PEMANFAATAN RUANG DI BAWAH TEGAKAN PINUS MELALUI PENANAMAN RUMPUT PAKAN TERNAK DI DESA TANALUM KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA
Oleh: Eming Sudiana Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto
lntisari
Kebutuhan penduduk terhadap daging ternak terus meningkat. Sedangkan ketersediaan lahan untuk pertumbuhan hijauan pakan ternak terus menurun. Tegakan hutan produksi milik Perhutani sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai lahan tumbuh hijauan pakan temak seperti rumput gajah Rumput gajah sangat adaptif terhadap naungan tegakan sehingga relative tidak mempengaruhi produktivitasnya. Lahan tegakan t ha dapat menyediakan hijaun pakan ternak bagi 2A ekor sapi.
1. Pendahuluan Laju pertumbuhan penduduk memaksa meningkatan laju konsumsi daging sapi. Laju konsumsi daging sapi tersebut ternyata tidak sebanding dengan laju pertumbuhan produksi daging sapi. Data Ditjen Peternakan (1997) menunjukkan bahwa selama periode 1987-1996 rataan laju peningkatan konsumsi daging sebesar 7,360/o per tahun. Kontribusi daging sapi
mencapai 21,27o/o dari populasi penduduk
lndonesia, menduduki urutan kedua setelah daging unggas (58,02%) dalam memenuhi kebutuhan daging masyarakat lndonesia. Pada periode yang sama konsumsi daging sapi tumbuh sebesar 4,43o/o, sedangkan produksi yang sebagian besar berasal dari peternakan rakyat, populasinya hanya tumbuh 2,33o/o. Dengan demikian, tanpa upaya-upaya peningkatan produksi, diduga akan terjadi pengurasan populasiternak, sehingga pada saaertentu akan terjadi kekosongan persediaan ternak.
Menteri Pertanian menjelaskan kepada Antara (2013), bahwa kebutuhan daging nasional pada 2A14 diprediksi akan meningkat hingga 6% dari 549.000 ton menjadi Rp 560.000 ton. Padahal pasokan daging dari dalam negeri diperkirakan hanya mencapai 80%, sedangkan sisanya yal
2Ao/o
harus impor. Dengan demikian
target program swasembada daging tahun 2414 akan sulit untuk diwujudkan. Hal tersebut disebabkan oleh sejumlah kendala teknis seperti sikap petemak sapi lokal dan
bio.unsoed.ac.id
pasokan sapi lokal yang terus mengalami penurunan. Berdasarkan angka Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah populasi sapi di lndonesia pada tahun 2A13 telah terjadi penurunan, yakni dari2O juta ekor pada tahun 2012 menladi 14 juta ekor pada tahun
2013. Berdasarkan catatan Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, impor daging sapi hingga 22 Desember 20'13 mencapai 55.840,6 ton atau meningkat 14.813,4 ton dibandingkan 2012yang hanya 41.027,2 ton (Antara,2013).
Konsekuensi dari keadaan tersebut, lndonesia harus melakukan impor. lmpor daging sapi awalnya hanya untuk memenuhi segmen pasar tertentu, namun kini telah memasuki segmen supermarket dan pasar tradisional. Peningkatan impor dipacu lagi
oleh adanya tuntutan konsumen terhadap kualitas daging dan harga daging impor yang cukup bersaing. Sehingga perlu ada upaya untuk menambah jumlah populasi
sapi seperti mendatangkan sapi betina impor dari luar negeri. Kepala Barantan menyatakan bahwa impor sapi bakalan hingga 27 Desember 2013 mencapai 312.687 ekor, naik 15.225 ekor dari tahun lalu yang hanya sebanyak 297.462 ekor. Sedangkan
impor sapi poiong selama tahun 2013 mencapai 94.949 ekor, padahal pada tahun 2013 tidak ada impor sapi potong (Antara, 2A1q. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa terdapat peluang yang
sangat baik bagi peternak untuk meningkatkan usaha budidaya ternaknya. Namun demikian kendala yang dihadapi dalam budidaya ternak besar seperti sapi adalah dalam hal penyediaan hijauan pakan ternak. Hal ini sebagai akibat semakin sempitnya lahan tempat tumbuh hijauan pakan ternak yang dimiliki oleh petemak. Lahan hijauan terdesak oleh kebutuhan lahan untuk tataguna lain seperti pertanian tanaman pangan
dan bangunan kantor maupun perumahan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencarian alternative penyediaan lahan pakan temak tanpa harus membuka hutan.
