PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM MENGKAJI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SAWANGAN DEPOK TAHUN 2000-2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Siti Syarah NIM 1112015000089
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
ABSTRAK SITI SYARAH (1112015000089). Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2000-2015. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2017. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pemanfaatan sistem informasi geograpis dalam perubahan penggunaan lahan, serta untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan Depok tahun 2000-2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Analisis data menggunakan aplikasi ER Mapper 7.0, dan Citra Landsat 7 ETM+, dan Landsat-8, untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Untuk mengetahui faktor-faktor perubahan penggunaan lahan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil pemanfaatan sistem informasi geografis di dapatkan hasil penggunaan lahan yang diklasifikasikan berupa kebun campuran, vegetasi, badan air, permukiman, dan lahan kosong. Hasil analisis dari interpretasi citra didapatkan perubahan penggunaan lahan yang terjadi dalam periode 15 tahun dari tahun 2000-2015, peningkatan yang dominan yaitu permukiman dengan luas 403,209 ha menjadi 1.302,47 ha selisih 899,18 ha (34,3%). Perubahan penggunaan lahan yang lainya mengalami penurunan diantaranya lahan kosong dari 378,63 ha menjadi 24,57 ha selisih 354,06 ha ha (13,7%). Vegetasi dari 599,58 ha menurun 316,68 ha selisih 282,9 ha (12%). Kebun campuran 1.038,69 ha menurun 854,17 ha selisih 184,52 ha (7,3%). Badan air 187,83 menurun 123,96 ha selisih 63,87 ha (2,5%). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yaitu faktor biofisik, faktor ekonomi, faktor kelembagaan, faktor sosial-budaya. Kata kunci: Pemanfaatan, Sistem Informasi Geografis, dan Perubahan Penggunaan Lahan
i
ABSTRACT SITI Syarah (1112015000089). Utilization of Remote Sensing and Geographic Information Systems In Assessing Land Use Change In Sub Sawangan Year 2000-2015. Thesis Department of Education Social Sciences, Faculty of Science and Teaching Trabiyah, State Islamic University Syarif Hidayatullah, 2017. The research objective was to determine changes in land use in the District Sawangan years 2000-2015. This research uses descriptive quantitative method. Data analysis using ER Mapper 7.0 app, and Landsat 7 ETM + and Landsat-8, to determine changes in land use that occurred. To determine the factors of land use change using qualitative descriptive method derived from observation, interviews, and documentation. based on the results of the use of geographic information systems get results in land use are classified in the form of mixed farms, vegetation, water bodies, settlements, and vacant land.The results of analysis of image interpretation obtained land-use that occur within a period of 15 years from 2000 to 2015, the increase in the dominant namely comprehensive settlements with 403.209 ha to 1.302.47 ha difference of 899.18 ha (34.3%). Other land use changes such vacant land decreased from 24.57 to 378.63 ha difference 354.06 ha (13.7%). Vegetation of 599.58 ha decreased to 316.68 difference 282.9 ha (12%). Mixed farms 1038.69 ha decreased to 854.17 difference 184.52 ha (7.3%). Water bodies decreased 123.96 ha to 187.83 63.87 difference ha (2.5%). Factors affecting land use change are biophysical factors, economic factors, institutional factors, socio-cultural factors. Keywords: Utilization, Gegraphical Information System, and Land Use Change
ii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWarahmatullahWabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2000-2015”, merupakan salah satu syarat menuju kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama pemyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, motivasi, dan dorongan dari berbagai pihak yang memiliki keperdulian dengan pendidikan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada beliau yang telah bersedia melayani penulis untuk berkonsultasi tentang segala hal yang erat hubungannya dengan penyususan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Bapak Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Bapak Sodikin M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dari awal sampai akhir penulisan. 5. Ibu Zaharah, M.Ed, selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dari awal sampai akhir penulisan. 6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis, semoga Allah membalas dengan karunia-Nya. 7. Bapak Zaenudin, S.Pd selaku Kepala Camat Sawangan Depok, yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, serta staf Ibu Hamidah iii
Kecamatan Sawangan yang membantu dalam memberikan data-data tertulis bagi kepentingan skripsi ini, serta kepada masyarakat yang telah membantu dalam memberikan informasi dan bersedia dalam wawancara skripsi ini. 8. Keluarga tercinta, Ayahanda Edi Susanto dan Umi Sumiyati, yang terus memberikan dukungan moril maupun materil, yang selalu memberi motivasi, cinta, kasih sayang, dan do’a yang tiada hentinya untuk penulis. Serta adikadikku tersayang Sulaiman Khan Arrabhani dan Khairul Umam semoga selalu diberi kesehatan dan karunia-Nya. 9. Seluruh sahabat Jurusan Pendidikan IPS, khususnya konsentrasi Geografi angkatan 2012, yang telah memberi bantuan, masukan, motivasi, dan pengalaman yang luar biasa. Semoga semakin solid dan semoga ilmu yang di dapatkan selama ini terus bermanfaat sampai akhir hayat. 10. Teman-teman tecinta, Wati, Ica, Prisda, Muti’ah, Rahmah, Ary, Febby, Wulan, Dessy, Maulyda, Khorunisa, Lilik, Fathur, dan Abi, yang telah menemani bersama dalam suka maupun duka selama kuliah. 11. Kekasih tercinta Yovi Adi Yanto, yang telah menemani, memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta do’a, selama penulisan skripsi ini. 12. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima oleh berbagai pihak dan bermanfaat bagi penulis serta pembaca umumnya, Wasalamu’alaikumWarahmatullahWabarakatuh.
Jakarta, Desember 2016
Siti Syarah
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1 B. Identifikasi masalah ...............................................................................5 C. Pembatasan Masalah ..............................................................................5 D. Rumusan Masalah ..................................................................................5 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................6 F. Manfaat Penelitian .................................................................................6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik ....................................................................................8 1. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................ 8 a. Pengertian SIG ...........................................................................9 b. Komponen SIG ........................................................................10 c. Basis Data SIG .........................................................................10 d. Pengolahan SIG........................................................................10 e. Manfaat SIG .............................................................................12 f. Manfaat SIG dalam Penggunaan Lahan ...................................12 2. Penginderaan Jauh ..........................................................................14 a. Pengertian Penginderaan Jauh ...................................................14 b. Komponen dasar........................................................................15 c. Manfaat Penginderaan Jauh.......................................................16 d. Manfaat Penginderaan Jauh di Bidang Penggunaan Lahan ......17 e. Karakteristik Citra landsat ........................................................18 3. Lahan ................................................................................................23 a. Pengertian Lahan ........................................................................23 b. Penggunaan lahan.......................................................................24 c. PerubahanPenggunaan lahan ......................................................25 d. Faktor-faktor Perubahan Penggunaan Lahan .............................26 a) Faktor Biofisik ......................................................................26 b) Faktor Ekonomi ....................................................................27
v
c) Faktor Kelembagaan ..............................................................28 d) Aspek Sosial-Budaya .............................................................28 B. Penelitian yang Relevan ........................................................................31 C. Kerangka Berfikir ..................................................................................33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................34 B. Metode Penelitian ................................................................................36 C. Populasi dan Sampel Data .....................................................................36 D. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................37 E. Bahan dan Alat Penelitian .....................................................................38 F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................39 G. Teknik Analisis Data ............................................................................42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................46 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ..............................................46 a. Lokasi Penelitian ..........................................................................46 b. Kondisi Iklim ................................................................................47 c. Kondisi Geomorfologi dan Geologi ............................................47 d. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan ...............................49 2. Kondisi Sosial Kecamatan Sawangan ..............................................50 a. Kependudukan ..............................................................................50 b. Kondisi Mata Pencaharian ............................................................52 c. Tingkat Pendidikan .......................................................................53 d. Kondisi Kehidupan Beragama ......................................................54 B. Pembahasan Penelitian ...............................................................................55 1. PemanfaatanSistem Informasi Geografis dalam mengkaji Perubahan pengggunaan lahan .............................................................55 2. Perubahan Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 .........................................59 3. Faktor-Faktor Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 ................................................................................72 BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................................89 B. Implikasi ...............................................................................................90 C. Saran .....................................................................................................90 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................92 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................96
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Karakteristik Landsat ETM+ atau Landsat 7 ......................................19 Tabel 2.2. Karakteristik LDCM atau Landsat-8 ..................................................21 Tabel 2.3. Karakteristik Band Landsat-8 .............................................................21 Tabel 2.4. Perbandingan Spesifikasi Landsat 7 ETM+ dan Landsat-8................22 Tabel 2.5. Hasil Penelitian Relevan .....................................................................31 Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10. Tabel 4.11.
Waktu dan Kegiatan Penelitian ..........................................................35 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ...........................................38 Alat yang Digunakan dalam Penelitian ..............................................36 Matriks Kesalahan (Confusion Matrix) ..............................................41 Unsur Cuaca dan Iklim .......................................................................47 Stragrafi Wilayah Kota Depok ...........................................................48 Penggunaan lahan Kecamatan Sawangan...........................................50 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Sawangan .........................................................................50 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kecamatan Sawangan .................52 Mata Pencaharian Kecamatan Sawangan ...........................................53 Tingkat Pendidikan Kecamatan Sawangan ........................................53 Kondisi Kehidupan Beragama Kecamatan Sawangan .......................54 Hasil Matrix Kesalahan (Confusion Matrix) ......................................59 Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 ................................................................................65 Kenampaan Citra Landsat Penggunaan Lahan Tahun 2015 di Kecamatan Sawangan .....................................................................68
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3 Gambar 3.1. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Gambar 4.10. Gambar 4.11. Gambar 4.12. Gambar 4.13. Gambar 4.14. Gambar 4.15. Gambar 4.16. Gambar 4.17.
Gambar 4.18. Gambar 4.19. Gambar 4.20. Gambar 4.21. Gambar 4.22. Gambar 4.23.
Komponen Dasar Penginderaan Jauh.............................................15 Sistem Penginderaan Jauh ..............................................................16 Kerangka Berpikir ............................................................................... 33 Peta Lokasi Penelitian ................................................................... 34 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Sawangan .......................... 46 Peta Kemiringan Lereng Kota Depok ........................................... 48 Peta Geologi Kecamatan Sawangan.............................................. 49 Hasil digitasi Kecamatan Sawangan ............................................. 55 Aplikasi Er Mapper dan Citra Landsat 2000 ................................... 56 Kenampaan Citra Tahun 2000 Setelah Di Beri RGB 542 ............. 56 Hasil cropping citra tahun 2000 dan 2005 .................................... 56 Hasil cropping citra tahun 2010 dan 2015 .................................... 57 Hasil Klasifikasi Tidak Terbimbing Citra Tahun 2000 dan 2015 .................................................................... 57 Nama kelas penggunaan lahan dari klasifikasi citra tahun 2015 ...57 Data Statistik Klasifikasi Citra Tahun 2015...................................58 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000 .................................. 64 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005 .................................. 64 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2010 .................................. 64 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2015 .................................. 64 Layout Klasifikasi Citra Ladsat dan Hasil Groundcheck Kecamatan Sawangan Tahun 2015 ............................................... 71 Perumahan diperbatasan Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka dan Lahan kosong yang akan dibangun perumahan di Kelurahan Kedaung .................................................................... 76 Pembangunan Perumahan Villa Rizki Ilhami di Kelurahan Sawangan ...................................................................................... 77 Pembangunan Perumahan Villa Casablanca dan Djohar di Kelurahan Sawangan Baru ............................................................ 78 Pembangunan rumah sakit permata dan ruko di pinggir jalan raya Muchtar Kelurahan Sawangan Baru ............................................ 78 Pembangunan Ruko Dan Perubahan Tepian Situ Pengasinan Yang Dijadikan Tempat Wisata Kuliner ...................................... 79 Penjualan Lahan di Sekitar Jalan Raya Kelurahan Pengasinan ... 79 Perumahan Sawangan Village yang sedang dibangun di Kelurahan Bedahan ......................................................................79 viii
Gambar 4.24. Tempat wisata Kelurahan Pasir Putih .......................................... 80 Gambar 4.25. Ruko di jalan utama dan perumahan di sekitar tempat wisata Kelurahan Pasir Putih ................................................................... 80 Gambar 4.26. Lahan sawah di Kelurahan Cinangka dan perkebunan campuran di Kelurahan Bedahan yang masih bertahan ................................ 83
ix
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1.
Piramida Kependudukan ................................................................51
Grafik 4.2.
Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000, 2005, 2010, dan 2015 ...............................................................................61
Grafik 4.3.
Persentase Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 ...........................................................................66
Grafik 4.4.
Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 ...........................................................................67
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Pedoman Observasi ........................................................................96
Lampiran 2
Pedoman Wawancara .....................................................................97
Lampiran 3
Hasil Observasi ...........................................................................104
Lampiran 4
Hasil Wawancara .........................................................................105
Lampiran 5
Foto Hasil Observasi Lapangan ...................................................134
Lampiran 6
Foto Narasumber ..........................................................................137
Lampiran 7
Foto Kegiatan Wawancara ...........................................................140
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia, baik di masa lalu maupun di masa sekarang.1 Tentunya dalam hal ini lahan sangat berguna bagi aktivitas nenek moyang kita dahulu, untuk kita saat ini, bahkan sampai anak cucu kita nanti. Dalam pengertian tersebut dapat diartikan bahwa lahan merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia, karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada lahan yang dapat dipakai sebagai sumber penghidupanya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas lahan sebesar 1.910.931 km2. Wilayah yang sangat luas dengan berbagai jenis lahan dan fungsinya. Semakin banyaknya lahan yang dimanfaatkan, tentu saja semakin banyak pula terjadi penggunaan lahan, yang merupakan wujud dari pengaruh ativitas manusia terhadap sebagian fisik permukaan bumi. Ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan, salah satunya adalah banyaknya jumlah penduduk, sedangkan lahanya tetap. Seiring berjalanya waktu, jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, menurut BPS jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 adalah 205,1 juta jiwa, meningkat pada tahun 2010 menjadi 237,6 juta jiwa.2 Dari data tersebut meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun menjadi 32,5 juta jiwa, tentu saja kebutuhan lahan akan tempat tinggal juga akan semakin bertambah. Selain itu, perubahan penggunaan lahan biasanya terjadi pada daerah perkotaan. Suatu perkembangan kota itu tidak terlepas dari pengaruh kota-kota lain yang telah maju dan berkembang sebelumnya. Salah satunya adalah kota Depok, yang menjadi kota penyangga Jakarta. Berdasarkan data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 1 2
Moch.Munir, Geologi Lingkungan, (Malang : Banyumedia Publishing, 2006) , h.393. Badan Pusat Statistik, diakses 20 September 2015, (www.bps.go.id).
1
2
8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok.3 Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa Kota Depok telah megalami perubahan lahan yang sangat signifikan dari keberadaannya menjadi sebuah kota. Kota Depok dahulunya merupakan sebuah bagian dari Kabupaten Bogor yang sudah mengalami pemekaran menjadi sebuah kota administratif (Kotif) pada tahun 1982, yang hanya memiliki jumlah penduduk sekitar 240 ribu jiwa. Pada tahun 1999 Depok di tetapkan menjadi kotamadya sampai saat ini dan sudah memiliki jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa.4 Menurut Undang-undang nomor 15 tahun 1999 kota Depok memiliki enam Kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Sawangan yang masih memiliki luas wilayah sekitar 4.673,8 Ha, yang terdiri dari 14 desa, yaitu: Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir Putih, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar. Pada tahun 2007, berdasarkan Perda Kota Depok nomor 08 Tahun 2007, terjadilah pemekaran Kecamatan, dari enam kecamatan menjadi 11 kecamatan. Dimana Kecamatan Sawangan sebagian daerahnya mengalami pemekaran, dan hanya memiliki tujuh desa yang menjadi kelurahan, diantaranya: Kelurahan Sawangan, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, dan Kelurahan Pasir Putih.5 Adanya sebuah pemekaran di daerah berdasarkan sistem pemerintahan merupakan bagian faktor terhadap perubahan lahan di Kecamatan Sawangan. Keberadaan Kecamatan Sawangan ini merupakan sebuah daerah konservasi air, namun disamping itu tujuan dari pembagunan Kota Depok berdampak pada penggunaan lahan disekitar daerah ini.
3
Profil kota Depok, diakses 20 September 2015, (www.depok.go.id). Alinda FM Zaib, dkk., ”Analisis Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian Perkotaan (Urban Ariculture) Menjadi Non Pertanian Di Kota Depok” Makalah Disampaikan pada Lokakarya Nasional dan Seminar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia, IPB Fakultas Pertanian, Bogor, 2-4 September 2013, h. 485. 5 “Sejarah Kota Depok” diakses pada 28 Agustus 2016, (www.depoknews.id). 4
3
Dengan banyaknya pembangunan berupa perumahan atau permukiman, tempat usaha, seperti perdagangan, tempat rekreasi, rencana pembangunan sarana dan prasarana lainnya, serta aksebilitas jalan yang mudah, sehingga di daerah Kecamatan Sawangan, penggunaan
lahan
dan
kebutuhan akan
tempat tinggal juga semakin meningkat oleh para penduduk asli maupun para pendatang. Selain itu daerah Kecamatan Sawangan memiliki daya tarik karena lahanya cukup strategis dan harga masih terjangkau jika dibandingkan dengan Kecamatan lain yang ada di Kota Depok. Banyaknya dayatarik bagi penduduk pendatang yang bermukim dan penduduk
asli
yang
semakin
bertambah
di
Kecamatan
Sawangan,
berkesempatan besar terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke nonpertanian, sehingga lahan pertanian semakin menyempit dan sebaliknya lahan permukiman dan perumahan semakin meningkat, atau dengan kata lain daerah tutupan lahan mengalami pengurangan dan perubahan demi kepentingan penduduk disekitanya yang semakin meningkat. Menurut Selly “Kajian perubahan penggunaan lahan sangat penting dilakukan sebagai acuan pembangunan di suatu daerah. Selain perubahan lahan, faktor-faktor pendorong perubahan lahan yang berhubungan satu dengan yang lain harus di analisis secara mendalam untuk mendeskripsikan bagaimana perubahan lahan itu terjadi”.6 Faktor-faktor perubahan penggunaan lahan juga sangat penting dilakukan mengingat faktor pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan banyak faktor lain yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan sangat penting diketahui, dan sejauh mana tingkat perubahannya dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya saja dalam kurun waktu 15 tahun, karena perubahan dalam periode pendek biasanya kurang tampak dengan jelas, Mengikuti perubahan penggunaan lahan secara terus menerus dalam setiap tahun juga jarang ditemukan atau jarang dilakukan. 6
Selly Sulistiawati,”Analisis Perubahan penggunaan Lahan Di Desa Pagedangan Kabupaten Tanggerang Tahun 1993-2013”, Skripsi pada Sekolah Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 2015, h.3.
4
Selain itu untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan dan mengetahui sejauh mana tingkat perubahan tersebut, perlu adanya sebuah pemetaan. Kini dengan berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk membantu memudahkan dan lebih cepat menganalisis daerah yang luas bahkan kurun waktu yang cukup lama. Dengan demikian
analisis
perubahan
penggunaan
lahan
ini
memanfaatkan
penginderaan jauh untuk mengkaji luas perubahan penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Sawangan tanpa turun langsung untuk mengukur luasan lahan yang bertambah maupun berkurang, pengindraan jauh ini memanfaatkan citra Landsat 7 ETM+, dan citra Landsat 8, yang merupakan hasil program sumberdaya yang dikembangkan oleh NASA, teknologi ini dapat diakses publik secara gratis. Sumber foto kenampakan permukaan bumi berupa citra satelit tersebut sudah memiliki koordinat masing-masing pada suatu daerah. Data foto satelit dapat diinterpretasikan semua penggunaan lahannya pada tahun 2000-2015. Namun untuk mengolah data primer berupa citra satelit tersebut perlu dilakukan analisis dengan memanfaatkan sistem informasi geografis atau yang disingkat SIG, selain itu digunakan juga untuk menentukan tingkat ketelitian (akurasi) yang sangat tinggi dan dapat dipercaya tingkat keakuratannya, aplikasi yang digunakan adalah Er Mapper 7.0, peta yang dihasilkan juga sangat bermanfaat dan leluasa dimodifikasi sesuai dengan perkembangan yang akan dianalisis perubahan lahanya. Dalam uraian pentingnya lahan dan pemetaannya dalam penggunaan lahan di daerah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2000-2015”.
5
B. Identifikasi Masalah Perubahan penggunanaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan Depok disebabkan oleh beberapa faktor pendorong dan masalah dari berbagai aspek. Berdasarkan hasil pengamatan, maka identifikasi masalah yang dapat dituliskan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pertumbuhan penduduk semakin tinggi sedangkan luas lahan yang dibutuhkan semakin sempit. 2. Banyaknya pembangunan perumahan di Kecamatan Sawangan. 3. Banyaknya penduduk asli dan pendatang yang bermukim di Kecamatan Sawangan sehingga menyebabkan kebutuhan akan lahan tempat tinggal semakin meningkat. 4. Banyaknya alih fungsi lahan di Kecamatan Sawangan. 5. Belum adanya analisis pemetaan perubahan penggunaan lahan yang di lakukan di Kecamatan Sawangan. 6. Belum diketahui faktor-faktor perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan C. Pembatasan Masalah Mengingat waktu penelitian yang terbatas, maka dalam rangka belum adanya pemetaan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan penelitian ini menggunakan sistem informasi geografis, dan keterbatasan data yang diperoleh sebagai bahan kajian penelitian maka perubahan penggunaan lahan diambil dari tahun 2000-2015 dalam kurun waktu 15 tahun, dan menganalisis faktor-faktor yang belum diketahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi dan pembatasan masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan?
6
2. Bagaimana perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan dari tahun 2000 – 2015? 3. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan dari tahun 2000 – 2015? E. Tujuan Penelitan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemanfaatan sistem informasi geografis dalam mengkaji perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan. 2. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan di Kecamatan Sawangan dari tahun 2000-2015 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000-2015 di Kecamatan Sawangan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti Penelitian ini bisa menambah wawasan penulis mengenai manfaat penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam mengkaji perubahan lahan dan faktor yang menjadi penyebab perubahan lahan yang terjadi. b. Bagi bidang pendidikan Manfaat dalam bidang pendidikan adalah sebagai pendukung untuk materi mata pelajaran Geografi SMA kelas XI dalam bab Sumber Daya Alam, dan kelas XII dalam bab Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi geografis (SIG). c. Bagi pembaca Penelitian ini melengkapi kajian tentang perubahan lahan, faktorfaktor
yang
penginderaan
mempengaruhinya, jauh
dan
sistem
serta
penggunaan
infomasi
geografis
aplikasi dalam
7
pemanfaatannya.
Menjadikan
penelitian
ini
bermanfaat
untuk
menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman bagi pembacanya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah Kecamatan Sawangan Depok Penelitian ini bermanfaat bagi pemeritahan Kecamatan Sawangan, serta para instansi yang terkait untuk bahan pertimbangan monitoring perubahan perencanaan,
penggunaan dan
lahan
serta
pengembangan
pengambilan
pembangunan
kebijakan,
berawawasan
lingkungan sebagian Kecamatan Sawangan Depok untuk kedepannya. b. Bagi masyarakat Kecamatan Sawangan Depok Penelitian ini bermanfaat untuk pemahaman bagi masyarakat Kecamatan Sawangan sehingga bisa mengetahui, serta dapat meminimalisir perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan. c. Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan perbandingan bagi penelitian tentang perubahan penggunaan lahan yang sudah ada atau penelitian yang akan dilakukan, serta bisa menjadi referensi dalam kaitanya dengan penelitian yang relevan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Sistem Informasi Geografis (SIG) a. Pengertian SIG Sistem Informasi Geografis (SIG), atau dalam bahasa Inggris Geographical Information System (GIS), banyak para ahli yang medefinisikaya, seperti berikut ini: Menurut Jusmandy dalam Sri Hartati,”SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang dirancang khusus, yang mempunyai kemampuan untuk mengelola data: pengumpulan, penyimpanan, pengolahan,
analisis,
pemodelan,
dan
penyajian
data
spasial
(keruangan) dan non spasial (tabular/tekstual), yang mengacu pada lokasi di permukaan bumi (data bergeoreferensi)”.1 Secara harfiah, SIG dapat diartikan sebagai “Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya manusia yang bekerja sama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis”.2 Menurut Agus Suryanto, “SIG merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis pada perangkat lunak komputer yang digunakan untuk memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi, sehingga membentuk suatu informasi kerunagan yang tepat dan akurat”. 3
1
Sri Hartati, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Kebumian, (Bandung: Penerbit ITB, 2009), h. 173. 2 Atie Puntodewo, dkk. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan Sumber Daya Alam, (Bogor: CIFOR, 2003), h. 8. 3 Agus Suryantoro, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 2.
