PEMANFAATAN AMPAS PENYULINGAN DAUN NILAM SEBAGAI BAHAN LITTER PADA PEMELIHARAAN AYAM BROILER Siti Nurawaliah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Minyak nilam merupakan hasil penyulingan (destilasi) uap dari daun nilam kering (berupa campuran ranting dan daun). Hasil sampingan dari penyulingan minyak nilam adalah limbah yang terdiri dari ampas sisa daun dan batang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat dupa, obat nyamuk bakar, pupuk kompos dan bahan bakar penyulingan. Sedangkan air sisa penyulingan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk aromaterapi. Dalam bidang pertanian selain bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos juga bermanfaat sebagai penolak beberapa jenis serangga pertanian diantaranya penolak hama pada pada tanaman lada. Dalam bidang peternakan limbah penyulingan yang berupa ampas penyulingan daun nilam dapat dimanfaatkan sebagai bahan litter pada pemeliharaan ayam broiler. Budidaya ayam broiler yang dipelihara dengan menggunakan lantai litter umumnya menggunakan bahan litter dari sekam, kertas, pasir, kulit kacang, serbuk gergaji, sabut kelapa dan jerami padi. Sebagai bahan litter, ampas dari penyulingan daun nilam yang masih mengandung minyak atsiri selama pemeliharaan ayam broiler dapat menekan gejala koksidiosis. Penggunaan ampas penyulingan daun nilam sebagai litter dalam pemeliharaan ayam broiler bermanfaat sebagai bahan litter dapat menekan gejala koksidiosis karena masih mengandung flavanoid dan saponin. Potensi minyak atsiri nilam yang ada diharapkan dapat memberikan peluang untuk menggunakan minyak nilam dan limbahnya agar lebih bermanfaat baik dalam bidang pertanian maupun peternakan khususnya di sentra penyulingan minyak nilam. Kata kunci : Litter, ampas penyulingan, daun nilam
Pendahuluan Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pemeliharaan ayam pada musim kemarau maupun musim penghujan sama-sama memerlukan penanganan yang agak berbeda. Pada musim penghujan mempunyai kelembaban tinggi, hal ini memicu bibit penyakit untuk tumbuh subur, sedangkan pada musim kemarau memicu infeksi saluran pernapasan dan heat stress. Salah satu permasalahan perkandangan yang memerlukan penanganan khusus pada pemeliharaan ayam broiler adalah litter. Bahan litter merupakan salah satu perlengkapan yang harus disediakan dalam pemeliharaan ayam broiler dengan lantai litter. Muharlien, et al. (2011) menyatakan bahwa kandang yang lantainya diberi alas (litter) berfungsi untuk menyerap air agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam, karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah menyerap air, tidak berdebu dan Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 587
tidak basah. Hal ini didukung oleh Tobing (2005) yang menyatakan bahwa alas kandang harus cepat meresap air karena litter mempunyai fungsi strategis sebagai pengontrol kelembaban kandang, tidak berdebu dan bersifat empuk sehingga kaki ayam tidak luka/memar. Penggunaan litter yang baik dan segar menghasilkan bulu yang bersih, pertumbuhan normal, konversi pakan baik, problem koksidiosis dapat terkontrol dan amoniak dalam kandang dapat dikurangi (North, 1984), sedangkan faktor yang mempengaruhi litter terhadap perkembangbiakan mikroba yaitu temperatur, kelembaban dan kandungan nutrisi litter (Rothrock et al., 2008). Bahan yang dapat digunakan sebagai litter adalah limbah pertanian atau limbah pengolahan kayu yang mempunyai sifat menyerap cairan, ringan (low density), harganya murah, mudah didapat, tidak berdebu, aman (tidak beracun), dan kontinyu keberadaannya. Ampas dari penyulingan daun nilam merupakan limbah pertanian yang masih mengandung minyak atsiri dan saat ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan sebagai pupuk, sedang minyak atsiri dapat dimanfaatkan sebagai anti bakteri, anti jamur, antiseptik serta anti mikroba. Yuliani et al. (2005) menyatakan bahwa di dalam limbah penyulingan serta ekstrak limbah nilam, masih banyak mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, saponin, glikosida, triterpenoid dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini ternyata cukup tahan pemanasan karena selama proses penyulingan masih dapat bertahan (tidak rusak), hal ini berarti bahwa limbah penyulingan minyak nilam masih memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam produk sesuai dengan kegunaan senyawa senyawa tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat ampas penyulingan daun nilam sebagai bahan litter pada pemeliharaan ayam broiler.
