Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
ISSN 0852-2979
PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG Agus Gindo S., Arif Y., I Putu Susilah* Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN * Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN
ABSTRAK PEMANTAUAN TERPUSAT KONTINYU PAPARAN RADIASI UDARA AMBIEN KAWASAN NUKLIR SERPONG. Telah dilakukan pemantauan terpusat kontinyu paparan radiasi udara ambien Kawasan Nuklir Serpong (KNS) dari lima stasiun. Pengoperasian Reaktor Serba Guna GA.Siwabessy dan Laboratorium Penunjang (RSG-LP) akan melepaskan efluen berupa gas maupun partikulat ke udara melalui cerobong selanjutnya akan tersebar ke lingkungan sesuai dengan kondisi meteorolog. Tujuan pemantauan ini untuk mengamati perubahan tingkat radiasi di lingkungan sesaat dengan mendeteksi adanya lepasan atmosferik pemancar gamma melalui cerobong. Data laju dosis dari kelima stasiun pemantauan dikirim ke server dengan menggunakan radio modem tanpa kabel. Laju dosis rata-rata yang diperoleh selama July – September 2012 dari stasiun PKTN, PRSG, RMI, CCHQ dan PUSPIPTEK masing-masing sebesar 9,03E-08 Sv/jam, 9,61E-08 Sv/jam, 9,60E-08 Sv/jam, 9,22E-08 Sv/jam dan 8,08E-08 Sv/jam atau 36% dibawah pembatas dosis sebesar 250 nSv/jam. Data survei paparan radiasi yang dilakukan di pulau Sumatera bervariasi antara sebesar 26,78 -73,63 nSv/jam. Bila dibandingkan dengan hasil pemantauan di KNS masih dibawah atau sama dengan paparan radiasi latar. Hasil pemantauan ini berguna juga untuk mengevaluasi dampak radiologik kepada penduduk dan lingkungan di daerah sekitar KNS. Kata kunci : pemantauan terpusat, efluen radioaktif
ABSTRACT CENTRALIZED CONTINUOUS MONITORING FOR RADIATION EXPOSURE OF AMBIENT AIRBORNE AT SERPONG NUCLEAR AREA. Centralized continuous monitoring for radiation exposure of ambient airborne at Serpong Nuclear Area (SNA) has been carried out from five stations. Multipurpose Reactor GA.Siwabessy and Support Laboratory (MPR-SL) operations will be release gaseous and particulate effluents into the air through stack then will be dispersed into the environment depend on weather conditions. The monitoring purpose is to observe the changes of radiation level in the environmental with atmospheric release existence of gamma emitting from the stack. The dose rate sent to the server from each station using a wireless radio modem. Average dose rate obtained during July-September 2012 from PKTN, PRSG, RMI, CCHQ and PUSPIPTEK are 9.03E-08 Sv/h, 9.61E-08 Sv/h, 9.60E-08 Sv/h, 9.22E-08 Sv/h and 8.08E-08 Sv/h respectively or 36% below the dose constraint 250 nSv/h. Data of radiation exposure survey conducted in Sumatera island varied between (26.78 – 73.63) nSv/h. When compared with the results of monitoring at the SNA is below or equal to background radiation exposure.The results of this monitoring is useful also to evaluate the radiological impact to population and environment surrounding SNA.
