PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan mengenai taksasi harian yang dilakukan penulis dapat dilihat pada Tabel 6, dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui kebutuhan tenaga panen pada kadvel F di blok B6, B5, B4, dan B3 yang akan dipanen keesokan harinya. Berikut adalah perhitungan kebutuhan tenaga panen pada kadvel F. Kebutuhan pemanen blok B6 = Kebutuhan pemanen blok B5 = Kebutuhan pemanen blok B4 = Kebutuhan pemanen blok B3 =
/ / / /
.
/
= 12 orang
.
= 8 orang
/
.
= 7 orang
.
= 7 orang
/
/
Kebutuhan untuk kadvel F adalah 34 orang, namun pada kenyataan lapangan hanya 31 orang tenaga panen yang digunakan. Hal ini dilakukan agar tiap pemanen dapat mencapai basis sehingga mendapatkan premi basis panen. Premi basis panen yang didapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup tenaga panen sehingga tenaga panen memiliki loyalitas terhadap perusahaan. Tenaga panen yang digunakan juga tergantung kategori musim panen. Pada saat low crop kondisi panen normal tenaga kerja yang digunakan di Divisi I adalah 31 orang, sedangkan saat peak crop digunakan tenaga panen yang lebih banyak. Jumlah tenaga kerja panen di lapangan juga perlu mempertimbangkan penyebaran kebutuhan dalam setahun. Berdasarkan data produksi tiap tahun yang ada, kebutuhan tenaga panen dalam setahun juga dapat ditentukan. Tenaga panen yang dibutuhkan Divisi I dalam setahun berdasarkan dengan keterangan data luas lahan 696.2 ha, produksi 16 900 kg/ha (data aktual tahun 2010), output standar tenaga panen 1 200 kg/HK, dan jumlah hari kerja 294 dapat diketahui sebagai berikut :
68
Kebutuhan tenaga panen =
∶
.
= 33 orang
Kenyataan di lapangan tenaga panen yang digunakan adalah 31 orang. Meskipun menggunakan pemanen yang lebih sedikit dari kebutuhan tenaga panen setahun namun hanca panen tetap selesai. Kebutuhan jumlah tenaga panen akan berubah lebih banyak pada saat peak crop. Perusahaan akan menggunakan DOL2 atau DOL3 jika produksi buah dan brondolan tinggi. DOL2 adalah pemanen yang terdiri dari 2 orang, satu orang bertugas memotong buah kemudian membawanya ke TPH dan satu orang bertugas mengutip brondolan dan mengumpulkannya ke TPH. DOL3 yaitu pemanen yang terdiri dari 3 orang, satu orang bertugas memotong buah dan rumpuk pelepah, satu orang mengangkut TBS ke TPH, dan satu orang bertugas mengutip brondolan. Tenaga panen dalam setahun untuk kebun juga dapat diketahui kebutuhannya. Kebutuhan ditentukan berdasarkan luas lahan, norma kerja standar ha/HK, dan rotasi panen yang diterapkan. Sungai Bahaur Estate memiliki luas lahan 3 987.47 ha dengan norma kerja standar 3 ha/HK dan rotasi panen 6/7. Kebutuhan pemanen estate dapat diketahui sebagai berikut : Tenaga panen yang dibutuhkan adalah =
3 987.47 ha 3
ha x6 HK
= 222 orang
Kondisi di lapangan tenaga kerja panen yang digunakan adalah 200 orang. Perbedaan perhitungan kebutuhan pemanen dengan kondisi di lapangan terkait dengan estate yang masih dalam kondisi kekurangan tenaga panen, khususnya di Divisi 4 dan 5.
Basis Pemanen Ada 3 basis yang harus dipenuhi pemanen yang berlaku di SBHE yaitu, basis janjang, basis waktu, dan basis hanca. Basis-basis tersebut saling terkait dalam pencapaiannya, tiap harinya seorang pemanen harus memenuhi ketiga basis tersebut.
