Riau
Abstrak Bagi umat Islam kemampuan membaca Al-Qur’an secara normatif merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, karena disaping sebagai Pedoman Hidup, mereka berkeyakinan bahwa Allah akan memuliakan orang-orang yang beriman dengan Al-Qur’an. Dengan membaca dan menyimaknya saja mereka mendapatkan pahala, rahmat, dan kebajikan di sisi Allah SWT., apalagi dengan memahami kandungan serta mengamalkan ajarannya, niscaya mereka tidak akan tersesat dalam mengarungi bahtera hidup di dunia untuk menuju kehidupan akhirat. Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia telah berjalan sejak masuknya agama Islam di Nusantara. Pelaksanaannya dilakukan di masjid, surau, langgar dan bahkan di rumah-rumah ustadz atau guru mengaji. Kegiatan tersebut dewasa ini berjalan lebih marak, dimana Pendidikan Al-Qur’an baik formal maupun non-formal seperti Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA), bahkan Perguruan Tinggi Al-Qur’an telah didirikan di seluruh pelosok tanah air dalam rangka memasyarakatkan AlQur’an. Namun belakangan ini entah sebagai akibat derasnya arus informasi dan modernisasi dengan segala dampaknya, atau akibat-akibat lainnya, sudah banyak generasi muslim yang tidak mampu membaca AlQur’an, bahkan dari kalangan mahasiswa yang notabene telah mengecap pendidikan agama sejak duduk di bangku pendidikan dasar. Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran membaca Al-Qur’an di kalangan generasi muda Islam telah berangsur-angsur memudar. Fenomena seperti ini tentunya memprihatinkan umat Islam khususnya kalangan praktisi Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum. Oleh sebab itu perlu didisain sebuah strategi pembelajaran Al-Qur’an bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan mereka membaca Al-Qur’an, sekaligus memberantas buta aksara Al-Qur’an di kalangan mahasiswa. Kata Kunci: Pembelajaran, Al-Qur’an, Perguruan Tinggi Umum
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|219
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah teragung yang menjadi pedoman hidup manusia, terkhusus bagi mereka yang mengimaninya. Sebagai kitab suci umat Islam, Al-Qur‟an tidak hanya berisikan syariat yang menjadi tuntunan hidup manusia, kandungannya bahkan kaya akan inspirasi dan motivasi untuk mewujudkan karya-karya besar dalam bidang Iptek yang menjadi pilar utama kemajuan peradaban umat manusia sejak empat belas abad silam. Allah memuliakan1 orang-orang mukmin dengan menurunkan Al-Qur‟an melalui nabi utusan-Nya. Dengan membaca dan menyimaknya saja mereka mendapatkan pahala, rahmat, dan kebajikan di sisi Allah SWT. Apalagi dengan memahami kandungan serta mengamalkan ajarannya, niscaya mereka tidak akan tersesat dalam mengarungi bahtera hidup di dunia untuk menuju kehidupan akhirat yang abadi. Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda: “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada (ajaran) keduanya, (yakni) Kitabullah Sunnahku (HR AlHakim)2 Maka tidak heran jika umat Islam khususnya para ulama memiliki perhatian yang begitu besar terhadap Kitab yang agung ini. Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal oleh ribuan bahkan jutaan orang, baik oleh mereka yang memahami makna dan tata bahasanya, maupun oleh mereka yang sama sekali tidak mengerti akan makna dan kandungannya. Mereka meyakini bahwa interaksi apapun yang mereka lakukan terhadap Al-Qur‟an, merupakan suatu ibadah yang mampu mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT. Kegiatan membaca Al-Qur‟an di Indonesia telah berjalan semenjak masuknya agama Islam yang pelaksanaannya dilakukan di masjid, surau, langgar dan bahkan di rumah-rumah ustadz atau guru ngaji. Pembelajaran yang dilaksanakan di rumah dan di surau umumnya berupa latihan membaca Al-Qur‟an dengan metode Qiro’ah Baghdadiyah yang dikenal juga dengan Juz Amma, dan cara pembacaannya dilakukan 1
“Sungguh, telah Kami turunkan kepada kalian sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebabsebab kemuliaan bagi kalian. Maka apakah kalian tidak memahami?”(Al-Anbiya : 10) Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT Syaamil Cipta Media, Bandung, hal.322 2 Imam Jalaluddin Ash-Shuyuthy, Kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 1990, hal.197
