Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong*) Ringkasan Telah dilakukan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan debu raw gas untuk memurnikan minyak yang diproduksi seaara tradisional untuk mendapatkan mutu minyak yang sesuai standar mutu minyak goreng menurut SII Debu raw gas merupakan produk hasil pembakaran batu kapur dan ore (tanah yang mengandung bijih nikel dan besi) pada cerobong tanur peleburan PT. Antam, Tbk. Pomalaa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar air, bilangan peroksida, dan kandungan asam lemak bebas secara signifikan sesudah perlakuan. Dosis optimal debu raw gas adalah 15 gr./100 mL minyak. Mutu minyak hasil perlakuan telah memenuhi syarat mutu minyak goreng menurut SII. Kata Kunci : debu raw gas, pemurnian, minyak goreng.
A. PENDAHULUAN Minyak kelapa yang diproduksi secara industri kecil dan rumah tangga, dibuat dari daging buah kelapa melalui cara sederhana yakni; buah kelapa yang sudah tua diambil daging buahnya kemudian diparut lalu diperas sari buahnya. Selanjutnya sari buah ini direbus hingga seluruh air yang terkandung menguap. Minyak berangsur mengapung dan dipisahkan dari endapan (blondo) dengan cara disaring. Minyak yang diperoleh disebut minyak kelapa atau minyak blending yang biasa juga disebut minyak Krenseng dan dipergunakan sebagai minyak goreng baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual. Mutu minyak kelapa hasil olahan tersebut belum memenuhi syarat untuk dikonsumsi sebagai minyak goreng, karena masih mengandung zat-zat pengotor yang perlu dihilangkan, sehingga perlu diproses lebih lanjut guna menghilangkan zat-zat pengotor yang dapat merusak kualitas minyak kelapa. Melalui proses pemurnian, akan dihasilkan minyak kelapa yang mempunyai sifat–sifat khas antara lain dapat bertahan lama bila disimpan, warnanya kuning jernih, serta tidak tengik, seperti yang dipersyaratkan dalam Standar Industri Indonesia (SII) untuk minyak goreng.
*)
Staf Pengajar pada Jurusan Kimia FMIPA UNHALU
1
Proses pemurnian ini dapat terdiri dari beberapa tahap, salah satu diantaranya adalah proses pemucatan warna (bleaching), penghilangan kotoran yang dapat dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah zat penyerap (absorben). Absorben yang biasa digunakan untuk memucatkan minyak antara lain arang aktif, sari buah mengkudu, (Mirnawati, 2004) , kombinasi arang aktif dan daun lidah buaya (Ridwan, 2005), dan tanah liat yang telah diaktifkan dengan asam sulfat, (Chadijah, 2006). Debu raw gas selama ini masih dianggap sebagai limbah dan belum termanfaatkan. Debu raw gas merupakan hasil pembakaran batu kapur dan ore (tanah yang mengandung bijih nikel dan besi) pada tanur peleburan PT. Antam, Tbk. Pomalaa.
Debu yang keluar dari cerobong, sebagian terkumpul dan
memadat pada dinding cerobong, yang lama kelamaan dapat menyebabkan penyumbatan, sehingga pada waktu-waktu tertentu dbersihkan dan dikeluarkan kemudian ditimbun ditempat penampungan akhir. Mengingat komposisi debu Raw Gas mirip dengan komposisi tanah liat yang telah diaktivasi dengan asam sulfat maka diharapkan bahan ini, dapat juga digunakan sebagai adsorben dalam proses pemurnian minyak kelapa tradisional, sehingga mutunya dapat ditingkatkan menjadi lebih baik sesuai Standar Industri Indonesia B. RUMUSAN MASALAH 1. Berapa nilai absorbansi, kadar air, bilangan peroksida, dan asam lemak bebas dari minyak kelapa tradisional sebelum dan setelah dilakukan proses adsorbsi menggunakan debu raw gas ? 2. Berapa jumlah debu raw gas yang digunakan yang memiliki daya adsobsi paling optimum untuk mendapatkan kualitas minyak kelapa tradisional yang sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII) ? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui nilai absorbansi kadar air, bilangan peroksida, dan asam lemak bebas dari minyak kelapa tradisional sebelum dan setelah proses adsorbsi. 2. Untuk menentukan jumlah debu Raw gas yang digunakan yang memiliki daya adsobsi paling optimum untuk mendapatkan kualitas minyak kelapa tradisional yang sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII)
2
D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Minyak atau Lemak Minyak atau lemak termasuk ke dalam kelompok senyawa yang disebut lipida, yaitu trigliserida, suatu zat alami yang merupakan ester dari gliserol dengan berbagai asam lemak.