Keywords: centralized monitoring, radioactive effluent
635
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
ISSN 0852-2979
PENDAHULUAN Sumber radiasi alam dapat berasal dari dalam bumi dan ruang angkasa/kosmik, sedangkan radiasi buatan umumnya berasal dari kegiatan manusia dalam bidang medik, industri, dan percobaan percobaan nuklir. Penyinaran radiasi yang diterima penduduk dunia sebagian besar berasal dari sumber radiasi alam yaitu sekitar 87% yang terdiri atas radiasi radon (51%), radiasi kosmik (10%), radiasi interna (12%), dan radiasi eksterna-gamma (14%). Radiasi buatan sekitar 13%, terdiri atas kegiatan medik (12%) dan lain-lain adalah 1% (0,4%) berasal dari jatuhan radioaktif, 0,2% kerja radiasi yang diterima penduduk dunia yang berasal dari sumber radiasi alam sekitar 2,4 mSv/tahun yang terdiri atas 2,0 mSv/tahun berasal dari dalam bumi dan 0,4 mSv/tahun berasal dari sinar kosmik, sementara yang berasal dari sumber radiasi buatan sekitar 0,7 mSv/tahun [1,2]. Pengoperasian Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy dan Laboratorium Penunjang (RSG-LP) di Kawasan Nuklir Serpong (KNS) akan melepaskan sejumlah efluen berupa gas dan partikulat yang mengandung zat radioaktif melalui cerobong ke udara. Walaupun sistem pelepasan (stack monitor) dimiliki oleh masing-masing instalasi, sebaiknya diperlukan sistem independen yang memantau keseluruhan lepasan cerobong yang terpusat dan kontinyu sesuai peraturan dan ketentuan yang dipersyaratkan oleh BAPETEN. Sistem pemantauan terpusat kontinyu paparan radiasi udara ambien KNS telah terpasang pada 5 (lima) stasiun sejak tahun 2010 hingga 2012, yakni di atas gedung Crisis Head Quarter (CCHQ), Radio Metalurgi Instalasi (RMI), Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG), Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) dan Perumahan Puspiptek. Sistem ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya lepasan yang abnormal dan mengidentifikasi lepasan efluen radioaktif dari cerobong. Pemantauan ini menggunakan detektor tipe tabung GM yang sensitif terhadap perubahan tingkat radiasi dan dilengkapi sistem Natural Background Rejection (NBR) sehingga dapat mengetahui perbedaan paparan radiasi alam terhadap radiasi buatan atau udara yang terkontaminasi diukur paparan radiasinya. Sistem ini mempunyai alarm yang dapat diatur sesuai tingkatan radiasi
636
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
ISSN 0852-2979
berdasarkan respon yang diperlukan. Peralatan pantau ini diletakkan pada posisi yang strategis untuk memudahkan mendeteksi lepasan cerobong yang dituju. Hasil pemantauan dievaluasi untuk memperkirakan dosis radiasi yang mungkin diterima oleh penduduk dan lingkungan (keselamatan lingkungan KNS). Selain itu, hasil pemantauan ini berguna sebagai sistem peringatan dini (Early Warning System) apabila terjadi kedaruratan radiologi maupun nuklir.
TATA KERJA Peralatan : Peralatan pamantauan paparan radiasi udara ambien KNS terdiri dari ; 1.
Monitor Gamma MFM-203 menggunakan detektor tipe tabung GM, yang mampu mengukur radiasi mulai 50 nSv/h (50.10-9 Sv/h) hingga 1000 mSv, dengan respon energi mulai dari 60 keV hingga 1,3 MeV.
2.
Komunikasi data menggunakan radio modem Digi’s XStream-PKG dengan jarak jangkau antara pemancar dan penerima 3-7 mil (5-11 km) dengan frekuensi 900 MHz-2,4 GHz.
3.
Catu daya sistem ini menggunakan solar panel Kyocera photovoltaic modules dengan efisiensi tinggi dan daya maksimum 21 W, tegangan 17,4 V dan arus 1,21 A.
4.
Pengolahan data/server menggunakan IBM Sistem x3200 M3, monitor LCD 17”, Memori 10 GHz., Sistem Operasi Windows Server 2008 Standard.
Metodologi : 1.
Lokasi stasiun pemantauan ditentukan berdasarkan empat penjuru arah angin terhadap instalasi nuklir BATAN KNS, yaitu di atas gedung PKTN, PRSG, RMI, CCHQ dan perumahan PUSPIPTEK Blok 1.
2.
Waktu pemanataun dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2012
3.
Persamaan (1) berikut digunakan untuk menghitung laju dosis : Laju dosis =
4.
cacahandetektor∗ faktor kalibrasi − latar belakangdetektor ……… (1) elapsed time − dead timedetektor
Data paparan radiasi ambien dikumpulkan setiap 10 detik.
637
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
5.