220|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
dengan sistem tradisional yaitu dalam bentuk individual tanpa menggunakan alat-alat pelajaran seperti papan tulis dan kursi. Sedangkan membaca Al-Qur‟an di Madrasah atau Pondok Ppesantren3 pada umumnya bersifat lanjutan yang pelaksanaannya lebih maju yaitu dengan sistem klasikal yang dilengkapi dengan alat pelajaran serta metode yang lebih baik. Dewasa ini begitu banyak upaya yang dilakukan umat Islam untuk memasyarakatkan Al-Qur‟an di Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat kalangan pemerhati pendidikan Islam. Pemerintah sendiri telah membentuk Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an (LPTQ) yang berfungsi membina masyarakat dalam mengembangkan seni baca dan tulis Al-Qur‟an, pemahaman (fahm) ayat-ayat serta penjelasan (syarh) terjemahan maknanya. LPTQ juga bertugas menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur‟an (MTQ) dari tingkat kelurahan hingga Nasional. Dengan demikian kegiatan pembinaan seni baca dan tulis Al-Qur‟an serta pembelajaran tafsirnya begitu semarak dilakukan masyarakat di pelosok tanah air. Sementara para ulama dan cerdik pandai yang bergerak di bidang pendidikan Islam secara pribadi maupun kelompok tidak henti-hentinya mencurahkan ide dan perhatian mereka untuk megajarkan Al-Qur‟an kepada masyarakat. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya berbagai metode praktis pembelajaran membaca Al-Qur‟an seperti metode Iqra‟, Qiro‟ati,
Hattaiyyah, Al-Barkah, Qiroatunnas, dan lain-lain.
Disamping itu pendirian Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an baik formal maupun informal telah menjamur di tanah air, seperti Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA), bahkan sampai pendirian Perguruan Tinggi Al-Qur‟an untuk mencetak sarjana muslim yang hafal Al-Qur‟an. Walaupun berbagai upaya peningkatkan kemampuan baca Al-Qur‟an telah dilakukan, namun banyak kalangan masih merasakan kekhawatiran tentang rendahnya pengetahuan dan kemampuan baca Al-Qur‟an secara global di tengah-tengah keluarga muslim akhir-akhir ini, sehingga perlu dihidupkan kembali fondasi Islam terutama
3
Kebanyakan sarjana keliru, menyamakan lembaga-lembaga pesantren sebagai sekolah belajar membaca Al-Qur‟an, tetapi pengajaran baca Al-Qur‟an diberikan dalam pengajian dan merupakan pendidikan awal. Lihat Zamakhsyari Dhofier, Tradisonal Pesantren, Studi tentang Kehidupan Kiyai, LP3ES, Jakarta, 1985, hal 28 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|221
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
pengajian anak-anak melalui taman-taman bacaan Al-Qur‟an. Oleh sebab itu untuk mengatasinya perlu dicari terobosan baru yang dilakukan secara terpadu.4 Kenyataan-kenyataan tersebut di atas, muncul ke permukaan belakangan ini entah sebagai akibat derasnya arus informasi dan modernisasi dengan segala dampaknya, atau akibat-akibat lainnya. Sudah banyak terlihat generasi muda yang tidak mampu membaca Al-Qur‟an, bahkan dari kalangan mahasiswa yang notabene telah mengecap pendidikan agama sejak duduk di bangku pendidikan dasar. Fenomena seperti ini tentunya sangat memprihatinkan umat Islam khususnya kalangan praktisi Pendidikan Islam di tingkat Perguruan Tinggi Umum. Tidak terkecuali dengan apa yang dirasakan oleh para tenaga pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Universitas Riau. Menurut mereka kemampuan baca Al-Qur‟an di kalangan mahasiswa yang beragama Islam terlihat masih rendah. Berdasarkan penelitian5 yang dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Riau yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006, ternyata kemampuan baca Al-Qur‟an sebahagian mereka begitu rendah, dan bahkan masih ditemukan beberapa mahasiswa yang buta aksara Al-Qur‟an. Rendahnya kemampuan baca Al-Qur‟an di kalangan mahasiswa, akan berimplikasi pada lemahnya pemahaman mereka terhadap substansi kajian mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Sebab Al-Qur‟an merupakan sumber utama dari materi kajian tersebut. Sementara minimnya frekwensi mahasiswa dalam membaca Al-Qur‟an, akan berimplikasi pada labilnya kepribadian mereka dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Hal ini bisa berakibat buruk bagi kehidupan sosial mereka, baik di dalam kampus maupun di masyarakat. Padahal bacaan atau sima‟an Al-Qur‟an dapat menjadi penawar (syifa) bagi penyakit hati dan kegelisahan jiwa, serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Munculnya kepermukaan permasalahan kemampuan baca Al-Qur‟an terutama di kalangan mahasiswa, menggambarkan bahwa kesadaran membaca Al-Qur‟an di kalangan generasi muda Islam telah berangsur-angsur memudar. Oleh sebab itu perlu adanya strategi pembelajaran Al-Qur‟an bagi mahasiswa untuk meningkatkan 4
Ali Yafie, Harian Umum Republika, tanggal 25 November 2004, hal 1-2 Mawardi, et.al, Kemampuan Baca Al-Qur‟an Mahasiswa Universitas Riau, (Laporan Penelitian) UPT MKU UNRI, 2006, hal.25 5
222|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
kemampuan baca Al-Qur‟an, sekaligus memberantas buta aksara Al-Qur‟an di kalangan mereka. B. Hukum dan Hikmah Membaca Al-Qur'an Allah menurunkan Kitab-Nya yang agung agar ia dibacaca, disimak, dipikirkan oleh akal, dan agar hati menjadi tenang karenanya. Al-Qur'an merupakan wahyu yang harus senantiasa dibaca, berbeda dengan As-Sunnah yang tidak mesti dibaca. Cara membacanya pun berbeda dengan bacaan lainnya, karena bacaan Al-Qur'an memiliki aturan atau kaidah tertentu. Oleh sebab itu membaca Al-Qur'an dikategorikan sebagai ibadah mahdhah. 1. Hukum Membaca Al-Qur‟an Bacaan Al-Qur'an berbeda dengan bacaan perkataan manapun, karena isinya merupakan kalam Allah yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi dan dijelaskan secara terperinci, yang berasal dari Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Di antara adab membaca Al-Qur'an yang bersifat zhahir adalah membacanya dengan tartil. Makna tartil6 dalam bacaan ialah perlahan-lahan dan memperjelas huruf dan harakatnya. Menurut Ash-Shuyuthy, disunatkan membaca Al-Qur‟an dengan tartil, sebagaimana firman Allah :
”Dan bacalah Al-Qur’an itu secara tartil (perlahan-lahan).”(Al-Muzammil: 4) Menurutnya pula, jika ada pendapat yang mengatakan membaca Al-Qur'an wajib secara tartil, hal itu lebih dekat dengan makna zhahir yang ditunjukkan perintah ayat tersebut. Seruan dalam ayat ini pada dasarnya tertuju pada Nabi SAW, lalu pada umatnya yang bersifat mengikuti.7 Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah bersabda : ”Bagi siapa yang membaca Al-Qur’an, dan dia mahir, maka dia akan bersama 6
Khalid Abdurrahman Al-„Ak, Shafwatu Al-Bayan li Ma’ani Al-Qur’an Al-Karim, Darussalam, Kairo, 1994, hal.574 7 Yusuf Al-Qardhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a Al-Qur’an, terj. Kathur Suhardi, Pustaka AlKautsar, Jakarta, 2000, hal.166 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|223
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
para malaikat penulis yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dan dia gagap dalam bacaannya, maka dia mendapatkan dua pahala.” (Muttafaq Alaihi) Dikatakan mendapat dua pahala, karena dia mendapat pahala dari bacaannya itu sendiri, dan mendapat pahala dari kesulitan dan kegagapan yang dialaminya. Ini merupakan dalil untuk lebih memicu peningkatan bacaannya, meskipun dia mengalami kesulitan. Berapa banyak orang muslim yang lidahnya terasa berat saat membaca AlQur‟an, tetapi dia tetap tekun dan terus membaca, hingga lama-kelamaan lidahnya menjadi lentur dan luwes.8 Banyak upaya ulama untuk memformulasikan kaidah-kaidah dalam mempelajari bacaan Al-Qur'an, sehingga muncullah ilmu Tajwid. Ilmu tajwid mengajarkan cara-cara yang tepat dalam membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan tartil yang benar. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mempelajari ilmu Tajwid. Menurut Abd Mujieb As, hukum mempelajari ilmu Tajwid adalah fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Qur'an sesuai dengan ilmu Tajwid hukumnya fardhu Ain bagi setiap orang muslim, muslimat yang mukallaf. Paling tidak membaca Al-Qur'an tepat sebutan atau lafal huruf-huruf dan tanda bacanya, jika belum mampu menghayati dan memahami isi dan makna yang terkandung didalamnya. 9 Merujuk pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap muslim wajib belajar membaca Al-Qur'an serta mempelajari kaidah bacaannya (ilmu Tajwid). Lebihlebih Rasulullah telah menegaskan bahwa ”Sebaik-baik orang diantara kamu adalah yang mau mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”(HR Bukhari). Sementara hukum membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah Tajwidnya adalah sunnah. Sebab tidak semua orang mampu membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, sempurna sebutan huruf-huruf (makhraj)nya, dan sesuai kaidah bacaan (Tajwid)nya. Jika ada pendapat yang mengatakan wajib hukum membaca Al-Qur'an dengan makhraj yang benar dan sesuai dengan ilmu Tajwid, dengan alasan apabila terjadi kesalahan dalam membaca, dapat mengakibatkan kesalahan pada arti dan makna dari ayat yang bersangkutan, hal ini bisa menjadi bumerang bagi masyarakat yang awam 8
Ibid, hal. 168 M.Said, Tajwid Praktis, PT.Al-Ma'arif, Bandung, 1989, hal 3
9
224|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
dalam membaca Al-Qur'an. Mereka akan khawatir membaca Al-Qur'an karena takut salah dalam membacanya, yang menyebabkan salah pula dalam makna. Lebih parah lagi jika muncul asumsi, lebih baik tidak membaca Al-Qur'an daripada nanti malah dapat dosa karena salah membacanya. Tentunya hal ini akan menjadi kendala yang cukup serius terhadap upaya memasyarakatkan Al-Qur'an di kalangan umat Islam secara luas. Padahal Rasulullah sendiri tidak pernah meremehkan orang yang tidak mahir membaca Al-Qur'an, bahkan memberi kabar gembira bagi mereka yang gagap dan terbata-bata membacanya dengan dua macam pahala (lihat hadis sebelumnya). 2. Hikmah dan keutamaan Membaca Al-Qur‟an Berdasarkan pemaparan di atas, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak mau membaca Al-Qur'an, karena disamping hal itu merupakan suatu kewajiban, terdapat begitu banyak hikmah dan keutamaan bagi siapa yang mau membaca atau menyimak bacaannya. Di antara hikmah-hikmah tersebut antara lain: a. Mempertebal keimanan. Membaca Al-Qur'an secara benar dalam pengertian yang luas maupun sempit dapat menyentuh hati sanubari baik bagi si pendengar maupun bagi si pembaca sendiri, sehingga akan mempertebal keimanan kepada Allah, sebagaimana firmanNya :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah meraka bertawakkal” (Al-Anfal: 2)10 Menurut Imam Al-Ghazali11, iman itu merupakan kenikmatan dan keindahan yang dapat membuat hidup tenteram, dan iman kadang-kadang bisa bertambah dan 10 11
Departemen Agama RI, op.cit, hal.177 Lihat Nasruddin Razak, Dienul Islam, PT. Al-Ma‟arif, Bandung , 1971, hal 119
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|225
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
kadang-kadang bisa pula berkurang, sebab iman itu terkait pada fungsi kejiwaan. Iman terpengaruh oleh perasaan dan ditentukan oleh akal pikiran. Jika keimanan telah mantap di dalam hati, ia dengan sendirinya akan terucap oleh lisan, dan teraplikasi dalam prilaku dan perbuatan. Apabila terjadi sesuatu yang menggoncangkan perasaan, misalnya kecewa, takut, marah, dongkol hati, sedih, maka perasaan negatif tersebut mengganggu proses berpikir, yang pada akhirnya kemampuan buat mengendalikan diri menurun dari ketenteraman bathin terganggu. Akibatnya iman menjadi goncang dan selanjutnya perkataan dan perbuatannya kurang terkendali. b. Sebagai Syafaat di Hari kiamat. Membaca Al-Qur'an merupakan salah aktivitas yang bernilai ibadah bagi umat Islam. Bagi seorang muslim, bacaan yang sangat mulia hanyalah Al-Qur'an, karena bacaan Al-Qur'an itu akan menjadi syafaat bagi orang yang membacanya di hari pembalasan kelak. Abu Umamah berkata, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : ”Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)12