69
Basis Janjang Basis janjang ditentukan berdasarkan produktivitas ton/ha, kelas BJR, kelas lereng, dan tinggi pokok pada tiap blok. Basis janjang harus dipenuhi oleh tiap pemanen untuk mendapat premi basis. Jika basis janjang tidak terpenuhi pemanen tidak akan mendapatkan premi basis maupun premi lebih basis. Tarif premi potong buah berdasarkan basis janjang dapat dilihat pada Lampiran 10. Basis Hanca Basis hanca disesuaikan dengan AKP (angka kerapatan panen) umumnya untuk keadaan normal 3-4 ha/HK pada saat peak crop 2-3 ha/HK. Divisi I memiliki 24 blok dengan rotasi 6/7 sehingga tiap harinya ada 4 blok yang dipanen. Jumlah pemanen 31 orang yang dibagi dalam dua kemandoran dengan sistem panen hanca giring tetap per mandoran. Tiap tenaga panen memiliki basis hanca 2 pasar pikul atau ± 1 ha dalam kondisi panen normal atau low crop untuk tiap blok. Basis Waktu Basis waktu sesuai dengan ketetapan waktu hari kerja umumnya 7 jam/HK, dimulai pukul 06.30 hingga 13.30 WIB. Ketetapan waktu ini disamakan dengan kegiatan pekerja perawatan. Tenaga panen selesai bekerja jika hanca yang dipanen telah selesai dan basis janjang telah terpenuhi sehingga sering melebihi pukul 13.30 WIB. Namun apabila basis janjang dan basis hanca telah terpenuhi sebelum pukul 13.30 WIB, pemanen tetap tidak boleh pulang sebelum waktunya. Pemanen dapat terus memanen pada hanca mereka di blok yang akan dipanen keesokan harinya.
Kualitas Panen Kualitas Pekerjaan Panen Penulis telah melakukan pengamatan kualitatif terhadap sepuluh orang pemanen pada satu kemandoran di Divisi I. Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mengamati cara pemanenan yang dilakukan kesepuluh tenaga panen
70
terhadap 9 pokok panen dalam 2 pasar pikul atau setara 1 ha. Hasil pengamatan kualitas pekerjaan panen dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kualitas Pekerjaan Potong Buah No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Kriteria Pengamatan Panen Semua TBS Masak Peletakkan TBS di Piringan Potong Rapat Gagang TBS Buah mentah tidak ditinggal/diperam Antrian TBS teratur di TPH Pengutipan Semua Brondolan Tumpukan Brondolan Sendiri Tumpukan Pelepah bukan di Pasar Rintis
1
2
3
Pemanen 4 5 6 7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
6
5
5
3
3
8
4
0
7
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
8
9
10
Keterangan : Angka menunjukkan jumlah pokok panen Hasil yang diperoleh berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa semua pemanen memenuhi kriteria pengamatan kecuali kriteria pengutipan semua brondolan. Kesepuluh pemanen yang diamati, membuktikan hanya ada satu pemanen yang melakukan pengutipan bersih semua brondolan. Para pemanen yang tidak mengutip bersih semua brondolan umumnya hanya meninggalkan 1-3 brondolan dari tiap pokok panen, yang tersangkut di ketiak pelepah, tercecer di piringan, atau pasar pikul. Pemanen menganggap kehilangan 1-3 brondolan tidak akan menjadi masalah. Berdasarkan standar perusahaan toleransi bagi brondolan tidak dikutip adalah 30 butir/ha. Hasil kualitas pekerjaan terhadap tenaga panen menunjukkan bahwa, brondolan yang tidak dikutip pemanen masih berada di bawah batas maksimum toleransi brondolan tidak dikutip.