8
9
Jadi SIG merupakan sebuah informasi yang di dapatkan melalui beberapa tahap dengan menggunakan sebuah aplikasi software maupun hardware yang ada di komputer, informasi yang ini dapat di simpan maupun diolah kembali untuk menganalisa suatu bidang keilmuan geografi dan geospasial, misalnya penggunaan lahan, persebaran flora maupun fauna, bahkan menjadikanya sebuah monitoring dalam pengambilan keputusan di berbagai bidang. b. Komponen SIG SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi ditingkat fungsional dan jaringan. SIG terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut: 1) Pelaksana atau Sumber daya manusia (SDM) Orang
yang
menjalankan
sistem
meliputi
mengoprasikan,
mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG ini beragam, misalnya operator, analisis, programmer, basis data administrator. 2) Aplikasi Merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengola data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan. klasifikasi, rotasi, koreksi, overlay, buffer, join table. 3) Data Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis/spasial, merupakan data fenomena permukaan bumi yang memiliki koordinat berupa peta, foto udara, citra satelit. Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. 4) Perangkat lunak SIG Merupakan program komputer yang dibuat khusus dan memiliki kemampuan pengelolaan penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayang data spasial. Adapun merk perangkat lunak, misalnya
10
Arc/Info, ArchView, ArchGIS, Map Info, GRASS, bahkan Knoppix GIS. 5) perangkat Keras Perangkat ini berupa perangkat komputer, seperti Scanner, digitizer, gps, printer, dan plotter.4 c. Basis Data SIG Menurut Sri Hartati, “basis data SIG adalah data yang saling berkaitan, yang diperlukan dalam SIG, baik data spasial (keruangan) maupun non spasial”. 5 Menurut Budi Sulistiyo dalam Sri Hartati, “basis data dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan file yang mempunyai kaitan file satu dan file
lain hingga membentuk satu bangunan data untuk
menginformasikan sesuatu seperti wilayah, organisasi, perusahaan, instansi dalam batasan tertentu”.6 Basis data tediri dari tipe, dimensi, dan struktur. Tipe basis data terdiri dari dua macam, yaitu data spasial (keruangan) dan nonspasial. Data spasial (keruangan) adalah data yang dapat diamati atau diidentifikasikan di lapangan, yang berkaitan di permukaan maupun di dalam bumi, seperti peta, foto udara, citra satelit. Data ini ada tiga macam: titik, garis, dan polygon (daerah), yang diorganisasikan dalam lapis (layer) peta. Sedangkan data nonspasial adalah data yang melengkapi keterangan data spasial, keterangan kenampakan baik statistik, numerik, maupun deskriptif diagram, maupun tekstual.7
d. Pengolahan Sistem Informasi Geografi Terdapat empat tahap pengolahan informasi geografis. sebagai berikut: 1) Tahap Perolehan Data
4
Ibid., h.130-132. Sri Hartati, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis, h. 176. 6 Ibid., 7 Ibid., 5
11
Sistem informasi geografis tenunya memerlukan masukan data utuk memperoleh informasi yang benar, adapun data yang dapat diperoleh: a) Data lapangan yaitu berupa pengukuran di suatu wilayah atau turun langsung dalam pengukuran dilapangan. b) Data peta, yaitu data berupa gambar peta baik itu softfile maupun hardfile dalam kertas. contoh: peta geologi. c) Data citra yang didapatkan dari hasil penginderaan jauh d) Databese yang memuat informasi yang tidak terbatas. 2) Tahap Input Data Data yang diperoleh dari lapangan, data, peta, maupun data penginderaan jauh, dan database yang dimasukan kedalam program sistem informasi geografi. 3) Tahap Pengolahan Manipulasi dan Analisis Data SIG Tahap inti dari keseluruhan rangakain program sistem informasi geografis. Analisis yang terdiri: a) Klasifikasi yaitu megelompokan data spasial menjadi data spasial yang baru. b) Overlay, integrasi dari dua data spasil atau lebih untuk analisis erosi misalnya dengan tumpang susun dari jenis tanah dengan data ketinggian. c) Networking yaitu analisis berupa garis dan titik yang saling terhubung d) Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan penyangga bisa berbentuk lingkaran atau polygon 4) Tahap Output atau keluaran Data sistem Informasi Geografis Berupa peta, bagan grafik, tabel, maupun hasil perhitungan yang berwujud tampilan pada layar komputer, maupun kertas printer.8
8
Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, h.203-206
12
e. Manfaat SIG Menurut Erstes dalam Suryanto, menyebutkan empat kemampuan aplikasi SIG antara lain: 1) Pengukuran Fasilitas ini dapat mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau luas suatu wilayah secara interaktif 2) Pemetaan Data realita dipermukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layer-nya merupakan representasi kumpulan benda yang mempunyai kesamaan. Layer-layer ini kemudian disatukan. Fungsinya ini dapat digunakan seperti untuk mencari lokasi atau tempat-tempat penting dan lainnya yang ada di peta. 3) Pemantauan Digunakan untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan dilakukan dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada di luar area. Selain itu dapat digunakan untuk memprediksikan keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan unuk evaluasi kebijaksnaan. 4) Pembuatan Model Sewaktu orang melihat konsentrasi dari penyebaran lokasi dari feature, di wilayah yang mengandung banyak feature, mungkin akan mengalami banyak kesulitan untuk melihat konsentraasi mana yang lebih tinggi, untuk itu diperlukan pemodelan, kelaskelas yang di dapatkan ini kemudian di-overlay berdasarkan skema pembobotan yang dibuat.9 f. Manfaat Sistem Informasi Geografis dalam Penggunaan Lahan Sistem informasi geografis merupakan sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Sistem Informasi geografis dapat dimanfaatkan dalam banyak bidang terutama pada analisis penggunaan lahan. Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonafikasi lahan 9
Agus, Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, h. 136-139.
13
yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada seperti wilayah pemanfaatan
lahan
di
kota
dibagi
menjadi
daerah
industri,
permukiman, perdagangan, perkantoran, dan fasilitas lainnya. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu membuat perencanaan wilayah tersebut, dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan pembangunan utilitas yang diperlukan.10 Di daerah pedesaan manjemen tata guna lahan lebih banyak mengarah kepada sektor pertanian, dengan terpetaknya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu bagaimana proses pengolahan lahannya, dan lain-lain. Lahan sendiri termasuk sebagai sumber daya alam, dalam pemafaatan Sistem Informasi Geografis, merupakan hal inventarisasi sumber daya alam untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya kawasan lahan potensial dan lahan kritis, kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak, kawasan lahan pertanian dan perkebunan,
pemanfaatan
perubahan
penggunaan
lahan,
serta
rehabilitasi dan konservasi lahan.11 Dengan kata lain, Sistem infomasi geografi memiliki manfaat dalam memetakan apa saja yang ada diluar dan di dalam suatu area yang diteliti, kemudian dari berbagai kriteria yang dilakukan oleh user nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah mana yang sesuai, dan tidak sesuai dalam menganalisis suatu penelitian terutama untuk sumber daya lahan. Pemanfaatan
Sistem
informasi
geografis
(SIG)
diperlukan
penginderaan jauh yang saling terhubung dan berkesinambungan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
10 11
Adam Suseno dan Ricky Agus, Pemanfaatan Quantum GIS, (Bogor: T.pn, 2012), h. 10-11. Adam Suseno dan Ricky Agus, Pemanfaatan Quantum GIS, h. 11-12.
14
2. Penginderaan Jauh a. Pengertian Penginderaan Jauh Banyak sekali definisi tentang penginderaan jauh menurut para ahli diantaranya sebagai berikut: Menurut Sri Hartati, secara umum di definisikan sebagai ilmuteknik-seni untuk memperoleh informasi atau data mengenai kondisi fisik suatu benda atau objek, target, sasaran maupun daerah fenomena tanpa menyentuh atau kontak langsung dengan benda atau target tersebut. Sensor yang digunakan adalah sensor jauh. Untuk itu digunakan sistem pemancar (Trasmitter) dan penerima (receiver).12 Menurut Lillesand dan Kiefer dalam Sodikin memiliki pengertian bahwa, “Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi (acquisition) tentang obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan tanpa adanya kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji”.13 Menurut C. P Lo dalam Bambang Purbawoseso, “penginderaan jauh merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik”.14 Menurut Lidgren dalam Sodikin, “penginderaan jauh adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis tentang bumi”. 15 Dengan demikian penginderaan jauh merupakan data dari suatu interaksi antara tenaga dengan objek yang diperoleh menggunakan alat seperti balon udara, satelit, pesawat, dan wahana lainnya melalui udara maupun luar angkasa. Interaksi yang terjadi yaitu tidak 12
Sri Hartati Soenarmo, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Kebumian, (Bandung: Penerbit ITB, 2009), h. 1. 13 Sodikin “Kerusakan Mangrove Serta Korelasinya Terhadap Tingkat Intrusi Air Laut (Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi)”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2013, h.16. Tidak dipublikasikan 14 C.P Lo, Penginderaan jauh Terapan, Terj. Bambang Purbawoseso, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1996), h.1. 15 Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Teori dan Praktek Dengan Er Mapper dan Arc View, (Yogyakarta: Sipenerbit Buku, 2015), h. 1.
15
mengenai permukaan objek yang dikaji, melainkan melalui perantara dengan berbagai teknik hingga membentuk sebuah gambar atau citra dari permukaan bumi yang dapat dianalisis seperti lahan dan lain sebagainya. b. Komponen Dasar Ada beberapa komponen dasar dalam penginderaan jauh, menurut Liliesand dan Kiefer dalam Sodikin, pada dasarnya sistem remote sensing terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu: 1) Target (objek atau material yang diamati) 2) Sumber energi (terutama) matahari yang menyinari atau menyediakan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik bagi target 3) Sensor alat perekam intensitas radiasi (data) yang dibawa oleh platform 4) Jalur transmisi. Keempat komponen ini bekerjasama untuk mengukur, mengamati, dan merekam informasi (dalam hal ini energi gelombang elektromagnetik) mengenai target.16 Seperti dalam Gambar 2.1 Gambar 2.1. Komponen Dasar Penginderaan Jauh
Sumber: Antie Puntodewo, 2003 Menurut Sri Hartati ,”sumber energi yang menyinari yaitu matahari atau memancarkan energi elektromagnetik yang menembus atmosfer lalu datang mengenai objek/target sebagian diserap dan ditransmisikan,
16
Sodikin “Kerusakan Mangrove Serta Korelasinya Terhadap Tingkat Intrusi Air Laut (Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi)”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, 2013, h.16-17. Tidak dipublikasikan.
16
sebagian
lagi
dipantulkan
dan
dihamburkan.
Gelombang
elektromagnetik inilah yang di inderaja (di-cover) oleh sensor”.17 Dalam perjalanan radiasi matahari menembus atmosfer mengalami proses atenuasi yaitu, penyerapan, pantulan, pancaran dan hamburan oleh partikel atmosfer, baru kemudian diteruskan ke objek. Akibat dari interaksi objek dengan tenaga tersebut maka menghasilkan data yang direkam melaui sensor. Data hasil rekaman tersebut menghasilkan dua jenis data yaitu data visual maupun data digital. Menurut Sri Hartati, “data visual dapat berbentuk citra atau noncitra, sedangkan data digital berbentuk angka yang langsung dapat diolah komputer, menggunakan perangkat lunak (software)”.18 Sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Sistem Penginderaan Jauh
Sumber: Sodikin, 2015 c. Manfaat Penginderaan Jauh Adapun manfaat penginderaan jauh menurut Sri Hartati, dalam berbagai bidang: 1) Bidang meteorologi dan klimatologi, dapat digunakan membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan daerah
bertekanan
tinggi,
menganalisis
daerah
hujan,
menganalisis badai siklon, mengetahui sistem atau pola angin
17 18
Sri Hartati, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis, h. 31. Ibid,. h.33.
17
permukaan, permodelan meteorologi dan data klimatologi salah satunya pemantauan pencemaran udara. 2) Bidang kelautan (oseanografi) dan pantai, dapat digunakan sebagai pengamatan sifat fisis air laut, pengamatan pasang surut air laut, gelombang laut, pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, batrimetri dan lain-lain. 3) Bidang hidrologi atau sumber daya air, dapat digunakan dalam pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS), konservasi sungai, pemetaan sungai, studi sedimentasi sungai, pemanfaatan luas daerah, dan intensitas banjir. 4) Bidang geologi dapat digunakan untuk menentukan struktur geologi dan pemantauan distribusi sumber daya mineral.
5) Bidang tata guna lahan, dapat digunakan untuk memantau perubahan penggunaan lahan, mengawasi pemanfaatan lahan dan tata gunanya untuk perkotaan, pertanian, dan lain sebagainya.19 d. Manfaat Penginderaan Jauh Di Bidang Penggunaan Lahan Pemetaan penggunaan lahan dan tutupan lahan sangat berhubungan dengan studi vegetasi, tanaman pertanian, dan tanah biosfer, karena data penggunaan lahan paling penting untuk rencana, dan harus membuat keputusan berhubungan dengan pengelolaan sumber daya lahan. Data ini biasanya dipresentasikan dalam bentuk peta disertai statistik areal setiap kategori penggunaan lahan. Penggunaan citra penginderaan jauh sesuai khususnya untuk produksi peta. Hal ini menjelaskan besarnya minat menitik beratkan pada bidang tersebut. Ada tiga kelas dalam penutupan lahan: 1) struktur fisik yang dibangun oleh manusia. 2) Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian, dan kehidupan binatang. 3) Tipe pembangunan. 19
Ibid., h. 149.
18
Jadi berdasarkan pengamatan penutupan lahan, diharapkan dapat menduga kegiatan manusia dan penggunaan lahan.20 Selain itu menurut Andree Ekadinata, beberapa aplikasi yang dimungkinkan oleh data penginderaan jauh adalah sebagai berikut: 1) Pemetaan tutupan lahan. 2) Analisa perubahan tutupan lahan, analisa deforestasi, ekspansi perkebunan, perkembangan kota. 3) Analisa dampak bencana. 4) Perhitungan biofisik vegetasi: kerapatan tegakan, jumlah tegakan, biomasa. 5) identifikasi dan analisa infrastruktur: jumlah dan panjang jalan, jumlah rumah, luasan permukiman dan lain-lain. Dari semua contoh diatas, infromasi yang paling umum dihasilkan dari data penginderaan jauh untuk aplikasi sumber daya alam adalah informasi penggunaan lahan dan tutpan lahan.21 Selain itu pemanfaatan pada penginderaan jauh sudah sejak lama dilakukan oleh berbagai negara berkembang dan maju dalam penggunaan lahan untuk memonitoring dalam perencaan ruang lingkup pembangunan suatu daerah, dan biasanya penginderaan jauh yang digunakan salah satunya aplikasi citra satelit. Aplikasi citra satelit diantaranya citra landsat yang dimanfaatkan untuk sebuah pemetaan penggunaan lahan, dan mempercepat perolehan data yang diperlukan, atau meng-update data lama. e. Karakteristik Citra Landsat Landsat merupakan suatu hasil program sumberdaya yang dikembangkan oleh NASA (the National Aeronautical and Space Administration), Amerika Serikat. pada awal 1970-an. Adapun klasifikasinya adalah sebagi berikut: a) ERTS 1, (Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 22 Juli sebagai 1972, diganti namanya menjadi Landsat 1.
20
C.P Lo, Pengindraan jauh Terapan, Terj. Bambang, h.275-276 Andree Ekadinata,dkk., Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan berbasis Sumber Daya Alam, (Bogor: ICRAF, 2008), h. 26. 21
19
b) ERTS-2 pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Return Beam Vidcin), dan MSS (Multispectral Scanner), mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m.22 c) Diteruskan Landsat 3 dan Landsat 4 yang diluncurkan tanggal 16 Juli 1982 dan menggunakan sensor MSS (MultiSpectral Scaner) .23 d) Landast 5 pada tanggal 1 Maret 1984. Pada landsat 5 menggunakan sensor TM (Thematic Maper), dan. selanjutnya Landsat 6, menggunakan sensor ETM (Enchanced Themical Mapper), namun setelah diluncurkan Landsat ini menghilang dari lintas edarnya. e) Lalu digantikan landsat 7, yang diorbitkan bulan April 1999, yang merupakan bentuk baru dari landsat 6 yang gagal mengorbit. bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Landsat 7 dengan resolusi spasial 30x30 m pada band 1,2,3,4,5,7 dan 60x60 pada band 6 (thermal). Landsat 7 dilengkapi dengan Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+).24 Tetapi saat ini Landsat-7 tidak berfungsi lagi dengan baik secara ekstrim semenjak bulan Mei 2003, karena terjadi suatu kerusakan pada scan line corrector-nya, sehingga kehilangan data sebesar 24% sepanjang sisi-sisi luar dari masing-masing citra. 25 Adapun karakteristik Landsat 7 ETM+ pada tabel 2.1 Tabel 2.1. Karakteristik Landsat ETM+ atau Landsat 7 Jenis orbit
sikronmatahari
Ketinggian
705 km
Inklinasi
98.2º
Sensor Periode 22
Mendekati lingkaran
ETM+ (Enchanced Thematic Mapper) 99 menit
Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, h.19 C.P Lo, Pengindraan jauh Terapan, Terj. Bambang, h. 4. 24 Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, h.20 25 Gokmaria Sitanggang, “Kajian Pemanfaatan Sistem Penginderaan Jauh Satelit LDCM (Landsat-8)”, Berita Dirgantara, Vol.11, 2010, hal. 48 23
20
Waktu Input Ulang (Resolus Temporal)
16 hari 0.45 - 0.52 (1), 0.52 - 0.60 (2), 0.63 - 0.69 (3), 0.76 -
Spesifikasi Band
0.90 (4), 1.55 – 1.75 (5), 10.4 – 12.50 (6), 2.08 - 2.34 (7), 0.50 - 0.90 (PAN)
Waktu melintasi Khatulistiwa (Local Time on Descending Node -LTDN)
Jam 10:00 pagi
nominal 15 m (pankromatik), 30 m Arsip Data (Resolusi Spasial )
(multispektral), 60 m (termal)
Sumber : Toha dalam Sodikin, 2013 f) Landsat 8, merupakan satelit landsat seri terbaru yang diluncurkan pada tanggal 11 Februari 2013. Merupakan satelit ke-delapan dalam program landsat (ketujuh untuk berhasil mencapai orbit). Pada awalnya disebut Landsat Data Continuity Mission (LDCM), merupakan sebuah kolaborasi antara NASA dan Geological Survey Amerika Serikat (USGS). NASA menyediakan pengembangan rekayasa sistem misi dan akuisisi kendaraan peluncuran, sementara USGS disediakan untuk pengembangan sistem darat dan melakukan operasi misi terus-menerus. Landsat-8 direncanakan mempunyai durasi misi selama 5-10 tahun, dilengkapi dua sensor yang merupakan hasil pengembangan dari sensor yang terdapat pada satelit-satelit pada program landsat sebelumnya. Kedua sensor tersebut yaitu Sensor Operational Land Manager (OLI) yang terdiri dari 9 Band serta Sensor Infra Red Sensor (TIRS) yang terdiri dari 2 band.26 Adapun Karakteristik Landsat-8 dapat dilihat pada Tabel 2.2
26
Restermaps, Landsat, artikel diakses 4 Oktober 2015 dari (http://www. rastermaps.com /2014/12/landsat.html).
21
Tabel 2.2 Karakteristik LDCM atau Landsat-8 Mendekati lingkaran sikronmatahari 705 km 98.2º
Jenis orbit Ketinggian Inklinasi
Operating Land Imagery (OLI) 99 menit 16 hari 0.43 - 0.45 (1), 0.450 0.51 (2), 0.53 - 0.59 (3), 0.64 - 0.67 (4), 0.85 - 0.88 (5), 1.57 - 1.65 (6), 2.11 2.29 (7), 0.50 - 0.68 (8), 1.36 - 1.38 (9)
Sensor Periode Waktu Input Ulang (Resolus Temporal)
Spesifikasi Band
Waktu melintasi Khatulistiwa (Local Time on Descending Node -LTDN) nominal
Jam 10:00 s.d 10:15 pagi
Arsip Data (Resolusi Spasial )
15 m (pankromatik), 30 m (multispektral), 100 m (termal)
Sumber : Sitanggang, 2010 Dari karakteristik antara Landast 7 dan Landsat 8 memiliki beberapa kesamaan, seperti jenis orbit, ketinggian, inklinasi, periode, waktu input, dan waktu melintas khatulistiwa. Namun disamping itu Landsat 7 dan 8 pasti mempunyai beberapa kanal atau band yang memiliki fungsi masing-masing, begitu juga pada landsat 8 terbaru yang memiliki 11 band dan resolusi yang lebih baik. Namun disetiap band atau kanal tidak jauh berbeda dari landsat sebelumnya, seperti pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Karakteristik Band Landsat-8 Panjang Gelombang (µ)
Resolusi Spasial (meter)
Band 1 – Pesisir dan Aerosol
0,43 – 0,45
30
Band 2 – Biru
0,45 – 0,51
30
Band Spektral
Keterangan Untuk penelitian Coastel dan Aerosol. Untuk penetrasi tubuh air, baik untuk pemetaan pantai, diskriminasi vegetasi dan tanah,
22
Band 3 – Hijau
0,53 – 0,59
30
Band 4 – Merah
0,64 – 0,67
30
Band 5 – Inframerah Dekat
0,85 – 0,88
30
Band 6 – Short Wavelength InfraRed (SWIR 1)
1,57 – 165
30
Band 7 – Short Wavelength InfraRed (SWIR 2)
2,11 – 2,29
30
Band 8 – Pankromatik
0,50 – 0,68
15
Band 9 –Cirrus
1,36 – 1,38
30
Band 10 – Inframerah Thermal 1
10,60 – 11,19
100
Band 11 – Inframerah Thermal (TIRS) 2
11,50 – 12,51
100
pemetaan tipe hutan, idetifikasi permukiman. Diskriminasi vegetasi, mengukur reflektansi vegetasi. Analisis perubahan vegetasi. Menentukan tipe vegetasi, vigor dan biomassa, deliniasi tubuh air dan kelembaban tanah. Kandungan air pada vegetasi dan tanah, serta berguna untuk pembedaan salju dan awan. Diskrimanasi mineral dan batuan. Juga sensitive terhadap air tumbuhan. Ketajaman resolusi 15m, definisi gambar lebih tajam Medeteksi awan cirrus Resolusi 100 meter , pemetaan suuhu dan estimasi kelembaban tanah. Resolusi 100 meter , pemetaan suhu dan estimasi kelembapan tanah.
Sumber: directory.eoportal.org diakses 4 Oktober 2015 Dari band dan kegunaanya pada Landsat-8 terdapat juga pada landsat 7 yang memiliki band tidak jauh perbedaanya, dapat dilihat pada Tabel 2.4 Tabel 2.4 Perbandingan Spesifikasi Landsat 7 ETM+ dan Landsat-8 Landsat 7 ETM+ Bands Band Spesifikasi
Band 1
Blue (0,45-0,51 μm), 30 m
LDCM OLI/TIRS Band Band Spesifikasi Band 1 Coastal/Aerosol, (043-0,45 μm). 30 m Band 2 Blue, (0,45-0,51 μm), 30 m
23
Band 2 Band 3 Band 4 Band 5 Band 7 band 8
Green, (0,52-0.65 μm), 30 m Red (0,63-0,69 μm), 30 m Near-Infrared,(0,770,90), 30 m SWIR 1, (1,22-1,75 μm), 30 m SWIR 2, (2,09-2,35 μm), 30 m Pan, (0,52-0,900 μm), 15 m
Band 3 Band 4 Band 5 Band 6 Band 7 Band 8 Band 9
Band 6
LWIR, (10,4-12,5 μm), 15 m
Band 10 Band 11
Green (0,53-0,59 μm), 30 m Red (0,64 – 0,67 μm), 30 m Near-Infrared (0,85 – 0,88 μm), 30 m SWIR 1(1,57 – 165 μm), 30 m SWIR 2,( 2,11 – 2,29 μm), 30 m Pan, (0,50 – 0,68 μm), 15 m Cirrus,(1,36 – 1,38 μm), 30 m LWIR 1 , (10,60 – 11,19 μm), 100 m LWIR 2,(11,50 – 12,51 μm), 100 m
Sumber: Nasa, 2010 Penggunaan Landsat, baik itu Landsat 7 ETM+ dan Landsat-8 dapat digabungkan karena penggunaan band hampir sama untuk menganalisis sumber daya. Landsat 7 ETM+ bandnya 1,2,3,4,5,7,8
sama
dengan
band
pada
Landsat-8
yaitu
2,3,4,5,6,7,8,9. Sedangkan band 6 sama dengan band 10, yang tidak dimiliki pada band 7 ETM+ adalah spesifiksai coastal+Aesol pada band 1 Landsat-8, serta tidak ada band 9 Cirrus, dan band 11 LWIR 2. 2. Lahan a. Pengertian Lahan Lahan merupakan salah satu unsur penting yang merupakan tempat kegiatan manusia baik aktivitas yang terjadi di masa lalu maupun sekarang. Lahan sendiri digunakan untuk menunjang ketersedian pangan, sandang, dan papan, dan fasilitas dasar lainnya. Istilah lahan juga mengandung makna ruang atau tempat.
24
Istilah tanah/lahan sudah lama dan digunakan sebagai berikut: 1) Tanah merupakan benda alami sebagai tempat tumbuhnya berbagai tumbuh-tumbuhan. Dalam hal ini tanah lebih ditekankan pada kaualitas atau kesuburannya. 2) Tanah merupakan bahan hancuran iklim, yang berasal dari batuan atau bahan organik, yang dimanfaatkan untuk bahan galian, tambang, dan bahan bangunan. Di sini tanah merupakan suatu satuan berat (ton) atau volume (m3). 3) Tanah merupakan ruangan atau tempat di permukaan bumi yang digunakan manusia untuk melakukan berbagai kegiatannya. Pada pengertian ketiga ini tanah dinyatakan dalam luas (ha, are, m2). 27 Kedua makna pertama ekivalen dengan kata soil, sedangkan makna yang ketiga lebih mendekati makna land dalam bahasa Inggris. Pada Tahun 1970-an mulai banyak digunakan oleh berbagai kalangan istilah lahan, yang dimaksud dalam makna ekuivalen dengan makna land tersebut. 28 Dalam hubungan
ini, menurut FAO dalam Munir “lahan
merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencangkup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan secara potensial”.29 Dalam hal ini lahan memiliki arti yang luas, dimana tanah termasuk dalam ruang lingkup lahan. Namun Secara umum, dalam ilmu tanah istilah tanah atau lahan digunakan dalam makna yang setara. b. Penggunaan Lahan Menurut Arsyad “penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupna baik material maupun”.30 27
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2003), h. 95. 28 Sitanala Arsyad, Konservasi Tanah dan Air , (Bogor: IPB Press, 2012), h. 304. 29 Munir, Geologi Lingkungan, (Malang, Bayumedia Publishing, 2006), Cet. 2, h. 393. 30 Arsyad, Konservasi Tanah dan Air, (Bogor: IPB Press, 2012), h. 305.
25
Dengan demikian pemahan struktur penggunaan lahan tidak dapat dilepaskan
dari
kelembagaan
pemahaman
yang
dinamika
berkembang
di
sosial,
dalam
ekonomi,
tatanan
dan
kehidupan
masyarakat. Penggunaan lahan dapat di kelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu: 1) Penggunaan lahan pertanian Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan dan dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan yang terdapat diatas lahan, seperti : tegalan (pertanian lahan kering atau pertanian pada lahan tidak berigasi), sawah, kebun kopi, kebun karet, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, padang alang-alang, dan sebagainya. 2) Penggunaan lahan bukan pertanian Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam lahan
kota
atau
desa
(permukiman),
industri,
rekreasi,
pertambangan, dan sebagainya.31 c. Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan mengenai kondisi dan perkembangan penggunaan lahan sangat penting untuk dapat melakukan perencanaan dan pengelolaan sumber daya lahan. Pemetaan penggunaan lahan dapat memberikan informasi mengenai ketersediaan lahan dan kondisi penggunaan lahan pada suatu wilayah pada waktu tertentu Informasi tersebut kemudian digunakan
untuk
perumusan
kebijakan
dalam
pengeloloaan
sumberdaya lahan dimasa yang akan datang. 32 Menurut Martin dalam Wahyunto, “perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu penggunaan kepenggunaan yang lainya diikuti dengan berkurangnya tipe 31
Ibid. Mira Indrayani “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kota Madya Jakarta Selatan” Tesis pada Universitas Indonesia, Depok, 2005, h. 31. 32
26
penggunaan lahan yang lain dari waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda”.33 Perubahan penggunaan lahan merupakan sebuah cerminan dari upaya manusia dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya lahan disuatu daerah. Dalam hal pembangunan suatu daerah juga tidak dapat dihindari. Pertumbuhan tersebut dapat terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya, dan meningkatnya mutu kehidupan yang lebih baik. d. Faktor-Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Menurut Barlowe dalam Poppy menyatakan faktor perubahan penggunaan lahan di tentukan oleh empat faktor yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, faktor kelembagaan, dan faktor kondisi sosialbudaya.34 Begitu juga menurut Barlowe dalam Hamonangan dalam Mira, perubahan penggunaan lahan terdiri dari tiga faktor: faktor biofisik, faktor sosial-ekonomi, dan faktor kelembagaan.35 a) Faktor Biofisik Menurut Mira, “faktor biofisik mencakup keseluruhan fisik dari muka bumi, baik itu geologi, keadaan tanah, air, maupun iklim, tumbuh-tumbuhan dan kependudukan”.36 Keadaan geologi yang berupa keadaan jenis batuan, ditambah terhadap keadaan topografi di suatu wilayah untuk keadaan yang tepat atau sesuai dalam pembangunan permukiman, perumahan, maupun sarana lainnya, serta untuk pertanian maupun perkebunan.
33
Wahyunto, dkk., “Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di SUB DAS Citarik Jawa Barat dan DAS Kaligarang Jawa Tengah” Prosending Seminar Multifungsi Lahan Sawah Balai Penelitian Bogor,h.40. 34 Poppy Haryani, “ Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Dan Perubahan Garis Pantai Di DAS Cipunagara Dan Sekitarnya Jawa Barat” Skripsi, (IPB: Bogor, 2011), h. 4. 35 Mira Indrayani, “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kota Madya Jakarta Selatan”, h. 28-29. 36 Mira Indrayani, “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kota Madya Jakarta Selatan”, h.29.