c. Sebagai Penawar (Syifa) dan Rahmat bagi orang beriman. Bagi orang-orang yang beriman, membaca dan menyimak dapat menyejukkan hati dan menentramkan jiwa. Ia merupakan penawar mujarab bagi penyakit hati, dan penghibur yang tepat bagi jiwa yang gelisah. Dalam surat Al-Isra’ ayat 82 Allah berfirman:
Dan kami turunkan dan Al-qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah
12
226|
Yusuf Al-Qardhawi, op.cit. hal.162 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.13 Berapa banyak orang yang menyesali diri dan setelah perkataan buruk memancar dari mulutnya ketika marah. Bahkan tak jarang orang paling disayangi terlanjur dianiaya dan dibunuh, ketika hatinya marah dan emosinya meledak. Orang-orang seperti itu terserang penyakit yang tidak ada obatnya. Itu karena yang dideritanya bukan sakit fisik, bukan lantaran kerusakan pada organ tubuhnya, tetapi sakit karena tekanan perasaan yang bercampur dengan penyesalan, kebimbangan, kekecewaan dan kecemasan. Satu-satunya obat bagi penyakit seperti itu adalah ingat kepada Allah dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an. d. Mencegah Diri dari Perbuatan Keji. Apabila Al-Qur'an dibaca, dipahami maksud yang terkandung didalamnya dan diamalkan dengan sebenarnya, maka ia dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa tidak disebut beriman pada Al-Qur'an barangsiapa yang menghalalkan apa yang diharamkan Al-Qur'an itu (HR. Turmuzi).14 Sementara dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani, disebutkan bahwa orang yang tidak meninggalkan perbuatan buruk sementara ia senang membaca AlQur'an, berarti ia bukan membaca Al-Qur'an. Sebagaimana sabdanya: “Bacalah AlQur'an niscaya ia dapat mencegahmu (dari perbuatan jahat), apabila ia tidak dapat mencegahmu dari perbuatan jahat itu, berarti kamu belum membacanya.” e. Sumber Inspirasi Pengembangan Iptek. Faktor utama keberhasilan Rasul dan generasi Islam terdahulu dalam membangun peradaban Islam yang jaya selama sekitar delapan ratus tahun, adalah karena Al-Qur'an yang mereka baca dan hayati mendorong pengembangan ilmu dan teknologi, serta kecerahan pikiran dan kesucian hati.15 Dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang mengandung inspirasi bagi pengembangan sains dan teknologi yang berkembang saat ini. Ayat-ayat kauniyah yang termaktub dalam Al-Qur'an telah memotivasi para ulama dan cendikia muslim 13
Departemen Agama RI, op.cit, hal.290
14
Mhd. Abda'i Ratomy, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mu'min, Diponegoro, Bandung, 1998, hat 182 15 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1999, hal.12 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|227
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
untuk mengembangkan sains melalui berbagai penelitian. Ilmu pengetahuan Islam mengalami kemajuan yang mengesankan selama periode “abad pertengahan” melalui orang-orang kreatif seperti Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sinan, Ibnu Sina (Avicenna), Al-Masudi, At-Tabari, Al-Ghazali, Nasir Khusru, Omar Khayyam, dan lain-lain. Pengetahuan Islam ini telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran, teknologi, matematika, geografi, dan bahkan sejarah.16 Demikianlah di antara sekian hikmah dan keutamaan membaca Al-Qur'an yang arahnya begitu dominan pada pembentukan akhlak al-karimah pada diri seorang muslim. Maka sudah seharusnya kegiatan membaca Al-Qur'an menjadi sebuah tradisi yang terjaga kelangsungannya bagi generasi muslim, tidak terkecuali bagi mereka yang duduk di bangku perkuliahan. Sebab permasalahan ini seakan lepas dari perhatian praktisi pendidikan Islam di tingkat Perguruan Tinggi Umum, karena menganggap pembelajaran Al-Qur'an merupakan tanggungjawab pendidikan dasar maupun menengah. Oleh sebab itu para penentu kebijakan di Perguruan Tinggi khususnya Perguruan Tinggi Umum, perlu menerapkan suatu kebijakan dalam rangka merealisasikan kegiatan pembelajaran dan membaca Al-Qur'an bagi mahasiswa, baik melalui kegiatan perkuliahan oleh dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam, maupun melalui unit kegiatan kerohanian mahasiswa Islam.
