32
PEMBAHASAN
Aktivitas A. cerana Terbang Harian dan Mencari Polen Aktivitas terbang harian A. cerana lebih awal dibandingkan dengan aktivitas harian mencari polen. Aktivitas terbang harian A. cerana dimulai pada pukul 05.20 WIB (Lampiran 1). Hal ini karena A. cerana pekerja masih mencari keberadaan sumber pakan, kemudian diinformasikan pada pekerja yang lain sebagai petunjuk arah dan jarak sumber pakan dari sarang. Informasi lokasi sumber pakan disampaikan melalui tarian yaitu round dance atau waggle dance tergantung jarak sumber pakan dari sarang (Free 1982). Lebah A. cerana pada awal mencari pakan akan menggunakan insting berdasarkan petunjuk matahari. Insting merupakan tingkah laku yang dihasilkan secara genetik dan pengaruh faktor lingkungan (McFarland 1985). Apis cerana pekerja akan menggunakan navigasi untuk mencari daerah sumber pakan yang belum diketahui melalui kompas udara (Menzel et al. 2006). Apis cerana mempunyai kemampuan mengingat pergerakan di lingkungan dengan mempergunakan penanda dan kompas udara (Dyer 1996) Aktivitas harian A. cerana mencari polen diketahui dari A. cerana yang masuk ke sarang dengan membawa polen di corbicula pada tungkai bagian belakang. Nilai rata-rata puncak aktivitas harian mencari polen bulan Oktober 2008 lebih rendah dibandingkan dengan bulan Maret 2009 (Gambar 11 & 12). Hal ini menunjukkan bahwa variasi tipe polen pada bulan Oktober 2008 lebih sedikit ( 9 jenis polen) dibandingkan dengan bulan Maret 2009 (12 jenis polen). Hasil penelitian aktivitas A. cerana dan A. mellifera mencari polen di Muzaffur, Bihar, India bulan Maret ditemukan 24 tipe polen dan 7 diantaranya dalam keadaan melimpah, sedangkan bulan Oktober ditemukan 21 tipe polen dan 6 tipe polen dengan jumlah yang melimpah (Suryanarayana et al. 1992). Intensitas cahaya mempengaruhi aktivitas harian A. cerana mencari pakan (Gambar 14). Hal ini mungkin karena A. cerana menggunakan cahaya matahari sebagai kompas untuk menunjukkan arah dan jarak sumber pakan dari sarang (Drickamer et al. 2002). Intensitas cahaya yang fluktuatif mengakibatkan pola
33
mencari pakan mengalami fluktuatif. Intensitas cahaya berkaitan dengan faktor lingkungan yang lain yaitu suhu udara dan kelembaban udara. Suhu udara juga mempengaruhi aktivitas harian A. cerana mencari pakan (Gambar 14). Hal ini mungkin karena perubahan suhu udara di dalam dan di luar berhubungan dengan perilaku A. cerana
dalam mencari pakan. Suhu udara
mempengaruhi aktivitas A. cerana di dalam maupun di luar sarang karena suhu udara yang sangat rendah dapat mengakibatkan otot sayap menjadi lemah sehingga
tidak
dapat
terbang
(Winston
1987).