71
Kapasitas Pemanen Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis, 2008). Kapasitas pemanen adalah basis borong hasil kerja potong buah yang erat kaitannya dengan kapasitas produksi. Berdasarkan umur tanaman dan produksi, maka dapat dilihat Tabel 11 merupakan standar kapasitas produksi Sungai Bahaur Estate (SBHE) Divisi 1 tahun 2011. Tabel 11. Standar Kapasitas Produksi SBHE Divisi I Tahun 2011 Tahun Tanam 1998 2002 2003 2005 2007 2008
BJR (kg) 18.0 13.5 13.5 10.2 7.6 7.6
Basis Pemanen (Jjg) 100 100 100 100 120 100
Basis Borong (kg) 1 800 1 350 1 350 1 020 912 760
Produksi/ha /tahun (ton TBS) 23.2 17.9 18.2 18.4 8.8 9.2
Kapasitas /hari (kg/ha) 5 74 440.3 447.3 452.2 214.9 225.4
Penulis melakukan pengamatan hasil tandan pemanen terhadap 10 orang tenaga panen selama 3 minggu pada kadvel atau seksi panen yang sama untuk mengetahui output pemanen tersebut. Hasil tandan pemanen selama 3 minggu tersebut kemudian dibagi ratakan sehingga didapat kapasitas per harinya. Hasil tandan pemanen yang diamati penulis dapat dilihat pada Tabel 12.
72
Tabel 12. Hasil Tandan Pemanen Pemanen Asr
Mud
Ahm
Mah
Jum
Mus
Kar
Nas
Sen
Rof
Minggu I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total I II III Total
Jumlah TBS (jjg) A3 16 75 29 120 8 40 29 77 32 14 15 61 18 30 39 87 17 25 23 65 21 25 19 65 33 40 22 95 19 39 20 78 10 12 10 32 37 13 13 63
A4 21 8 15 44 46 35 15 96 31 0 8 39 16 11 12 39 26 80 3 109 19 19 6 44 110 61 8 179 76 20 27 123 17 31 12 60 37 37 19 93
A5 43 10 15 68 23 67 15 105 31 33 17 81 5 27 78 110 30 58 13 101 26 45 48 119 77 50 22 149 41 44 44 129 36 20 23 79 13 45 18 76
A6 51 17 10 78 44 80 10 134 35 13 21 69 5 0 78 83 40 16 21 77 44 38 37 119 13 38 0 51 24 48 19 91 47 6 26 79 13 61 20 94
Total (jjg) 131 110 69 310 121 222 69 412 129 60 61 250 44 68 207 319 113 179 60 352 110 127 110 347 233 189 52 474 160 151 110 421 110 69 71 250 100 156 70 348
Berat TBS (kg) 1956.9 1357.9 921.2 4236 1598.5 3248.7 921.2 5768.4 1774.5 1023.5 879.6 3677.6 530.7 1016.5 3218.1 4765.3 1599.9 2498.3 836.6 4934.8 1544.1 1912.2 1767.3 5223.6 3244.6 2598.8 791.2 6634.6 2136.6 2189.1 1666 5991.7 1650.2 939.4 1053.9 3643.5 1224 2252 972.9 4448.9
Basis Lebih Borong (janjang) 31 10 -31 21 122 -31 29 -40 -39 -56 -32 107 13 79 -40 10 27 10 133 89 -48 60 51 10 10 -31 -29 0 56 -30
73
Kadvel ini memiliki tahun tanam 1998 untuk blok A3, A5, dan A6 dengan basis 100 janjang, serta 2007 untuk blok A4 dengan basis 120 janjang, sehingga untuk kadvel ini basis yang digunakan di lapangan adalah basis blok terkecil sebagai basis janjang. Berat janjang rata-rata (BJR) blok untuk A3, A5, dan A6 adalah 18 kg sedangkan blok A4 memiliki BJR 7.6 kg. Basis pemanen dalam kg/HK tidak tergantung pada BJR dan basis janjangnya, tetapi berdasarkan standar ketentuan output tenaga panen yang berlaku di Estate yaitu 1 250 kg/HK bagi pemanen untuk semua kadvel. Namun kondisi di lapangan untuk penentuan basis hanya menggunakan basis janjang tidak menggunakan basis dalam kg/HK, sehingga ketentuan basis borong dalam kg/HK berdasarkan BJR dalam kondisi aktual juga tidak diberlakukan. Pengamatan
terhadap 10 tenaga
panen yang dilakukan
penulis
