I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96 89
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KOPI ARABIKA DALAM UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN 1 I Ketut Arnawa 2 , Ni Gst.Ag.Gd. Eka Martiningsih 2, I Made Budiasa 2 I Gede Sukarna 2 1
2
Program Ipteks Bagi Produk Ekspor Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jl. Kamboja 11 A Denpasar
Ringkasan Eksekutif Di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli ada beberapa subak abian dan koperasi tani yang anggotanya sebagai petani kopi arabika sekaligus melakukan penanganan pengolahan pasca panen olah basah (wet process). Hasil wawancara dengan kelihan (ketua) subak abian Bakti Yasa, Ketua Koperasi Tani Perkebunan Mulih Sari, dan eksportir kopi yang ada bahwa, permasalahan yang dihadapi UKM pada saat ini adalah bagaimana mempercepat proses pengolahan dan cara penanganan limbah. Berkaitan dengan penanganan limbah yang belum ditangani dengan baik, akan berpengaruh terhadap peningkatan volume ekspor. Karena beberapa pembeli (importir) tertentu penanganan limbah merupakan salah persyaratan yang harus dipenuhi oleh UKM. Tujuan dari program ini adalah memberikan pembinaan kepada UKM mitra dalam mempercepat proses pengolahan dan menangani limbah untuk peningkatan volume ekspor, peningkatan keutungan, dan upaya pelestarian lingkungan. Metode yang diterapkan adalah memberikan pelatihan kepada UKM mitra. Penentuan UKM menggunakan metode purposive sampling, yaitu Subak Abian Bakti Yasa dan Subak Abiah Muluh Sari dengan dasar pertimbangan keduanya orentasi produksi untuk ekspor. Setiap UKM dipilih 20 petani untuk diberi pelatihan. Sebelum dan sesudah pelatihan diberikan pre- test dan post-test. Hasil kegiatan dapat meningkatkan kapasitas pengupasan kulit buah dari 0,5 ton per jam menjadi 2 ton per jam dan pemanfaatan limbah dalam satu periode pengolahan, telah mampu meningkatkan keuntungan 4,5 % -7,5 % per tahun dan total omzet meningkat 19,67 % - 40,34 % Kata-kata kunci: kopi, penanganan limbah, keuntungan
Executive Summary In Kintamani District, the Regency of Bangli, there are some traditional farmer organizations (Subak and koperasi) which all of them actively on Arabica Coffee cultivation and doing wet processes post harvest production. According to interview conducted with the head of Subak Bakti Yasa, the leader of Mulih Sari Cooperation, and the existing exporters stated that the main problems faced by the small and medium enterprises (UKM) in the regency are how to accelerate processing and how to manage the waste of the coffee production processes. The waste management is one of important aspect would be implemented, because it will influent to the volume of product export. Recently the waste treatment is one
90 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96
of requirements for exporting product. The aims of this program are encouraging small enterprises in this area in the waste treatment program due to improve the export volume. Furthermore if the quality of product were enhanced, the coffee farmers would gain more benefit even maintaining the environment sustainability. This program using purposive sampling, and 40 participants from the small enterprises (Bhakti Yasa and Mulih Sari) were trained in waste management process. In the end of the program the participants were assessed by pre test and post test. Finally after the training activities, the capacity of pulping process were rose 0,5 ton to 2 ton per hours. The utilizing of whist product also give 4.5 % to 7.5 % beneficial impact per years and the rising of the coffee selling from 19.67 % to 40.34 % totally. Keywords: coffee, waste management, benefit A. PENDAHULUAN Kabupaten Bangli termasuk salah satu penghasil utama kopi, dimana kopi menjadi komoditas yang mendominasi dari sektor perkebunan, namun ekspor kopi dari Kabupaten Bangli masih rendah yaitu rata-rata 54,88% dari ekspor kopi Bali dengan nilai ekspor mencapai US$ 10,996.93 pada tahun 2005, US$ 11,809.62 pada tahun 2006, dan ekspor pada bulan Januari tahun 2007 mencapai US$ 848.17. Kecamatan Kintamani di Kabupaten Bangli merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi. Daerah ini memiliki ketinggian 900 s/d 1.600 m dari permukaan laut (dpl) yang merupakan syarat tumbuh optimum untuk tanaman kopi. Total luas perkebunan di Kintamani 8.949 ha, dari luasan tersebut 5.656 ha diantaranya merupakan lahan pertanaman kopi, dan