C. Strategi Pembelajaran Al-Qur'an di Universitas Riau . Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa di Perguruan Tinggi Umum tidak ada kegiatan akademik yang khusus membidani pembelajaran Al-Qur'an, baik dalam bentuk tadarus maupun tahsin dan tahfiz serta tafsirnya. Bahkan dalam silabus mata kuliah Pendidikan Agama Islam17 sendiri tidak terdapat pokok bahasan maupun sub pokok bahasan yang khusus membahas ilmu Al-Qur'an (Ulumul Qur’an).
16
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat (Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam), Risalah Gusti, Surabaya, 1996, hal.xi 17 Lihat substansi Kajian PAI pada; Materi Instruksional PAI di PTU, Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, 2004, hal.vii.
228|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
Padahal salah satu tujuan kurikuler18 Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum adalah “Membaca, mengerti dan menghayati ajaran yang terkandung dalam AlQur’an dan sunnah Rasul.” Oleh sebab itu menurut Munzir Hitami agama hendaknya dipelajari untuk diamalkan, bukan untuk dijadikan bahan kajian dengan analisis kritikal sebagai layaknya objek-objek ilmu pengetahuan lainnya. Materi Pendidikan Agama Islam semestinya dirancang dalam sebuah hidden curriculum yang tercermin dalam seluruh kehidupan kampus, bukan semata dalam bentuk mata pelajaran.19 Sebagai pengampu mata kuliah yang memiliki misi pengembangan kepribadian, kelompok dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Riau memandang perlu untuk menyusun sebuah strategi pembelajaran20 Al-Qur'an bagi mahasiswa. Sebab membaca Al-Qur‟an disamping bernilai ibadah, juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam pembentukan akhlakul karimah dalam diri mahasiswa. Komponen strategi pembelajaran Al-Qur‟an tersebut terdiri atas tujuan, peserta didik, tenaga pengajar, bahan pelajaran, metode, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi, sebagaimana yang diuraikan berikut ini : 1. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini adalah : a. Memberantas buta aksara Al-Qur‟an di kalangan Mahasiswa. b. Membina Qari‟ dan Qari‟ah dari kalangan mahasiswa c.
Mahasiswa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur‟an
d. Membangun Karakter Mulia (akhlakul karimah) dalam diri mahasiswa melalui tilawah Al-Qur’an 2. Peserta Didik Peserta didik adalah seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam (biasanya mahasiswa semester I dan II). Adapun masa 18
Lihat Pedoman Pendidikan Agama pada PTU, Ditjen Binbaga Dpartemen Agama RI, 1982,
hal.5 19
Munzir Hitami, IAIN Antara Misi Akademis dan Misi Agama : Tela‟ah atas Perubahan IAIN Menjadi UIN, Ptensia Vol.4, Pekanbaru, 2005, hal.104. 20 Strategi Pembelajaran dapat diartikan sebagai perenc anaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Lihat Junaedi et,al., Strategi Pembelajaran, LAPIS-PGMI, Surabaya, 2008, Paket 1 hal. 9 Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|229
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
pembelajarannya hanya berlangsung selama satu semester, selanjutnya mahasiswa diharapkan melanjutkannya secara mandiri atau mengikuti kelompok-kelompok pembelajaran Al-Qur‟an seperti LPIQ Universitas Riau atau lembaga sejenis di tempat lain. 3. Tenaga Pengajar. Tenaga pengajar adalah para dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam Universitas Riau dan para pementor kegiatan Asistensi PAI dari masing-masing fakultas. 4. Bahan Pelajaran. Untuk pembelajaran pemahaman kandungan/isi Al-Qur‟an, bahannya diambil dari tema-tema tertentu pada Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, seperti konsep penciptaan manusia, masyarakat madani, kerukunan antar Amat beragama, sistem politik Islam dan sebagainya. Sementara untuk kegiatan belajar membaca Al-Qur‟an, sumber rujukannya adalah kitab suci Al-Qur‟an dan bukubuku metode praktis membaca Al-Qur‟an, seperti metode Iqra‟ dan Qiro‟ati.
5. Kegiatan Pembelajaran a. Melalui Perkuliahan PAI. Dalam bidang intrakurikuler, mata kuliah Pendidikan Agama Islam di Unri dikelola oleh kelompok dosen PAI yang secara kelembagaan berada di bawah naungan Unit Pelayanan Teknis (UPT) Mata Kuliah Umum (MKU) Universitas Riau. Mata kuliah ini biasanya diajarkan pada semester I atau II di semua fakultas, dengan bobot 2 SKS selama satu semester. Materi pokok perkuliahannya mengacu pada silabus yang disusun oleh Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI dalam Materi Instruksional PAI di PTU. Sedangkan materi pengembangannya disesuaikan dengan jurusan atau fakultas yang bersangkutan. Misalnya di fakultas Ekonomi, diberikan materi tambahan berupa kajian mengenai Ekonomi Islam atau Sistem Perbankan Syari‟ah, dan di
fakultas kedokteran
diberikan materi tambahan berupa kajian mengenai Hukum Islam tentang tindakan medis seperti Aborsi, Eutanasia, dan sebagainya.
