Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
PEMANFAATAN LIMBAH SPENT CATALYST PENGOLAHAN MINYAK SEBAGAI BATU BATA RINGAN Kasam Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Kampus Terpadu Jalan Kaliurang Km 14,4 Yogyakarta e-mail :
[email protected] ABSTRAK Pengelolaan limbah padat khususnya limbah spent catalyst dari industri pengolahan minyak bumi sudah banyak dilakukan dengan pembuangan pada suatu lahan (land disposal), namun demikian pengelolaan limbah yang sekaligus memanfaatkannya masih perlu ditingkatkan dalam aplikasinya. Penelitian ini dilaksanakan pada skala laboratorium dengan benda uji berupa kubus ukuran 10 x 10 x 10 cm. Bahan susun batu bata ringan terdiri dari bubur pasir, limbah spent catalyst, semen portland, tepung kapur, gypsum, dan aluminium powder. Penggunaan limbah spent catalyst dalam penelitian ini adalah sebagai substitusi bubur pasir masing-masing 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa, pemakaian limbah spent catalyst proporsi 10%, 20% dan 30% sebagai substitusi bubur pasir pada batu bata ringan menyebabkan peningkatan kuat tekan. Kuat tekan terbesar adalah 23,9 kg/cm2 pada proporsi limbah 30%, sedangkan kuat tekan batu bata ringan tanpa limbah spent catalyst (limbah 0%) adalah 19,0 kg/cm2. Pengujian lindi (leachet) dilakukan dengan metode Toxicity Characteristics Leaching Procedure (TCLP) untuk logam-logam Zn, Cu, Mn, Cr, Pb, dan Cd menunjukkan bahwa lindi yang terjadi memenuhi baku mutu yang ditentukan. Lindi terbesar adalah Pb, yaitu 0,642 mg/L sedangkan baku mutu 5 mg/L. Kata kunci : limbah spent catalyst, kuat tekan, leachet
ABSRTACT Waste management in particular catalyst waste of oil cracking industry has been many proposed by land disposal, but waste management by all at once reuse still be increased. This research is laboratory scale and application activity by make Lightweight Brick with 10 x 10 x10 cm in size. The Lightweight Brick materials are: used portlan cement, fine sand, calcium, catalyst waste, gypsum, and aluminium powder. The using of spent catalyst are as additive materials with proportion 0 %, 10%, 20 %, and 40 %. Based on the testing shown, that pressure strength at 10 %, 20%, and 30 % of catalyst waste increase. The higher pressure strength is 23,9 kg/cm2, while the normal Lightweight Brick (0 % waste) is 19,0 kg/cm2. The leaching experiment of heavy metal Zn, Cu, Mn, Cr, Pb, and Cd on monolite matrix (Lightweight Brick) by Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) shows that the leaching of heavy metal is requirement on standard. The greater leaching is Pb, that is 0,642 mg/L while standard is 5 mg/L. Key Words : Catalyst waste, pressure strength, Leaching
1. Pendahuluan Pengelolaan limbah khususnya spent catalyst pada pengolahan minyak bumi selama ini telah dilakukan. Metode pengelolaan yang banyak digunakan oleh industri adalah pembuangan pada suatu lahan (land disposal). Disamping metode land disposal, limbah spent catalyst juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan filler beton dan beton aspal (Lembaga Penelitian Unpad, 2000). Pemanfaatan limbah spent catalyst sebagai bahan bangunan merupakan hal yang sangat baik. Hal ini adalah sesuai dengan birarkhi kedua dalam konsep pengelolaan limbah yaitu birarkhi 1). minimize, 2). Reuse dan recovery. 3). Incineration, dan 4). Land disposal (Tchobanoglous, 1993). Pada sisi yang lain, kaitannya dengan kesehatan lingkungan adalah perlu diperhatikan. Hal ini diperlukan karena limbah spent catalyst pengolahan minyak bumi termasuk jenis limbah B-3 yang 182
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