27
Keadaan air atau hidrologi dan iklim di suatu daerah juga sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan penduduk suatu wilayah. Selain itu kependudukan juga mempengaruhi sebuah perubahan penggunaan lahan, dengan meningkatnya penduduk maka kebutuan akan lahan semakin meningkat untuk sebuah pembangunan permukiman dan lain sebagainya. b) Faktor Ekonomi Menurut Mira, “faktor ekonomi dalam perubahan lahan biasanya perihal keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi”.37 Faktor keuntungan di dalam penggunaan lahan yang terjadi, misalnya saja sebuah pembangunan yang berorentasi ke masa depan, sebuah keuntungan yang di dapat dari hasil pembelian atau penjualan. Keuntungan dari lahan yang digunakan juga merupakan perubahan dari pendapatan dan konsumsi masyarakat dalam kebutuhan ruang hidup.38 Keuntungan yang di dapatkan dari dari aspek ekonomi ini terlebih pada pemilik yang mendapatkan hasil dari pengelolaan lahan. Keadaan pasar yang terjadi juga mempengaruhi, jika lahan disuatu
daerah
itu
sangat
strategis
dalam
pembangunan
disekitarnya, dan meningkat dalam penjualan karena daerah sekitar, atau bahkan daerah itu masih pedesaan yang keadaan pasar atau harga penjualanya relative murah, namun strategis untuk penggunaan dan pembangunan lahan. Transportasi disini misalnya adalah keterjangkauan dalam akses pembangunan, jika aksesnya mudah maka transportasinya juga akan berjalan perkembangan
sebuah
pembangunan
yang
lancar, ada meningkatkan
perekonomian di suatu daerah, sebuah akses yang dapat dijangkau akan semakin cepat pula perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
37 38
Ibid., Siswanto, Evaluasi Sumber Daya Lahan, (Jawa Timur: UPN Press, 2006), h. 3.
28
Menurut
Hariyatno, secara rinci perubahan penggunaan
lahan terkait dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang tercermin pada: (a) Peningkatan jumlah penduduk (b) Adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pertanian dan pengolahan sumberdaya alam ke aktivitas sektor-sektor sekunder (manufaktur) dan tersier (jasa) (c) Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah ke atas berakibat tingginya permintaan terhadap permukiman ( kompleks-kompleks perumahan) (d) Terjadinya fregmentasi pemilikan lahan menjadi satuansatuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.39 c) Faktor Kelembagaan Faktor kelembagaan biasanya dicirikan oleh hukum atau perundang-undangan pertahanan yang berlaku didalam masyarakat, dan keadaan sosial politik yang secara administrasi dapat dilaksanakan.40 Dengan demikian faktor kelembagaan dalam masyarakat juga sangat menetukan perubahan lahan yang terjadi. Aspek politik yang meliputi undang-undang lingkungan, peraturan atau kebijakan pemerintah yang lainnya, hal ini sangat berpengaruh besar
dalam
pengambilan
keputusan
untuk
melakukan
pembangunan atau alih fungsi lahan yang di lakukan oleh pemerintah daerah setempat itu sendiri. d) Faktor Sosial-Budaya Faktor sosial budaya sangat mempengaruhi perubahan yang terjadi bak dari kebiasan masyarakat yang terus berlangsung. Menurut Selly, aspek budaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Cara berfikir manusia pun semakin berkembang oleh perkembangan zaman. Aspek budaya tidak bisa dipisahkan dengan aspek sosial sehingga sering disebut aspek sosial39
Hariyatno Dwiprabowo,dkk., Dinamika Tutupan Lahan Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: PT.Kanisius, 2014). hal 57. 40 Mira, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kota Madya Jakarta Selatan”, h. 29.
29
budaya. Perubahan penggunaan lahan dapat berdampak pada perubahan sosial-budaya yang terjadi dalam masyarakat. 41 Menurut Pieter dalam Gunarwan, komponen lingkungan yang menjadi pendugaan dampak pada aspek sosial-budaya ialah: 1) Keadaan bentuk masyarakat, kualitas hidupnya, dan hubungan diantaranya. 2) Hubungan timbal balik antara sosial-budaya lingkungan, dan sosial-ekonomi. 3) Perliku, persepsi, cita-cita, dan nilai-nilai masyarakat.42 Dari segi budaya tentunya lebih kepada kebiasan-kebiasaan masyarakat sekitar dalam menggunakan lahan atau bahkan kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan lahan yang ada. Jika masyarakat lebih menekankan kepada orientasi masa depan tentu saja kebiasaan untuk pengelolaan lahan juga berubah. Kebudayaan yang
masih
diterapkan
atau
bahkan
ditinggalkan
dan
mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Menurut Hariyatmo, faktor sosial budaya pada suatu wilayah juga memengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan, antara lain jumlah dan kepadatan penduduk, jumlah penduduk di desa dan di kota, jenis mata pencaharain masyarakat, partisipasi pendidikan, persentase penduduk miskin, mekanisme adat, media sosial. Namun demikian hanya beberapa parameter saja dari aspek sosial budaya tersebut yang tersedia datanya secara berurutan, seperti aspek jumlah penduduk, jumlah penduduk di kota dan di desa, perkembangan persentase penduduk miskin, dan perkembangan partisipasi pendidikan.43 Dengan penduduk,
dan
demikian
faktor
perkembangan
dari
pertambahan
pendidikan
juga
jumlah sangat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat dalam berbagai jenis 41
Selly Sulistiawati,”Analisis Perubahan penggunaan Lahan Di Desa Pagedangan Kabupaten Tanggerang Tahun 1993-2013”, Skripsi pada Sekolah Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, 2015, h. 14. 42 Gunawarman Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2004), Cet. 10, h.118-119. 43 Hariyatno Dwiprabowo,dkk., Dinamika Tutupan Lahan, hal 57.
30
pekerjaan, dan perkembangan lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah tersebut. Kebiaasaan masyarakat yang merupakan salah satu aspek sosial-budaya akan berpengaruh pada perubahan penggunaan lahan disuatu daerah.
31
2. Hasil Penelitian Relevan Tabel 2.5 Hasil Penelitian Relevan No 1.
Nama
Judul
Selly Sulistiaw ati (Skripsi, 2015)
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Desa Pagedangan Kecamatan Pagedangan Kabupaten Tanggerang Tahun 1993-2013 Perubahan Penutupan/Pengg unaan Lahan dan Perubahan Garis Pantai di DAS Cipunagara dan Sekitarnya, Jawa Barat
2.
Poppy Haryani (Skripsi, 2011)
3.
Mira Indriyani (Tesis, 2005)
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kotamadya Jakarta Selatan
Review hasil penelitian Perubahan lahan terjadi pengurangan ladang 2,45%, semak belukar berkurang 92,3% luas lahan kosong bertambah 78,7%, luas sawah berkurang 84,4% dan luas permukiman bertambah 204,6%. Penutup/penggunaan lahan yang bertambah periode 1972-1990 dan 1990-2008 adalah permukiman (1,3% dan 5,3%), semak(2,7% dan 1,2%), ladang (0,3% dan 0,5%), tambak (0,9% dan 0,2%). Penurunannya pada kebun campuran (17,4% dan 0,1%) Kebun Jati (4,1% dan 0,5%) dan mangrove (0,3% dan 0,4%). Penurunan luas penggunaan perumahan, tanah perusahaan dan industry. Sedangkan tanah jasa dan tanah tidak ada bangunan bertambah menjadi luas penggunaan lahanya. Cenderung meningkat pada kegiatan dibidang jasa. Kondisi eksiting dikaitkan RTRW 2010 ternyata 40% penggunaan lahanya tidak sesuai.
Perbedaan penelitian Dalam penelitian ini hanya menggunakan aplikasi arcview gis 3.3
Persamaan penelitian Membahas tentang perubahan penggunaan lahan beserta faktor pendorong .
Penelitian ini lebih menganalisis garis perubahan pada daerah pantai dan sungai, faktor yang di analisis lebih terhadap fisik permukaan daerah tersebut. Penelitian menggunakan citra ERTS 1, dan citra landsat.
Hasil penelitian dilakukan dengan interpretasi citra aplikasi Penginderaan jauh dan SIG, serta ground check di lapangan.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, dan metode SIG yang dilakukan menggunakan Peta RTRW Kotamadya Jakarta selatan sebagai bahan perbandingan sesuai atau tidaknya penggunaan lahan, tetapi tidak adanya grouncheck di lapangan.
Persamaan yang ada penelitian ini membahas perubahan penggunaan lahan dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini juga menggunakan aplikasi berbasis SIG.
32
4.
Sudaryan to dan Melania Swetika Rini (Jurnal, 2014)
Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Kajian Perubahan Penggunan Lahan Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta
5.
Bangun Muljo dan Diah Sulisiow ati (Jurnal, 2003)
Penerapan Metode Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisa Perubahan Penggunaan Lahan (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya)
Perubahan penggunaan lahan pada tahun 19901997 yakni sawah berkurang 5,72 %, perkampungan bertambah 15,16 %, tegalan bertambah 0,54 %, tambak berkurang 9,67 %, industri bertambah 36,67 % dan semak berkurang 26,67 %. Hasil analisistingkat pencemaran air dengan regresi linier berganda menunjukkan BOD (koefisien determinan 56 %) dan TSS (koefisien determinan 65 %) masih dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan, tidak demikian halnya dengan COD (koefisien determinan 24 %). Hasil penelitian menunjukan bahwa; hasil interpretasi foto udara Pankromatik hitam putih skala 1: 8.900 tahun 1996 adalah 85% dan hasil interpretasi citra Quickbird memiliki ketelitian sebesar 90,02%
Penelitian ini menggunakan foto udara tahun 1996 dan citra quickbird tahun 2008, dengan analisis manual dan SIG. Penelitian ini menguji ketelitian dari hasil interpretasi, tidak ada lampiran gambar hasil interpretasi lahanya.
Persamaanya mengkaji perubahan penggunaan lahan di sebuah kecamatan dalam kota. Serta persamaanya menggunakan teknik penginderaan jauh dan SIG.
Penelitian ini menggunakan metode inderaja dan SIG, menggunakan citra landsat 5 dalam perubahan penggunaan lahan kali Surabaya, sekitar daerah aliran sungai (DAS), menggunakan sebuah parameter dalam kualitas air sungai. Tidak ada groundcheck di lapangan tentang perubahan lahan yang terjadi.
Metode yang digunakan sama dengan penginderaan jauh dan SIG untuk perubahan penggunaan lahan.
33
3. Kerangka Berpikir Lahan Faktor Perubahan Penggunaan Lahan: Biofisik, Ekonomi, Kelembagaan, Sosial-Budaya Penggunaan Lahan Analisis Penggunaan Lahan Citra Landsat 2000, 2005, 2010, 2015 Cropping Citra Pemulihan Citra Koreksi Geometrik
Koreksi Radiometrik Penajaman Citra
dengan band 542 Landsat-7 dan 653 Landsat-8 Klasifikasi Citra 2000 – 2015 untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan Ground Check Fisik
1.Observasi 2.Wawancara 3.Dokumentasi
Analisis 1. Pemanfaatan Sistem informasi Geografis dalam mengkaji perubahan penggunaa lahan di Kecamatan Sawangan 2. Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 3. Faktor-faktor Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan
Hasil Penelitian Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sawangan Kota Depok, yang terletak pada koordinat 6o24’00” Lintang Selatan dan 106o45’00” Bujur Timur.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap, berikut alur kegiatan penelitian dalam tabel 3.1.
34
35
Tabel 3.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian No
Kegiatan
Februari 1 2 3 4
1
Maret 2 3 4
April 1 2 3 4 1
Mei 2 3
Juni 1 2 3 4
1
Juli 2 3
Agustus September 1 2 3 4 1 2 3 4
4
1
Penyusunan Bab I Pendahuluan 2. Melakukan observasi sederhana 3 Penyusunan Bab II Kajian Pustaka No
Kegiatan
4
Penyusunan Bab III Metode Penelitian Menganalisis Citra Landsat Meminta Data wilayah dan demografi Ke Kecamatan
5 6
Oktober No
Kegiatan
7
Groundcheck lapangan
8 9
10
11
Wawancara Penyusunan Bab IV Hasil Penelitian Penyusunan Bab V Kesimpulan dan Saran Penyusunan Laporan Penelitian
1 2 3
4
4
November 1
2
3
4
Desember 1 2 3
4 1
Januari 2 3
4
36
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam
pemanfaatan sistem informasi
geografis dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi yaitu deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir, metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.1 Menurut Kasiram dalam Kuntjojo, “penelitian kuantitatif adalah “suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui”.2 Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor perubahan penggunaan lahan
menggunakan
metode
penelitian
deskriptif
kualitatif.
Menurut Miller dan Crabtree dalam Denzim dan Lincoln, menyatakan bahwa, “metode deskriptif kualitatif merupakan pilihan yang paling menguntungkan untuk membaca proses perubahan situasi sosial”. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif dalam melakukan kegiatan analisis.3 C. Populasi dan Sampel Data 1. Populasi Menurut Sugiyono, “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai 1
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Gahlia Indonesia, 2003), h.54. Kuntjojo, Metodologi Penelitian, (Kediri: T. P, 2009), h. 11. 3 Muhamad Arif, Model Kerukunan Sosial Pada Masyarakat Multikultural Cina Benteng (Kajian Historis Dan Sosiologis), Jurnal Sosio didaktika Vol.1 No.1, 2004. h. 56. 2
37
kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.4 Populasi pada penelitian ini adalah Kecamatan Sawangan Kota Depok Provinsi Jawa Barat. 2. Sampel Menurut Sugiyono, “sampel adalah sebagian dari populasi itu”.5 Pada penelitian perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan yaitu menggunakan sampel untuk menentukan titik koordinat hasil groundcheck, disesuaikan dengan hasil interpretasi citra sebanyak 100 titik . Sampel
selanjutnya
untuk
menganalisis
faktor-faktor
pendorong perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajah objek yang diteliti.6 Sampel penelitian ini adalah narasumber yang mengetahui perubahan penggunaan lahan seperti warga sekitar, pengelola lahan, serta pihak instansi yang terkait di Kecamatan Sawangan Depok. D. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer didapat dari hasil groundcheck dan interpretasi di lapangan baik secara fisik tentang perubahan lahan yang telah terjadi dengan mendokumentasikan, dan hasil dari wawancara masyarakat di sekitar Kecamatan Sawangan Depok.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&B), (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet ke-19, h. 297. 5 Ibid. 6 Sugiyono, Metode Peneitian Pendidikan, h. 301.
38
2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, diantaranya: a. Peta RBI Kecamatan Sawangan Kota Depok skala 1: 25.000. b. Data monografi Kecamatan Sawangan Kota Depok tahun 2015 E. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat tabel 3.2 Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian No. Data Sumber Fungsi 1. Citra landsat 7 www.earthexplorer.u Interpretasi ETM+ tahun sgs,dan pada masing2000, 2005, 2007. www.glovis.usgs masing tahun. 2. Citra landsat 8 www.earthexplorer.u Interpretasi tahun 2015 sgs,dan pada tahun ini, www.glovis.usgs dan pedoman groundcheck. 3. Peta Administrasi Rencana Tata Ruang Peta dasar yang Kecamatan Wilayah (RTRW) digunakan Sawangan Kota 2012-2032 sebagai Depok penelitian. 2. Alat Penelitian Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.3 Tabel 3.3 Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian No. Alat Fungsi Registrasi peta dasar, 1. ArcGis 10.1 digitasi, layout, overlay. Untuk di convert atau meng2. Global Mapper 11 export format file yang telah dibuat di ArcGIS 10.1 Croping citra, klasifikasi 3. Er-Mapper 7.0 peta penelitian, Aplikasi yang digunakan untuk penggabungan citra 4. Gappfil landsat yang mengalam kerusakan.
39
5.
Microssoft Excel 2007
6.
GPS (Global Positioning System) 60 Garmin ketelitian 30 m
7.
Kamera
8.
Alat tulis
9.
Pedoman wawancara
Melakukan pengolahan data perubahan penggunaan lahan Alat penentu lokasi dilapangan. Untuk dokumentasi hasil groundcheck. Mencatat hal penting saat di lapangan. Sebagai pengarahan dalam mewawancara narasumber didaeah sekitar penelitian yang mencakup faktor perubahan penggunaan lahan: Faktor biofisik, faktor ekonomi, faktor kelembagaan, faktor sosialbudaya.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitian dengan mengunjungi daerah yang menjadi objek penelitian dan survey langsung kondisi lingkungan serta melakukan pertemuan dengan masyarakat setempat. Menurut Sugiyono, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang dalam observasi kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.7 Observasi dilakukan di Kecamatan Sawangan Depok untuk mengamati perubahan lahan yang terjadi, kemudian dicatat sebagai data penelitian.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikaan, h.312.
40
2. Wawancara Wawancara menurut Sugiyono, “merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga ditemukan makna dalam suatu topik tertentu”. 8 Wawancara ini akan dilakukan dengan pendekatan tidak berstruktur serta dilakukan secara mendalam, dilakukan kepada warga sekitar, dan kepada instasi terkait di Kecamatan Sawangan Depok. 3. Dokumentasi Menurut Sugiyono, “dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”.9 Dokumentasi ini berupa foto pada keadaan lokasi penelitian dan dokumentasi ini dilakukan untuk mendukung penelitian. Serta dokumen secara langsung yang di dapat dari Instansi pemerintahan Kecamatan Sawangan Depok. Sedangkan dokumentasi untuk analisis perubahan penggunaan lahan di dapatkan dari citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 Kota Depok tahun 2000, 2005, 2010, dan 2015 yang di unduh dari web http:// earthexplorer. usgs.gov/. dan http://glovis.usgs. 4. Interpretasi Citra Menurut
Sodikin,
”interpretasi
citra
adalah
kegiatan
menafsirkan, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali obyek citra, selanjutnya menilai arti penting dari obyek tersebut”.10 Setelah
melakukan
klasifikasi
pada
citra
perubahan
penggunaan lahan Kecamatan Sawangan maka dilakukan hasil intepretasi citra yang sudah dicari titik koordinatnya kemudian 8
Sugiyono, Metode Peneitian Pendidikan., h. 317. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 329. 10 Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Pengideraan Jauh Teori dan Praktek Dengan Er Mapper dan Arc view, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2015) , h. 39. 9
41
melakukan pengecekan dengan groundcheck,lapangan, setelah itu di analisis keabsahan atau ketelitian hasil interpretasi datanya menggunakan rumus matriks kesalahan (confusion matrix). Terdapat pada Tabel 3.4 Tabel 3.4 Matriks kesalahan (Confusion Matrix) Data acuan
Data hasil klasifikasi
A
A
B
C
Total Kolom
User’s Accuracy
XK+
Xkk/X+k
Xii
B C
Xkk
Total Baris
X+k
Producer’s Accuracy
XKK /Xk+
N
Sumber: Dedy, 2005. Adapun penghitungan nilai akurasi dari matriks kesalahan yaitu User’s accuracy adalah ukuran akurasi yang dihasilkan dari pengguna, Producer’s accuracy adalah akurasi yang dihasilkan dari pembuat klasifikasi (perangkat lunak pengklasifikasi), dan Overall Accuracy merupakan perhitungan nilai akurasi dari hasil klasifikasi oleh pengguna dan perangkat lunak pengklasifikasi.11 Rumus : User’s accuracy
= (Xkk/X+k) ×100%
Producer’s accuracy = (Xkk/Xk+) × 100% Overall accuracy
11
=(
kk /
N ) × 100%
Dedy Humaidi, “Pemanfaatan Citra Landsat ETM+ Dalam Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan Studi Kasus DI HPHTI PT Musi Hutan Persada Provinsi Sumatera Selatan”, Skripsi, pada Universitas IPB, 2005, h. 20.
42
Menurut C.P Lo dalam Surdayanto bahwa suatu hasil interpretasi tingkat ketelitiannya mencapai minimal >85%.12 Jadi dalam penelitian nilai yang diperhitungkan adalah Overall accuracy atau akurasi secara keseluruhannya. G. Teknik Analisis Data 1. Teknik analisis yang pertama Dilakukan untuk menjawab perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan dari Tahun 2000-2015. Teknik analisis data dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1, dan Er-Mapper 7.0 Tahap pertama menggunakan aplikasi Argis 10.1 yang berguna untuk meregistrasi atau memberi alamat peta dasar Kota Depok pada koordinat 6019’00”- 6028’0” Lintang Selatan dan 106043’00”- 106055’30” Bujur Timur. dengan proyeksi UTM WGS zona 48 South. Setelah itu mendigitasi daerah Kecamatan Sawangan yang terletak pada koordinat 6o24’00” Lintang Selatan dan 106o45’00” Bujur Timur. Fungsi hasil digitasi dengan format shp agar cakupan wilayah terfokus pada daerah yang hanya ingin dikaji, dan format shp dikonvert
atau
dirubah
formatnya
menjadi
dxf
dengan
menggunakan aplikasi global mapper 11, agar bisa dimasukan atau digabungkan kedalam aplikasi ER Mapper 7.0 untuk cropping citra. Adapun tahapan selanjutnya menggunakan aplikasi Er Mapper 7.0 sebagai berikut: a) Proses Pengunduhan Citra Pengunduhan citra dilakukan dari web http:// earthexplorer. usgs.gov/. dan http://glovis.usgs. Citra yang mencakup Kota Depok Jawa Barat, dengan mendownload menggunakan landsat 12
Surdayanto dan Melania Swetika Rini, Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, Jurnal Megistra, Vol. XXVI, 2014, h.60.
43
7 ETM+ pada tahun 2000, 2005, 2010, dan landsat 8 pada tahun 2015, pemilihan citra dilakukan bersih dari awan. b) Pemulihan Citra Proses pemulihan citra tediri dari koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Hal ini dilakukan agar citra yang diolah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. (a) Koreksi Geometrik Koreksi geometrik merupakan poses memposisikan citra
sehingga
cocok
dengan
koordinat
peta
yang
sesungguhnya.13 Citra satelit biasanya mengandung distorsi geometris. Akibat pengaruh perputaran bumi, arah gesekan satelit
dan lengkungan permukaan bumi.
Untuk itu
diperlukan koreksi geometrik agar dapat memperbaiki letak objek yang salah, menjadi objek atau posisi yang benar pada citra. Sehingga diperoleh citra dengan koordinat seperti yang ada pada peta. Citra yang digunakan dirubah menjadi proyeksi UTM WGS zona 48 South. (b) Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik dilakukan agar informasi dalam data citra dapat dengan jelas dibaca dan di interpretasikan. Koreksi radiometrik ini dilakukan biasanya terjadi karena fenomena ketidak sesuaian konsistenan perekaman dektektor untuk band dan areal perekaman yang (striping atau banding), adanya line dropout, atau efek atmosfer14. Untuk itu diperlukan koreksi radiometrik, adapun datanya berupa nilainilai piksel yang tidak sesuai dengan pantulan objek yang sebenarnya.
13
Supriatna, Wahyu dan Sukartono. “Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi dan Penajaman) Citra Satelit” , Jurnal Buletin Teknik Pertanian Vol.7, 2002, h. 4. 14 Ibid.,
44
c) Pemotongan Citra (Cropping) Pemotongan
citra
atau
cropping
dilakukan
untuk
mendapatkan batas daerah penelitian, dengan maksud untuk dapat dilakukanpengolahan data yang lebih rinci pada daerah tersebut.15 Pemotongan citra ini dilakukan dengan menggunakan software Er-Mapper 7.0 yang di dasarkan pada posisi koordinat yang terdapat pada peta digital Kota Depok dengan proyeksi UTM. Ada pun pemotongan citra ini dilakukan pada cakupan daerah Kecamatan Sawangan. d) Penajaman Citra Penajaman
citra
dimaksudkan
untuk
meningkatkan
kemungkinan analisis atau pun interpretasi citra dengan cara mempertajam kontras antara objek dalam suatu kenampakan.16 Penajaman citra landsat 7 ETM+ menggunakan band 542. Penajaman citra untuk landsat 8 adalah menggunakan band 653. Band ini digunakan untuk menganalisis penggunaan lahan di Kecamatan Saswangan. e) Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Classification) Merupakan
proses
mengkaji
citra
dengan
maksud
mengidentifikasi objek. Interpretasi dilakukan secara visual dengan kunci pendekatan interpretasi seperti warna. Hasil interpretasi kemudian dibuat ke dalam sebuah peta perubahan penggunaan lahan. f) Groundcheck Lapangan Pengecekan lapangan bertujuan untuk menelaah kembali hasil interpretasi obyek atau penggunaan lahan, pengamatan penggunaan lahan berdasarkan peta penggunaan lahan yang
15
Poppy Haryani, “Perubahan Dan Penutupan Lahan Dan Garis Pantai Di DAS Cipunagara Dan Sekitarnya, Jawa Barat”, Skripsi pada Program Manajemen Sumber Daya Lahan Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2011, h.16. 16 Riki Mukhaiyar, ”Klasifikasi Penggunaan Lahan Dari Data Remote Sensing”, Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan, Vol. 2 No.1, 2010, h.4
45
sudah ada seacara fisik, dan menambah data atau informasi yang di peroleh dari masyarakat setempat, menunjukkan akan adanya perubahan penggunaan lahan. Pengecekan lapangan dilakukan pada titik sampel yang telah ditetapkan dipeta yang mengikuti kondisi lapang. Selanjutnya dilakukan penentuan titik geografis dengan GPS (Global Postion System) di lapangan.
2. Teknis analisis kedua Dilakukan untuk
menjawab
faktor-faktor
perubahan
penggunaan lahan Kecamatan Sawangan tahun 2000-2015, dengan menganalisis data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di lapangan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Lokasi Penelitian Secara geografis kota Depok terletak pada koordinat 6019’00”6028’0” Lintang Selatan dan 106043’00”- 106055’30” Bujur Timur. Secara geografis Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta, atau berada dalam lingkungan wilayah Jabodetabek.1 Wilayah Kecamatan Sawangan berada di kota Depok yang terletak pada koordinat 6o24’00” Lintang Selatan dan 106o45’00” Bujur Timur. Luas wilayah adalah 2.928,93 ha.2
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Sawangan
1
Profil Kota Depok, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, (www.depok.go.id/ profil-kota/geografi). 2 Profil Kecamatan Sawangan Depok, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, (www.sawangan.go.id).
46
47
Adapun batas wilayah KecamatanSawangan sebagai berikut: 1. Utara
: Kabupaten Tangerang
2. Selatan : Kecamatan Parung Kabupaten Bogor 3. Barat
: Kecamatan Bojongsari
4. Timur
: Kecamatan Limo, Pancoran Mas, dan Cipayung.3
b. Kondisi Iklim Kecamatan Sawangan merupakan region dari Kota Depok yang memiliki iklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil, dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September, dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret.4 Adapun kondisi cuaca dan iklim di kecamatan Sawangan kota Depok terdapat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Unsur Cuaca dan Iklim Unsur Cuaca dan Iklim Keterangan Temperatur 230-330 Celsius Kelembapan rata-rata 57-91 % Kecepatan angin rata-rata 20 km/jam Penyinaran matahari rata-rata 49,8% Jumlah curah hujan 2.684 m/th Jumlah hari hujan 222 hari/tahun Sumber : Profil Kota Depok, 2016 c. Kondisi Geomorfologi dan Geologi Kecamatan Sawangan merupakan bagian dari bentang alam Kota Depok, dari Selatan ke Utara merupakan daerah rendah-perbukitan bergelombang lemah, dengan elavasi antara 50-140 mdpl dan kemiringan lereng kurang dari 15%. Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai.5 Adapun peta kemiringan lereng dapat dilihat pada Gambar 4.2
3
Naskah Publikasi Buku Air Tanah Buatan Wilayah Depok, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, (www.kelair.bppt.go.id). 4 Profil Kota Depok, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, (www.depok.go.id/ profil-kota/demografi). 5 Profil Kota Depok, diakses pada tanggal 11 Oktober 2016, (www.depok.go.id/ profil -depok/geografi).