Manfaat Minyak Atsiri Nilam Minyak atsiri atau minyak terbang (essential oil) adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman yang mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi. Pengertian atau definisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, dan biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004). Minyak atsiri tersusun bermacam-macam komponen senyawa yang memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau tanaman asalnya. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau dari masing-masing komponen penyusunnya, mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya (Gunawan dan Mulyani, 2004). Secara tradisional minyak atsiri sering digunakan sebagai bumbu pemberi citarasa makanan dan minuman, aromaterapi, kosmetik, dan bahan pewangi. Selain itu minyak atsiri juga sering digunakan sebagai bahan aditif serta pengawet makanan dan minuman, anti inflamasi, anti oksidan, antiseptik, anti serangga, serta obat berbagai jenis penyakit pada manusia dan hewan (Rajkumar dan Jebanesan, 2007; Koul et al., 2008; Reichling, 2009; Dubey et al., 2010). Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk family Pinaceae, Labiatae, Compositae, Myrtaceae, Rutaceae, Piperaceae, Zingiberaceae, Umbiliferae dan Gramineae (Ketaren, 1985). Siti Nurawaliah : Pemanfaatan ampas penyulingan daun nilam | 588
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang berupa minyak nilam (patchouli oil), merupakan tanaman bernilai ekonomi tinggi. Ketaren (1985) menyatakan bahwa komponen penyusun nilam adalah sesquiterpen dan patchouli alcohol (oxygenated terpen) yang terdiri atas benzaldehid, eugenol benzoat, sinamaldehid, alkohol dan semikarbazom. Sesquiterpen tersebut diduga mempengaruhi perkembangan serangga. Selanjutnya menurut hasil penelitian El-Shanzly dan Hussein (2004) menunjukkan bahwa senyawa seskuiterpen terutama seskuiterpen alkohol dari minyak atsiri mempengaruhi permeabiliti dan aktivitas mikrobial dan larvicidal. Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun, batang dan cabang nilam dengan cara penyulingan. Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alkohol, patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif) (Ketaren, 1985). Jenis minyak nilam bersifat fiksatif, oleh karena itu minyak nilam banyak digunakan oleh industri parfum, sabun dan kosmetika atau obat-obatan bahkan juga sebagai pestisida. Minyak nilam merupakan hasil penyulingan (destilasi) uap dari daun nilam kering (berupa campuran ranting dan daun). Produk utama dari proses penyulingan berupa minyak, dari proses ini juga dihasilkan ampas nilam dalam jumlah yang cukup besar, karena rendemen minyak yang dihasilkan hanyalah sekitar 1,5-2 %, sehingga ampas yang dihasilkan sekitar 98-98,5% (Salim, 2008). Kombinasi bahan aktif limbah penyulingan minyak sereh wangi dengan limbah penyulingan minyak nilam berdasarkan perbandingan 4:4 dan 5:3 lebih efektif mengusir serangga lalat rumah (Musca domestica) (Yuliani et al., 2005). Hasil uji efektivitas minyak nilam terhadap serangga pertanian menunjukkan bahwa 20% ekstrak limbah penyulingan nilam memberikan mortalitas terhadap Heliopeltis dan Ostremia purnacalis sebesar 40% dan 30% (Laksmanahardja, 2002). Penelitian Mardiningsih et al. (1994) menunjukkan bahwa minyak nilam bersifat menolak beberapa jenis serangga seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae ), Sitophilus zeamais (kumbang jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering). Menurut Grainge dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak Aphid (kutu daun), nyamuk dan Pseudaletia. Penggunaan minyak nilam sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida disebabkan karena adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat merangsang khemoreseptor sehingga tidak disukai oleh serangga. Hasil samping dari penyulingan minyak nilam adalah limbah yang terdiri dari ampas sisa daun dan batang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuat dupa, obat nyamuk bakar, pupuk kompos dan bahan bakar penyulingan. Sedangkan air sisa penyulingan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk aromaterapi. Pemanfaatan limbah menjadi produk yang berguna dapat meningkatkan nilai ekonomi dan menambah pemasukan pada industri pengolahan minyak nilam. Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial bagi sumber pupuk organik alternatif yang bermutu tinggi (Djazuli, 2002). Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan meningkatkan kesuburan tanah. Wiratno et al. (1991) menyatakan bahwa pemanfaatan limbah sereh wangi, nilam dan akar wangi yang digunakan sebagai mulsa pada tanaman lada dapat menolak serangga Lophobaris piperis yang merupakan salah satu hama tanaman lada karena kandungan bahan aktif di dalam limbah tersebut.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 589