Salah satu alternative yang sangat potensial untuk penyediaan lahan tempat tumbuh pakan ternak adalah dengan memanfaatkan ruang kosong di bawah tegakan hutan produksi milik Perhutani. Selama ini ruang di bawah tegakan hutan produksi
milik Perhutani (hutan jati, pinus, maupun dammar) dibiarkan kosong tanpa pemanfaatan yang berpihak kepada masyarakat sekitar hutan. Perhutani lebih memihak kepada tumbuhan liar yang tumbuh subur di bawah tegakan hutan produksi.
Atas dasar hal-hal tersebut diperlukan adanya pemahaman tentang pemanfaatan ruang kosong di bawah tegakan hutan produksi.
2.
Potensi Lahan Kosong Di Bawah Tegakan Pinus
Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan pakan temak merupakan masafah umum dalam pengembangan ternak ruminansia (Mansyur,at. al.,2AA7).
bio.unsoed.ac.id
Solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan tersebut adalah dengan melakukan kerjasama kelompok tani peternak dengan Perhutani melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Tujuan utama PHBM adalah untuk melestarikan
hutan yang sekaligus dapat membantu mensejahterakan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan PHBM melalui penananaman tanaman pakan ternak
di bawah
naungan
hutan milik pedrhutani sangat menjanjikan untuk dikembangkan, karena petani
peternak yang memelihara rumput pakan ternak di bawah tegakan hutan akan turut
menjaga kelestarian hutannya dengan cara pengontrolan hutan sambil memelihara tanaman rumput setiap hari. Dengan demikian, melalui penanaman rumput di bawah tegakan, permasalahan keterlcatasan lahan untuk penaman hijauan akan terpenuhi dan sekaligus kelestarian hutan akan terjaga dengan baik, karena petemak melalui perjanjian mempunyai kewajiban menjaga dan memelihara tanaman utama kehutanan.
Rumput gajah yang ditanam di bawah tegakan pinus di Lembang Bandung (Sajimin dan Purwantari, 2010)
Selama ini masyarakat pada umumnya berpandangan bahwa rumput-rumputan (Gramineae) merupakan tumbuhan C4 yang sangat membutuhkan cahaya matahari
penuh. Pendapat ini ternyata telah mulai memudar dengan banyak bukti yang menunjukkan bahwa rumput-rumputan dapat ditanam di bawah tegakan/naungan dengan produksi yang tidak kalah dibanding lahan terbuka. Hasil penelitian Sajimin dan Punruantari (2010) mendapatkan bahwa produksi rumput gajah yang ditanam di
bawah naungan mencapai antara 20
-
29,5 ton/ha. Produksi tersebut tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian Seseray et al. (2013) pada lahan terbuka yakni antara 22,1
- 28,7 lonlha. Keadaan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh karena tumbuhan yang
didedah pada naungan akan meningkatkan produksi klorofil a dan b dibanding pada lahan terbuka. Selain itu, kandungan grana pada kloroflas lebih banyak, serta struktur kimia klorofil a pun berbeda pada cincin ll yakni mempunyai CH3, dan pada klorofil b memiliki CHO {Bjorkman, 1981). Ski dan Lost (1995) mendapatkan bahwa tumbuhan dengan intensitas cahaya rendah, menyebabkan terjadi perombakan protein (trytopan)
bio.unsoed.ac.id
menjadi senyawa indolik yakni auxin. Akibatnya tumbuhan akan memacu pertumbuhan
vegetative dan menunda pertumbuhan generatifnya. Pemanfaatan rumput gajah adalah bagian vegetatifnya, dengan demikian dapatlah dipahami apabila produksi rumput gajah yang ditanam pada lahan ternaungi tidak jauh berbeda dengan yang ditanam pada lahan terbuka.
Hutan produksi yang berbatasan dengan desa Tanalum kecamatan Rembang Purbalingga adalah hutan pinus. Jarak tanam pohon pinus tersebut adalah 3 m x 4 m.