Minyak atau lemak sebagai bahan
pangan dibagi menjadi dua golongan, yaitu: - Minyak atau lemak yang siap untuk dikomsumsi tanpa dimasak, misalnya mentega, margarine, dan lemak yang digunakan dalam kembang gula. - Minyak atau lemak dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan medium pembawa panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng, margarine, dan mentega putih. Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, minyak atau lemak juga berguna sebagai bahan pembuat sabun, bahan pelumas, obat-obatan dan lain-lain. 2. Kerusakan Minyak atau Lemak Kerusakan minyak atau lemak ditinjau secara kimiawi, dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : a. Ketengikan akibat Oksidasi Ketengikan ini tejadi karena proses oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tak jenuh dalam minyak atau lemak. Proses oksidasi dapat terjadi pada suhu kamar dan selama proses pengolahan menggunakan suhu tinggi. b. Ketengikan oleh Enzim Enzim dapat menyebabkan perubahan citarasa, warna, tekstur, dan sifatsifat dari bahan pangan.
Proses pemanasan dalam bahan pangan tidak
hanya untuk membunuh mikroba, tetapi juga untuk menonaktifan enzim sehingga bahan pangan stabil selama penyimpaman. c. Ketengikan oleh Hidrolisis Komponen zat yang berbau tengik dalam minyak atau lemak selain dihasilkan dari proses oksidasi dan enzimatis, juga disebabkan oleh proses hidrolisis lemak atau minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh berantai pendek.
3
3. Debu Raw Gas Hasil analisis terhadap komposisi kimia dari debu raw gas ini menurut Bianto (2007) mengandung 16,06% CaO, 19,48% MgO 12,96% SiO2 , 14,28% FeO dan 0,16% Ni. Komposisi ini mirip dengan komposisi tanah liat yang telah diaktifkan, mengandung ion-ion K+, Ca, Mg oksida, dan besi oksida (Chadijah, 2006). Pemanfaatan debu raw gas ini juga telah dicoba sebagai bahan pencampur semen Portland untuk plesteran pada metal running (Bianto, 2007). E. KONTRIBUSI PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Menghasilkan warna minyak kelapa tradisional yang
lebih jernih dan
memenuhi syarat mutu minyak goreng menurut Standar Industri Indonesia (SII) 2. Peningkatan mutu minyak goreng, sehingga dapat betahan lama dan higienis. F. METODE PENELITIAN Prosedur penelitian: 1. Sampel
minyak
kelapa
tradisional
diukur
serapannya
menggunakan
spektrofotometer UV-Visible, kadar air bilangan peroksida, dan asam lemak bebas sebelum dilakukan proses absorbsi 2. Sebelum digunakan, debu raw gas yang akan digunakan dipanaskan dalam tanur pada suhu 105 – 110oC selama 2 jam dan didinginkan kembali dalam desikator. 3. Kedalam settiap 100 mL sampel ditambahkan masing-masing 2,5 gr, 5 gr, 7,5 gr, 10 gr, 12,5 gr, 15 gr, dan 17,5 gr debu raw gas lalu diaduk kemudian didiamkan selama 3 jam dan disaring. 4. Sampel
hasil
pemurnian
diukur
kembali
serapannya
menggunakan
spektrofotometer UV-Visible, kadar air, bilangan peroksida, dan asam lemak bebasnya 5. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
4
G. HASIL DAN DISKUSI Data hasil pengukuran absorbansi, kadar air, bilangan peroksida dan asam lemak bebas sampel minyak kelapa sebelum dan sesudah perlakuan pada berbagai jumlah penyerap disajikan dalam tabel 1 berikut: Tabel 1 :
100 mL Minyak Kelapa Sebelum Perlakuan
Data Pengamatan terhadap mutu minyak kelapa tradisional sebelum dan sesudah pemucatan
Berat Absorbansi Absorben (A) (Gram)
0
1,652
2,5
0,25
5
0,143
7,5
0,138
10
0,13
12,5
0,126
15
0,121
17,5
0,12
Setelah Perlakuan
Uji
Kadar Air (%)
1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata 1 2 3 rerata
0,201 0,210 0,228 0,213 0,197 0,195 0,190 0,194 0,195 0,195 0,185 0,192 0,195 0,190 0,185 0,190 0,185 0,185 0,185 0,185 0,175 0,173 0,175 0,174 0,175 0,173 0,173 0,174 0,173 0,173 0,172 0,173
Bil. Peroksida Asam Lemak Bebas (mg O2/100gr) (%) 3,678 3,639 3,588 3,635 2,950 2,945 2,945 2,947 2,945 2,935 2,935 2,938 2,935 2,935 2,930 2,933 2,920 2,925 2,920 2,922 2,920 2,920 2,900 2,913 2,900 2,900 2,900 2,900 2,900 2,890 2,895 2,895
0,358 0,350 0,360 0,356 0,334 0,345 0,345 0,341 0,335 0,340 0,340 0,338 0,340 0,340 0,320 0,333 0,310 0,295 0,297 0,301 0,295 0,290 0,295 0,293 0,290 0,295 0,290 0,292 0,287 0,285 0,285 0,286
Dari tabel di atas tampak bahwa terdapat perbedaan mutu minyak setelah dilakukan pemurnian dibanding sebelum pemurnian. Absorbansi minyak turun
5
dari 1,652 menjadi 0,250 – 0,174 yang berarti minyak makin jernih. Kandungan air, bilangan peroksida, dan asam lemak bebas sebelum perlakuan berturut-turut adalah:
0,213 %, 3,635 mg O2/100 gram minyak, 0,356 %
dan setelah
penyerapan, kadar air turun menjadi 0,194 sampai 0,173 %, bilangan peroksida turun menjadi 2,931 sampai 1,399 mg O2/100 gram, demikian juga dengan kadar asam lemak bebas turun menjadi 0,341 sampai 0,286 %.. Hasil ini menunjukkan bahwa mutu minyak hasil pemurnian semakin meningkat dan telah memenuhi syarat mutu Standar Industri Indonesia (SII) untuk minyak goreng. Tabel 2. Syarat mutu minyak goreng menurut Standar Industri Indonesia (SII) No.