sisanya 2.498 ha cengkeh, 425 ha kelapa, dan 82 ha kakao (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan, 2006). Kopi yang diusahakan petani di Kintamani adalah kopi arabika yang merupakan sumber pendapatan penting bagi petani. Potensi mutu citarasa kopi arabika dari Kintamani cukup baik dan ukuran bijinya besar-besar. Sebagian telah berhasil di-pasarkan ke segmen spesialty, demikian pula sebagian besar petani telah melaksanakan praktek budidaya yang baik, tetapi cara pengolahan pasca panen sebagain besar secara kering sehinga mutunya kurang baik. Kopi arabika Kintamani berpeluang untuk mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis (IG) dengan dasar pertimbangan antara lain; bermutu baik, masyarakat berhasrat untuk menjaganya, dikenal sebagai geography coffee, memiliki sejarah yang unik, agrosistem yang cocok untuk kopi arabika dan sistem pertaniannya homogen, ketinggian > 1.000 m dpl, petani telah memiliki kelembagaan yang kuat (subak abian), menajemen pertanaman khas dan relatif homogen yang didasarkan pada pengetahuan tradisional, merupakan produk penyegar yang sangat dipengaruhi oleh alam dan budaya setempat, nama Bali sangat dikenal di sektor pariwisata khususnya sebagai sumber barang-barang unik (Surif, 2006). Perlindungan IG diakui secara internasional berdasarkan perjanjian TRIPS yang merupakan salah satu lampiran dalam akta pendirian WTO. IG merupakan indikasi yang dapat menerangkan dengan jelas bahwa suatu produk berasal dari suatu kawasan atau wilayah tertentu suatu negara, memiliki kualitas baik,
I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96 91
reputasi (ketenaran) dan atau sifat-sifat lainnya yang secara mendasar (esensial) terkait erat dengan asal geografisnya (Surif, 2006). Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan agribisnis kopi arabika Kintamani adalah perbaikan mutu kopi biji (penanganan pasca panen) dan sistem pemasaran agar dapat masuk ke segmen pasar specialty (gaument, organik, fairtrade), peningkatan produktivitas lahan melalui peningkatan produktivitas tanaman kopi, diversifikasi tanaman, diversifikasi dengan ternak, pengembangan industri hilir dan memberikan perlindungan hukum (HKI) terhadap produk khas daerah dalam hal ini kopi arabika Kintamani. Sampai saat ini subak abian/Koperasi tani tersebut di atas memasarkan kopi hasil olahannya lewat PT. Indo Cafco dan PT. TAM dan selanjutnya kedua perusahaan ini mengekspor ke beberapa negara Timur Tengah, Jepang, Australia, Denmark, Belanda, USA, Korea dan Taiwan lewat Surabaya sehingga tidak tercatat pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bali. Sebagai bahan baku pengolahan adalah kopi glondong merah yang sebagian besar bersumber dari petani anggota subak. Kendala yang dihadapi dalam orientasi ekspor adalah kemampuan subak abian/Koperasi tani belum optimal dalam memproduksi kopi baik secara kualitas maupun kuantitas. Berkaitan dengan kualitas yang menjadi permasalahan adalah teknik pengolahan basah (wet Process) dan keterbatasan baik keterampilan maupun alat/mesin yang dimiliki. Kendala yang berkaitan dengan teknik pengupasan kulit buah meskipun telah menggunakan teknologi mesin pulper pinalense, kapasitas mesin relatif rendah yaitu 0,5 ton per jam, oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan kapasitasnya.. Potensi limbah kulit buah dengan proses olah basah (wet process) sangat besar, karena secara fisik limbah kulit buah kopi sekitar 48 % dari total berat buah kopi gelondong basah. Pada tahun 2010 UKM mitra Subak abian Bakti Yasa, mampu mengolah kopi gelondong basah 215 ton, berarti potensi limbah mencapai 103,2 ton dan Koperasi Tani Perkebunan Mulih Sari, kopi gelondong basah yang diolah mencapai 395,4 ton, berarti potensi limbah mencapai 189 ton, sehingga potensi limbah tersebut perlu dimanfaatkan baik untuk menambah keuntungan UKM juga untuk menjaga pelestarian lingkungan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan menurunkan volume ekspor, karena beberapa pembeli mensyaratkan penanganan limbah dalam pembelianya. Berkaitan dengan proses olah basah, kendala yang dijumpai adalah kapasitas pengupasan kulit buah yang relatif rendah dan potensi limbah kulit buah belum mampu ditangani dengan baik. Tujuan dari program ini adalah pembinaan terhadap UKM mitra dalam mengatasi kendala kapasitas pengupasan kulit buah dan pemanfaatan limbah kulit buah dalam upaya peningkatan volume ekspor, keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. B. SUMBER INSPIRASI Kendala yang dihadapi mitra yang terkait dengan masalah pemanfaatan limbah kulit buah dalam upaya peningkatan volume ekspor, peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan antara lain: (1) Aspek peralatan produksi, meliputi : membantu UKM mendapatkan peralatan untuk mempercepat
