PEMANFAATAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN KARYAWAN Satriawaty Mallu1, Kristien Margi Suryaningrum2 Program Studi : Jurusan Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar
[email protected] Abstrak Abstract: The use of AHP as a Decision Support System Model Employee Recruitment Selection. The system was developed and built using the Microsoft Access and Visual Basic. Decision-making to determine whether the applicant is accepted or not based on some criteria set by the company. This study aims to assist HR manager in recruitment selection process in deciding which applicants will be accepted as an employee of the company by applying AHP model. Manager of comparing the value of the interests of test criteria, applying the pairwise comparison matrix in order to obtain the weight for each criterion criteria both local and global criteria. The decision to determine which applicants will be accepted as an employee of the company to determine the viability of the company itself, so that the necessary decisions right in the election, so that corporate objectives can be achieved. Selection decision support system applications hiring managers can use human resources to help determine which candidates will be accepted. Kata kunci : DSS, AHP model, Manager.
A.
spesifik untuk memecahkan permasalahan
PENDAHULUAN Sistem informasi memegang peranan
yang sangat penting dalam kehidupan kita. Sebagai salah satu contohnya, kita dapat melihat manager dari perusahaan-perusahaan yang
ada
dapat
memperoleh
yang spesifik. Oleh karena itulah Sistem Pendukung Keputusan dibuat sebagai suatu cara untuk memenuhi kebutuhan ini.
sejumlah
Perkembangan suatu Perusahaan/ instansi
informasi yang sangat penting dengan adanya
sangat dipengaruhi oleh kualitas karyawan
sistem informasi, misalnya Sistem Informasi
baik karyawan edukatif maupun karyawan
Akuntansi, Sistem Informasi Manajemen, dan
non edukatif.
sebagainya. Sistem yang ada disesuaikan
sangat
untuk kebutuhan informasi dari sejumlah
keputusan untuk menyeleksi penerimaan
besar manager.
karyawan.
Dalam banyak kasus informasi ini kurang memadai untuk membuat keputusan yang
Bertambahnya karyawan ini
berpengaruh
Karyawan
pada
pengambilan
yang berkualitas
akan
memudahkan perusahaan dalam mengelola 46
aktivitasnya
sehingga
tujuan
yang
ditetapkan dapat tercapai
ini adalah dengan mengumpulkan data-data
Salah satu cara yang digunakan untuk memperoleh
karyawan
Metode yang dipakai dalam penelitian
yang
berkualitas
yang berkaitan dengan proses seleksi dari literatur-literatur
dan pihak-pihak
adalah dengan melakukan seleksi pada saat
mengerti
penerimaan karyawan.
karyawan,
merancang
Seleksi tahapan untuk memutuskan
merancang
user
apakah seorang pelamar dinyatakan diterima
digunakan.
atau tidak. Keputusan ini, diharapkan tidak
Sistem
subyektif
agar kualitas
SDM
yang
diperoleh dapat sesuai dengan harapan. Pengambilan
keputusan
didasari
untuk
beberapa kriteria yang
ditetapkan oleh perusahaan. Untuk
diperlukan
subyektifitas suatu
Tujuan
sistem
bertujuan
penerimaan
memutuskan diterima
sebagai
SPK
dalam
suatu
sistem
dalam
mana
karyawan
yang
yang
ditujukan
manajemen
prosedur-prosedur dalam pemrosesan data
akan
dan
pertimbangannya
untuk
Sistem tersebut harus:
membandingan nilai
kriteria
(2) robust,
matrik
(3) mudah untuk dikontrol,
perbandingan
dalam
berpasangan
sehingga
membantu
manajer dalam mengambil keputusan.