Ampas Penyulingan Daun Nilam Sebagai Bahan Litter Bahan litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji (Fadilah, 2004). Ritz et al. (2009) menyatakan bahwa bahan litter dari jerami padi, serbuk gergaji, sekam padi, kertas, pasir, kulit kacang dapat digunakan sebagai alas litter. Swain dan Sudaram (2000) melaporkan dalam penelitiannya bahwa bahan litter dari serbuk sabut kelapa, sekam padi dan serbuk gergaji hasil yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan, daya hidup dan indeks produksi serta tidak ada kejadian lepuh dada pada ayam yang dipelihara. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh pemanfaatan beberapa bahan litter untuk ayam. Setyawati (2004) menyatakan bahwa bahan litter dari serutan kayu memberikan pertambahan bobot badan ayam broiler yang lebih baik dan parasit tungau jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan bahan litter dari sekam padi, jerami padi dan serbuk gergaji kayu. Bahan litter dari serutan kayu, jerami padi dan sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan dan daya hidup. Hasil penelitian Attapatu et al. (2008) melaporkan bahwa bahan litter dari ampas teh, serbuk gergaji dan sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap pH dan kadar air litter, namun berpengaruh nyata terhadap kadar amonia yaitu berturut-turut 13, 54 dan 44 mg/kg litter dan berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan nitrogen litter yaitu berturut-turut 6,7; 3,3 dan 3,7%. Monira et al. (2003) menyatakan bahwa litter dari serbuk gergaji, sekam, ampas tebu dan jerami gandum secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap daya hidup, konsumsi pakan dan konversi pakan, selanjutnya dilaporkan bahwa bahan litter dari serbuk gergaji memiliki kandungan ookista tertinggi, kemudian diikuti oleh jerami gandum, sekam dan ampas tebu. Ampas penyulingan daun nilam selain bermanfaat sebagai bahan baku pembuat dupa, obat nyamuk bakar, pupuk kompos, bahan bakar penyulingan, sebagai anti penolak nyamuk dan serangga juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan litter. Sebagai bahan litter, ampas penyulingan daun nilam ini khususnya di sentra penyulingan minyak nilam bisa dimanfaatkan sebagai litter dalam pemeliharaan ayam broiler. Ampas dari penyulingan daun nilam sebelum digunakan dipotong-potong kemudian dijemur baru kemudian digunakan sebagai bahan litter. Penelitian yang dilaporkan Nurawaliah (2014) bahwa ayam broiler yang diinfeksi ookista dan dipelihara dengan lantai litter dari bahan ampas penyulingan daun nilam, daun cengkeh dan sekam menunjukkan hasil yang tidak nyata terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa ampas penyulingan daun nilam dapat dimanfaatkan sebagai bahan litter ayam broiler selain sekam yang umumnya digunakan dalam pemeliharaan ayam broiler dengan lantai litter. Ayam yang diinfeksi ookista pada umur 14 hari tetapi tidak mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Adanya kandungan minyak atsiri dalam litter membuat ookista tidak dapat berkembang maksimal, konsumsi pakan tidak terganggu sehingga kebutuhan nutrien tercukupi, bahkan minyak atsiri dapat meningkatkan produksi enzim pencernaan, merangsang sirkulasi darah, mempunyai sifat antioksidan, menurunkan kadar bakteri patogen dan dapat meningkatkan status kekebalan (Bernes et al., 2010). Minyak atsiri selain memberi aroma wangi yang menyenangkan juga dapat membantu pencernaan dengan merangsang sistim saraf sekresi, sehingga akan meningkatkan sekresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus aroma dan rasa bahan pangan (Ketaren, 1985).