92 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96
proses pengolahan kopi (wet process) dan latihan menggunakannya; (2) Pembinaan teknik penanganan limbah, pembinaan penanganan limbah kopi sangat perlu diberikan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. C. METODE Metode yang diterapkan adalah memberikan pelatihan Ipteks kepada UKM mitra. Penentuan UKM menggunakan metode purposive sampling, yaitu Subak Abian Bakti Yasa dan Subak Abiah Muluh Sari dengan dasar pertimbangan keduanya orentasi produksi untuk ekspor. Setiap UKM dipilih 20 petani untuk diberi pelatihan, berupa teori yang dilaksanakan di dalam kelas dan dilanjutkan dengan praktek di lapangan. Untuk mengetahui efektivitas pelatihan, sebelum dan sesudah pelatihan diberikan pre- test dan post-test. D. KARYA UTAMA Pada tahun kedua program ini menghasilkan karya utama berupa (1) peningkatan kapasitas peralatan mesin pengupasan kulit buah (pulper), pengadaan mesin sortasi, dan mesin sangrai (2) pemanfaatan limbah kulit buah untuk peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. E. ULASAN KARYA 1. Aspek Peralatan Produksi Pada kegiatan ini membantu UKM mendapatkan peralatan untuk mempercepat proses pengolahan kopi (wet process) dan latihan menggunakannya. Selama ini UKM telah menggunakan mesin pulper pinalense untuk pengupasan kulit buah, namun demikian karena mesin sudah digunakan cukup lama, beberapa komponen dari mesin ini sudah tidak berfungsi secara optimal, karena cara penggunaan yang kurang baik (human error), atau kemasukan benda asing, hasil wawancara dengan ketua UKM mengatakan bahwa mesin tersebut pernah kemasukan paku, gunting pangkas, sehingga bouble plat komponen utama dari mesin pulper tersebut banyak yang rontok. Bouble plat adalah alat utama untuk pengelupas kulit buah, alat ini sangat selektif dalam memilih kulit buah yang dikelupas, yaitu hanya kulit buah kopi yang berasal dari kopi gelondong merah saja yang terkelupas, sedangkan yang berasal dari kopi bukan gelondong merah (kopi yang masih hijau/muda) akan luput dari alat ini. Karena bouble plat tidak berfungsi secara optimal, maka kapasitas produksi mesin pulper pinalense saat ini rendah, yaitu hanya mencapai ≤ 0,5 ton per jam, sehingga diperlukan perbaikan/penggantian bouble plat pada mesin pulper pinalense untuk dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Pengadaan boble plat dipesan dari negara Brasil, sebelumnya sudah dicoba untuk memperolehnya di Surabaya dan Malang, tetapi tidak ada yang cocok, dan hal ini dapat dipahami karena pulper pinalense dimpor dari Brasil. Dengan penggantian buoble plat ini kapasitas mesin dapat ditingkatkan mencapai 2 ton per jam. Pada kegiatan ini UKM Mulih Sari juga dibantu peralatan mesin sortasi, mesin yang ada sebelumnya tidak berfungsi optimal dan UKM memilih melakukan sortasi secara manual, dengan pengadaan mesin sortasi yang
I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96 93
kemampuan kapasitas produksinya mencapai 1 ton per jam, dengan lubang ayakan telah disesuaikan dengan grade kopi yang dinginkan, sehingga peningkatan volume ekspor UKM akan mudah dapat direalisasikan. Sedangkan untuk UKM Bakti Yasa dibantu dalam pengadaan mesin Sangrai, mesin sebelumnya mempunyai kendala dalam pengadaan bahan bakar yaitu solar yang kadang-kadang sulit diperoleh, oleh karena itu pada kegiatan ini UKM dibantu dengan mesin sangrai dengan bahan bakar Gas yang mudah diperoleh di lokasi kegiatan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam kompersi bahan bakar minyak tanah dengan bahan bakar Gas, sehingga bahan bakar gas relatif mudah diperoleh. Total kenaikan volume ekspor dari pengadaan peralatan tersebut di atas mencapai 19,67 % - 40,34 %. UKM Mulih Sari mampu menaikan volume ekspor senilai Rp 189.741.860,00 yaitu dari kegiatan tahun pertama volume ekspor senilai Rp 980.000.000,00meningkat pada tahun kedua menjadi Rp. 1.140.000.000,00 dan pada UKM Bakti Yasa mampu meningkatkan volume ekspor senilai Rp 281.695.194,00 yaitu dari tahun pertama kegiatan nilai volume ekspor Rp. 698.304.806,00 meningkat menjadi Rp. 950.258.140,00.