(1) sederhana,
menerapkannya
pengambilan
proses
perusahaan
kepentingan
untuk
Sistem berbasis model yang terdiri dari
dengan menerapkan model AHP. Manager
tes,
pengambilan
untuk
karyawan dalam
pelamar
keputusan(SPK)
dalam mengambil keputusan. Definisi
keputusan.
seleksi
akan
keputusan bukan sebagai pengganti manager,
pelamar mana yang akan diterima.
membantu manager SDM
pendukung
yang
suatu masalah semi terstruktur.
mendukung
ini
interface
dan
merupakan suatu sistem yang mendukung
pendukung keputusan untuk memutuskan
Penelitian
basisdata
melainkan alat yang mendukung manager
menghindari
keputusan
seleksi penerimaan
manager dalam mengambil keputusan untuk
menetapkan apakah pelamar diterima atau tidak
tentang
yang
(4) mudah beradaptasi,
diperoleh bobot untuk masing-masing kriteria
(5) lengkap pada hal-hal penting,
baik kriteria lokal maupun kriteria global.
(6) mudah berkomunikasi dengannya. jadi, sistem ini harus berbasis komputer. 47
B.
METODE PENELITIAN
2.2 Tujuan Decision Support System
Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS
(DSS)
dengan cukup baik, sebagai sistem yang
Perintis DSS yang lain di MIT, Peter G.
memiliki lima karakteristik utama (Sprague
W. Keen, bekerja sama dengan Scoot Morton
et.al., 1993):
untuk mendefinisikan tiga tujuan yang harus
1) Sistem yang berbasis komputer;
dicapai DSS. Mereka percaya bahwa DSS
2) Dipergunakan untuk membantu para
harus:
pengambil keputusan;
1. Membantu
3) Untuk memecahkan masalah-masalah
manajer
keputusan
untuk memecahkan masalah semi-terstruktur.
rumit yang “mustahil” dilakukan dengan2. Mendukung kalkulasi manual;
membuat
penilaian
manajer
bukan
mencoba menggantikannya.
4) Melalui cara simulasi yang interaktif;
3. Meningkatkan
5) Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.
efektivitas
pengambilan
keputusan manajer daripada efisiensinya. Tujuan-tujuan ini berhubungan dengan
Karakteristik 4 dan 5 merupakan
tiga prinsip dasar dari konsep DSS – struktur
fasilitas baru yang ditawarkan oleh DSS
masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas
belakangan ini sesuai dengan perkembangan
keputusan.
terakhir kemajuan perangkat komputer. 2.3 Proses Pengambilan Keputusan/Proses 2.1
Langkah-langkah
pengambilan
keputusan meliputi fase-fase : 1.
Inteligence= kegiatan untuk mengenali masalah, kebutuhan atau kesempatan
2.
Design= cara-cara untuk memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan
3.
Choice= memilih alternatif keputusan yang terbaik
4.
Implementasi
yang disertai
dengan
pengawasan dan koreksi yang diperlukan
Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan/Proses Pemodelan Seperti yang ditampilkan pada Gambar 1, proses pengambilan keputusan melewati 48
beberapa langkah yaitu: Inteligence Phase, Design Phase dan Choice Phase. 2.4
Komponen
Decision
Support
Management.
Termasuk
System(DSS) 2.4.1
Data
database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS). 2.4.2
Model
Management.
Melibatkan
Gambar 2. Model Konseptual DSS
model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif
2.6 Komponen DSS
lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan. 2.4.3. Communication (dialog subsystem). User
dapat
berkomunikasi
dan
memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. 2.4.4 Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen
Gambar 3. Komponen DSS
yang berdiri sendiri. 2.7 User 2.5 Model Konseptual DSS
Orang yang berhadapan dengan masalah atau keputusan dimana DSS didesain untuk mendukungnya disebut dengan user, manajer, atau pengambil keputusan.
49
DSS memiliki 2 klas user: manajer dan
Ciri khas suatu DSS adalah digunakannya
staf spesialis. Staf spesialis ini misalnya,
model yang salah satu fungsinya untuk
analisis finansial, perencana produksi, periset
penyederhanaan masalah.
pasar, dan sejumlah manajer lainnya.