48
Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Kota Depok Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1992, lembar Jakarta dan kepulauan Seribu, skala 1:100.00, stratigrafi wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batu pasir dan batu lempung, terdapat pada Tabel 4. 2 Tabel 4.2 Stragrafi Wilayah Kota Depok Nama Formasi Batuan Susunan Batuan Formasi Bojongmanik (Tmb) Perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batu lempung. 2. Formasi serpong (Tpss) Breksi, lahar, tufbreksi, tuf batu apung. 3. Satuan batuan gunung api Tuf halus berlapis, tuf pasiran muda (Qv) berselingan dengan konglomerat. 4. Satuan batuan kipas alluvium Endapan lempung, pasir, kerikil, (Qav) kerakal. 5. Satuan endapan alluvial (Qa) Sumber: www.damandiri.or.id No. 1.
49
Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan kemiringan lapisan yang hampir datar, serta sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara-selatan. Menurut laporan penelitian sumberdaya air permukaan di Kota Depok, kondisi geologi Kota Depok termasuk dalam sistem geologi cekungan Botabek, yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api muda, dan endapan sungai. Singkapan batuan tersier yang membatasi cekungan Bogo-Tangerang-Bekasi terdapat pada bagian barat daya dimana di jumpai pada formasi Serpong, Genteng, Bojonganik.6 Adapun peta geologi Kecamatan Sawangan Kota Depok pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Peta Geologi Kecamatan Sawangan d. Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Luas Kecamatan Sawangan pada tahun 2000, seluas 4.673,8 ha. Namun setelah pemekaran tahun 2007 luas secara keseluruhan adalah 2.928,93 ha. Berasarkan penelitian Badan Pusat Statistik Kecamatan Sawangan, penggunaan lahan di tahun 2015.7 Dapat dilihat pada Tabel 4.3 6
Damandiri, diakses pada tanggal 10 Oktober 2016, (www.damandiri.or.id/file/ ronilaipbbab4.pdf). 7 Katalog BPS, Kecamatan Sawangan Dalam Angka 2016, (Badan Pusat Statisik Kota Depok: Depok, 2016), h. 3-4
50
Tabel 4.3 Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Penggunaan Lahan Sawah Pekarangan Perumahan Ladang Empang Kuburan Lainnya Jumlah
Luas (ha) 268,1 449,0 1.535,8 230,5 98,5 31 102 2.714,9
Persentase (%) 9,87% 16,54% 56,57% 8,50% 3,62% 1,14% 3,76% 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 2. Kondisi Sosial Kecamatan Sawangan a. Kependudukan Kecamamatan Sawangan terdiri
dari
beberapa
kelurahan
diantaranya Kelurahan Bedahan, Kelurahan Cinangka, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Sawangan, dan Kelurahan Sawangan Baru. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2015 jumlah penduduk di Kecamatan Sawangan dikelompokkan berdasarkan umur tercatat sebagai pada Tabel 4.4 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kelompok Umur 00-04 tahun 05-09 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-44 tahun 45-49 tahun 50-54 tahun 55-59 tahun 60-64 tahun 65-69 tahun 70-74 tahun 75-79 tahun 80 tahun ke atas Jumlah
Laki-laki 8.028 8.355 6.296 6.020 6.093 5.632 5.640 5.040 4.756 4.357 4.041 3.555 3.101 3.074 2.913 1.411 984 79.276
Perempuan 7.679 7.891 5.971 5.673 5.679 5.723 5.414 4.640 4.744 4.154 3.831 3.344 2.890 2.748 2.713 1.329 962 75.025
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kecamatan Sawangan, 2015
Jumlah 15.707 16.226 12.267 11.693 11.862 10.905 11.054 9.680 9.500 8.511 7.872 6.899 5.991 5.822 5.626 2.740 1.946 154.301
51
Berdasarkan data penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Sawangan tahun 2015 tidak jauh berbeda, antara jumlah penduduk lakilaki yang berjumlah 79.276 jiwa dengan jumlah penduduk perempuan 75.025 jiwa, dan total keseluruhan penduduk 154.301 jiwa. Dari jumlah keseluruhan penduduk, angka tertinggi adalah pada usia 5-9 tahun sekitar 16.226 jiwa, sedangkan usia terendah adalah 80 tahun ke atas sekitar 1.946 jiwa. Ada pun piramida kependudukan yang dapat dilihat pada Grafik 4.1 Grafik 4.1 Piramida Kependudukan 80+ 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
-1 -2 -4 -4 -4 -4 -5 -5 -6 -6 -7 -7 -8 -8 -8 -11 -10
15,0
10,0
1 2 4 4 4 4 5 6 6 6 7 8 8 8 8 11 10
5,0 0,0 5,0 Perempuan Laki-laki
10,0
15,0
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Menurut kelompok umur, sebagian besar penduduk Kecamatan Sawangan dalam usia 15-64 tahun yang berjumlah 93.967 jiwa (60,89%), di bawah usia 15 tahun sebanyak 44.200 jiwa (28,64%), dan usia 65 tahun keatas berjumlah 16.134 (10,45%). Dengan jumlah usia antara 15-16 tahun yang lebih dominan berarti Kecamatan Sawangan termasuk dalam usia produktif.8 Perhitungan
angka
ketergantungan
(depedency
ratio)
Kecamatan Sawangan adalah sebagai berikut: Rasio Ketergantungan (RK)
= =
8
Daniel Sitindaon, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Demak”, Skripsi pada Sekolah Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013, h. 31.
52
= = 64,20% Jadi setiap 100 orang usia produktif menanggung beban 64 orang penduduk
non
produktif.
Kecamatan
Sawangan
Depok
lebih
didomonasi oleh usia yang sangat produktif. Berdasarkan data dari Kecamatan Sawangan, kepadatan penduduk didaerah ini dapat dilihat berdasarkan pembagian kelurahan, pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kelurahan Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Luas Wilayah (ha)
Kelurahan Kelurahan Cinangka Kelurahan Bedahan Kelurahan Kedaung Kelurahan Pasir Putih Kelurahan Pengasinan Kelurahan Sawangan Kelurahan Sawangan Baru Jumlah
534,00 219,48 260,00 599,95 518,00 360,00 440,50 2.928,93
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) 35 82 68 48 49 71 46 53
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kecamatan Sawangan, 2015 Kepadatan penduduk dapat dilihat melalui rumus perhitungan sebagai berikut: Kepadatan Penduduk (KP)
=
= = 52,681 jiwa/ha = 53 jiwa/ha Perhitungan kepadatan penduduk berdasarkan hasil perhitungan luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Sawangan secara keseluruhan adalah 52,681 jiwa/ha,. Berdasarkan data yang didapat dari laporan akhir Kecamatan Sawangan di bulatkan menjadi 53 jiwa/ha, yang berarti memiliki kepadatan penduduk tidak terlalu padat. b. Kondisi Mata Pencaharian Mata pencaharian Kecamatan Sawangan ini sangat beragam diantaranya sebagai petani, wiraswasta, pengrajin atau industri kecil,
53
buruh, pedagang, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Negara Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (POLRI), pensiunan, dan lain-lain. Jenis mata pencaharian masyarakat Kecamatan Sawangan dapat diilhat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Mata Pencaharian Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Jenis Mata Pencaharian Petani Wiraswasta Pengrajin/industri kecil Buruh Pedagang PNS TNI/POLRI Pensiun/PURN Lain-lain
Jumlah 8.365 Orang 15.102 Orang 1.436 orang 18.708 Orang 16.051 Orang 1.748 Orang 274 Orang 1.859 Orang 90.477 Orang
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kecamatan Sawangan, 2015 Berdasarkan Tabel 4.6 mayoritas mata pencaharian Kecamatan Sawangan adalah buruh dengan jumlah 18.708 orang (12,14%), dan minoritas mata pencaharian selanjutnya ada pada TNI/POLRI yang berjumlah 274 orang (0,17%). c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dengan mata pencaharian memiliki keterkaitan satu sama lain, mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sawangan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikanya tersebut, ada pun tingkat pendidikan di Kecamatan Sawangan terdapat pada Tabel 4.7 Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Pendidikan Belum sekolah Tidak tamat sekolah Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat akademik (D1/D2/D3) Tamat perguruan tinggi (S1/S2/S3)
Jumlah 28.684 Orang 17.682 Orang 31.565 orang 29.092 Orang 31.328 Orang 8.943 Orang 6.996 Orang
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kecamatan Sawangan, 2015 Berdasarkan tabel 4.7 mayoritas pendidikan Kecamatan Sawangan adalah tamat SD/sederajat berjumlah 31.565 orang, namun diurutan
54
kedua adalah lulusan SMA/sederajat dengan jumlah 31.328 orang, dan minoritas berjumlah 6.996 orang tamat perguruan tinggi (S1/S2/S3). Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu indikator penentu keberhasilan suatu daerah dalam pembangunan, dengan berlangsungnya peningkatan kualitas sumber daya manusia. d. Kondisi Kehidupan Beragama Masyarakat di Kecamatan Sawangan memiliki keberagaman dalam memeluk agama atau kepercayaan, seperti agama Islam, Keristen Protestan, Keristen Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Ada pun keberagaman dalam beragama di Kecamatan Sawangan dapat dilihat pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Kondisi Kehidupan Beragama Kecamatan Sawangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Agama Islam Protestan Katholik Hindu Budha Konghucu
Jumlah 148.938 Orang 3.568 Orang 1.336 Orang 156 Orang 275 Orang 17 Orang
% 96.53% 2.31% 0.86% 0.10% 0.17% 0.01%
Sumber: Laporan Akhir Tahun Kecamatan Sawangan, 2015 Pada Tabel 4.8 kondisi kehidupan beragama Kecamatan Sawangan dalam persentase untuk agama Islam 96.53%, agama Protestan 2,31%, agama Katholik 0,86%, agama Hindu 0.10%, agama Budha 0,17%, agama Konghucu 0,01%. Dari keberagaman memeluk kepercayaan pada masyarakat Kecamatan Sawangan mayoritas adalah agama Islam berjumah 148.938 orang (96,53%), sedangkan agama yang pemeluknya sedikit adalah agama Konghucu yang berjumlah 17 orang (0,01%).
55
B. Pembahasan Penelitian 1. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Pemanfaatan sistem informasi geografis menggunakan software Arcgis 10.1 dan Er Mapper 7,0. menganalisis citra landsat 7 ETM+ tahun 2000, 2005, 2010 dan citra landsat 8 tahun 2015 dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan. Adapun pemanfaatanya sebagai berikut: Dalam menganalisis suatu wilayah tertentu atau yang dituju, penelitian ini membatasi wilayah luasan pada daerah kecamatan Sawangan, agar cakupan wilayah yang akan dianalisis tidak terlalu luas, dengan cara membuat digitasi peta dasar atau peta batas wilayah yang sudah direktifikasi dengan proyeksi UTM WGS zona 48 south dengan menggunakan Argis 10.1, dapat dilihat pada Gambar 4.4
Hasil digitasi Peta Kecamatan Sawangan
Gambar 4.4 Hasil Digitasi Kecamatan Sawangan Setelah digitasi dengan format shapefile (shp) nanti diconvert menggunakan aplikasi global mapper ke dalam format (dfx). Format tersebut akan memudahkan selanjutnya untuk memotong citra dengan merubahnya lagi ke format (erv) di Er-mapper. Selanjutnya
menggunakan
aplikasi
Er
Mapper
7.0
dengan
memasukan data citra landsat bentuk format (ers). Dapat dilihat Gambar 4.5
56
Gambar 4.5 Aplikasi Er Mapper dan Citra Landsat 2000 Setelah itu citra landsat tahun 2000, 2005,2010 diberi warna red green blue (RGB) 542, sedangkan citra landsat tahun 2015 diberi RGB 653 setara dengan kenaikan 1 band pada landsat terbaru antara landsat 7 ETM+ ke landsat 8. pada tools di Er Mapper, Penggunaan RGB tersebut berguna untuk kajian penggunaan lahan. Dapat dilihat citra landsat pada Gambar 4.6
Gambar 4.6 Kenampakan Citra Tahun 2000 Setelah Di Beri RGB 542 Kemudian memasukan data erv Kecamatan Sawangan untuk memotong citra yang sudah di RGB, hal ini bermanfaat agar kajian wilayah yang di analisis lebih mudah, dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8
Gambar 4.7 Hasil Cropping Citra Tahun 2000 dan 2005
57
Gambar 4.8 Hasil Cropping Citra Tahun 2010 dan 2015 Hasil pemotongan citra masing-masing tahun menggunakan klasifikasi
tidak
terbimbing
(Unsupervised
classification),
yaitu
menyerahkan atau memberi mandat dalam penentuan klasifikasinya kepada komputer. Klasifikasi dari penggunaan lahan yang ada di citra Kecamatan Sawangan terdiri dari lima klasifikasi atau kelas penggunaan lahan, diantaranya: Kebun campuran, vegetasi, badan air, permukiman, dan lahan kosong. Dapat dilihat pada Gambar 4.9 dan 4.10
Gambar 4.9 Hasil Klasifikasi Tidak Terbimbing Citra Tahun 2000 dan 2015
Gambar 4.10 Nama Kelas Penggunaan Lahan dari Klasifikasi Citra Tahun 2015
58
Kelas penggunaan lahan tersebut akan menghasilkan data statistik atau data angka luasan lahan yang digunakan, setiap penggunaan luasan lahan tersebut dari tahun ke tahun dianalisis dengan memperhitungkan perubahannya, baik itu mengalami kenaikan maupun penurunan. Data sebagian statistik tersebut dapat dilihat Gambar 4.11
Kelas penggunaan lahan Luasan penggunaan lahan (ha)
Gambar 4.11 Data Statistik Klasifikasi Citra Tahun 2015 Hasil statsitik atau luasan penggunaan lahan setiap tahunnya berbeda, dengan begitu dapat dihitung perubahannya dengan sangat mudah, dari tahun pertahun. Salah satunya kelas penggunaan lahan kosong tahun 2015 sekitar 24,57 ha sedangkan tahun 2000 luas lahan kosong 378,63 ha, dengan begitu luasan lahan kosong mengalami penurunan sekitar 354,06 ha (13,7%), hal ini dilakukan juga dari tahun ke tahun dan dari semua kelas penggunaan lahan lainnya. Setelah itu hasil klasifikasi tersebut selanjutnya dipastikan kembali di lapangan (groundcheck), untuk menentukan kebenarannya dan di interpretasikan kembali dengan menggunakan tabel confusion matrix atau matriks yang menghitung perbandingan secara persentase.9
9
Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, h. 146.
59
Penelitian ini menggunakaan 100 titik sampel di lapangan kemudian disesuaikan dengan citra landsat Kecamatan Sawangan tahun 2015 yang sudah diklasifikasikan., dapat di lihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil Matriks kesalahan (Confusion Matrix) Data hasil klasifikasi
Data acuan (lapangan) Kebun Vegetasi campuran
Badan air Permukiman
Lahan Kosong
Total kolom
Users’s Accura cy
78,2%
Kebun campuran
18
1
3
1
0
23
Vegetasi
2
15
0
0
1
18
83,3%
Badan air
0
0
17
0
0
17
100%
Permukiman
1
2
0
33
1
37
94,2%
0
1
0
0
4
5
80%
21
19
20
34
6
100
85,7%
89,4%
85%
97%
66,6%
Lahan Kosong Total baris Producer’s Accuracy
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016.
Maka perhitungan akurasinya adalah sebagai berikut: 1) Akurasi keseluruhan (Overall Accuracy) = jumlah diagonal utama (warna kuning)/jumlah titik = 87/100 = 87% 2) Akurasi produser (Produser’s Accuracy) Kebun campuran
= 18/21= 85,7%
Vegetasi
= 17/19 = 89,4%
Badan air
= 17/20= 85%
Permukiman
= 33/34= 97%
Lahan kosong
= 4/6 = 66,6%
3) Akurasi pengguna (User’s Accuracy) Kebun campuran
= 18/23= 78,2%
Vegetasi
= 15/18 = 83,3%
Badan air
= 17/17 = 100%
60
Permukiman
= 33/37 = 94,2%
Lahan kosong
=
4/5 = 80%
Berdasarkan hasil data yang di dapatkan pada tabel 4.11, memperlihatkan penggunaan lahan permukiman memiliki nilai akurasi produser (producer’s accuracy) terbesar, yaitu 97%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah piksel terklasifikasi dengan baik, walaupun masih ada beberapa piksel yang terklasifikasi di kelas penggunaan lahan yang lain. Lahan kosong merupakan producer’s accuracy terkecil 66,6%, artinya dari 6 piksel yang diklasifikasikan terdapat 4 piksel terkelaskan dengan benar, 1 piksel dikelaskan ke dalam vegetasi, dan 1 piksel ke permukiman. Akusarasi pengguna (usser’s accuracy) terbesar pada penggunaan badan air yaitu 100%, nilai usser’s accuracy terendah adalah lahan kosong dengan nilai 80% karena ada penambahan dari kelas lain yaitu 1 piksel dari kelas vegetasi. Akurasi umum (overall accuracy) merupakan jumlah piksel yang terdapat pada diagonal matrik dengan jumlah seluruh piksel yang digunakan, nilai overall accuracy atau tingkat kepercayaan yang di dapatkan adalah 87%, dan tingkat kesalahan 13%. Adanya piksel tidak murni yang masuk ke dalam kelas tertentu menjadi alasan persentase tingkat kepercayaan belum mencapai 100%. Menurut Wedastra dalam Annisa dalam Ronny, bahwa tingkat kepercayaan tidak kurang atau sama dengan dari 85%, untuk setiap kelas maupun kategori, maka data yang di dapatkan bisa digunakan untuk dianalisis dan dapat di percaya keakuratannya.10 Jadi hasil akurasi data yang di dapatkan dari lapangan sebesar 87% termasuk dapat dipercaya ke akuratannya. Pemanfaatan yang dilakukan dengan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh tentunya sangat membantu, serta efisen dalam waktu dan biaya yang diperlukan untuk menganalisis perubahan 10
Ronny Loppies, Analisis Penutupan Penggunaan lahan Menggunakan Klasifiksai Kemiripan Maksimum Maximum Likehood Classification Di Pulau Saparua Dan Molana, Kecamatan Saparua, Jurnal Agroforesti, Vol. 5, 2010, h. 8.
61
penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Sawangan. Meski dalam waktu yang sangat lama dalam 15 tahun, bahkan dalam cakupan wilayah yang sangat luas. 2. Perubahan Penggunaan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 Dari hasil analisis yang dilakukan dengan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification) menggunakan citra landsat 7 ETM+ pada tahun 2000, 2005, 2010, dan citra landsat-8 pada tahun 2015 menggunakan aplikasi Er-Mapper 7.0. Penggunaan lahan di daerah Kecamatan Sawangan tahun 2000 dan 2005, didominasi oleh kebun campuran masing-masing yaitu 39,9%, dan 28,4%. Sedangkan tahun 2010 dan 2015 didominasi oleh permukiman masing-masing yaitu 40,2%, dan 49,7%. Adapun luasan terkecil dari empat titik tahun tersebut adalah lahan kosong yaitu 0,9%. Penggunaan lahan lainya relatif bervariasi, yang dapat dilihat pada Grafik 4.2 Grafik 4.2 Penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000, 2005, 2010, dan 2015 Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Tahun 2000. 2005, 2010 dan 2015 1400,0
Luas (ha)
1200,0 1000,0 800,0 600,0
49,7 40,2
28,4 32,6 39,9 24,7
400,0
29,5 22,9 17,5 10,9
2000 % 2005 % 2010 % 2015 %
10,8 7,2
200,0 0,0
20,8 15,4
14,6 13,3 10,5 0,9
4,3 4,7
Kebun campuran
vegetasi
Badan air
Permukiman
Lahan kosong
1038,69
599,58
187,83
403,29
378,63
39,9
22,9
7,2
15,4
14,6
739,80
770,67
282,06
542,61
272,88
28,4
29,5
10,8
20,8
10,5
644,76
455,49
112,23
1049,04
347,13
24,7
17,5
4,3
40,2
13,3
854,17
316,68
123,96
1302,47
24,57
32,6
10,9
4,7
49,7
0,9
Sumber: Hasil Penelitian, 2016
62
Pada tahun 2000, penggunaan lahan di dominasi oleh kebun campuran dengan luasan 1.038,69 ha atau 39,9%, vegetasi seluas 599,58 ha (22.9%), permukiman seluas 403,29 ha (15,4%), lahan kosong seluas 378,63 ha (14,6%), badan air seluas 187,83 ha (7,2%). Pada tahun 2005, penggunaan lahan masih didominasi oleh kebun campuran dengan luasan 739, 80 ha atau 39,9%, vegetasi seluas 770,67 ha (29.5%), permukiman seluas 542,61 ha (20,8%), badan air seluas 282,06 ha (10,8%), lahan kosong seluas 272,88 ha, (10,5%). Pada tahun 2010, penggunaan lahan didominasi oleh permukiman dengan luasan 1.049,04 ha atau 40,2%, kebun campuran seluas 644,76 ha (24,7%), vegetasi seluas 455,49 ha (17,5%), lahan kosong seluas 347,13 ha (13,3%), badan air sebesar 112,23 ha (4,35). Pada tahun 2015, penggunaan lahan di dominasi oleh permukiman dengan luas sebesar 1.302,47 ha atau 49,7%, kebun campuran sebesar 854,17 ha (32,6%), vegetasi seluas 316,68 ha (10.9), badan air seluas 111,71 ha (4,7%), lahan kosong 24,57 ha (0,9%). Adanya penggunaan lahan secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama tentu akan mengalami sebuah perubahan penggunaan lahan. Dalam perubahan penggunaan lahan di lakukan selama periode per-5 tahun dianalisis dari tahun 2000-2005, 2005-2010, 2010-2015. Serta analisis juga dilakukan dalam periode 15 tahun dari tahun 20002015. Dalam kurun waktu yang berbeda perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan dapat mengalami peningkatan dan penurunan dari masing-masing penggunaan lahan yang berbeda. Penggunaan lahan pada tahun 2000-2005 terdapat beberapa perubahan antara peningkatan dan penurunan. Perubahan penggunaan lahan yang nampak mengalami peningkatan adalah vegetasi seluas 171,11 ha atau 6,6%, permukiman bertambah dengan luas 139,32 ha (5,4%), serta
badan air seluas
94,23 ha (3,6%), dengan total
peningkatan sekitar 404,66 ha (15,6%). Penurunan terjadi pada kebun
63
campuran menjadi 298,89 ha (11,5%), lahan kosong berkurang menjadi 94,23 ha (3,6%), dengan total penurunan sekitar 393,12 ha (15.1%). Dalam periode lima tahun pertama ini Kecamatan Sawangan belum mengalami pemisahan atau pemekaran dari beberapa kelurahan, dan perubahan pun tidak begitu besar. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2005-2010 yang cenderung mengalami peningkatan dalam periode lima tahun kedua adalah permukiman menjadi 506,43 ha atau 19,4%, diikuti dengan lahan kosong sekitar 74,25 Ha (2,8%), jumlah peningkatan yang terjadi sekitar 580,68 ha (22.2%). Dibandingkan kurun waktu lima tahun sebelumnya, vegetasi berkurang menjadi 315,2 ha atau 12%, badan air berkurang 169,83 ha (6,5%), kebun campuran berkurang menjadi 95,04 ha (3,7%), total penurunan menjadi 579,13 ha (22,2%). Dalam periode lima tahun kedua perubahan di Kecamatan Sawangan sudah memasuki masa pemekaran di beberapa daerah dan memberikan dampak terhadap pembangunan perumahan dan permukiman warga di sekitar daerah penelitian. Tahun 2010-2015 periode lima tahun ketiga perubahan penggunaan lahan juga terjadi, yang lebih dominan peningkatannya adalah permukiman dengan luas 253,43 ha (9,5%), kebun campuran dengan luas 209,41 ha (7,9%), dan badan air bertambah menjadi 11,73 ha (0,4%), dengan jumlah peningkatan sekitar 474,57 ha (17,8%), sedangkan penurunan diantaranya vegetasi menjadi 138,81 ha (6,6%), lahan kosong berkurang 322,56 ha (12,4%), dengan jumlah penurunan sekitar 461,37 ha (30,2%). Kenaikan permukiman diantaranya karena jumlah penduduk Kecamatan Sawangan yang semakin bertambah, kebutuhan akan tempat tinggal pun semakin meningkat, serta badan air yang bertambah karena banyaknya usaha perikanan warga seperti empang. Lahan kosong sudah semakin berkurang pula karena maraknya pembangunan sebagai permukiman maupun tempat usaha para warga sekitar.
64
Perubahan penggunaan lahan dalam periode keseluruhan selama 15 tahun dari tahun 2000-2015 terdapat peningkatan yang lebih dominan yaitu permukiman dengan luasan 899,18 ha (34,3%) dari luas keseluruhan, sedangkan penggunaan lahan yang lain mengalami penurunan yang sangat signifikan, penurunan terjadi pada lahan kosong dengan luas 354,06 ha (13,7%), vegetasi menurun dengan luas 282,9 ha (12%), kebun campuran menurun seluas 184,52 ha (7,3%), serta badan air menurun menjadi 63,87 ha (2,5%). Kenampakan perbandingan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7
Gambar 4.12 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000
Gambar 4.14 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2010
Gambar 4.13 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005
Gambar 4.15 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2015
Sumber: Hasil Analisis Klasifikasi Citra Landsat Tahun 2016
Tabel 4.10 Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 Penggunaan
Luas (ha)
Keterangan
Lahan 2000-2005
%
Kebun campuran
298.89
11.5%
Vegetasi
171.11
Badan air
Luas (ha)
Keterangan
2005-2010
%
2010-2015
95.04
3.7%
6.6%
(berkurang) + (bertambah)
212.40
8.1%
(berkurang) (berkurang)
94.23
3.6%
+ (bertambah)
169.83
6.5%
(berkurang)
Permukiman
139.32
5.4%
Lahan kosong
105.75
4.1%
+ (bertambah) (berkurang)
506.43 74.25
Luas (ha)
+ 19.4% (bertambah) + 2.8% (bertambah)
Keterangan
%
Luas (ha)
Keterangan
2000-2015
%
209.41
+ 7.9% (bertambah)
184.52
7.3%
(berkurang)
138.81
6.6%
(berkurang)
282.90
12%
(berkurang)
11.73
+ 10.4% (bertambah)
63.87
2.5%
(berkurang)
899.18
34.3%
253.43 322.56
+ 9.5% (bertambah) 12.4% (berkurang)
354.06
+ (bertambah) 13.7% (berkurang)
Sumber: Hasil Peneltian, 2016
65
66
Dari Tabel 4.9 laju perubahan penggunaan lahan dapat dilihat grafik persentase pada Grafik 4.3
Laju Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 40
34,3
kebun campuran
% Persentase
30
10
vegetasi
19,4
20
badan air
10,4 7,9 9,5
6,6 5,4 3,6
permukiman
2,8
lahan kosong
0
-4,1
-10 -11,5
-6,5 -8,1
-7,3
-6,6 -12,4
-20 2000-2005
-2,5
-3,7
2005-2010
2010-2015
-12 -13,7 2000-2015
Sumber: Hasil Peneltian, 2016
Grafik 4.3 Persentase Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 Perubahan penggunaan lahan dalam periode lima tahun yang mengalami penurunan drastis terjadi pada tahun 2000-2005 yaitu kebun campuran, sedangkan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005-2010 yaitu permukiman. Perhitungan perubahan penggunaan lahan periode 15 tahun secara keseluruhan dari tahun 2000-2015, terjadi perubahan yang sangat signifikan. Peningkatan paling dominan adalah permukiman dengan luasan 899,10 ha, sedangkan yang lainya mengalami penurunan, seperti kebun campuran yang menurunan 184,52 ha, vegetasi menurun 77,28 ha, lahan kosong menurun 354,06 ha, badan air menurun menjadi 63,87 ha. Luasan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan dari tahun 2000-2015 dapat dilihat pada Grafik 4.4
67
Luas Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
40 899,18
30
34,3
20
10 -7,3
282,9
184,52
-12
Kebun campuran
Vegetasi
354,06
-2,5
-13,7
63,87
0
Luas (ha) %
-10 -20
Badan air Permukiman
Lahan kosong
Sumber: Hasil Peneltian, 2016
Grafik 4.4 Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 Berdasarkan hasil interpretasi secara visual dari citra landsat ditemukan beberapa kelas penggunann lahan yaitu: badan air (situ/danau, empang, sungai), vegetasi, kebun campuran, lahan kosong, dan permukiman/perumahan.