ISSN 0852-2979
Data paparan radiasi kontinyu terpusat KNS dapat diakses melalui melalui jaringan intranet BATAN maupun internet.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemantauan terpusat secara kontinyu paparan radiasi udara ambien kawasan nuklir Serpong (KNS) dilakukan pada lima stasiun (PKTN, PRSG, RMI, CCHQ dan PUSPIPTEK) selama bulan Juli hingga September 2012. Data laju dosis hasil pemantauan dari kelima stasiun ditunjukkan pada Tabel 1 sedangkan perubahan laju dosis terhadap waktu ditunjukkan pada Gambar 1. Besarnya nilai laju dosis yang diperoleh dari lima stasiun masing-masing sebesar; 9,03E-08 Sv/jam, 9,61E-08 Sv/jam, 9,60E-08 Sv/jam, 9,22E-08 Sv/jam dan 8,08E-08 Sv/jam. Jadi laju dosis rata-rata di KNS sebesar; 8,89E-08 Sv/jam. Besarnya nilai laju dosis ini lebih rendah bila dibandingkan dengan pembatas dosis sebesar 250 nSv/jam atau dapat dikatakan bahwa paparan radiasi udara ambien KNS masih 36% dibawah pembatas dosis.[3] Tabel 1. Laju dosis rata-rata dari KNS dan PUPSPIPTEK selama bulan Juli hingga September 2012. Stasiun
Laju Dosis Rata-rata [Sv/jam]
PRSG
9,13E-08
PKTN
9,01E-08
RMI
9,10E-08
CCHQ
9,12E-08
PUSPIPTEK
8,08E-08
KNS (5 stasiun)
8,89E-08
638
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
ISSN 0852-2979
Gambar 1. Grafik perubahan laju dosis terhadap waktu selama bulan Juli – September 2012 Sebagai perbandingan, data laju dosis yang diperoleh dari hasil pengukuran di beberapa Propinsi di Pulau Sumatera masih lebih rendah jika dibandingkan dengan di BATAN KNS dan daerah tropis di negara lain, seperti Etiopia dan Brasilia. Data survei paparan radiasi yang dilakukan di pulau Sumatera bervariasi antara; (26,78 – 73,63) nSv/jam atau laju dosis rata-rata sebesar; (50,32 ± 25,02) nSv/jam. Hasil pemantauan radiasi-gamma lingkungan dalam setahun di Brasilia berkisar (65,80 ± 8,40) nSv/jam dan di Etiopia berkisar (72,10 ± 9,10) nSv/jam [4]. Laju dosis radiasi gamma hasil pemantauan di Sumatera, Brasilia, dan Etiopia diperlihatkan pada Tabel 2. [5] Tabel 2. Perbandingan laju dosis rata-rata radiasi-gamma di Pulau Sumatera dengan daerah tropis di negara lain.
Sumatera
Laju dosis rata-rata (nSv/jam) 50,32 ± 25,02
Brasilia
65,80 ± 8,40
Amerika Selatan
'Etiopia
72,10 ± 9,10
Afrika
Lokasi
639
Keterangan Indonesia
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012
ISSN 0852-2979
Berdasarkan laporan UNSCEAR (1988) bahwa laju dosis serapan rata-rata yang berasal dari bumi akibat penyinaran radiasi-gamma pada jarak 1 meter dari permukaan tanah adalah 44 nGy/jam atau setara dengan 30,8 nSv/jam. Sedangkan laju dosis rata-rata radiasi kosmis di daerah tropis berkisar 0,40 mSv/tahun atau sekitar 46 nSv/jam. [1]
KESIMPULAN 1.
Hasil pemantauan laju dosis di KNS rata-rata 8,89E-08 nSv/jam. Data ini lebih tinggi bila dibandingkan tingkat laju dosis di Pulau Sumatera atau lebih besar dari 45%. Data hasil pemantauan tingkat laju dosis radiasi gamma di Pulau Sumatera rata-rata sebesar (50,32 ± 25,02) nSv/jam.
2.
Tingginya laju dosis udara ambien di KNS berasal dari lepasan cerobong sebesar 45% dan dari radiasi kosmis sebesar 50%.
DAFTAR PUSTAKA [1]. ANONIM, United Nation Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation Sources and Effects of Ionizing Radiation, Report to general assembly UN, UNSCEAR, New York, 1993. [2]. ABEL J. GONZALES and JEANNE ANDERER, Radiation Versus Radiation Nuclear Energy in Perspective, IAEA Bulletin Vol.31, N0.2, Vienna, 1989. [3]. ANONIM, International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for Safety of Radiation Sources, Safety Series No.115, IAEA, Vienna, 1996. [4]. ANONIM, Global Environmental Radiation Network, Annual Report 1993 Environmental monitoring, CCC OPRI-Le Vésinet France, GERMON, 1998. [5]. MAKHSUN, KUSDIANA dan SYARBAINI, Pemantauan Laju Dosis Radiasi Gamma di Beberapa Propinsi di Pulau Sumatera, Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan II PTKMR– BATAN, Jakarta, 2006.
640