Siti Nurawaliah : Pemanfaatan ampas penyulingan daun nilam | 590
Tabel 1. Rata-rata konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB) dan konversi pakan setiap perlakuan selama 37 hari Perlakuan Parameter N
C
NC
SNC
S
Konsumsi Pakan
2538,86a
2499,75a
2445,48a
2594,35a
2322,43a
Pertambahan Bobot Badan (PBB)
1534,32a
1495,00a
1444,77a
1561,40a
1509,13a
Konversi pakan
1,65a
1,67a
1,69a
1,67a
1,53a
Mortalitas
43,3a
53,3 a
36,7 a
46,7 a
76,7b
* Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05)
Keterangan : N= ampas penyulingan daun nilam, C = ampas penyulingan daun cengkeh, NC= ampas penyulingan daun nilam dan cengkeh (50 : 50), SNC= sekam,ampas penyulingan daun nilam,ampas penyulingan daun cengkeh (33 : 33 :33) dan S = sekam Sumber : Nurawaliah (2014) Nurawaliah (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa bahan litter dari ampas penyulingan daun nilam (N), cengkeh (C), bahkan litter dari ampas penyulingan daun nilam dan cengkeh (SNC) pada ayam yang diinfeksi ookista pada umur 14 hari menunjukkan mortalitas yang paling rendah dibandingkan dengan bahan litter kontrol (S) (Tabel 1). Mortalitas yang rendah ini diduga adanya kombinasi antara flavonoid dan saponin dalam minyak atsiri nilam serta eugenol dalam minyak atsiri cengkeh dapat mengurangi peradangan dalam tubuh, sehingga dapat menekan gejala klinis koksidiosis. Koksidiosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Eimeria dan merupakan salah satu masalah terbesar dalam suatu peternakan ayam. Penyakit ini dicirikan oleh diare dan enteritis (radang usus). Kerusakan mukosa sekum yang disertai pendarahan menyebabkan ayam kekurangan darah (anemia). Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan kematian pada hari ke 5-7 setelah infeksi.