bayak mengandung unsur-unsur logam berat. Pencemaran terhadap lingkungan oleh limbah spent catalyst yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dapat disebabkan oleh bercampumya limbah secara langsung maupun akibat lindi (leachet) yang terjadi pada hasil solidifikasi limbah tersebut. Berkaitan dengan pengelolaan limbah, khususnya dimanfaatkannya limbah spent catalyst sebagai bahan bangunan, maka perlu kiranya dilakukan sebuah kajian yang berkaitan dengan kinerja bahan. Kajian yang dilakukan mencakup kinerja penggunaan maupun tingkat kesehatan (bahaya pencemaran) terhadap lingkungan. Tinjauan masalah pada limbah spent catalyst yang di manfaatkan menjadi batu bata ringan dan akan digunakan sebagai bahan bangunan, maka diperlukan suatu kajian yang utamanya adalah berkaitan dengan kinerja produk. Kajian yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan karakteristik yang meliputi : berapa besar tingkat kekuatan batu bata ringan, berat volume, dan tingkat pelepasan zat-zat yang berbahaya dari bahan hasil solidifikasi. Penelitian yang dilaksanakan dilaboratorium dengan membuat matrik padat berupa batu bata ringan limbah spent catalyst bertujuan untuk menentukan karakteristik yang meliputi: pertama adalah menentukan sifat-sifat fisik (kuat tekan, berat volume hasil solidifikasi). Tujuan kedua adalah mengetahui seberapa besar tingkat pelindian (leaching) pada matrik padat hasil solidifikasi. Pemanfaatan limbah spent catalyst yang mengandung zat-zat berbahaya sebagai bahan bangunan telah banyak digunakan. Meskipun demikian kajian-kajian tentang tingkat pencemaran masih perlu dikembangkan. Berkaitan dengan penelitian tentang kinerja pada matrik padat hasil solidifikasi limbah spent catalyst. maka diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang pemanfaatan limbah-limbah sejenis dan menentukan tingkat pencemaran pada lingkungan akibat penggunaan bahan bangunan terbuat dari limbah khususnya limbah spent catalyst.
2. Landasan Teori Pengelolaan limbah dengan cara solidifikasi telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Di samping bertujuan untuk pengekangan atau imobilisasi zat-zat pencemar pada limbah, tidak sedikit dari matrik padat hasil solidifikasi dimanfaatkan menjadi bahan bangunan seperti batako, batu bata, beton dan batu bata ringan. Solidifikasi limbah spent catalyst dari pengolahan minyak bumi yang dibuat sebagai bahan bangunan berupa filler beton aspal dan mineral admixture beton telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton umur 28 hari dengan kadar spent catalyst 10% memberikan kuat tekan 347,25 kg/cm2, sedangkan untuk beton tanpa limbah, kuat tekan 338,95 kg/cm2 (Lembaga Penelitian Unpad, 2000). Secara umum, spent catalyst didefinisikan sebagai zat yang dapat mempercepat laju reaksi tanpa terkonsumsi selama reaksi. Spent catalyst dapat memperbesar laju reaksi karena dapat menghasilkan mekanisme baru yang mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi tanpa spent catalyst. Spent catalyst tidak dapat merubah kesetimbangan termodinamika reaksi, tetapi hanya mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi. Umumnya spent catalyst dapat digolongkan menjadi 2 kelas, yaitu spent catalyst homogen dimana semua zat yang terlibat dalam reaksi termasuk spent catalyst berada dalam satu fasa yang sama, dan spent catalyst heterogen dimana reaksi terjadi pada batas 2 fasa. Kebanyakan spent catalyst heterogen adalah padatan seperti halnya spent catalyst pada proses RCC (Residu Catalytic Cracking). Spent catalyst akan menurunkan energi pengaktivan, sehingga memudahkan terjadinya reaksi. Limbah spent catalyst ini digunakan pada suatu kilang minyak yang dilengkapi RCC sebagai suatu bahan untuk mengarahkan dan mempercepat laju reaksi produk utama yang diiginkan seperti : LPG (Elpiji), Propylene, Polygasoline, Naptha, LCD (bahan dasar diesel) dan Decant