Dengan demikian terdapat ruang kosong yang sangat lebar diantara pohon pinus tersebut yang sangat potensial untuk ditanami dengan hijauan pakan temak seperti rumput gajah. Jarak tanam rumput gajah hanya 75 cm x 75 cm. Apabila jumlah pohon
pinus per hektar sebanyak 750 batang, maka ruang kosong di bawah tegakan pinus tersebut dapat ditanami rumput gajah sebanyak 13.500 rumpun/ha. Panen perdana rumput gajah pada keadaan normal adalah 60
tanam. Sedangkan panen kedua dan seterusnya adalah 40
-
-
70 hari setelah
50 hari. Jumlah anakan
per rumpun 20 batang. Maka produksi rumput gajah per rumpun dapat mencapai minimal 3 kg. Dengan demikian, akan didapatkan produksi sebanyak 67.500 kg/ha. Apabila kebutuhan pakan sapi sebanyak 40 kg/ekor/hari (Suparman dan Azis, 2003),
maka hanya dibutuhkan 13 rumpun rumput gajah/hari/ekor sapi. Jika umur panen kedua dan seterusnya dengan interval 40-45 hari, maka agar pakan sapi tersedia
setiap hari, diperlukan 4A-45 hari
x 13 rumpun yakni 650 rumpun/ekor sapi.
Berdasarkan perhitungan kasar tersebui, dalam keadaan normal, potensi ruang kosong di bawah tegakan pinus dapat menyediakan pakan untuk 20 ekor sapilhektar. Perhitungan tersebut sesuai dengan hasil analisis Budiman dan Samsimar (1994) bahwa lahan rumput gajah seluas
3.
t
ha dapat mensuplai pakan bagi20 ekor sapi.
Budidaya Rumput Pakan Ternak Di Bawah Tegakan Pinus
Ketersediaan hijauan pakan ternak merupakan factor penting dalam budidaya
ternak baik sapi, kambing, maupun domba. Meskipun misalnya pada sapi potong hijauan pakan temak tidak mutlak, akan tetapi dari beberapa penelitian menjelaskan bahwa sapi-sapi yang hanya diberi jerami saja selama 5 bulan berturut-turut, akan
memacu kebutaan sapi. Oleh karena
itu peran hijauan sangat penting
dalam
menunjang kebutuhan nutrisi dan pro vitamin A yang tidak terdapat pada jerami kering. yang banyak diminati oleh petemak adalah rumput gajah {Panisetum purpureum Schumach). Salah satu
hry-aun
Rumput gajah merupakan tanaman yang cukup baik untuk kebutuhan hijauan
bio.unsoed.ac.id
pakan temak, baik dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktivitas hasil panen maupun
nutrisi (terutama kandungan serat) yang terkandung di dalamnya. Selain sebagai hijauan segar, apabila terjadi over produsi, rumput gajah dapat digunakan sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering {hays) ataupun fermentasi (silase). Dari segi agroklimat rumput gajah dapat tumbuh mulai dari ketinggian tempat 0 - 3.000 m dpl.
Tidak tahan terhadap genangan air maupun kekeringan, serta membutuhkan curah hujan antara 25A - 1.000 mmltahun (Badan Liibang Pertanian, 1996).
a.
Penyediaan Bibit Rumput gajah lebih banyak ditanam dengan metoda perbanyakan vegetative, yaitu
dari bibit stek. Stek yang banyak digunakan adalah dari stek batang dan memecah anakan (pols). Penyediaan bibit dari stek batang biasanya lebih mudah dan cepat dibanding memecah anakan. Namun demikian pertumbuhan bibit yang berasal dari stek batang lebih lambat dibanding bibit dari memecah anakan. Hal ini disebabkan bibit stek batang memerlukan waktu yang relative lama untuk menumbuhkan akar dibanding stek dari memecah anakan. Setek dari memecah anakan telah memiliki akar, sehingga pertumbuhannya lebih cepat.
b.
Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah sebaiknya adalah minimal yakni hanya mengolah atau menggemburkan tanah pada lobang tanam, serta tidak perlu dibuat guludan. Hal ini
untuk menjaga agar tidak terjadi erosi tanah pada saat terjadi hujan. Buat lobang tanam dengan jarak tanam dalam barisan 75 cm, dan jarak tanam antar barisan 75
- 150 cm.
c.
Penanaman Bibit
Tanam bibit rumput gajah berupa stek minimal 3 ruas, dimana 2 ruasnya adalah untuk ditanam masuk ke dalam lobang tanam.
d.
Pemuupukan
1. Pupuk dasar dapat berupa pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 3 toniha. 2. Untuk mempercepat pertumbuhan dapat dilakukan pemupukan susulan pada umur 15 hari setelah tanam dengan pupuk kimia majemuk (NPK) dengan dosis 60 kg/ha
3.