menunjukkan bahwa semua pemanen telah memenuhi basis dalam kg/HK, dengan rincian 8 orang pemanen memenuhi basis janjang sedangkan 2 orang lagi tidak memenuhi basis janjang. Pencapaian basis tugas tertinggi yang dicapai pemanen adalah 159 janjang buah normal (2 238 kg/HK) dengan basis lebih borong 59 dan basis tugas terendah yang dicapai pemanen adalah 83 janjang buah normal (1 286 kg/HK). Pemanen yang berhasil mencapai basis janjang berhak mendapatkan premi basis, sedangkan bagi basis lebih borong yang didapat pemanen berhak mendapatkan premi lebih basis. Tenaga panen yang tidak dapat memenuhi basis janjang disebabkan jumlah pokok panen/ha yang berbeda, sehingga banyaknya TBS yang dapat dipanen juga berbeda. Jumlah pokok panen yang berbeda terkait dengan jumlah pokok produktif dan tanaman sisip yang ada dalam tiap ha luas lahan. Kapasitas produksi dapat diketahui dengan menjumlahkan keseluruhan output sepuluh pemanen, lalu dibagi dengan luasan panen yang dipanen sepuluh orang pemanen dalam keempat blok tersebut. Kapasitas produksi untuk Blok A3, A4, A5, dan A6 dapat diketahui sebagai berikut: Kapasitas/hari =
18 227 kg 40 ha
= 455.68 kg/ha
Kapasitas produksi untuk kadvel F pada blok A3, A4, A5, dan A6 adalah 455.68 kg/ha sehingga dapat diestimasikan produksi/ha/tahun kadvel tersebut adalah 18.4 ton/tahun.
74
Pelanggaran Pemanen Tindakan yang tidak mematuhi ketentuan atau melanggar peraturan potong buah akan dikenakan sangsi atau denda dan mendapat pengurangan premi yang diperoleh pemanen, kerani buah, mandor panen, dan mandor I. Penulis melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang pemanen saat melakukan pekerjaan potong buah dalam luasan 1 ha untuk setiap hanca masing-masing pemanen dengan ulangan pada 4 blok panen. Kriteria kesalahan pekerjaan potong buah yang diamati ada 14 kriteria yaitu potong buah mentah, < 6 berondolan/jjg di TPH, buah masak tidak dipotong, buah masak dipotong tinggal di hanca, brondolan tidak dikutip (pokok, piringan, pasar rintis, dan TPH), memotong buah tidak sempurna, buah tidak diantrikan/ tidak ditulis, berondolan banyak sampah/ alas karung, berondolan dalam karung utuh/ alas berondolan tidak terangkut, gagang panjang lebih dari 3 cm rata-rata, pelepah tidak disusun pada bagian masingmasing, pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), buah busuk/ tidak diketek, dan over pruning. Hasil pengamatan kesalahan yang dilakukan pemanen dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pelanggaran Pemanen dalam Pemenuhan Basis No 1 2 3 4 5 6 7
Kesalahan Potong buah mentah Brondolan tidak dikutip Brondolan banyak sampah/alas karung Ganggang panjang lebih dari 3 cm Pelepah sengkleh Buah busuk/tidak di ketek Over pruning
Pemanen 5 6 7 0 0 0
1 1
2 0
3 0
4 0
8 0
9 0
10 0
6
3
4
4
6
6
1
5
9
2
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
Hasil pengamatan menunjukkan ada satu orang pemanen yang melakukan potong buah mentah dan buah busuk tidak dibuang pada satu pokok panen, kemudian dapat dilihat bahwa semua pemanen melakukan kesalahan dengan tidak mengutip keseluruhan brondolan sehingga terdapat brondolan di pokok, piringan, pasar pikul, atau TPH. Terdapat satu orang pemanen yang tidak mengutip bersih
75