Kombinasi
band
yang
digunakan
untuk
memudahkan identifikasi penggunaan lahan pada citra landsat 7 ETM+ tahun 2000, 2005, dan 2015 adalah 542 (RGB), sedangkan untuk kombinasi band untuk citra landsat 8 tahun 2015 adalah 653 (RGB). Kombinasi band dipilih karena tepat dalam kontras warna yang tajam/tinggi, sehingga memudahkan dalam membedakan penggunaan lahan. Adapun kenampakan penggunaan lahan tersebut pada citra landsat dapat dilihat pada Tabel 4.10
68
Tabel 4.11 Kenampakan Citra Landsat Penggunaan Lahan Tahun 2015 Di Kecamatan Sawangan Nama Obyek
Koordinat
1.
Kebun Campuran
-60 25’4”S106046’5”E
2.
Vegetasi
-6024’12”S106045’46”E
3.
Badan air
-6023’05”S – 106045’12”E
No.
Gambar Obyek Interpretasi citra Hasil groundchek landsat
69
4.
Permukiman
-6023’57”S106046’17’E
5.
Lahan Kosong
-6024’46”S106046’1”E
Sumber: Hasil groundcheck Tahun 2016 Berdasarkan Tabel 4.10 penentuan penggunaan lahan ditentukan dari hasil klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification), terdapat lima objek diantaranya: kebun campuran, vegetasi, badan air, permukiman, dan lahan kosong. 1) Kebun campuran, merupakan campuran tanaman tahunan mapun
musiman yang menghasilkan buah dan sayuran. Kebun campuran pada citra landsat berwarna hijau tua. Lokasi kebun campuran umumnya lebih dekat dengan permukiman, maupun dekat dengan perairan disekitarnya penggunaan lahan kebun campuran terdiri atas pohon pepaya, pohon singkong, pohon jambu, pohon pisang, tumbuhan merambat seperti kacang-kacangan, padi, dan lain sebagainya. Di lapang pada koordinat -6023’53”S -106045’59’E di daerah Keluarah Bedahan. 2) Vegetasi, kenampakan dari vegetasi ini berwarna hijau terang, memiliki
pola yang tidak teratur, biasanya dijumpai pada lahan di sekitar permukiman maupun dekat kebun campuran. Semak yang ada di
70
lapangan pada koordinat -6023’05”S –106045’12”E berupa ilalang yang berada di Kelurahan Sawangan Baru. 3) Badan air, terdiri dari beberapa kenampakan air yang ada diatas
permukaan bumi seperti danau atau situ, sungai, dan empang. Kenampakan pada tubuh air pada citra landsat berwarna biru. Di dalam lapangan pada koordinat -6023’05”S –106045’12”E badan air yang didapatkan yaitu danau/situ yang berada di Kelurahan Sawangan. 4) Permukiman, merupakan tempat tinggal yang terdiri atas bangunan dan
sejenisnya. Kenampakan pada citra landsat permukiman berwarna merah dengan pola yang cenderung mengelompok. Semakin dekat dengan jalan maka semakin besar pula luasan permukiman tersebut. Selain dekat dengan jalan, biasanya dekat dengan perkebunan maupun fasilitas yang ada di sekitarnya. Permukiman pada lapangan terdiri dari ruang terbangun seperti: perumahan, kios, masjid, sekolah, rumah sakit, puskesmas, maupun pusat layanan masyarakat yang lainnya. Di lapangan
pada
koordinat
-6023’57”-106046’17’
di
dapatkan
Permukiman warga berupa perumahan disekitar daerah Kelurahan Sawangan Baru. 5) Lahan kosong, merupakan lahan yang tidak ada bangunan ataupun
tumbuhan diatas permukaan, lahan kosong pada citra landsat berwarna coklat. Di lapangan lahan kosong terdapat sekitar perumahan yang belum dibangun, mau pun lahan yang kosong sebelum ditanam pepohan untuk di tanam pada areal kebun. Ditemukan pada koordinat 6024’46”S-106046’1”E, merupakan lahan kosong di dekat areal perumahan Sawangan village Kelurahan Bedahan.
71
Gambar 4.16 Layout Klasifikasi Citra Landsat dan Hasil Groundcheck Kecamatan Sawangan Tahun 2015
Kel. Kedaung
Kel. Cinangka
-6023’57”S-106046’17’E
-6024’12”S-106045’46”E
1: 50,000 -60 25’4”S-106046’5”E
Kel. Sawangan Baru -6023’05”S –106045’12”E
Kel. Sawangan
-6024’46”S-106046’1”E
Kel. Pasir Putih
Kel. Pengasinan
Kel. Bedahan
Sumber: Hasil Analisis Klasifikasi Citra Landsat dan groundcheck Tahun 2016
72
3. Faktor-Faktor Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan karena perkembangan zaman yang terjadi pada masyarakat baik secara teknologi yang semakin maju, serta kebutuhan untuk memenuhi kehidupan yang semakin meningkat. Dengan maraknya sebuah pembangunan perumahan maupun permukiman warga, serta fasilitas lain yang mendukung di ikuti juga dengan berkurangnya lahan kosong maupun lahan sawah, dan perkebunan yang ada di sekitar Kecamatan Sawangan. Peneliti mengaplikasikan teori Barlowe di Kecamatan Sawangan tentang empat faktor perubahan penggunaan lahan yaitu faktor biofisik, faktor ekonomi, faktor kelembagaan, dan faktor sosial-budaya. Berdasarkan perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama lima belas tahun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015, dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dilakukan, maka dapat dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Faktor Biofisik Faktor biofisik ini dilakukan secara sosial, dimana peneliti menanyakan bagaimana keadaan fiisik di daerah sekitar yang sedang dibangun untuk perumahan maupun untuk perkebunan kepada masyarakat di Kecamatan Sawangan. Di Kecamatan Sawangan keadaan fisik lahanya memang bagus untuk pertanian maupun perkebunan, namun dengan kemajuan teknologi, kebutuhan dan jumlah penduduk yang semakin meningkat, lahan yang ada di sekitar Kecamatan Sawangan semakin beralih fungsi menjadi permukiman, maupun fasilitas lainya. Seperti yang diungkapkan oleh Hamidah selaku Staf Kecamatan Sawangan
73
Kalau dari tanahnya sendiri si bagus ya, sebenarnya dari asalusul orang tua dulu itu sebagaian besar petani, lahan pertanian dan lahan perkebunan, tapi untuk kesininya memang karena generasi mudannya jarang yang meneruskan apa yang sudah dilakukan pendahulunya, banyak yang sudah berubah menjadi kontrakan, menjadi ruko…. sebenarnya kalau lahan memang bagus ya untuk pertanian, tapi mungkin secara SDMnya generasi muda lebih cenderung unuk kerja pabrik, kerja kantor, kerja apa gitu, jadi mereka tidak meneruskan apa yang sudah dirintis oleh pendahulunya.11 Asal mula dari keadaan lahan yang dirintis oleh orangtua yang kebanyakan petani hal ini membuktikan bahwa keadaan fisik lahan di Kecamatan Sawangan sangat bagus untuk perkebunan maupun persawahan. seperti yang diungkapkan Asmat selaku pengelola lahan perkebunan “Kalau masalah lahan bagus buat perkebunan, ini saja seadanya saya tanami langsung tumbuh subur, paling cuma ditambah pupuk aja”.12 Namun seiring berjalannya waktu sekitar tahun 2000-an tentu saja keadaan lahan berbeda dengan tahun 2015 yang sudah mulai marak pembangunan. Seperti yang diungkapkan Rahadiyan selaku Ketua RW 08 Kelurahan Sawangan Baru Sekitar tahun 2000 itu masih banyak perkebunan ya… karena yang saya tahu disekitar daerah ini belum banyak pembangunan, infrastruktur, perumahan, pengembangan belum terlalu banyak, jadi bentuknya masih sawah, tanah darat itu ditanikan gitu, jadi buat saya itu tinggal nostalgia gitu, dulu pas dirumah saya itu dulu pernah bertani, sekarang sudah menjadi perumahan.13
11
Hamidah, Staf Kecamatan Sawangan Depok. Wawancara. 27 Desember 2016, Lampiran 4. 12 Asmat, Pengelola Lahan di Kelurahan Pengasinan. Wawancara. 12 November 2016, Lampiran 4. 13 Rahdiyan, Ketua RW Kelurahan Sawangan Baru. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
74
Hal ini juga sama seperti yang diungkapkan oleh Eli Sartika selaku penduduk pendatang “yaa…. dulunya si masih sepi masih banyak pohon-pohon besar, banyak lahan-lahan kebun, sekarang banyak pembangunan, jalanjalan sudah banyak yang diaspal, banyak alih fungsi, banyak tokotoko”.14 Pembangunan juga semakin meningkat karena keadaan fisik lahan yang bagus serta lahan yang cukup luas. Hal ini dimanfaatkan juga oleh beberapa pengusaha perumahan yang mengungkapkan keadaan fisik lahan di sekitar pembangunan, salah satunya Otis Suryawirawan selaku pengelola lahan di Kelurahan Bedahan “Daerah ini memang cocok untuk pembangunan, kemarin ada sedikit kejadian longsor disekitar belokan arus sungai, hanya sekitar 1/8 dari luas keseluruhan, namun sudah diperbaiki serta diatasi, dan memang keadaan fisik sini sangat cocok”.15 Dari keterangan yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa keadaan fisik lahan di Kecamatan Sawangan sangat cocok dalam perkebunan maupun pertanian, selain itu untuk sebuah pembangunan juga sangat cocok. b. Faktor Ekonomi Perubahan penggunaan lahan juga dapat terjadi karena faktor ekonomi, pendapatan masyarakat Kecamatan Sawangan yang hampir
seluruhnya
memenuhi
kebutuhan
hidup.
Sehingga
masyarakat juga memerlukan tempat tinggal, dan para developer juga marak membuat perumahan baik untuk masyarakat sekitar maupun penduduk dari luar daerah. Selain itu lokasi Kecamatan Sawangan sangat strategis diapit oleh beberapa kota yang sudah
14
Eli Sartika, Penduduk Pendatang Kelurahan Pasir Putih. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4. 15 Otis Suryawirawan, Pengelola lahan Kelurahan Bedahan. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
75
berkembang sebelumnya seperti Kota Jakarta, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor. Selain itu Kecamatan Sawangan memiliki daya tarik dalam lahanya dengan harga yang relative murah seperti yang diungkapkan oleh Hamidah selaku staf Kecamatan Sawangan Depok Dari segi ekonomi yahh, ketertarikan penduduk luar untuk datang kesini mungkin lahan yang cukup strategis dan harga yang masih terjangkau, karena lahan-lahan yang mendekati ibu kota Jakarta seperti Beji, Margonda, itu kan lahan sudah mahal.. Kalau di Sawangan masih relatif murah, dengan daerah yang cukup strategis, dan jangkauan ke Ibu Kota itu tidak terlalu jauh gitu.16 Selain itu dengan adanya rencana pembangunan tol lingkar luar seperti tol Antasari-Depok, dan Cinere-Jagorawi membuat para developer membangun di kawasan Kecamatan Sawangan yang masih memiliki lahan cukup luas. seperti yang diungkapkan oleh Otis Suryawirawan selaku pengelola lahan perumahan Sawangan Village di Kelurahan Bedahan, yang mendirikan bangunan perumahan, dan alasan untuk mempertahankannya Dari segi lokasi, akses jalanya, melihat pasar-pasarnya, jika rata-rata si dari keuntunganya dari segi perusahaan, nah.. selain itu karena adanya rencana pembangunan tol lingkar luar Antasi-Depok, Cinere-Jagorawi sehingga pastinya setiap perusahaan otomatis akan mempertimbangkan akses kesitu, kalau jalan dibangun sudah pasti daerah itu akan berkembang.17 Pengembangan perumahan maupun usaha kontrakan disekitar Kelurahan Kedaung di Kecamatan Sawangan juga sudah mulai marak, seperti yang diutarakan oleh H. Ismail selaku penduduk asli Kelurahan Kedaung
16
Hamidah, Staf Kecamatan Sawangan Depok. Wawancara. 27 Desember 2016, Lampiran 4. 17 Otis Suryawirawan, Pengelola Lahan Kelurahan Bedahann. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
76
“Di Kedaung kalau pembangunan kebanyakan si kontrakan masyarakat, sama perumahan, kalau perumahan juga ada seperti, Citra Lake, dan perumahan Bappenas”.18 Di Kelurahan Cinangka Kecamatan Sawangan terdapat juga sebuah pembangunan seperti pabrik dan juga macam-macam perumahan seperti yang di utarakan oleh Sabenih selaku Ketua RT 03 di Kelurahan Cinangka “Kalau untuk sekarang sedang dibangun PT. Bayer semacam pabrik obat di RT 03 terus juga ada perumahan Pearl Garden, Garden Hills komplek ya… kalau di tahun 2015-2016 ini banyak pembangunan perumahan”.19
Gambar 4.17 Perumahan diperbatasan Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka dan Lahan kosong yang akan dibangun perumahan di Kelurahan Kedaung Di Kelurahan Sawangan juga mengalami pembangunan yang sama seperti real estate yang semakin meningkat, seperti yang di utarakan Syamsul selaku penduduk asli Kelurahan Sawangan, “Pembangunan kebanyakan real estate perumahan… kebanyakan permukiman warga sini mereka ada yang pindah lokasi, pindah alamat, ada juga yang masih menetap cuma dari tadi awalnya punya lahan yang luas sekarang tinggal mahmur (rumah sama sumur)”.20
18
Ismail, Penduduk Asli Kelurahan Kedaung. Wawancara. 09 November 2106, Lampiran 4. 19 Sabenih, Ketua RT Kelurahan Cinangka. Wawancara. 19 Desember 2016, Lampiran 4. 20 Syamsul, Penduduk Asli Kelurahan Sawangan. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4.
77
Gambar 4.18 Pembangunan perumahan Villa Rizki Ilhami di Kelurahan Sawangan Pembangunan juga terjadi disekitar Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan, bukan hanya perumahan, selain itu terdapat pembangunan untuk ruko-ruko dan tempat usaha lainnya. Seperti yang diutarakan oleh Mikran selaku penduduk asli Kelurahan Sawangan Untuk tahun-tahun ini ya perkembangannya macam-macam, dari orang tuanya, dari anak mudanya, dari kegiatanya saya rasa bagus cukup, dalam hal pembangunannya sekarang sudah banyak perumahan, banyak ruko, saya rasa yang kosong itu tinggal disudut-sudut kebon saja, kalau dipinggir-pinggir sudah rame perumahan, ada juga rumah sakit, terus ruko gitu sudah banyak sekali.21
Gambar 4.19 Pembangunan perumahan Villa Casablanca dan Djohar di Kelurahan Sawangan Baru
21
Mikran, Penduduk Asli Kelurahan Sawangan Baru. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
78
Gambar 4.20 Pembangunan rumah sakit Permata dan ruko di pinggir jalan raya Muchtar Kelurahan Sawangan Baru Di Kelurahan Pengasinan Kecamatan Sawangan terdapat pembangunan berupa ruko-ruko milik warga untuk berjualan serta pembangunan perumahan, seperti yang diutarakan Junaedi Abdilah selaku penduduk pendatang Kelurahan Pengasinan Kalau untuk saat ini yang saya perhatikan ya pembangunan perumahan tipe-tipe kecil itu yang membuat daerah sini lebih maju lagi, dan untuk sepanjang jalan pengasinan ini sudah mulai ramai perdagangan juga, kalau dulu masih agak sepi banget disini, beda sekarang nih sudah ramai banget 3 tahun belakangan ini.22
Gambar 4.21 Pembangunan ruko dan perubahan tepian situ Pengasinan yang dijadikan tempat wisata kuliner
22
Junaedi, Penduduk Pendatang Kelurahan Pengasinan. Wawancara. 12 November 2016, Lampiran 4.
79
4.22 Penjulan lahan di sekitar Jalan Raya Kelurahan Pengasinan Pembangunan yang sedang berkembang juga terjadi di Kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan yaitu berupa properti perumahan seperti yang diutarakan oleh Nawawi selaku penduduk asli Kelurahan Bedahan Sekarang yang sedang berkembang yaitu perumahan… sekarang banyak pendatang itu beli tanah disini terus mengembangkan usahanya juga biasanya si sekarang banyak perumahan sejenis properti, banyak pertambahan penduduk banyak orang dari luar daerah masuk ke wilayah sini dan bikin usaha properti, jadi banyakan yang disini yaitu usaha properti, makanya lahan-lahan kosong disini sudah banyak punya orang Jakarta, orang kampung kenalnyakan orang-orang Jakarta.23
Gambar 4.23 Perumahan Sawangan Village yang sedang dibangun di Kelurahan Bedahan
23
Nawawi, penduduk asli Kelurahan Bedahan. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
80
Di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan yang sedang berkembang saat ini juga terdapat perumahan, tempat rekreasi seperti kolam renang dan tempat wisata lainnya, dan ruko-ruko milik warga. Seperti yang diutarakan Eli Sartika selaku penduduk pendatang di Kelurahan Pasir putih “Banyak si kayak perumahan, tempat rekreasi kayak kolam renang Pasir Putih, kolam renang Pondok Zidan, satu lagi tempat rekreasi d’kandang amazing Farm didekat sini tuh, selain itu ada toko-toko atau ruko milik warga”.
Gambar 4.24 Tempat wisata Kelurahan Pasir Putih
Gambar 4.25 Ruko di jalan utama dan perumahan di sekitar tempat wisata Kelurahan Pasir Putih Setiap Kelurahan di Kecamatan Sawangan rata-rata pembangunan yang sedang berlangsung yaitu perumahan, dan hampir disetiap jalan utama terdapat ruko-ruko atau toko-toko yang sudah cukup banyak untuk berdagang di lokasi yang strategis tersebut, serta ada pula tempat rekreasi yang sudah mulai banyak di Kelurahan Pasir Putih, sehingga menarik perhatian peduduk luar untuk berkunjung maupun tinggal di daerah ini, dengan banyaknya fasilitas yang mendukung, serta perekonomian yang semakin maju.
81
Dilihat berdasarkan para pendatang yang berukim atau tinggal di Kecamatan Sawangan mereka adalah pedagang. Kecamatan Sawangan memiliki daya tarik terhadap para pendatang khususnya untuk berdagang, seperti yang diungkapkan oleh
Eli
Sartika
yang
berasal
dari
Kalimantan
yang
mengungkapkan daya tarik pindah ke Kecamatan Sawangan “Strategi aja si tempatnya, mencoba kehidupan yang baru, kalau di Kalimantan kan beda kehidupanya, begitu juga disini”.24 Begitu pula yang diutarakan oleh Junaedi Abdilah sebagai penduduk pendatang yang berasal dari Bogor, tentang daya tariknya pindah dan menetap di Kecamatan Sawangan “Karena disini ekonominya lebih mapan dibanding di Bogor, lebih ramai buat saya sebagai pedagang”.25 Dengan berbagai fasilitas yang mendukung dan maraknya penggunaan lahan untuk perumahan dan ruko-ruko warga, tentu hal ini juga berdampak pada perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan. Banyak warga yang memang menjual lahanya untuk mendapatkan keuntungan lebih besar maupun menjadikanya sebagai lahan terbangun, dibandingkan mereka mempertahankanya
menjadi
lahan
perkebunan
atau
lahan
pertanian. Seperti H. Otong yang memiliki luasan lahan 500 meter dibangun untuk sebuah kontrakan dan setiap bulanya mendapatkan pemasukan sekitar Rp.750.000.26 Selain itu sebagai Manajer proyek
sebuah
perumahan
di
Kelurahan
Bedahan
Otis
Suryawirawan dari lahanya saja mendapat keuntungan Rp. 4 juta 24
Eli, Penduduk Pendatang Kelurahan Pasir Putih. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4. 25 Junaedi, Penduduk Pendatang Kelurahan Pengasinan. Wawancara. 12 Desember 2016, Lampiran 4. 26 Otong, Pengelola Lahan di Kelurahan Pasir Putih. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4.
82
dari penjualan rumah seharga Rp.800 juta untuk menengah keatas.27 Pengelola lahan juga masih ada beberapa yang bertahan untuk menanam berbagai macam-macam tumbuhan, buah-buahan maupun sayur-sayuran, namun kebanyakan pengelola lahan pertanian ini mengelola lahan milik seseorang maupun sebuah perusahaan lain, bukan milik sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Heniyani selaku pengelola lahan di Kelurahan Sawangan “Bukan, lahan yang saya kelola milik P.T Sarana Akbar Laguna Sawangan, buat perumahan…. saya udah disini masih milik pribadi punya orang lalu pindah tangan sama P.T”.28 Hal ini juga sama seperti yang diutarakan oleh Raumi selaku pengelola lahan di Kelurahan Cinangka “Bukan, itu milik bos saya, orang Riau. Dulunya Tanah pribadi pribumi sini lalu dijual sama bos saya, bos saya beli nah tarolah saya disitu untuk cocok tanam”. Selain itu ada juga lahan milik pribadi yang sudah dijual ke orang lain namun masih diberikan amanat untuk menjaganya, dan lebih dimanfaatkan oleh warga tersebut untuk ditanami sebagai penambah penghasilan meskipun penghasilannya tidak seberapa seperti yang diutarakan Asmat selaku pengelola lahan di kelurahan Pengasinan Lahan bapak, maksud saya lahan orang tualah karena orangtua udah ga ada, jadi saya yang ngelola lah, lahan disana sudah dijual waktu saya masih SD, terus dijual ke orang Jakarta, tapi saya yang ngelola dari orang tua ditanemi pohon pisang, pohon singkong gitu, jambu biji juga ditanemi.29
27
Otis, Pengelola Lahan Kelurahan Bedahan. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4. 28 Sri Heniyani, Pengelola Lahan Kelurahan Sawangan. Wawancara. 15 Desember 2016, Lampiran 4. 29 Asmat, Pegelola Lahan Kelurahan Pengasinan. Wawancara. 12 Desember 2016, Lampiran 4.
83
Gambar 4.26 Lahan sawah di Kelurahan Cinangka dan perkebunan campuran di Kelurahan Bedahan yang masih bertahan Dengan rendahnya pendapatan warga yang mengelola lahan untuk perkebunan atau pertanian hal ini juga yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan untuk lebih mengelola lahannya menjadi lahan terbangun, seperti dijual kepada pihak developer, maupun dijadikan usaha pribadi seperti kontrakan, maupun ruko-ruko yang lebih menguntungkan. c. Faktor Kelembagaan Dari masyarakat,
faktor
kelembagaan
maupun
antara
elemen-elemen
peran
lainnya
pemerintah, yang
saling
bekerjasama nampaknya hanya berpengaruh kecil. Dari pihak pemerintahan Kecamatan Sawangan dalam kebijakanya mereka hanya
sekedar
membantu
mengurus
data
administrasi
pembangunan dan tidak memiliki kewenangan sejauh mungkin untuk mengatur dalam megolah lahan masyarakat. Semua hak dalam jual-beli itu adalah hak dari masayarakat. Namun jika para developer
ingin
mengembangkan
pembangunan
semua
itu
berdasarkan perturan pemerintahan Kota Depok, dengan syarat dan ketentuan yang diberlakukan. Seperti yang diutarakan Hamidah selaku Staf Kecamatan Sawangan Depok Kalau dari pihak pemerintah sendiri kita tidak bisa menginterpensi ya.. misalkan seorang warga memiliki lahan yang luas.. kita tidak bisa menekan mereka harus meneruskan pertaniannya, harus tidak boleh dibangun.. kita tidak bisa menginterpensi seperti itu… paling kita menghimbau saja,
84
mengarahkan, membina, kalau mereka sudah terjun ke dunia pertanian kita kembangkan, kita beri penyuluhan, tapi kalau merekanya ingin dibangun, misalnya dijual ke developer .. ke pengembang, sejauh itu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah kota ya… kita hanya bisa mengarahan saja, tidak bisa menginterpensi kalau sudah pertanian harus pertanian tidak boleh ada alih fungsi, karena kita tidak punya kewenangan sejauh itu.. Sejauh pengembang-pengembang itu membebaskan lahan dengan ketentuan dan syarat yang di berlakukan oleh pemerintah kota yaa kita.. mendukung saja.30 Pemerintahan
Kecamatan
Sawangan
memang
tidak
sepenuhnya mengatur lahan yang dikelola, karena semua itu hak milik warga. Namun jika lahan yang dikelola oleh para pengembang atau developer, yang telah memiliki lahan dan izin pembangunan,
pihak
pengembang
mendapatkan
kebijakan
pemerintah dari segi pengawasan pembangunan tersendiri, bahwa setiap pembangunan tidak boleh sepenuhnya dibangun untuk perumahan, hal ini diungkapkna oleh Otis Setiawan selaku Manajer proyek PT. Pesona Sawangan Indah, Kebijakan pemerintah pasti ada, disini dikontrol terus dari pemerintahan, dari luas bangunan, bentuk bangunan, sampai dalam satu lingkungan itu pun harus tempat sampah, sarana umum, sarana sosial, artinya kita tidak boleh dibangun semuanya, dan itu terus dikontrol pemerintahan.31 Di Kecamatan Sawangan selain lahan yang di bangun untuk perumahan modern, banyak juga lahan yang dibangun untuk permukiman
warga
yang
semakin
meningkat,
tidak
ada
pengawasan yang ketat untuk mengatur permukiman tersebut, sehingga dapat menyebabkan permukiman tersebut dibangun tidak secara teratur bahkan terlihat sumpek atau padat. Pembangunan sarana dan prasana juga masih banyak yang belum merata, 30
Hamidah, Staf Kecamatan Sawangan Depok. Wawancara. 27 Desember 2016, Lampiran 4. 31 Otis, PengelolaLahan Kelurahan Bedahan. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
85
sehingga berpengaruh juga terhadap penggunaan lahan untuk permukiman disuatu daerah, seperti yang diutarakan oleh Fauzi selaku ketua RT 03 di Kelurahan Kedaung Sosialisasi dari Kelurahan si sering ya, seperti dari pak RW dari LPM. Tapi memang banyak jalan-jalan disini belom dibeton, kalau di Cinangka udah dibetonisasi, cuma disini di desa Kedaung masih ketinggalan, masih banyak jalan rusak. Selain itu untuk pembangunan disini padat tidak ada sosisalisasi, misalnya untuk membangun rumah jadi ga ada peraturan disini, jadi ini yang saya bingung juga sebenarnya… misalkan kalau ditata rapi kan enak tuh jalanjalan, kalau disini masing-masing aja si, kayak semacam jalan disini ditutup, jalan keluar ditutup, emang kalau disni warganya agak ini ya… istilah katanya ada lahan kosong dibangun, kalau saya pribadi selama saya punya lahan, belum saya bangun, saya biarin aja… saya ga pake…. kaya di depan sana buat parkir-parkir mobil tetap saya ga pagar. Kenyataanya itu warga disini kesulitan karena akses jalan kurang, selain itu yaa tidak ada kebijakan dari permerintahan, karena sosialisasi dari Kelurahan itu kurang, dari segi pembangunan jalan dan penataan untuk permukiman warga.32 Kerjasama
yang
dilakukan
pemerintah
Kecamatan
Sawangan dengan developer hanya sebatas sosialisasi saja berupa pengawasan pembangunan untuk sarana umum. Namun peraturan pemerintah yang terjadi di Kecamatan Sawangan dalam mengatur lahan perukiman warga secara teratur dan terarah juga sangat diperukan. d. Faktor Sosial-Budaya Perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan diikuti oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang berubah juga. Kebiasaan masyarakat kebanyakan sebelumnya berkerja sebagai pengelola lahan perkebunan maupun pertanian, namun seiring berjalannya waktu pekerjaan ini semakin berkurang. Generasi penerus seperti anak-anak muda baik perempuan maupun laki-laki lebih memilih 32
Fauzi, Ketua RT Kelurahan Kedaung. Wawancara. 17 Desember 2016, Lampiran 4.