Oil (bahan dasar fuel oil). Sedangkan sifat-sifat limbah spent catalyst jenis Zeolit kristalin adalah kapasitas adsorbsi tinggi dan tidak bersifat korosif. Adapun rumus yang menyusun limbah spent catalyst jenis Zeolit kristalin adalah sebagai berikut : NaAlSiO.H2O dengan struktur reguler, yang merupakan hasil proses dari RCC. Limbah spent catalyst yang digunakan pada RCC ini adalah jenis yang mengandung unsur-unsur Oksida silica dan Alumina. Selain itu didalamnya juga mengandung unsur-unsur kecil lainnya, seperti : Sodium, Calsium, Magnesium dan Rare earth family (lanthanum, cerium). Sebagian unsur-unsur penyusun dari Zeolit kristalin merupakan sebagai bahan dasar bangunan (semen) seperti : Alumina, Silika dan Kalsium. Adapun komposisi kimia limbah spent catalyst sperti ditunjukkan pada tabel 1. Limbah spent catalyst proses pengolahan minyak bumi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3). Komposisi 183
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
limbah spent catalyst pengolahan minyak bumi terdapat kesamaan antara unsur-unsur penyusun limbah spent catalyst dengan unsur-unsur penyusun semen, sehingga limbah spent catalyst dapat digunakan sebagai bahan tambah dalam pembuatan batu bata ringan. Pengelolaan limbah. khususnya limbah bahan berbahaya dan beracun mempunyai beberapa kepentingan yaitu : mengurangi sifat toksik, misal dengan pengkapsulan/solidifikasi, memudahkan penanganan berikutnya, menghindari kontak dengan manusia, dan menjadi produk yang bermanfaat, misal sebagai bahan bangunan (Nugraheni, 1990). Tabel 1. Komposisi Kimia Spent dan Fresh Catalyst Spent Catalyst Parameter Satuan LimitDeteksi Fresh Catalyst (Duplicate) SiO2 % N/A 37,31 48,46 Al2O3 % N/A 40,49 44,20 Fe2O3 % 0,03 0,70 0,90 TiO2 % N/A 0,70 0,77 K2O % 0,01 0,08 0,17 Na2O % 0,002 0,05 0,09 CaO % 0,01 0,16 tt MgO % 0,001 tt tt As mg/kg 0,002 tt tt Ba mg/kg 0,1 tt tt B mg/kg 1 N/A N/A Cd mg/kg 0,005 4,00 4,00 Cr mg/kg 0,05 17,10 17,10 Cu mg/kg 0,02 4,00 4,00 Pb mg/kg 0,1 53,00 53,00 Hg mg/kg 0,0002 tt tt Se mg/kg 0,002 tt tt Zn mg/kg 0,005 76,00 76,00 Ni mg/kg 0,04 48,00 48,00 Sumber : Lembaga Penelitian UNPAD, 2004
Spent Catalyst 47,12 45,34 0,60 0,70 0,14 0,45 0,16 0,26 0,005 tt N/A 4,50 165,50 21,00 67,50 tt tt 105,00 14.760
Dalam pengelolaan limbah. maka terdapat empat elemen hirarkhi yaitu 1). reduksi sumber (source reduction), adalah mengurangi timbulan (minimize) limbah yang muncul pada sumbemya atau dapat digunakan kembali. 2). Pemanfaatan limbah (recycling of material) yaitu limbah dapat dimanfatkan menjadi suatu produk, 3). Pembakaran/pemusnahan (combustion) yaitu limbah dilakukan pemusnahan melalui cara pembakaran dengan perolehan energi. dan 4). Pembuangan (landfilling) adalah melakukan pembuangan dan penimbunan limbah (Tchobanoglous, 1993). Solidifikasi merupakan salah satu cara pengelolaan limbah dengan proses recycling yaitu limbah dapat dimanfaatkan menjadi sebuah produk dan saat ini sangat dianjurkan. Limbah diupayakan menjadi produk samping yang dapat digunakan baik sebagai industri itu sendiri maupun pada industri lain. Teknologi yang digunakan adalah dengan mencampur bahan tambahan (aditif) sehingga diperoleh matrik padat (monolit) yang disebabkan oleh reaksi kimia. Matrik padat tersebut diharapkan mempunyai sifat-sifat toksik rendah (tidak berbahaya), memudahkan penanganan selanjutnya, mengurangi produksi lindi (leachate} dan baik sebagai bahan bangunan (Nugraheni, 1990). Dampak yang potensial akan timbul dari pengelolaan limbah dengan metode solidifikasi/stabilisasi adalah terjadiya pelindian. Pelindian (leaching) didefinisikan sebagai cairan yang terkontaminasi zat-zat pencemar yang ditimbulkan dari limbah yang mengalami pengomposan atau pembusukan (Glynn Henry at all, 