7
Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani Jerami yang selama ini hanya dibakar saja oleh petani menyimpan potensi besar sebagai pupuk organik. Jerami padi diolah menjadi kompos dengan cara yang mudah dan murah. Kandungan hara dalam kompos jerami cukup besar dan bisa memenuhi kurang lebih setengah dari kebutuhan pupuk petani. Kompos jerami memiliki potensi hara dan nilai ekonomi yang sangat besar. Pemanfaatan kompos jerami ini oleh petani dapat menghemat pengeluaran negara untuk subsidi pupuk dan mengurangi konsumsi pupuk kimia nasional.
Jerami, potensi yang disia-siakan Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun, antara lain: kelangkaan pupuk di musim tanam, harga pupuk yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu, dan beban subsidi pemerintah yang semakin meningkat. Beberapa upaya dan program telah digulirkan oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian RI, sebagai contoh, subsidi pupuk kimia untuk petani. Banyak penyelewengan dalam implementasi subsidi pupuk untuk petani yang menyebabkan kerugian baik pemerintah maupun pada petani.
Gambar 1. Tumpukan jerami limbah tanaman padi Alternatif dari pupuk kimia adalah pupuk organik. Pemerintah mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik sebagai penganti/alternatif pupuk kimia. Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk memberikan subsidi pupuk organik. Penyediaan pupuk organik bersubsidi diserahkan kepada BUMN dengan mekanisme distribusi yang mirip dengan pupuk kimia. Beberapa tahun sebelumnya pemerintah juga pernah mengeluarkan program GO ORGANIK 2010, tetapi gaung program ini seperti kurang terdengar. Penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama beberapa dekade ini membuat petani tergantung pada pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia yang intensif dan belebihan dalam jangka panjang menyebabkan kesuburan tanah dan kandungan bahan organik tanah menurun. Kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa diperkirakan menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah rendah, kebutuhan pupuk meningkat, dan produktivitas lahan yang semakin menurun. www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi
8
Petani melupakan salah satu sumber daya yang dapat menyediakan unsur hara tanaman, mempertahankan kesuburan tanah dan menambah bahan organik tanah, yaitu: JERAMI. Petani memiliki kebiasaan membakar jerami setelah panen. Pemanfaatkan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas sawah. Kompos jerami adalah bahan yang sangat potensial untuk meningkatkan kandungan bahan organik di sawah-sawah. Penggunaan kompos jerami secara rutin dapat menurunkan penggunaan pupuk kimia, seperti yang telah dibuktikan oleh Bp. H. Zakaria, KTNA Kab. Bogor. Bertahun‐tahun sebelumnya Pak H. Zaka menggunakan pupuk kimia sebanyak 150 – 200 kg NPK/ha. Setelah menggunakan kompos jerami selama kurang lebih 5 – 6 kali musim tanam dosis pupuk kimia dapat dikurangi hingga dosis 75 kg NPK/ha. Produksi padi cenderung tetap, tetapi kualitas padi yang dihasilkan meningkat, seperti: padi lebih pulen dan tidak cepat basi. Tantangan-tantangan Pemanfaatan Jerami oleh Petani
Gambar 2. Pembakaran jerami setelah panen oleh petani Usaha untuk merubah kebiasaan petani agar memanfaatkan jerami untuk kompos tidak mudah. Petani Indonesia memiliki kebiasaan membakar jerami sisa‐sisa panen. Alasannya adalah lebih cepat dan murah untuk membersihkan sisa panen tersebut. Petani juga memiliki karakter untuk melihat bukti terlebih dahulu kemudian baru bersedia mengikuti. Menggalakkan penggunaan kompos jerami oleh petani memerlukan usaha yang komprehensif dan berkesinambungan. Pemerintah perlu membuat sebuah program penggalakkan penggunaan kompos jerami. Program ini meliputi semua aspek kompos jerami antara lain: perangkat kebijakan, diseminasi, transfer teknologi, penyediaan sarana, dan pendampingan dan penyuluhan pada petani untuk membuat kompos jerami. Waktu jeda antara waktu panen dengan musim tanam berikutnya kurang lebih 2 – 3 bulan. Jeda waktu ini adalah saat yang tepat untuk membuat kompos jerami. Pembuatan kompos jerami dengan cara konvensional membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan. Lama waktu pembuatan kompos ini salah satu penyebab enggannya petani membuat kompos. BPBPI telah membuat sebuah inovasi teknologi yaitu PROMI yang dapat mempercepat waktu pengomposan hingga 3 - 4 minggu dan memperkaya kompos jerami dengan mikroba biofertilizer.