Pupuk cair, seperti urine kambing hasil fermentasi juga dapat digunakan sebagai pupuk cair dengan aplikasi disemprot ke tanaman. Dosis 400-500 ml
(2 cup air mineral) dicampur dengan 14 liter air (1 tangki Hand Sprayer). Penyemprotan dilakukan 1 dan 3 minggu setelah panen.
4.
Untuk mendapatkan produksi optimal, pemupukan lanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 kali per tahun, yaiiu 1 kali
bio.unsoed.ac.id
pada musim hujan dan 1 kali pada musim kemarau.
e.
Panen
Umur panen rumput gajah biasanya berbeda antara musim hujan dengan musim kemarau. Panen perdana rumput gajah dapat dilakukan setelah rumput berumur
minimal
60 hari setelah tanam (HST). Hal ini
dimaksudkan memberikan
kesempatan memperbesar rumpun melalui pembentukan tunas {anakan). Apabila panen dilakukan terlalu awal, maka tunas yang tumbuh biasanya tidak sebaik yang
di panen lebih dari usia 60 HST. Sedangkan panen berikutnya, pada musim hujan,
- 45 hari setelah panen sebelumnya (HSP), sedangkan pada musim kemarau biasanya antara 50 -
panen dapat dilakukan apabila rumput gajah telah berumur 40
60 HSP. Lebih dari waktu tersebut, kandungan nutrisinya akan menurun
dan
batang semakin keras sehingga bahan yang terbuang {tidak dimakan oleh ternak) semakin banyak. Panen dilakukan dengan cara memotong batang dasar rumput menggunakan sabit
yang tajam. Pemotongan dilakukan pendek sejajar dengan tanah. Tujuan pemotongan yang pendek tersebut adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas
yang kualitasnya sarna dengan tunas yang dipanen, serta menghindari pembusukan batang ketika terjadi hujan.
f.
Pengairan
Pengairan sangat diperlukan ketika terjadi kekeringan atau pada musim kemarau.
Untuk mendapatkan produksi yang tidak jauh berbeda antara musim kemarau
dengan musim hujan, maka diperlukan pengairan minimal 10 hari
sekali.
Pengairan ini dapat berpengaruh pada mempercepat umur panen.
4.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a.
Pengadaan temak sumber daging perlu ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk
Ruang kosong di bawah iegakan hutan milik perhutani sangat potensial untuk penanaman hijauan pakan temak seperti rumput gajah. c.
Keterbatasan lahan untuk pakan temak dapat diatasi dengan melakukan kerjasama
penggunaan lahan melalui program PHBM dengan Perhutani. d.
Pemanfaatan ruang
di bawah tegakan hutan milik petani tidak
mengganggu
kelestarian hutan, bahkan sangat membantu Perhutani dalam hal pengawasan setiap hari oleh petani A
bio.unsoed.ac.id
Rumput pakan temak secara fisiologis dapat teradaptasi dengan naungan tegakan
a dan b
serta auxin, sehingga tidak mengganggu
Lahan tegakan hutan produksi seluas
t ha dapat menyediakan hijaun pakan temak
melalui produksi klorofil produktivitas rumput f.
sebanyak 20 ekor sapi secaraberkelanjutan.
Daftar Referensi
Antara, 2413. Tahun depan kebutuhan daging nasional naik 6%. Siaran Radio Antarapada hari Senin, 16 Desember 2013 pukul 16.10 WlB. Antara. Jakarta. Antara, 2A13. lmpor daging sepanjang 2013 capai 55.840,6 ton. Siaran Radio Antara pada hari Sabtu 28 Desember 2013 pukul 07:59 WB. Antara. Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 1996. Mengenal jenis hijauan makanan temak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. BPTP Gedong Johor. Sumatra Utara. Borkman, O. 1981. Respon to differen quantum flux densitas. Lange, O.L., PS Nobels. BOsmon and Z. Zingler (ed). Fisiological plant ekologi: Respons to the physiological envorounment. Ensiklipedia. New series 12 A. Spring Verlag.
Budiman, H. dan D. Samsimar. 1994. Mengenal hijauan pakan ternak.Pusat Pustaka Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suparman, M. dan H.M.S. Azis. 2003. Formulasi pakan murah yang berkualitas untuk usaha penggemukan sapi bali. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan. Badan pednelitian dan Pengembangan PeteRnakan. Jakarta.
bio.unsoed.ac.id