pada 9 pokok panen dan sedikitnya terdapat 1 pokok panen yang tidak dikutip bersih. Kesalahan pekerjaan potong buah mengenai berondolan/ alas karung banyak sampah, ganggang panjang lebih dari 3 cm rata-rata, pelepah sengkleh (bukan sengkleh alami), dan over pruning dilakukan oleh dua orang pemanen pada setiap kriteria kesalahan tersebut dan setidaknya terdapat minimal 1 pokok panen pada setiap pelanggaran pemanenan. Setiap pelanggaran pekerjaan potong buah yang dilakukan oleh tenaga panen akan mendapatkan denda untuk setiap kesalahan yang dilakukan. Ketentuan denda telah diatur oleh perusahaan yang ditetapkan dalam IOM (Intern Office Memo) premi dan sangsi panen yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Denda akan langsung diberikan oleh mandor panen. Setiap kesalahan yang dilakukan tenaga panen juga akan berdampak pada mandor panen dan Mandor I. Tenaga panen melakukan kesalahan dalam pekerjaan potong buah karena kurangnya kesadaran atau tanggung jawab dalam pekerjaan. Pencegahan terhadap kesalahan berulang yang dilakukan tenaga panen, dapat dilakukan dengan mengingatkan kewajiban mereka dan kesalahan-kesalahan pekerjaan potong buah yang tidak boleh dilakukan. Peringatan disampaikan oleh mandor panen pada setiap apel pagi saat tenaga panen akan memulai pekerjaan potong buah. Kriteria Panen Standar kematangan buah adalah ketentuan TBS yang dipanen berdasarkan pada jumlah brondolan lepas. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Kriteria matang panen ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan yang diterapkan pada pekerjaan potong buah di lapangan dan proses grading di pabrik kelapa sawit. Secara umum untuk lingkup perusahaan menggunakan 2 kriteria panen yaitu kriteria layak potong dan kriteria matang panen. Kriteria layak potong untuk kondisi potong buah di lapangan sedangkan kriteria matang panen untuk kondisi grading buah di PKS. Pemotongan buah yang dilakukan di lapangan pada saat 5 berondolan jatuh alami di piringan, saat di PKS menunjukkan hasil mutu buah mentah 0%, kurang matang < 8%, matang 85%, lewat matang <7%, dan janjang
76
kososng 0% sesuai dengan kriteria matang PKS yang menggunakan 2 brondolan/kg. Hal ini terjadi karena diestimasikan dalam pengangkutan buah, mulai dari saat buah dipotong di lapangan hingga buah tiba di PKS jumlah brondolan akan bertambah sehingga buah akan memenuhi kriteria matang panen yang berlaku di PKS. Kriteria panen di lapangan tidak sama dengan kriteria panen di PKS karena jika disamakan yang terjadi adalah jumlah brondolan menjadi lebih banyak begitu juga buah over ripe. Kriteria di lapangan diberlakukan untuk lebih memudahkan pelaksanaan dan pemahaman pekerjaan potong buah oleh pemanen. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Hubungan rendeman minyak dan kadar asam lemak bebas pada tandan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hubungan antara Fraksi, Rendemen Minyak, dan Kadar ALB Fraksi 0 1 2 3 4 5
Rendemen Minyak (%) 16.0 21.4 22.1 22.2 22.2 21.9
Kadar Asam Lemak Bebas (%) 1.6 1.7 1.8 2.1 2.6 3.8
Jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi yaitu lebih dari 5% (Fauzi et al., 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan (Fauzi et al., 2008). Tingkat kematangan tandan atau dikenal sebagai fraksi itu ditentukan berdasarkan kriteria jumlah buah lepas yang dapat dilihat pada Tabel 15.