86
bekerja di luar, maupun bekerja dibidang perdagangan, perkantoran, maupun dibidang pekerjaan yang lainnya. seperti yang diungkapkan oleh Hamidah selaku staf Kecamatan Sawangan Awalnya orangtua mereka semuanya petani, tapi generasigenerasi selanjutnya tidak ada yang meneruskan.. ada juga yang masih meneruskan masih mau mengelola lahanya seperti ditanami belimbing, ditanami jambu.. tapi sebagian juga sudah meninggalkan, mereka beralih bekerja kantor, kerja pabrik, kerja buka ruko atau dagang.33 Kecamatan Sawangan memang lebih terkenal dengan tanaman belimbingnya, namun itu hanya sebagian daerah saja, Kebiasaan masyarakat yang berubah dari waktu ke waktu sesuai tidak terlepas dari generasi penerusnya. Jika masih ada anak muda yang mengelola lahan perkebunan maupun pertanian itu pun tidak begitu banyak, seperti yang diungkapkan oleh Nawawi selaku penduduk asli Kelurahan Bedahan Kalau yang dilihat dari zaman sekarang anak-anak muda disini pasti milih pekerjaan diluar, tau sendiri pasti pada gengsi, mungkin dari tahun 2000 itu masih ada, kalau ratarata sekarang lebih milih pekerjaaan diluar, diluar bertani tentunya, perubahan itu saya pribadi merasakan sendiri, tapi masih ada sebagian bertani cuma yang putus sekolah.34 Perubahan kebiasaan ini juga dirasakan oleh Syamsul selaku penduduk asli Kelurahan Sawangan, dahulunya bekerja sebagai petani, namun sekarang sudah beralih pekerjaan karena lahan yang dikelola sudah berubah menjadi perumahan. Kebiasaan yang berubah kebanyakan alih profesi, ada yang jadi ojek, supir, macem-macemlah contohnya saya sendiri, dulu bapak ikut tani sama orangtua, sambilan abis pulang
33
Hamidah, Staf Kecamatan Sawangan Depok. Wawancara. 27 Desember 2016, Lampiran 4. 34 Nawawi, penduduk asli Kelurahan Bedahan. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
87
sekolah ikut tani sekarang karena lahan udah ga ada lagi cari kerja ya kebisaanya bawa mobil ya nyupir.35 Perubahan juga terjadi pada kebutuhan akan pangan seperti sayur-sayuran ketika masih tahun 2000-an masih mudah di dapatkan penduduk dari lahan sendiri, jika dibandingkan sekarang kebutuhan pangan tersebut harus di beli di toko dan harus mengeluarkan biaya untuk memperolehnya, akibat dari berkurangnya lahan untuk berkebun maupun bertani. Seperti yang diungkapkan Syamsul Kalau dirasain sekarang, dari segi bahan pangan itu yang sekarang harus kita beli, jadi agak sedikit sulit, kalau dulu kan apa-apa kita dengan bercocok tanam sendiri, ya ada tambahan dikit-dikit lah yang kita beli… kalau bahan pokok lainnya bisa kita petik dari lahan sendiri, contohnya padi, sayur-sayuran, kalau macam lainnya ya belilah diwarung… kalau sekarang tidak ada lagi lahan untuk bercocok tanam walaupun ada tidak mencukupi kehidupan yang lebih layak seperti dulu…. penyempitan dari semua areal seperti saluran air (sungai) semakin sempit karena bertambahnya penduduk.36 Hal ini juga sama seperti yang diungkapkan oleh Rahadiyan selaku ketua RW di Kelurahan Sawangan Baru ya… dulu sebagian warga sekitar dulunya bertani tapi begitu lahan mereka dibangun oleh pengembang, ya mereka beralih profesi jadi pekerja bangunanya, nah jadi ada perubahan gitu. jadi mereka tidak sampai menganggur, mereka juga bisa menikmati dari fasilitas dan sarana lainya.37 Perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan juga karena adanya perubahan status sosial dari aspek budaya. Kebiasaan masyarakat yang hampir lebih memilih untuk menjadikan lahannya terbangun dibanding mengelolanya menjadi perkebunan maupun 35
Syamsul, Penduduk Asli Kelurahan Sawangan. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4. 36 Syamsul, Penduduk Asli Kelurahan Sawangan. Wawancara. 13 Desember 2016, Lampiran 4. 37 Rahadiyan, Ketua RW Kelurahan Sawangan Baru. Wawancara. 08 November 2016, Lampiran 4.
88
pertanian. Peralihan profesi juga banyak yang dilakukan oleh para petani menjadi pekerjaan yang disesuaikan kemampuannya. Para Generasi anak muda juga lebih memilih pekerjaan diluar dari pengelola
lahan
perkebunan
dan
pertanian.
Pola
interaksi
masyarakat yang sudah ada sebelumnya kini berubah pula dengan ruang lingkup kegiatan sehari-hari yang ada di masyarakat. Faktor-faktor perubahan lahan dari aspek biofisik, ekonomi, kelembagaan, dan sosial-budaya masyarakat, yang terjadi selama 15 tahun dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015 di Kecamatan Sawangan terjadi secara bertahap.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan sistem informasi geografis dalam perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan tentu saja sangat membantu dan mempermudah dalam menganalisis ruang lingkup dari penggunaan lahan, bahkan terjadi dalam kurun waktu yang lama serta wilayah yang sangat luas.
2. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan dalam periode 15 tahun dari tahun 2000-2015, peningkatan yang dominan yaitu permukiman dengan luas 403,209 ha menjadi 1.302,47 ha selisih 899,18 ha (34,3%). Perubahan penggunaan lahan yang lainya mengalami penurunan diantaranya lahan kosong dari 378,63 ha menjadi 24,57 ha selisih 354,06 ha ha (13,7%). Vegetasi dari 599,58 ha menurun 316,68 ha selisih 282,9 ha (12%). Kebun campuran 1.038,69 ha menurun 854,17 ha selisih 184,52 ha (7,3%). Badan air 187,83 menurun 123,96 ha selisih 63,87 ha (2,5%). t
3. Faktor perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan Depok, terdapat faktor biofisik dimana keadaan lahan yang cocok untuk perkebunan dan juga
permukiman. Faktor ekonomi berkaitan dengan
meningkatnya penduduk asli dan pendatang yang menetap, lokasi yang strategis, dan lahan yang masih relative murah, serta peralihan pekerjaan dari masyarakat petani menjadi masyarakat yang bekerja dibidang lainya. Faktor
kelembagaan
berkaitan
dengan
peraturan
jual-beli
tanah
masyarakat, dan peraturan lahan terbangun oleh pihak pemerintah bagi pengembang
perumahan.
Faktor
sosial-Budaya
89
berkaitan
dengan
90
perubahan kebiasaan atau perilaku masyarakat, dan status sosial atau pekerjaan. B. Implikasi Berdasarkan penelitian ini diharapkan masyarakat Kecamatan Sawangan agar bisa mempertahankan dan menjaga perkebunan maupun persawahan agar tetap ada disamping pembangunan permukiman yang semakin meningkat, dan lebih bijaksana dalam penggunaan lahan. Bagi pemerintah Kecamatan Sawangan agar tetap mendukung para petani dan membina generasi berikutnya agar tetap bisa bertahan dan lebih maju serta sejahtera dalam bidang pertanian, sehingga meminimalisir perubahan penggunaan lahan yang terjadi. C. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk masyarakat Kecamatan Sawangan Dengan perubahan lahan yang terjadi di Kecamatan Sawangan, diharapkan masyarakat dapat lebih cerdas dalam menyikapi perubahan yang terjadi baik dari sikap, maupun kebiasaan yang terjadi dilingkungan dan lebih bijaksana dalam memanfaatkan lahan. 2. Untuk Pemerintah Kecamatan Sawangan Efisiensi penggunaan lahan kawasan yang berorientasi untuk permukiman, dan pembangunan lainnya, sebaiknya diimbangi juga dengan terus mengembangkan aktivitas perkebunan maupun pertanian yang semakin sempit dan berkurang, agar selain memiliki tujuan untuk menyediakan produksi pangan juga dapat dimanfaatkan untuk tetap menjaga kondisi lingkungan agar tetap terjaga, dan pembangunan berkelanjutan juga dapat diwujudkan. 3. Untuk Peneliti selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya agar dapat terus mengembangkan peneltian perubahan lahan yang terjadi disuatu wilayah lebih lanjut serta mendalam. Melakukan penelitian dengan menggunakan aplikasi sistem informasi
91
geografis dan penginderaan jauh lebih baik, berkembang, dan lebih maju lagi dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan, agar pemanfaatan lahan yang ada dapat analisis secara spesifik. Dalam meningkatkan kualitas data dalam analisis selanjutnya, diharapkan dari lembaga-lembaga pengguna untuk melakukan pengadaan data (citra) terbaru.
DAFTAR PUSTAKA BUKU Arsyad, Sitanala. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press, 2012 Dwipabowo, Hariyanto. dkk. Dinamika Tutupan Lahan Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi. Yogyakarta: PT.Kanisius, 2014.
Elly,Muhammad Jafar. Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi ArcView 3.2 dan Er-Maper 6.4 , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Ekadinata, dkk. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. Bogor: ICRAF South East Asia Regional Office, 2008. Gunawarman Suratmo, Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Cet.10, 2004. Kuntjojo. Metodologi Peneltian. Kediri: T. Pn, 2009. Lillesand, Thomas M. dan Ralph W. Kieffer. Pengindraan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan Drs.Dulbari et al.. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1990. Lo, C.P. Pengindraan Jauh Terapan. Terjemahan. Bambang Purbawoseso. Jakarta: Universitas Indonesia, 1996. Manik, K.E.S. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan, 2003. Munir, Moch. Geologi Lingkungan. Malang: Banyumedia Publishing, Cet.2, 2006. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Gahlia Indonesia, 2003. Prahasta, Eddy. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar Perspektif Geodesi dan Geomatika. Bandung: Inforastika Bandung, 2014. Puntodewo, Antie. dkk. Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor: CIFOR, 2003. Siswanto. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Jawa Timur: UPN Press, 2006. Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Teori Dan Praktek Dengan Er Mapper dan Arc View. Yogyakarta: Sipenerbit Buku, 2015.
92
93
Soenarmo, Sri Hartati. Pengindraan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi. Geografis Untuk Bidang Kebumian. Bandung: Penerbit ITB, 2009. Sugiyono, Metode penelitian Pendidikan, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Alfabeta, 2014. Suryanto, Agus. Integrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013. Suseno, Adam dan Ricky Agus, Pemanfaatan Quantum GIS, Bogor: T.pn, 2012. SKRIPSI Haryani, Poppy, “Perubahan Dan Penutupan Lahan Dan Garis Pantai Di DAS Cipunagara Dan Sekitarnya, Jawa Barat”. Skripsi pada Program Manajemen Sumber Daya Lahan Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2011. Humaidi, Dedy, “Pemanfaatan Citra Landsat ETM+ Dalam Penyusunan Model Pengaturan Hasil Hutan Studi Kasus DI HPHTI PT Musi Hutan Persada Provinsi Sumatera Selatan”. Skripsi, pada Universitas IPB, 2005. Sulistiwati, Selly. ”Analisis Perubahan penggunaan Lahan di Desa Pagedangan Kabupaten Tanggerang Tahun 1993-2013”. Skripsi Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Sitindaon, Daniel “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Demak”. Skripsi pada Sekolah Sarjana Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2013. TESIS Indriyani, Mira “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Kota Madya Jakarta selatan” Tesis Universitatas Indonesia: 2005. Rosnila. “Perubahan Penggunaan Lahan Dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok)”. Tesis pada Pascasarjana Institut Pertanian Bogor: 2004. Sodikin, “Kerusakan Mangrove Serta Korelasinya Terhadap Tingkat Intrusi Air Laut (Studi Kasus di Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi)” Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang: 2013.
94
Tantular, Rakyan “Peningkatan Jumlah Penduduk dan Perubahan Kualitas Lingkungan pemukiman di Kota Depok” Tesis pada Pascasarjana Universitas Indonesia: 2003. JURNAL DAN MAKALAH SEMINAR Arif, Muhamad Model Kerukunan Sosial Pada Masyarakat Multikultural Cina Benteng (Kajian Historis Dan Sosiologis), Jurnal Sosio didaktika, Vol.1 No.1, 2004. Loppies, Ronny. Analisis Penutupan Penggunaan lahan Menggunakan Klasifiksai Kemiripan Maksimum Maximum Likehood Classification Di Pulau Saparua Dan Molana Kecamatan Saparua. Jurnal Agroforesti, Vol. 5, 2010 Mukhaiyar,Riki. Klasifikasi Penggunaan Lahan Dari Data Remote Sensing. Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan, Vol. 2 No.1, 2010. Sitanggang, Gogmaria. Kajian Pemanfaatan Satelit masa Depan Sistem Pengindraan jauh Satelit LDCM (Landsat-8). Jurnal LAPAN Berita Dirgantara, Vol. 11, 2010. Supriatna, Wahyu dan Sukartono. Teknik Perbaikan Data Digital (Koreksi dan Penajaman) Citra Satelit. Jurnal Buletin Teknik Pertanian, Vol.7, 2002. Wahyunto, dkk. Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di SUB DAS Citarik Jawa Barat dan DAS Kaligarang Jawa Tengah. Prosending Seminar Multifungsi Lahan Sawah Balai Penelitian Bogor. T.Tp Zaib, Alinda FM, dkk,. Analisis Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian Perkotaan (Urban Ariculture) Menjadi Non Pertanian Di Kota Depok, Makalah Disampaikan pada Lokakarya Nasional dan Seminar Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia, IPB Fakultas Pertanian, Bogor, 2-4 September 2013. INTERNET “Badan Pusat Statistik 2015”, www.bps.go.id , 20 September 2015. “Profil kota Depok”, www.depok.go.id, 20 September 2015. “Profil Sawangan Depok”, www.sawangan.depok.go.id, 10 Oktober 2016. NASA,“Landsat Data Continuity Mission Brochure, 2010”, http; //www. landsat. gsfc.nasa.gov, 11 Oktober 2015. Landsat-8/LDCM, “(Landsat Data Continuity Mission)”, https://eoportal.org/web /eoportal/satellite-missions/l/landsat-8-ldcm, 25 September 2015.
95
Restermaps ”Landsat”,http://www.rastermaps.com/2014/12/landsat.html,04 Oktober 2015. Depok News “Sejarah Kota Depok”, www.depoknews.id, 28 Agustus 2016.
Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI Setiap kegiatan observasi di mulai dengan membaca Basmallah. Observasi ini dilakukan secara menyeluruh di Kecamatan Sawangan, dengan judul penelitian: Pemanfaatan Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2000-2015. Secara keseluruhan Kecamatan Sawangan terdiri beberapa kelurahan diantaranya: Kelurahan Cinangka, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Sawangan, Kelurahan Sawangan Baru, Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Bedahan, dan Kelurahan Pasir Putih. Adapun aspek yang diamati sebagai berikut: 1. Kegiatan pembangunan yang berlangsung di Kecamatan Sawangan 2. Perubahan lahan yang terjadi di sekitar Kecamatan Sawangan 3. Kegiatan masyarakat Kecamatan Sawangan Format hasil pengamatan di lapangan sebagai berikut: Obeservasi ke
:
Kegiatan
:
Lokasi
:
Waktu
:
No. 1. 2. Dst.
Hasil Pengamatan
96
97
Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak/Ibu perkenalkan saya Siti Syarah mahasiswi Pendidikan IPS, Konsentrasi Geografi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang melakukan penelitian skripsi tentang “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Dalam Mengkaji Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sawangan Tahun 2000-2015”. Saat ini saya sedang mencari beberapa informasi data untuk melengkapi penelitian yang sedang dilakukan, salah satunya dengan menggunakan teknik wawancara. Wawancara
dilakukan
dengan
tujuan
penelitian,
dijawab
sesuai
kemampuan dan informasi yang Bapak/Ibu miliki, untuk itu saya mohon atas kesediaan Bapak/Ibu dari Pemerintah (Kecamatan, RT/RW), penduduk asli, pendududuk pendatang, dan instasi terkait, dalam wawancara penelitian yang berlangsung. Data Responden Wawancara ke
:
Narasumber
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Waktu
:
Tempat
:
A. Daftar Pertanyaan Bagi Pemerintah Kecamatan Sawangan No. 1. 2.
3.
Indikator Ekonomi Ekonomi
Ekonomi.
Pertanyaan Pembangunan apa saja yang sedang berkembang saat ini di Kecamatan Sawangan? Wilayah mana saja yang strategis dalam pembangunan di Kecamatan Sawangan? Apakah yang menjadi daya tarik daerah Kecamatan Sawangan bagi penduduk dari luar daerah dan para pengusaha?
98
4.
Biofisik
5.
Kelembagaan
5.
Sosial-budaya
6.
Kelembagaan
Jika dilihat dari faktor fisik lahan, apakah daerah Kecamatan Sawangan lebih tepat dalam sebuah perencanaan pembangunan dibandingkan perencanaan dalam pertanian/perkebunan? Kebijakan apa saja yang dilakukan dalam alih fungsi lahan di Kecamatan Sawangan, dengan maraknya pembangunan seperti permukiman, perumahan, dan tempat usaha, maupun pusat pelayanan lainnya? Kebiasaan atau kebudayaan apa saja yang telah berubah dan ditinggalkan dalam masyarakat untuk mengolah atau menggunakan lahan? Adakah batasan dalam pembangunan baik perumahan, permukiman, maupun tempat usaha di Kecamatan Sawangan?
B. Daftar Pertanyaan Bagi RT/RW Perwakilan kelurahan Kecamatan Sawangan No.
Indikator
1
Sosial-budaya
2.
Ekonomi
3.
Biofisik Biofisik
4.
5.
Sosial-budaya
6.
Kelembagaan
Pertanyaan Apakah di daerah yang bapak/Ibu pimpin jumlah pertambahan penduduk semakin meningkat baik dari penduduk asli maupun pendatang? Pembangunan apa yang lebih banyak bergerak di bidang ekonomi pada masyarakat sekitar untuk memperoleh keuntungan? Terdapat lahan apa saja sebelum terjadi pembangunan di daerah sekitar? Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? Adakah kebijakan pembangunan akibat perubahan penggunaan lahan pada daerah Bapak/Ibu pimpin?
99
C. Daftar Pertanyaan Bagi Penduduk Asli No. 1.
Indikator Sosial-Budaya
2.
Sosial-Budaya
3.
Ekonomi
4.
Biofisik
5.
Ekonomi
6.
Sosial-budaya
Pertanyaan Sejak kapan Bapak/Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan dan sudah berapa lama? Apakah setiap tahun di daerah sekitar Bapak/Ibu mengalami pertambahan penduduk baik dari penduduk asli mau pun dari luar daerah? Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di daerah Kecamatan Sawangan? Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? Jika Bapak/Ibu memiliki lahan apakah akan mempertahankanya atau menjadi lahan terbangun? dan apa alsanya? Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan?
D. Daftar Pertanyaan Bagi Penduduk Pendatang Di Kecamatan Sawangan No. 1. 2.
Indikator Sosial-budaya
3.
Ekonomi, sosialbudaya Ekonomi
4.
Biofisik
5.
Ekonomi dan biofisik
6.
Sosial-budaya
Pertanyaan Berasal dari manakah dan sejak kapan Bapak/Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan? Daya tarik apa yang menyebabkan Bapak/Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan? Pembangunan apa yang sedang berkembang saat ini di Kecamatan Sawangan? Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang banyaknya pembangunan perumahan, yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan?
100
E. Daftar Pertanyaan Bagi Pengolah Lahan No. 1. 2. 3.
3. 4. 5.
Indikator Ekonomi dan biofisik Biofisik, sosialbudaya, ekonomi Biofisik
Pertanyaan Sejak kapan Bapak/Ibu menggunakan lahan ini untuk pembangunan/menanam? Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? Apakah tepat keadaan fisik lahan di daerah ini dalam sebuah pembangunan/perkebunan? dan apa alasanya? Ekonomi Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini? Kelembagaan Adakah kebijakan dari pemerintah dalam mendirikan pembangunan/ hasil panen? Sosial-Budaya, dan Apa alasan Bapak/Ibu dalam pembangunan ekonomi di sekitar daerah Kecamatan Sawangan ? atau alasan mempertahankan lahan yang Bapak/Ibu kelola?
Sekian pertanyaan dari saya, terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu, mohon maaf apabila ada salah kata. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
101
Lampiran 3 Hasil Observasi Obeservasi ke
: 1 (satu)
Kegiatan
: Observasi di Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka
Waktu
: Minggu, 28 Februari 2015
Lokasi
: Sekitar Kedaung dan Cinangka
No. 1.
Hasil Pengamatan Di daerah Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka dekat sekali dengan perbatasan paling utara dengan Kota Tangerang Selatan, sehingga daerah ini sudah mulai padat dengan permukiman warga karena lokasinya yang cukup strategis. 2. Daerah antara Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka di dukung infrastruktur seperti jalan yang sudah bagus sehingga dipinggir jalan raya Abdul Wahab yang saling berbatasan, padat dengan ruko-ruko, maupun perusahaan dagang lainnya. 3. Sudah mulai banyak pengembang perumahan di sekitarnya baik di dekat jalan maupun yang masuk di dekat permukiman warga, perkebunan mulai berkurang hanya ada beberapa lahan yang kosong yang diolah oleh warga Kedaung dan Cinangka. Sumber : Hasil observasi lapangan, 2015
102
Lampiran 3 Hasil Observasi Observasi ke
: 2 (dua)
Kegiatan
: Observasi di Kelurahan Sawangan dan Kelurahan Sawangan Baru
Waktu
: Senin, 29 Februari 2015
Lokasi
: Sekitar Kelurahan Sawangan dan Kelurahan Sawangan Baru
No. 1.
Hasil Pengamatan Di daerah Kelurahan Sawangan disekitar situ terdapat perumahan Telaga Golf yang mengambil beberapa luasan situ, di kelurahan Sawangan ini sudah mulai banyak perumahan seperti perumahan Telaga Jambu, Perumahan Bumi Agung, Villa Rizki Islami yang baru dibangun serta perumahan cluster lainnya. Selain itu di dekat jalan raya sudah banyak ruko-ruko, permukiman warga juga semakin banyak. 2. Di kelurahan Sawangan Baru lahan kebun kosong lebih dibangun untuk permukiman warga, sudah mulai banyak perumahan seperti Vila Cassablanka, perumahan Djohar, perumahan Sawangan Indah, Perumahan Robbina Vilage, serta kontrakan. Selain itu di dekat jalan Raya Muchtar perbatasan dengan Kecamatan Pancoran Mas dan arah kelurahan Bedahan an Pasir Putih sudah mulai banyak ruko-ruko, rumah sakit, maupun tempat usaha milik perusahaan lainnya. Kelurahan ini terdapat banyak empangempang milik warga. 3. Kedua kelurahan tersebut dijumpai beberapa titik lahan kosong yang dimiliki sebuah perusahaan untuk perumahan namun belum di bangun, sehingga ada beberapa warga yang memanfaatkanya untuk menanam atau pun dibiarkan saja. Di Kelurahan Sawangan masih ada beberapa perkebunan atau pun sawah dari lahan milik orang lain, sedangkan di Kelurahan Sawangan Baru sudah tidak ada lagi Sawah, kebun pun mulai berkurang dan lebih beralih pada kolam ikan atau empang. Sumber : Hasil observasi lapangan, 2015
103
Lampiran 3 Hasil Observasi Observasi ke
: 3 (tiga)
Kegiatan
: Observasi di Kelurahan Pasir Putih dan Kelurahan Bedahan
Waktu
: Selasa, 01 Maret 2015
Lokasi
: Sekitar Kelurahan Pasir Putih dan Kelurahan Bedahan
No. 1.
Hasil Pengamatan Di Kelurahan Pasir Putih masih cukup banyak lahan perkebunan, namun karena masih banyak perkebunan juga pembangunan permukiman maupun tempat rekreasi juga cukup banyak seperti D’kandang Farm, kolam renang Pasir Putih, kolam renang Pondok Zidan dan lain sebagainya, dan perumahan dekat tempat rekreasi tersebut Green Residence, Griya Sawangan Asri, dan Qnaya Regency dimana daerah ini disekitar masih banyak perkebunan luas dan mulai terbangun. Selain itu dekat dengan jalan sudah mulai marak ruko-ruko milik warga sekitar maupun milik warga pendatang. 2. Di Kelurahan Bedahan sudah mulai marak pembangunan perumahan milik swasta, salah satunya adalah perumahan Sawangan Vilage yang cukup luas, dulunya daerah Kelurahan Bedahan ini banyak sekali kebun maupun sawah, namun dilihat pada tahun ini mulai marak pembangunan bagi permukiman warga juga. Dearah ini juga dulunya ada situ namun sudah dibangun juga untuk permukiman warga, yang disebut situ gugur. Sumber : Hasil observasi lapangan, 2015
104
Lampiran 3 Hasil Observasi Observasi ke
: 4 (empat)
Kegiatan
: Observasi di Kelurahan Pengasinan
Waktu
: Rabu, 02 Maret 2016
Lokasi
: Sekitar Kelurahan Pengasinan
No. 1.