Apis
cerana
mampu
mempertahankan kondisi suhu udara di dalam sarang pada saat suhu udara dibawah 23 °C dengan cara bergerombol (cluster). Sedangkan pada saat suhu dalam sarang meningkat 30-32 °C, A. cerana mengepakkan sayap (fanning) dan evaporasi air untuk mendinginkan kondisi di dalam sarang (Darmayanti 2008). Kelembaban udara berpengaruh terhadap aktivitas A. cerana mencari polen (Gambar 14). Hal ini mungkin karena kelembababan udara yang tinggi akan mengakibatkan aktivitas A. cerana mencari polen menurun. Udara yang lembab mengakibatkan polen menjadi lengket sehingga A. cerana akan mengalami kesulitan dalam pengumpulan polen sehingga lebah menjadi kurang agresif (Shuel 1992) Persentase aktivitas A. cerana membawa polen di bulan Oktober 2008 lebih sedikit daripada bulan Maret 2009 (Gambar 13). Hal ini mungkin karena pada bulan Maret 2009 merupakan bulan basah dengan curah hujan rata-rata 15.88 mm/jam sehingga banyak terdapat bunga yang mekar di sekitar sarang, sedangkan bulan Oktober 2008 curah hujan rata-rata 9.46 mm/jam (Lampiran 5). Apis cerana dapat memilih polen yang mempunyai nutrisi tinggi pada saat musim berbunga. Nutrisi yang terkandung dalam tiap tipe polen berbeda. Kandungan nutrisi yang ada pada polen yang dikumpulkan lebah berdasarkan analisis kimia yaitu protein (24.1%), gula reduksi (20.7%), gula non reduksi (2.1%), dan pati (1.8%) (Herbert & Shimanuki 1978). Kandungan total asam amino pada sampel polen bervariasi dengan kisaran 108.73 mg/g DM (Artemisia) sampai dengan 241.17 mg/g DM (Sinapsis alba) (Szczesna 2006). Persentase aktivitas A. cerana membawa polen yang tinggi pada bulan Maret 2009 menunjukkan koloni sedang berkembang dan banyak terdapat larva
34
sehingga membutuhkan banyak sumber protein untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Hasil penelitian Suryanarayana et al. (1992) di Apriari Muzaffur, Bihar, India menyebutkan bahwa puncak ketersediaan polen terjadi pada bulan Januari sampai dengan Mei dan di bulan November. Hal ini juga dikemukakan Berry & Delaplane (2001) bahwa keberadaan anakan dalam sarang akan merangsang A. cerana pekerja untuk mengumpulkan polen. Jumlah madu dan polen yang banyak mengindikasikan jumlah larva yang banyak (Doull 1973). Pakan larva pekerja merupakan komponen yang bersih yang diproduksi kelenjar hypopharyngeal campuran antara madu, enzim pencernaan dan air (Winston 1987). Faktor lain yang mempengaruhi persentase aktivitas A. cerana membawa polen yaitu jumlah sel kosong pada sisir. Hasil penelitian Schulz et al. (1998) bahwa adanya sel kosong pada sisir sarang lebah madu akan meningkatkan tingkah laku lebah pekerja dalam pengumpulan polen. Luas total sisir sarang A. cerana pada bulan Oktober 2008 lebih kecil dibandingkan bulan Maret 2009 (Tabel 4). Perbedaan luas total dapat disebabkan dua faktor yaitu dalam dan luar koloni. Faktor dalam koloni yaitu jumlah A. cerana pekerja pada bulan Oktober 2008 lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Maret 2009 sehingga penghasil malam lebah (wax) sebagai bahan untuk membangun sisiran sarang lebih sedikit. Sedangkan faktor luar koloni yaitu ketersediaan sumber pakan di sekitar sarang. Apis cerana akan membangun sarang pada saat sumber nektar melimpah (Pratt 1999).
Identifikasi Polen Sebagai Sumber Informasi Penting untuk Pengembangan A. cerana Dari hasil identifikasi polen yang dikumpulkan dari tungkai A. cerana, Z. mays (Poaceae) dan C. nucifera (Arecaceae) merupakan sumber pakan utama A. cerana yang ditemukan pada bulan Oktober 2008 dan Maret 2009 karena Z. mays merupakan tanaman pertanian yang ditanam oleh penduduk secara kontinyu dan tidak dipengaruhi oleh musim. Di Apriari India A. cerana juga mengambil Z. mays selain Brassica spp, Phoenix sylvestris (L) dan Borassus flabellifer (Suryanarayana et al. 1992). Polen C. nucifera merupakan sumber pakan A. cerana yang dapat ditemukan sepanjang tahun (Bhargava et al. 2009).