Kesimpulan Tanaman nilam yang menghasilkan minyak atsiri mempunyai manfaat sebagai bahan aditif serta pengawet makanan dan minuman, antiinflamasi, antioksidan, antiseptik, antiserangga, serta obat berbagai jenis penyakit pada manusia dan hewan. Adanya kandungan minyak atsiri yang memberikan berbagai manfaat baik digunakan dalam bidang pertanian maupun peternakan. Penggunaan ampas penyulingan daun nilam sebagai litter dalam pemeliharaan ayam broiler bermanfaat sebagai bahan litter dapat menekan gejala koksidiosis karena masih mengandung flavanoid dan saponin Potensi minyak atsiri nilam yang ada diharapkan dapat memberikan peluang untuk menggunakan minyak nilam dan limbahnya agar lebih bermanfaat baik dalam bidang pertanian maupun peternakan khususnya di daerah sentra penyulingan minyak nilam. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 591
Daftar Pustaka Attapatu, N. S.B. M., D. Sanaratna and U. D. Belpagodagamage. 2008. Comparison of ammonia emission rates from three types of broiler litters. Poult. Sci. 87: 24362440. Bernes, A. and E. Roura . 2010.Essential oils in poultry nutrition: Main effects and modes of action. Animal Feed Science and Technology. 158: 1–14. Djazuli, M. 2002. Pengaruh aplikasi kompos limbah penyulingan minyak nilam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nilam (Pogostenum cablin L.). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta, 2-3 Juli 2002. El-Shazly, A.M. and K.T. Hussein. 2004. Chemical analysis and biological activities of the essential oil of Teucrium leucocladum Boiss (lamiaceae). J. Biochemical Systematic and Ecology. 32: 665 – 674. Fadilah, R. 2004. Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersil. Cetakan ke-1. Jakarta: Agromedia Pustaka. Gunawan D, Mulyani S. 2004. Ilmu obat alam (Farmakognosis) Jilid 1. Penebar Swadaya : Jakarta. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Laksmanahardja, P. 2002. Perbaikan Sistem Penyulingan Minyak Atsiri dan Pengembangannya. Laporan Akhir 2002. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Bogor. Mardiningsih, T. L., Triantoro., S.L.Tobing dan S. Rusli. 1998. Patchouli Oil product as insect repellent. Indust. Crops. Res. Journal. 1(3):152 - 158. Monira, K.N., M.A. Islam, M.J. Alam and M.A. Wahid. 2003. Effect of litter materials on broiler performance and evaluation of manureal value of use litter in late autumn. Asian-Agust. J.Anim.Sci. 16(4):555 - 557. Nurawaliah, S. 2014. Pengaruh Penggunaan Ampas Penyulingan Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth dan Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry) Sebagai Bahan Litter Terhadap Performan Ayam Broiler dan Penurunan Infeksi Koksidiosis. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. North, M. O. 1984. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Ed. The Avi Publishing Company, Inc. Wesport, Connecticut. Rothrock Jr. M. J., K.L. Cook, J. G. Warren, and K. Sistani. 2008. The effect of alum addition on microbial communities in poultry litter. Poult. Sci. 87 : 1493-1503. Ritz, C. W., B.D. Fairchild and M.P. Lacy. 2009. Litter Quality and Broiler Performance. Collage of Agricultural and Environmental Sciences & Family and Consumer Sciences. The University of Georgia. Swain, B.K. and R.N.S. Sudaram. 2000. Effect of different types of litter material for rearing broilers. British Poultry Science. 41: 261 – 262.
Siti Nurawaliah : Pemanfaatan ampas penyulingan daun nilam | 592
Sastrohamidjojo H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press Yogyakarta : 1-23. Setyawati, S.J.A. 2004. Pengaruh Penggunaan Berbagai Macam Bahan Litter untuk Pemeliharaan Ayam Broiler Terhadap Performans dan Kaitannya Dengan Status Darah dan Kondisi Litter. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Salim, T and Sriharti. 2008. Pemanfaatan Ampas Daun Nilam Sebagai Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 . Bidang Teknik Kimia dan Tekstil. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang, Jawa Barat Muharlien, Achmanu dan R. Rachmawati. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui Pengaturan Proporsi Sekam, pasir dan kapur sebagai litter. J. Ternak Tropika. 12(1): 38-45. Tobing, V. 2005. Beternak Ayam Broiler Bebas Anti Biotika Murah dan Bebas Residu. Penebar Swadaya. Jakarta. Yuliani,S., S. Usmiati dan N. Nurdjannah. 2005. Efektivitas lilin penolak lalat (repelen ) dengan bahan aktif limbah penyulingan minyak nilam. J. Pascapanen. 2(1) : 1-10. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 593