1996). Pelindian merupakan parameter yang sangat menentukan terhadap kualitas hasil solidifikasi/stabilisasi kaitannya dengan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu matrik padat sebagai hasil proses solidifikasi mutlak harus dilakukan pengujian. Salah satu metode untuk menentukan kualitas lindi adalah dengan Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP). Berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap komposisi lindi adalah: komposisi limbah padat, usia, operasi pada landfill, iklim, kondisi tanah dan air tanah sekitar landfill, dan kondisi landfill seperti temperatur, pH, kimia, dan aktifitas biologi (Edwarrd A Bean, at al, 1995). Matrik padat sebagai hasil dari proses solidifikasi adalah sekaligus digunakan sebagai bahan bangunan, yang dalam kegiatan ini di buat sebagai batu bata ringan. Batu bata ringan didefinisikan sebagai bahan bangunan yang mempunyai berat volume rendah (kurang dari 800 kg/m3) Bahan 184
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
susun batu bata ringan adalah terdiri dari semen porland, pasir silika, kalsium (CaO), air, dan bahan aditif. Batu bata ringan mempunyai berat volume rendah dan kuat tekan tinggi jika dibandingkan dengan batu bata biasa (Prima Rezeki, 2004). Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama dari silika kalsium yang bersifat hidrolis, bersama bahan tambahan yang biasa digunakan yaitu gypsum. Fungsi semen secara umum adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu massa yang kompak/padat, walaupun semen hanya kira-kira mengisi 10% 30% dari volume beton. Jika semen dicampur dengan air akan terbentuk adukan yang disebut pasta semen, sedangkan jika dicampur dengan air kemudian ditambahkan dengan agregat halus dan tepung kapur yang selanjutnya dicetak dengan tekanan.(Tjokrodimulyo, 1992). Pasir silika adalah butiran mineral alami yang didalamnya mengandung senyawa silika hingga 70 % berfungsi sebagai bahan pengisi sekaligus mampu mengikat dan mengembang dalam campuran atau adukan batu bata ringan. Pasir silika ini kira-kira menempati sebanyak 70 % volume bahan susun. Tekstur permukaan adalah suatu sifat permukaan yang tergantung pada ukuran apakah permukaan butiran termasuk halus atau kasar, mengkilap atau kusam. Secara umum permukaan butiran hanya disebut kasar, agak kasar, agak licin, dan licin. Tetapi berdasarkan pemeriksaan visual butir agregat, tekstur permukaan agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy), halus, berbutir kasar, berkristal (crystalline), berpori, dan berlubang-lubang. Tekstur permukaan tergantung pada kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan juga tergantung pada besar gaya yang bekerja pada permukaan butiran yang telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Air didalam adukan batu bata ringan mempunyai dua buah fungsi, yang pertama diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, yang kedua sebagai pelumas antara campuran butiran agregat dan semen agar dapat mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk berlangsungnya proses hidrasi, air yang dibutuhkan sekitar 25 % dari berat semen (Murdock, 1991). Salah satu sifat yang paling menonjol dari batu bata ringan adalah beratnya yang sangat ringan bila dibandingkan dengan batu bata atau batako pada umumnya, maka batu bata ringan akan mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1) Lebih mudah dalam hal pengangkutan dan pemasangan. 2) Dapat lebih hemat dibiaya struktur seperti fondasi, kolom, dan balok. 3) Cocok juga digunakan pada daerah yang tidak terdapat pasir 4) Karena berat struktur berkurang, maka beban gempa yang bekerja juga akan lebih kecil sehingga struktur diharapakan akan lebih aman dan sangat cocok untuk perumahan di daerah gempa.