www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi
9
Gambar 3. PROMI, mikroba dekomposer dan pengaya untuk pembuatan kompos jerami Kompos jerami harus bisa dibuat secara mudah. Anjuran untuk mencacah jerami sebelum dikomposkan sulit dilakukan oleh petani. Kondisi sawah yang di lereng-lereng atau hamparan sawah yang luas menyulitkan petani untuk membawa mesin pencacah bantuan dari pemerintah. Kesulitan ini bertambah ketika harga solar yang naik karena pemerintah mengurangi subsidi BBM. Oleh karena itu teknologi pembuatan kompos jerami haruslah mudah diterapkan dan murah. Kompos jerami yang dibuat dengan PROMI tidak memerlukan pencacahan. Anjuran pemerintah untuk memberi beberapa bahan tambahan dalam pembuatan kompos jerami tidak mudah dilaksanakan, seperti: pupuk kandang, kapur, dedak, molasses, dan lain‐lain. Pupuk kandang tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup dan merata di seluruh sawah, demikian pula molasses yang tidak tersedia di sebagian besar wilayah pertanian. Ketidak tersediaan bahan‐bahan tambahan tersebut membuat petani tidak mau untuk membuat kompos jerami. Pembuatan kompos jerami dengan PROMI tidak memerlukan penambahan bahan apapun, sehingga lebih mudah dan murah dilaksanakan oleh petani. Strategi Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik Berdasarkan beberapa pengalaman tersebut di atas, pembuatan kompos jerami harus dapat dilakukan dengan cara yang SEDERHANA, MURAH, dan MUDAH, yaitu: 1. Pengomposan jerami dibuat di lokasi di mana jerami di panen, 2. Pengomposan jerami dilakukan tanpa pencacahan dan tanpa penambahan bahan‐bahan lain yang sulit diperoleh oleh petani. 3. Pengomposan jerami dapat dibuat dengan biaya yang semurah mungkin dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. 4. Pengomposan jerami tidak memerlukan mesin atau alat yang rumit dan mahal. Pengomposan jerami harus bisa dibuat dengan peralatan sederhana yang tersedia di sekitar sawah atau mudah diperoleh oleh petani. www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi
10
Gambar 4. Kompos jerami yang sudah matang dibuat dengan PROMI BPBPI mengembangkan teknologi pengomposan jerami dengan PROMI yang memenuhi persyaratan di atas. Penambahan PROMI dapat mengurangi lama pengomposan hingga tiga sampai empat minggu. Waktu pengomposan ini kurang lebih sama dengan waktu jeda antara panen dengan waktu tanam berikutnya. Proses pembuatan kompos jerami dengan PROMI bisa dilihat di link video berikut ini: http://goo.gl/Di8BJ Multimanfaat Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik Manfaat kompos jerami tidak hanya dilihat dari sisi kandungan hara saja. Kompos juga memiliki kandungan C‐organik yang tinggi. Penambahan kompos jerami akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemakaian kompos jerami yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah, mengembalikan kesuburan tanah, dan memperbaiki struktur tanah yang rusak.
Gambar 5. Pertumbuhan mikroba dekomposer PROMI pada kompos jerami www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi
11
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesuburan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan‐peranan kunci bahan organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok [1], yaitu: A. Fungsi Biologi: menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme tanah, termasuk mikroba tanah yang berperan dalam penyerapan dan penyediaan hara, menyediakan energi untuk proses‐proses biologi tanah, memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah. B. Fungsi Kimia: merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah, penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah, menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K. C. Fungsi Fisika: mengikat partikel‐partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, perubahahan moderate terhadap suhu tanah. Fungsi‐fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah. Nilai Hara dan Nilai Ekonomi Kompos dari Jerami Padi Menurut Kim dan Dale (2004) [2] potensi jerami kurang lebih 1,4 kali dari hasil panen. Rata‐rata produktivitas padi nasional adalah 48,95 ku/ha, sehingga jumlah jerami yang dihasilkan kurang lebih 68,53 ku/ha. Produksi padi nasional tahun 2011 sebesar 69,05 juta ton (Berita Resmi Statistik, BPS 1 Maret 2013 3), dengan demikian produksi jerami nasional diperkirakan mencapai 96,67 juta ton. Potensi jerami yang sangat besar ini sebagian besar masih disia‐siakan oleh petani. Pemanfaatan jerami dalam kaitannya untuk menyediakan hara dan bahan organik tanah adalah merombaknya menjadi kompos. Rendemen kompos yang dibuat dari jerami kurang lebih 60% dari bobot awal jerami, sehingga kompos jerami yang bisa dihasilkan dalam satu ha lahan sawah adalah sebesar 4,11 ton/ha. Andaikan semua jerami dibuat kompos akan dihasilkan kompos sebanyak 58 juta ton secara nasional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) kandungan hara kompos jerami yang dibuat dengan PROMI adalah sebagai berikut: Rasio C/N 18.88 C‐ organik (%) 35.11 N (%) 1.86 P2O5 (%) 0.21 K2O (%) 5.35 Kadar air (%) 55.00 *) data kandungan hara berdasarkan berat kering kompos www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi
12
Dari data analisa di atas, kompos jerami PROMI memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering. Jumlah hara ini kurang lebih dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani. Di tingkat nasional, potensi nilai hara dari kompos jerami adalah setara dengan 1,09 juta ton Urea, 0,15 juta ton SP36, dan 2,35 juta ton KCl atau total 3,6 juta ton NPK. Jumlah ini kurang lebih 45% dari konsumsi pupuk nasional yang mencapai 7,9 juta ton tahun 2007 (APPI, 2009) [4]. Jika kandungan hara ini dinilai dengan harga pupuk kimia (HET4), maka kompos jerami secara nasional bernilai Rp. 5,42 trilyun.
Gambar 6. Pertumbuhan padi yang subur yang dipupuk dengan kompos jerami
Referensi: [1] CSIRO, 2013. Why Soil Organic Matter matters. http://www.csiro.au/Outcomes/Foodand-Agriculture/soil-organic-matter.aspx (diakses pada 2 July 2013). [2] Kim, Seungdo and Bruce E. Dale, 2004. Global potential bioethanol production from wasted crops and crop residues. Biomass and Bioenergy, 26, pp. 361‐375. [3] Data diperoleh dari http://www.bps.go.id , didownload pada tanggal 7 Juli 2013. http://bps.go.id/brs_file/aram_01mar13.pdf/ . [4] Data diperoleh dari Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) http://www.appi.or.id/?statistic , didownload pada tanggal 3 Mei 2009
www.ibriec.org Juli 2013: 1(1) 7-12
Penulis: Isroi