35
Persentase individu A. cerana yang membawa polen Z. mays yang tinggi di bulan Oktober 2008 dan Maret 2009 (Tabel 1). Hal ini mungkin karena Z. mays merupakan tumbuhan yang dominan di lokasi penelitian dan A. cerana membutuhkan kandungan nutrisi yang tinggi. Zea mays juga dikelompokkan ke dalam polen bernutrisi tinggi (Herbert 1992). Apis cerana dalam mengumpulkan polen Z. mays secara tidak langsung membantu proses penyerbukan (Pengamatan pribadi). Penyerbukan tanaman Z. mays dapat terjadi akibat polen yang menempel pada tubuh A. cerana pada saat mengumpulkan polen dan secara tidak langsung melakukan transfer polen ke kepala putik pada tanaman Z. mays yang lain. Apis cerana yang memiliki rambut-rambut pada seluruh bagian tubuh sehingga efektif untuk mengumpulkan polen. Polen yang menempel pada seluruh tubuh A. cerana akan disisir menggunakan tiga pasang tungkai. Kemudian polen akan dikumpulkan dalam keranjang polen yang terdapat pada tungkai bagian belakang. Polen dikumpulkan di curbicula dalam bentuk pelet yang telah dilembabkan dengan nektar (Gojmerac 1983). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam satu koloni A. cerana terdapat variasi polen. Perbedaan variasi polen antar koloni A. cerana dapat disebabkan A. cerana mempunyai sifat area fidelity, yaitu A. cerana akan mencari pakan yang dekat dari sarang. Sifat area fidelity pada aktivitas A. cerana berkaitan dengan perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan pada saat terbang. A. cerana akan belajar dengan cepat untuk mengunjungi larutan gula dan mengumpulkan pakan yang dekat dengan sarang (McFarland 1985). Ukuran dan karakter polen yang dibawa oleh A. cerana bervariasi (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana dalam memanfaatkan sumber polen bukan berdasarkan pada ukuran dan karakter polen. Apis cerana mengunjungi bunga berdasarkan aroma (Reinhard et al. 2004) dan warna bunga (Slaa et al. 2003). Lebah A. cerana mampu membedakan warna karena memiliki penglihatan trikromatik yang mempunyai tiga fotoreseptor dalam mata majemuk dengan puncak sensitivitas 540 nm (sensitive hijau), 435 nm (sensitive biru), 335 nm (sensitive ultraviolet) (Pietsch et al. 1992). Perbedaan ukuran dan karakter polen pada satu koloni menggambarkan bahwa A. cerana pekerja tidak hanya memanfaatkan satu jenis tumbuhan (Eltz et al. 2001).
36
Individu A. cerana yang membawa polen pada corbicula menunjukkan satu tipe polen (Lampiran 6, 7, 8, dan 9). Apis cerana bersifat pollen constancy untuk menghemat energi dan mempercepat proses mencari polen. Hal yang sama dikemukakan oleh Atmowidi (2008) bahwa A. cerana mempunyai sifat pollen constancy yaitu dalam setiap perjalanan mencari pakan, A. cerana hanya mengunjungi satu jenis tumbuhan. Pollen constancy juga berkaitan dengan tingkah laku A. cerana pekerja dalam menginformasikan sumber polen pada pekerja yang lain. Informasi keberadaan sumber polen akan disampaikan A. cerana pekerja melalui sebuah tarian yaitu round dance atau waggle dance berdasarkan jarak dari sarang. Tarian tersebut akan dijadikan petunjuk oleh pekerja yang lain untuk menentukan arah dan jarak sumber polen. Apis cerana akan belajar untuk menemukan sumber polen tersebut dengan petunjuk simetris di satu pohon. Kemudian dari proses tersebut akan direkam sehingga menjadi petunjuk yang jelas untuk menemukan lokasi sumber polen secara spesifik (Dyer 1996). Beekman & Lew (2008) menyatakan bahwa adanya tarian yang dilakukan A. cerana pekerja mempengaruhi jumlah nektar yang dikumpulkan. A. cerana pekerja akan mengeluarkan feromon dari kelenjar nasanov yang digunakan sebagai penanda bagi A. cerana pekerja lain untuk menemukan lokasi sumber pakan. Feromon ini juga berfungsi agar dapat diketahui bunga yang telah diambil polennya (Winston 1987). Apis cerana mampu mengingat lokasi sumber pakan yang telah dikunjungi melalui proses belajar dari aroma, warna, bentuk, lokasi dan waktu pembungaan (McFarland 1985). Tumbuhan yang sedang mekar di sekitar sarang tidak semua dimanfaatkan sebagai sumber polen oleh A. cerana (Tabel 3). Tumbuhan yang tidak dimanfaatkan
sebagai
sumber
polen,
kemungkinan
tumbuhan
tersebut
dimanfaaatkan A. cerana sebagai sumber nektar dan propolis. Propolis merupakan adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu. Propolis dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda untuk kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang (Gary 1992). Apis cerana akan mengunjungi bunga dengan memperhitungkan reward yang didapatkan, yaitu dekat dengan sarang dengan jumlah yang melimpah (McFarland 1985).
37
Polen yang telah teridentifikasi merupakan informasi tumbuhan sumber pakan A. cerana yang ada di sekitar sarang. Pengetahuan tentang informasi ini sangat penting untuk pengembangan peternakan A. cerana (Bhargava et al. 2009). Selain itu adanya sumber pakan yang bernutrisi tinggi sangat berguna untuk peningkatan produksi madu (Noor et al. 2009).
Perbandingan Aktivitas Mencari Pakan antara A. cerana dengan A. mellifera Jumlah A. cerana yang datang ke sumber pakan lebih banyak dibandingkan dengan A. cerana pada waktu dan tempat yang sama (Tabel 5-6). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana lebih dominan dalam kompetisi memperebutkan sumber pakan. Kompetisi juga terlihat pada perilaku A. cerana mengusir A. mellifera yang mengunjungi sumber pakan. Apis cerana mengusir dengan cara menggigit tungkai A. mellifera hingga patah (Pengamatan pribadi). Sedangkan, Devkota & Thapa (2005) menyatakan bahwa jumlah lebah tiap tanaman memperlihatkan A. mellifera lebih banyak (2 253 individu) daripada A. cerana (1 697). Hal yang sama dikemukakan Gupta et al. (1984) bahwa A. mellifera dalam pengumpulan nektar tiap bunga lebih banyak (358.0 bunga) daripada A. cerana (288.2 bunga). Faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah A. cerana dengan A. mellifera adalah perbandingan koloni antara A. cerana dengan A. mellifera (2:1) sehingga A. cerana lebih awal dalam menemukan pakan. Dalam satu koloni A. cerana dan A. mellifera memiliki satu ratu. Jumlah recruiter A. cerana lebih banyak dibandingkan dengan A. mellifera karena menggunakan dua koloni A. cerana sedangkan A. mellifera hanya satu koloni (Widjaja MC 20 Mei 2009, komunikasi pribadi). Lebah madu dalam mencari pakan dipengaruhi oleh feromon yang dikeluarkan oleh ratu dan diteruskan pada lebah pekerja (worker). Hasil penelitian ini menunjukkan dominansi A. cerana terjadi pada awal peletakan air gula yaitu pukul 07.00, 08.00 dan 09.00 WIB menunjukkan lebih cepat beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitar sarang. Apis mellifera kurang bisa beradaptasi terhadap lingkungan sekitar sarang sehingga sangat mempengaruhi tingkah laku dalam mencari pakan. Hasil yang sama dikemukakan
38