3. Metode Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan kegiatan laboratorium dan aplikasi dilapangan dimana hasil-hasil dari pengujian berasal dari benda uji sesuai skala lapangan yang selanjutnya dilakukan pengukuran-pengukuran dilaboratorium. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya (skala lapangan) dan dapat dipertanggungjawabkan. Secara garis besar penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan: Persiapan bahan dan alat, pembuatan dan perawatan sampel uji, pengujian sampel, dan analisis hasil dan pembahasan. Komposisi bahan susun dalam penelitian ini adalah seperti pada tabel 2. Sedangkan proses pembuatan benda uji, secara garis besar adalah dengan tahapan berikut: 1) limbah spent catalyst dicampur dengan bubur pasir silika dengan memberikan air. 2) Semen portlan dicampur dengan CaO. 3) Selanjutnya seluruh bahan dimasukkan ke dalam satu bak pencampur dengan memberikan bubuk aluminium. 4) Pencetakan dan perawatan benda uji. Tabel 2. Bahan susun batu bata ringan (kg) No. 1 2 3 4 5
%catalyst 0 10 20 30 40
Bubur Pasir 1700 1530 1360 1290 1120
RCC 0 170 340 510 680
Semen 300 300 300 300 300
CaO 320 320 320 320 320
Gypsum 30 30 30 30 30
AP 0,120 0,120 0,120 0,120 0,120 185
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Parameter-parameter yang dilakukan pengujian adalah meliputi; karakteristik fisik dan kimia limbah (kandungan logam berat), kuat tekan, berat volume dan uji pelindian (leaching). Data yang didapat dari pengujian benda uji kemudian dianalisis dengan menggunakan rumusrumus sebagai berikut. Berat volume (Bv) =
W V
dimana W = berat benda uji, V = volume benda uji.
P A
Kuat tekan (f’c) =
dimana P = gaya tekan maksimum, A = luas bidang tekan. 4. Hasil dan Pembahasan Berat volume dan kuat tekan batu bata ringan Berat volume batu bata ringan yang didapat dari penelitian untuk berbagai variasi campuran dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1 dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Pemanfaatan limbah spent catalyst pada berbagai proporsi sebagai pengganti bubur pasir akan menghasilkan berat volume yang lebih besar dari pada tanpa menggunakan limbah spent catalyst. Dari tabel 3 ditunjukkan bahwa semakin bertambahnya proporsi limbah sampai 30 %, maka kuat tekan semakin miningkat namun demikian berat volumenya juga semakin bertambah. Berdasarkan hal tersebut, maka batu bata ringan dengan bahan susun limbah spent catalyst dapat direkomendasikan sebagai bangunan non struktur yaitu kuat tekan kurang dari 70 kg/cm2. Tabel 3. Kuat tekan rata-rata batu bata ringan No
Catalyst
Berat volume (kg/L)
1 2 3 4 5
0% 10 % 20 % 30 % 40 %
0,60 0,58 0,68 0,76 0,62
Kuat tekan (kg/cm2) 19,00 19,95 20,48 23,90 15,67
0.8
Berat Volume (kg/L)
0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0%
10%
20%
30%
40%
Spent Catalyst (%)
Gambar 1. Hubungan antara berat volume dan persentase spent catalyst
186
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
30
Kuat Tekan (kg/cm2)
25 20 15 10 5 0 0%
10%
20%
30%
40%
Spent Catalyst (%)
Gambar 2. Hubungan antara kuat tekan dan persentase spent catalyst Dan hasil pengujian kuat tekan terhadap benda uji batu bata ringan seperti ditunjukkan pada tabel 3 dan gambar 2, maka menunjukkan bahwa kuat tekan batu bata ringan mengalami perubahan pada setiap proporsi campuran limbah, pada campuran 0 % sampai 30 % limbah spent catalyst kuat tekan mengaIami kenaikan dan selanjutnya semakin menurun pada proporsi 40 %. Pemeriksaan Lindi (leachet) Hasil pengujian lindi dengan menggunakan metode Toxicity Characteristics Leaching Procedure (TCLP), maka didapatkan hasil seperti terlihat pada tabel 4 dan gambar 3. Tabel 4. Hasil Pengujian lindi