Gambar 1 : Bouble plat dan Mesin Pulper Pinalense 2. Aspek Proses Produksi Pemanfaatan limbah kulit buah untuk peningkatan keuntungan UKM dan pelestarian lingkungan. Pembinaan penanganan limbah kopi sangat perlu diberikan, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dengan melihat potensi yang cukup besar dari limbah kulit buah kopi cara olah basah (wet prosses) sehingga diperlukan teknologi untuk memanfaatkannya. Selama ini limbah di lokasi kegiatan terbuang begitu saja, limbah tersebut kalau dimanfaatkan langsung sebagai pakan ternak memiliki beberapa kelemahan antarara lain; kandungan gizi terutama proteinnya relatif rendah, kandungan serat kasar relatif tinggi, mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan ternak dan kandungan airnya tinggi sehingga mudah rusak. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan proses pengolahan, sehingga mutu gizinya dapat ditingkatkan disamping juga daya simpannya dapat diperpanjang. Dalam proses pengolahan diperlukan beberapa tahapan yaitu: fermentasi, pengeringan, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan. Proses fermentasi dilakukan untuk menghasilkan mutu gizi limbah dan menekan kadar senyawa yang dapat menghambat pencernaan pada ternak. Hasil penelitian Guntoro dkk. (2004) menemukan fermentasi dengan Aspergillus niger dapat
94 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96
meningkatkan kandungan protein limbah kopi dari 7,9% menjadi 12,41% dan dapat digunakan sebagai pakan ternak yang bermutu. Sehingga limbah kulit buah kopi tersebut seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk mengganti dedak sebagai komponen penting dalam ransum ternak, baik ternak (sapi, kambing, kerbau) maupun ternak non ruminansia (ayam, itik, dan babi). Sebelum digunakan Aspergillus niger terlebih dahulu perlu diaktivasi dengan menggunakan air bersih yang steril, ditambah gula pasir, Urea dan NPK. Untuk membuat larutan 10 liter Aspergillus niger diperlukan 10 liter air, 100 gr gula pasir, 100 gr Urea, 50 gr NPK dan 100 gr Aspergillus niger. Semua bahan tersebut dilarutkan di dalam ember yang bersih dan diaduk, selanjutnya dilakukan proses aerasi dengan aerator selama 24 – 36 jam. Limbah kulit buah kopi yang telah siap difermentasi ditaburkan pada permukaan media setebal 5 – 10 cm, selanjutnya disiram dengan larutan Aspergillus niger, dengan cara yang sama dapat dilakukan beberapa tumpukan kulit buah diatasnya. Penyiraman dapat dilakukan dengan gembor atau sprayer. Tumpukan limbah tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan karung goni atau palstik yang bersih selama 4 – 5 hari. Selanjutnya dilakukan proses pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat (dryer) dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Disamping itu pengeringan juga bertujuan untuk mempermudah proses penggilingan serta memperpanjang daya simpan. Pengeringan dilakukan hingga kadar airnya mencapai 12 – 14 % yang ditandai dengan perubahan tekstur yang mengeras dan warna menjadi kehitaman. Penggilingan dilakukan untuk memperoleh olahan limbah yang bentuknya lebih lembut (seperti tepung) sehingga mudah untuk dimakan dan dicerna oleh ternak. Penggilingan secara efisien bisa dilakukan dengan menggunakan alat atau mesin penggiling, dalam proses penggilingan dapat diatur bentuk dan ukuran tepung yang dikehendaki. Untuk pakan ternak ruminansia (sapi, kambing) bisa agak kasar, sedangkan untuk babi dan ayam sebaiknya bentuknya lebih lembut. Tepung hasil olahan limbah dapat langsung diberkan pada ternak, dapat pula disimpan dalam waktu yang cukup lama (6-10 bulan). Agar tepung limbah tidak cepat rusak dan mutunya dapat dipertahankan, dalam penyimpanan tepung perlu dikemas. Pengemasan dapat dilakukan menggunakan wadah kantong plastik yang ditutup rapat sehingga tidak kemasukan serangga atau mikriorginsme pengganggu. Pelatihan pemanfaatan limbah kulit buah kopi dilakukan dalam dua tahap yaitu, dalam bentuk penyuluhan di dalam kelas dan kemudian dilanjutkan dengan praktek langsung di lapangan. Untuk mengukur efektivitas penyuluhan dilaksanakan pre-test dan post-test. Hasil kegiatan menunjukkan ada peningkatan pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah buah kopi, kategori tahu meningkat 15 % dari 20% menjadi 35 %, kategori cukup tahu meningkat 17% dari 48 % menjadi 65 % dan kategori tidak tahu menurun dari 37 % menjadi 0%. Hal ini menunjukan sebenarnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah buah kopi untuk meningkatkan keuntungan UKM cukup baik yaitu, 65 % termasuk dalam kategori cukup tahu, namun demikian praktek pembuatan pakan ternak dari limbah kulit buah kopi masih mengalami kendala karena kesulitan dalam proses pengeringan ini mungkin karena dampak dari perubahan iklim