Hasil Pengamatan Di Kelurahan Pengasinan yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Bogor menjadi tempat yang strategis dalam sebuah usaha perdagangan, di jalan utama Pengasinan sudah mulai marak pembangunan seperti perumahan salah satunya perumahan Melati Residence, selain itu mulai marak pembangunan ruko-ruko bagi penduduk asli maupun pendatang disana. 2. Lahan perkebunan yang dijumpai dipinggir jalan utama Pengasinan sangat minim, malah ada lahan milik warga untuk dijual. Ada lahan semak belukar yang merupakan lahan milik salah satu perumahan di Pengasinan yang belum terbangun, 3. Ada situ Pengasinan yang menjadi destinasi wisata bagi warga sekitar maupun luar, sehingga disekitar situ ini mulai ada ruko-ruko. Sumber : Hasil observasi lapangan, 2015
105
Lampiran 4 HASIL WAWANCARA Keterangan: P
: Peneliti
N
: Narasumber Penduduk Asli Kelurahan Bedahan
Wawancara ke:
: 1 (Satu)
Narasumber
: Nawawi
Umur
: 26 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Waktu
: 08 November 2016, pukul 09:39 WIB,
Tempat
: Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan Depok
P: Sejak kapan dan sudah berapa lama bapak tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Sudah lama sih, sejak tahun 90-an sejak lahir, kira-kira sudah 26 tahun. P: Apakah setiap tahun di sekitar daerah Bapak ini mengalami pertambahan penduduk, baik penduduk asli maupun dari luar daerah? N: Pastinya setiap tahun itu bertambah, sejak tahun 90 saya lahir sampai 2015, banyak penduduk asli juga, banyak juga penduduk dari luar daerah luar juga pasti setiap harinya ada. P: Kira-kira berapa persen dari penduduk luar yang datang? N: Penduduk asi hampir masih diatas 60% ada penduduk asli, hanya dari tahun ketahun pasti ada banyak pertumbuhan dan ada banyak juga pendatang dari luar daerah yang banyak masuk ke wilayah ini. P: Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di Kecamatan Sawangan ini?
106
N: Sekarang yang sedang berkembang yaitu perumahan… sekarang banyak pendatang itu beli tanah disini terus mengembangkan usahanya juga biasanya si sekarang banyak perumahan sejenis properti, banyak pertambahan penduduk banyak orang dari luar daerah masuk ke wilayah sini dan bikin usaha properti, jadi banyakan yang disini yaitu usaha properti, makanya lahan-lahan kosong disini sudah banyak punya orang Jakarta, orang kampung kenalnyakan orang-orang Jakarta… p: Perbandingan atau perubahan apakah yang dirasakan dari tahun 20002015? N: perubahannya sangat signifikan ya dari tahun 2000-2015 aja sekarang yang saya sendiri orang kampung sini, orang asli sini melihatnya itu semakin banyaknya orang yang datang dari penduduk luar dari wilayah sini itu ke-1. untuk mencari usaha yang ke-2…. membuka usaha, ke-3, kebanyakan orang luar daerah itu kesini yaitu mencari sesuatu yaitu usaha. P: untuk lahan sendiri, perubahanya apa saja yang semakin bertambah dan berkurang? N: kalau dari perubahan lahan sendiri si kebanyakan lahan yang kosong itu pasti dibeli oleh pemilik dari luar dan disitu dibikin proerti seperti perumahan, dulu masih banyak perkebunan, cuma sekarang di alih fungsikan jadi usaha properti. Semakin lama semakin banyak usaha property, untuk penduduk asli sini ga tau dah nanti kedepanya seperti apah…. P: Perubahan apa saja yang ada di masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan ? N: Biasanya dari pekerjaan, yang biasanya kita nyangkul kesawah, bersih-bersih lahan, sekarang kalau di alih fungsi begitukan, dari penduduk aslinya nanti berfikir harus kemana, seharusnya pemerintahkan punya alih untuk dilindungi, tapi sekarang ya tau sendiri, yang diatas semakin diatas dan yang di bawah semakin terpuruk. P: Bagaimanakah pekerjaan dengan anak muda sekarang apakah masih ada yang bertahan bertani atau berkebun?
107
N: Kalau yang dilihat dari zaman sekarang anak-anak muda disini pasti milih pekerjaan diluar, tau sendiri pasti pada gengsi, mungkin dari tahun 2000 itu masih ada, kalau rata-rata sekarang lebih milih pekerjaaan diluar, diluar bertani tentunya, perubahan itu saya pribadi merasakan sendiri, tapi masih ada sebagian bertani cuma yang putus sekolah..
Lampiran 4 Pengelola Lahan Kelurahan Bedahan Wawancara ke
: 2 (dua)
Narasumber
: Otis Suryawirawan
Umur
: 56 tahun
Pekerjaan
:Manajer Proyek PT. Pesona Sawangan Indah
Waktu
: 08 November 2016, pukul 11:36 WIB
Tempat
: Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan Depok
P: Sejak kapan Bapak menggunakan lahan ini untuk pembangunan? N: Sejak tahun 2010. P : Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? N: iya kita beli dari orang lain, lebih milik sendiri, dan awalnya kita beli sendiri dari perusahaan swasta, kita nerusin orang lain, jadi tidak terlibat pada masyarakat dalam penguasaan lahan. (Sebelumnya perusahaan swasta memang membeli dari masyarakat sekitanya dan perusahaan ini menjualnya kepada pihak baru yang sekarang menjadi PT Sawangan Residence). P : Apakah tepat
keadaan fisik lahan di daerah ini dalam sebuah
pembangunan? dan apa alasanya? N: Daerah ini memang cocok untuk pembangunan, kemarin ada sedikit kejadian longsor disekitar belokan arus sungai, hanya sekitar 1/8 dari luas keseluruhan, namun sudah diperbaiki serta diatasi, dan memang keadaan fisik sini sangat cocok. P: Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini?
108
N: Kalau dulu kita beli harganya Rp.1,5 juta permeter dari pihak swasta dengan kondisi sudah ada jalan yang belum finishing, saluran sudah ada, kalau sekarang dihitung dari tanah keuntunganya sekitar Rp.4 juta, disini pasaranya jika diklasifikasikan untuk menengah kebawah, untuk jual menengah keatas diatas 800 jt sudah agak susah, khususnya daerah sawangan yaitu menengah kebawah.. P: Adakah kebijakan dari pemerintah dalam mendirikan pembangunan? N: Kebijakan pemerintah pasti ada, disini dikontrol terus dari pemerintahan, dari luas bangunan, bentuk bangunan, sampai dalam satu lingkungan itu pun harus tempat sampah, sarana umum, sarana sosial, artinya kita tidak boleh dibangun semuanya, dan itu terus dikontrol pemerintahan. P: Apa alasan Bapak dalam pembangunan di sekitar daerah Kecamatan Sawangan ? atau alasan mempertahankan lahan yang Bapak kelola? N: Dari segi lokasi, akses jalanya, melihat pasar-pasarnya, jika rata-rata si dari keuntunganya dari segi perusahaan, nah.. selain itu karena adanya rencana pembangunan tol lingkar luar Antasi-Depok, Cinere-Jagorawi sehingga pastinya setiap perusahaan otomatis akan mempertimbangkan akses kesitu, kalau jalan dibangun sudah pasti daerah itu akan berkembang. P: Rata-rata peminat disini dari luar atau dari dalam daearah ? N: Pengertian dari luar itu kebanyakan dari luar Sawangan, atau dari pendatang kebanyakan dari daerah luar sawangan, kemudian melihat daerahnya, melihat lingkungannya cocok, kalau konsumen lebih melihat kualitas bangunan dan akses jalan yang tidak macet.
Lampiran 4 Penduduk Pendatang Kelurahan Sawangan Baru
Wawancara ke
: 3 (tiga)
Narasumber
: Mikran
Umur
: 55 tahun
Pekerjaan
: Buruh
Waktu
: 08 November, pukul 12:36 WIB
109
Tempat
: Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan Depok
P: Berasal dari manakah dan sejak kapan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Asal Cirebon, tinggal di sawangan tahun 76-an, sekitar kurang lebih 50 tahunan P: Daya tarik apa yang menyebabkan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Dari masyarakatnya yang ramah-tamah, terus kebetulan saya dapat pekerjaan di Sawangan golf dan saya menetap, dan istri saya juga orang Sawangan, jadi ikut istri di Sawangan juga. P: Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di daerah Kecamatan Sawangan? N: Untuk tahun-tahun ini ya perkembangannya macam-macam, dari orang tuanya, dari anak mudanya, dari kegiatanya saya rasa bagus cukup, dalam hal pembangunannya sekarang sudah banyak perumahan, banyak ruko, saya rasa yang kosong itu tinggal disudut-sudut kebon saja, kalau dipinggir-pinggir sudah rame perumahan, ada rumah sakit, terus ruko gitu sudah banyak sekali.. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Banyak sekali si yang dinikmati terutama jalan, penerangan listrik, kalau di tahun 76 itu masih gelap, becek, tidak ada penerangan listrik,jalan juga hanya setapak, terus udah meningkat tahun 2000-an, Alhamdulillah enak dah jalan diaspal, penerangan komplit gitu, kalau lahannya sendiri perkebunan saya rasa berkurang lah banyakan permukiman rumah, karena pendatang juga sudah semakin banyak, jadi untuk perkebunan kosong saya rasa sudah banyaknya perumahan. di tahun 2000-an juga sudah mulai rumah-rumah, kemungkinan di Jakarta itu banyak gusuran jadi mereka tu cari daerah yang lebih murah di daerah Depok ini.
110
P:
Bagaimana
pendapat
Bapak
tentang
banyaknya
pembangunan
perumahan, yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Jadi jika ada apa-apa diajak musyawarah, gotong royong, minta bantuan, itu lebih terjangkau, kalau sekarang lebih mudah, kalau jaman dulu kan pencarian susah, kadang kalau kita punya rencana mau bangun jembatan dananya kurang, karena dilihat dari masyarakatnya memang pencahariannya memang dulunya disawahh ya… kalau sekarang mah Alhamdulillah sudah ada yang jadi karyawan, ada buruhlah, udah majulah…Alhamdulillah jembatan disini sudah didukung pemerintah, dengan rakyat sininya, ga ada lagi dah jembatan pake pohon kelapa. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Biasanya si untuk sekarang perubahanya bagus yah, pekerjaannya juga macammacam sudah majulah, dulu juga masih ada yang berkebun asli orang sini, yang punya tanah lebar, tapi kalau sekarang mah banyakan punya kontrakan semua. Kalau sekarang lahan-lahan kebanyakan juga empang dibangun untuk pemancingan, ya hampir sama tuh, jadi sekarang jarang bertanam jadi lebih jadi empang untuk pemancingan…
Lampiran 4 Ketua RW Kelurahan Sawangan Baru
Wawancara ke
: 4 (empat)
Narasumber
: Rahadiyan
Umur
: 51 tahun
Pekerjaan/Jabatan
: Buruh/Ketua RW 08 Kelurahan Sawangan Baru
Waktu
: 08 November 2016, pukul : 17.36 WIB
Tempat
: Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan Depok
P: Apakah di daerah yang Bapak pimpin jumlah pertambahan penduduk semakin meningkat baik dari penduduk asli maupun pendatang?
111
N: ya.. kalau dilihat sejarah kependudukan setelah dari pembangunan itu, bertambah penduduk, ya… penduduk itu bisa dikatakan pendatang tetapi sesudah megisi data kependudukan sebagai warga Sawangan dari surat pindah kampung setempat. P: Jika dipersenkan kira-kira penduduk pendatang itu berapa Pak? N: kalau penduduk pendatang yang tinggal dikomplek Casablanka itu masih sedikit ya sekitar 5% lah, karena satu komplek di Casablanka itu 50-60 kepala warga itu pun belum sepenuhnya diisi, kalau dilingkungan sekitar masih mayoritas penduduk pribumi. P: Pembangunan apa yang lebih banyak bergerak di bidang ekonomi pada masyarakat sekitar untuk memperoleh keuntungan? N: Dari Infarastuktur ya sekarang Alhamdulillah sudah masuk kampung, disini kemungkinan ada yang karyawan , pengusaha, kerja serabutan seperti saya, dan pedagang, kalau pembangunan untuk pedagangan itu biasannya untuk ekonomi.. P: Di daerah ini lebih banyak sistem kontarakan atau memang hanya perumahan saja? N: yaa… sekedar perumahan saja bentuknya, kadang-kadang gini, ada orang Jakarta bikin rumah mereka belum tempatui dari pada kosong jadi dikontrakin, ada juga sebagian orang yang sengaja membuat kontrakan, ya itupun idak terlalu banyak.. P: Terdapat lahan apa saja sebelum terjadi pembangunan di daerah sekitar? N: Kalau dikomplek Casablanka awalnya itu memang lahan persawahan basah, emm, diantaranya petani kita disini tanamnya seperti padi, pohon pisang, jambu merah, dan lainnya untuk kelengkapan gitulah, kangkung, dsb, itu tempatnya disana gitu… jadi sekarang sudah dibangun jadi beralih profesi ada yang dagang, ada yang menjadi security, dsb, yaa… masing-masing bidang yang ingin mereka laksanakan. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Perubahan yang saya rasakan lingkungan yang terasa betul dari lingkungan yang agak becek kemudian sekarang sudah enak, kalau pun kita mau lalu lalang
112
siang dan malam itu sudah tidak ada kendala, yang termasuk kita lewat sana, sperti yang sudah saya bilang tadi, ya… kita memang dibatasi dari jam 9 malam sudah mulai di tutup portal, tapi siang sampe jam 9 malam kita berhak lewat jalan itu.. artinya tidak ada kendala. P: Lalu kalau di tahun 2000 an itu apa lebih banyak permukiman warga atau masih banyak perkebunan pak? N: Sekitar tahun 2000 itu masih banyak perkebunan ya… karena yang saya tahu disekitar daerah ini belum banyak pembangunan, infrastruktur, perumahan, pengembangan belum terlalu banyak, jadi bentuknya masih sawah, tanah darat itu ditanikan gitu, jadi buat saya itu tinggal nostalgia gitu, dulu pas dirumah saya itu dulu pernah bertani, sekarang sudah menjadi perumahan.. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: ya… dulu sebagian warga sekitar dulunya bertani tapi begitu lahan mereka dibangun oleh pengembang, ya mereka beralih profesi jadi pekerja bangunanya, nah jadi ada perubahan gitu. jadi mereka tidak sampai menganggur, mereka juga bisa menikmati dari fasilitas dan sarana lainya. P: Adakah kebijakan pembangunan akibat perubahan penggunaan lahan pada daerah Bapak pimpin? N: Tidak ada ya kayaknya, Cuma kalau kita lagi butuh ini kita datang melalui surat ya itu artinya kita minta denga hormat, tapi kalau kita bicara dengan partaipartai sampai saat ini dari fisik infra ini belum pernah tapi kalau untuk kesenian ada, kalau untuk lainnya kayaknya belum ada, bangunan ini dari hasil muslembang yang kita usulkan dari kelurahan kemudian kita ajakin ukm itu memang dari PLPM, jadi dari sanalah kita gali dari pemerintah. P: Adakah pembatasan pembangunan dari pemerintah dalam hal permukiman warga ? N: Kayaknya engga ada ya, kayaknya disini ga ada izin untuk industri, karena Sawangan dikembangkan menjadi permukiman.
113
Lampiran 4 Penduduk Asli Kelurahan Kedaung
Wawancara ke
: 5 (lima)
Wawancara
: H. Ismail (Mamin)
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Waktu
: 09 November 2016, pukul 16.18 WIB
Tempat
: Kelrahan Kedaung, Kecamatan Sawangan Depok
P: Sejak kapan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan dan sudah berapa lama? N: dari tahun 53 sampai sekarang, sekitar 63 tahun… P: Apakah setiap tahun di daerah sekitar Bapak mengalami pertambahan penduduk baik dari penduduk asli mau pun dari luar daerah? N: Setiap tahun nambah penduduk terus, dari luar juga, tapi sekaramg lebih kebanyakan pendatang P: Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di daerah Kecamatan Sawangan? N: di Kedaung kalau pembangunan kebanyakan si kontarakan masyarakat, sama perumahan, kalau perumahan juga ada seperti, citra lake, Bappenas. P: Lalu untuk lahannya sendiri disini lebih banyak permukiman atau perkebunan dsb pak? R: saya rasa kalau untuk perkebunan sudah jarang dek, adanya permukiman lah, ada orang ngontrak apah penduduk. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: ya.. kalau untuk perubahan sekarang, lahan tanah kosong sudah ga ada, jadinya bangunan kontrakan gitu sepetak-sepatak, untuk orang cari makan cari nafkah lah..
114
P: Jika Bapak memiliki lahan apakah akan mempertahankanya atau menjadi lahan terbangun? dan apa alsanya? N: ya jadi lahan terbangun, bisa jadi bikin kontrakan dan lain sebagainya gitu, ada penghasilan sehari-hari lah, keuntungannya lebih besar kalau dijual, dari pada di tanami, perbandinganya lebih bagus jika dijual-belikan. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Kebiasaan berbah udah pasti dek, sekaramg kan udah ngikutin zaman, ngikutin zamanya itu kan anak-anak sekarang udah ga ada yang jadi petani jadi apah,, kalau sekarang banyakan ya jadi pegawai buruh lah gitu perubahanya…
Lampiran 4 Ketua RW Kelurahan Kedaung
Wawancara ke
: 6 (enam)
Narasumber
: Komarudin
Umur
: 41 tahun
Pekerjaan/jabatan
: Ketua RW 03 Kelurahan Kedaung
Waktu
: 09 November 2016, pukul 16.35 WIB
Tempat
: Kelurahan Kedaung Kecamatan Sawangan Depok
P:Apakah di daerah yang bapak pimpin jumlah pertambahan penduduk semakin meningkat baik dari penduduk asli maupun pendatang? N: iya semakin meningkat, lebih banyak pendatang dari luar,. P: Pembangunan apa yang lebih banyak bergerak di bidang ekonomi pada masyarakat sekitar untuk memperoleh keuntungan? N: lebih ke permukiman warga yaa… kalau untuk perumahan di RW 03 tidak ada karena tidak ada lahan yang luas juga, tapi kalau diluar RW 03 itu banyak, kontrakan ada, kalau untuk perdagangan banyak, dan sekarang orang lebih condong dalam perdagangan kayak konter, warung-warng kecil. P: Terdapat lahan apa saja sebelum terjadi pembangunan di daerah sekitar?
115
N: Lahan kosong kayak kebon-kebon… P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Kalau tahun 2000-an disini kebanyakan kebon kosong, kalau tahun sekarang ya banyakan permukiman warga sama perdagangan. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: ya apa ya… paling kalau pekerjaan warga sini itu lebih kerja di pabrik-pabrik, pabrik yang ada diluar, kaya di RW 04 ada satu pabrik baju-baju, dan mereka kerja disana. P: Adakah kebijakan pembangunan akibat perubahan penggunaan lahan pada daerah Bapak pimpin? N: ya kalau untuk pembangunan seperti drainase jalan dari pemerintah si itu sudah berjalan bagus ya… kalau untuk permukiman itu tidak ada pembatasan dan selama itu mempunyai IMB ya tidak masalah.
Lampiran 4 Ketua RT Kelurahan Kedaung
Wawancara ke
: 7 (tujuh)
Narasumber
: Fauzi
Umur
: 50 tahun
Pekerjaan/jabatan
: PNS/ Ketuan RT Kedaung
Waktu
: 17 Desember 2016, pukul : 13.28 WIB
Tempat
: Kelurahan Kedaung, Kecamatan Sawangan
P:Apakah di daerah yang bapak pimpin jumlah pertambahan penduduk semakin meningkat baik dari penduduk asli maupun pendatang? N:Semakin meningkat, dan lebih banyak penduduk pendatang hampir sekitar 60% P: Pembangunan apa yang lebih banyak bergerak di bidang ekonomi pada masyarakat sekitar untuk memperoleh keuntungan?
116
N: Disini petani sama buruh harian lepas, kalau perumahan disini belum tapi kalau seperti perumahan clutser itu bagian daearah Beraan disana ada… P: Terdapat lahan apa saja sebelum terjadi pembangunan di daerah sekitar? N: disini dulunya persawahan, kalau dibelakang ini dulunya hamparan itu, belum lihat ya? istilahnya tanah lapang baru digusur, tadinya pesawahan diurug tanahnyanya dalam 8 meter, tadinya buat perumahan, tadinya begini sekarang begini (kedalaman) 8 meter makanya itu bahaya juga, kemeren ada puting beliung itu warga rumahnya pada ancur, belum lama baru 2 minggu tapi udah diatasi sama pihak kelurahan sama saya juga, sama PMI, itu asalnya puting beliung dari sana kan udah ga ada pohon-pohon.(luasan tanah kosong `sekitar 13 ha) P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: saya kan jadi RT baru 1 tahun, jadi kalau selama saya jadi RT perubahan ya paling baru kontrakan, ya disini banyak kontrakan di depan, tapi kalau untuk pembangunan sarana itu belum masih kebanyakan lahan kosong. disini juga ada full bus pariwisata, perusahaan LPG, Alfamart…. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Kebanyakan orang yang pada pekerja bangunan, sudah tidak jadi petani sudah beralih jadi tukang bangunan. P: Adakah kebijakan pembangunan akibat perubahan penggunaan lahan pada daerah Bapak pimpin? N: Sosialisasi dari kelurahan si sering ya, seperti dari pak RW dari LPM. Tapi memang banyak jalan-jalan disini belom dibeton, kalau di Cinangka udah dibetonisasi, cuma disini di desa Kedaung masih ketinggalan, masih banyak jalan rusak. Selain itu untuk pembangunan disini padat tidak ada sosisalisasi, misalnya untuk membangun rumah jadi ga ada peraturan disini, jadi ini yang saya bingung juga sebenarnya… misalkan kalau ditata rapi kan enak tuh jalan-jalan, kalau disini masing-masing aja si, kayak semacam jalan disini ditutup, jalan keluar ditutup , emang kalau disni warganya agak ini ya… istilah katanya ada lahan kosong dibangun, kalau saya pribadi selama saya punya lahan, belum saya bangun, saya
117
biarin aja… saya ga pake…. kaya di depan sana buat parkir-parkir mobil tetap saya ga pagar. Kenyataanya itu warga disini kesulitan karena akses jalan kurang, selain itu yaa tidak ada kebijakan dari permerintahan, karena sosialisasi dari Kelurahan itu kurang, dari segi pembangunan jalan dan penataan untuk permukiman warga.
Lampiran 4 Pengelola Lahan Kelurahan Cinangka
Wawancara ke
: 8(delapan)
Narasumber
: Raumi
Umur
: 68 tahun
Pekerjaan
: Buruh harian lepas - petani
Waktu
: 09 November 2016, pukul 17.06 WIB
Tempat
: Kelurahan Cinangka Kecamatan Sawangan
P:Sejak kapan Ibu menggunakan lahan ini untuk menanam? N: Tahun 82 ya neng..terus itupun masih kuli bapak, mengelola cocok tanamnya juga udah lama juga ya… Cuma ngolah tanah disitu sekitar tahun 2002 sampai sekarang.. P: Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? N: Bukan, itu milik bos saya, orang Riau. Dulunya Tanah pribadi pribumi sini lalu dijual sama bos saya, bos saya beli nah tarolah saya disitu untuk cocok tanam P: Itu niatannya mau dibangun apa ya? N: Kurang tau itu kalau kayak gitu.. P: Saya dengar dari petani sebelah itu mau dibikin perumahan? N: emm ehemm iya mang begitu, kita kurang jelasnya kurang tau, cuman itu si waktu emak cocok tanam sekitar ahun 2002 gitu aja si. P:Apakah tepat keadaan fisik lahan di daerah ini dalam sebuah perkebunan? dan apa alasanya?
118
N: ya….. kita kalau biacara kalau begitu kita ngomong apa adanya aja ya neng,karena akupun ga sekolah, ya… tapi kalau nanya kayak gitu apa boleh buat… atau apa adanya aku kan.. kalau fisik memang cocok, sebenarya saat-saat lagi masih presiden Pak Harto itu disini untuk cocok tanam kan, penghijauan kan… nah setelah Pak SBY terus sekarang pak Jokowi lah disni banyaklah itu digunakan guna-bangun, lagi waktu pak harto mah ya emang sebenernya ora boleh katanya, untuk khusus cocok tanem, karangitri, dulu kan milunya Bogor, ga milu Depok, jadi wilayah Bogor itu emang untuk penghiijauan cocok tanam, setelah kemari maaf bukanya mau jelekin siapapun setelah kita ngikutin dalam proses pemerintahan nah itulah sekarang banyak guna-bangun gitu… P: Adakah kebijakan dari pemerintah dalam hasil panen? N: kemaren dulu dapet neng saya dari pupuk sekitar 2 kwintal, sekitar tahun 2011an, itu pun karena banjir begitu siap seminggu panen itu banjir ketetutup semua padi oleh air dari setu, padi rubuh kadang-kadang isinya goyang ga menghasilkan penuh, kadangkan kalau kena air padi
sampe aturan dipetik
tumbuh itu ga ada berasnya sampe tumbuh cungapnya itu kan ga kepetik didarat. yang bisa dipetik itu yg tumbuh didarat gitu neng.. P:Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini? N: kalau ibu disini sekitar yg ditanam padi, apah hasil padi dulu ya neng… sekitar yang luas tanah tarolah sehektar atau setengah hektar, itu kalau ga kena penyakit wereng, atau ga kena angin atau ga rubuh, ya pokok intinya bagus dari tanem sampe mungut itu bagus minimal seton setengah ada dalam satu hektar, karena disini tanahnya kadang-kadang dari awal bagus entar dipertengahan misalnyaa pa lagi mapa, apalagi mau keluar, ya pertengahan padi mangkat ini lalu kadang2 kebanjiran akhirnya kan perubahan, terus kalau udah merata pas panen kadang2 angin rubuh itu hasilnya kurang, apalagi sampai dimakan tikus, ya hasil pun sekedar makan-makan pun engga, kecuali hasil singkong, kacang panjang itu bisa diperhitungkan kan begitu… misalnya nanem sekian kilo atau sekian kaleng bibit, misalnya berapa kwintal hasilnya dari biji itu.. dari cocok tanam sekian misalnya kalau kacang 3 bulan dari nanem sampe panen 3 bulan, buahan pun atau rambutan
119
atau pisang siap nanem dari mulai keluar sampe dipetik itu 3 bulan sampe tua gitu…, padi juga ada yang 3 bulan, bahkan sampe 3 bulan setengah jadi menrut hasilnya tanah atau cocok tanam, kalau khusus bakal padi semua setahun 3 kali itu pun kalau ga kena ganggu kaya gitu aman dah ga kena hama gitu neng.. begini kalau kita orang kampung kadang2 dijual, kalaupun kita butuh misalnya ga punya ikan asin, ga punya cabe katakana kalau adanya itu kita jual lah beras, jadi ketauan mutlak hasil panen kita ini kadang2 menghasilkan kadang2 ya nol… P:Apa alasan Ibu dalam pembangunan di sekitar daerah Kecamatan Sawangan ? atau alasan mempertahankan lahan yang Ibu kelola? N; yaa. saya apa ya neng, saya ga bisa berkuasa sepenuhnya, karena saya kan bekuasanya pihak tenaga, kalau ada kebijaksanaan yang benar bahwa kalau tu numpang disini, ditempatin kayak gini, terus tempatnya sementara dijual ya yang dibutuhka kebijakan, kita digaji perbulan itupun engga… sekarang ya berhak yg punya tanah,jika mau dijual, kita bersedianya iterserah mereka, lalu kebijakan merekea kepada aku, jadi aku tidaak bisa mempertahankan atau berbuat besar untuk dukungan apapun, saya hanya menerima kebijakan saja .. P: jika memang kedepanya akan dibangun perumahan lahanya nanti pekerjaannya kedepanya bagaimana? N: ya begini neng…. saya kan kuli neng kerja rumah tangga neng, ditempatkan ditanah itu, nah karena kita orang tani jadi kita lolah itu laen kita kerja dirumah tangga jatohnya kita kedapur ea kan.. masa depan kita jikalau yg misalnya punya tanah itu dipungut atau dijual sama yg berhak, ya kita ibaratnya paling-paling kalau kita digaji kita terima gaji, kalau kita ga digaji kita minta kebijaksanaan dari tanah yang dijual, karena saya itu disuruh urusin tanah hasilnya kita makan kalau lg kita pengen ya kita kasih sekedarnya, kadang-kadang kalau mau kita bagi itupun kalau mau, itu pun faktor begitu.