oleh Devkota dan Thapa (2005) bahwa A. cerana mulai melakukan aktivitas mencari pakan lebih awal dibandingkan A. mellifera, akan tetapi dilihat dari jumlah lebah per tanaman A. mellifera lebih banyak dibandingkan dengan A. cerana. Hasil penelitian Gupta et al. (1984) bahwa aktivitas A. cerana mencari pakan pada bunga Plectranthus rugosus di India dimulai pada pukul 06.00, sedangkan A. mellifera mulai aktivitas mencari pakan setelah pukul 07.00. Jumlah A. mellifera yang sedikit pada saat awal peletakan air gula dalam memanfatkan air gula. Sedangkan saat konsentrasi gula pada air gula mulai tinggi akibat penguapan air karena intensitas cahaya yang tinggi jumlah A. mellifera yang datang ke air gula mengalami peningkatan, sebaliknya jumlah A. cerana mulai menurun (Tabel 5-6). Apis mellifera lebih menyukai konsentrasi gula tinggi dibandingkan dengan kosentrasi gula rendah. Dari hasil penelitian Abrol (2007) pada tanaman Brassica campestris var. toria ditunjukkan bahwa A. melifera lebih sering mengunjungi bunga dengan konsentrasi gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan A. cerana. Hal ini didukung oleh Thapa (2006) yang menyatakan bahwa kehadiran A. mellifera dalam memanfaatkan sumber pakan akan menggantikan dan mengurangi jumlah A. cerana. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan dan kelimpahan sumber pakan di sekitar sarang sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi. Apis cerana lebih efisien dalam memanfaatkan sumber pakan di sekitar sarang daripada A. mellifera. Efisiensi dapat ditunjukkan dari nilai Rata-rata A. cerana yang datang memanfaatkan sumber pakan lebih banyak daripada
A.
mellifera Devkota & Thapa (2005) menyatakan jumlah Brassica oleracea yang dikunjungi tiap menit oleh A. cerana lebih banyak (12 107 tanaman) daripada A. mellifera (10 887 tanaman). Hal ini menunjukkan bahwa A. cerana merupakan polinator yang efisien pada tanaman B. oleracea.
Pelestarian Tanaman Hutan di Areal Gunung Geulis Gunung Geulis merupakan daerah penyangga air, dan pelestarian ekosistem akan menentukan kualitas lingkungan di kawasan Gunung Geulis. Gunung Geulis juga akan dijadikan pusat pengembangan A. cerana. Masyarakat sekitar Geulis banyak yang berternak A. cerana. Kesadaran masyarakat tentang
39
fungsi tumbuhan di sekitar Gunung Geulis akan meningkatkan kunjungan wisata. Kondisi Gunung Geulis yang rindang menambah daya tarik pengunjung, selain panorama di puncak yang indah. Perhutani sudah melakukan upaya penghijauan dengan menanam C. calothyrsus dan memberi masyarakat sekitar beberapa koloni A. cerana, akan tetapi masyarakat sekitar banyak yang memanfaatkan pohon C. calothyrsus di sekitar Gunung Geulis sebagai kayu bakar. Padahal C. calothyrsus merupakan sumber nektar yang utama A. cerana. Kajobe (2007) menyatakan bahwa dua sumber nektar yang sangat penting untuk pakan yaitu lebah madu dari famili Fabaceae dan Asteraceae. Tiga sumber nektar utama dari famili Fabaceae yaitu pohon C. calothyrsus, Albizia sp. dan Acacia sp. Informasi pentingnya tumbuhan sebagai sumber pakan A. cerana di Gunung geulis, akan memberikan pengetahuan pada masyarakat sekitar untuk menanam tumbuhan sumber pakan A. cerana dan tidak sembarang menebang pohon. Tanaman semak yang selama ini hanya dijadikan pakan hewan ternak dan ditebang karena dianggap sebagai gulma bagi tanaman perkebunan harus diperhatikan. Tanaman semak merupakan sumber polen penting pada waktu musim kering.