I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96 95
sehingga musim hujan relatif panjang dan tidak menentu. Pemanfaatan limbah kulit buah untuk pakan ternak, telah mampu memberikan tambahan keuntungan bagi UKM mencapai 4,5 % - 7,5 %. Tambahan keuntungan dari pemanfaatan limbah kulit buah kopi pada UKM Mulih Sari mencapai Rp. 8.538.300,- dan pada UKM Bakti Yasa mencapai Rp. 5.841.770,- per periode pengolahan
Gambar 2: Limbah Kulit Buah Kopi
Gambar 3 : Pakan Ternak dari Limbah Kulit Buah Kopi
F. KESIMPULAN Hasil kegiatan utama pada tahun kedua terdiri dari dua aspek yaitu; aspek peralatan produksi, dan aspek proses produksi hasil kegiatan telah mampu menambah keuntungan UKM 4,5 % - 7,5 % meningkatkan volume omzet 19,67 % - 40,34 % per tahun, penambahan investasi 10% dan perluasan pemasaran di tingkat regional dan di tingkat internasional yaitu ke negara Korea G. DAMPAK DAN MANFAAT KEGIATAN Dengan optimalnya kapasitas mesin dan meningkatnya kemampuan UKM dalam menggunakannya untuk mempercepat proses produksi seperti: mesin pulper pinalense, untuk pengupasan kulit buah, mesin sortasi, untuk menentukan mutu hasil (grade) maka UKM akan dapat memenuhi permintaan ekspor kopi specialty grade 1-2. Hal ini akan memacu UKM untuk meningkatkan produksinya
96 I Ketut Arnawa, et. al., Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1(1), 2010, 89-96
karena harganya yang lebih tinggi dari harga yang diterima sebelumnya. Dan mesin sangrai untuk proses pengolahan kopi bubuk untuk meningkatkan omzet permintaan pasar lokal. Meningkatnya kemampuan UKM dalam memanfaatkan limbah produksi untuk pakan ternak dapat menambah keuntungan dan keberlanjutan dalam proses produksi, karena limbah yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kerusakan pada tanaman, karena proses pengolahan dilakukan pada areal budidaya. H. DAFTAR PUSTAKA (1) Departemen Pertanian, 2002. Pedoman Teknologi Pengolahan Kopi. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian Jakarta. (2) Dinas Perdagangan dan Perindustrian Bali, 2007. Realisasi Ekspor Daerah Bali, Denpasar. (3) Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Bangli, 2007. Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan. Bangli. (4) Guntoro Suprio, Made Rai Yasa, Rubiyo, Nyoman Suyasa, Maria Sumartini, Desak Made Rai Puspa, Made Londra, Sriyanto, 2004. Laporan Akhir Pengkajian Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Ternak Kambing. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ali, Denpasar. (5) Retnandi dan Moeljrto Tjokrowinoto, 1991. Kopi. Kajian Sosial Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta (6) Rubiyo, Luh Kartini, I G A Mas Sari Agung, 2005. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Fisik dan Citarasa Kopi Arabika Varietas S795 di Bali. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Volume 8 Nomor 2, Juli 2005. (7) Spillance, James, 1990. Komoditi Kopi Peranannya dalam Perekonomian Indonesia, Kanisius, Yogyakarta. (8) Sri Najiyati dan Danarti, 1988. Budidaya Kopi dan Penanganan Lepas Panen, Swadaya Jakarta. (9) Surif, 2006. Sosialisasi Persiapan Perlindungan Indikasi Geografi (IG) Kopi Arabika. Kerjasama Dinas Perkebunan Propinsi Bali dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia I. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada (1) Direktur DP2M Dikti atas pembinaan dan dana yang telah diberikan, (2) Ketua LP2M Universitas Mahasaraswati Denpasar atas kesempatan dan bimbingannya, (3) Ketua Subak Abian Bhakti Yasa dan Ketua Koperasi Mulih Sari atas kerjasamanya.