120
Lampiran 4 Ketua RT Kelurahan Cinangka
Wawancara ke
: 9 (sembilan)
Narasumber
: Sabenih
Umur
: 45 tahun
Pekerjaan/Jabatan
: Pegawai swasta/Ketua RT 03/08
Waktu
: 19 Desember 2016, pukul 1.26 WIB
Tempat
: Kelurahan Cinangka, Kecamatan Sawangan
P:Apakah di daerah yang bapak pimpin jumlah pertambahan penduduk semakin meningkat baik dari penduduk asli maupun pendatang? N: nambah.. dari jumlah awal 45 sekaramg sudah 50 lebih… dan lebih banyak penduduk pendatang… jika dipersenkan sekitar 60% untuk pendatang. P: Pembangunan apa yang lebih banyak bergerak di bidang ekonomi pada masyarakat sekitar untuk memperoleh keuntungan? N: Kalau untuk sekarang sedang dibangun PT Bayer semacam pabrik obat di RT 03 terus juga ada perumahan Pearl Garden, Garden Hills komplek ya…, kalau di tahun 2015-2016 ini banyak pembangunan perumahan… P: Terdapat lahan apa saja sebelum terjadi pembangunan di daerah sekitar? N: Tanah kosong, sawah… itu sebelum pembangunan ya.. dulu masih banyak sawah padi… tapi dulu…. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Sekarang lebih enak aja, jalanan sudah di cor, lebih ramai lah dari tahun yang dulu… jalan juga sudah bagus, untuk tahun 2015 sudah banyak pembangunn dibandingkan tahun sebelumnya… P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Kalau yang masih ada lahanya ya masih tani, tapi sekarang lebih banyak kerja diluar, ada yang disini juga seperti konveksi atau garment untuk jahit…. kalau
121
anak muda zaman sekarang sudah banyak yang tidak bertani, lebih kepada sekolah, ada yang kuliah,atau langsung kerja…. P: Adakah kebijakan pembangunan akibat perubahan penggunaan lahan pada daerah Bapak pimpin? N:
kalau kebijakan dari pemerintah seperti pembangunan ada paling untuk
kegiatan izin pembangunan untuk perusahaan, kalau untuk larangan segala macam kan ikutin aturanya seperti pabrik jelasnya kita sudah memiliki aturanya masingmasing RT sendiri.
Lampiran 4 Pengelola Lahan Kelurahan Pengasinan
Wawancara ke
: 10 (sepuluh)
Narasumber
: Asmat
Umur
: 48 tahun
Pekerjaan
: karyawan swasta/ Pengelola lahan
Waktu
: 12 November 2016, pukul: 12.47 WIB
Tempat
: Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan
P: Sejak kapan Bapak menggunakan lahan ini untuk menanam? N: Sejak tahun 2012 lah.. P:Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? N: lahan bapak, maksud saya lahan orang tualah karena orangtua udah ga ada, jadi saya yang ngelola lah, lahan disana sudah dijual waktu saya masih SD, terus dijual ke orang Jakarta, tapi saya yang ngelola dari orang tua ditanemi pohon pisang, pohon singkong gitu, jambu biji juga ditanemi… P: Apakah tepat keadaan fisik lahan di daerah ini dalam sebuah perkebunan? dan apa alasanya? N: Kalau masalah lahan bagus buat perkebunan, ini saja seadanya saya tanami langsung tumbuh subur, paling cuma ditambah pupuk aja. P: Apakah daerah disekitar Bapak ini yang sudah terbangun ?
122
N: Banyak, lahan banyak waktu itu, disana ada lahan sawah sekarang sudah berubah jadi perumahan, dulu itu masih banyak kebon, pohon pisang, dan yang paling banyak pohon bambu, sekitar tahun 2013 lah banyak usaha-usaha indomart. P:Adakah kebijakan dari pemerintah dalam hasil panen? N: eemmm, lahan yang saya kelola itu memang yang punya lahan boleh ditanemin tapi ga boleh disewain atau dikontrakin dia ga mau, dia maunya cuma ditanemin pohon hias, atau pohon pisang, ya pohon yang menghasilkanlah.. pemilik lahan ini orang Jakarta, namun selama 2 tahun in dia kesini, tapi kalau masalah pajak dia sendiri yang bayar. Luasan lahan sekitar 2000 m. Waktu itu juga ada yang mau sewa buat alfamidi cuma dia ga mau… P: Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini? N: Ga jelas sih…, maksudnya ga tentu, ya namanya tanaman begitu kan cuma sampingan aja sih ga jelas penghasilanya, kalau gaji karyawan saya sih jelas sekitar 2 juta-an, kalau mengandalkan lahan itu aja ga cukup….. P:Apa alasan Bapak dalam pembangunan di sekitar daerah Kecamatan Sawangan ? atau alasan mempertahankan lahan yang Ibu kelola? N: yaa.. saya si kalau yang punya belom dibangun ya saya manfaatin sebaikbaiknya, contohnya saya bikin taneman supaya ada hasilnya, daripada kosong dan bala..jadi manfaatin saya tanam buat sampingan kaya pohn pisang dan umbiumbianlah gitu aja.. P: Selain sebagai pengelola lahan lahan juga merupakan penduduk asli Pengasinan, apa yang Bapak rasakan perbedaanya dari tahun 2000-2015 ? N: ya perbedaannya si biasa yang dideket-deket lahan yang saya Tanami itu masih banyak lahan-lahan yang kosong, tapi 5 tahun kesini sudah banyak penduduk yang bikin bangun rumah, komplek juga ada … ya kita kan mengikuti aturan pemerintah mengikuti perkembangan zaman juga, dan ga bakal seperti ini terus, hal ini juga akibat kepadatan penduduk, ya saya yang tinggal disni terutama dekat jalan ya merasakan kebisingan yang dulunya si tenang…
123
Lampiran 4 Penduduk Pendatang Kelurahan Pengasinan
Wawancara ke
: 11 (sebelas)
Narasumber
: Junaedi Abdillah
Umur
: 36 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Waktu
: 12 November 2016, pukul: 12.47 WIB
Tempat
: Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan
P: Berasal dari manakah dan sejak kapan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Dari Medan, saya merantau dari tahun 90 Cuma bukan ke wilayah sini tapi di Bogor dan pindah kesini tahun 2010. P: Daya tarik apa yang menyebabkan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Karena disini ekonominya lebih mapan dibanding di Bogor, lebih ramai buat saya sebagai pedagang.. P: Pembangunan apa yang sedang berkembang saat ini di Kecamatan Sawangan? N: kalau untuk saaat ini yang saya perhatikan ya pembangunan perumahan tipetipe kecil itu ang membuat daerah sini lebih maju lagi, dan untuk sepanjang jalan pengasinan ini sudah mulai ramai perdagangan juga, kalau dulu masih agak sepi banget disini, beda sekarang nih sudah ramai banget 3 tahun belakangan ini.. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: kalau untuk diwilayah sini perubahan begitu menonjol, cuma untuk kebelakang-belakang sini lumayan ramai pertambahanya, untuk perumahan sendiri sudah banyak berkembang, dan disekitarnya sudah mulai ramai. P:
Bagaimana
pendapat
Bapak
tentang
banyaknya
pembangunan
124
perumahan, yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: justru kalau untuk sisi baiknya disini malah lebih baik, kalau kita sebagai pedagang…. P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Kebanyakan perubahan yang terjadi itu lebih banyak menjual lahan, ada juga sebagian yang punya lahan dipinggir jalan dibikin ruko, dikontrakin gitu aja si yang saya perhatikan dari masyarakat sini, karena potensi kontrakan itu jauh lebih mahal, dibanding dia mengelola lahan atau perkebunan kurang gitu.. Daerah sini juga stategis karena dekat dengan jalan..
Lampiran 4 Pengelola Lahan Kelurahan Pasir Putih
Wawancara Ke
: 12 (duabelas)
Narasumber
: H. Otong H.S
Umur
: 60 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Waktu
: 13 Desember 2016, pukul 02.27 WIB
Tempat
: Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan
P: Sejak kapan Bapak menggunakan lahan ini untuk pembangunan? N: Seinget saya si sejak saya tinggal di Pasir Putih sekitar tahun 80-an P: Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? N: milik sendiri dengan luasan 500 meter.. P: Apakah tepat keadaan fisik lahan di daerah ini dalam sebuah pembangunan? dan apa alasanya? N: Iseng-iseng aja alasanya, ya kalau untuk keadaan fisik si bagus terus strategis dekat dengan jalan.
125
P: Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini? N: ya sekitar 750 ribuan perbulanya.. P: Adakah kebijakan dari pemerintah dalam mendirikan pembangunan? N: ga ada si… P:Apa alasan Bapak dalam pembangunan di sekitar daerah Kecamatan Sawangan? atau alasan mempertahankan lahan yang Bapak kelola? N: untuk penambahan penghasilan saya de… P: terdapat lahan apakah sebelum terjadi pembangunan untuk lahan yang bapak punya, sekitar tahun 2000-an ? N: sebelumnya itu lahan sawah, sawah padi…..
Lampiran 4 Penduduk Pendatang Kelurahan Pasir Putih
Wawancara Ke
: 13 (tigabelas)
Narasumber
: Eli Sartika
Umur
: 38 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Waktu
: 13 Desember 2016, pukul 03.09 WIB
Tempat
: Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan
P: Berasal dari manakah dan sejak kapan Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Saya berasal dari Subang Jawa Barat, sejak 1 tahun yang lalu, jualan cireng.. P: Apakah ibu sempat singgah di tempat lain, atau langsung dari Subang langsung ke Kecamatan Sawangan? N: engga, kan pertama ikutin orang tua dulu di Gunung Sindur, terus merantau ke Kalimantan, punya suami punya anak, terus kerja disana kehidupan ekonomi disananya lagi morat-marit lagi kebawah lah… terus balik ke rumah orang tua di Gunung Sindur, dapet lowongan kerja jadi tukang cireng isi di daerah Sawangan..
126
P: Daya tarik apa yang menyebabkan Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan? N: Strategi aja si tempatnya, mencoba kehidupan yang baru, kalau di Kalimantan kan beda kehidupanya, begitu juga disini.. P: Pembangunan apa yang sedang berkembang saat ini di Kecamatan Sawangan? N: Banyak si kayak perumahan, tempat rekreasi kayak kolam renang Pasir Putih, kolam renang Pondok Zidan, satu lagi tempat rekreasi d’kandang amzing Farm didekat sinituh, selain itu ada toko-toko atau ruko milik warga. P: Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: yaa dulunya si masih sepi masih banyak pohon-pohon besar, banyak lahanlahan kebun, sekarang banyak pembangunan, jalan-jalan sudah banyak yang diaspal, banyak alih fungsi, banyak toko-toko…. P: Niatan Ibu kedepanya akan tinggal lama disini atau bagaimana bu? N: Paling engga insyaallah 2 tahun aja disini, kalau kehidupan perekonomian dikalimantan sudah membaik balik lagi kesana, Bapaknya kan pengrajin cincin tapi disana lagi penurunan drastis ekonomi, pengrajin cincin beralih ke kuliner… P: Bagaimana pendapat Ibu tentang banyaknya pembangunan perumahan, yang menyebabkan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: lebih positif aja si, tapi untuk lahan bermain anak-anak langka aja… P: Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Sekarang disini sudah banyak pedagang dan supir tapi lebih kebanyakan pedagang, sudah beralih dari petani atau pekebun...
Lampiran 4 Penduduk Asli Kelurahan Sawangan
Wawancara ke: 14 (empatbelas) Narasumber
: Rumyati
Umur
: 53 tahun
127
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Waktu
: 13 Desember 2016, pukul 05.03 WIB
Tempat
: Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan
P: Sejak kapan Ibu tinggal di Kecamatan Sawangan dan sudah berapa lama? N: Sejak 1963 sudah 53 tahun…. P:Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di daerah Kecamatan Sawangan? N: Kayaknya kebanyak perumahan-perumahan kalau ada lahan kosong itu pasti ada perumahan-perumahan, kalau untuk permukiman warga sendiri kebanyakan pindah, dan permukiman disni banyakan dari pendatang, dan pendatang itu lebih maju usahanya dari pada usaha pribumi… P:Apakah setiap tahun di daerah sekitar Ibu mengalami pertambahan penduduk baik dari penduduk asli mau pun dari luar daerah? N: ia, pendatang, banyakan orang Jawa.. P:Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: dulu banyak pertanian sawah, tanaman sayur-sayuran, tapi sekarang lahanya diganti perumahan-perumahan. P: Jika Ibu memiliki lahan apakah akan mempertahankanya atau menjadi lahan terbangun? dan apa alsanya? N: Sebaiknya mah lahanya dibikin pertanian, jadi udaranya lebih sejuk juga ga banyak yang tercemar, kalau dibikin perumahan kan jadi lebih banyak pencemaran. P:Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Perubahan masyarakat ya masalah pertanian usahanya yang kurang bisa manen padi jadi engga, jadi dia banyak yang jadi kuli-kuli bangunan, untuk anak muda sendiri ga ada yang kerja di perkebunan, kebanyakan di toko-toko dan semacamnya…..
128
Lampiran 4 Penduduk Asli Kelurahan Sawangan
Wawancara ke: 15 (limabelas) Narasumber
: Syamsul
Umur
: 46 tahun
Pekerjaan
: Supir
Waktu
: 13 Desember 2016, pukul 05. 30 WIB
Tempat
: Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan
P:Sejak kapan Bapak tinggal di Kecamatan Sawangan dan sudah berapa lama? N: Sejak tahun 1970 sudah sekitar 46 tahun P:Pembangunan apa saja yang sedang berkembang di daerah Kecamatan Sawangan? N: pembagunan kebanyakan real estate perumahan… kebanyakan permukiman warga sini mereka ada yang pindah lokasi, pindah alamat, ada juga yang masih menetap cuma dari tadi awalnya punya lahan yang luas sekarang tinggal mahmur (rumah sama sumur) hehe… P: Apakah setiap tahun di daerah sekitar Bapak mengalami pertambahan penduduk baik dari penduduk asli mau pun dari luar daerah? N: bisa dikatakan begitu karena kalau dilihat perkembanganya juga cukup lumayan, istilahnya juga kebanyakan dari orang-orang pendatang tidak semua dari penduduk asli.. P:Perbandingan apakah yang dirasakan sekitar tahun 2000-2015, tentang perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Sawangan? N: Kalau dirasain sekarang, dari segi bahan pangan itu yang sekarang harus kita beli, jadi agak sedikit sulit, kalau dulu kan apa-apa kita dengan bercocok tanam sendiri, ya ada tambahan dikit-dikit lah yang kita beli… kalau bahan pokok lainnya bisa kita petik dari lahan sendiri, contohnya padi, sayur-sayuran, kalau macam lainnya ya belilah diwarung… kalau sekarang tidak ada lagi lahan untuk
129
bercocok tanam walaupun ada tidak mencukupi kehidupan yang lebih layak seperti dulu…. penyempitan dari semua areal seperti saluran air (sungai) semakin sempit karena bertambahnya penduduk.. P:Jika Bapak memiliki lahan apakah akan mempertahankanya atau menjadi lahan terbangun? dan apa alsanya? N: ya kalau untuk sekarang si kayaknya kalau untuk dipertahankan berat, beratnya kalau kita pertahankan sedangkan disekelilingnya nanti mereka menjual dan dari pihak pengembang nanti ditutup, kita ga dapet akses jalan, mau ga mau kalau kita sendiri pasti terjual…. P:Kebiasaan apa saja yang berubah pada masyarakat saat terjadinya perubahan penggunaan lahan? N: Kebiasaan yang berubah kebanyak alih profesi, ada yang jadi ojek, supir, macem-macemlah contohnya saya sendiri, dulu bapak ikut tani sama orangtua, sambilan abis pulang sekolah ikut tani sekarang karena lahan udah ga ada lagi cari kerja ya kebisaanya bawa mobil ya nyupir…. P:
Kalau untuk keadaan fisik apa memang dulu bagus untuk lahan
pertanian? N: Memang untuk lahan pertanian, ada yang untuk tani ikan, untuk tanaman tumbuhan… P: Apakah cocok keadaan fisik lahan kalau untuk permukiman/perumahan? N: ya kalau itu kan sudah cara dari pihak pengembang dengan bagaimana pun caranya bisa mereka olah jadi perumahan….
Lampiran 4 Pengelola Lahan Kelurahan Sawangan
Wawancara ke: 16 (enambelas) Narasumber
: Sri Heniyani
Umur
: 50 tahun
Pekerjaan
: Buruh tani
Waktu
: 15 Desember 2016, pukul 05. 25 WIB
130
Tempat
: Kelurahan Sawangan, Kecamatan Sawangan
P:Sejak kapan Ibu menggunakan lahan ini untuk pembangunan/menanam? N: sejak tahun 1999…. P:Apakah lahan yang di gunakan adalah milik sendiri? N: Bukan, lahan yang saya kelola milik P.T Sarana Akbar Laguna Sawangan, buat perumahan…. saya udah disini masih milik pribadi punya orang lalu pindah tangan sama P.T P:Apakah
tepat
keadaan
fisik
lahan
di
daerah
ini
untuk
pertanian/perkebunan? dan apa alasanya? N: untuk cocok tanam bagus, kalau untuk perumahan bagus si bagus tapi butuh biaya banyak…karena itukan harus diurug karena itu persawahaan… P: Tanamana apa saja dari hasil lahan yang ibu kelola? N: Tanaman padi, tapi kalau sekarang lagi tanaman sayuran seperti kangkung, lalapan dsb.. P:Berapakah penghasilan yang di dapatkan dengan menggunakan lahan di wilayah ini? N: ya sedikit banget sangat minim… meskipun ga ada sampingan ya Alhamdulillah… P:Adakah kebijakan dari pemerintah dalam mendirikan hasil panen? N: ga ada….. P:Apa alasan Ibu dalam pembangunan di sekitar daerah Kecamatan Sawangan ? atau alasan mempertahankan lahan yang Ibu kelola? N: ya habisnya mau apa lagi, kalau seandainya lahan itu dibangun atau diambil sama PT ya…. kita berhenti cocok tanam, kan tanahnya ga ada lagi…. ya nanti bisa juga dagang, tergantung keadaan… P: Kapan PT tersebut akan mengambil alih lahan tersebut? N: Belum tentu kapanya, kemarin katanya mau diambil sudah digusur, terus belum jadi, karena belum dapat izin untuk bangunan perumahan-perumahan, kalau untuk PT itu sudah ada dibangun sekitar daerah perbatasan di Parung
131
Bingung (Kecamatan Cinere), tapi untuk sebrang kesininya belum dapat izin jadi dia belum bisa bangun, dan akhirnya gusuran tadi kita tanamin lagi…
Lampiran 4 Pemerintah Kecamatan Sawangan Depok
Wawancara Ke
: 17 (tujuh belas)
Narasumber
: Hamidah
Pekerjaan
: Staf Kecamatan Sawangan Depok
Waktu
: 27 Desember 2016, pukul 10.00 WIB
Tempat
: Kantor Kecamatan Sawangan Depok
P: Pembangunan apa saja yang sedang berkembang saat ini di Kecamatan Sawangan? N: Pembangunan yang sedang berkembang saat ini ya infrasuktrur, jalan, jembatan,
pembangunan
turap,
ada
juga
pebangunan
perumahan,
dan
permukiman, yang sekarang cukup marak di Kecamatan Sawangan… P: Wilayah mana saja yang strategis dalam pembangunan di Kecamatan Sawangan? N: Wilayah yang strategis yang saya lihat mungkin yang masih banyak lahan kosong yah.. seperti Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pasir Putih, Pengasinan juga masih banyak lahan kosong, lahan tidurlah gitu.. P: Apakah yang menjadi daya tarik daerah Kecamatan Sawangan bagi penduduk dari luar daerah dan para pengusaha? N: Dari segi ekonomi yahh, ketertarikan penduduk luar untuk datang kesini mungkin lahan yang cukup strategis dan harga yang masih terjangkau, karena lahan-lahan yang mendekati ibu kota Jakarta seperti Beji, Margonda itu kan lahan sudah mahal.. Kalau di Sawangan masih relatif murah, dengan daerah yang cukup strategis, dan jangkauan ke Ibu Kota itu tidak terlalu jauh gitu..
132
P:Jika dilihat dari faktor fisik lahan, apakah daerah Kecamatan Sawangan lebih tepat dalam sebuah perencanaan pembangunan dibandingkan perencanaan dalam pertanian/perkebunan? N: kalau dari tanahnya sendiri si bagus ya, sebenarnya dari asal-usul orang tua dulu itu sebagaian besar petani, lahan pertanian dan lahan perkebunan, tapi untuk kesininya memang karena generasi mudannya jarang yang meneruskan apa yang sudah dilakukan pendahulunya banyak yang sudah berubah menjadi kontrakan, menjadi ruko…. sebenarnya kalau lahan memang bagus ya untuk pertanian, tapi mungkin secara SDMnya generasi muda lebih cenderung unuk kerja pabrik, kerja kantor, kerja apa gitu, jadi mereka tidak meneruskan apa yang sudah dirintis oleh pendahulunya…. P: Kebijakan apa saja yang dilakukan dalam alih fungsi lahan di Kecamatan Sawangan,
dengan
maraknya
pembangunan
seperti
permukiman,
perumahan, dan tempat usaha, maupun pusat pelayanan lainnya? N: kalau dari pihak pemerintah sendiri kita tidak bisa
menginterpensi ya..
misalkan seorang warga memiliki lahan yang luas.. kita tidak bisa menekan mereka harus meneruskan pertaniannya, harus tidak boleh dibangun.. kita tidak bisa menginterpensi seperti itu… paling kita menghimbau saja, mengarahkan, membina, kalau mereka sudah terjun ke dunia pertanian kita kembangkan, kita beri penyuluhan, tapi kalau merekanya ingin dibangun, misalnya dijual ke developer .. ke pengembang, sejauh itu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah kota ya… kita hanya bisa mengarahan saja, tidak bisa menginterpensi kalau sudah pertanian harus pertanian tidak boleh ada alih fungsi, karena kita tidak punya kewenangan sejauh itu.. Sejauh pengembang-pengembang itu membebaskan lahan dengan ketentuan dan syarat yang di berlakukan oleh pemerintah kota yaa kita.. mendukung saja… P: Kebiasaan atau kebudayaan apa saja yang telah berubah dan ditinggalkan dalam masyarakat untuk mengolah atau menggunakan lahan? N: Awalnya orangtua mereka semuanya petani, tapi generasi-generasi selanjutnya tidak ada yang meneruskan.. ada juga yang masih meneruskan masih mau mengelola lahanya seperti ditanami belimbing, ditanami jambu.. tapi sebagian
133
juga sudah meninggalkan, mereka beralih bekerja kantor, kerja pabrik, kerja buka ruko atau dagang … P: Adakah batasan dalam pembangunan baik perumahan, permukiman, maupun tempat usaha di Kecamatan Sawangan? N: Kalau batasan ada, harus kita batasi tapi kalau untuk lebih jelasnya, batasannya seperti apa, syarat-syaratnya, aturan-aturannya itu ada di BPMP2T (Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu), itu adanya di Walikota. Untuk lebih jelasnya nanti
atau secara detailnya sebuah developver boleh
membangun permahan itu syaratnya apa saja si… batasannya seperti apa si seperti itu..
134
Lampiran 5 Foto Hasil Observasi Lapangan Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Cinangka
Lahan Kosong daerah Kedaung
Pembanguna Perumahan Oasis
Pembangunan ruko modern
Beberapa petak sawah dan kebun di Kel.Cinangka Kelurahan Sawangan dan Kelurahan Sawangan Baru
Pembangunan perumahan disekitar daerah Kel. Sawangan dan Kel. Sawangan Baru
Kolam ikan atau empang di Kel. Sawangan Baru
135
Kelurahan Pasir Putih dan Kelurahan Bedahan
Lahan terbangun untuk tempat wisata dan ruko di Kel.Pasir Putih
Pembangunan perumahan serta lahan kosong yang sedang digarap warga Kel.Bedahan dan lahan kosong milik perumahan swasta
Kebun campuran milik warga yang masih bertahan di Kel.Bedahan
136
Kelurahan Pengasinan
Pembangunan ruko disekitar situ Pengasinan
Semak belukar disekitar pembangunan perumahan swatsa
Penjualan lahan dan pembangunan ruko di sekitar pinggir jalan raya Pengasinan
137
Lampiran 6 Foto Narasumber
Bapak Nawawi Penduduk Asli Kelurahan Bedahan
Bapak Otis Setiawan Pengelola Lahan Kelurahan Bedahan
Bapak Mikran Penduduk Pendatang Kelurahan Sawangan Baru
Bapak Rahadiyan Ketua RW 08 Kelurahan Sawangan Baru
Bapak H.Ismail (Mamin) Penduduk Asli Kelurahan Kedaung
Bapak Komarudin Ketua RW 03 Kelurahan Kedaung
138
Bapak Fauzi Ketua RT 03 Kelurahan Kedaung
Ibu Raumi Pengelola Lahan Kelurahan Cinangka
Bapak Sabenih Ketua RT 03 Kelurahan Cinangka
Bapak Asmat Pengelola Lahan Kelurahan Pengasinan
Bapak Junaedi Abdillah Penduduk Pendatang Kelurahan Pengasinan
Bapak H. Otong H. S Pengelola Lahan Kelurahan Pasir Putih
139
Ibu Eli Sartika Penduduk Pendatang Kelurahan Pasir Putih
Bapak Syamsul Penduduk Asli Kelurahan Sawangan
Ibu Rumyati Penduduk Asli Kelurahan Sawangan
Ibu Sri Heniyani Pengelola Lahan Kelurahan Sawangan
Ibu Ida Staf Kecamatan Sawangan Depok
140
Lampiran 7 Foto Kegiatan Wawancara
Wawancara dengan Bapak H. Ismail sebagai penduduk asli Kelurahan Kedaung
Wawancara dengan Bapak Komarudin sebagai ketua RW 03 Kelurahan Kedaung
Setelah wawancara dengan Ibu Raumi sebagai pengelola lahan Kelurahan Cinangka
Setelah wawancara dengan Bapak Fauzi sebagai ketua RT 03 Kelurahan Kedaung
Wawancara dengan Ibu Ida selaku Staf Kecamatan Sawangan Depok
BIODATA PENULIS
Siti Syarah, NIM 111201500089, Jurusan Pendidikan IPS (Geografi), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Bogor, 24 Oktober 1994. Bertempat tinggal di Jalan Jati RT 01 RW 06 No.50, Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahanda penulis Edi Susanto dan Ibunda penulis bernama Sumiyati. Riwayat
pendidikan,
TK
Aisyiyah
Bustanul
Atfal
47
Sawangan,
SD
Muhammadiyah Darul Arqom Sawangan Depok, SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok, SMA Muhammadiyah 07 Sawangan Depok. Skripsi ini di dedikasikan untuk orang tua tercinta. Semoga bermanfaat untuk sesama dan orang lain. Email:
[email protected].