230|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
Perkuliahan PAI umumnya dilaksanakan dengan metode ceramah, diskusi dan pemberian tugas. Sebelum pembelajaran dimulai, para mahasiswa secara bergiliran ditugaskan membaca Al-Qur'an dan terjemahnya selama lebih kurang lima hingga sepuluh menit, dengan ayat-ayat yang telah ditetapkan, yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Dengan demikian semua mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan Pendidikan Agama Islam diwajibkan membaca Al-Qur'an. b. Melalui Kegiatan Asistensi PAI. Dengan bobot 2 SKS, sudah barang tentu kegiatan membaca Al-Qur'an di dalam kelas tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Apalagi kegiatan inti perkuliahan PAI adalah mempelajari pokok-pokok bahasan yang sudah digariskan dalam silabus, bukan membaca Al-Qur'an. Sehingga dosen pengampu mata kuliah bersangkutan tidak mungkin melakukan pembinaan bacaan Al-Qur‟an mahasiswa secara intensif. Oleh sebab itu, kegiatan pembinaan ini diamanahkan kepada para pementor dalam kegiatan Asistensi Pendidikan Agama Islam. Asistensi Pendidikan Agama Islam adalah kegiatan pembelajaran tambahan Agama Islam yang dilaksanakan oleh para pementor selaku asisten dosen PAI dalam upaya pengembangan wawasan keislaman, pemantapan akhlak, dan ubudiyah mahasiswa. Para pementor direkrut dari kalangan mahasiswa senior yang
memiliki
pengetahuan
dan
wawasan
keislaman
yang
memadai,
berkepribadian baik, dan mampu membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Rekrutmen pementor dilaksanakan dua kali dalam setahun, setelah melalui serangkaian training dan tes lisan serta tulisan. Kegiatan Asistensi Pendidikan Agama Islam meliputi kegiatan mentoring untuk penajaman materi kuliah, diskusi, praktik ibadah, dan rutinitas Qira’atul Qur’an. Khusus di penghujung semester, biasanya diadakan kegiatan Hiking atau Outbound atau Mabit (Malam Bina Iman dan Takwa) dan muhasabah. 6. Evaluasi Untuk
pembelajaran
membaca
Al-Qur‟an,
mahasiswa
dikelompokkan
berdasarkan kemampuannya, setelah mengikuti pre-test membaca Al-Qur‟an di awal semester. Adapun kategori pengelompokan kemampuan membaca Al-Qur‟an tersebut antara lain :
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|231
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
a. Mumtaz (Cum Laude), mampu membaca Al-Qur‟an setingkat Qari‟ b. Jayyid Jiddan (Baik Sekali), mampu membaca Al-Qur‟an dengan lancar sesuai dengan kaidah tajwid. c. Jayyid (Baik), mampu membaca Al-Qur‟an dengan lancar, tetapi belum menguasai kaidah tajwidnya. d. Dhaif (Lemah), bacaan tidak lancar terputus-putus dan tidak menguasai kaidah tajwid. e. Dhaif Jiddan (Lemah Sekali), belum mampu merangkai kata dalam bacaan AlQur‟an. f. Buta Aksara Al-Qur‟an Mahasiswa yang Mumtaz bacaannya, dijadikan asisten pementor dalam pembelajaran Al-Qur‟an. Ia juga direkomendasikan untuk menjadi anggota Lembaga Pengembangan Insan Qur‟ani (LPIQ) Universitas Riau. Lembaga ini dikelola oleh Pengurus Mesjid ”Arfaunnas” Universitas Riau dalam rangka pengembangan Tilawatil Qur’an dan pembinaan bakat qari‟ dan qari‟ah untuk persiapan event Musabaqah Tilawatil Qur’an mahasiswa tingkat Nasional yang digelar dua tahun sekali. Sementara mahasiswa yang buta aksara Al-Qur‟an dan yang memiliki kemampuan bacaan lemah sekali, diberikan pembelajaran khusus yang lebih intensif. Pembelajaran Al-Qur‟an dimaksud direalisasikan melaui strategi pembelajaran langsung dan mandiri21 dengan metode bacaan praktis, seperti metode Iqro’. Metode ini sangat cocok dan praktis bagi orang dewasa yang telah mengenal huruf latin dalam belajar membaca Al-Qur‟an. Dalam hitungan minggu saja umumnya sedikit banyak mereka sudah mampu membaca Al-Qur‟an walaupun tidak begitu lancar. Biasanya dosen pengampu sesekali juga turun langsung mengamati kegiatan mentoring dan pembelajaran baca Al-Qur‟an tersebut. Kegiatan Asistensi dan perkembangan kemampuan bacaan Al-Qur‟an mahasiswa dilaporkan kepada dosen yang bersangkutan di akhir semester. Data tersebut dijadikan bahan evaluasi 21