AHP yang dikembangkan oleh Thomas L
Mengetahui siapa yang akhirnya benarbenar menggunakan DSS ini adalah penting dalam hal pendesainan suatu DSS. Secara
Saaty merupakan model hirarki fungsional dengan Input utamanya persepsi manusia. Dengan
adanya
hirarki,
masalah
umum, manajer mengharapkan sistem lebih
kompleks atau tidak terstruktur dipecah
user-friendly daripada yang diharapkan oleh
dalam sub-sub masalah kemudian disusun
seorang
menjadi suatu bentuk hirarki.
staf
spesialis.
Staf
spesialis
cenderung pada orientasi detil, dan mau
AHP
mempunyai
kemampuan
untuk
menghadapi sistem yang kompleks dalam
memecahkan masalah multikriteria yang
pekerjaan sehari-hari mereka, juga mereka
berdasar pada perbandingan preferensi dari
tertarik pada kemampuan komputasi DSS.
setiap elemen dalam hirarki. Kriteria seleksi
Dalam berbagai kasus staf analisis adalah
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perantara
jenis tes yang digunakan oleh perusahaan
antara
manajemen
dan
DSS.
Walaupun dikategorikan ada manajer dan staf
dalam
spesialis, terdapat berbagai sub kategori yang
misalnya
terlibat dalam pendesainan DSS.
Masing-masing kriteria ini memiliki sub
Sebagai contoh, manajer terbagi atas level organisasi, wilayah fungsional, latar belakang
seleksi
penerimaan
Pengalaman
dan
karyawan, Pendidikan.
kriteria berupa range nilai yang dipakai. Tabel 1 Kriteria dan sub kriteria
pendidikan, sehingga hal ini memerlukan dukungan analisis yang baik. Staf
spesialis
terbagi
atas
level
pendidikannya, wilayah fungsional dimana mereka bertugas, dan hubungannya dengan pihak manajemen.
2.8 AHP
2.8.1 Langkah-langkah metode AHP 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 50
2. Membuat
struktur
diawali
hirarki
dengan
dilanjutkan
tujuan
dengan
yang
mensintesis
penentuan prioritas elemen-elemen
subtujuan-
pada tingkat hirarki terendah sampai
alternatif pada tingkatan kriteria yang
pencapaian tujuan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika
paling bawah.
nilainya
matriks
berpasangan yang
dalam
umum,
subtujuan, kriteria dan kemungkinan
3. Membuat
judgment
perbandingan
penilaian
menggambarkan
lebih
dari
data
10%
maka
judgment
harus
diperbaiki.
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap
masing
tujuan
kriteria
yang
masing setingkat
2.8.2 Skala perbandingan penilaian pasangan
diatasnya. Perbandingan bersadarkan
Untuk
”judgment” dari pengambil keputusan
kepentingan
dengan menilai tingkat kepentingan
menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9
suatu elemen dibandingkan elemen
Contoh
lainnya.
perbandingan elemen,
tingkat
Saaty(1980)
Misal perusahaan menetapkan kriteria tes
4. Melakukan berpasangan
menilai
perbandingan sehingga
diperoleh
yang ditentukan untuk seleksi karyawan adalah
pengalaman
dan
pendidikan.
judgment seluruhnya sebanyak n x
Pengalaman pelamar terbagi menjadi 3 range
[(n-1)/2] buah, dengan n adalah
yaitu < 1 tahun, 1-2 tahun dan > 2 tahun,
banyaknya
sedangkan pendidikan terdiri dari D3 dan S1.
elemen
yang
dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji
Pengalaman
dan
Pendidikan
merupakan
kriteria global sedangkan range-nya adalah
konsistensinya, jika tidak konsisten
kriteria
maka pengambilan data diulangi.
dibandingkan sehingga diperoleh bobot untuk
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
lokal.