Catalyst 10 % 20 % 30 % 40 % Standart *
Zn 0,994 0,838 0,942 0,964 50
Hasil Pengujian (mg/L) Cu Mn Cr Pb 0,139 2,860 0,506 0,631 0,134 2,368 0,546 0,630 0,140 2,362 0,556 0,602 0,130 2,172 0,587 0,642 10 5 5
Cd 0,077 0,083 0,086 0,087 1
3.50
Leachet (µg/L)
3.00 2.50
Zn Cu
2.00
Mn Cr
1.50
Pb Cd
1.00 0.50 0.00 10%
20%
30%
40%
Spent Catalyst
Gambar 3. Hubungan antara leachet dan persentase spent catalyst 187
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
2
Campuran 30 % menunjukkan bahwa kuat tekan yang terbesar yaitu 23,90 kg/cm , sedangkan kuat tekan terendah pada proporsi campuran limbah 40 % yaitu sebesar 15,67 kg/cm2. Terjadinya fenomena kuat tekan seperti pada tabel 3 serta gambar 2 dapat disebabkan oleh hal-hat yang berkaitan dengan: kandungan kimia dan bentuk fisik serta tekstur pada limbah spent catalyst. Kandungan kimia dalam bahan susun batu bata ringan dapat berpengaruh terhadap proses terjadinya pengikatan maupun pada proses pengerasannya. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa kandungan silika (SiO) dalam limbah sebesar 48,46 %, ha1 ini akan menyerupai unsur silika pada semen porland yang dapat membantu pengikatan. Penyebab lain dari terjadinya perubahan kuat tekan batu bata ringan adalah karena bentuk fisik dan tekstur dari limbah yang lebih halus dari pasir. Hasil penelitian yang dilaksanakan terhadap masing-masing proporsi campuran dengan menggunakan metode TCLP seperti ditunjukkan pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa logam-logam berat yang terlepas dari matrik padat (batu bata ringan) perbedaannya tidak signifikan. Apabila mengacu pada TCLP yang berlaku sesuai Ka Bapedal No. 04/BAPEDAU09/95 serta EPA tentang pengujian menggunakan metode TCLP, maka limbah spent catalyst yang dipakai sebagai bahan campuran batu bata ringan adalah memenuhi syarat-syarat tentang pelindian. 5. Kesimpulan Dari serangkaian pemeriksaan dan pengujian terhadap karakteristik benda uji batu bata ringan dengan penambahan limbah spent catalyst, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : a) Sifat fisik batu bata ringan, khususnya kuat tekan dan berat volume mengalami perbedaan pada setiap presentase limbah. Dimana kuat tekan terbesar pada proporsi limbah 30 % yaitu 23,9 kg/cm2. Sedangkan berat volume semakin besar sejalan dengan bertambahnya limbah. b) Pelindian yang diuji dengan metode TCLP menunjukkan bahwa lindi yang terjadi masih di bawah standar baku mutu Ka Bapedal No. 04/BAPEDAL/O9/95 serta EP A. Daftar Pustaka ---------- Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,1999. Edward A. Bean, Frank A Rovers, Grhame J. Farquhar, Solid Waste Landfill Engineering And Design, Prentice-HaIl, Inc, New Jersey, 1995. Lembaga Penelitian Unpad, Implementasi dan Sertifikasi Pemanfaatan Spent Catalyst Bekas Sebagai Filler Beton Aspal dan Mineral Admixture Beton Struktur dan Non Struktur, Unpad- Bandung, 2000. Murdock. L. J, Brook K. M, Hindarko S, Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, 1999. Prima Rezeki, Primacon, Bata Ringan – Ekonomis, Serang, Banten, 2004 Tjokrodimulyo, K., Teknologi Genteng beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta, 1992. Tchobanoglous, at all, Integrated Solid Waste Management Engineering and Principles and Mangement Issues, McGraw-Hill, New York, 1993.
188