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru, yang biasanya bersifat deduktif. Sementara Strategi pembelajaran mandiri bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Ibid hal. 12-13
232|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
bersama oleh kelompok dosen mata kuliah PAI, untuk selanjutnya dilaporkan kepada ketua UPT-MKU dan Pembantu Rektor I dan III. D. Kesimpulan Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka sudah terlalu lama melupakan kitab sucinya. Sementara kita berkeyakinan bahwa dengan AlQur‟an Islam sepenuhnya akan mampu menjawab tantangan zaman, karena Al-Qur‟an sebagai way of life masih tetap utuh dan potensial seperti sewaktu diturunkan kepada Rasulullah. Tinggal kini bagaimana memacu kaum muslimin untuk kembali memegang teguh kitab sucinya tersebut. Oleh sebab itu, generasi muslim khususnya mahasiswa harus lebih akrab berinteraksi dengan Al-Qur‟an. Karena generasi yang Qur‟ani secara mental dan spiritual lebih siap dan mampu mengatasi berbagai macam persoalan hidup di masyarakat. Di sisi lain mereka memiliki peran yang cukup penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan mereka juga merupakan bagian dari Agent of Change di tengah-tengah masyarakat. Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum perlu mendapat porsi (bobot SKS) pembelajaran yang lebih besar agar materi Ulumul Qur’an dan kegiatan baca Al-Qur'an dapat dimasukkan dalam silabus pembelajaran. Alternatif lain adalah dengan memberdayakan unit kegiatan kerohanian mahasiswa Islam untuk berperan aktif dalam kegiatan pemberantasan buta aksara Al-Qur‟an di kalangan mahasiswa, melalui kegiatan Asistensi Pendidikan Agama Islam di bawah bimbingan dosen PAI .
E. Daftar Pustaka Ali Yafie, Harian Umum Republika, tanggal 25 November 2004. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004. Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI, Materi Instruksional PAI di PTU, 2004. Ditjen Binbaga Dpartemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama pada PTU, , 1982.
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014
|233
Subhan : Pembelajaran Al-Qur’an di Universitas Riau
Imam Jalaluddin Ash-Shuyuthy, Kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir, Dar Al-Kutub AlIlmiyah, Beirut, 1990. Khalid Abdurrahman Al-„Ak, Shafwatu Al-Bayan li Ma’ani Al-Qur’an Al-Karim, Darussalam, Kairo, 1994. M. Said, Tajwid Praktis, PT.Al-Ma'arif, Bandung, 1989. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur'an, Mizan, Bandung, 1999. Mhd. Abda'i Ratomy, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mu'min,Diponegoro, Bandung, 1998. Mawardi, et.al, Kemampuan Baca Al-Qur‟an Mahasiswa Universitas Riau, (Laporan Penelitian) UPT MKU UNRI, 2006. Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat (Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam), Risalah Gusti, Surabaya, 1996. Munzir Hitami, IAIN Antara Misi Akademis dan Misi Agama : Tela‟ah atas Perubahan IAIN Menjadi UIN, Potensia Vol.4, Pekanbaru, 2005. Nasruddin Razak, Dienul Islam, PT. Al-Ma‟arif, Bandung , 1971. Yusuf Al-Qardhawi, Kaifa Nata’amal Ma’a Al-Qur’an, terj. Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2000. Zamakhsyari Dhofier, Tradisonal Pesantren, Studi tentang Kehidupan Kiyai, LP3ES, Jakarta, 1985.
234|
Jurnal Potensia vol.13 Edisi 2 Juli – Desember 2014