77
Tabel 15. Kriteria Tingkat Kematangan Tandan Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Jumlah Brondolan Tingkat Kematangan Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat Mentah 0-12% buah luar membrondolan Mentah 12,5-25% buah luar membrondolan Kurang Matang 25-50% buah luar membrondolan Matang I 50-75% buah luar membrondolan Matang II 75-100% buah luar membrondolan Lewat Matang I Buah dalam juga membrondol, ada buah yang Lewat Matang II busuk Tingkat kematangan dan kriteria panen di Sungai Bahaur Estate dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Standar Kematangan Buah di Sungai Bahaur Estate Kriteria TPH dan PKS Mentah 0 brondolan Kurang Matang < 2 brondolan/ kg Matang 2 brondolan/ kg hingga 75% brondol permukaan telah lepas Terlalu Matang > 75% - 90% brondolan telah lepas Empty Bunch / > 90% brondolan telah lepas Abnormal Grading buah adalah kegiatan menggolongkan buah berdasarkan tingkat kematangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan perusahaan, hasil grading akan dijadikan salah satu acuan untuk perbaikan mutu panen. Grading Buah (TBS) dilakukan minimal 10% dari total estimasi taksasi produksi pada hari pelaksanaan panen (Pedoman Teknis BGA). Penulis melakukan pengamatan di lapangan terhadap kualitas pemeriksaan hasil mengenai tingkat kematangan buah di Divisi I. Pengamatan dilakukan pada Blok D6 dan D5 dengan mengambil sampel 10 pemanen dalam satu kemandoran. Masing-masing blok diamati mutu buah di 10 TPH dengan jumlah total janjang 276, yaitu 11.50 % dari estimasi janjang hari itu 2399 janjang. Acuan yang digunakan penulis dalam menetapkan jumlah brondolan dalam melakukan grading mutu buah adalah BJR blok. Blok D6 memiliki BJR 16 kg dan D5 memiliki BJR 17 kg sehingga untuk jumlah brondolan yang masuk kriteria matang untuk Blok D6 adalah 32 brondolan dan 34 brondolan untuk Blok D5. Hasil pengamatan pada Blok D6 dapat dilihat pada Tabel 17 dan Blok D5 pada Tabel 18.
78
Tabel 17. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D6 No TPH Tingkat Total % Kematangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Mentah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kurang 6 2 1 2 5 0 1 2 5 2 2 26 17.1 Matang 3 Matang 11 6 21 11 9 10 12 15 17 6 118 77.6 Lewat 4 8 5.3 0 1 2 0 2 0 0 1 2 0 Matang Abnormal/ 5 Janjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kosong Jumlah Janjang 17 9 24 13 16 10 13 18 24 8 152
No
Tabel 18. Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok D5 Tingkat Kematangan 1 Mentah Kurang 2 Matang 3 Matang Lewat 4 Matang Abnormal/ 5 Janjang Kosong Jumlah Janjang
No
1 0
2 0
3 0
No TPH 4 5 6 7 0 0 0 0
4
1
1
0 1 0
1
9
8 0
9 10 0 0
1
Total
%
0
0
0
10
7.9
8 17 11 8 8 10 11 15
9
106
84.1
3
1
0
1 0 0
2
0
0
0
7
5.6
0
0
0
2 0 0
1
0
0
0
3
2.4
16 10 18 12 9 8 14 12 16
9
126
1
Persentase hasil pengamatan dapat diketahui dengan acuan BJR blok yang digunakan untuk menghitung jumlah brondolan dalam menentukan kriteria kematangan. Kriteria mentah ditunjukkan dengan tidak adanya brondolan yang terlepas pada TBS, kriteria kurang matang ditandai dengan adanya brondolan kurang dari 32 brondol untuk blok D6 dan 34 brondol untuk blok D5, kriteria matang ditunjukkan dengan adanya 32 brondolan untuk blok D6 dan 34 brondolan untuk blok D5 hingga 75% brondol permukaan lepas, lebih dari itu buah masuk kriteria lewat matang dan janjang kosong. Persentase total hasil pengamatan mutu buah di blok D6 dan D5 menunjukkan 0% mentah, 13 % kurang matang, 80.6 % matang, 5.4 % lewat matang, 1.1 % janjang kosong. Hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa tidak ada buah yang dipanen mentah sedangkan ada 13 % yang dipanen dengan kondisi kurang