Kriteria
global
ini
masing-masing kriteria misalnya, x untuk pengalaman dan y untuk pendidikan. Kriteria
7. Menghitung vektor eigen dari setiap
lokal untuk pengalaman juga dibandingkan
matriks perbandingan berpasangan.
sehingga masing-masing diperoleh bobot
Nilai vektor eigen merupakan bobot
misal a untuk < 1 tahun, b untuk 1-2 tahun
setiap elemen. Langkah ini untuk
dan c untuk > 2 tahun. Demikian halnya 51
dengan kriteria lokal untuk pendidikan misal
Perbandingan antara CI dan RI suatu
diperoleh bobot p untuk D3 dan q untuk S1.
matriks didefinisikan sebagai Consistency
Jika seorang pelamar memiliki pengalaman 2
Ratio(CR).
tahun dan pendidikan S1 maka total nilai yang diperolehnya adalah = (x*b) + (y*q) Matriks
bobot
yang
diperoleh
Matriks perbandingan berpasangan untuk model AHP dapat diterima jika besarnya CR
dari
≤ 0.1.
perbandingan berpasangan harus memiliki hubungan kardinal dan hubungan ordinal. 1.
Hubungan
kardinal
dapat
2.8.4 Seleksi
diketahui
Salah satu peranan manajemen sumber
dengan melihat preferensi multiplikatif,
daya manusia dalam perusahaan adalah
misalnya bola voli lebih besar 3x bola
pengadaan
tenis, bola tenis lebih besar 2x bola
perusahaan.
pingpong, maka bola voli lebih besar 6x
2.
tenaga
kerja(karyawan)
bagi
Pengadaan karyawan didahului dengan
bola pingpong
analisis jabatan, perekrutan dan seleksi.
Hubungan ordinal dapat dilihat dengan
Seleksi merupakan tahap akhir dari proses
melihat preferensi transitif, misalnya
perekrutan karyawan. Pada tahap ini diambil
bolavoli lebih besar dari bola tenis dan
keputusan pelamar mana yang lolos seleksi
bola tenis lebih besar dari bola pingpong
dan berhasil menjadi karyawan perusahaan
maka bola voli lebih besar dari bola
dari
pingpong.
digunakan.
Pada
keadaan
penyimpangan
nyata
dari
sering
hubungan
konsistensi
tersebut
dinyatakan
dengan Consistency Index(CI) Kebalikan
dari
CI
adalah
seleksi
yang
AHP
dapat
kompleks
yang
terjadi
sehingga matriks menjadi tidak konsisten. Penyimpangan
kriteria-kriteria(tes)
C.
KESIMPULAN Hirarki
memecahkan
fungsional masalah
dari
mengambil kriteria cukup banyak, sehingga Indeks
dapat dimanfaatkan sebagai model dalam
Random(RI)untuk matriks dengan ukuran
sistem
pendukung
yang berbeda-beda sebagai berikut:
penerimaan
2.8.3 Consistency Ratio
banyak kriteria seleksi dan alternatif pelamar
karyawan
keputusan yang
seleksi
mengambil
yang dicalonkan untuk diterima.
52
Keputusan
untuk
menentukan
calon
pelamar mana yang akan diterima sebagai karyawan
perusahaan
menentukan
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri, sehingga diperlukan keputusan yang tepat dalam pemilihan, agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Aplikasi sistem pendukung keputusan seleksi
penerimaan
karyawan
dapat
digunakan manager sumber daya manusia untuk
membantu
menentukan
calon
karyawan mana yang akan diterima.
DAFTAR PUSTAKA [1] Kadarsah, Suryadi, dan Ramdani, M.Ali. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana
Struktural
Implementasi
Idealisasi
Konsep
dan
Pengambilan
Keputusan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, 131-132. [2] Turban, Efraim, Aronson, Jay E, and Liang, Ting Peng. Decision Support Systems and Intelligent Systems. 7th Edition. Upper Saddle River: PrenticeHall, 2005. [3] http:// www.fortunecity.com.
53