Uraian
Satuan
Persyaratan
1.
Keadaan (Bau dan Warna)
-
Normal
2.
Kandungan Air
%
Maks. 0,30
3.
Asam Lemak Bebas
%
Maks. 0,30
4.
Kadar Kotoran
%
Maks. 0,50
5.
Bilangan Peroksida
6.
Cemaran logam dan Arsen
mg O2 / 100 gr
Maks. 8
- Timbal (Pb)
mg/Kg
Maks. 0,1
- Tembaga (Cu)
mg/Kg
Maks. 0,1
- Besi (Fe)
mg/Kg
Maks. 0,1
- Arsen
mg/Kg
Maks. 0,1
Grafik hubungan antara berat absorben terhadap kadar air, bilangan peroksida dan asam lemak bebas pada gambar berikut menunjukkan bahwa daya absorbsi maksimum dari penyerap yang digunakan adalah 15 gr / 100 mL sampel minyak.
6
Grafik hubungan antara berat absorben Vs kadar
4 3,5
Absorbansi
3
Kadar
2,5
Kadar Air
2
Bil. peroksida
1,5
Asam lemak bebas
1 0,5 0 0
2,5
5
7,5
10
12,5
15
17,5
Berat absorben
Gambar Grafik Hubungan Antara Berat Absorben terhadap Kadar Air, Bilangan Peroksida dan Asam Lemak Bebas H. KESIMPULAN 1. Debu raw gas dapat digunakan untuk memurnikan minyak kelapa tradisional untuk meningkatksan mutu minyak. 2. Dosis debu raw gas yang baik adalah 15 gr/100 mL minyak 3. Mutu minyak yang dihasilkan dari proses ini telah memenuhi syarat mutu menurut Standar Industri Indonesia (SII) untuk minyak goreng. I.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan hadirnya logam-logam berbahaya yang kemungkinan terkandung dalam minyak hasil olahan menggunakan penyerap debu raw gas
DAFTAR PUSTAKA Anwar, C., B. Purnowo., (1994), “Pengantar Praktikum Kimia Organik”, FMIPA Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Bianto., Arif, (2007) “Pemanfaatan Debu Raw Gas Sebagai Bahan Campuran Semen Portland pada Lapisan Plesteran (Stamping) Metal Runner FENI I dan II Departmen Smelting Plant PT. Antam UBPN Pomalaa”, Sktripsi Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Kendari Chadijah, St., (2006), “Pemanfaatan Tanah Liat Sebagai Adsorben Pada Minyak Kelapa Tradisional”, Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo Kenndari
7
Kataren, S., (1986), “Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan”, UI Press Jakarta Mirnawati, (2004), “Analisis Tingkat Ketengikan Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Hasil Penjernihan dengan Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L)”, Skripsi. FKIP Universitas Haluoleo Kendari Ridwan, (2005), “ Analisis Kualitas minyak goreng Bekas (Jelantah ) Hasil Penjernihabn Dengan Menggunakan Arang Aktiv dan Lidah Buaya (Aloe vera L)” Skripsi. FKIP Universitas Haluoleo Kendari Standar Industri Indonesia (SII-0003-85) “Syarat Mutu Minyak Goreng” Sudarmaji, (1997), “Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian”, UGM, Yogyakarta Winarno, F.G., (1984), “Kimia Pangan dan Gizi”, PT Gramedia Jakarta
8