79
matang. Pemanen memotong buah kurang matang karena memotong buah < 5 brondolan yang jatuh alami di piringan. Jika di lapangan menyesuaikan dengan ketentuan di PKS maka brondolan akan menjadi banyak, karena pemanen akan menunda memotong buah yang layak potong hingga jumlah brondolan sesuai dengan banyaknya brondol yang harus lepas/kg TBS. Pendapatan pemanen yang dihitung berdasarkan banyak janjang yang dipanen dan pemenuhan basis janjang, juga menjadi penyebab pemanen cenderung memotong buah kurang matang untuk mencapai basis. Pemanen yang kurang paham tentang kriteria potong buah dengan ketentuan 5 brondolan jatuh alami di piringan, sering memanen buah kurang dari 5 brondolan yang jatuh di piringan. Kecenderungan pemanen memotong buah kurang matang dapat dicegah dengan memberi peringatan tiap hari mengenai ketentuan kriteria layak potong buah yaitu 5 brondolan yang jatuh alami di piringan. Peringatan disampaikan oleh mandor panen pada saat apel pagi dan apel sore dan penerapan denda dan sangsi secara konsisten. Persentase tandan yang masuk kriteria matang 80.6 %. Nilai persentase tandan yang matang belum memenuhi standar kriteria panen tandan yang ideal yaitu 85 % (kriteria grading di PKS). Hal ini disebabkan karena masih tingginya pemanen yang memotong buah kurang matang. Kriteria lewat matang mencapai 5.4 %, nilai presentase ini masih di bawah batas maksimal kelonggaran lewat matang < 7% di PKS. Lewat matang dapat juga terjadi karena pusingan yang tinggi akibat seksi panen yang tidak selesai pada hari tersebut. Seksi panen bisa tidak selesai disebabkan angka kerapatan panen (AKP) tinggi dan tenaga kerja panen yang kurang. Selain itu, adanya pemanen yang kurang bertanggung jawab meninggalkan buah saat memanen buah, karena mereka telah memperkirakan buah yang dapat dipanen jumlahnya tidak akan mencapai basis janjang. Lewat matang yang disebabkan kurang bertanggung jawabnya pemanen pada hancanya, dapat diantisipasi dengan pemeriksaan hanca yang teliti oleh mandor panen terhadap pemanen yang outputnya tidak maksimal, dan menerapkan denda bagi pemanen yang mengeluarkan buah lewat matang yang terlalu banyak yaitu lebih dari 7% jumlah janjang yang dipanen di TPH kecuali janjang kosong karena
80
terserang penyakit. Pemberlakuan denda ini dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dari pemanen terhadap hancanya. Penulis melakukan grading di TPH dengan ketentuan yang sama yang dilakukan oleh PKS yaitu kriteria matang panen dengan jumlah brondolan yang lepas, 2 brondolan/ kg dari berat tandan. Pada hari tersebut PKS hanya mengambil sampel grading untuk Divisi I terhadap buah yang dipanen di Blok D6, sehingga analisa perbandingan hanya dapat dilakukan terhadap Blok D6. Persentase perbandingan hasil grading penulis dengan PKS dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Persentase Hasil Grading blok D6 Penulis dengan PKS Kriteria Kematangan Unripe Under Ripe Ripe Over Ripe Empty Bunch
Penulis (%) 0 17.1 77.6 5.3 0
PKS (%) 0 5 87 8 0
Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan nilai persentase kurang matang yang dilakukan penulis saat grading di TPH lebih tinggi dari PKS. Hal ini terjadi karena pada saat pengangkutan buah dari TPH hingga pabrik, jumlah brondolan yang lepas dari tandan buah meningkat. Saat pengangkutan buah didump dari TPH masuk ke dalam truk kemudian setelah sampai di PKS, buah didump lagi dari truk masuk ke loading ramp. Sehingga buah yang masuk kriteria kurang matang saat di grading di TPH akan masuk kriteria matang dengan jumlah brondolan yang sesuai ketentuan di PKS. Jumlah tandan matang pada saat grading di TPH lebih rendah dari hasil grading di PKS. Ini disebabkan karena saat melakukan pengamatan grading di TPH penulis menggunakan BJR blok sedangkan PKS melakukan grading buah berdasarkan berat real per janjang yang dijadikan sampel. Buah yang saat diamati mutunya masuk kriteria matang saat di TPH dapat berubah menjadi lewat matang selama proses pengangkutan. Alat transportasi yang banyak menggunakan Dump Truck (DT) dalam pengangkutan buah juga menambah jumlah brondolan yang terlepas dari tandan buah, karena saat melakukan bongkar muat di PKS buah akan langsung dilempar atau di-dump secara otomatis dari bak truk. Pembongkaran
81
tersebut yang menyebabkan buah kurang matang menjadi matang dan matang dapat menjadi lewat matang saat dilakukan grading oleh PKS. Produktivitas Pemanen Produktivitas pemanen merupakan kemampuan seorang pemanen dalam melakukan pekerjaan potong buah yang dilihat dari output yang dihasilkan. Output pemanen diperoleh dengan membagi jumlah janjang yang dipanen yang telah dikalikan BJR blok, dibagi dengan HK efektif. Output dari tiap pemanen penting untuk diketahui karena berkaitan erat dengan produktivitas yang akan dicapai oleh kebun. Penulis melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang tenaga panen untuk mengetahui hasil output pemanen berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman dalam melakukan pekerjaan panen. Data pengamatan berasal dari data sekunder jumlah janjang yang dipanen tenaga panen, untuk seluruh kadvel (tiap blok) dalam seminggu di Divisi I yang dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Profil Pemanen dan Prestasinya Nama Pemanen Mud Mah Kar Sen Nas Rof Jum Ahm Asr Mus
Umur (tahun) 28 32 25 26 30 19 27 43 38 35
Tk Pendidikan SD SD STM SMA MTS SMA SD STM SMP SD
Lama Pengalaman 3 tahun 3 tahun 2 tahun 2 tahun 2 tahun 3 bulan 10 bulan 6 bulan 5 bulan 1 bulan
Prestasi (kg/HK) 2376.2 781.8 2009.2 1114.3 1713.4 1681.1 1313.3 1075.8 2170.1 2019.6
ST Dev 276.7 320.8 159.1 434.1 258.1 305.7 360.5 274.5 323.1 381.0
Data kemudian diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat pendidikan dengan prestasi, lama pengalaman dengan prestasi. Hasil pengujian menunjukkan tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat pendidikan, dan lama pengalaman tenaga panen terhadap prestasi yang
82
dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa kualifikasi tenaga kerja panen relatif sudah merata. Selain faktor-faktor tersebut, produktivitas tiap pemanen yang berbeda disebabkan jumlah pokok panen/ha yang berbeda, sehingga banyaknya TBS yang dapat dipanen juga berbeda. Kesadaran pemanen akan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan hancanya dan tidak meninggalkan buah sehingga tidak terangkut ke PKS juga mempengaruhi produktivitas pemanen.